Disusun Oleh:
KUSWOYO
NIM. 1708044053
i
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur bagi Allah Tuhan seru sekalian alam. Atas segala
keberkahan, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah dengan judul ”KREATIVITAS DI SEKOLAH”.
Tiada gading yang tak retak. Penulis menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesan sempurna dan terdapat kesalahan di sana sini oleh karena berbagai
faktor. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
agar makalah ini dapat diperbaiki di kemudian hari. Penulis berharap agar
makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................................i
A. Pengertian ................................................................................................4
1. Kreatifitas ...........................................................................................4
a. Definisi Kreatifitas .......................................................................4
b. Identitas Kepribadian Kreatif .......................................................5
c. Pengukuran Kreatifitas .................................................................7
2. Pendidikan ..........................................................................................9
3. Sekolah ...............................................................................................11
B. Hubungan antara Kreativitas dan Pendidikan ..........................................16
C. Menuju Sekolah Kreatif ...........................................................................18
1. Sekolah Konvensional ........................................................................18
2. Sekolah Progresif ...............................................................................19
3. Sekolah yang Kreatif-Inovatif ............................................................20
A. Kesimpulan ..............................................................................................27
B. Saran .........................................................................................................28
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
hal ini peserta didik, untuk mengembangkan kreativitas peserta didik. Terlebih hal
tersebut didukung secara sosial, secara fisik dan kognitif yang dapat secara positif
membedakan kepribadian kreatif.
Sekolah adalah salah satu institusi untuk pengembangan kreativitas
siswa. Sekolah membutuhkan upaya ekstra yang akan memungkinkannya
membangun kesadaran dan generasi kreatif yang akan mengimbangi cepatnya
perubahan dan perkembangan terkini di era ini era globalisasi, transformasi
ekonomi dan teknologi komunikasi informasi merupakan penemuan baru muncul
setiap hari, oleh karena itu, peran sekolah diperlukan dalam membimbing siswa
menuju kreativitas untuk mengambil keuntungan perkembangan modern.
Sebagaimana kita ketahui pembelajaran di abad mileneal ini diarahkan pada
output siswa yang mampu memenuhi empat kompetensi dasar yaitu: Critical
thingking/problem solving, Creativity/Innovation, Collaboration and
Communication.Sekolah merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi
pengembangan kreativitas pada anak, karena sekolah lah yang memberikan
pendidikan formal kepada anak sehingga anak mendapatkan pengetahuan serta
sekolah juga dapat mengembangkan tingkat kreativitas anak. Disini peran guru
sangat penting dalam mendidikan anak tidak hanya dalam pendidikan formal saja
tapi pendidikan moral dan cara bertingkah laku yang baik juga.
Penelitian telah menunjukkan bahwa kreativitas mengarah pada
perkembangan intelektual dan pertumbuhan otak, ketika kreativitas dipupuk
dengan baik oleh institusi yang bersangkutan. Sekolah dan institusi sosial lainnya
berperan aktif dalam mengembangkan kreativitas siswa melalui sumber daya yang
tersedia dan secara spesifik mereka membantu peserta didik untuk mencapai
tujuan yang direncanakan sesuai dengan kurikulum sekolah. Lingkungan sekolah
yang kreatif adalah lingkungan yang memaparkan peserta didik secara psikologis
dan sosial memfasilitasi kreativitas di mana pembelajar termotivasi untuk
menemukan hal-hal sendiri, mempromosikan semua yang diperlukan cara-cara
untuk kreativitas untuk membantu siswa mengembangkan sifat-sifat kepribadian
yang kreatif. Sekolah tidak boleh terjebak lagi kedalam iklim pendidikan
“diktaktor” yang memberangus kehendak bebas (free will) siswa dalam hal
2
kreativitas. Sekolah sudah selayaknya membuka diri terhadap kemajuan zaman
yang telah memberikan dampak terhadap materi, strategi dan segala hal yang
berkaitan dengan pengajaran dan pendidikan.
Berdasarkan hal tersebut diatas, tujuan dari penulisan makalah ini adalah
untuk mengidentifikasi peran sekolah dalam menciptakan lingkungan yang akan
mengembangkan kreativitas siswa-siswinya.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
1. Kreatifitas
a. Definisi Kreatifitas
4
Intelek yang melihat kepada hubungan intelegensi dengan kreativitas. Model
struktur intelek membedakan antara berpikir “konvergen” dan “divergen”.
Berpikir konvergen yang mendasari tes intelegensi tradisional dan kemampuan
berpikir divergen merupakan indikator kreativitas. Struktur intelek Guilford
terbagi menjadi tiga dimensi yaitu : (1) Operasi, terdiri dari kognisi, ingatan,
berpikir divergen, berpikir konvergen dan evaluasi; (2) Produk, terdiri dari unit,
kelas, hubungan, sistem, transpormasi dan implikasi; (3) Konten, terdiri dari
figural, simbolik, semantik dan perilaku.
5
mempertimbangkan masalah-masalah yang akan timbul. Ciri-ciri kepribadian
kreatif antara lain: memiliki rasa humor yang tinggi, dapat melihat masalah dari
berbagai sudut tinjau, memiliki kemampuan untuk bermain dengan ide/konsep,
memiliki rasa ingin tahu, kecendrungan untuk lebih tertarik pada hal-hal yang
rumit dan misterius, mandiri, penuh semangat, dan percaya diri (Munandar 2009).
Namun orang yang kreatif juga bisa memiliki sifat yang tidak kooperatif,
egosentris, terlalu asertif, kurang sopan, keras kepala, emosional, menarik diri dan
terlalu asertif. Ciri-ciri perilaku kreatif yang ditemukan pada orang-orang yang
memberi sumbangan kreatif yang menonjol terhadap masyarakat antara lain :
berani dalam pendirian, melit (ingin tahu), mandiri dalam berpikir, intuitif, ulet,
tidak bersedia menerima pendapat dari otoritas begitu saja.
Berpikir divergen dan konvergen, adalah dua hal cara berpikir yang
dimiliki oleh orang kreatif dimana kemampuan berpikir divergen lebih menonjol
dan merupakan bentuk pemikiran terbuka, yang menjajaki bermacam-macam
kemungkinan jawaban terhadap suatu persoalan atau masalah. Secara universal,
produk divergen yang dikaitkan dengan kemampuan spesifik dari Guilford (1967)
yang melibatkan lima proses kreatif adalah sebagai berikut : (a) kelancaran
(fluency) adalah kemampuan untuk memproduksi banyak gagasan; (b) keluwesan
(fleksibility) adalah kemampuan untuk mengajukan bermacam-macam
pendekatan dan atau jalan pemecahan terhadap suatu masalah; (c) keaslian
(originalitas) adalah kemampuan untuk melahirkan gagasan-gagasan asli sebagai
hasil pemikiran sendiri dan tidak klise; (d) penguraian (elaboration) adalah
kemampuan untuk menguraikan sesuatu secara terperinci; (e) perumusan kembali
(redefinisi) adalah kemampuan untuk mengkaji/menilik kembali suatu persoalan
melalui cara dan perspektif yang berbeda dengan apa yang sudah lazim.
Kemampuan berpikir konvergen orang kreatif adalah kemampuan berpikir yang
berfokus pada tercapainya satu jawaban yang paling tepat terhadap suatu
persoalan atau masalah. Hal ini diperlukan untuk memilih aspek masalah yang
relevan dan membuang yang tidak relevan (selective encoding), mengkreasi
sistem koheren dari informasi yang berbeda serta mengintegrasikan informasi
baru dengan yang telah diketahui sebelumnya. Melalui cara berpikir yang lancar
6
dan fleksibel, orang kreatif mampu mengadaptasi hampir semua situasi agar
tujuannya tercapai. William (1979) mengembangkan pemikiran bahwa kreativitas
perlu dipupuk secara menyeluruh dan dimasukkan ke dalam kurikulum
pendidikan sehingga anak dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif
pada semua bidang kegiatan, terutama keterampilan kognitif dan afektif dalam
pengembangan kreativitas digabung dengan bidang tradisional yang diajarkan di
sekolah.
c. Pengukuran Kreativitas
7
drawing production (Jellen dan Urban 1985), tes berpikir kreatif dengan bunyi dan
kata atau thinking creatively with sounds and words (Torrance, Khatena dan
Cunnington 1973), dan tes inventory Khatena-Torrance persepsi kreatif atau
Khatena-Torrance Creative Perception Inventory.Di Indonesia tes kreativitas
dilakukan oleh Munandar pada tahun 1977 dengan tes kreativitas verbal, tes
kreativitas figural, skala sikap kreatif, dan skala penilaian anak berbakat oleh
guru. Kreativitas verbal dan kreativitas figural dalam penelitian ini digunakan
untuk mengukur seberapa jauh kreativitas anak usia 10-11 tahun.
Tes kreativitas verbal diadaptasi dari model struktur intelek Guilford dan
kreativitas figural diadaptasi dari circle test Torrance. Guilford (1967)
mengemukakan bahwa kreativitas verbal adalah kemampuan berfikir divergen,
yaitu pemikiran yang menjajagi bermacam-macam alternatif jawaban terhadap
suatu persoalan yang sama besarnya atau kemampuan berpikir kreatif yang
mengukur aspek kelancaran, kelenturan, orisinalitas dan elaborasi (Munandar
2009). Menurut Torrance (Munandar 1999) kreativitas verbal adalah kemampuan
berpikir kreatif terutama mengukur kelancaran, kelenturan dan orisinalitas dalam
bentuk verbal yakni yang berhubungan dengan kata dan kalimat. Faktor yang
mempengaruhi kreativitas verbal adalah lingkungan yang responsif (keluarga,
sekolah, dan masyarakat) merupakan faktor utama terjadinya proses
perkembangan inteligensi dan merupakan dasar yang kuat untuk pertumbuhan
kreativitas verbal. Tes kreativitas verbal terdiri dari 6 sub-tes yang terdiri dari
permulaan kata, menyusun kata, membentuk kalimat tiga kata, sifat-sifat yang
sama, macam-macam penggunaan, dan apa akibatnya.
8
dasar membangun sikap-sikap kreatif yang imajinatif, memiliki rasa ingin tahu
yang tinggi, teguh dengan ide yang dimiliki, percaya diri, antusias, intuitif,
konsisten, mandiri dan mampu memecahkan masalah dengan berbagai cara
dibutuhkan untuk membangun sikap dan perilaku kreatif. Keluarga dan sekolah
perlu menciptakan kondisi yang dapat memupuk daya kreatif individu dan
memberi kekuatan untuk mendorong tumbuhnya sikap-sikap kreatif. Karena
tumbuhnya kreativitas atau suatu kreasi yang diciptakan oleh seseorang individu
dipengaruhi oleh keluarga, sekolah, masyarakat dan kebudayaan tempat dimana
individu itu hidup dan bekerja (Soemardjan 1983).
2. Pendidikan
9
juga harus terus melaksanakan berbagai upaya dalam mewujudkan pendidikan
yang berkualitas, melalui pengembangan pengajaran, penyediaan sarana
pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru
dan tenaga kependidikan lainnya. sehingga sekolah dapat membentuk manusia
yang mampu menghadapi masa depan dengan kreatif. Menurut Henderson (1959)
bahwa pendidikan merupakan suatu proses pertumbuhan dan perkembangan,
sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungan sosial, lingkungan fisik dan
berlangsung sepanjang hayat sejak manusia lahir.
10
Jenjang pendidikan ini berada dibawah pengawasan Direktur Jenderal Pendidikan
Dasar Departemen Pendidikan Nasional. Sekolah Dasar yang selanjutnya
disingkat dengan SD adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang
penyelenggaraan serta pengelolaannya dikelola oleh pihak pemerintah yang
kemudian sekolah ini disebut sebagai sekolah negeri sementara yang dikelola oleh
pihak swasta melalui sebuah yayasan pendidikan disebut sekolah swasta, baik
yang berbasis agama maupun sekolah umum. Sekolah memiliki keunikan masing-
masing dalam merancang program dan metode pembelajaran, meski secara
keseluruhan sekolah menggunakan kurikulum dari Departemen Pendidikan
Nasional, namun pengembangan kegiatan diserahkan kepada masing-masing
sekolah untuk membuat dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar yang dapat
membangun pengetahuan, kecerdasan serta kreativitas anak didiknya. Menurut
Dewey, kurikulum di sekolah harus mencerminkan perkembangan manusia dalam
masyarakat yang dibarengi dengan praktek-praktek kegiatan langsung di kelas.
Dilihat dari kurikulum, kegiatan belajar mengajar, sistem penilaian, metode
pengajaran, dan manajemen sekolah maka empat sekolah terpilih dalam penelitian
ini, dibagi menjadi dua tipe sekolah yakni dua sekolah masuk dalam kategori
sekolah konvensional dan dua sekolah masuk dalam kategori sekolah progresif.
3. Sekolah
11
anak. Sekolah diharapkan memberi pendidikan dan pengajaran yang diperlukan
oleh anak sebagai bekal dikemudian hari.
12
kreativitas (Evita Adnan 1995; Cropley 2001; Wijaya 1991), sikap guru dan
prestasi belajar anak menunjukkan kebermaknaan antara kreativitas guru dengan
prestasi belajar siswa sekolah dasar. Guru yang kreatif memiliki ciri-ciri perilaku
kreatif (Munandar 1999) antara lain: memiliki rasa ingin tahu, mau bekerja keras,
berani, memaksimalkan kemampuan intelektualnya, mandiri, dinamis, penuh
inovasi/gagasan dan daya cipta, bersedia menerima informasi, menghubungkan
ide dan pengalaman yang diperoleh dari berbagai sumber yang berbeda, serta
cenderung menampilkan berbagai alternatif terhadap subyek tertentu.
13
waktu konsentrasi anak. Guru juga dapat memilih metode pembelajaran yang
dapat mengaktifkan siswa di kelas seperti metode ekspositori, inkuiri, berbasis
masalah, peningkatan, kontekstual, kooperatif, PAIKEM, tanya jawab,
demostrasi, penemuan, karya wisata, diskusi, sosio drama, kerja kelompok,
latihan, dimana metode-metode tersebut dapat memunculkan kompetensi siswa
dalam empat hal yaitu critical thingking, creatif/inovatif, collabpration dan
Communication.
14
Dimensi hubungan guru-siswa (relationship) adalah keterlibatan guru
dengan siswa yang saling mendukung dan membantu, serta mengekspresikan
kemampuan mereka secara bebas terbuka. Moos mengatakan bahwa dimensi ini
mencakup aspek afektif dari interaksi antara guru dengan anak didik. Skala yang
termasuk dalam dimensi ini diantaranya adalah: (a) interaksi hubungan gurusiswa
yakni timbal balik positif yang bersifat edukatif yang tidak dibatasi oleh ruang dan
waktu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah disepakati bersama secara
efektif. Dimensi hubungan termasuk bagaimana hubungan antar siswa yang baik,
saling mengenal, bekerjasama, berartisipasi dalam kegiatankegiatan dan aktif
dalam memberikan pendapat; (b) dukungan guru, seperti guru memberikan
bantuan, mendorong siswa untuk menemukan ide-ide baru, memuji hasil karya
siswa dan memberikan rasa nyaman terutama ketika siswa mengalami kesulitan;
(c) kerjasama adalah keinginan siswa untuk bekerja sama dengan orang lain
secara kooperatif dan menjadi bagian dari kelompok melalui kegiatan berdiskusi,
mendiskusikan ide-ide kegiatan dan saling memberi semangat.
15
harapan, memperbaiki kontrol dan merespon perubahan melalui peraturan dan
pengaturan kelas. Skala-skala lingkungan sekolah yang termasuk dalam dimensi
ini antara lain : (a) organisasi kelas adalah suatu pola hubungan siswa di bawah
pengarahan guru untuk mengejar tujuan bersama, seperti mengatur ruang kelas
sehingga kelas dapat menjadi tempat untuk mendapatkan pengetahuan dan
pengalaman belajar; (b) peraturan yakni sesuatu yang disepakati dan mengikat
sekelompok orang/lembaga dalam rangka mencapai suatu tujuan dalam hidup
bersama, seperti membuat peraturan kelas bersama dan mematuhinya.
16
kebijakan adalah kebijakan ekonomi. Peran dari kreativitas dalam ekonomi
dipandang sebagai hal penting (Burnard, 2006) untuk membantu negara-negara
untuk mencapai pekerjaan yang lebih tinggi, ekonomi prestatif (Davies, 2002) dan
untuk mengatasi peningkatan kompetisi. Karena alasan inilah kreativitas tidak
bisa menjadi "ignored atau ditekan melalui sekolah "(Poole, 1980) atau
pembangunan dibiarkan menjadi "kesempatan dan mitologi" (NESTA, 2002).
Kreativitas menjadi subjek inklusi dalam pendidikan sebagai keterampilan hidup
mendasar(Craft, 1999) yang perlu dikembangkan untuk mempersiapkan generasi
mendatang (Parkhurst, 1999) sehingga mereka dapat bertahan hidup juga
berkembang di abad kedua puluh satu (Parkhurst, 2006). Mengembangkan
kreativitas anak-anak dalam pendidikan adalah mulai dari membangun modalitas
individu di mana, menurut Adam Smith bergantung pada "Kekayaan bangsa
(Walberg, 1988).
17
atau “Aha – Erlebnis”, saat timbulnya inspirasi atau gangguan baru, beserta proses
– proses psikologi yang mengawali dan mengikuti munculnya inspirasi atau
gagasan baru.Tahap verifikasi atau evaluasi adalah tahap di mana ide atau kreasi
baru tersebut harus diuji terhadap realitas. Disini diperlukan pemikiran kritis dan
konvergen. Dengan perkataan lain, proses divergensi (pemikiran kreatif) harus
diikuti oleh proses konvergensi (pemikiran kritis).
1. Sekolah Konvensional
18
Pembelajaran, pemberian tugas, hafalan/drilling dan pekerjaan rumah lebih
berorientasi untuk mendapatkan nilai dan lulus ujian nasional. Materi
pembelajaran tidak terintegrasi antar satu pelajaran dengan pelajaran lainnya
sehingga materi yang diberikan tidak mendalam. Tidak terintegrasinya
pembelajaran menurut Megawangi menjadikan siswa tidak dapat melihat
keterkaitan materi satu mata pelajaran dengan mata pelajaran lainnya bahkan
siswa tidak mengerti apa relevansinya dengan kehidupan nyata. Penilaian atas
hasil kerja anak diberikan dalam bentuk angka, laporan perkembangan anak
diberikan dalam bentuk rangking. Pajangan hasil kerja anak sebagai sebuah
penghargaan dan prestasi sangat sedikit sekali dipajangkan bahkan jika adapun
bukan yang up to date.
2. Sekolah Progresif
19
antara dua tipe sekolah tersebut menurut Dewey (1997) dan Chandler (1998)
disajikan dalam Tabel 1.
20
mengarah pada inovasi dengan memungkinkan siswa untuk menggunakan
kemampuan mereka dan memungkinkan membebaskan diri dari rutinitas
pengkajian ilmu-ilmu statis, mengekspresikan ide, pengalaman, pengembangan
imajinasi, dan mempromosikan rasa ingin tahu di kalangan peserta didik
(Angeloska, 1996). Lebih lanjut, lingkungan sekolah yang inovatif adalah
lingkungan yang mendorong siswa untuk melakukan diversifikasi jalur mereka
berpikir, ciptakan iklim yang akan membantu mereka menghibur sebanyak
mungkin ide pada saat yang sama bahkan jika ide yang dihasilkan bersifat
kontradiktif dalam proses mengembangkan pemikiran kreatif untuk menciptakan
toleransi dan penerimaan di antara para siswa, mendorong beragam ide,
menstimulasi pikiran siswa dengan pentingnya berpikir kreatif dan membuat
mereka akrab dengannya (Israel, 1995). Cromwell (1993) memandang hal tersebut
sebagi fitur dan sistem terbuka paling penting dari lingkungan sekolah inovatif
yang mengandung fleksibilitas dari proses penemuan, sistem ini tidak dibatasi
oleh hukum untuk membantu mengembangkan keterampilan diri.Temuan
penelitian kualitatif menunjukkan bahwa lingkungan sekolah yang inovatif
mengembangkan kapasitas siswa untuk menjadi kreatif, terbuka untuk penemuan
baru, membuat mereka imajinatif, berani untuk melihat dari perspektif yang
berbeda sementara kurangnya kreativitas menyebabkan ketidakmampuan siswa
untuk mengatasinya dengan tantangan. Menurut Shaughaessy (1991) lingkungan
sekolah yang inovatif adalah iklim sekolah yang membantu siswa bertanya
dengan pertanyaan mungkin dianggap aneh dan menciptakan aspek positif dalam
semua pertanyaan dan ide yang disajikan dan mendorong dan menghargai
kreativitas siswa dan secara teratur mendorong siswa untuk terus memberikan,
memberikan solusi kreatif mereka, dan memberikan penghargaan kepada
kreativitas mereka untuk meningkatkan perilaku inovatif mereka.
Banyak literatur menunjukkan bahwa ada dua faktor motivasi utama untuk
kerja inovatif yaitu kualitas dan orisinalitas (Maadi, 1965) dan diamati bahwa
lingkungan adalah faktor yang mendasari yang berkontribusi kreativitas orang dan
perkembangannya (Pluckier et al., 1994). Inovasi tidak ada secara inheren, ia nya
terletak pada berbagai tingkat di mana lingkungan memainkan peran penting
21
dalam perkembangannya. Inovasi adalah sebuah perilaku yang dapat dipelajari
yang membuat lingkungan sekolah lebih dari faktor-faktor lain dalam
mengembangkan jenis ini berpikir atas dasar bahwa lingkungan sekolah memang
mengadopsi program yang akan mengembangkan pemikiran inovatif dalam Selain
pengembangan kemampuan kreatif siswa (Maker, 1982). Lingkungan sekolah
sebagai arena latihan mengembangkan kreativitas adalah dengan mendidik kerja
tim sekolah, dan membuat siswa akrab dengan pentingnya kreativitas, kegiatan
kreatif, menemukan faktor-faktor anti-kreativitas, meningkatkan kepribadian
produktif mereka, mengaitkan pendidikan dengan kehidupan dalam konten,
metode, mengarahkan pemikiran ke hasil nyata, mengubah pengajaran tradisional
menjadi pengajaran partisipatif, memberikan perhatian khusus pada pemecahan
masalah, memberikan sebuah tingkat tantangan minimum yang tidak bertentangan
dengan keyakinan Islam dan persyaratan modern, memberikan kritik konstruktif,
memberikan pemahaman yang mendalam tentang masalah dan kemampuan
sekolah untuk mengembangkan elemen-elemen mendasar dalam kenyataan. Ada
sejumlah praktik yang memperbaiki lingkungan sekolah untuk mencapai
perkembangan inovasi di antara para siswa yaitu; diskusi kelompok di ruang
kelas, belajar proses kemandirian di dunia pendidikan, laboratorium ilmiah
khusus, guru harus diizinkan untuk bebas di kelas, mendorong siswa untuk
mengajukan pertanyaan dan memberi mereka kesempatan untuk melatih kritik
konstruktif, bermanfaat tanggapan dan produk baru yang ditambahkan ke isi
kursus, berikan perhatian pada pertanyaan esai, atau setidaknya mencapai
keseimbangan antara pertanyaan obyektif dan esai.
22
2. Inovatif guru: Tidak ada keraguan bahwa guru adalah salah satu elemen
paling penting dari proses pendidikan. Seorang guru harus memastikan
bahwa informasi dan ide yang disampaikan kepada siswa adalah benar dan
orisinal sehingga mereka dapat berpikir lebih baik daripada guru itu sendiri,
jadi guru perlu diberikan hal baru informasi dan memperoleh keterampilan
baru agar dapat melakukan proses pengajaran, para guru diharapkan
berprestasi dan inovator yang lebih tinggi.
3. Program dan Kurikulum: program dan kurikulum sangat penting dalam
mengembangkan kreativitas siswa dan memperdalam kesadaran siswa
sejalan dengan waktu modern yang kita tempati.
4. Manajemen sekolah: Administrasi sekolah harus efektif dan mampu
menangani pengetahuan baru global dan lokal berdasarkan pemikiran yang
tercerahkan dan metode demokratis dan memberi kesempatan dan
kebebasan untuk mendorong inovasi dan menghargai inovasi.
5. Bangunan sekolah: sekolah yang kaya dalam hal pembelajaran, fasilitas
modern, laboratorium, informasi teknologi komunikasi, workshop, ruang
teater, olahraga adalah sekolah yang mampu memberikan hal positif
lingkungan secara kreatif untuk mempersiapkan siswa tingkat kinerja yang
sangat baik.
23
Rancang kurikulum pendidikan yang mempromosikan ketiga komponen "sukses
kecerdasan”: Sebagaimana dijelaskan Sternberg, model pendidikan saat ini
umumnya mendukungpengembangan satu jenis pemikiran analitis. Ini perlu
diseimbangkan dengan fokus pada aspek sintetis, analitis dan praktis dari
kecerdasan yang sukses, terutama sebagai kombinasi dari tiga hasil dalam
kreativitas. Penggunaan latihan berpikir divergen, tantangan terbuka seperti yang
diajukan oleh program PBL dan alat berpikir yang diusulkan oleh organisasi
seperti Pusat Pembelajaran Kreatif semua dapat memainkan peran dalam
pengembangan aspek kreatif yang sukses. 2. Promosikan Keputusan untuk
Menjadi Kreatif dan Proses Meta-Kognisi Kreatif: Mengikuti saran Sternberg
bahwa salah satu atribut yang konsisten di antaraorang yang berhasil kreatif ada
keputusan eksplisit untuk mengejar jalur kreatif, program pendidikan tidak hanya
bertujuan untuk meningkatkan kreativitas siswa, tetapi harus juga langsung
mengajarkan siswa tentang bidang kreativitas itu sendiri sehingga mereka
memperoleh kesadaran eksplisit tentang potensi kreatif mereka sendiri, serta dan
pemahaman tentang metode peningkatan. Dengan pengetahuan ini, mereka berdua
bisa memberi informasi keputusan untuk mengejar aktivitas kreatif dan pada saat
yang sama, kontrol dan pengarahan yang lebih baik pengembangan kemampuan
mereka. Ini meta-kognisi dari proses kreatif seharusnya juga melibatkan
kesadaran eksplisit dari keterampilan praktis yang terlibat dalam kreativitas
seperti proses mengelola emosi seseorang, kemampuan seseorang untuk bertahan
dalam menghadapi tantangan, mengumpulkan sumber daya kognitif, mempelajari
kekuatan dan kelemahan seseorang serta mengelola waktu mengalokasikannya
untuk pengajaran kreatif. Keterampilan dalam hal tersebut dapat dan harus
didiskusikan secara eksplisit di kelas. 3. Membina lingkungan kelas dan
pendekatan pedagogis yang kondusif terhadap motivasi intrinsik: Bantulah siswa
menemukan gairah mereka dan lindungi mereka daridampak yang berpotensi
merusak dari penghargaan, motivasi ekstrinsik dan pengalaman kegagalan. Upaya
untuk membantu siswa mengembangkan gairah juga harus melibatkan promosi
kepercayaan diri, ketekunan dan pengambilan risiko. Jika perlu, izinkan siswa
untuk mendefinisikan masalah mereka sendiri dan melakukan penilaian sendiri
24
atas upaya mereka dan hasil, daripada selalu memiliki pekerjaan yang ditentukan
dan dievaluasi oleh guru. Kita seringmerasakan rasa ingin tahu siswa, motivasi
dan kreativitas yang tertahan oleh lingkungan pendidikan. Pemahaman yang lebih
dalam tentang bagaimana dan mengapa ini terjadi dan cara untuk memperbaikinya
diperlukan. 4. Meningkatkan penggunaan masalah dan pembelajaran berbasis
proyek di kelas: Dieksekusi dengan benar, program PBL (Practice Based
Learning) telah menunjukkan janji yang signifikan untuk meningkatkan berbagai
kemampuan berpikir, termasuk berpikir kreatif dan membantu menghubungkan
pendidikan untuk pengalaman kehidupan nyata yang relevan, tidak jelas. Koneksi
ini sangat penting untuk terlibat siswa dan meningkatkan motivasi, serta
membantu mengembangkan keterampilan berpikir penting untuk "intelijen yang
sukses" sebagaimana didefinisikan oleh Sternberg. Ulasan yang lebih dalam dari
beberapa program PBL yang lebih dihormati serta prinsip PBL yang efektif dan
dampaknya pada kreativitas akan menjadi kunci untuk memahami cara terbaik
untuk menerapkan rekomendasi ini. Semakin erat kaitan proyek-proyek ini
dengan kehidupan nyata siswa dan lingkungan menjadi lebih berarti. 5. Sejajarkan
kembali sistem pengujian berisiko tinggi untuk mencerminkan kebutuhan untuk
fokus pada kreativitas: Memukul keseimbangan yang tepat antara memastikan
bahwa ruang kelas fokus pada keterampilan dasar, tetapi bahwa guru masih
memiliki waktu dan otonomi untuk berbagai kegiatan sehingga pengujian
keterampilan ini tidak mengesampingkan pengejaran kreatif. Pada saat yang sama,
jika apa akan diuji adalah apa yang diajarkan, memastikan bahwa sekolah
memiliki tanggung jawab untuk kreativitas mereka untuk kinerja dalam
keterampilan dasar. Sementara berbagai tes untuk kreatif berpikir ada, metode
yang paling tepat untuk menilai kreativitas adalah meninjau hasil kreatif itu
sendiri. Portofolio, demonstrasi dan pameran siswa kerja adalah metode yang
cocok untuk memastikan bahwa proyek-proyek kreatif dimasukkan ke dalamnya
mengajar dan belajar. 6. Promosikan integrasi kursus kewirausahaan ke dalam
kurikulum K-12 (K-13): Kursus-kursus ini mungkin paling sesuai di tingkat SMP
dan SMA dan harus berbasis proyek atau berorientasi aksi dan pengalaman. Satu
tujuan kursus semacam itu harus membantu siswa menemukan apakah wirausaha
25
itu benar untuk mereka. 7. Integrasi lebih lanjut permainan dan mainkan ke dalam
pendidikan: Seperti yang didiskusikan oleh Daniel Pink, bermain memiliki peran
sentral dalam proses kreatif. Selain itu, faktor kenikmatan terlibat dalam
permainan memiliki potensi untuk meningkatkan motivasi dan minat di antara
siswa, dengan demikian membuka pintu untuk aliran dan kreativitas. 8.
Tingkatkan penggunaan pembelajaran interdisipliner: Pelajaran yang menjangkau
banyak subjekarea akan membiasakan siswa dengan konsep tautan yang terpisah
konsep atau disiplin untuk menemukan ide-ide baru di persimpangan bidang.
Terutama di kelas atas, memiliki siswa bekerja dalam tim di mana beragam bakat,
minat dan gaya berpikir diwakili akan menawarkan latihan dalam dinamika
kelompok yang memimpin untuk inovasi organisasi. 9. Tingkatkan konseling
karir dan peluang untuk eksplorasi karier: Yang terbesarpotensi keberhasilan
kreatif akan terletak di antara siswa yang menemukan semangat dan menyelam
mereka ke dalamnya di awal kehidupan. Implikasi potensial dari sudut pandang
ini adalah bahwa pendidikan sistem harus memberikan fokus yang lebih besar
untuk membantu siswa mengidentifikasi bidang minat - daerah di mana mereka
dapat mencapai keadaan aliran yang mengarah ke pertumbuhan keterampilan dan
kepercayaan diri, negara-negara di mana kreativitas berkembang.
26
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dunia yang terus berkembang berakibat pada perubahan yang
cepat di berbagai sektor kehidupan. Untuk terus mempertahankan
kelestarian hidup dan eksistensinya manusia dituntut memiliki kreatifitas.
Kreatifitas menjadi sebuah keharusan sebagai bentuk kompetensi yang
harus dimiliki individu saat ini. Kreativitas dapat dibentuk dalam tiga
ranah sosial kehidupan manusia. Ketiga ranah tersebut adalah keluarga,
sekolah dan masyarakat. Makalah fokus pada pembahasan yang kedua,
dimana lingkungan sekolah selayaknya menjadi tempat siswa menciptakan
dan mengembangkan daya kreativitasnya, mengingat pada saat seseorang
masuk pada lingkungan seluruh aspek psikologis mengalami
perkembangan pesat, baik kemampuan intelegnsi dan kemampuan emosi,
termasuk didalamnya kreatifitas. Seiring dengan pesatnya perubahan dunia
terutama karena pengaruh revolusi pada bidang tehnologi dan komunikasi,
maka dunia pendidikan sudah selayaknya mengikuti cepatnya
perkembangan tersebut.
Sekolah, dalam kaitannya dengan menciptakan output siswa yang
yang kompeten dengan daya kreatifitas tinggi. Sekolah harus membuka
diri terhadap perkembangan baik dalam kurikulum, metode dan tehnik
27
mengajar maupun cara-cara memberikan pembimbingan terhadap peserta
didik. Sekolah selayaknya menjadi progresif dan tidak lagi fokus pada cara
cara lama (konvensional). Iklim sekolah harus lebih fokus pada
keterbukaan dengan menerima ide-ide baru, memberikan setiap
kesempatan siswa untuk membuktikan dirinya sendiri, mendorong dan
memotivasi siswa untuk menemukan iklim yang sangat baik untuk
kreativitas, memberi siswa kesempatan dari jejak dan kesalahan untuk
melihat terulangnya ide-ide baru, memperkuat delegasi otoritas di antara
para siswa, Menerima pemikiran kolektif di antara para siswa, membawa
siswa ke metodologi pemikiran ilmiah, membiasakan siswa untuk
imajinasi dan kemampuan untuk mengamati.
Lingkungan inovatif yang memupuk inovasi berpikir adalah yang
memberi kebebasan dan keamanan sosial dan psikologis kepada para
siswa. Hal itu dapat dicapai dengan mengembangkan hubungan positif
antara siswa dan guru dan memberikan perhatian khusus pada kegiatan
ekstra-kurikuler yang dapat mengarah pada inovasi dengan memungkinkan
siswa untuk menggunakan kemampuan mereka dan memungkinkan
membebaskan diri dari rutinitas pengkajian ilmu-ilmu statis,
mengekspresikan ide, pengalaman, pengembangan imajinasi, dan
mempromosikan rasa ingin tahu di kalangan peserta didik.lingkungan
sekolah yang inovatif adalah lingkungan yang mendorong siswa untuk
melakukan diversifikasi jalur mereka berpikir, ciptakan iklim yang akan
membantu mereka mengelaborasi sebanyak mungkin ide pada saat yang
sama bahkan jika ide yang dihasilkan bersifat kontradiktif dalam proses
mengembangkan pemikiran kreatif untuk menciptakan toleransi dan
penerimaan di antara para siswa, mendorong beragam ide, menstimulasi
pikiran siswa dengan pentingnya berpikir kreatif dan membuat mereka
akrab dengannya.
B. Saran
28
Makalah ini diuraikan sebatas memberikan gambaran idealis
bagaimana seharusnya iklim kreativitas di sekolah sekolah saat ini.
Sumber makalah ini disamping dari berbagai literatur yang kredibel, juga
di sintesa dari berbagai karya dan jurnal penelitian yang berkaitan dengan
sekolah kreatif. Penelitian tersebut dilakukan diberbagai wilayah negara
dan teritorial yang berbeda, sehingga menghasilkan perbedaan dalam hasil
penelitiannya. Oleh karena itu, untuk membuktikan berbagai pandangan
positif yang ada tentang kreatifitas sekolah tersebut diperlukan penelitian
lebih kanjut untuk dapat menemukan generalisasi hasil penelitian terkait
dengan kreativitas dalam lingkungan sekolah yang dapat dipakai diseluruh
masyarakat dunia. Sekolah sudah seharusnya fokus pada keterbukaan
hubungan guru, siswa dan pihak terkait untuk menciptakan iklim kreatif
disekolah, sehingga sekolah disamping mendewasakan wawasan dari sisi
pengetahuan juga dapat menjadi harapan siswa dan orangtua siswa sebagai
wadah pendewasaan diri untuk menghadapi tantangan riil kehidupan di
dunia nyata.
29
DAFTAR PUSTAKA
Fasko, Daniel, Jr. (2001). Education and Creativity. Creativity Research Journal.
Vol. 13, Nos. 3 & 4, 317–32
Jensen, Eric. (2008). Brain-Based Learning: Pembelajaran Berbasis Otak
Paradigma Pengajaran Baru. Penerbit. Jakarta: Pustaka Pelajar
Kwek, S.H. (2011). Innovation in the Classroom: Design Thinking for 21st
Century Learning.
Retrievedfromhttp://www.stanford.edu/group/redlab/cgibin/publicatio
ns_resources
30
31