Anda di halaman 1dari 54

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan sebagai bagian dari upaya pembangunan masyarakat

seutuhnya antara lain melalui upaya kesehatan anak yang dilakukan sedini

mungkin sejak anak masih didalam kandungan. Upaya kesehatan yang dilakukan

sejak anak masih didalam kandungan sampai usia lima tahun pertama

kehidupannya, ditujukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup sekaligus

untuk meningkatkan kualitas hidup anak agar tercapai tumbuh kembang optimal

baik fisik, mental, emosional maupun sosial serta memiliki intelegensi majemuk

sesuai dengan potensi genetik. Lima tahun pertama kehidupan merupakan masa

yang sangat peka terhadap lingkungan dan masa ini berlangsung sangat pendek

serta tidak dapat diulang lagi, masa balita tersebut sebagai “masa keemasan”

(golden periode), “jendela kesempatan” (window of opportunity) dan “masa

kritis” (critical periode) (Depkes RI, 2009).

Program imunisasi sendiri bermula pada tahun 1977 dan menjadi program

yang sangat luas pengembangan imunisasi dalam rangka pencegahan penularan

terhadap Penyakit yang dapat dicegah dengan Imunisasi (PD3I) seperti penyakit

Tuberculosis, Difteri, Pertusis, Campak, Tetanus, Polio, serta Hepatitis B.

Imunisasi Dasar Lengkap pada bayi meliputi 1 dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis

polio, 4 dosis hepatitis B, 1 dosis campak (Atikah, 2010).

Menurut WHO (World Health Organization) angka kematian balita akibat

penyakit infeksi yang seharusnya dapat dicegah dengan imunisasi masih tinggi.
2

Terdapat kematian balita sebesar 1,4 juta jiwa per tahun, yang antara lain

disebabkan oleh batuk rejan 294.000 (20%), tetanus 198.000 (14%) dan campak

540.000 (38%).

Data WHO diperkirakan setidaknya ada 50% angka kematian di Indonesia

bisa dicegah dengan imunisasi dan Indonesia termasuk sepuluh besar negara

dengan jumlah terbesar anak tidak tervaksinasi (WHO, 2010). Sebagian anak

tidak mendapatkan imunisasi dasar secara lengkap sehingga anak dinyatakan drop

out atau anak tidak lengkap imunisasinya.

Data Riskesdas 2013, menunjukkan bahwa masih ada anak usia 12-23 bulan

yang tidak mendapatkan imunisasi dasar tidak lengkap yaitu sebesar 8,7%

(Kemenkes RI, 2013).

Cakupan imunisasi khususnya di Provensi Sumatera Utara masih terhitung

sangat rendah yang disebabkan ketidak rataan setiap kabupaten yang berada di

bawah 80 persen ( Dinas Kesehatan 2017).

Berdasakan survei awal yang dilakukan oleh peneliti di Rumah sakit Mitra

Medika Medan memberikan vaksin pada neonatus dengan berat badan >2500

gram sebanyak 124 bayi dan tercatat 75 bayi diantaranya beragama islam data ini

terhitung mulai tanggal 1 sampai 26 November 2018.

Tujuan utama dilakukan asuhan keperawatan pada neonatus yang akan

dilakukan penyuntikan vaksin HB0 adalah mengurangi rasa sakit sehingga

diperlukan asuhan keperawatan untuk meningkatkan kenyamanan neonatus

dengan metode non farmakologi seperti facilitated tucking dan Murotall Al-

quran.
3

Penelitian Zubaidah (2015) dikutip Liaw et al (2011) mengatakan

Facilitated tucking merupakan tindakan memfasilitasi posisi fleksi miring ke

salah satu sisi dimana salah satu tangan melakukan fiksasi dengan lembut daerah

kepala dan tangan bayi, dan tangan lainnya memfiksasi daerah kaki dan bokong

bayi, facilitated tucking sendiri dapat mempertahankan stabilitas sistem saraf

otonom dan motori sehingga menurunkan tingkat stres dikarenkan adanya batas-

batas fisik dan posisi janin yang ditekukan dapat merangsa dengan lembut untuk

proprioseptif, termal, dan taktil sistem sensorik, yang dapat memodifikasi

mekanisme kontrol gerbang yang mengakibatkan perubahan transmisi nyeri.

Gomella, Cunningham, dan Eyal (2013) menyebutkan bahwa metode

facilitated tucking dilakukan dengan memegang lembut tangan dan kaki bayi pada

posisi fleksi, metode ini efektif pada awal untuk pemasangan infus, pemeriksaan

ROP dan pengisapan lendir dengan mengunakan ETT, serta terbukti mempercepat

penyembuhan dan denyut nadi cenderung lebih stabil dengan rentang normal

(120-160 kali per menit).

Sibel Kucukoglu ( 2015 ) dalam penelitianya yang berjudul The effect of the

facilitated tucking position in reducing vaccination-induced pain in newborns

mengatakan skala nyeri saat dilakukan vasinasi lebih rendah yang diukur dengan

NIPS dengan hasil kelompok Facilitated tucking (2,83 ±1,18) secara signifikan

lebih rendah dari pada nilai dari bayi pada kelompok holding klasik (6,47 ± 1,07,

p < 0,05 sedangkan menurut teori synactive, posisi Facilitated tucking adalah

metode nyeri nonfarmakologis yang membantu bayi merasa aman , menenangkan

diri, dan mengurangi konsumsi oksigen mereka.


4

Musik Klasik Mozaik biasanya diperdengarkan dengan pola getaran yang

dapat menurunkan hormone-hormon stress serta mengaktifkan hormon endorfin

alami (serotonin) sehingga mekanisme ini dapat memperbaiki sistem kimia tubuh

yang dapat menurunkan tekanan darah, memperlambat pernafasan, detak jantung,

denyut nadi dan aktivitas gelombang otak dan dapat meningkatkan perasaan rileks

atau nyaman, mampu mengalihkan perhatian dari rasa takut ( Haruyama 2013 )

dan (Primadita, 2011 ).

Musik telah diyakini memiliki efek yang positif terhadap neonatus. Efek

positif musik terhadap neonatus antara lain dapat mengurangi rawat, saturasi

oksigen stabil, meningkatkan kepekaan terhadap stimulus, mengurangi respon

Stres, dan meningkatkan interaksi dan ikatan batin orang tua dengan bayi

(Gooding, 2010) sedangkan menurut Thiel( 2010 ) Musik juga memiliki efek

positif terhadap tanda-tanda vital, respon nyeri, dan perkembangan bayi dan

biasanya music dipendegarkan selama 2 menit sebelum tindakan pengambilan

darah hingga selesai ( Zubaidah 2015)

Berdasakan survei awal pada tanggal 26 November 2016 di RS Mitra

Medika Tajung Mulia tahun 2018 diruang neonatus didapatkan data bahwasanya

perawat mengatakan belum pernah dilaksanakan penelitian sebelumnya tentang

Facilitated tucking dan Musik Mozaik pada neonatus serta sampel mencukupi

sehingga Peneliti mengasumsikan bahwasanya terapi Facilitated tucking dan

Musik Mozaik dapat menurunkan nyeri pada neonatus saat dilakukan vaksin di

RS Mitra Medika Tanjung Mulia tahun 2018.


5

Dari permasalahan diatas, Peneliti tetarik untuk melakukan penelitian yang

berjudul “Efektivitas Facilitated Tucking dengan Musik Mozaik Terhadap Skala

Nyeri Neonatus menerima Vaksinasi di RS Mitra Medika Tanjung Mulia tahun

2018”

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimana Efektivitas Facilitated Tucking dengan Musik Mozaik Terhadap

Skala Nyeri Neonatus menerima Vaksinasi di rs Mitra Medika Tanjung Mulia

Tahun 2018.…?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana “Efektivitas Facilitated Tucking dengan

Musik Mozaik Terhadap Skala Nyeri Neonatus menerima Vaksinasi di RS

Mitra Medika Tanjung Mulia Tahun 2018”

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui bagaimana skala nyeri terhadap penyuntikan

vaksinasi pada bayi baru lahir sesudah diberi perlakuan facilitated

tucking

2. Untuk mengetahui bagaimana skala nyeri terhadap penyuntikan

vaksinasi bayi pada bayi baru lahir sesudah diberi perlakuan diberi

perlakuan Musik Mozaik


6

3. Untuk mengetahui bagaimana Efektivitas Facilitated Tucking dengan

Musik Mozaik Terhadap skala nyeri neonatus menerima Vaksinasi di

RS Mitra Medika Tanjung Mulia tahun 2018”

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan informasi

kepada pihak Rumah Mitra Medika agar menjadikan efektivitas facilitated tucking

dengan Musik Mozaikterhadap Skala Nyeri neonatus menerima vaksinasi di RS

Mitra Medika Tanjung Mulia 2018 sebagai salah satu manajemen nyeri.

1.4.2 Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai koleksi buku di

perpustakaan yang dapat digunakan Mahasiswa/i untuk para Peneliti selanjutnya

dan diharapkan institusi pendidikan mendorong serta memotivasi mahasiswa lain

untuk mengembangkan dan memantapkan teori, model dan metode pelaksanaan

yang lebih terperinci lagi dari penelitian ini maupun penelitian lain.

1.4.3 Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi sehingga dapat

memperkaya dan menambah wawasan bagi Peneliti selanjutnya.


7

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Bayi Baru Lahir

2.1.1 Definisi Bayi Baru Lahir

Neonatus adalah bayi yang baru lahir 28 hari pertama kehidupan (Rudolph,

2015) sedangkan dalam Kamus Kesehatan( 2015 ) Seorang bayi yang baru lahir

sering disebut sebagai Neonatus dalam istilah medis.

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir cukup bulan 38-42 minggu

dengan berat badan 2500-3000 gram dan panjang badan sekiatar 50-55 cm.

( sarwono 2015) yang dikutip ( jenyy 2013 ).

Neonatus merupakan bayi yang sudah mengalami proses kelahiran dan harus

menyesuaikan diri dari kehidupan intra uteri ke kehidupan ekstra uteri, Tiga faktor

yang mempengaruhi perubahan fungsi dan proses vital neonatus yaitu maturasi,

adaptasi dan toleransi ( Padila 2014 ).

2.1.2 Klasifikasi

Bayi baru lahir atau neonatus di bagi dalam beberapa kasifikasi menurut

Marmi (2015) , yaitu :

1) Neonatus menurut masa gestasinya

a) Kurang bulan (preterm infant) : < 259 hari (37 minggu)

b) Cukup bulan (term infant) : 259-294 hari (37-42 minggu)

c) Lebih bulan (postterm infant) : > 294 hari (42 minggu atau lebih)

7
8

2) Neonatus menurut berat badan lahir

a) Berat lahir rendah : < 2500 gram

b) Berat lahir cukup : 2500-4000 gram

c) Berat lahir lebih : > 4000 gram

3) Neonatus menurut berat lahir terhadap masa gestasi (masa gestasi dan

ukuran berat lahir yang sesuai untuk masa kehamilan)

a) Nenonatus cukup/kurang/lebih bulan (NCB/NKB/NLB)

b) Sesuai/kecil/besar untuk masa kehamilan (SMK/KMK/BMK)

2.1.3 ciri-ciri

Bayi baru lahir dikatakan normal jika termasuk dalam kriteria sebagai berikut :

1. Berat badan lahir bayi antara 2500-4000 gram.

2. Panjang badan bayi 48-52 cm.

3. Llingkar dada bayi 30-38 cm.

4. Llingkar kepala bayi 33-35 cm.

5. Pernafassanya 40-60x/I

6. Bunyi jantung dalam menit pertama ± 180 kali/menit,kemudian turun

sampai 140-120 kali/menit pada saat bayi berumur 30 menit

7. Kulit kemerahan-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup

terbentuk dan dilapisi verniks kaseosa.

8. Rambut lanugo telah hilang,rambut kepala tumbuh baik.

9. Kuku telah agak panjang dan lemas.


9

10. Genitalia:testes sudah turun ( pada bayi laki-laki ) dan labia mayora telah

menutupi labia minora ( pada bayi perempuan )

11. Reflek isap, menelan dan moro telah terbentuk ( Jenny 2013 )

12. Eliminasi, urin, dan meconium normalnya keluar pada jam 24 jam

pertama. Mekonium memiliki karakteristik hitam kehijauan dan lengket

13. Reflek menghisap dan menelan belum sempurna (Ridha 2014).

Hal-hal yang diawasi pada bayi baru lahir dapat dilakukan dengan metode

APGAR. Aspek-aspek yang termasuk APGAR dan harus dinilai dan dicatat ialah:

Table 2.1 APGAR SCORE

N0 TANDA NILAI 0 NILAI 1 NILAI 2


1 Denyut jantung Tidak ada Lambat < 100 Lebih dari 100

2 Pernafasan Tidak ada Lambat Menangis


menangis lemah dengan baik
3 Tonus otot Lemah Ekstermitas Fleksi dengan
sedikit fleksi baik
4 Refleks Tidak ada Menyeringai Menangis
respons (Grimace)

5 Warna Biru, pucat Tubuh merah Merah muda


muda, ekstermitas seluruhnya
biru

Sumber : Daniel ( 2014 )

Keterangan :

1. Nilai 1-3 asfiksia berat

2. Nilai 4-6 asfiksia sedang

3. Nilai 7-10 asfiksia ringan (normal)


10

2.1.4 Adaptasi Bayi Baru Lahir

2.1.4.1 Adaptasi Fisilogis Bayi Baru Lahir

Lydron ( 2014 ) Periode neonatal meruopakan periode paling kritis

dalam fase pertembuhan dan pekembangan bayi karena pada periode ini terjadi

transisi dari kehidupan di dalam kandungan ke kehidupan luar kandungan yang

merupakan perubahan dratis.

1. System pernafasan/Respirasi

Selama dalam kandungan, janin mendapatkan oksigen dan pertukaran

gas melalui plasenta sehingga pernafasan pertama pada bayi normal

terjadi dalam waktu 10 detik pertama sesudah lahir. Rangsangan

gerakan pernapasan pertama terjadi karena beberapa factor yaitu :

a. Stimulasi mekanik, yaitu karena tekanan mekanik dari torak pada

saat melewati jalan lahir.Tekanan ini menyebabkan cairan di dalam

paru-paru ( pada bayi nenonatus jumlahnya 80-100 mL ) berkurang

sebanyak 1/3nya dan cairan tersebut diganti dengan udara.

b. Stimulasi kimiawi, yaitu penurunan Pa02 ( dari 80 ke 100 mmHg)

dan kenaikan PaCO2 ( dari 40 ke 70 mmHg , semua penurunan PH

merangsang kemoreseptor yang terletak di sinus karotikus.

c. Sitimulasi sensorik, yaitu adanya rangsangan suhu dingin mendadak

pada bayi saat meninggalkan suasana hangat di uterus dan

memasuki udara luar yang relative lebih dingin. Sensorik di kulit

yang kemudian disalurkan ke pusat respirasi.


11

d. Reflek deflasi hering breur

Upaya pernafasan pertama seorang bayi berfungsi untuk :

1. Mengeluarkan cairan dalam paru-paru

2. Mengembangkan alveolus paru-paru untuk pertama kali.

Sebelum lahir paru-paru janin penuh dengan cairan yang diekresikan oleh

paruh-paru itu sendiri.ketika dilahirkan, cairan ini meninggalkan paru-paru

baik karena dipompa menuju jalan napas dan keluar dari mulut dan hidung,

maupun karena bergerak melintas dinding alveolar menuju pembuluh limfe

paru dan menuju duktus torasikus.

Frekunsi dan dalamnya pernapasan belum teratur,umumnya antara 30-

60x/I dengan periode singkat apnea ( kurang dari 15 detik ).Apnea ini sering

terjadi ketika tidur dan durasinya berkurang seiring bertambahnya usia.

2. Perlindungan Termal ( Termoregulasi )

Hilangnya panas tubuh dari bayi baru lahir ke lingkungannya dapat

terjadi dalam beberapa mekanisme yaitu sebagai berikut :

a. Konduksi

Kehilangan panas melalui konduksi adalah kehilangan panas tubuh

melalui kontak langsung antar tubuh bayi dan objeck lain yang lebih

dingin,misalnya : meja, tempat tidur atau timbangan yang suhunya lebih

rendah dari tubuh bayi.


12

b. Konveksi

Kehilangan panas melalui Konveksi adalah kehilangan panas tubuh

yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingi, misalnya

menempatkan bayi baru di dekat pintu yang sering terbuka dan tertutup

atau membiarkan bayi baru lahir terpapar dalam ruangan dengan kipas

angina menyala.

c. Radiasi

Kehilangan panas melalui Radiasi adalah kehilangan panas yang

terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda yang mempunyai suhu

tubuh lebih rendah dari suhu tubuh bayi ( walaupun tidak bersentuhan

secara langsung ) misalnya jika bayi baru lahir ditidurkan berdekatan

dengan tembok yang berbatasan dengan udara terbuka.

d. Evaporasi

Kehilangan panas melalui Evaporasi merupakan jalan utama bayi

kehingan panas. Kehilangan panas dengan cara ini dapat terjadi karena

penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panastubuh bayi

sendiri,karena setelah lahir tubuh bayi tidak segera keringkan.kehilangan

panas juga dapat terjadi pada bayi baru lahir yang terlalu cepat

dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti.

3. Metabolisme Karbohidrat

Lydron ( 2014 ) Janin mendapatkan kebutuhan akan glukosa dari

plasentas,tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat lahir


13

menyebabkan seorang bayi harus mepertahankan kadar glukosa darahnya

sendiri. Pada setiap bayi baru lahir kadar glukosa darah akan turun dalam

waktu 1-2 jam untuk memperbaiki penurunan kadar gula darah tersebut, dapat

dilkaukan dengan tiga cara, yaitu : melalui pengunaan ASI, melalui

penggunaan cadangan glikogen dan melalui pembuatan glukosa dari sumber

lain terutama lemak.Apabila bayi dari ibu menderita DM dan BBLR

perubahan glukosa menjadi glikogen akan meningkat atau terjadi gangguan

metabolism asam lemak.

4. System Peredaran Darah

a. System peredaran darah pada janin

Janin menerima oksigen dan sari makanan dari plasenta,plasenta juga

menjalankan fungsi paru-paru sehingga tidak ada sirkulasi pulmonal

seperti pada orang dewasa.

Darah mengalir dari plasenta ke janin melalui vena umbilikalis yang

terdapat dalam tali pusat darah masuk ke dalam vena kava inferior

melalui duktus venosus ke atrium kanan masuk ke dalam atrium kiri

melalui foramen ovale kemudian masuk ke dalam ventrikel kiri lalu ke

arkus aorta didistribusi ke otak jantung dan bagian tubuh atas setelah itu

darah dideoksigensasi mengalir di vena kava superior menuju ke atrium

kanan kemudian ke ventrikel kanan darah dipompa masuk ke dalam

arteri pulmonal disalurkan langsung ke dalam aorta desenden melalui

duktus arteriosus darah kembali ke plasenta melalui aorta desenden,


14

arteri, iliaka interna dan arteri umbilikalis untuk mengadakan pertukaran

gas.

b. Adaptasi system peredaran darah pada bayi

Ketika tali pusat diklem dan bayi menarik napas untuk pertama

kali,sirkulasi pada bayi mulai berkurang dikarenakan darah melalui

duktus venosus berkurang secara tiba-tiba yang disebabkan oleh

penutupan duktus venosus secara pasif dalam waktu 3-7 hari dan dengan

segeramengurangi aliran darah yang melalui vena kava inferior.Ekspansi

paru menurunkan tahanan vascular pulmonal sehingga menurunka aliran

darah atrium kanan sedangkan atrium kiri meningkat sehingga

menyebabkan penutupan foramen ovale.

Tabel 2.2

Perubahan sirkulasi Darah janin ketika lahir

Struktur Sebelum lahir Setelah lahir


Vena Umbilikalis Membawa darah arteri ke hati danjantung Menutup : menjadi
ligamentum teres hepatis
Arteri Umbilikalis Membawa darah arteriovenosa ke plasenta Menutup : menjadi
ligamentum vesikale pada
dinding abdomen anterior
Duskus Venosus Pintas darah arteri ke dalam vena kava Menutup : menjadi
inferior ligamentum venosum
Duskus Arteriosus Pintas darah arteri dan sebagian darah vena Menutup : menjadi
dari arteri pulmonalis ke aorta ligamentum arterosum
Foramen Ovale Menghubungkan atrium kanan dan kiri Biasanya menutup kadang-
kadang terbuka
Paru-paru Tidak mengandung udara dan sangat sedikit Berisi udara dan disuplai
mengandung udara dan berisi cairan darah dengan baik
Arteri Pulmonalis Membawa sedikit darah keparu Membawa banyak darah ke
paru
Aorta Menerima darah dari kedua ventrikel Menerima darah hanya ke
vertikel kiri
Vena Kava Membawa darah vena dari tubuh dan darh Membawa darah hanya ke
Inferior arteri dari plasenta atrium kanan
15

Gambar 01 Sistem Peredaran Darah Janin

Sumber : Lydron ( 2014 )

5. System Gastrointestinal

Kadar gula darah tali pusat 65 mg/100 mL akan menurun menjadi 50

mG/100mL dalam waktu 2 jam sesudah lahir, energy tambahan yang diperlukan

neonates pada jam-jam pertama sesudah lahir diambil dari hasil metabolism asam

lemak sehingga kadar gula akan mencapai 120mg/100mL.Bila perubahan glukosa

menjadi glikogen meningkat atau adanya gangguan metabolism asam lemak yang

tidak dapat memenuhi kebutuhan neonates, maka kemungkinan besar bayi

mengalami hipoglikemia ( jenny 2013 ).

Pada saat percenaan bayi baru lahir terdapat meconium yaitu zat berwarna

hitam kehijauan yang terdiri atas mukopolisakarida,meconium ini biasanya

dikeluarkan dalam 12-24 jam pertama dan dalam 4 hari biasanya tinja sudah

berbentuk danberwarna kekuningan.


16

Tabel 2.3

Perubahan pola pembentukan feses pada bayi baru lahir

Mekonium
Tinja pertama bayi yang tersusun atas cairan amniotic dan penyusunnya seperti sekresi
usus, sel mulkosa yang lepas, dan kemungkinan darah ( darah ibu yang tertelan atau
perdarahan minor pembuluh darah saluran pencernaan).
Tinja Transisi
Biasanya keluar pada hari ketiga setelah menyusui, berwarna coklat kehijauan sampai
coklat kekuningan, dan kurang lengket dibandingkan meconium.
Tinja Susu
Biasany keluar pada hari keempat dan berwarna kuning hingga keemasan,kenyal dan
berbau seperti susu.

Sumber : Jenny ( 2013 )

6. Sistem Kekebalan Tubuh ( Imun )

Infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas selama

periode neonatus ( Jenny 2013 )

Sistem kekebelan tubuh dapat terbagi menjadi 2 yaitu :

1. sistem kekebalan alami terdiri dari struktur pertahanan tubuh yang

mencegah atau meminimalkan infeksi contohnya perlindungan

membran mukosa kulit, perlindungan oleh rambut pada saluran

pernafasan yang berfungsi sebagai penyaring, pembentukan koloni

mikroba oleh kulit dan usus,serta perlindungan kimia oleh lingkungan

asam lambung serta leukosit.

2. Sistem kekebalan yang didapat

sistem kekebalan terdiri dari pertahanan tubuh setelah kekebelan

alami,sistem kekebalan yang didapat berfungsi untuk menhancurkan

pathogen dan berfungsi Sel B dan Sel T. ( lydron 2014 )


17

7. Keseimbangan Cairan dan Fungsi Ginjal

Pada tubuh bayi baru lahir terdapat relative banyak air tetapi kadar natrium

relative lebih besar daripada kalium karena ruangan ekstraselular yang luas

serta nefron ginjal masih belum sebanyak orang dewasa tetapi bayi harus

mengeluarkan urine 20-30 mL/Jam dan meningkat menjadi 100-200 mL/Jam

pada akhir minggu ( lydron 2014 )

Sedangkan menurut jenny ( 2013 ) sebagian besar bayi baru lahir

berkemih dalam 24 jam pertama setelah lahir dan2-6 kali sehari pada 1-2 hari

pertama setelah itu mereka berkemih 5-20 kali dalam 24 jam, urin dapat keruh

karena lendir dan garam asam urat noda kemerahan ( debu batu bara ) dapat

diamati pada popok karena Kristal asam urat.

8. Sistem Hepatik

Setelah lahir hati menunjukkan perubahan biokimia dan morfolofis

berupa kenaikan kadar protein dan penurunan kadar lemak dan glikogen.

Enzim hepar belum aktif benar, seperti enzim dehidrogenas dan transferase

glukoronil sering kurang sehingga neonatus memperlihatkan gejala ikterus

neonatorum fisiologis ( lydron 2014 )

9. Sistem Saraf

Pada saat lahir sistem saraf belum terintegrasi sempurna tetapi sudah

cukup berkembang untuk bertahan dalam kehidupan ekstrauterin sebagian

besar fungsi neulogik belum mantang ( lydron 2014 )


18

2.1.4.2 Adaptasi Psikologik Bayi Baru Lahir

Menurut lydron ( 2014 ) Adaptasi Psikologik Bayi Baru Lahir sebagai

berikut :

1. Periode pertama Reaktivitas

Periode pertama reaktifitas dimulai sejak bayi lahir dan berlangsung

selama 30 menit, karakteristik pada periode ini antara lain : respirasi dan

pernapasan berlangsung cepat ( frekunsi pernafasan mencapai 80 kali per

menit ) dengan irama yang tidak teratur, eksipirasi mendengkur, terdapat

retrasi, memiliki sejumlah mucus, dan bayi menagis kuat.

2. Fase Tidur

Fase tidur dimulai dari 30-120 menit awal setelah bayi dilahirkan pada

fase frekuensi pernafasan dan denyut jantung menurun kembali ke nilai

dasar seiringan dengan masuknya bayi dalam fase tidur,warna kulit

cenderung stabil dan bisa terdengar bising usus.

Pada bayi baru lahir membutuhkan tidur selama 14-18 jam sehari,

pernafasan teratur, gerak tubuh sedikit 50% tidur NREM dan terbagi

dalam 7 periode, dan pada bayi tidur selama 12-14 jam sehari, sekitar 20-

30% tidur REM, tidur lebih lama pada malam hari dan punya pola

terbangun sebentar dalam jurnal ( syamsinar 2016 ).

3. Periode kedua Reaktivitas

Periode kedua reaktivitas berlangsung sejak bayi terbangun dan

menunjukan ketertarikan terhadap rangsangan dari lingkungan,periode ini

berlangsung selama 2-8 jam pada bayi baru lahir normal serta denyut
19

jantung dan laju pernafasan 30-60 x/I,frekuensi nadi apical berkisar 120-

160 x/I serta peristalsis meningkat sehingga tidak jarang bayi

mengeluarkan meconium.

Pada periode ini perlu dilakuakan pemantauan ketat atas kemungkinan

bayi tersedak saat mengeluarkan mucus yang berlebihan, pemantauan

setiapkejadian apnea, dan mulai melakukan metode stimulus keinginan

atau rangsangan taktil segera misalnya mengusap punggung, memiringkan

bayi, serta mengkaji keinginan dan kemauan bayi untuk mengisap serta

menelan.

2.2 Vaksin Hepatitis B-O

2.2.1 Definisi

Imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak

dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk

mencegah terhadap penyakit tertentu (Hidayat. A.A, 2009).

Vaksin Hepatitis B-0 adalah vaksin virus recombinan yang telah di

inactivasikan dan bersifat non infectious berasal dari HbsAg yang telah dihasilkan

dalam sel ragi (Hansenula) Polymorpha menggunakan teknologi DNA

recombinan. Pedoman nasional di indonesia merekomendasikan agar seluruh bayi

diberikan imunisasi Hepatitis B dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan

pada bulan berikutnya.

Program Imunisasi Hepatitis B 0-7 hari dimulai sejak tahun 2005 dengan

memberikan vaksin hepatitis B-0 monovalen (dalam kemasan uniject) saat lahir,
20

pada tahun 2006 dilanjutkan dengan vaksin kombinasi (Difteria, Tetanus,

Pertusis) DTP/HepB pada umur 2-3-4 bulan (Hadinegoro, 2008).

2.2.2 Macam-Macam

Beberapa imunisasi dasar yang diwajibkan oleh pemerintah adalah

sebagai berikut :

a. Imunisasi BCG (Bacillus Calmette-Guerin), merupakan imunisasi

yang digunakan untuk mencegah penyakit TBC.

b. Imunisasi DPT (Diphteria, Pertusis, Tetanus), merupakan imunisasi

yang digunakan untuk mencegah penyakit difteri, pertusis dan tetanus.

c. Imunisasi Polio, merupakan imunisasi yang digunakan untuk

mencegah penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan

kelumpuhan pada anak.

d. Imunisasi Campak, merupakan imunisasi yang digunakan untuk

mencegah penyakit campak pada anak.

e. Imunisasi Hepatitis B, merupakan imunisasi yang digunakan untuk

mencegah penyakit hepatitis B

f. Imunisasi Hepatitis A, merupakan imunisasi yang digunakan untuk

mencegah penyakit hepatitis A

g. Cacar Air biasanya disebabkan oleh virus Varicella-zoster dan sangat

menular (Rita ismail 2011 )


21

2.2.3 SOP Penyuntikan HB0

Tabel 2.4

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP)

IMUNISASI HB0

Pengertian Suatu tindakan pemberian kekebalan kepada tubuh bayi


terhadap penyakit Hepatitis dengan Uniject secara
intramuscular pada bayi usia 0-7 hari
Tujuan Agar anak mempunyai daya tahan terhadap penyakit hepatitis
Kebijakan Bidan dan tenaga kesehatan lainya dapat melakukan sesuai
dengan standar prosedur kerja yang berlaku
Proses A. Persiapan alat
1. Baki beralas
2. Bak spuit steril
3. Vaksin HB0 dalam uniject
4. Kom berisi kapas alcohol
5. Bengkok
6. Buku KIA
B. Persiapan
1. Memberitahu ibu dan keluarga bahwa bayinya akan
diberikan vaksin Hepatitis B dengan cara di suntik
2. Posisikan bayi terlentang ( Classical holding )

Gambar 2.1 Posisi HB0


C. Pelaksanaan
1. Keluarkan vaksin HB0 dari kemasan periksa:
- Label jenis vaksin untuk memastikan bahwa uniject tersebut
memang berisi vaksin Hepatitis
- Tanggal kadaluarsa.
22

- Warna pada tanda pemantau paparan panas (VVM) yang


tertera atau menempel pada sebungkus uniject masih layak
dipakai
2. Dorong dan tekan dengan cepat penutup jarum ke dalam
port. Jarak antara penutup jarum dengan port akan hilang
dan terasa ada klik
3. Oleskan kapas alcohol di 1/3 paha luar bayi sebelah kanan
4. Pegang paha bayi sebelah kanan dengan ibu jari dan jari
telunjuk
5. Keluarkan penutup jarum
6. Pegang vaksin HB0 dan suntikan jarum dengan sudut 90 0 di
1/3 paha luar bayi sebelah kanan
7. Tekan reservoir (gelembung vaksin) untuk memsukkan
vaksin, setelah reservoir kempes cabut uniject dari paha bayi
dengan cepat.
8. Tekan paha bayi dengan kapas alcohol
9. Dokumentasikan pada buku KIA
D. Hal-hal yang harus di perhatikan
1. Pemberian imunisasi hepatitis B sebaiknya ditunda pada
kondisi bayi :
a. Berat badan lahir rendah (BBLR)
b. Bayi kuning
c. Tidak sehat atau lemah

Sumber : Vivian ( 2010 ) dan Naomy ( 2016 )

2.3 Nyeri Pada Neonatus

2.3.1 Definisi

Nyeri pada Bayi Nyeri adalah suatu fenomena yang sering dijumpai dan

tidak memiliki batas usia, baik usia bayi baru lahir sampai lansia (Rudolph,

2015).
23

Menurut The International Association forthe study of pain (IASP) nyeri

adalah pengalaman sensori dan emosi tidak menyenangkan yang berkaitan

dengan kerusakan aktual atau potensial (Terri, 2014).

2.3.2 Manifestasi nyeri

Manifestasi klinis Penilaian nyeri pada bayi perlu dilakukan secara tidak

langsung dan meliputi observasi tangis, ekspresi wajah, respons autonom, dan

tingkah laku atau aktivitas motorik. Ekspresi wajah merupakan indikator nyeri

bayi yang hampir selalu bisa diandalkan. Setelah anak menjadi semakin besar,

terjadi pula perilaku antisipasi, yang tampak dari sikap tubuh dan gerakan

protektif. (Nelson, 2012).

Tabel 2.5 Manifestasi Nyeri

MANIFESTASI NYERI AKUT PADA NEONATUS


Respon Fisiologis Respon perilaku
Tanda vital Vokalisasi
 Denyut jantung meningkat  Menagis
 Tekanan darah meningkat  Merintih
 Repirasi rate ( RR ) yang cepat  Merengek
dan dangka Ekrepresi Muka
Oksigenasi  Meringis
 Menurunnya saturasi oksigen  Alis Mengerut
transkutan  Mata menutup erat
 Menurunnya saturasi oksigen  Dagu bergetar
arteri  Mulut terbuka dan squarish
Kulit Gerakan dan postur tubuh
 Pucat  Penarikan tungkai
 Diaphoresis  Trashing
 Telapak tangan berkeringat  Kekakuan
Observasi lain  Flaccidity
 Peningkatan tonus otot  Fist Cleanching
 Dilatasi pupil
24

 Descreased vagal berve tone Perubahan pada kegelisahan


 Bukti laboratorium metabolic  Perubahan pada tidur ( siklus
atau endokrin berubah : bangun)
hiperglikrmia,PH  Perubahan pada perilaku makan
menurun,kortikosteroid  Perubahan tingkat aktivitas
meningkat.  Cerewet mudah marah
 kelesuan

Tabel 2.5. ManSumber : Wong,Wilson dan Hockenberry ( 2011)

2.3.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri

1. Usia Bayi memiliki intensitas nyeri yang lebih besar daripada anak usia

sekolah dan dewasa (American Medical Association, 2010; Codipietro,

Ceccarelli & Ponzone, 2008, dalam Kyle & Carman, 2014). Peningkatan

frekuensi denyut jantung, laju pernapasan, krtisol, dan telapak tangan

berkeringat yang berkaitan dengan nyeri, bersama dengan penurunan

oksigen transkutan dapat dilihat jelas pada neonatus preterem dan cukup

bulan yang menjalani sirkumsisi, penusukan tumit, intubasi dan

pengisapan selang endrotrakea (Rudolph, 2015).

2. Kognitif tingkat kognitif merupakan kunci dari persepsi nyeri pada

neonatus. Skalaan ini akan bertambah sering bertambahnya usia. Seiring

bertambahnya usia, akan meningkatan pemahaman nyeri, seperti sebab

akibat dan cara penanganan nyeri (Kyle & Carman, 2014).

3. Jenis kelamin Anak laki-laki dan perempuan memiliki tingkatan nyeri

yang berbeda. Bayi laki-laki cenderung lebih bisa mentoleransi nyeri. Hal

ini dipengaruhi perbedaan genetik, cara membesarkan anak yang spesifik

jenis kelamin (Rudolph, 2015).


25

4. Temperamen memiliki peran penting dalam memprediksi tingkat stress

dan nyeri pada anak selama kejadian yang menimbulkan nyeri ( Terri

2014 ).

2.3.4 Mekanisme Nyeri

Stimulus nyeri yang kuat dinamakan nosiseptor, atau reseptor nyeri.

Biasanya nosiseptor ditemukan di sseluruh jaringan kecuali otak yang berfungsi

sebagai penghantarkan informasi ke otak biasanya nosiseptor distimulus dari

beberapa stimulus seperti biologis, elektrik, thermal, mekanik, dan kimiawi.

Persepsi nyeri dapat terjadi jika stimulus ini ditransmisikan ke medulla spinalis

dan akan diteruskan ke area pusat otak. Impuls nyeri berjalan ke bagian dorsal

tulang belakang, dimana impuls tersebut melakukan sinaps dengan neuron di area

dorsal pada substansi gelatinosa dan kemudian naik ke otak. Sensasi dasar nyeri

terjadi di thalamus dan berlanjut ke sistem limbic (pusat emosioanal) dan korteks

serebri, dimana nyeri diterima dan diinterpretasikan. Kushariyadi ( 2011)

Gambar 02 Mekanisme Nyeri

Sumber :Kushariyadi ( 2011)


26

2.3.5 Skala Nyeri Nips (Neonatal Infant Pain Scale)

Skala NIPS (Neonatal Infant Pain Scale) biasanya untuk pasien bayi 0-1

tahun digunakan Karena pada sistem neurologi belum berkembang sempurna saat

bayi dilahirkan. Yudiyanta, ( 2015 )

Tabel 2.6 Skala Nyeri Nips

Kategori Keterangan
Ekspresi Wajah
Otot relaks Wajah tenang,ekspresi netral 0

Meringis Otot wajah tegang,alis berkerut ( ekspresi 1


wajah negative)
Tangisan
Tidak menangis Tenang,tidak menangis 0
Merengek Mengerang lemah intermiten 1
Menangis kuat Menangis kencang,melengking terus 2
menerus
Catatan : menagis tanpa suara diberikan
skor bila bayi diikubasi.
Pola nafas
Relaks Bernapas biasa 0
Perubahan nafas Tarikan ireguker,lebih cepat 1
dibandingkan biasanya,menahan
napas,tersedak

Tungkai
Relaks Tidak ada kekuatan otot,gerakan tungkai 0
biasa
Fleksi/ekstensi Tegang kaku 1

Tingkat Kesadaran

Tidur/bangun Tenang tidur lelap atau bangun 0


Gelisah Sadar atau gelisah 1
TOTAL NILAI

Keterangan :
27

Skor 0 : Tidak Nyeri

Skor 1-3 :Ringan

Skor 4-5 : Sedang

Skor 6-7 : Berat

Sumber : Yudiyanta, ( 2015 )

2.4 Facilitated Tucking

2.4.1 Definisi Facillitated Tucking

Facilitated tucking merupakan salah satu intervensi non-farmakologis

untuk menurunkan persepsi nyeri bayi prematur yang terbukti efektif dalam

menghilangkan nyeri akut pada neonatus (Cignacco & Sellam, 2012; Liaw et al.,

2012; Lopez et al., 2015; Sundaram, Shrivastava, Pandian, & Singh, 2013; Yin et

al., 2014). Facilitated tucking didefinisikan sebagai penahanan lengan dan kaki

bayi dalam tertekuk, posisi garis tengah dekat dengan tenggorokan (posisi fleksi

fisiologis/midline position),teknik memegangnya dapat berbeda tergantung

prosedur menyakitkan yang akan dilakukan pada bayi prematur (Kucukoglu et al.,

2015)

Penelitian Zubaidah ( 2015 ) dikutip Liaw et al (2011) mengatakan

Facilitated tucking merupakan tindakan memfasilitasi posisi fleksi miring ke

salah satu sisi dimana salah satu tangan melakukan fiksasi dengan lembut daerah

kepala dan tangan bayi, dan tangan lainnya memfiksasi daerah kaki dan bokong

bayi.
28

Sibel Kucukoglu ( 2015 ) dalam penelitianya yang berjudul The effect of the

facilitated tucking position in reducing vaccination-induced pain in newborns

mengatakan skala nyeri saat dilakukan vasinasi lebih rendah yang diukur dengan

NIPS dengan hasil kelompok Facilitated tucking (2,83 ±1,18) secara signifikan

lebih rendah dari pada nilai dari bayi pada kelompok holding klasik (6,47 ± 1,07,

p < 0,05 sedangkan menurut teori synactive, posisi Facilitated tucking adalah

metode nyeri nonfarmakologis yang membantu bayi merasa aman, mepertahankan

energy mereka, menenangkan diri, dan mengurangi konsumsi oksigen mereka.

2.4.2 Manfaat facilited tucking

Sibel Kucukoglu ( 2015 ) mengatakan metode ini dapat menurukan skala

nyeri serta membantu bayi merasa aman, mepertahankan energy mereka,

menenangkan diri, denyut nadi secara signifikan lebih rendah,dan mengurangi

konsumsi oksigen mereka sedangkan Leila Valizadeh ( 2017 ) dan dapat

meningktakanberat badan,menurunkan demam,tidak membuat rewel dan dapat

meningkatkan kualitas tidur serta mampu menurunkan frekunsi dan durasi

tangisan.

Nabi saw meluruskan punggungnya dan menekuk kakinya (Aqilah Selma

Amalia 2015 )

a. Untuk jalan nafas, tidur miring mencegah jatuhnya lidah kebelakang yang

dapat menyumbat jalan nafas. Lain halnya jika tidur pada posisi terlentang

maka relaksasi lidah pada saat tidur dapat mengakibatkan penghalangan

jalan nafas, penampakan dari luar berupa mendengkur. Jika suami Anda
29

suka mendengkur atau mengorok, coba cara ini. Orang yang mendengkur

mengakibatkan tubuh kekurangan oksigen malah kadang-kadang dapat

terjadi henti nafas untuk beberapa detik yang akan membangunkan orang

yang tidur dengan posisi demikian. Orang tersebut biasanya akan bagun

dengan keadaan pusing karena kurangnya pasokan oksigen ke otak.

Tentunya inisangat mengganggu tidur.

b. Untuk jantung tidur miring kesebelah kanan membuat jantung tidak

tertimpa organ lainnya ini karena posisi jantung yang memang berada

lebih disebelah kiri. tidur bertumpu pada sisi kiri menyebabkan curah

jantung yang berlebihan karena darah yang masuk ke atrium86 juga

banyak, sebab paruparu kanan berada diatas sedangkan paru-paru kanan

mendapatkan pasokan darah yang lebih banyak dari paru-paru kiri.

c. Bagi kesehatan paru-paru: paru-paru kiri lebih kecil dibandingkan dengan

paru-paru kanan. tidur miring kesebelah kanan, jantung akan jatuh

kesebelah kanan, itu tidak menjadi masalah karena paru-paru kanan besar,

lain halnya kalau bertumpu pada sebelah kiri, jantung akan menekan paru

kiri yang berukuran kecil, tentu ini sangat tidak baik. dari beberapa hadis

sudah jelas bahwa Rasulullah menyarankan tidur dengan posisi miring

kekanan dan memang cara tidur seperti ini yang direkomendasikan ilmu

kedokteran modern.
30

Gambar 03 Posisi Facilitated Tucking Saat dilkaukan Vaksin

Sumber : Neonatal Individualised Care Protocols for Intensive Care ( 2013 )

2.4.3 Mekanisme

Ramada, Almeida, dan (2013) studi Cunha, yang mengungkapkan bahwa

terapi sentuhan dipromosikan relaksasi, mengurangi tanda-tanda vital, dan

mempengaruhi Skala metabolisme basal pada bayi sedangkan menurut Salman (

2017) Saraf yang terbentuk memiliki fungsional pada awal tahap perkembangan

janin,saraf aferen ke korteks serebral terbentuk di minggu 20-26 kehamilan.

Ternyata, nyeri rendah ambang diamati pada bayi, terutama bayi prematur.

Kelompok pasien ini sangat sensitif terhadap rangsangan rasa sakit dan

menunjukkan reaksi yang kuat untuk prosedur yang menyakitkan. Bahkan, reaksi

fisiologis bayi ini bisa berubah dalam menanggapi rasa sakit. stimulus yang

menyakitkan dan stres dapat meningkatkan katekolamin, denyut jantung, tekanan


31

darah, dan tekanan intrakrani posisi yang dapat digunakan untuk bayi baru lahir

serta mampu menurunkan Skala stres dikarenkan adanya batas-batas fisik dan

posisi janin yang ditekukan dapat merangsa dengan lembut untuk proprioseptif,

termal, dan taktil sistem sensorik, yang dapat memodifikasi mekanisme kontrol

gerbang yang mengakibatkan perubahan transmisi nyeri.

Gate Control Theory adalah model modulasi nyeri yang sangat terpopuler.

Teori ini menyatakan bahwa eksistensi dari kemampuan endogen untuk

mengurangi dan meningkatkan derajat perasaan nyeri melalui modulasi impuls

yang masuk pada kornudorsalis melalui “gate” (gerbang). Berdasarkan sinyal dari

sistem asendens dan desendens maka input akan ditimbang. Integrasi semua input

dari neuron sensorik, yaitu pada level medulla spinalis yang sesuai, dan ketentuan

apakah gate akan menutup atau membuka, akan meningkatkan atau mengurangi

intensitas nyeri asendens. Gate Control Theory ini mengakomodir variabel

psikologis dalam persepsi nyeri, termasuk motivasi untuk bebas dari nyeri, dan

peranan pikiran, emosi, dan reaksi stress dalam meningkatkan atau menurunkan

sensasi nyeri. Melalui model ini, dapat dimengerti bahwa nyeri dapat dikontrol

oleh manipulasi farmakologis maupun intervensi psikologis (painedu,2008)

dikutip dalam ( Mochamad Bahrudin,2017 ).

2.5 Musik Klasik Mozaik

2.5.1 Definisi Musik Klasik Mozaik

Djohan (2017) kata musik berasal dari kata Yunani muse. Dalam mitologi

Yunani dikenal bahwa Sembilan muse, dewi-dewi bersaudara yang menguasai


32

nyanyian, puisi, kesenian, dan ilmu pengetahuan, merupakan anak Zeus (Raja

Para Dewa) dengan Mnemosyne (Dewi Ingatan). Dengan demikian, musik

merupakan anak cinta ilahiah yang keanggunan, keindahan, dan kekuatan

penyembuhannya yang misterius itu sangat erat hubungannya dengan tatanan

maupun ingatan surgawi tentang asal-usul dan takdir kita.

Musik klasik adalah esensi keteraturan dan membaca pada semua hal yang

baik, adil dan indah. Musik klasik akhir-akhir ini mulai diperkenalkan dan

dipopulerkan setelah banyak penelitian yang membahas dan mengkaji lebih dalam

tentang pengaruh positif musik klasik terhadap kehidupan baik untuk kesehatan

ataupun juga peranannya dalam pembelajaran. Musik klasik seperti karya mozart,

bach, bethoven dan vivaldi dapat meningkatkan kemampuan mengingat,

mengurangi stress, meredakan ketagangan, meningkatkan energi dan

meningkatkan daya ingat (Vampbell, D. 2007) dalam (Mahatidanar, 2016)

Musik klasik Mozart merupakan musik klasik hasil karya seorang

komponis Wolfgang Amadeus Mozart (bahasa Jerman) yang bernama asli

Johannes Chrysostomus Wolfgangus Gottlieb Mozart. Wolfgang Amadeus

Mozart dianggap sebagai salah satu dari komponis musik klasik Eropa yang

terpenting dan paling terkenal dalam sejarah (Tanjung, 2014).

Musik klasik sendiri yang sejalan dieranya, Mozart juga merupakan

komponis serba bisa dan menciptakan musik hampir di setiap genre yang ada pada

saat itu, termasuk simfoni, opera, konser solo, piano sonata, dan musik paduan

suara. Mozart turut mengembangkan dan mempopulerkan konser piano yang saat

itu masih tergolong baru. Mozart juga ikut menciptakan beberapa musik religius,
33

dansa, serenade, dan berbagai bentuk musik ringan yang menghibur (Tanjung,

2014).

Ciri khas dari musik yang diciptakan Mozart dapat ditemukan pada setiap

karyanya. Kejernihan, keseimbangan, dan transparansi merupakan nuansa yang

selalu diangkat oleh Mozart, meskipun kadang hanya menggunakan nada-nada

yang sederhana. Saat mendengar lagu Mozart, pendengar bisa merasakan

kejeniusan bermusik lewat setiap nada yang dipilih. Mozart menyampaikan emosi

yang kuat dengan musik bernuansa kontras antara semangat dan ketenangan.

Komposisi yang disusunnya telah berhasil menghadirkan kembali keteraturan

bunyi yang pernah dialami bayi selama dalam kandungan (Tanjung, 2014)

2.5.2 Mekanisme Musik Klasik Mozaik terhadap bayi

Mekanisme kerja musik untuk rileksasi rangsangan atau unsur irama dan

nada masuk ke canalis auditorius di hantar sampai ke thalamus sehingga memori

di sistem limbic aktif secara otomatis mempengaruhi saraf otonom yang

disampaikan ke thalamus dan kelenjar hipofisis dan muncul respon terhadap

emosional melalui feedback ke kelenjar adrenal untuk menekan pengeluaran

hormon stress sehingga seseorang menjadi rileks (Mirna, 2014).

Hipotalamus juga dinamakan pusat stress otak karena fungsi gandanya

dalam keadaan darurat. Fungsi pertamanya mengaktifkan cabang simpatis dan

sistem otonom. Hipotalamus menghantarkan impuls saraf ke nukleus-nukleus di

batang otak yang mengendalikan fungsi sistem saraf otonom. Cabang simpatis

saraf otonom bereaksi langsung pada otot polos dan organ internal yang
34

menghasilkan beberapa perubahan tubuh seperti peningkatan denyut jantung dan

peningkatan tekanan darah. Sistem simpatis juga menstimulasi medulla adrenal

untuk melepaskan hormon epinefrin (adrenalin) dan norepinefrin ke dalam

pembuluh darah, sehingga berdampak meningkatkan denyut jantung dan tekanan

darah, dan norepinefrin secara tidak langsung melalui aksinya pada kelenjar

hipofisis melepaskan gula dari hati. Adrenal Corticotropin Hormon (ACTH)

menstimulasi lapisan luar kelenjar adrenal (korteks adrenal) yang menyebabkan

pelepasan hormon (salah satu yang utama adalah kortisol) yang meregulasi kadar

glukosa dan mineral tertentu (Primadita, 2011 )

Mekanisme mendengarkan Musik Klasik Mozaik menurut Lintiya (2015)

adalah sebagai berikut:

Gambar 2.4

Mekanisme Mendengarkan Musik Klasik Mozaik.

Daun telinga Telinga koklea


tengah

Hipotalamus Talamus
Amigdala

Pelepasan Endorfin

Hipokampus

Sumber: Lintiya ( 2015 )


35

2.5.4 Manfaat Terapi Music

a. Relaksasi

Mengistirahatkan Tubuh dan Pikiran Manfaat yang pasti dirasakan setelah

melakukan terapi perasaan rileks, tubuh lebih bertenaga dan pikiran lebih

fresh. Terapi ini memberikan kesempatan bagi tubuh dan pikiran untuk

mengalami relaksasi yang sempurna. Dalam kondisi relaksasi (istirahat)

yang sempurna itu, seluruh sel dalam tubuh akan mengalami re-produksi,

penyembuhan alami berlangsung, produksi hormon tubuh diseimbangkan

dan pikiran mengalami penyegaran.

b. Meningkatkan Kecerdasan

Sebuah efek terapi musik yang bisa meningkatkan intelegensia seseorang

disebut Efek Mozart. Hal ini telah diteliti secara ilmiah oleh Frances

Rauscher et al dari Universitas California. Penelitian lain juga

membuktikan bahwa masa dalam kandungan dan bayi adalah waktu yang

paling tepat untuk menstimulasi otak anak agar menjadi cerdas. Hal ini

karena otak anak sedang dalam masa pembentukan, sehingga sangat baik

apabila mendapatkan rangsangan yang positif. Ketika seorang ibu yang

sedang hamil sering mendengarkan terapi music dan murotal janin di

dalam kandungannya juga ikut mendengarkan.

c. Kesehatan Jiwa

Seorang ilmuwan Arab, Abu Nasr al-Farabi (873-950M) dalam bukunya

''Great Book About Music'', mengatakan bahwa musik membuat rasa

tenang, sebagai pendidikan moral, mengendalikan emosi, pengembangan


36

spiritual, menyembuhkan gangguan psikologis. Pernyataannya itu tentu

saja berdasarkan pengalamannya dalam menggunakan musik sebagai

terapi. Sekarang di zaman modern, terapi musik banyak digunakan oleh

psikolog maupun psikiater untuk 31 mengatasi berbagai macam gangguan

kejiwaan, gangguan mental atau gangguan psikologis.

d. Mengurangi Rasa Sakit

Musik bekerja pada sistem saraf otonom yaitu bagian sistem saraf yang

bertanggung jawab mengontrol tekanan darah, denyut jantung dan fungsi

otak, yang mengontrol perasaan dan emosi. Menurut penelitian, kedua

sistem tersebut bereaksi sensitif terhadap musik. Ketika kita merasa sakit,

kita menjadi takut, frustasi dan marah yang membuat kita menegangkan

otot-otot tubuh, hasilnya rasa sakit menjadi semakin parah. Mendengarkan

musik secara teratur membantu tubuh relaks secara fisik dan mental,

sehingga membantu menyembuhkan dan mencegah rasa sakit. Dalam

proses persalinan, terapi musik berfungsi mengatasi kecemasan dan

mengurangi rasa sakit.

e. Menyeimbangkan Tubuh

Menurut penelitian para ahli, stimulasi musik membantu menyeimbangkan

organ keseimbangan yang terdapat di telinga dan otak. Jika organ

keseimbangan sehat, maka kerja organ tubuh lainnya juga menjadi lebih

seimbang dan lebih sehat.


37

f. Meningkatkan Kekebalan Tubuh

g. Dr John Diamond dan Dr David Nobel, telah melakukan riset mengenai

efek dari musik terhadap tubuh manusia dimana mereka menyimpulkan

bahwa: Apabila jenis musik yang kita dengar sesuai dan dapat diterima

oleh tubuh manusia, maka tubuh akan bereaksi dengan mengeluarkan

sejenis hormon (serotonin ) yang dapat menimbulkan rasa nikmat dan

senang sehingga tubuh akan menjadi lebih kuat (dengan meningkatnya

sistem kekebalan tubuh) dan membuat kita menjadi lebih sehat.

h. Peningkatan respirasi dan nadi bayi

Hasil penelitian dari Kustio W (2013) di Yogyakarta menyebutkan terapi

musik berpengaruh terhadap penurunan angka respirasi BBLR selama

PMK dan menyarankan untuk mempertimbangkan musik lain yang sesuai

sosial budaya yang lebih dikenal di masyarakat

i. Peningkatan Berat Badan Bayi

Menurut Standley, et al (2010) dikutip dalam penelitian wiwin ( 2015 )

yang membuktikan kemampuan menghisap pada bayi premature

meningkat 2,43 kali lebih besar dibandingkan dengan kelompok yang

tidak diberi terapi musik. Reflek bayi menggambarkan sistem persarafan,

musik yang diperdengarkan akan memperngaruhi sistem limbik

(hipotalamus) yang berfungsi memberi efek pada emosional dan perilaku,

maka pemberian musik dapat mempengaruhi metabolisme dan

kemampuan fisiologis otak termasuk reflek hisap pada bayi,Peningkatan

berat badan selaindiberikanterapi musik klasik Mozart juga dapat


38

dipengaruhi oleh pemberian ASI dan susu formula. Peningkatan berat

badan pada BBLR dimungkinkan karena terapi musik klasik Mozart dapat

memberikan perasaan tenang kepada bayi sehingga bayi lebih banyak tidur

(Ely Isnaeni,2017)

j. Kualitas tidur

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wahyuningsih dan Ni Luh

Putu (2014) menunjukkan adanya peningkatan berat badan dimungkinkan

karena terapi musik klasik dapat memberikan perasaan tenang kepada bayi

sehingga bayi lebih banyak tidur. Pemberian terapi musik merupakan salah

satu stimulasi audio menggunakan musik dimana tujuannya adalah untuk

meningkatkan atau memperbaiki pertumbuhan, emosi, kognitif, dan sosial

bagi individu dari berbagai kalangan usia (Mahanani, 2017)

2.6 Kerangka konsep

Kerangka konsep adalah suatu hubungan atau kaitan antara konsep satu

terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti.

Kerangka konseptual dari penelitian ini adalah :


39

Variabel Independen Variabel Dependen

Pada Neonatus yang


diberikan terapi “Musik Skala Nyeri
Mozaik”
 Ekspresi wajah
 Tangisan
 pola nafas
Pada Neonatus yang  tungkai
diberikan” facilitated  Tingkat
tucking kesadaran

Jenis Kelamin
Usia Kelahiran
Jenis Kelahiran
Paramidha/Multipara
Berat/Tinggi

Keterangan :

: Variabel yang diteliti.

: Variabel Perancu

Gambar 2.5 Lebih Efektivitas Musik Mozaik Terhadap Skala Nyeri

Neonatus menerima Vaksinasi dibanding Facilitated tucking di RS Mitra

Medika Tanjung Mulia Tahun 2018.

2.7 Hipotesa Penelitian

Jawaban dari suatu penelitian ini biasanya disebut dengan hipotesis

(Notoatmodjo, 2010). Adapun hipotesis yang terdapat dalam penelitian ini adalah:
40

Hipotesis Kerja (Ha): Lebih Efektifitas Terapi Musik Klasik Mozaik ketibang

Facilitated Tucking Terhadap Skala Nyeri Neonatus menerima Vaksinasi di RS

Mitra Medika Tanjung Mulia Tahun 2018.


41

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

3.1.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini mengacu pada pendekatan penelitian kuantitatif. Menurut Nana

S. Sukmadinata (2010), penelitian kuantitatif didasari pada filsafat positivisme

yang menekankan fenomena objektif yang dikaji secara kuantitatif atau dilakukan

dengan menggunakan angka, pengolahan statistik, struktur, dan percobaan

terkontrol.

3.1.2 Desain Penelitian

Desain dalam penelitian True eksperiment Design dengan menggunakan Basic

posttest Only design. Dimana penelitian ini dibagi menjadi dua kelompok.

Kelompok I diberikan perlakuan facilitated tucking selama diberikan tindakan

vaksinasid dan kelompok II diberikan perlakuan berupa mendengarkan Musik

Mozaik selama diberikan tindakan, Secara skematis dapat digambarkan sebagai

berikut:

R Xa 0

R Xb 0

Gambar 2.6 Skema Penelitian

41
42

Keterangan:

Xa : One trealment terapi facilitated tucking tucking

Xb : Alternativ treatment Classical holding dengang Musik Mozaik

R : Redom

0 : Observasi

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di RS Mitra Medika Medan Tanjung Mulia

dengan beberapa pertimbangan yaitu belum pernah ada pemberian terapi mandiri

perawat dalam menurunkan Skala nyeri seperti terapi facilitated tucking dan

music mozaik, belum pernah dilaksanakan penelitian sebelumnya tentang terapi

facilitated tucking dan music mozaik, dan pada pasien serta kecukupan responden

sebagai populasi dan sampel.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 8 november 2018 s/d 3 Maret 2019

terhitung dari pengajuan judul, pelaksanaan penelitian dan sidang hasil skripsi.

Waktu pengambilan data dilaksanakan pada tanggal 26 November 2018.

3.3 Populasi Dan Sampel Penelitian

3.3.1 Populasi Penelitian

Populasi merupakan keseluruhan subjek dan objek dengan karakteristik

tertentu yang lengkap dan jelas yang akan diteliti ( Rama,2013 ). Populasi pada
43

penelitian ini adalah seluruh bayi yang divaksin HB0 di RS Medika Tanjung

Mulia Tahun 2018 dengan jumlah responden Sebanyak adalah 75 bayi.

3.3.2 Sampel Penelitian

Sampel merupakan sebagian dari populasi yang akan diteliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Rama, 2013 ).

Teknik sampling yang digunakandalam penelitian ini adalah dengan cara

teknik Accidental sampling. Accidental sampling yaitu pengambilan sampel

berdasarkan secara kebetulan bertemu ( Rama, 2013 )Sehingga dalam teknik

sampling di sini peneliti mengambil responden pada saat itu juga di RS Mitra

Medika Tanjung Mulia Tahun 2018.

Pengambilan sampel didasarkan pada kriteria:

a. Kriteria inklusi

1. >2500 Gram.

2. Tidak Demam

b. Kriteria eksklusi

1. Tidak diberikan Vaksin HBO

2. Bayi mengalami Tuli dan Bisu

Menentukan sampel dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

N
n=
1 + N (d)2

Keterangan:

n = Jumlah sampel.
44

N = Jumlah populasi.

d = Ketetapan relatif yang ditetapkan oleh Peneliti (0,2)

Jadi, sampel dalam penelitian ini adalah:

Diketahui: N= 75

N
n=
1 + N (d)2

75
n=
1 + 75 (0.2 )2

75
n=
4

n = 18.75 = 19

Sampel dalam penelitian ini sebanyak 38 responden yang dibagi dalam 2

kelompok yang masing-masing kelompok terdiri dari 19 responden.

3.4 Defenisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian adalah mendefinisikan variabel secara

operasional dan berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti

untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek

atau fenomena ( Rama, 2013 )

Untuk keseragaman penelitian maka variabel penelitian didefenisikan seperti

Dibawah ini
45

Tabel 3.Defenisi Operasional

No. Variabel Defenisi Operasional Alat ukur Hasil ukur Skala


1 Dependen: Reaksi yang tidak Skala 0: Tidak Nyeri Rasaio
Skala menyenakan dan cara NIPS 1-3: Ringan
Nyeri berkomunikasi ( Neonatal Infant 4-5 : Sedang
terhadap persepsi Paint Score ) 6-7 : Berat
adanya tidak nyaman - Ekspresi wajah
oleh -Menangis
responden -Lengan
sesudah pemberian -Kaki
music Mozaik dan -Rewel tidaknya
tucking. -Pola pernafasan
-Stopwatch
2 Independen:
Pasien Tindakan Dengan
diberikan memfasilitasi responden memperdengarkan
terapi dengan Musik Mozaik Musik Mozaik
“Musik sebanyak satu kali menggunakan
Mozaik pemberian intervensi power sound
selama tindakan dengan selama tindakan
volume 55 desibel berlangsung.

3 Independen:
Pasien yang Tindakan memfasilitasi Dengan
diberikan responden dengan mempertahankan
terapi facilitated tucking facilitated tucking
“tucking” Selama tindakan

3.5 Etika Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah Peneliti mendapatkan persetujuan dari ketua

institusi pendidikan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Rumah Sakit Haji Medan.

Selanjutnya Peneliti meminta izin kepada Direktur RS Mitra Medika Medan

sebagai tempat penelitian. Kemudian setelah ujian proposal dan mendapatkan

surat persetujuan melakukan penelitian, maka Peneliti melakukan penelitian

kepada responden yang akan diteliti dengan menekankan pada masalah etika

meliputi:

a. Lembar Persetujuan (Informed Concent)


46

Lembar persetujuan diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan

memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden dengan

bertujuan agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui

dampaknya. Jika responden bersedia maka responden akan

menandatangani lembar persetujuan, jika responden tidak bersedia maka

Peneliti harus menghormati hak klien.

b. Tanpa Nama (Anonimity)

Dalam melaksanakan penelitian, memberikan atau mencantumkan nama

responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar

pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

c. Kerahasiaan (Confidentiality)

Menjamin kerahasian dari hasil penelitian baik informasimaupun masalah-

masalah lainnya, semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaanya oleh peneliti, hanyakelompok data tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil reset ( Rama, 2013 )

3.6 Tehnik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian

3.6.1 Teknik Pengumpulan Data

Penelitian akan dilakukan dengan prosedur pengumpulan data penelitian

sebagai berikut:

1) Peneliti mengajukan surat permohonan melakukan penelitian kepada Kaprodi

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Rumah Sakit Haji Medan.


47

2) Peneliti memberikan tembusan surat izin penelitian kepada Direktur RS Mitra

Medika Medan.

3) Peneliti memilih sampel sesuai dengan kriteria sampel.

4) Peneliti memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan penelitian kepada Ibu

responden dengan memberikan surat pengantar penelitian.

5) Setelah ibu setuju untuk dijadikan bayinya sebagai responden, maka Peneliti

menyarankan kepada ibu responden untuk mengisi lembar informed concent.

6) Intervensi dilakukan terhadap 2 kelompok, kelompok 1 diberikan perlakuan

posisi Facilitated Tucking dan kelompok 2 diberikan perlakuan posisi

classical holding dengan Musik Mozaik.

7) Pemberian terapi posisi Facilitated tucking dengan tindakan memfasilitasi

posisi fleksi miring ke salah satu sisi dimana salah satu tangan melakukan

fiksasi dengan lembut daerah kepala dan tangan bayi, dan tangan lainnya

memfiksasi daerah kaki dan bokong bayi selama dilakukan tindakan pada

pemberian vaksinasi.

8) Pemberian terapi “Musik Mozaik” atau rekaman Musik Mozaik menggunakan

power sound type VDR V-3000UR yang diperdengarkan pada kelompok 2

dengan posisi Classical holding selama dilakukan tindakan pada pemberian

vaksinasi.

9) Mendokumentasikan hasil yang diperoleh ke dalam lembar observasi


48

3.6.2 Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian Efektivitas Facilitated Tucking

dengan Musik Mozaik Terhadap Skala Nyeri Neonatus menerima Vaksinasi pada

pasien terdiri dari:

1) Power sound type VDR

2) Alat tulis.

3) Stopwatch

4) Lembar Observasi Skala Nyeri

a. Ekspresi wajah

b. Tangisan

c. Pola nafas

d. Tungkai

e. Tingkat kesadaran

3.6.3 Uji Validitas dan Reliabilitas

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini telah diuji validitas dan

reabilitasnya karena merupakan instrumen yang telah diuji sebelumnya.

3.6.4 Uji Normalitas

Berdasarkan uji normalitas menggunakan Shapiro-Wilk bahwasanya data

berdistribusi normal dengan nilai signifikan setelah diberi perlakuan Terapi

Facilitated Tucking pada kelompok 1 P > 0,05 (P= 0,121) dan Musik Mozaik pada

kelompok 2 P > 0,05 (P= 0,059).


49

3.7 Pengolahan dan Tehnik Analisa Data

3.7.1 Pengolahan data

Menurut Hastono ( 2016) data yang akan dikumpul kemudian dilakukan

pengolahan dengan langkah – langkah sebagai berikut :

1. Editing (Penyuntingan data)

Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan isian formulir atau

kuesioner apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah lengkap, jelas,

relevan, dan konsisten. Hasil angket dari lapangan harus dilakukan

penyuntingan terlebih dahulu, hal ini dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul.

2. Coding (Pemberian kode)

Merupakan kegiatan mengubah data berbentuk huruf menjadi data angka

atau bilangan. Setelah semua kuesioner di edit atau disunting, selanjutnya

dilakukan peng”kode”an atau “koding”. Koding atau pemberian kode ini

sangat berguna dalam memasukkan data (Data Entry).

3. Data entry Processing (Memasukkan data)

Setelah semua kuesioner terisi penuh dan benar, serta sudah melewati

pengkodean, maka langkah selanjutnya adalah memproses data agar data

yang sudah di-entry dapat dianalisis. Pemrosesan data dilakukan dengan

cara meng-entry data dari kuesioner ke paket program komputer. Dalam

proses ini dituntut ketelitian dari orang yang melakukan “Data entry” ini.

4. Cleaning (Pembersihan)

Merupakan pengecekan kembali data yang sudah di-entry.


50

3.7.2 Tehnik Analisa Data

1) Analisa Univariat

Data yang bersifat kategorik dicari frekuensi dan proporsinya yakni data

demografi responden meliputi jenis kelamin, usia kelahiran, jenis kelahiran,

Paramidha/Multipara dan berat, Sedangkan data yang bersifat numerik dicari

mean dan standar deviasinya yakni frekuensi Tangisan bayi dan hasil data

dibuat dalam bentuk tabel.

2) Analisa Bivariat

Mengetahui adanya pengaruh terapi tucking dan Musik Mozaik terhadap

Skala nyeri diberikan intervensi dilakukan analisa bivariat dengan Uji T dengan

cara komputerisasi karena dilakukan pengukuran setelah diberikan intervensi

terapi Facilitated tucking pada kelompok 1 pada kelompok 2 dengan musik

mozaik dengan posisi classical holding di RS Mitra Medika Medan . Uji hipotesa

dilakukan dengan Skala kepercayaan 95% (α = 0,05). Jika hasil penelitian

didapatkan nilai p < α maka Ho ditolak dan Ha diterima. Berarti ada Efetivitas

Facilitated Tucking dan Musik Mozaik terhadap Skala nyeri neonatus menerima

vaksinasi di RS Mitra Medika Tanjung Mulia Tahun 2018.


51

DAFTAR PUSTAKA

Bahrudin Mochamad.2017.Patofisiologi Nyeri (PAIN).Vol.13:1Diunduh dari


Htpps://www.ejournal.umm.ac.id.Diakses 04 Maret 2018.

Eva Oktaviani dkk .2018.Facilitated Tucking Effective to Pain Relief on the


Preterm Infants in Perinatal Unit in Jakarta. Jurnal Keperawatan Indonesi.
Vol.21:8.Diunduh dari Https://www.jki.ui.ac.id.Diakses 09 Maret 2018.

Fitriani Yuni,Nurwiandani Widy.2018.Asuhan Persalinan Konsep Persalinan


Secara Komprehensif dalam Asuhan Kebidanan.Yogyakarta:Pustaka Baru
Press.

Carman Susan, Kyle Terri.2014.Buku Ajar Keperawatan Pediatri.


Jakarta:EGC

Golnar Ghahremani dkk .2018. Effects of Facilitated Tucking On Duration and


Frequency of Crying During Rest among Hospitalized Premature Infants: A
Randomized Clinical Trial. Int J Pediatr, Vol.6:4.Diunduh dari
https://www.ijp.mums.ac.ir.Diakses 09 Maret 2018.

Hasan Shohihul .2013. Rahasia Sunah.Surakarta: Al-Qudwah Publishing

Hawari .2013. Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. Edisi Revisi II. Jakarta:
FKUI.
Hartley KA dkk.2015.Facilitated tucking to reduce pain in neonates: evidence for
best practice.Avd Neonatus Care.Vol.5:3.Diunduh dari
https://www.arizona.pure.elsevier.com .Diakses 09 Maret 2018.

Reni Heryani.2017.Efetivitas Pemberian Terapi Musik ( Mozaik) dan Back


Exercire terhadap Penurunan Nadi Dysminore Primer, Vol.11:14.Diunduh
dari https://www.e-jurnal.Diakses 09 Desember 2018.

Hidayat.A.Aziz Alimul.2009.Pengantar limu Keperawatan Anak. Jakarta:


Salemba Medika.
Ismail Rika .2011. Pendidikan Kesehatan Keperawatan Martenitas .Jakarta:
Cv.Trans Info Media.
Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. (2010). Fundamentals of Nursing,
Concepts, Process, and Practice. (8th ed.), California: Addison-Wesley.
Laetitia J. C. A. Smarius.2018.Effect of excessive infant crying on resting BP,
HRV and cardiac autonomic control in childhood.Plos One.Diunduh dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov.Diakses 27 Juli 2018.
52

Maharani.2017. Pengaruh Kombinasi Pijat Bayi dengan Musik Klasik


Mozart terhadap Berat Badan dan Kualitas Tidur Bayi
Usia 3-6 Bulan Vol 6:13.Diunduh Https://www. ejournal.poltekkes-
smg.ac.id.Diaksed 09 Desember 2018

Mahlufi Faisal.2016. Pengaruh Terapi Murotal Terhadap Kualitas Tidur


Penderita Insomnia Pada Lanjut Usia (Lansia) Di Kecamatan Pontianak
Tenggara Tahun 2016. Skripsi. Universitas Tanjungpura,Pontianak.Diunduh
Https://www.jurnal.untan.ac.id .Diakses 09 Maret 2018

Mirna Putri Rembulan. (2014). Pengaruh Terapi Musik Instrumental Dan


Aromatherapy Lavender Eyemask Terhadap Penurunan Tingkat Insomnia
Pada Mahasiswa Fisioterapi D3 Angkatan 2011. Naskah Publikasi. Surakarta:
Fik Uns.

Mona dkk .2014.The Effect of Facilitated Tucking during Endotracheal


Suctioning on Procedural Pain in Preterm Neonates: A Randomized
Controlled Crossover Study. Global Journal of Health Science.Vol 6:
4.Diunduh dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov.Diakses 3 Juli 2018.

Mol Jency Jaboy.2017.Assessment and Evaluation of Effectiveness of Oral


Administration of Dextrose for Pain Relief Following Venipuncture in
Neonates. International Journal of Health Sciences & Research. Vol 7:8.
Diunduh Https://www.jurnal.untan.ac.id .Diakses 03 April 2018.

Munim Qindil .2018. Mengungkap Kandungan Medis Al Quran. Yogyakarta


:Qudsi Media.

Nayer Salmani dkk.2017.Effect of Facilitated Tucking Created with Simulated


Hands on Physiological Pain Indicators during Venipuncture in Premature
Infants.Iranian Journal of Neonatology.Vol.8:4.Diunduh Https://
www.ijn.mums.ac.ir. Diakses 20 Oktober 2018.

Nursalam .2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika.

Nopi Nur Khasanah1,dan Yeni Rustina.2017.Menurunkan Skala Nyeri Bayi


Prematur melalui Facilitated Tucking disertai‘Hadir-Berbicara’ sebagai
Upaya Penerapan Teori Comfort Kolcaba. Indonesian Journal Of Nursing
and Midwifery.VOl.5:2. Diunduh https://www.researchgate.net.Diakses 03
April 2018.

Nopi Nur Khasanah.2016.Asuhan Keperawatan Pada Bayi Prematur yang


Mengalami Nyeri Proseduran melalui Intevensi Facilitated Tucking disertasi
53

“Hadir-Berbicara” Berbasis Teori Comfort Kolcabe.Skripsi.Universitas


Indonesia. Diunduh https://www.digilib.ui.ac.id. Diakses 03 April 2018.

Pathmawathi Subramanian.2015.The effect of facilitated tucking on procedural


pain control among premature babies.Jurnal clinik Nursing.Vol.24:2.
Diunduh https://www.onlinelibrary.wiley.com.Diakses 22 November 2018.

Padila.2014.Buku Ajar Keperawatan Martinitas.Yogyakarta:Aha Medika.

Putri .2014. Pemberian Terapi Murottal Terhadap Penurunan Skala Kecemasan


Pada Asuhan Keperawatan Tn. K Dengan Pre Operasi Fraktur Collum
Femur Sinestra Diruang Mawar RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso
Wonogiri. Laporan Tugas Akhir. Program Studi DIII Keperawatan, Surakarta.
Diunduh dari Https://www.digilib.stikeskusumahusada.ac.id. Diakses 19 Juni
2018.

Rilla Vava Eldessa Dkk.2014. Terapi Murottal Efektif Menurunkan Skala Nyeri
dibanding Terapi Musik pada Pasien Pascabedah. Jurnal Keperawatan
Indonesia, Volume 17:2. Diunduh dari Https://jki.ui.ac.id. Diakses 19
September 2018

Saputra Lyndon.2014.Catatan ringkas Asuhan Neonatus Bayi, dan


Balita.Tangerang Selatan:Binarupa Aksara

Setyoadi,Kushariyadi.2011.Terapi Modalitas Keperawatan Pada Klien


Psikogeriatrik.Jakarta:Salemba Medika.

Sibel Kucukoglu dkk.2015.The effect of the facilitated tucking position


in reducing vaccination-induced pain in newborns. Italian Journal of
Pediatric .Vol 41:61.Diunduh dari Https://www.jks.fikes.unsoed.ac.id.
Diakses 20 September 2018.

Sujatha DKK.2017.Sucrose and Facilitated Tucking for Pain Among Neonates


Receiving Vaccination, in Puducherry. International Journal of
Pharmaceutical and Clinical Research.Vol.9:3. Diunduh dari
https://www.researchgate.net. Diakses 23 September 2018.

Susilanigrum Rekawati, Nursalam,utami Sri.2013.Asuhan Keperawatan Bayi dan


Anak untukPerawatan dan Bidan Edisi2.Jakarta:Salemba Medika

Sujarweni Wiratna .2014.Metodologi Penelitian Keperawatan.Yogyakarta : Gava


Media
54

Susilawati Nova.2015. Pengaruh Terapi Psikoreligius “Murottal Al-qur’an”


Terhadap Ansietas Pada Pasien Pre-Laparatomi Di RS Islam Malahayati
Medan.Skripsi.Program Studi Ilmu Keperawatan Rumah Sakit Haji Medan

Sondakh,Jenny j. 2013. Asuhan Kebidanan Persalinan & Bayi Baru


Lahir.Jakarta:Pt Gelora Aksara Pratama.

Tayebe Reyhani dkk.2014.The Effect of Facilitated Tucking (FT) During


Venipuncture on Duration of Crying in Preterm Infants. Int J Pediatr,
Vol.2:4-3.
Diunduh dari https://www.ijp.mums.ac.ir. Diakses 04 November 2018.

Yudiyanta Dkk.2015. Teknik Assessment Nyeri. vol. 42:3.Diunduh dari


https://www.kalbemed.com.Diakses 04 November 2018.
Wiwin Made Sumawidayanti.2015.Pengaruh Terapi Musik Klasik Mozart
terhadap Berat Badan pada Bayi BBLR di Ruang Perinatologi Rumah Sakit
Wangaya. Conves Ners Jurnal. Vol 3:3. Diunduh dari
https://www.ojs.unud.ac.id.Diakses 20 September 2018.

Zubaidah dan Elsa Naviati.2015.Pengaruh Facilitated Tucking dan Musik


Terhadap Respon Nyeri Bayi Prematur Ketika Pengambilan Darah. Jurnal
Keperawatan Soedirman. vol 10:2.Diunduh dari https://www
jks.fikes.unsoed.ac.id. Diakses 25 September 2018.

Anda mungkin juga menyukai