Anda di halaman 1dari 19

PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

NOMOR 10 TAHUN 1995


TENTANG
PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATAKERJA DINAS LALU LINTAS DAN
ANGKUTAN JALAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR KEPALA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan dayaguna dan


hasilguna penyelenggaraan pemerintahan,
pembangunan dan pelayanan dalam bidang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan, perlu mengatur
Organisasi dan Tatakerja Dinas Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta;
b. bahwa berdasarkan Keputusan Menteri Dalam
Negeri Nomor 39 Tahun 1992 tentang Pedoman,
Organisasi Dinas Daerah Jis Instruksi Menteri
Dalam Negeri Nomor 23 Tahun 1993 dan
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun
1993, Organisasi Dinas Daerah dibedakan
menjadi pola minimal dan maksimal, untuk
Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta ditetapkan
menggunakan pola minimal;
c. bahwa atas dasar pertimbangan-pertimbangan
tersebut di atas perlu menetapkan Peraturan
Daerah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
tentang Pembentukan Organisasi dan Tatakerja
Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1950 tentang


Pembentukan Daerah Istimewa Yogyakarta;
2. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang
Pokok-Pokok Pemerintahan Di Daerah (Lembaran
Negara Tahun 1974 Nomor 38, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3037);
3. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang
Jalan (Lembaran Negara Tahun 1980 Nomor 83,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3186);
4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1992 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran
Negara Tahun 1992 Nomor 49, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3480);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1950
tentang Penetapan mulai berlakunya Undang-
Undang No. 2, 3, 10 dan 11 Tahun 1950 dari
hal Pembentukan Propinsi Jawa Tengah (Timur)
Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1985
tentang Jalan (Lembaran Negara Tahun 1985
Nomor 37, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3292);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988
tentang Koordinasi Kegiatan Instnasi Vertikal
di Daerah ((Lembaran Negara Tahun 1988 Nomor
10, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3373);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 1990
tentang Penyerahan Sebagian Urusan
Pemerintahan Dalam Bidang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Kepada Daerah Tingkat I dan
Daerah Tingkat II (Lembaran Negara Tahun 1990
Nomor 26, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3410);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993
tentang Angkutan Jalan (Lembaran Negara Tahun
1993 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Nomor
3527);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 1993
tentang Pemeriksaan Kendaraan Bermotor di
Jalan (Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 60,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3528);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993
tentang Prasarana dan Lalu Lintas Jalan
(Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 63,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3529);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993
tentang Kendaraan dan Pengemudi (Lembaran
Negara Tahun 1993 Nomor 64, Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3530);
13. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun
1992 tentang Pedoman Organisasi Dinas Daerah;
14. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun
1993 tentang Pedoman Organisasi dan Tatakerja
Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Daerah
Tingkat I dan Dinas Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan Daerah Tingkat II;
15. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 84 Tahun
1993 tentang Bentuk Peraturan Daerah dan
Peraturan Daerah Perubahan;
16. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 97 Tahun
1993 tentang Pola Organisasi Pemerintah
Daerah dan Wilayah;

Dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Daerah


Istimewa Yogyakarta.

MEMUTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA


YOGYAKARTA TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN
TATAKERJA DINAS LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN
PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA.

BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1

Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :


a. Daerah adalah Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta;
b. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta;
c. Gubernur Kepala Daerah ialah Gubernur Kepala Daerah Istimewa
Yogyakarta;
d. Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah Dinas Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta;
e. Kepala Dinas ialah Kepala Dinas Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta;
f. Unit Pelaksana Teknis Dinas adalah Unit Pelaksana Teknis
Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta.
g. Peraturan Daerah adalah Peraturan Daerah Propinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta;

BAB II
PEMBENTUKAN DINAS LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN
Pasal 2

Dengan Peraturan Daerah ini dibentuk Dinas Lalu Lintas dan


Angkutan Jalan.

BAB III
KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Bagian Pertama
Kedudukan
Pasal 3

(1) Dinas Lalu Lintas dan Angkuta Jalan adalah Unsur Pelaksana
Pemerintah Daerah di bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
(2) Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dipimpin oleh seorang
Kepala Dinas yang berada dibawah dan bertanggung jawab
langsung kepada Gubernur Kepala Daerah;
(3) Kepala Dinas dan pejabat-pejabat lain di lingkungan Dinas
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan diangkat dan diberhentikan
sesuai dengan Peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Bagian Kedua
Tugas Pokok
Pasal 4

Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mempunyai tugas


menyelenggarakan sebagian urusan rumah tangga Daerah dalam bidang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dan tugas pembantuan yang diberikan
oleh Pemerintah.

Bagian Ketiga
Fungsi
Pasal 5

Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana tersebut Pasal 4, Dinas


Lalu Lintas dan Angkutan Jalan mempunyai fungsi:
a. Pembinaan Umum berdasarkan kebijaksanaan yang ditetapkan oleh
Menteri Dalam Negeri;
b. Pembinaan Teknis berdasarkan kebijaksanan yang ditetapkan
oleh Menteri Perhubungan;
c. Pembinaan operasional sesuai kebijaksanaan yang ditetapkan
oleh Gubernur Kepala Daerah.

BAB IV
ORGANISASI
Bagian Pertama
Unsur-Unsur Organisasi
Pasal 6

(1) Unsur-unsur Organisasi Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan


terdiri dari :
a. Pimpinan;
b. Pembantu Pimpinan;
c. Pelaksana;
d. Kelompok Jabatan Fungsional.
(2) a. Pimpinan adalah Kepala Dinas;
b. Pembantu Pimpinan adalah Bagian Tata Usaha yang terdiri
dari Sub Bagian - Sub Bagian;
c. Pelaksana adalah Sub Dinas - Sub Dinas yang masing-
masing terdiri dari Seksi-Seksi, dan Unit Pelaksana
Teknis Dinas;
d. Kelompok Jabatan Fungional adalah kedudukan yang
menunjukkan tugas, tanggungjawab, wewenang dan hak
seorang Pegawai Negeri Sipil dalam suatu satuan
organisasi yang dalam pelaksanaan tugasnya didasarkan
pada keahlian dan/atau ketrampilan tertentu serta
bersifat mandiri;

Pasal 7

(1) Susunan Organisasi Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan


terdiri dari:
a. Kepala Dinas;
b. Bagian Tata Usaha;
c. Sub Dinas Lalu Lintas;
d. Sub Dinas Angkutan;
e. Sub Dinas Teknik Sarana;
f. Unit Pelaksana Teknis Dinas;
g. Kelompok Jabatan Fungsional.
(2) Bagian, Sub Dinas-Sub Dinas sebagaimana tersebut ayat (1)
Pasal ini masing-masing di pimpin oleh seorang Kepala Bagian,
Kepala Sub Dinas yang berkedudukan di bawah dan
bertanggungjawab langsung kepada Kepala Dinas.
(3) Bagan Struktur Organisasi Dinas Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan adalah sebagaimana tersebut dalam Lampiran Peraturan
Daerah ini yang merupakan bagian tak terpisahkan.

Bagian Kedua
Pimpinan
Pasal 8

Kepala Dinas mempunyai tugas memimpin, membina, mengkoordinasikan


dan mengawasi penyelenggaraan kegiatan Dinas Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Pasal 9

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Pasal 8 Peraturan


Daerah ini Kepala Dinas mempunyai fungsi :
a. Pembimbingan dan pembinaan dalam menyelenggarakan kegiatan
Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan;
b. Koordinasi penyelenggaraan kegiatan Dinas Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan;
c. Pengawasan dan evaluasi kegiatan-kegiatan Dinas Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan.
Bagian Ketiga
Pembantu Pimpinan
Pasal 10

Bagian Tata Usaha mempunyai tugas melaksanakan urusan


koordinasi dalam menyusun program kerja Dinas, mengelola urusan
keuangan, Kepegawaian, rumah tangga, perlengkapan, hubungan
masyarakat dan surat menyurat dinas, protokol serta membuat
laporan Dinas.

Pasal 11

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Pasal 10 Peraturan


Daerah ini, Bagian tata Usaha mempunyai fungsi:
a. Koordinasi penyusunan program kerja Dinas pengumpulan dan
pengelolaan data serta pelaporan;
b. Pengelolaan urusan keuangan;
c. Pengelolaan urusan kepegawaian, rumah tangga, perlengkapan,
protokol, hubungan masyarakat dan urusan umum.

Pasal 12

(1) Bagian Tata Usaha terdiri dari :


a. Sub Bagian Program;
b. Sub Bagian Keuangan;
c. Sub Bagian Kepegawaian dan Umum;
(2) Sub Bagian-Sub Bagian sebagaimana tersebut ayat (1) Pasal ini
masing-masing dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian yang
berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada
Kepala Bagian Tata Usaha.

Pasal 13

(1) Sub Bagian Program mempunyai tugas mengkoordinasikan


penyususunan program kerja dinas pengumpulan dan pengelolaan
data serta pembuatan laporan;
(2) Sub Bagian Keuangan mempunyai tugas mengelola administrasi
keuangan dan pertanggungjawaban keuangan;
(3) Sub Bagian Kepegawaian dan umum mempunyai tugas mengelola
kepegawaian, mengelola urusan rumah tangga, perlengkapan,
protokol, hubungan masyarakat dan surat menyurat dinas.

Bagian Keempat
Pelaksana
Pasal 14

Sub Dinas Lalu Lintas mempunyai tugas membina manajemen dan


rekayasa lalu lintas di jalan Propinsi kecuali Jalan Propinsi yang
berada di Ibukota Kabupaten dan dalam Wilayah Kotamadya serta
bimbingan keselamatan dan penertiban dibidang lalu lintas,
analisis daerah rawan kecelakaan lalu lintas, pengawasan dan
pengamanan jalan, bimbingan pengelolaan Unit Pengawasan dan
Pengamanan Jalan di Jembatan Timbang dan Penyusunan Program
penanggulangan kecelakaan lalu lintas sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 15

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Pasal 14 Peraturan


Daerah ini Sub Dinas Lalu Lintas mempunyai fungsi :
a. Perencanaan, pengaturan, pengawasan dan pengendalian lalu
lintas di jalan Propinsi, kecuali Jalan Propinsi yang berada
di Ibukota Kabupaten dan dalam Wilayah Kotamadya;
b. Perencanaan kebutuhan, pengadaan, penempatan dan pemeliharaan
rambu-rambu lalu lintas marka jalan, alat pemberian isyarat
lalu lintas, alat pengendali dan pengaman pemakai jalan, alat
pengawasan dan pengamanan jalan serta alat perlengkapan jalan
lainnya di jalan Propinsi, kecuali jalan Propinsi yang berada
di Ibukota Kabupaten dan dalam Wilayah Kotamadya;
c. Bimbingan keselamatan dan ketertiban dibidang lalu lintas,
analisis daerah rawan kecelakaan lalu lintas, pengawasan dan
pengamanan jalan, bimbingan pengelolaan Unit Pengawasan dan
Pengamanan Jalan di Jembatan Timbang dan menyiapkan Program
penanggulangan kecelakaan lalu lintas.

Pasal 16

(1) Sub Dinas Lalu Lintas terdiri dari:


a. Seksi Manajemen Lalu Lintas;
b. Seksi Rekayasa Lalu Lintas;
c. Seksi Bimbingan Keselamatan dan Ketertiban.
(2) Seksi-Seksi sebagaimana tersebut ayat (1) Pasal ini masing-
masing dipimppin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan
di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Sub
Dinas Lalu Lintas.

Pasal 17

(1) Seksi Manajemen Lalu Lintas mempunyai tugas merencanakan,


mengatur, mengawasi dan mengendalikan lalu lintas di jalan
Propinsi, kecuali Jalan Propinsi yang berada di Ibukota
Kabupaten dan dalam Wilayah Kotamadya.
(2) Seksi Rekayasa Lalu Lintas mempunyai tugas merencanakan
kebutuhan, pengadaan, penempatan dan memelihara rambu-rambu
lalu lintas, marka jalan, alat pemberi isyarat lalu lintas,
alat pengendali dan pengaman pemakai jalan, alat pengawasan
dan pengamanan jalan serta alat perlengkapan jalan lainnya di
jalan propinsi kecuali jalan Propinsi yang berada di Ibukota
Kabupaten dan dalam Wilayah Kotamadya.
(3) Seksi Bimbingan Keselamatan dan Ketertiban mempunyai tugas
melaksanakan bimbingan keselamatan dan penertiban di bidang
lalu lintas, analisis daerah rawan kecelakaan lalu lintas,
pengawasan dan pengamanan jalan, bimbingan pengelolaan Unit
Pengawasan dan Pengamanan Jalan di Jembatan Timbang dan
menyiapkan program penanggulangan kecelakaan lalu lintas.

Pasal 18

Sub Dinas Angkutan mempunyai tugas melaksanakan membina manajemen


angkutan orang, angkutan barang dan angkutan khusus untuk jaringan
trayek dan jaringan lintas.

Pasal 19

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Pasal 18 Peraturan


Daerah ini, Sub Dinas Angkutan mempunyai fungsi:
a. Pemberian bimbingan, pemberian ijin dan pengawasan
penyelenggaraan pengangkutan orang serta pemberian bimbingan
pengelolaan terminal angkutan orang;
b. Pemberian bimbingan dan pengawasan penyelenggaraan
pengangkutan barang serta pemberian bimbingan pengelolaan
terminal angkutan barang;
c. Pemberian bimbingan dan pengawasan penyelenggaraan
pengangkutan orang dan atau barang tertentu yag bersifat
khusus;

Pasal 20

(1) Sub Dinas Angkutan terdiri dari :


a. Seksi Angkutan Orang;
b. Seksi Angkutan Barang;
c. Seksi Angkutan Khusus.
(2) Seksi-Seksi sebagaimana tersebut ayat (1) Pasal ini masing-
masing dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan
di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Sub
Dinas Angkutan.

Pasal 21

(1) Seksi Angkutan Orang mempunyai tugas memberi bimbingan,


memberi ijin dan mengawasi penyelenggaraan angkutan orang
antar Daerah Tingkat II yang seluruhnya berada di dalam
Daerah Tingkat I serta memberi bimbingan pengelolaan
terminal angkutan orang.
(2) Seksi Angkutan Barang mempunyai tugas memberi bimbingan dan
mengawasi penyelenggaraan angkutan barang serta memberi
bimbingan pengelolaan terminal angkutan barang.
(3) Seksi Angkutan Khusus mempunyai tugas memberi bimbingan dan
mengawasi penyelenggaraan angkutan orang dan atau barang yang
bersifat khusus.

Pasal 22

Sub Dinas Tehnik Sarana mempunyai tugas membina ketentuan mengenai


kendaraan bermotor dan kendaraan tidak bermotor, melakukan
pemantauan, penilaian, bimbingan pengelolaan Unit Pengujian
Kendaraan Bermotor dan pemeriksaan kendaraan bermotor di jalan
serta pengendalian kelaikan sarana uji kendaraan bermotor.

Pasal 23

Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud Pasal 22 Peraturan


Daerah ini Sub Dinas Teknik Sarana mempunyai fungsi:
a. Penginventarisasian dan membina ketentuan mengenai kendaraan
bermotor dan penyusunan peraturan umum kendaraan tidak
bermotor;
b. Pembimbingan pengelolaan Unit Pengujian Kendaraan Bermotor,
memantau dan menilai terhadap penyelenggaraan pengujian
kendaraan bermotor serta pemeriksaan kendaraan bermotor di
jalan;
c. Pengendalian kelaikan sarana uji kendaraan bermotor,
memantau, analisis dan menilai terhadap pengoperrasian sarana
uji kendaran bermotor.

Pasal 24

(1) Sub Dinas Teknik Sarana terdiri dari :


a. Seksi Kendaraan;
b. Seksi Pengujian;
c. Seksi Akreditasi dan Sarana Uji;
(2) Seksi-Seksi sebagaimana tersebut ayat (1) Pasal ini masing-
masing dipimpin oleh seorang Kepala Seksi yang berkedudukan
di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Sub
Dinas Teknik Sarana;

Pasal 25

(1) Seksi Kendaraan mempunyai tugas menginventarisasi dan memberi


pembinaan ketentuan mengenai kendaraan bermotor, menyusun
peraturan umum kendaraan tidak bermotor;
(2) Seksi Pengujian mempunyai tugas membimbing pengelolaan Unit
Pengujian Kendaran bermotor, memantau dan menilai terhadap
penyelenggaraan pengujian kendaran bermotor serta pemeriksaan
kendaraan bermotor di jalan;
(3) Seksi Akreditasi dan Sarana uji mempunyai tugas mengendalikan
kelaikan sarana uji kendaraan bermotor, memantau,
menganalisis dan menilai terhadap pengoperasian sarana uji
kendaraan bermotor.

Pasal 26

(1) Unit Pelaksana Tehnis Dinas Lalu Lintas dan Angkutan jalan
adalah unsur pelaksana Teknis Dinas yang mempunyai tugas
melaksanakan sebagian tugas Dinas dibidang pengawasan dan
pengamanan jalan di jembatan timbang dan dibidang pengujian
kendaran bermotor;
(2) Unit Pelaksana Tehnis Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
dipimpin oleh seorang Kepala Unit Pelaksana Teknik Dinas yang
berada di bawah dan bertanggungjawab langsung kepada Kepala
Dinas;
(3) Pembentukan, serta Organisasi dan Tatakerja Unit Pelaksana
Tehnis Dinas akan diatur kemudian oleh Gubernur Kepala Daerah
sesuai dengan perturan perundangan yang berlaku.

Bagian Kelima
Kelompok Jabatan Fungsional
Pasal 27

(1) Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melaksanakan


kegiatan Teknik Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sesuai bidang
keahliannya masing-masing.
(2) Kelompok Jabatan Fungsional terdiri sejumlah tenaga dalam
jenjang jabatan fungsional yang dipimpin oleh seorang tenaga
fungsional senior selaku ketua kelompok yang berada dibawah
dan bertanggungjawab kepada Kepala Dinas.
(3) Kelompok Jabatan Fungsional dapat dibagi atas Kelompok dan
Sub Kelompok sesuai dengan kebutuhan.
(4) Jumlah Jabatan Fungsional ditentukan berdasarkan sifat jenis
dan beban kerja.
(5) Pembinaan terhadap tenaga fungsional dilaksanakan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB V
TATAKERJA
Pasal 28
(1) Dalam melaksanakan tugasnya Kepala dinas, Kepala Bagian,
Kepala Sub dinas, Kepala Seksi, Kepala Sub Bagian, Kepala
Unit Pelaksana Teknis dinas dan Ketua Kelompok Jabatan
Fungsional wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi,
sinkronisasi dan simplifikasi secara vertikal dan horisontal.
(2) Setiap Kepala Satuan Organisasi di lingkungan Dinas Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan bertanggungjawab dalam memimpin,
memberikan bimbingan, petunjuk perintah dan mengawasi serta
mengendalikan pelaksanaan tugas bawahannya.
(3) Dalam rangka memberikan bimbingan kepada bawahannya, kepala
Dinas dapat mengadakan rapat berkala.

Pasal 29

(1) Setiap bawahan dilingkungan Dinas Lalu Lintas dan Angkutan


Jalan wajib mematuhi petunjuk, perintah dari dan
bertanggungjawab kepada atasan serta wajib melaksanakan tugas
yang diberikan oleh atasan.
(2) Setiap bawahan dalam rangka menjamin kelancaran pelaksanaan
tugas berkewajiban untuk memberikan saran-saran pertimbangan
kepada atasannya.

Pasal 30

(1) Kepala Dinas dalam melaksanakan tugas dapat mengadakan


hubungan kerja secara fugnsional dengan instansi lain.

(2) Dalam melaksanakan tugasnya Dinas Lalu Lintas dan Angkutan


Jalan wajib menyelenggarakan koordinasi secara fungsional
dengan cara yang sebaik-baiknya dengan Dinas Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan Daerah Tingkat II se Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta.

Pasal 31

(1) Setiap Kepala Satuan Organisasi dilingkungan Dinas Lalu


Lintas dan Angkutan Jalan wajib menyampaikan laporan tepat
pada waktunya sesuai dengan bidang tugas masing-masing kepada
Kepala Dinas yang selanjutnya ditampung dan diolah sebagai
bahan laporan Kepala Dinas kepada Gubernur Kepala Daerah.
(2) Dalam menyampaikan laporan kepada atasan masing-masing,
tembusan laporan tersebut disampaikan kepada satuan
organisasi lainnya dilingkungan Dinas Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan yang secara fungsional mempunyai hubungan
kerja.
BAB VI
KEPEGAWAIAN
Pasal 32

Jenjang kepangkatan dan jenjang jabatan Dinas Lalu Lintas dan


Angkutan Jalan diatur sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-
undangan yang berlaku.

BAB VII
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 33

Segala peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang


Pembentukan, Susunan Organisasi dan Tatakerja Dinas Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan Raya beserta pelaksanaannya tetap berlaku
sampai dengan diundangkannya Peraturan Daerah ini.

BAB VIII
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 34

Kepala Bagian Tata Usaha dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari


disebut Sekretaris.

BAB IX
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 35

(1) Dengan berlakunya Peraturan Daerah ini, maka Peraturan Daerah


Nomor 6 Tahun 1982 tentang Pembentukan, Susunan Orgnisasi dan
Tatakerja Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya Propinsi
Daerah Istimewa Yogyakarta Jis Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun
1988 dan Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 1987 dinyatakan
tidak berlaku;
(2) Hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Daerah ini
sepanjang mengenai pelaksanaannya akan diatur oleh Gubernur
Kepala Daerah.

Pasal 36

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya memerintahkan pengundangan


Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Ditetapkan di Yogyakarta
pada tanggal 2 Nopember 1995

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PENJABAT GUBERNUR


PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA KEPALA DAERAH ISTIMEWA
YOGYAKARTA
Wakil Ketua
ttd. ttd.
H. SOEDARNO SETOPRADJOKO PAKU ALAM VIII

Disahkan oleh Menteri Dalam Negeri


dengan surat Keputusan
Nomor : 152 Tahun 1997
Tanggal : 1 Oktober 1997

Diundangkan dalam Lembaran Daerah


Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Seri : D
Nomor : 37
Tanggal : 1 Nopember 1997

PELAKSANA HARIAN
SEKRETARIS WILAYAH DAERAH
PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
ttd.
Ir. H. SOEBEKTI SOENARTO
NIP. 080016744

PENJELASAN
PERATURAN DAERAH PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
NOMOR 10 TAHUN 1995

TENTANG

PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATAKERJA DINAS LALU LINTAS DAN


ANGKUTAN JALAN PROPINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

I. PENJELASAN UMUM.

Dalam rangka meningkatkan dayaguna dan hasilguna


penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan pelayanan
masyarakat dibidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan serta
dengan telah ditetapkannya Keputusan Menteri Dalam Negeri
Nomor 39 Tahun 1993 tentang Pedoman Organisasi dan Tatakerja
Dinas Daerah jis Instruksi Menteri Dalam Negeri Nomor 23
Tahun 1993 dan Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun
1993 serta surat edaran Menteri Dalam Negeri tanggal 9
Desember 1994 Nomor 061/4115/SJ perihal Pola Organisasi Dinas
Daerah pada lampiran V Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ditetapkan dalam Pola
Minimal. Untuk itu perlu mengatur Organisasi dan Tatakerja
Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta.

Sehubungan dengan hal tersebut diatas, maka Pemerintah


Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memandang perlu
menetapkan Peraturan Daerah Propinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta tentang Organisasi dan Tatakerja Dinas Lalu Lintas
dan Angkutan Jalan Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

II. PENJELASAN PASAL DEMI PASAL:

Pasal 1 s.d. 13 : Cukup jelas

Pasal 14 : Yang dimaksud dengan manajemen lalu


lintas adalah kegiatan yang
meliputi perencanaan, pengaturan,
pengawasan dan pengendalian lalu
lintas.

: Yang dimaksud dengan rekayasa lalu


lintas adalah kegiatan meliputi :
a. Perencanaan, pembangunan dan
pemeliharaan jalan, yang
dilaksanakan oleh pembina
jalan;
b. Perencanaan, pengadaan,
pemasangan dan pemeliharaan
rambu-rambu, marka jalan, alat
pemberi isyarat lalu lintas,
serta alat pengendali dan
pengaman pemakai jalan,
dilakukan oleh Dinas Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan
setelah mendengar pendapat
instansi terkait.

Pasal 15 huruf a : Cukup jelas.


huruf b : - Yang dimaksud dengan alat
pengendali pemakai jalan
adalah alat yang digunakan
untuk pengendalian atau
pembatasan terhadap kecepatan,
ukuran muatan kendaraan pada
ruas-ruas jalan tertentu
terdiri dari :
a.Alat pembatas kecepatan;
b.Alat pembatas tinggi dan
lebar;
- Yang dimaksud alat pengaman
pemakai jalan adalah alat yang
digunakan untuk pengamanan
terhadap pemakai jalan terdiri
dari:
a. Pagar pengaman;
b. Cermin tikungan;
c. Delinator;
d. Pulau-pulau lalu lintas;
e. Pita penggaduh.
huruf c : Cukup jelas.

Pasal 16 : Cukup jelas.

Pasal 17 ayat (1) : - Yang dimaksud dengan


Perencanaan lalu lintas adalah
suatu kegiatan yang meliputi :
a. Inventaris dan evaluasi
tingkat pelayanan lalu
lintas.
b. Penetapan tingkat
pelayanan yang
diinginkan;
c. Penetapan pemecahan
permasalahan lalu lintas;
d. Penyusunan rencana dan
program pelaksanaan
perwujudannya.

- Yang dimaksud dengan


pengaturan adalah suatu
kegiatan yang meliputi
penetapan kebijaksanaan lalu
lintas pada jaringan atau ruas
jalan tertentu.

- Yang dimaksud dengan


pengawasan lalu lintas adalah
kegiatan yang meliputi :
a. Pemantauan dan penilaian
terhadap pelaksanaan
kebijaksanaan lalu
lintas;
b. Tindakan korektif
terhadap pelaksanaan
kebijaksanaan lalu
lintas.

- Yang dimaksud dengan


pengendalian lalu lintas
adalah kegiatan yang meliputi:
a.Pemberian arahan dan
petunjuk dalam
pelaksanaan kebijaksanaan
lalu lintas;
b.Pemberian bimbingan dan
penyuluhan kepada
masyarakat mengenai hak
dan kewajiban masyarakat
dalam pelaksanaan
kebijaksanaan lalu
lintas;

Pasal 17 ayat (2) dan (3): Cukup jelas.

Pasal 18 : yang dimaksud dengan manajemen


angkutan adalah kegiatan yang
meliputi perencanaan,
pengaturan, pengawasan dan
pengendalian angkutan
orang/barang khusus dengan
kendaraan bermotor.

Realisasi dari manajemen


angkutan antara lain berupa
pengaturan jaringan trayek dan
jaringan lintas serta
penentuan jenis dan jumlah
moda angkutannya.

- Trayek adalah lintasan


kendaraan umum untuk
pelayanan jasa angkutan
orang dengan mobil bis,
yang mempunyai asal dan
tujuan perjalanan tetap,
lintasan tetap dan jadwal
tetap maupun tidak
berjadwal.

- Yang dimaksud Jaringan


trayek adalah kumpulan
dari trayek-trayek yang
menjadi satu kesatuan
jaringan pelayanan
angkutan orang yang
seluruhnya berada disatu
Daerah Propinsi.

- Yang dimaksud jaringan


lintas adalah kumpulan
dari lintas-lintas yang
menjadi satu kesatuan
jaringan pelayanan
angkutan barang.

Pasal 19 huruf a : Yang dimaksud dengan pemberian


ijin adalah kegiatan pelayanan
yang meliputi :
- Pemberian rekomendasi
pengadaan kendaraan umum;
- Pemberian rekomendasi
untuk AKAP;
- Pemberian ijin trayek
untuk AKDP;
- Pemberian ijin operasi
dalam Daerah Propinsi;
- Pemberian ijin
insidentil.

Yang dimaksud dengan ijin


insidentil adalah ijin yang
dapat diberikan kepada
perusahaan angkutan yang telah
memiliki ijin trayek, untuk
menggunakan kendaraan bermotor
cadangannya menyimpang dari
ijin trayek yang dimiliki.

huruf b dan c : Cukup jelas.

Pasal 20 : Cukup jelas.


Pasal 21 ayat (1&2) : Cukup jelas.
ayat (3) : Yang dimaksud angkutan khusus
adalah angkutan orang atau
barang dengan kendaraan
khusus.

Yang dimaksud dengan kendaraan


khusus antara lain :

- Kendaraan pengangkut
petikemas;
- Kendaraan pengangkut
bahan berbahaya dan
beracun (termasuk limbah
bahan berbahaya dan
beracun);
- Mobil pemadam kebakaran;
- Mobil ambulans;
- Mobil jenazah;
- Fork lift;
- Kendaraan bermotor yang
dilengkapi dengan
peralatan uji/kerja.

Pasal 22 : Pembinaan ketentuan mengenai


kendaraan bermotor adalah
pembinaan ketentuan mengenai
persyaratan teknis dan laik
jalan kendaraan bermotor,
termasuk kereta gandengan dan
kereta tempelan.
Pembinaan kendaraan tidak
bermotor adalah pembinaan
tentang persyaratan
keselamatan kendaraan tidak
bermotor.

Yang termasuk kendaraan tidak


bermotor adalah :
- Sepeda;
- Kereta yang ditarik
hewan;
- becak;
- Kereta dorong atau tarik.

Pasal 23 huruf a : Yang dimaksud inventarisasi


kendaraan bermotor adalah
pendataan kendaraan bermotor
yang wajib uji maupun yang
saat ini belum wajib uji.

Yang termasuk kendaraan


bermtor wajib uji saat ini
adalah :
- Mobil bus;
- Mobil barang;
- Kereta gandengan;
- Kereta tempelan;
- Kendaraan khusus;
- Kendaraan Umum.

huruf b : Pemeriksaan kendaraan Bermotor


di Jalan dilakukan oleh
Penyidik Pegawai Negeri Sipil
yang memiliki kwalifikasi
tertentu dibidang lalu lintas
dan angkutan jalan secara
gabungan dengan Instansi
terkait.

huruf c : Cukup jelas.

Pasal 24 s.d. 36 : Cukup jelas.

LAMPIRAN LIHAT FISIK

Anda mungkin juga menyukai