TERJADINYAHIPERBILIRUBIN PADA NEONATUS DI RSB PERMATA HATI
Di susun oleh : Nama: ADRIANI Nim : PB1801003
PROGRAM PROFESI NERS
STIKES MUHAMMADIYAH KLATEN TAHUN 2018 No Item Ringkasan jurnal Analisis Abstrak Tingkat kesehatan ibu dan anak Kelebihan : abstrak sudah merupakan salah satu indikator mencakup latar belakang, disuatu negara dimana angka metode, hasil dan kematian maternal dan neonatal kesimpulan. masih tinggi. Kekurangan : abstrak Angka kematian maternal dan tidak mencantumkan neonatal masih tinggi, salah satu jumlah populasi. faktor penting dalam upaya Saran : abstrak penurunan angka kematian tersebut seharusnya tidak dengan memberikan pelayanan menggunakan bahasa kesehatan maternal dan neonatal teori, ushakan disesuaikan yang berkualitas kepada dengan kejadian di tempat masyarakat (Prawirohardjo, 2005 penelitian. dalam Sosilowati, L 2017). AKB di Indonesia tahun 2007 sebesar 26,9/1000 kelahiran hidup penyebabnya diantaranya hiperbillirubin.menurut HTA 2008, angka kematian bayi atau Infant MortalityRate (IMR) di Indonesia masih cukup tinggi, yaitu 31,04/1000 kelahiran hidupartinya terdapat 31,04 bayi meninggal dalam setiap 1.000 kelahiran. Angkatersebut masih lebih tinggi dibanding Malaysia dan Singapura yang masing-masingsebesar 16,39/1000 dan 2,3/1000 kelahiran hidup (HTA, 2008). Tujuan penelitian ini adalah diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya hiperbilirubin di RSB Permata Hati tahun 2015. Rancangan dalam penelitian ini adalah metode analitik dengan pendekatan cross sectional (potong lintang). Waktu penelitian bulan Januari 2015. Populasinya adalah seluruh bayi dari ibu yang bersalin di RSB Permata Hati dari bulan Januari s/d Desember 2009. Dengan jumlah sampel 92 neonatus, ada pun teknik pengambilan sampel dengan cara Systematic Random Sampling Berdasarkan penelitian diperoleh hasil dari 92 neonatus yang mengalami hiperbilirubin sebanyak 75 neonatus (81.5%). Dari 4 variabel yang diteliti semua variabel mempunyai hubungan yang bermakna dengan hiperbilirubin, yaitu variabel induksi persalinan (p=0.012) partus prematuritas (p=0.002), variabel BBLR (p=0.043), variabel asfiksia (p=0.015) Dapat disimpulkan bahwa partus prematuritas memiliki hubungan paling bermakna terhadap kejadian hiperbilirubin. kata kunci : Hiperbilirubin, Faktor Resiko, Induksi Persalinan, Partus Prematuritas, BBLR, Asfiksia Latar Ikterus dapat bersifat fisiologis Kelebihan : Data yang belakang dan ada sebagian lagi mungkin disajikan relevan dengan
bersifat patologis yang dapat masalah penelitian dan
cukup menantang untuk menimbulkan gangguan yang di teliti. menetap atau menyebabkan Kekurangan : masalah kematian. Oleh karena itu setiap penelitian kurang jelas, bayi dengan ikterus harus dapat penelitian kurang perhatian, terutama apabila mencantumkan akibat
ikterus ditemukan dalam 24 jam dari kejadian
hiperbilirubin bila tidak di pertama kehidupan bayi atau bila tangani. kadar bilirubin meningkat >5 Saran : latar belakang mg/dL dalam 24 jam. Proses lebih sistematis, hemolisis darah, infeksi berat, usahakan seperti kurva ikterus yang berlangsung lebih terbalik. dari satu minggu serta bilirubin direk >1 mg/dL juga merupakan keadaan yang menunnjukkan kemungkinan adannya ikterus patologis (hiperbilirubinemia). Angka kematian bayi di negara- negara ASEAN seperti Singapura 3/1000 per kelahiran hidup, Malaysia 5,5/1000 per kelahiran hidup, Thailand 17/1000 per kelahiran hidup, Vietnam 18/1000 per kelahiran hidup, dan Philipina 26/1000 per kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian bayi di Indonesia cukup tinggi yakni 26,9/1000 per kelahiran hidup (Depkes, 2007). Menurut profil kesehatan Indonesia (2007), insiden hiperbilirubin di Indonesia tahun 2007 berkisar 10 % – 13 %, sementara di Daerah Khusus Ibukota (DKI) tahun 2008 besarnya kejadian hiperbilirubin sebesar 14,4 %, BBLR 16,4 % dan Asfiksia sebesar 7,6 %. Sedangkan angka kejadian untuk Jakarta Selatan sebesar 12,7 % (Profil Kesehatan Indonesia DKI tahun 2007). Populasinya adalah seluruh bayi dari ibu yang bersalin di RSB Permata Hati dari bulan Januari s/d Desember 2009. Dengan jumlah sampel 92 neonatus, ada pun teknik pengambilan sampel dengan cara Systematic Random Sampling metodologi Desain penelitian yang digunakan Kelebihan : metode sudah dalam penelitian ini adalah sesuai dengan masalah deskriptif analitik yang dapat di penelitian, sampel sudah artikan sebagai prosedur mewakili penelitian. pemecahan masalah yang diselidiki Kekurangan : penelitian dengan menggambarkan keadaan tidak menggunakan supjek atau opjek dalam penelitian penelitian lain sebagai dapat barupa orang, lembaga, pembanding. masyarakat dan lainnya yang pada Saran : populasi harusnya saat sekarang berdasarkan fakta- di cantumkan untuk fakta yang tampak atau apa adanya. menghitung apakah Penelitian inidilakukan secara sampel mewakili populasi kuantitatif, yakni data yang nilai- atau tidak. nilai yang ukurannya dapatdinyatakan dengan angka, dan dengan menggunakan metode cross sectional yaitumetode penelitian yang mengobservasi variable dependen dan variableindependen, secara bersamaan pada satu kali observasi. Adapun teknik pengambilan sampel dengan cara Systematic Random Sampling,menggunakan data sekunder.Teknik yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah RandomSampling yaitu memperoleh sampel dengan cara acak sederhana atau SimpleRandom Sampling. Hasil Hubungan induksi persalinan Kelebihan : hasil menarik dengan kejadian hiperbilirubin pada karena perbandingan neonatus di RSB ASIH tahun 2015 antara kelompok sebanyak 57 neonatus (89.1%). perlakuan dan pembanding Hasil uji statistik Pvalue < α (P- segnifikan. Value = 0.012), maka dapat Kekurangan : hasil belum disimpulkan bahwa ada hubungan menyubutkan variabel yang bermakna antara induksi yang paling bermakna. persalinan dengan kejadian Saran : hasil yang di hiperbilirubin. Analisa keeratan cantumkan hasil secara hubungan 2 variabel didapatkan OR rinci. = 4.524 (CI 95% : 1.503-13.613) menunjukkan bahwa induksi persalinan mempunyai peluang 4 kali lebih dominan mempengaruhi terjadinya hiperbilirubin daripada yang tidak induksi. Hubungan partus prematuritas dengan kejadian hiperbilirubin pada neonatus di RSB ASIH tahun 2015 sebanyak 40 neonatus (95.2%). Hasil uji statistik Pvalue < α (P- Value = 0.002), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara partus prematuritas dengan kejadian hiperbilirubin.Analisa keeratan hubungan 2 variabel didapatkan OR = 8.571 (CI 95% : 1.831-40.125) menunjukkan bahwa Partus Prematuritas mempunyai peluang 8 kali lebih dominan mempengaruhi terjadinya hiperbilirubin daripada yang tidak Partus Prematuritas. Hubungan BBLR dengan kejadian hiperbilirubin pada neonatus di RSB ASIH tahun 2015 sebanyak 42 neonatus (89.4%). Hasil uji statistik P-Value < α (Pvalue = 0.043), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara BBLR dengan kejadian hiperbilirubin.Analisa keeratan hubungan 2 variabel didapatkan OR = 3.055 (CI 95% : 0.978- 9.537)menunjukkan bahwa BBLR mempunyai peluang 3 kali lebih dominanmempengaruhi terjadinya hiperbilirubin daripada yang tidak BBLR. Hubungan Asfiksia dengan kejadian hiperbilirubin pada neonatus di RSB ASIH tahun 2015 sebanyak 37 neonatus (92.5%). Hasil uji statistik P-Value < α (Pvalue = 0.043), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara asfiksia dengan kejadian hiperbilirubin.Analisa keeratan hubungan 2 variabel didapatkan OR = 4.544 (CI 95% : 1.206-17.122) menunjukkan bahwa Asfiksia mempunyai peluang 4 kali lebih dominan mempengaruhi terjadinya hiperbilirubin daripada yang tidak Asfiksia. Dari 4 variabel yang diteliti semua variabel mempunyai hubungan yang bermakna dengan hiperbilirubin, namun yang paling bermakna yaitu variabel partus prematuritas (p=0.002), di ikuti oleh variabel induksi persalinan (p=0.012), variabel asfiksia (p=0.015) dan BBLR (p=0.043). Pembahasan Hasil uji statistik diketahui nilai p= Kelebihan : referensi yang 0.012 (p≤0,05) maka dapat di gunakan cukup banyak disimpulkan bahwaada hubungan dan valid. yang bermakna antara induksi Kekurangan : kesimpulan persalinan dengan kejadian sulit di pahami, tidak hiperbilirubin. Hasil Penelitian ini mencantumkan data sesuai dengan teori Berhman karekteristik responden. dimana bayi yang dilahirkan dengan Saran : seharusnya data cara induksi persalinan umumnya yang di cantumkan yaitu akan mengalami gangguan proses variabel bebas dan transport O2 dalam darah (Berhman, kejadian hiperbilirubin 1996 dalam Wuryanti, A. 2015). saja. Hasil uji statistik diperoleh nilai p= 0.002 (p≤0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara partus prematuritas dengan kejadian hiperbilirubin. Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Saifuddin (2009), yaitu partus prematuritas adalah persalinan yang terjadi pada usia antara 28-36 minggu atau dengan berat janin kurang dari 2500 gram. Hasil uji statistik diperoleh nilai p =0.043 (p≤0,05), maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara BBLR dengan kejadian hiperbilirubin. Sesuai dengan teori Saifudin (2009), yang mengatakan bahwa bayi yang lahir dengan BBLR mudah timbul berbagai gangguan seperti hiperbilirubin karena belum sempurnanya fungsi hati dan kurangnya produksi enzim transferase dalam proses metabolisme bilirubin sehingga memudahkan terjadinya hiperbilirubin pada bayi prematur. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Soparina (2009) bahwa diperoleh ada hubungan yang bermakna antara BBLR dengan terjadinya hiperbilirubin (nilai p=0,0429) Kesimpulan Dari dari 92 neonatus yang Kelebihan : kesimpulan dijadikan didapati 75 neonatus yang mengacu pada tujuan mengalami hiperbilirubin. penelitian Dari 92 sampel diperoleh 57 Kekurangan : kesimpulan responden induksi persalinan belum menyimpulkan dengan hiperbilirubin dan 7 hasil yang paling responden induksi persalinan tidak bermakna dari ke empat hiperbilirubin. variabel penelitian. Dari 92 sampel diperoleh 40 Saran : mencantumkan responden partus prematuritas hasil penelitian sebaiknya dengan hiperbilirubin dan 2 di urutkan dari yang paling responden partus prematuritas tidak bermakna hingga yang hiperbilirubin. paling rendah hasilnya. Dari 92 sampel diperoleh 42 responden BBLR dengan hiperbilirubin dan 5 responden BBLR tidak hiperbilirubin. Dari 92 sampel diperoleh 37 responden asfiksia dengan hiperbilirubin dan 3 responden asfiksia tidak hiperbilirubin. Dari hasil penelitian 4 variabel penelitian di atas dapat di simpulkan bahwa pasien dengan partus prematuritas memiliki hubungan paling bermakna yaitu dengan nilai (P-value=0.002). Implikasi Dari hasil penelitian ini di harapkan Hasil penelitian penting semua pasien dengan masalah untuk di terapkan untuk partus prematuritas, BBLR, induksi mnghindari terjadinya persalinan dan asfiksia dapat hiperbilirubunemia dan diberikan penanganan lebih cepat kematian. dan tepat untuk mrngurangi kejadian hiperbilirubin yang berakibat pada kematian. Diharapkan setiap ruang perinatologi memiliki ruang perawatan intensif. DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI, 2004, Profil Kesehatan Indonesia 2008. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI. Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Tangerang, 2015. Dinas Kesehatan Kabupaten Serang, Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Serang, 2007. Wuryanti, A 2015. Karya Tulis Ilmiah, Hubungan Anemia Dalam Kehamilan Dengan Perdarahan Postpartum Karena Atonia Uteri Di Rsud Wonogiri, download at 4 Juni 2011 Saifuddin, A. B. 2009. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta Ayu Wuryanti, 2015.Karya Tulis Ilmiah, Hubungan Anemia Dalam Kehamilan Dengan Perdarahan Postpartum Karena Atonia Uteri Di Rsud Wonogiri, download at 4 Juni 2011