Anda di halaman 1dari 16

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pendidikan merupakan dasar bagi kemajuan sebuah bangsa, karena
dengan pendidikan suatu bangsa akan berkembang, baik dalam
pengembangan sumber daya manusia maupun pada pengelolaan sumber
daya alam. Pendidikan merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa
komponen diantaranya, komponen yang pertama yaitu input, yang terdiri
dari peserta didik dan guru sebagai pendidik, komponen yang kedua adalah
proses yang dipengaruhi oleh lingkungan dan instrumen pengajaran,
komponen yang ketiga yaitu, dampak dari interaksi antara pendidik dengan
peserta didik dan didukung oleh proses.
Fungsi pendidikan adalah membimbing siswa ke suatu tujuan yang
dinilai tinggi. Pendidikan yang baik merupakan suatu usaha yang berhasil
membawa semua anak didik mencapai tujuan tersebut.
Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan UU Nomor 20 tahun
2003 berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan
mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya
mewujudkan tujuan nasional yang bertujuan mencerdaskan kehidupan
bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia
yang bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur,
memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani,
kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab
kemasyarakatan dan kebangsaan.
Peningkatan kualitas pendidikan pada umumnya merupakan upaya
berkelanjutan bagi semua pihak yang terlibat langsung maupun tidak. Salah
satu wujud upaya peningkatan kualitas pendidikan adalah melalui beragam
pembaharuan metode pembelajaran, karena peningkatan kualitas tidak dapat
2

dilepaskan dari dampak pertumbuhan paradigma baru dalam dunia


pendidikan yang mempersyaratkan penyelenggaraan pendidikan agar
berpotensi untuk menciptakan keunggulan daya pikir, nalar, kekuatan moral
dan etika akademik bangsa.
Masyarakat Indonesia pun dianjurkan oleh pemerintah untuk
menempuh pendidikan yang sudah ditentukan oleh pemerintah maksimal
selama 12 tahun. Dengan menempuh pendidikan maksimal selama 12 tahun,
maka masyarakat akan dijamin oleh pemerintah untuk mendapatkan
pekerjaan yang layak. Masyarakat pun tidak hanya menempuh pendidikan
selama 12 tahun saja, tetapi bisa menempuh ke perguruan tinggi untuk
mendapatkan lapangan pekerjaan yang lebih baik dan menjadi orang yang
sukses di dunia pendidikan.
Masyarakat dapat meraih semua pendidikan itu sesuai dengan
kemauan dan tingkat kemampuan yang ada pada diri masing-masing. Maka,
masyarakat terutama siswa harus menanamkan minat yang tinggi pada
dirinya masing-masing. Menanamkan minat pada diri masing-masing dapat
membuat seseorang terdorong untuk meraih sesuatu yang diinginkan
tersebut. Selain itu, dengan adanya minat masyarakat pun tidak akan
mengalami kesulitan untuk memilih sesuatu yang menjadi pilihan yang
terbaik untuk dirinya sendiri.
Oleh karena itu, untuk menghadapi kesulitan siswa dalam mata
pelajaran Fisika mulai diatasi dengan memberikan perintah kepada siswa
agar lebih rajin lagi dalam membaca. Apabila, para siswa sedang
menghadapi UAN (Ujian Akhir Nasional) pelajaran bahasa mengadakan
Pemantapan Materi (PM) yang diadakan dari sekolah ataupun dari guru
Fisika sendiri. Meskipun, kegiatan tersebut sudah diadakan masih ada saja
siswa yang tidak lulus dalam mata pelajaran Fisika. Maka, pelajaran Fisika
masih belum mengalami peningkatan.
Belajar merupakan suatu perubahan tingkah laku di mana perubahan
itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik. Faktor-faktor
penting yang sangat erat hubungan dengan proses belajar ialah kematangan,
1J.P.Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004) Cet. 1, h. 255.
2H.C. Whiterington, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Aksara Baru, 1978), h. 124.
3W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran,(Jakarta: Gransindo, 1996), Cet 4, h. 188
8 Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam,

(Jakarta: Kencana, 2003), h. 265—268


9 Usman Uzer, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010), Cet 20, h. 27
3

penyesuaian diri (adaptasi), menghafal atau mengingat, pengertian,


berpikir, dan latihan.
Setiap siswa mengingin kan bahwa dirinya dapat berprestasi dengan
baik atau dengan kata lain bahwa hasil belajarnya dapat tercapai secara
maksimal. Akan tetapi, untuk mewujudkan itu semua tidak mudah karena
ada beberapa faktor-faktor untuk mencapai itu semua. Belajar bukanlah
usaha ringan, melainkan suatu usaha yang rajin, tekun, dan terus menerus
yang semuanya itu memerlukan suatu usaha dan energi. Setiap siswa
mempunyai kebiasaan belajar sendiri-sendiri.
Masalah belajar menggambarkan kualitas pendidikan di negara kita
secara umum yang relatif sedikit, contohnya masih banyak sekolah yang
masih kurang fasilitas sarana dan prasarana. Faktor di sekolah dan dedikasi
guru terhadap hasil belajar anak, lingkungan keluarga, dan dorongan orang
tua merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Akan
tetapi,yang lebih penting ialah faktor yang dari dalam diri siswa itu sendiri
yakni dorongan kuat yang disertai dengan adanya perasaan, kemauan keras,
serta keinginan untuk meningkatkan hasil belajar, maka kita sering
mengenalnya dengan istilah minat.
Secara psikologi, minat itu sangat berpengaruh sekali dalam diri
seorang siswa untuk mencapai sesuatu yang diinginkan oleh siswa itu
sendiri. Dengan adanya minat yang kuat, seseorang atau siswa akan
mempunyai semangat yang kuat pula agar segala yang diinginkannya dapat
terwujud. Oleh karena itu, penulis dapat menyimpulkan bahwa minat itu
adalah suatu sikap atau perasaan senang terhadap sesuatu yang
diinginkannya. Jika seseorang atau siswa mempunyai perasaan senang
terhadap sesuatu dan akan berusaha secara terus-menerus untuk
mendapatkannya dan tidak akan menyerah sebelum siswa itu mendapatkan
apa yang diinginkannya.

¹TIM Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar, 224.
²Muhammad Hashim al-Faluqi>, Al-Manhaj Al-Ta’limiyyah, 208.
³J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, diterjemahkan oleh Kartini Kartono (Jakarta: Rajawali, 1989), 134 4
Singgih D. Gunarsa, Ny. Y. Singgih Gunarsa, Psikologi Perawatan, (Jakarta: PT BPK. Gunung Mulia, 2003),
Cet 4, h. 6—8
5 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010 ) Cet 4, h. 57.
6 Kurt Singer, Membina Hasrat Belajar di Sekolah, Terjemah: Bergman Sitorus, (Bandung:CV Remadja

Karya, 1987), h. 78.


7 Sumardi Suryakarta, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), Cet 7, h. 254.
4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perkembangan Individu

perkembangan adalah proses menjadi bertambah sempurna


(kepribadian, pikiran, pengetahuan dan lain-lain). ¹Sedangkan
menurut istilah, perkembangan adalah proses perubahan yang
berkesinambungan dan saling berhubungan yang terjadi pada setiap
makhluk hidup, menuju kesempurnaan kematangannya. ²Menurut
J.P Chaplin perkembangan juga memiliki arti yang sama dengan
pertumbuhan. ³Namun, kata pertumbuhan biasanya sering diartikan
sebagai proses perubahan kuantitatif dari perubahan fisik.
Sedangkan Perkembangan individu merupakan pola gerakan atau
perubahan yang secara dinamis dimulai dari pembuahan atau
konsepsi dan terus berlanjut sepanjang siklus kehidupan manusia
yang terjadi akibat dari kematangan dan pengalaman (Hurlock,
1991; Rice, 2002). Menurut Hurlock (1991), dalam perkembangan
ada dua proses yang bertentangan yang terjadi secara serempak
selama kehidupan, yaitu pertumbuhan yang disebut evolusi dan
kemunduran yang disebut dengan involusi. Pada awal kehidupan
manusia yang berperan adalah evolusi, sedangkan involusi lebih
berperan pada akhir kehidupan, yaitu perubahan-perubahan yang
bersifat mundur. Sikap terhadap perubahan-perubahan
perkembangan ini dipengaruhi oleh penampilan dan perilaku
individu, stereotip budaya, nilai-nilai budaya, perubahan-perubahan
peran dan pengalaman pribadi. Salah satu tujuan dari perubahan ini
adalah agar individu mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan
sehingga baik secara fisik maupun psikis sesuai dengan harapan-
harapan sosial. Dalam pengkajian Perkembangan Individu ini ada
1J.P.Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004) Cet. 1, h. 255.
2H.C. Whiterington, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Aksara Baru, 1978), h. 124.
3W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran,(Jakarta: Gransindo, 1996), Cet 4, h. 188
8 Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam,

(Jakarta: Kencana, 2003), h. 265—268


9 Usman Uzer, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010), Cet 20, h. 27
5

dua istilah yang sering muncul, pertama perkembangan


(development) dan kedua adalah pertumbuhan (growth). Istilah
perkembangan dititikberatkan pada aspek-aspek yang bersifat psikis
(kualitatif), sedangkan pertumbuhan dipakai untuk perubahan-
perubahan yang bersifat fisik (kuantitatif). Antara fisik dan psikis ini
saling berkaitan dalam menelaah kehidupan manusia. Pertumbuhan
dan perkembangan kadang-kadang masih kabur pengertiannya dan
sukar dibedakan

2.2 Perkembangan Minat Peserta Didik

Setiap individu mempunyai kecenderungan fundamental untuk


berhubungan dengan sesuatu yang berada dalam lingkungan. Apabila
sesuatu itu memberikan kesenangan kepada dirinya, kemudian ia akan
berminat terhadap sesuatu itu. Minat akan timbul apabila individu
tertarik kepada sesuatu, karena sesuai dengan kebutuhannya atau
merasakan bahwa sesuatu yang telah dipelajari akan dirasakan berarti
bagi dirinya dan ia pun akan berniat untuk mempelajarinya.
Secara bahasa, minat berarti perasaan yang menyatakan bahwa satu
aktivitas, pelajaran atau objek itu berharga atau berarti bagi individu1
Sedangkan menurut istilah, di bawah ini peneliti mengemukan beberapa
pendapat ahli psikologi mengenai pengertian minat di atas
Menurut H.C. Whiterington Minat adalah kesadaran seseorang
terhadap suatu objek, suatu masalah atau situasi yang mengandung
kaitan dengan dirinya². Minat itu akan timbul, jika suatu objek yang
dihadapi sesorang bagi kebutuhan hidupnya.
Pendapat lain dikemukan oleh W.S. Winkel bahwa minat diartikan
sebagai kecenderungan subjek yang menetap, untuk merasa tertarik
pada bidang studi atau pokok bahasa tertentu dan merasa senang untuk
¹TIM Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar, 224.
²Muhammad Hashim al-Faluqi>, Al-Manhaj Al-Ta’limiyyah, 208.
³J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, diterjemahkan oleh Kartini Kartono (Jakarta: Rajawali, 1989), 134 4
Singgih D. Gunarsa, Ny. Y. Singgih Gunarsa, Psikologi Perawatan, (Jakarta: PT BPK. Gunung Mulia, 2003),
Cet 4, h. 6—8
5 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010 ) Cet 4, h. 57.
6 Kurt Singer, Membina Hasrat Belajar di Sekolah, Terjemah: Bergman Sitorus, (Bandung:CV Remadja

Karya, 1987), h. 78.


7 Sumardi Suryakarta, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), Cet 7, h. 254.
6

mempelajari materi itu3. Jadi menurut pendapatnya, kecenderungan dan


kesadaran subjek yang sudah menetap dalam dirinya akan menyebabkan
timbulnya minat dan merasa senang mempelajari materi yang telah
berikan.
Di dalam minat itu sendiri terkandung unsur kognitif, emosi, atau
afektif dan kemauan atau konatif untuk mencari sesuatu objek tertentu
(Law, 1992). Eysenck dan Arnold (dalam Indarto, 1993) menyatakan
minat merupakan kecenderungan berperilaku yang pada setiap individu
berbeda intensitasnya, karena minat dipengaruhi oleh kebutuhan atau
kepentingan individu akan suatu objek minat itu. Semakin individu
membutuhkan atau tertarik terhadap objek minat tersebut, maka besar
pula minatnya.

1. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Minat


Minat sebagai salah satu pendorong dalam proses belajar tidak
muncul dengan sendirinya, akan tetapi banyak faktor yang
menimbulkan minat siswa terhadap beberapa mata pelajaran yang
diajarkan oleh para guru bidang studi. Faktor-faktor tersebut antara lain:
a. Minat dapat timbul dari situasi belajar. Minat akan timbul dari suatu
yang telah diketahui, dan kita bisa mengetahui sesuatu itu melalui
belajar. Karena itu, semakin banyak belajar, semakin luas pula
bidang minatnya4. Situasi belajar dan pengajaran yang menarik
harus memperhatikan dan mempertimbangkan minat pribadi siswa.
Mereka diberi kesempatan untuk dapat giat sendiri, dan bebas
berpartisipasi secara aktif selama proses kegiatan belajar mengajar
berlangsung. Mereka diberi kebebasan untuk mencari sendiri,
berargumen, dan mencoba untuk memecahkan masalah sendiri, dan
guru berperan sebagai pembimbing.
b. Minat dapat juga dipupuk melalui belajar. Dengan bertambahnya
pengetahuan, minat akan timbul dan bahkan menggiatkan untuk

1J.P.Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004) Cet. 1, h. 255.
2H.C. Whiterington, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Aksara Baru, 1978), h. 124.
3W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran,(Jakarta: Gransindo, 1996), Cet 4, h. 188
8 Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam,

(Jakarta: Kencana, 2003), h. 265—268


9 Usman Uzer, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010), Cet 20, h. 27
7

mengenali dan mempelajarinya. Minat juga erat hubungannya


dengan dorongan, motif dan respon emasional.
c. Pengalaman juga merupakan faktor penting dalam pembentukkan
minat. Karena dari pengalaman, dapat diketahui bahwa setiap
pekerjaan memerlukan usaha untuk menyelesaikannya. Minat yang
timbul berlandaskan kesanggupan dalam bidang tertentu akan
mendorong ke usaha yang lebih produktif. Ditambah dengan
pengalaman dan pengetahuan, akan mencapai sukses dalam batas-
batas kemampuan yang dimiliki. Minat siswa akan bertambah jika
ia dapat melihat dan mengalami bahwa dengan bantuan yang
dipelajari itu ia akan mencapai tujuan tertentu.
d. Bahan pelajaran dapat mempengaruhi minat siswa, siswa tidak akan
belajar sebaik-baiknya apabila dari bahan pelajaran tersebut tidak
ada daya tarik baginya, ia tidak memperoleh kepuasan dari pelajaran
itu. Pelajaran yang menarik siswa, akan lebih mudah dipelajari dan
disimpan olehnya5
e. Pelajaran dan sikap guru. Pelajaran akan menjadi menarik bagi
siswa, jika mereka dapat melihat dan mengetahui adanya hubungan
antarpelajaran dengan kehidupan yang nyata yang ada di sekitarnya.
Sikap guru yang diperlihatkan kepada siswa ketika mengajar
memegang peranan penting dalam membangkitkan minat dan
perhatian siswa. Guru yang tidak disukai murid akan sukar
merangsang timbulnya minat dan perhatian siswa6.
f. Cita-cita merupakan dorongan yang besar pengaruhnya dalam
belajar. Cita-cita merupakan pusat dari bermacam-macam
kebutuhan, yang biasanya kebutuhan-kebutuhan itu
disentralisasikan pada cita-cita itu, sehingga dorongan tersebut
mampu memobilisasikan energi psikis untuk belajar7. Yang
kemudian akan menimbulkan minat belajar yang tinggi. Bagi siswa
¹TIM Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar, 224.
²Muhammad Hashim al-Faluqi>, Al-Manhaj Al-Ta’limiyyah, 208.
³J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, diterjemahkan oleh Kartini Kartono (Jakarta: Rajawali, 1989), 134 4
Singgih D. Gunarsa, Ny. Y. Singgih Gunarsa, Psikologi Perawatan, (Jakarta: PT BPK. Gunung Mulia, 2003),
Cet 4, h. 6—8
5 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010 ) Cet 4, h. 57.
6 Kurt Singer, Membina Hasrat Belajar di Sekolah, Terjemah: Bergman Sitorus, (Bandung:CV Remadja

Karya, 1987), h. 78.


7 Sumardi Suryakarta, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), Cet 7, h. 254.
8

yang memiliki cita-cita, maka minat belajarnya akan lebih daripada


minat siswa yang lain yang tidak mempunyai cita-cita. Ia akan
terdorong terus untuk belajar guna mencapai cita-citanya tersebut.
g. Orang tua adalah orang terdekat dalam keluarga. Oleh karena itu,
keluarga sangat besar pengaruhnya dalam menentukan minat
seorang siswa terhadap pelajaran. Sebagaimana yang disinyalir,
Abdul Rachman Abror bahwa “Tidak semua siswa memulai studi
baru karena faktor minatnya sendiri. Ada yang mengembangkan
minatnya terhadap bidang pelajaran tersebut, karena pengaruh dari
gurunya, teman sekitar dan orang tuanya”.
Namun, secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi
minat dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu yang bersumber dari
dalam diri (faktor internal) maupun yang berasal dari luar (faktor
eksternal). Faktor internal meliputi niat, rajin, motivasi, dan
perhatian. Faktor eksternal meliputi keluarga, guru dan fasilitas
sekolah, teman sepergaulan, media massa. Penjelasan secara rinci
sebagai berikut:
a. Faktor Internal:
1. Niat, niat merupakan titik sentral yang pokok dari segala
bentuk perbuatan seseorang.
2. Rajin dan kesungguhan dalam belajar seseorang akan
memperoleh sesuatu yang dikehendaki dengan cara
maksimal dalam menuntut ilmu tentunya dibutuhkan
kesungguhan belajar yang matang dan ketekunan yang
intensif pada diri orang tersebut.
3. Motivasi, motivasi merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi minat seseorang karena adanya dorongan
yang timbul dalam diri seseorang untuk berbuat sesuatu
dalam mencapai tujuan
4. Sikap terhadap guru dan pelajaran, sikap positif dan perasaan
senang terhadap guru dan pelajaran tertentu akan
1J.P.Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004) Cet. 1, h. 255.
2H.C. Whiterington, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Aksara Baru, 1978), h. 124.
3W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran,(Jakarta: Gransindo, 1996), Cet 4, h. 188
8 Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam,

(Jakarta: Kencana, 2003), h. 265—268


9 Usman Uzer, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010), Cet 20, h. 27
9

membangkitkan dan mengembangkan minat siswa,


sebaliknya sikap memandang mata pelajaran terlalu sulit
atau mudah akan memperlemah minat belajar siswa8.

b. Faktor Eksternal:
1. Guru dan fasilitas sekolah, faktor guru merupakan faktor
yang penting pada proses belajar mengajar, cara guru
menyajikan pelajaran di kelas dan penguasaan materi
pelajaran yang tidak membuat siswa malas, akan
mempengaruhi minat belajar siswa. Demikian pula sarana
dan fasilitas yang kurang mendukung seperti buku pelajaran,
ruang kelas, laboratorium yang tidak lengkap dapat
mempengaruhi minat siswa begitu juga sebaliknya.
2. Teman sepergaulan, sesuai dengan masa perkembangan
siswa yang senang membuat kelompok dan banyak bergaul
dengan kelompok yang diminati, teman pergaulan yang ada
di sekelilingnya berpengaruh terhadap minat belajar anak.
Sebaliknya bila teman bergaulnya tidak ada yang bersekolah
atau malas sekolah maka minat belajar anak akan berkurang
atau malas.
3. Media massa, kemajuan teknologi seperti, VCD, Telepon,
HP, Televisi dan media cetak lainnya seperti buku bacaan,
majalah, dan surat kabar, semuanya itu dapat mempengaruhi
minat belajar siswa. Jika siswa menggunakan media tersebut
untuk membantu proses belajar mengajar maka akan
berkembang, tetapi bila waktu belajarnya dipakai untuk
menonton TV atau digunakan untuk yang lain yang tidak
semestinya tentunya akan berdampak negatif.
¹TIM Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar, 224.
²Muhammad Hashim al-Faluqi>, Al-Manhaj Al-Ta’limiyyah, 208.
³J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, diterjemahkan oleh Kartini Kartono (Jakarta: Rajawali, 1989), 134 4
Singgih D. Gunarsa, Ny. Y. Singgih Gunarsa, Psikologi Perawatan, (Jakarta: PT BPK. Gunung Mulia, 2003),
Cet 4, h. 6—8
5 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010 ) Cet 4, h. 57.
6 Kurt Singer, Membina Hasrat Belajar di Sekolah, Terjemah: Bergman Sitorus, (Bandung:CV Remadja

Karya, 1987), h. 78.


7 Sumardi Suryakarta, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), Cet 7, h. 254.
10

2. Macam – Macam Minat


Minat dapat digolongkan menjadi beberapa macam, antara lain
berdasarkan timbulnya minat dan berdasarkan arah minatnya.
- Berdasarkan timbulnya, minat dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a. Minat Primitif
Minat primitf adalah minat yang timbul karena kebutuhan biologis
atau jaringan-jaringan tubuh, misalnya kebutuhan makanan,
perasaan enak atau nyaman, kebebasan beraktivitas dan seks.
b. Minat sosial
Minat sosial adalah minat yang timbulnya karena proses belajar,
minat ini tidak secara langsung berhubungan dengan diri kita.
Misalnya, minat belajar individu punya pengalaman bahwa
masyarakat atau lingkungan akan lebih menghargai orang-orang
terpelajar dan pendidikan tinggi, sehingga hal ini dapat
menimbulkan minat individu untuk belajar dan berprestasi agar
mendapat penghargaan dari lingkungan, hal ini mempunyai arti
yang sangat penting bagi harga dirinya.
- Berdasarkan arahnya, minat dapat dibedakan menjadi dua macam,
yaitu:
1. Minat intrinsik
Minat intrinsik adalah minat yang berlangsung berhubungan
dengan aktivitas sendiri, ini merupakan minat yang lebih
mendasar. Misalnya, seseorang melakukan kegiatan belajar,
karena memang pada ilmu pengetahuan atau karena memang
senang membaca, bukan karena ingin mendapatkan pujian atau
penghargaan.
2. Minat ekstrinsik
Minat ekstrinsik adalah minat yang berhubungan dengan tujuan
akhir dari kegiatan tersebut, apabila tujuan sudah tercapai ada

1J.P.Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004) Cet. 1, h. 255.
2H.C. Whiterington, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Aksara Baru, 1978), h. 124.
3W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran,(Jakarta: Gransindo, 1996), Cet 4, h. 188
8 Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam,

(Jakarta: Kencana, 2003), h. 265—268


9 Usman Uzer, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010), Cet 20, h. 27
11

kemungkinan minat tersebut hilang. Misalnya, seorang yang


belajar dengan tujuan agar menjadi juara kelas.
3. Fungsi Minat dalam Belajar
Dalam proses belajar minat merupakan salah satu faktor
psikologis yang penting dalam belajar. Minat mempunyai pengaruh
yang cukup besar dalam belajar, sebab dengan minat seseorang akan
melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya, tanpa minat
seseorang tidak akan mungkin melakukan sesuatu. Misalnya, seseorang
anak menaruh minat terhadap bidang studi Fisika, maka ia akan
berusaha untuk mengetahui lebih banyak tentang bahasa terutama
Fisika.
Fungsi minat besar sekali terhadap kegiatan belajar, karena
minat mempunyai andil yang sangat besar dalam menunjang
keberhasilan. Seseorang akan memetik hasil belajarnya ketika ia
berminat terhadap sesuatu yang ia pelajari dan dengan sendirinya ia
akan menunjukkan keaktifan dalam mengikuti pelajaran. Sebagaimana
yang dikatakan oleh William James (1980) melihat bahwa “minat siswa
merupakan faktor utama yang menentukan derajat keaktifan belajar
siswa”. Minat merupakan faktor pendorong bagi anak didik dalam
melaksanakan usahanya untuk mencapai keberhasilan dalam belajar.
Dengan demikian, jelas terlihat bahwa minat sangat penting dalam
pendidikan karena merupakan sumber usaha anak didik9.
Minat mendorong seseorang untuk melakukan suatu pekerjaan.
Minat akan mengarahkan dalam memilih macam pekerjaan yang akan
dilakukan. Minat juga akan mengarahkan seseorang terhadap apa yang
disenangi dan dikerjakannya. Dengan demikian, kewajiban sekolah dan
para guru untuk menyediakan lingkungan yang dapat merangsang minat
siswa terhadap proses belajar mengajar.

¹TIM Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar, 224.
²Muhammad Hashim al-Faluqi>, Al-Manhaj Al-Ta’limiyyah, 208.
³J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, diterjemahkan oleh Kartini Kartono (Jakarta: Rajawali, 1989), 134 4
Singgih D. Gunarsa, Ny. Y. Singgih Gunarsa, Psikologi Perawatan, (Jakarta: PT BPK. Gunung Mulia, 2003),
Cet 4, h. 6—8
5 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010 ) Cet 4, h. 57.
6 Kurt Singer, Membina Hasrat Belajar di Sekolah, Terjemah: Bergman Sitorus, (Bandung:CV Remadja

Karya, 1987), h. 78.


7 Sumardi Suryakarta, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), Cet 7, h. 254.
12

Guru harus pintar-pintar menarik minat siswa agar kegiatan


belajar mengajar memuaskan. Dengan adanya minat proses belajar
mengajar akan berjalan lancar dan tujuan pendidikan akan tercapai
sesuai dengan yang diharapkan. Karena minat sangat penting
peranannya dalam pendidikan, maka yang harus mempunyai minat
bukan hanya siswa, melainkan guru yang harus mempunyai minat untuk
mengajar. Karena, kesiapan keduanya merupakan penunjang
keberhasilan kegiatan belajar mengajar.

4. Minat Belajar Fisika


Pelajaran fisika merupakan salah satu mata pelajaran yang
diberikan pada jenjang pendidikan SMP dan SMA di Indonesia. Fisika
merupakan bagian dari Sains yang mempelajari fenomena dan gejala
alam secara empiris, logis, sistematis dan rasional yang melibatkan
proses dan sikap ilmiah. Ketika belajar fisika, siswa akan dikenalkan
tentang produk fisika berupa materi, konsep, asas, teori, prinsip dan
hukum-hukum fisika. Siswa juga akan diajarkan untuk bereksperimen
di dalam laboratorium atau di luar laboratorium sebagai proses ilmiah
untuk memahami berbagai pokok bahasan dalam fisika. Hal yang juga
dikembangkan selama berlangsungnya proses belajar mengajar fisika
adalah sikap ilmiah seperti jujur, obyektif, rasional, skeptis, kritis, dan
sebagainya.Selama ini, antusiasme siswa dalam mengikuti pelajaran
fisika di sekolah tidak seperti mengikuti pelajaran lainnya.
Siswa berpendapat bahwa pelajaran fisika sulit karena mereka
banyak menjumpai persamaan matematik sehingga ia diidentikkan
dengan angka dan rumus. Bagi siswa, konsep dan prinsip fisika menjadi
sulit dipahami dan dicerna oleh kebanyakan mereka. Hal ini berdampak
pada rendahnya minat siswa untuk belajar fisika. Masalah ini
merupakan salah satu masalah klasik yang kerap dijumpai oleh para
guru fisika di sekolah.

1J.P.Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004) Cet. 1, h. 255.
2H.C. Whiterington, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Aksara Baru, 1978), h. 124.
3W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran,(Jakarta: Gransindo, 1996), Cet 4, h. 188
8 Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam,

(Jakarta: Kencana, 2003), h. 265—268


9 Usman Uzer, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010), Cet 20, h. 27
13

BAB III
Metodologi Penelitian

3.1 Kesimpulan
Fungsi pendidikan adalah membimbing siswa ke suatu
tujuan yang dinilai tinggi. Pendidikan yang baik merupakan suatu
usaha yang berhasil membawa semua anak didik mencapai tujuan
tersebut Masyarakat Indonesia pun dianjurkan oleh pemerintah
untuk menempuh pendidikan yang sudah ditentukan oleh
pemerintah maksimal selama 12 tahun. Dengan menempuh
pendidikan maksimal selama 12 tahun, maka masyarakat akan
dijamin oleh pemerintah untuk mendapatkan pekerjaan yang layak,
perkembangan ada dua proses yang bertentangan yang terjadi secara
serempak selama kehidupan, yaitu pertumbuhan yang disebut
evolusi dan kemunduran yang disebut dengan involusi,
perkembangan peserta didik dapat diatasi dari Faktor internal dan
eksternal, Faktor internal merupakan peubah yang paling utama, karena
berasal dari diri sendiri yang berdasarkan kemauan dan keinginan peserta
didik untuk melakukan perubahan, perkembangan, dan keluarga yang
selalu mendukung, serta menyemangati anak anaknya sebagai peserta
didik,. Dan Faktor eksternal seperti tugas pendidik (guru) menyajikan
pelajaran di kelas dan penguasaan materi pelajaran yang tidak
membuat siswa malas, yang akan mempengaruhi minat belajar
siswa. Dalam Minat belajar fisika, tanamkan rasa pada siswa akan
menariknya teknologi teknologi yang berhubungan dengan fisika,
karena fisika itu sendiri tergolong sedang – sedang saja tidak begitu
rumit dan tidak begitu mudah, karena banyak siswa yang
mengatakan bahwasannya kalau fisika itu memiliki banyak rumus

¹TIM Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar, 224.
²Muhammad Hashim al-Faluqi>, Al-Manhaj Al-Ta’limiyyah, 208.
³J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, diterjemahkan oleh Kartini Kartono (Jakarta: Rajawali, 1989), 134 4
Singgih D. Gunarsa, Ny. Y. Singgih Gunarsa, Psikologi Perawatan, (Jakarta: PT BPK. Gunung Mulia, 2003),
Cet 4, h. 6—8
5 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010 ) Cet 4, h. 57.
6 Kurt Singer, Membina Hasrat Belajar di Sekolah, Terjemah: Bergman Sitorus, (Bandung:CV Remadja

Karya, 1987), h. 78.


7 Sumardi Suryakarta, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), Cet 7, h. 254.
14

yang sangat membingungkan tetapi disisi lain banyak siswa pada


tingkat SMA dalam mengambil UN ( Ujian Nasional) pada mata
pelajaran Fisika, dikarenakan kita hanya mengahafal rumusnya saja,
dan dapat menjawab nya jika kita hafal rumus dan kemauan soal.
Jadi Minat belajar fisika harus tertanam pada diri sendiri dan
pendidik yang harus mampu berbaur dan tidak menunjukan bahwa
fisika itu rumit.

3.2 Saran
untuk mengatasi masalah perkembangan siswa yang menurun kita bisa
melakukan beberapa hal seperti berikut :
1. untuk para orang tua mengenalkan sejarah dari para ilmuan dari
berbagai jurusan baik fisika dan sebagainya. agar anaknya
tertarik dengan pelajaran fisika
2. para guru membawakan materi dengan baik, dan tidak
membosankan
3. Gunakan alat visual
4. Berilah latihan nyata dalam menganalisis masalah atau
kegiatan.
5. Gunakan contoh-contoh yang sudah akrab dengan anak dari hal
yang bersifat sederhana ke yang kompleks.

1J.P.Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004) Cet. 1, h. 255.
2H.C. Whiterington, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Aksara Baru, 1978), h. 124.
3W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran,(Jakarta: Gransindo, 1996), Cet 4, h. 188
8 Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam,

(Jakarta: Kencana, 2003), h. 265—268


9 Usman Uzer, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010), Cet 20, h. 27
15

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu


Pengantar dalam Perspektif Islam, (Jakarta: Kencana, 2003), h. 265—268

H.C. Whiterington, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Aksara Baru, 1978),


h. 124

Hurlock, E.B 1991. Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan


Sepanjang Rentang Kehidupan. Alih Bahasa Istiwidayanti. Jakarta; Penerbit
Erlangga

Hurlock, E. 1993. Perkembangan Anak, jilid 1. a.b Meitasari Tjandrasa


dan Muslichah. Jakarta: Erlangga

https://www.academia.edu/28741798/PENGEMBANGAN_POTENSI_PESERTA
_DIDIK diakses pada tanggal 8 oktober 2019 pukul 11:37

http://digilib.uinsby.ac.id/1295/4/Bab%202.pdf diakses pada tanggal 9 oktober


2019 pukul 12:00

J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi (Jakarta: PT Raja Grafindo


Persada, 2004) Cet. 1, h. 255.

Usman Uzer, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya,


2010), Cet 20, h. 27

W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran,(Jakarta: Gransindo, 1996), Cet 4, h.


188

¹TIM Badan Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Bahasa Indonesia Untuk Pelajar, 224.
²Muhammad Hashim al-Faluqi>, Al-Manhaj Al-Ta’limiyyah, 208.
³J.P. Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi, diterjemahkan oleh Kartini Kartono (Jakarta: Rajawali, 1989), 134 4
Singgih D. Gunarsa, Ny. Y. Singgih Gunarsa, Psikologi Perawatan, (Jakarta: PT BPK. Gunung Mulia, 2003),
Cet 4, h. 6—8
5 Slameto, Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010 ) Cet 4, h. 57.
6 Kurt Singer, Membina Hasrat Belajar di Sekolah, Terjemah: Bergman Sitorus, (Bandung:CV Remadja

Karya, 1987), h. 78.


7 Sumardi Suryakarta, Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995), Cet 7, h. 254.
16

LAMPIRAN

1J.P.Chaplin, Kamus Lengkap Psikologi (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004) Cet. 1, h. 255.
2H.C. Whiterington, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Aksara Baru, 1978), h. 124.
3W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran,(Jakarta: Gransindo, 1996), Cet 4, h. 188
8 Abdul Rahman Shaleh dan Muhbib Abdul Wahab, Psikologi Suatu Pengantar dalam Perspektif Islam,

(Jakarta: Kencana, 2003), h. 265—268


9 Usman Uzer, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2010), Cet 20, h. 27

Anda mungkin juga menyukai