Anda di halaman 1dari 13

PERTEMUAN II

KINEMATIKA DALAM SATU DIMENSI

Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mengikuti pertemuan kedua ini diharapkan mahasiswa dapat menentukan posisi,
kecepatan dan percepatan suatu benda pada gerak satu dimensi dengan menggunakan hubungan
fungsional antara ketiga besaran tersebut sebagai fungsi dari waktu.

Pokok Bahasan
Gerak pada satu dimensi

Sub Pokok Bahasan


1. Kelajuan
2. Kerangka acuan
3. Perpindahan dan Kecepatan
4. Gerak Lurus Beraturan
5. Gerak Lurus Tidak Beraturan
6. Kecepatan Sesaat dan Perpindahan
7. Percepatan dan Kecepatan

Pendahuluan
Gerak benda-benda seperti gerak bola , kendaraan, manusia, hewan, matahari, bulan dan
sebagainya adalah nyata-nyata merupakan kejadian yang dapat kita amati sehari-hari. Dengan demikian
tidak mengherankan jika peesoalan gerak ini merupakan aspek fisika pertama yang dipelajari manusia.
Kajian tentang gerak suatu benda dan keterkaitannya dengan gaya, energy dan medan dikelompokkan
dalam satu bidang fisika yaitu mekanika. Dalam mempelajari mekanika ini, kita akan mengawalinya
dengan menggunakan pendekatan partikel ideal yang dipandang sebagai benda titik. Mekanika terbagi
dalam dua bagia yaitu kinematika yang merupakan deskripsi bagaimana benda bergerak, dan dinamika
yang berurusan dengan penyebab gerak itu sendiri.

Kinematika dapat dikatakan sebagai bagian dari mekanika yang mempelajari gerak tanpa
mempedulikan keberadaan penyebab gerak itu sendiri. Dalam kinematika ada empat besaran yang terlibat
terdiri dari sebuah besaran yang merupakan peubah bebas yaitu waktu dan tiga buah besaran yang
bergantung pada waktu yaitu posisi, kecepatan dan percepatan. Posisi, kecepatan dan percepatan hanya
dapat berharga tunggal pada suatu waktu tertentu.

Ada beberapa manfaat yang bisa diambil dengan mempelajari kinematika antara lain:
1. Untuk perancangan gerak, sebagai contoh dalam pembuatan jadwal pemberangkatan dan
kedatangan kereta api atau pesawat terbang
2. Untuk memprediksi suatu kejadian, misalnya gerhana matahari, gerhana bulan atau masuknya
bulan baru pada penanggalan tahun Hijriyah.
3. Sebagai model pada masalah lain. Terminologi “laju” tidak hanya digunakan dalam
kinematika akan tetapi digunakan pada masalah-masalah yang lain. Kita mengenal laju reaksi
kimia, laju pertumbuhan penduduk dan lain sebagainya.

Sidikrubadi Pramudito Kinematika dalam Satu Dimensi II- 1


2.1 Kelajuan

Laju dan kecepatan adalah dua kata yang sering dipertukarkan dalam penggunaan bahasa sehari-
hari. Dalam fisika kita membedakan kedua istilah tersebut. Laju berkaitan dengan panjang lintasan yang
ditempuh dalam interval waktu tertentu. Sebagai contoh jika sebuah bis menempuh perjalanan dari Bogor
ke Jakarta yang jaraknya 60 km dalam waktu 0.5 jam maka dikatakan laju rata-ratanya adalah 120
km/jam. Jadi laju rata-rata adalah jarak yang ditempuh dibagi waktu yang diperlukan.

𝐷
𝑣𝑠 = (2-1)
𝑡

2.2 Kerangka Acuan

Jika kita sedang berkendara di jalan tol misalnya, kita melihat kendaraan-kendaraan lain yang
searah berjalan lambat yang lajunya, menurut orang diam di pinggir jalan, 100 km/jam mungkin terlihat
oleh kita hanya 20 km/jam. Hal ini disebabkan karena kerangka acuan yang dipakai orang yang diam di
pinggir jalan berbada dengan kerangka acuan yang dipakai oleh orang yang berkendara dalam mengamati
suatu fenomena gerak yang sama. Jadi harga besaran-besaran fisis tergantung dari pemilihan kerang
acuan pengamat, terhadap apa besaran-besaran tersebut diukur. Jika dikatakan “kota Jakarta jauhnya 60
km” maka tentu akan membingungkan orang, kecuali (mungkin) orang Bogor. Pernyataan tersebut
menjadi lengkap jika dikatakan “kota Jakarta jauhnya 60 km dari Bogor”, maka dalam hal ini Bogor
dipakai sebagai kerangka acuan.

Dalam fisika seringkali kita menggambar suatu set sumbu koordinat untuk menggambar kerangka
acuan yang dipakai seperti yang terlihat dalam gambar 2-1. Seringkali kerangka acuan yang dipakai
ditetapkan di bumi (tanah) karena memang sebagian besar pengukuran dilakukan di tempat yang diam di
permukaan bumi. Akan tetapi pemakaian kerangka acuan yag lain tidak mengurangi legalitas hasil yag
didapatkan.

+y

-x +x
O

-y

Gambar 2-1. Set standar dari sumbu koordinat dalam dua dimensi

Pemilihan kerangka acuan tergantung dari situasinya sehingga dengan pemilihan tersebut dapat
memudahkan kita dalam penyelesaian masalah suatu gerak. Sebagai contoh untuk gerak mobil kita dapat
mengambil sebuah titik pada permukaan bumi sekitar mobil tersebut sebagai kerangka acuan, untuk gerak
planet kita bisa mengambil matahari sebagai kerangka acuan dan untuk gerak elektron pada suatu atom

Sidikrubadi Pramudito Kinematika dalam Satu Dimensi II- 2


kita bisa mengambil inti sebagai kerangka acuan. Untuk gerak dalam satu dimensi vektor-vektor yang
terlibat hanya ada yang searah atau berlawanan arah sehingga operasi penjumlahan vector akan
tersederhanakan menjadi operasi penjumlahan aljabar biasa.

2.3 Perpindahan dan Kecepatan

Perpindahan dan kecepatan merupakan besaran-besaran vector, jadi selain mempunyai besar juga
mempunyai arah. Perpindahan didefinisikan sebagai perubahan posisi sebuah objek. Misalnya seseorang
bergerak dari posisi x1 ke Timur sejauh s1= 50 m dan kemudian bergerak lagi ke Barat sejauh s2= 10 m
sehingga akhirnya sampai di posisi x2 (Lihat Gambar 2-2). Panjang lintasan yang ditempuh adalah 60 m
akan tetapi perpindahannya adalah x2-x1= 40 m karena orang tersebut sekarang berada pada jarak 40 m
dari titik awal geraknya.

s2=10 m

s1=50 m

O
∆x=40 m
x1 x2

Gambar 2-2. Perpindahan dan panjang lintasan yang ditempuh dalam suatu gerak

Kecepatan didefinisikan sebagai perpindahan dibagi dengan waktuu yang diperlukan untuk
perpindahan tersebut. Jika objeknya yang bergerak pada saat t1 berada di x1 dan pada saat t2 berada di x2
maka kecepatan rata-rata dapat dituliskan sebagai:

𝑥 2 −𝑥 1 ∆𝑥
𝑣= = (2-2)
𝑡 2 −𝑡 1 ∆𝑡

Misalnya dalam proses di atas waktu yang diperlukan adalah 10 sekon maka kecepatan rata-ratanya
adalah 4 m/s kea rah Timur sedangkan laju rata-ratanya adalah 6 m/s

2.4 Gerak Lurus Beraturan (GLB)

Pada gerak lurus beraturan posisi berubah secara beratura. Dalam hal ini kecepatan geraknya
adalah tetap. Sebagai contoh misalnya seseorang berlari dengan kecepatan tetap sehingga posisinya pada
beberapa detik pertama dapat ditabelkan sebegaimana Tabel 2-1.

Waktu t (sekon) 0 1 2 3 4 5
Posisi x (meter) 2 5 8 11 14 17
Tabel 2-1. Posisi seseorang yang berlari pada lintasan lurus ditentukan tiap sekon sekali.

Berdasarkan data dari tabel tersebut dapat dibuat kurva antara posisi terhadap waktu, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2-3. Sebagai catatan: Gambar 2-3 tersebut bukanlah merupakan gambar
lintasan gerak, akan tetapi merupakan gambar fuungsi yaitu posisi sebagai fungsi dari waktu.

Sidikrubadi Pramudito Kinematika dalam Satu Dimensi II- 3


Sebagaimana lazimnya gambar fungsi, sumbu mendatar merupakan peubah bebas (dalam hal ini waktu)
sedangkan sumbu tegak merupakan peubah tak bebas (dalam hal ini adalah posisi).

x (m)

Kemiringan kurva:
16
∆𝑥
𝑣=
12 ∆𝑡
∆x
8

4
∆t

t (s)
0 1 2 3 4 5

Gambar 2-3. Kurva posisi terhadap waktu untuk suatu gerak lurus beraturan.

Terlihat bahwa kemiringan kurva x vs t yaitu perbandingan antara perubahan posisi dan selang waktu
selalu tetap. Dalam hal ini kita dapatkan kecepatan untuk glb:

∆𝑥
𝑣= (2-3)
∆𝑡

∆𝑥 14−5 m
Untuk contoh diatas, kita dapatkan 𝑣 = = = 3m/s
∆𝑡 4−1 s

Dari persamaan (2-3) dengan mudah kita mendapatkan bentuk perpindahan yaitu:

∆𝑥 = 𝑣∆𝑡 (2-4)

Jika kita kaitkan persamaan (2-4) ini dengan kurva kecepatan terhadap waktu seperti pada
Gambar 2-4, maka nampak dengan jelas bahwa perpindahan dapat dinyatakan sebagai “luas” bagian yang
diarsir, yaitu luas bagian di “bawah” kurva yang dibatasi oleh selang waktu [t1, t2].

Sidikrubadi Pramudito Kinematika dalam Satu Dimensi II- 4


v (m/s)

Luas bagian di bawah kurva:

∆𝑥 = 𝑣∆𝑡

t (s)
0 t1 t2
∆t

Gambar 2-4. Kurva kecepatan terhadap waktu untuk glb

2.5 Gerak Lurus Tidak Beraturan

Cobalah amati speedometer pada suatu kendaraan angkutan umum. Kita akan dapatkan pada
umumnya selama bergerak, speedometer tersebut menunjukkan laju kendaraan yang selalu berubah.
Kendaraan kadang-kadang berjalan lambat, kadang-kadang berlari kencang. Jadi secara umum gerak
suatu benda adalah gerakyang sebetulnya rumit, arah serta besar kecepatannya selalu berubah. Kita akan
tinjau sekarang ini gerak lurus yang tidak beraturan. Sebagai ilustrasi tinjau gerak sebuah kendaraan yang
sedang bergerk anggaplah dengan lintasan lurus. Misalnya posisi diperiksa tiap setengah jam sekali dan
didapatkan data seperti pada Tabel 2-2 di bawah ini.

t (jam) 0 ½ 1 1½ 2 2½ 3 3½ 4
x (km) 0 30 45 50 60 60 85 105 120
Tabel 2-2. Posisi kendaraan ditentukan setiap setengah jam sekali.

Jika dibuat kurva antara posisi terhadap waktu seperti pada Gambar 2-5, terlihat bahwa bentuk kurva
(berupa garis tegas yang tebal) bukan merupakan suatu garis lurus.

Sidikrubadi Pramudito Kinematika dalam Satu Dimensi II- 5


x (km)

120

100

80

60 ∆𝑥1 ∆𝑥

40
∆𝑡1
20

t (jam)
0 1 2 3 4
∆𝑡

Gambar 2-5. Kurva posisi terhadap waktu untuk suatu gerak tak beraturan

Dengan menggunakan persamaan (2-2) kecepatan rata-rata dalam selang waktu [0,4] dapat ditentukan
yaitu:

∆𝑥 𝑥2 − 𝑥1 120 km
𝑣 0,4 = = = = 30km/jam
∆𝑡 𝑡2 − 𝑡1 4 jam

Gerak tak beraturan dapat didekati dengan sebuah gerak lurus beraturan. Jika gerak dalam selang
waktu [0,4] kita dekati dengan sebuah gerak lurus beraturan, maka pada kurva posisi terhadap waktu pada
Gambar 2-5 di atas dapat ditari garis lurus dari titik (0,0) ke titik (4,120) (sebagai catatan titik (t,x)
menunjukkan bahwa benda pada saat t berada di posisi x). Garis tersebut digambarkan sebagai garis lurus
putus-putus. Dengan demikian kecepatan rata-rata dapat dinyatakan sebagai kemiringan kurva garis lurus
ini yaitu

Δ𝑥1
𝑣 0,4 = = 30km/jam
Δ𝑡1

Dengan pasangan Δt1 dan Δx1 daat diambil dimana saja pada garis lurus tersebut.

2.6 Kecepatan Sesaat dan Perpindahan

Jika kita mengendarai kendaraan bermotor maka kita dapat mengamati kecepatan kendaraan
tersebut pada speedometer. Dalam selang waktu yang cukup besar kita akan dapatkan bahwa kecepatan

Sidikrubadi Pramudito Kinematika dalam Satu Dimensi II- 6


ini berubah-ubah, akan tetapi dalam selang waktu yang cukup kecil maka harga kecepatan relatif tetap.
Dengan demikian kita dapat mendefinisikan kecepatan sesaat sebagai kecepatan rata-rata untuk suatu
interval waktu yang sangat sempit.

Tinjau data gerak berikut ini:

t (s) 0 1 2 3 4
x (m) 0 2 4 12 32

Misalnya kita akan menentukan kecepatan sesaat pada t = 2 s dengan menggunakan kurva posisi terhadap
waktu pada Gambar 2-6

x (m)
Dalam selang [0,4s],
30 kemiringan garis:

32 − 0 m
25 𝑣 0,4 = = 8m/s
4−0 s

20 Dalam selang [1s,3s],


kemiringan garis:
12 − 2 m
15 𝑣 1,3 = = 5m/s
3−1 s

10
Dalam selang ∆𝑡 = 0 pada t=2,
kemiringan garis:
5
8m 8m
𝑣= = 4m/s
t (s) 2s
0 1 2 3 4

Gambar 2-6. Kurva posisi terhadap waktu untuk suatu gerak dengan kecepatan berubah.

Pendekatan yang kasar bisa diperoleh dengan mengambil selang waktu [0 , 4 s]. Dari pendekatan
ini didapatkan harga v≅8 m/s. Pendekatan yang lebih baik jika diambil selang waktu yang lebih kecil
yaitu [1 s, 3s]. Dari pendekatan ini didapatkan harga v≅5 m/s. Pendekatan akan sangat baik jika diambil
selang waktu [t1, t2] yang sangat kecil atau Δt→0, sehingga praktis garis hubung antara titik (t1,x1) dan
(t2,x2) merupakan suatu garis lurus yang menyinggung kurva posisi terhadap waktu di titik (2 s, 4m). Dari
pendekatan ini didapatkan harga v = 4 m/s.

Dengan demikian jelaslah bahwa kecepatan sesaat dapat dinyatakan sebagai kemiringan garis singgung
pada kurva posisi terhadap waktu. Secara matematis hal ini dapat dituliskan sebagai turunan pertama
posisi terhadap waktu:

∆𝑥 𝑑𝑥
𝑣 = lim∆𝑡→0 = (2-5)
∆𝑡 𝑑𝑡

Sidikrubadi Pramudito Kinematika dalam Satu Dimensi II- 7


Contoh soal 2-1:

Sebuah partikel bergerak sepanjang sumbu x dengan posisi sebagai fungsi dari waktu yang diberikan
sebagai x = t3 – 3t2+ 4t dengan x dalam meter dan t dalam sekon.

a. Tentukan perpindahan partikel dalam selang waktu dari t1 = 1 sekon sampai t2 = 3 sekon
b. Tentukan kecepatan rata-rata dalam interval waktu tersebut
c. Tentukan kecepatan sesaat pada t = 2 sekon

Jawab:

a. Posisi partikel pada t1 = 1 sekon adalah x1= 2 m


Posisi partikel pada t2 = 3 sekon adalah x2= 12 m
Jadi perpindahan partikel dalam selang waktu dari t1 = 1 sekon sampai t2 = 3 sekon adalah
∆𝑥 = 𝑥2 − 𝑥1 = 10m
b. Kecepatan rata-rata dalam interval waktu dari t1 = 1 sekon sampai t2 = 3 sekon adalah
12 − 2 m
𝑣 1,3 = = 5m/s
3−1 s

c. Kecepatan sebagai fungsi dari waktu adalah turunan pertama dari posisi terhadap waktu
𝑑𝑥 𝑡 𝑑 3
𝑣 𝑡 = = 𝑡 − 3𝑡 2 + 4𝑡 = 3𝑡 2 − 6𝑡 + 4
𝑑𝑡 𝑑𝑡
Untuk t=2 sekon didapatkan:
𝑣 2 = 3 22 − 6 2 + 4 m s = 4m/s

Sidikrubadi Pramudito Kinematika dalam Satu Dimensi II- 8


Marilah kita tinjau lebih lanjut keterkaitan antara kecepatan dan perpindahan. Misalkan sebuah
benda bergerak dengan kecepatan-kecepatan tetap, dalam selang waktu Δt1 dengan kecepatan v1, dalam
selang waktu Δt2 dengan kecepatan v2 dalam selang waktu Δt3 dengan kecepatan v3 dan dalam selang
waktu Δt4 dengan kecepatan v4. Kurva antara kecepatan dengan waktu dapat dilihat di Gambar 2-7

v3
v4
v2
v1

t (s)

∆t1 ∆t2 ∆t3 ∆t4

Gambar 2-7. Kurva kecepatan terhadap waktu untuk 4 buah harga kecepatan tetap.

Perpindahan yang dialami benda tersebut adalah:


4
∆𝑥 = 𝑣1 ∆𝑡1 + 𝑣2 ∆𝑡2 + 𝑣3 ∆𝑡3 + 𝑣4 ∆𝑡4 = 𝑖=1 𝑣𝑖 ∆𝑡𝑖 (2-6)

Dan ini merupakan luas bagian di bawah kurva pada kurva kecepatan terhadap waktu.

Maka secara umum jika sebuah benda bergerak berturut-turut dengan kecepatan v1 sampai dengan vn
masing-masing dalam selang waktu Δt1 sampai dengan Δtn maka perpindahan yang dialami benda
tersebut adalah
𝑛
∆𝑥 = 𝑖=1 𝑣𝑖 ∆𝑡𝑖 (2-7)

Dalam kenyataan yang kita hadapi sehari-hari, seperti misalnya sebuah kendaraan yang sedang
melaju di jalan yang lurus, kecepatan tersebut selalu berubah-ubah dari waktu ke waktu. Katakanlah
kurva kecepatan terhadap waktu sebagaimana yang dialami kendaraan tersebut dalam selang waktu [t1,t2]?

Untuk menjawab pertanyaan ini kita dapat melakukan pendekatan dengan membagi selang waktu Δt=(t1-
t2) tersebut menjadi n buah selang kecil, dengan I merupakan indeks yang berjalan dari 1 sampai dengan
n. kecepatan kendaraan pada selang kecil ini diwakili oleh sebuah kecepatan tetap vi. maka perpindahan
kendaraan tersebut dapat didekati dengan persamaan (2-8) yaitu:
𝑛
∆𝑥 ≈ 𝑖=1 𝑣𝑖 ∆𝑡𝑖 (2-8)

Sidikrubadi Pramudito Kinematika dalam Satu Dimensi II- 9


v

t
𝑡1 𝑡2
∆𝑡𝑖

Gambar 2-8. Kurva kecepatan terhadap waktu. Dalam hal ini kecepatan tidak tetap.

Pendekatan ini akan semakin baik jika jumlah selang, n, diperbesar atau dengan kata lain besar selang Δti
dipekecil.

𝑡1 𝑡2 t
∆𝑡𝑖

Gambar 2-9. Pada kurva kecepatan terhadap waktu, perubahan posisi dapat digambarkan sebagai luas
bagian di bawah kurva

Jika Δti diperkecil sehingga mendekati nol, maka perpindahan dapat dituliskan sebagai:

𝑛 𝑡2
∆𝑥 = lim∆𝑡→0 𝑖=1 𝑣𝑖 ∆𝑡𝑖 = 𝑡1
𝑣 𝑑𝑡 (2-9)

Sidikrubadi Pramudito Kinematika dalam Satu Dimensi II- 10


Perpindahan ini digambarkan sebagai luas bagian yang diarsir pada Gambar 2-9.

Jika diambil pada saat awal (t1=0) benda berada di x0, dan pada saat akhir (t2=t) berada di x(t), maka
persamaan (2-8) dapat dituliskan menjadi:
𝑡
𝑥 𝑡 = 0 𝑣(𝑡) 𝑑𝑡 (2-10)

Jika posisi awal serta kecepatan sebagai fungsi dari waktu diketahui maka dengan menggunakan
persamaan (2-10), posisi sebagai fungsi dari waktu dapat ditentukan.

Contoh soal 2-2

Sebuah partikel bergerak sepanjang sumbu x dengan kecepatan sebagai fungsi dari waktu yang diberikan
sebagai v(t) = 3t2 – 6t + 5 dengan v dalam m/s dan t dalam sekon. Tentukan posisi partikel tersebut pada
t=2 s jika pada saat awal partikel berada di x0=5 m.

Jawab:

Dengan memakai persamaan (2-10) didapatkan posisi sebagai fungsi dari waktu
𝑡
𝑥 𝑡 = 5+ 0
3𝑡 2 − 6𝑡 + 5 𝑑𝑡 = 𝑡 3 − 3𝑡 2 + 5𝑡 + 5 dengan x(t) dalam meter

Untuk t=2 sekon didapatkan: 𝑥 2 = 23 − 3 ∙ 22 + 5 ∙ 2 + 5 m = 11m

2.7 Percepatan dan Kecepatan

Suatu objek yang bergerak dengan kecepatan berubah terhadap waktu dikatakan mengalami
percapatan, dengan demikian dapat didefinisikan bahwa percapatan adalah perubahan kecepatan tiap
satuan waktu. Hubungan matematis antara percapatan dengan kecepatan dapat segera kita dapatkan
melalui analogi hubungan matematis antara kecepatan dengan posisi, yaitu:

Percepatan rata-rata:

∆𝑣
𝑎= (2-11)
∆𝑡

Percepatan sesaat:

𝑑𝑣
𝑎= (2-12)
𝑑𝑡

Perubahan kecepatan:

𝑡2
∆𝑣 = 𝑣2 − 𝑣1 = 𝑡1
𝑎(𝑡)𝑑𝑡 (2-13)

Sidikrubadi Pramudito Kinematika dalam Satu Dimensi II- 11


Contoh soal 2-3

Tentukan percepatan rata-rata dalam selang waktu t1=1 sekon sampai t2=5 sekon dan percepatan sesaat
pada t = 4 sekon unutk kasus pada gerak pada contoh soal 2-2 dengan kecepatan sebagai fungsi dari
waktu: 𝑣 𝑡 = 3𝑡 2 − 6𝑡 + 5

Jawab:

Kecepatan partikel pada saat t1=1 sekon adalah 𝑣1 = 3 ∙ 12 − 6 ∙ 1 + 5 m s = 2m/s

Kecepatan partikel pada saat t2=5 sekon adalah 𝑣2 = 3 ∙ 52 − 6 ∙ 5 + 5 m s = 50m/s

jadi

𝑣2 𝑣1 48
𝑎 1,5 = = m/s2 = 12 m/s
𝑡2 𝑡1 4

Percepatan sebagai fungsi dari waktu merupakan turunan pertama dari kecapatan terhadap waktu
sehingga didapatkan:

𝑑𝑣 𝑡 𝑑
𝑎 𝑡 = = 3𝑡 2 − 6𝑡 + 5 = 6𝑡 − 6
𝑑𝑡 𝑑𝑡

Untuk t= 4 sekon didapatkan 𝑎 4 = 6 ∙ 4 − 6 m/s2 = 18m/s2

Rangkuman Rumus Gerak Lurus


∆𝑥 ∆𝑣
𝑣= 𝑎=
∆𝑡 ∆𝑡

𝑑𝑥 (𝑡) 𝑑𝑣 (𝑡)
𝑣(𝑡) = 𝑎(𝑡) =
𝑑𝑡 𝑑𝑡

𝑡2 𝑡2
∆𝑥 = 𝑥2 − 𝑥1 = 𝑡1
𝑣(𝑡)𝑑𝑡 ∆𝑣 = 𝑣2 − 𝑣1 = 𝑡1
𝑎(𝑡)𝑑𝑡

Dengan menggunakan rangkuman rumus gerak lurus di atas, maka berbagai macam gerak lurus apapun
dapat dianalisis. Berikut ini adalah analisis untuk gerak lurus berubah beraturan dan gerak harmonik.

Sidikrubadi Pramudito Kinematika dalam Satu Dimensi II- 12


Gerak Lurus Berubah Beraturan

Pada gerak lurus berubah beraturan, sebagai contoh gerak jatuh, percepatan, a, adalah konstan sehingga
kecepatan sebagai fungsi dari waktu dapat ditentukan sebagai:
𝑡
𝑣 𝑡 = 𝑣0 + 0
𝑎 𝑑𝑡 = 𝑣0 + 𝑎𝑡 (2-14)

Sedangkan posisi dapat ditentukan sebagai:


𝑡 1
𝑥 𝑡 = 𝑥0 + 0
𝑣(𝑡) 𝑑𝑡 = 𝑥0 + 𝑣0 𝑡 + 𝑎𝑡 2 (2-15)
2

Gerak Harmonik Sederhana

Pada gerak harmonic sederhana, simpangan merupakan fungsi sinusoidal yaitu:

𝑥 𝑡 = 𝐴sin 𝜔𝑡 + φ0 (2-16)

Dengan: A: amplituda

ω : kecepatan sudut

φ0 : fasa awal

kecepatan gerak harmonik adalah:

𝑑𝑥 𝑡 𝑑
𝑣 𝑡 = = 𝐴sin 𝜔𝑡 + φ0
𝑑𝑡 𝑑𝑡

𝑣 𝑡 = 𝜔𝐴cos 𝜔𝑡 + φ0 (2-17)

sedangkan percepatan gerak harmonic adalah:

𝑑𝑣 𝑡 𝑑
𝑎 𝑡 = = 𝜔𝐴cos 𝜔𝑡 + φ0
𝑑𝑡 𝑑𝑡

𝑎 𝑡 = −𝜔2 𝐴sin 𝜔𝑡 + φ0 = −𝜔2 𝑥(𝑡) (2-18)

dari persamaan (2-18) dapat kita simpulkan bahwa percepatan gerak harmonik selalu berlawanan arah
dengan simpangannya.

---oo0oo---

Sidikrubadi Pramudito Kinematika dalam Satu Dimensi II- 13

Anda mungkin juga menyukai