Anda di halaman 1dari 23

KINEMATIKA PARTIKEL

I. IDENTITAS
Mata kuliah : Fisika Umum
Program Studi : Fisika/Pendidikan Fisika
Jurusan : Fisika
Fakultas : MIPA
Dosen : Tim Fisika Umum
SKS :4
Kode : FMA 019
Minggu ke : 2-3

II. CAPAIAN PEMBELAJARAN


Menjelaskan konsep dasar tentang kinematika partikel untuk gerak lurus dan gerak
lengkung

III. MATERI

1. PENDAHULUAN
Banyak gerak yang kita amati dalam kehidupan sehari-hari, mulai dari gerak benda-
benda besar seperti pergerakan planet dalam tata surya, sampai pergerakan benda-benda
yang sangat kecil seperti pergerakan elektron mengelilingi inti atom. Bila diperhatikan,
alam selalu berubah. Ada suatu pepatah yang mengatakan bahwa tidak ada yang abadi di
alam ini, kecuali perubahan itu sendiri. Namun tahukah Anda, hukum apakah yang
mengendalikan pergerakan benda-benda yang ada di alam ini? Untuk menjawab
pertanyaan ini, dikembangkanlah suatu cabang fisika yaitu Mekanika. Mekanika
merupakan bidang ilmu fisika yang sangat ampuh untuk membahas fenomena alam yang
berhubungan dengan gerakan benda-benda di alam ini, serta gaya-gaya yang menyebabkan
terjadinya gerakan tersebut.

Secara garis besar, mekanika dapat dibagi 2 bagian, yaitu :


1. Kinematika, yaitu cabang mekanika yang mempelajari gerak titik materi secara ilmu
ukur, tanpa menghiraukan gaya-gaya apa yang menimbulkan gerakan itu.
2. Dinamika, yaitu cabang mekanika yang mempelajari bagaimana bagaimana interaksi
antara gaya dan benda. Dinamika dapat dibedakan menjadi 2, yakni :
a. Kinetika, yakni cabang dinamika, yang mempelajari gerak suatu titik materi yang
disebabkan oleh suatu gaya.
b. Statika, yakni cabang dinamika yang mempelajari keseimbangan benda-benda atau
titik materi yang disebabkan oleh gaya-gaya yang bekerja padanya.

Untuk memudahkan pembahasan, kita akan memulai dengan benda titik atau
partikel. Benda titik atau partikel ialah benda yang ukurannya dapat diabaikan terhadap
skala ukuran lain. Misalnya dalam meninjau gerak benda langit, bumi dapat dianggap
sebagai benda titik karena ukurannya jauh lebih kecil daripada ukuran orbitnya. Gerak
benda yang bukan titik dapat pula dipandang sebagai gerak benda titik asalkan benda
secara keseluruhan hanya bergerak translasi saja. Setiap titik pada benda akan mengalami
pergerakan yang serupa karena itu gerak benda secara keseluruhan dapat diwakili oleh
gerak salah satu titik saja.

20
Jika ditinjau dari bentuk lintasannya, gerak sebuah benda dapat dibedakan atas
gerak lurus dan gerak lengkung. Gerak lurus adalah gerak yang lintasannya berbentuk
garis lurus dan biasanya disebut gerak satu dimensi. Gerak lengkung adalah gerak yang
lintasannya berbentuk garis lengkung, misalnya lingkaran, parabola, dan lain-lain.
Pembahasan akan dititikberatkan pada persamaan gerak dan hubungannya satu sama lain.

2. MATERI

2.1. Gerak Lurus


Gerak lurus atau disebut juga gerak satu dimensi merupakan gerak benda yang
lintasannya berbentuk garis lurus. Dalam mempelajari gerak lurus dapat dibayangkan
sebuah bis yang bergerak pada jalan yang lurus meninggalkan sebuah halte. Untuk
mempelajari gerak bis tersebut, kita membutuhkan suatu titik acuan O yang dalam hal ini
kita ambil halte bus tersebut. Kedudukan bis setiap saat dapat dihitung dari titik acuan ini
dengan sebuah koordinat seperti sumbu x. Jika kita amati gerak bis, adakalanya bis
bergerak cepat dan adakalanya lambat. Untuk mendeskripsikan gerakan bis dengan baik,
kita memerlukan tiga besaran pokok yaitu perpindahan, kecepatan, dan percepatan.
Berikut ini akan dibahas masing-masing besaran tersebut.

2.1.1. Perpindahan dan Jarak


Perpindahan dapat didefinisikan dengan perubahan posisi benda pada selang waktu
tertentu. Misalnya sebuah mobil mengalami perpindahan sebesar Δx setelah bergerak
selama selang waktu Δt, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.1.

t1 t2

O
Perpindahan = Δx
x1
x2
Gambar 2.1. Perpindahan merupakan perubahan posisi benda dalam selang waktu tertentu.
Titik O adalah titik acuan.

Misalkan pada saat t1 mobil berada di x1 dan pada saat t2 mobil berada di x2. Ini
berarti terjadi perubahan posisi mobil dari x1 ke x2 selama selang waktu dari t1 dan t2.
Karena perpindahan mobil mempunyai besar dan arah, maka perpindahan merupakan
besaran vektor, sedangkan besarnya perpindahan disebut dengan jarak. Perpindahan bis
dapat diyatakan sebagai berikut
 x  x 2  x1 (2-1)
Perpindahan tidak sama dengan panjang lintasan yang ditempuh. Hal ini dapat
dilukiskan pada Gambar 2.2.

O
x1 x2 x3

Gambar 2 .2. Panjang lintasan

21
Misalkan sebuah bis bergerak dari x1 ke x2 dan terus ke x3. Pada posisi x3 bis berbalik arah
dan kembali ke posisi x2. Dalam hal ini panjang lintasan bis adalah jarak yang ditempuh
bis dari x1 ke x3 dan kembali ke x2. Namun, perpindahan bis adalah dari x1 ke x2.

2.1.2. Kecepatan dan Kelajuan


Untuk melihat seberapa cepat benda berpindah dari x1 ke x2 kita harus
membandingkan perpindahan benda dengan selang waktu yang dibutuhkan untuk
menempuh perpindahan tersebut. Hasil perbandingan ini disebut kecepatan rata-rata.
Nilai dari kecepatan dinamakan dengan kelajuan.
Misalkan pada t1 benda berada pada x1 dan pada saat t2 benda berada pada x2 seperti
terlihat pada Gambar 2.1 di atas. Kecepatan rata-rata dapat dirumuskan sebagai berikut:
x  x1 x (2-2)
v  2 
t 2  t1 t
Grafik perpindahan sebagai fungsi waktu diperlihatkan dalam Gambar 2.3.
x

x2
Δx

x1 α
Δt t
t1 t2

Gambar 2.3. Grafik perpindahan sebagai fungsi waktu untuk menentukan kecepatan rata-
rata.

Dalam Gambar 2.3, besar kecepatan rata-rata dilukiskan dengan sudut α, sehingga
besarnya kecepatan rata-rata dinyatakan dengan:
x (2-3)
v  tg  
t

Kecepatan rata-rata tidak menggambarkan kecepatan benda sesungguhnya,


melainkan hanya kecepatan rata-rata selama selang waktu tersebut. Sebagai ilustrasi, bila
jarak dari kota Padang ke Padang Panjang adalah 72 km, ditempuh oleh sebuah bis dalam
waktu 2 jam, maka kecepatan rata-rata bis adalah 36 km/jam. Ini tidak berarti bahwa
kecepatan bis sepanjang perjalanan adalah 36 km/jam, sebab bis itu cenderung bergerak
lebih cepat pada jalan yang lurus dan bergerak lebih lambat pada jalan yang menanjak.
Hanya rata-ratanya saja yang berharga 36 km/jam .Bila dikaitkan dengan panjang lintasan
yang ditempuh oleh benda selama gerakan, dikenal istilah laju rata-rata, yakni :
panjang lintasan
Laju tara-rata =
satuan waktu
Untuk mendapatkan gambaran gerak yang lebih rinci tentang kecepatan, kita harus
meninjaunya dalam selang waktu yang lebih kecil. Makin kecil selang waktu yang
ditinjau, makin teliti gambaran yang diperoleh.
Kecepatan sesaat
Kecepatan sesaat adalah kecepatan rata-rata pada selang waktu yang sangat kecil atau
mendekati nol. Besarnya kecepatan sesaat dapat dirumuskan sebagai berikut :

22
 x dx (2-4)
v  lim 
t 0  t dt
x

x2

dx
x1 β
dt t
t1

Gambar 2.4. Grafik perpindahan terhadap waktu untuk menentukan kecepatan sesaat.

Kecepatan sesaat adalah kemiringan garis singgung kurva x terhadap t pada saat itu, seperti
dilukiskan pada Gambar 2.4. Jadi:
dx (2-5)
v  tg  
dt
Satuan kecepatan adalah m/s.

Contoh Soal 2.1


Grafik posisi terhadap waktu untuk sebuah partikel yang bergerak sepanjang sumbu x
ditunjukkan dalam Gambar 2.5.

Gambar 2.5. Kurva posisi terhadap waktu dari suatu partikel

a. Tentukanlah kecepatan rata-rata dalam interval waktu (i) 0 sampai 2 s, (ii) 0 sampai
4 s, (iii) 2 s sampai 4 s, (iv) 4 s sampai 7 s, dan (v) 0 sampai 8 s.
b. Tentukanlah kecepatan sesaat dari partikel pada saat: (i) t = 1 s, (ii) t = 3s, (iii) t =
4,5 s dan (iv) t = 7,5 s

23
Penyelesaian:
a. Kecepatan rata-rata adalah perpindahan benda persatuan selang waktu yang dibutuhkan
untuk menempuh perpindahan tersebut
(i). x  x1 x 10m  0
v  2    5m / s
t 2  t1 t 2s  0
(ii). x  x1 x 5m  0
v  2    1,2m / s
t 2  t1 t 4s  0
(iii). x  x1 5m  10m
v  2   2,5m / s
t 2  t1 4s  2s
(iv). x  x1  5m  5m
v  2   3,3m / s
t 2  t1 7 s  4s
(v). x x x 0  0
v  2 1    0m / s
t2  t1 t 8s  0
b. Kecepatan sesaat.
Kecepatan sesaat adalah kemiringan garis singgung kurva x terhadap t pada saat itu.
(i) 10m  0
t = 1s v  5m / s
2s  0
(ii). 5m  10
v  2,5m / s
t = 3s 4 s  2 s
(iii). 5m  5m
v 0
t = 4,5s 5s  4 s
(iv). 0  (5m)
v  5m / s
t = 7,5 s 8s  7 s
Tanda negatif (-) menyatakan arah dari kecepatan, dimana kecepatan ke berarah pada
sumbu x negatif.

Contoh Soal 2.2:


Sebuah benda bergerak dengan posisi yang memenuhi persamaan x(t) = -2t2 +10t, dengan
x dalam meter dan t dalam detik. Tentukan: a). Kecepatan rata-rata selama selang waktu
dari 0 sampai 2 detik. b). kecepatan sesaat benda pada saat t = 2 detik.

Penyelesaian:
a). Kecepatan rata-rata:
x  x1 x
v  2 
t 2  t1 t
 t1 = 0 ↔ x1 = -2(0)2 +10 (0) = 0
 t2 = 2 ↔ x2 = -2(2)2 +10 (2) = 12 m
jadi:
x2  x1 12m  0
v    6m / s
t 2  t1 2s  0
b). Kecepatan sesaat:
v 

dx d  2t 2  10t  4t  10
dt dt
Saat t = 2 detik, kecepatan benda adalah:

24
v = -4 (2) + 10 = 2 m/s

2.1.3. Percepatan dan Perlajuan


Benda yang bergerak dengan kecepatan yang berubah dikatakan benda mengalami
percepatan. Karena kecepatan adalah besaran vektor, maka perubahan kecepatan
menyangkut perubahan besar kecepatan (laju), perubahan arah kecepatan, atau kedua-
duanya. Percepatan adalah ukuran cepat atau lambatnya perubahan kecepatan. Misalkan
 
bis pada Gambar 2.1 bergerak dengan kecepatan v1 pada saat t1 dan v 2 pada saat t2,
besarnya percepatan rata-rata adalah:
v 2  v1 v (2-6)
a  
t 2  t1 t

Analogi dengan besar kecepatan sesaat, besar percepatan sesaat adalah besarnya
perubahan kecepatan dalam selang waktu yang sangat kecil atau mendekati nol,
 v dv (2-7)
a  lim 
t 0 t dt

v
Lintasan
partikel
v2
Δv

v1 β γ
Δt t
t1 t2

Gambar 2.6. Grafik kecepatan sebagai fungsi waktu

Pada Gambar 2.6, besar percepatan rata-rata dilukiskan dengan sudut β dan besar
percepatan sesaat dilukiskan dengan sudut γ pada Gambar 2.4, sehingga
v dv (2-8)
tg  dan tg 
t dt

Satuan percepatan adalah m/s2.

Contoh Soal 2.3:


Grafik kecepatan terhadap waktu dari sebuah benda yang bergerak sepanjang sumbu x
diperlihatkan dalam Gambar 2.7. (a) Plotlah grafik percepatan terhadap waktu. (b).
Hitunglah percepatan rata-rata benda dalam interval waktu; 0 sampai 20 detik dan 5
sampai 15 detik.

25
Gambar 2.7. Kurva kecepatan terhadap waktu
Penyelesaian:
(a). Percepatan adalah kemiringan grafik v terhadap t.
Dari Gambar 2.7 diperoleh:
v  8  (8)
o t = 0 – 5 s; kemiringan grafik adalah:   0
t 50
jadi a = 0.
v 8  (8)
o t = 5 – 15 s; kemiringan grafik adalah:    1,6
t 15  5
jadi a = 1,6 m/s2
v 8  8
o t = 15 – 20 s; kemiringan grafik adalah:   0
t 5  0
jadi a = 0.
Grafik percepatan terhadap waktu diperlihatkan dalam Gambar di bawah.

Gambar 2.8. Grafik percepatan terhadap waktu


(b). Percepatan rata-rata,
 v 2  v1
a 
t 2  t1
(i) dalam interval waktu, t = 0 sampai 20 detik.
v 2  v1 8  (8)
a    0,8m / s 2
t 2  t1 20  0
(ii) dalam interval waktu t = 5 detik sampai 15 detik
v 2  v1 8  (8)
a    1,6m / s 2
t 2  t1 15  5

26
2.1.4. Hubungan antara posisi, kecepatan dan percepatan
Jika perpindahan sebagai fungsi waktu, atau x = f(t), maka kecepatan dan percepatan
dapat pula dinyatakan sebagai fungsi waktu, yakni berturut-turut v = f(t) dan a = f(t).
Persamaan kecepatan dan percepatan telah diungkap dalam persamaan (2.4) dan
(2.7), yang menunjukkan bahwa kecepatan, v adalah turunan pertama dari posisi, x,
sedangkan perepatan, a adalah turunan pertama dari kecepatan, v atau turunan kedua dari
posisi, x.
Berdasarkan pers. (2-7) diperoleh hubungan percepatan dan kecepatan benda,
dv
a
dt
dv = a dt
Integralkan kedua ruas,
v t

 dv  adt
v0 t0
t
(2-9)
v  v0   adt
t0

Persamaan (2.9) di atas berlaku secara umum untuk mencari hubungan antara kecepatan
dan percepatan dari benda yang bergerak.
Bila percepatan konstan (a = konstan), maka:
v = v0 + a (t-t0)
v = v0 + at (2-10)
dengan v adalah kecepatan saat t = t dan v0 adalah kecepatan saat t = t0
Dari persamaan (2.4) diperoleh hubungan posisi dengan kecepatan:
dx
v
dt
dx = v dt
Integrasikan kedua ruas, dan subsitusi v = v0 + at.
x t t (2-11)
 dx  vdt   (v0  at )dt
x0 t0 t0

Persamaan (2.11) di atas berlaku secara umum untuk mencari hubungan antara posisi dan
kecepatan dari benda yang bergerak. Bila percepatan konstan, maka hasil integral di atas
adalah:
x - x0 = v0t + 12 at2
Jika pada t = t0, x = x0, maka:
x = x0 + v0t+ 12 at2 (2-12)
Kembali ke persamaan (2.7),
dv
a
dt
dv  a.dt

Kalikan kedua ruas dengan kecepatan, v,


v  dv  a.v  dt
Sebelumnya telah diketahui, bahwa v.dt = dx
v  dv  a.dx
Integralkan kedua ruas,

27
v x

 vdv   adx
v0 xo

Bila percepatan konstan, maka diperoleh:


1
2 (v 2  v02 )  a( x  xo ) atau,
v 2  vo2  2a( x  xo ) (2-13)
Indeks o dalam persamaan di atas menyatakan keadaan awal.

Gerak Lurus Beraturan dan Gerak Lurus Berubah Beraturan


Benda yang bergerak lurus dengan kecepatan konstan sepanjang geraknya, dinamakan
gerak lurus beraturan. Apabila benda yang bergerak lurus dengan percepatan konstan
dinamakan dengan gerak lurus berubah beraturan. Berdasarkan pembahasan sebelumnya,
kita rangkumkan kembali persamaan gerak untuk benda yang bergerak lurus beraturan dan
gerak lurus berubah beraturan seperti dalam tabel di bawah ini.

Gerak Lurus Beraturan Gerak Lurus Berubah Beraturan


x  v.t x = x0 + v0t+ 12 at2
v  konstan v = v0 + at
a = konstan
a0
v 2  vo2  2a( x  xo )

Contoh Soal 2.4.


Sebuah partikel bergerak dengan kecepatan v = 6t2 + 2t + 5 sepanjang sumbu x, di mana v
dalam meter per detik dan t dalam detik. Pada t = 0 benda berada di titik x = 5m dari
sumbu asal. Hitunglah : a). Kecepatan rata-rata dalam selang waktu t = 2s dan t = 5s. b).
Kecepatan pada saat t = 6s. c). Percepatan rata-rata dalam selang waktu t = 2s dan t = 5s.
d). Percepatan pada saat t =6s. e). Jarak yang ditempuh setelah 15 s.

Penyelesaian :
a). Untuk menentukan kecepatan rata-rata harus ditentukan dulu persamaan untuk posisi
benda,

x  vdt

x   ( 6t 2  2t  5 )dt

x  2t 3  t 2  5t  C

di mana C adalah konstanta.


Untuk t = 0, x =5 m, maka C = 5,
persamaan lintasan benda fungsi waktu
x  2t 3  t 2  5t  5
Untuk t1 =2s, maka x1 = 35 m, dan untuk t2 = 6s, diperoleh x2 = 305 m.
Kecepatan rata-rata benda adalah
x2  x1 305  35
v    90(m / s)
t 2  t1 52
b) Kecepatan sesaat untuk t = 6 s,
v = 6t2 + 2t + 5 = 233 (m/s)

28
c). Untuk t1 =2 s, diperoleh v1 = 33 (m/s),
dan untuk t2 = 6 s, diperoleh v2 = 165 (m/s), percepatan rata-rata adalah :
v 2  v1 165  33
a   44 m / s 2
t 2  t1 52
d). Persamaan untuk percepatan setiap saat diperoleh dari
dv d
a  ( 6t 2  2t  5)  12 t  2
dt dt
Pada saat t = 6 s, maka a = 74 m/s2.
e). Untuk t = 15 s, jarak yang ditempuh :
x  2.153  15 2  5.15  5
x = 7055 m

2.1.5. Pembahasan gerak lurus secara grafik


Kadang-kadang lebih mudah melukiskan posisi, kecepatan dan percepatan sebuah
benda yang bergerak lurus dengan sebuah grafik. Gambar 2.9 melukiskan kecepatan benda
terhadap waktu dari sebuah benda yang bergerak lurus.

v(m/s)
v

v0 
t t(s)

Gambar 2.9.Grafik kecepatan sebagai fungsi waktu

Berdasarkan Gambar 2.9 dapat pula dilukis hubungan antara posisi dan percepatan sebagai
fungsi waktu seperti diperlihatkan pada Gambar 2.10 dan Gambar 2.11.

x(m) a(m/s2)

a=konstan

x0
t(s) t(s)
t t

Gambar 2.10. G Grafik posisi terhadap waktuGambar 2.11. Grafik percepatan terhadap waktu

Grafik yang melukiskan posisi sebagai fungsi waktu pada Gambar 2.10 adalah
sebanding dengan luas yang diarsir pada Gambar 2.9. Sedangkan grafik yang melukiskan
percepatan sebagai fungsi waktu pada Gambar 2.11 adalah sebanding dengan kemiringan
garis (yaitu tangen β) pada Gambar 2.9. Ini berarti bila grafik suatu persamaan gerak
diketahui, maka grafik untuk persamaan-persamaan gerak yang lain dapat dicari.

29
Contoh Soal 2.5:
Sebuah mobil mainan yang bergerak dari titik O dengan laju awal 20 m/s, dipercepat
selama 20 detik dengan percepatan 3 m/s2. Mobil-mobilan ini bergerak dengan laju
konstan selama 10 detik, dan akhirnya diperlambat sampai berhenti 20 detik kemudian.
Jika gerak mobil-mobilan dianggap lurus, tentukanlah : a). Panjang lintasan yang dilalui
mobil-mobilan. b). Gambarkan grafik laju mobil-mobilan terhadap waktu. c). Gambarkan
grafik panjang lintasan yang ditempuh mobil-mobilan terhadap waktu.

Penyelesaian:
a. Panjang lintasan yang ditempuh mobil selama 20 detik pertama adalah
x1 = vo t + 12 at2,
x1 = 20.20 + 12 .3. 202,
x1 = 1.000 m.
Selama 10 s berikutnya benda bergerak dengan laju konstan sebesar
v = vo + a t,
v = 20 + 3.20
v = 80 m/s.
Panjang lintasan yang ditempuh mobil selama 30 s ini adalah
x2 = v.t atau
x2 = 80.10
x2 = 800 m.
Selanjutnya selama 20 detik berikutnya, benda diperlambat sampai berhenti dengan
perlambatan yang diperoleh dari persamaan :
v = vo - a t,
0 = 80 - a. 20,
a = 4 m/s2.
Panjang lintasan yang ditempuh sebelum berhenti adalah
x3 = vo t - 12 at2,
x3 = 80.20 - 12 .4. 202,
x3 = 800 m.
Dengan demikian panjang lintasan total yang ditempuh mobil selama gerakan adalah:
x = x 1 + x 2 + x3 ,
x = 1.000 m + 800 m + 800 m,
x = 2.600 m.

b. Grafik laju sebagai fungsi waktu dapat digambarkan sebagai berikut :


Untuk :
v (m/s) t = 0, vo = 20 m/s.
80
t = 20 s, v = 80 m/s,
t = 30 s, v = 80 m/s,
60 t = 50 s, v = 0

40

20
10 20 30 40 50 t (s)
0

30
c. Grafik panjang lintasan yang ditempuh fungsi waktu dapat digambarkan dengan
menghitung panjang lintasan yang ditempuh benda setiap selang waktu tertentu, misalnya
setiap 5 detik seperti diperlihatkan dalam tabel berikut:

t (s) x = panjang lintasan (m) t (s) x = panjang lintasan (m)


0 0 25 x = 1.000+ 80.5 = 1.400
5 x = 20.5 + 12 .3. 52 = 30 x = 1.000 + 80.10 = 1.800
137,5
10 x = 20.10 + 12 .3. 102 = 35 x = 1.800 + 80.5 - 1
2
.4. 52 =
450 2.150
15 x = 20.15 + 12 .3. 152 = 40 x = 1.800 + 80.10 - 1
2
.4. 102 =
637,5 2.400
20 x = 20.20 + 12 .3. 202 = 45 x = 1.800 + 80.15 - 1
2
.4.152 =
1.000 2.550
50 x = 1.800 + 80.20 - 1
2
.4.202 =
2.600

Selanjutnya grafik panjang lintasan fungsi waktu dapat digambarkan berdasarkan data
pada tabel di atas, yaitu:
2800
2600
2400
Panjang lintasan (m)

2200
2000
1800
1600
1400
1200
1000
800
600
400
200
0
0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 50

Waktu (detik)

2.1.6. Gerak Jatuh Bebas


Salah satu contoh gerak lurus dengan percepatan konstan adalah gerak benda jatuh
bebas dengan hambatan udara diabaikan. Benda akan mengalami percepatan konstan yaitu
percepatan gravitasi, disimbol g. Besarnya percepatan gravitasi di dekat permukaan Bumi
adalah sekitar 9,8 m/s2. Secara umum, istilah benda jatuh bebas, tidak selalu merujuk
kepada benda yang di jatuhkan dari keadaan diam. Tetapi, setiap benda yang bergerak
bebas dan hanya dipengaruhi oleh gravitasi saja, dikatakan benda yang bergerak jatuh
bebas. Dengan demikian, benda yang dilemparkan ke atas juga termasuk dalam gerak
benda jatuh bebas.
Persamaan gerak benda jatuh bebas diturunkan dari persamaan gerak lurus dengan
percepatan konstan atau gerak lurus berubah beraturan, yaitu:

31
y = y0 + v0t+ 12 at2
v = v0 + at
v 2  vo2  2a( x  xo )
a = g = konstan

Contoh Soal 2.6:


Sebuah bola golf dijatuhkan dari keadaan diam dari puncak gedung yang tinggi. Abaikan
hambatan udara dan hitunglah posisi dan kecepatan bola saat 1, 2 dan 3 detik setelah
dijatuhkan.

Penyelesaian:
Pilih titik acuan pada titik dipuncak gedung dimana bola dijatuhkan, dan arah ke atas
sebagai arah positif. Dengan demikian; y0 = 0, v0 = 0 dan a = -g = -9,8 m/s2.
o Posisi bola setiap saat:
y = y0 + v0t+ 12 at2 = 0 + 0 + ½ (-g) t2
y = - ½ gt2
Posisi bola memiliki arah sumbu y negatif.
saat t = 1 s ==> y = - ½ (9,8 m/s2)(1s)2 = - 4,9 m
saat t = 2 s ==> y = - ½ (9,8 m/s2)(2s)2 = - 19,6 m
saat t = 3 s ==> y = - ½ (9,8 m/s2)(3s)2 = - 44,1 m

o Kecepatan bola setiap saat:


v = v0 + at = 0 + (-g)t
v = -gt
saat t = 1 s ==> v = -(9,8 m/s2) (1s) = - 9,8 m/s
saat t = 2 s ==> v = -(9,8 m/s2) (2s) = - 19,6 m/s
saat t = 3 s ==> v = -(9,8 m/s2) (3s) = - 29,4 m/s

2.2. Gerak Lengkung


Gerak lengkung merupakan gabungan dari beberapa gerak lurus. Gerak lengkung
dapat juga merupakan gerak dua dimensi dan tiga dimensi. Berikut ini akan dibahas
perpindahan, kecepatan, dan percepatan dari gerak lengkung. Untuk selanjutnya,
pembahasan gerak lengkung dinyatakan dalam notasi vektor.

Posisi
Misalkan sebuah benda titik bergerak dari A ke B, membentuk lintasan berupa garis
lengkung seperti yang dilukiskan pada Gambar 2.12. Pada saat t, posisi benda berada di A
dinyatakan oleh vektor posisi:
 
r  OA  xî  yĵ  zk̂
sedangkan pada saat t’ posisi benda berada di B dinyatakan oleh vektor posisi:
 
r '  OB  x' î  y' ĵ  z' k̂ ,

32
z
t’
t B
A

y
x

Gambar 2.12. Lintasan pada gerak lengkung

Dari Gambar 2.12 dapat dilihat bahwa jarak AB menunjukkan perpindahan benda
 
dari posisi r ke posisi r ' , sehingga:
  
AB  r   r

 r  ( xî  yĵ  zk̂ )  ( xî  yĵ  zk̂ )

 r  ( x  x )î  ( y  y) ĵ  (z  z)k̂

Jadi perpindahan dinyatakan dengan vektor perpindahan sebagai berikut:



r  xî  yĵ  zk̂ (2.14)

Kecepatan rata-rata dan kecepatan sesaat.


Kecepatan rata-rata benda dinyatakan

r x ˆ y ˆ y ˆ (2-15)
v   i j k
t t t t
dan kecepatan sesaat benda t dinyatakan
 
  r dr (2-16)
v  lim 
t 0  t dt

Untuk Δt mendekati nol, titik B berimpit dengan titik A, sehingga kecepatan sesaat

v , merupakan garis singgung pada kurva seperti pada Gambar 2.13. Kecepatan sesaat
dapat dirumuskan

 d r dx dy dz
v  î  ĵ  k̂
dt dt dt dt
atau

v  v x î  v y ĵ  vz k̂ (2-17)
di mana
dx dy dz
vx  , vy  , vz  .
dt dt dt
Besarnya kecepatan sesaat total benda ditentukan oleh
(2-18)
v  v v v .
2 2 2
x y z

33
Arah vektor kecepatan dapat ditentukan terhadap masing-masing sumbu sebagai berikut:
v vy v (2-19)
cos   x , cos   , cos   z .
v v v

Perubahan vektor kecepatan baik arah maupun besarnya menunjukkan bahwa benda
mengalami percepatan. Arah vektor kecepatan searah garis singgung seperti dilukiskan
pada Gambar 2.13.

A B

x y

Gambar 2.13. Kecepatan pada gerak lengkung



Pada titik A vektor kecepatan benda adalah v dan pada titik B vektor kecepatan

adalah v' . Vektor perubahan kecepatan benda yang bergerak dari titik A ke B dalam
  
selang waktu tertentu dapat dinyatakan v  v  v .

Percepatan rata-rata dan percepatan sesaat.


Perubahan vektor kecepatan dalam selang waktu disebut percepatan rata-rata dan
dirumuskankan sebagai

v
a 
t
atau dalam komponen-komponen vektor:
v v y
ˆj  v z kˆ
(2-20)
a  x iˆ 
t t t

Percepatan sesaat benda titik itu dapat ditulis


 
 v dv
a  lim 
t  0 t dt

 dv dv x ˆ dv y ˆ dv z ˆ
a  i j k
dt dt dt dt
atau,

a  a x î  a y ĵ  a z k̂ (2-21)
Komponen kecepatan untuk masing-masing sumbu adalah :

dv x dv y dv z
ax  , a y , az 
dt dt dt

Besarnya percepatan total benda ditentukan :

34
(2-22)
a  ax  ay  az
2 2 2

Dari rumus-rumus di atas dapat disimpulkan hubungan antara perpindahan, kecepatan dan
percepatan gerak lengkung sebagai berikut:


Posisi : r  xiˆ  yˆj  zkˆ

 dr dx ˆ dy ˆ dz ˆ
Kecepatan :v  i j k (2.23)
dt dt dt dt

 dv dv x ˆ dv y ˆ dv z ˆ
Percepatan : a  i j k
dt dt dt dt

Aplikasi gerak lengkung pada bidang datar hanyalah memperhitungkan sumbu x dan
sumbu y saja. Contoh gerak lengkung yang akan dibahas dalam bab ini adalah gerak
melingkar dan gerak parabola.

Contoh Soal 2.7

Sebuah benda yang bergerak memiliki koordinat x dan y sebagai berikut:


x = 18 t
y = 4t – 4,9 t2
x dan y dinyatakan dalam meter sedangkan t dalam detik.
(a). Tuliskanlah posisi benda menggunakan vektor satuan.
(b). Carilah kecepatan benda setiap saat.
(c). Carilah percepatan benda setiap saat.
(d). Carilah kecepatan rata-rata dalam selang waktu 0 sampai 5 detik.
(e). Carilah percepatan rata-rata dalam selang waktu 0 sampai 5 detik

Penyelesaian:
Posisi: r  xiˆ  yˆj  18tiˆ  4t  4,9t 2  ˆj

(a)
(b) Kecepatan benda setiap saat:
 dr dx ˆ dy ˆ d 18t  ˆ d 4t  4,9t 2  ˆ

v  i j i j
dt dt dt dt dt

 
v  (18m / s)iˆ  4m / s  (9,8m / s 2 )t ˆj
(c) Percepatan benda setiap saat.

 dv d
a 
dt dt
  
(18m / s)iˆ  4m / s  (9,8m / s 2 )t ˆj

a  (9,8m / s 2 ) ˆj
(d) Kecepatan rata-rata dalam selang waktu 0 sampai 5 detik
Saat t = 0 ==> r0  18(0)iˆ  4(0)  4,9(0) 2  ˆj  0

Saat t = 5 s ==> r5  18(5)iˆ  4(5)  4,9(5) 2  ˆj  90iˆ  102,5 ˆj


  
r r5  r0 (90iˆ  102,5 ˆj )m  0
Kecepatan rata-rata: v   
t 5s  0 5s

35
 
v  18iˆ  20,5 ˆj m / s
(e) Percepatan rata-rata dalam selang waktu 0 sampai 5 detik

 
Saat t = 0 ==> v0  (18m / s)iˆ  4m / s  (9,8m / s 2 )(0) ˆj  (18m / s)iˆ  (4m / s) ˆj


Saat t = 5 s ==> v5  (18m / s)iˆ  4m / s  (9,8m / s 2 )(5s) ˆj

v5  (18m / s)iˆ  4m / s  (49m / s ˆj  (18m / s)iˆ  (45m / s) ˆj
  
 v v5  v0
Percepatan rata-rata: a  
t 5s  0

a 
 ˆ  
(18m / s)i  (45m / s) j  (18m / s)iˆ  (4m / s) ˆj
ˆ   (8,2m / s 2 ) ˆj
5s

Contoh Soal 2.8


Sebuah partikel mula-mula berada di titik asal, bergerak dengan kecepatan awal
 
v0  (5m / s)iˆ dan percepatan a  (3m / s 2 ) ˆj . Carilah (a). Posisi dan kecepatan partikel
setiap saat. (b). Carilah koordinat partikel saat 2 detik. (c) Carilah laju partikel pada saat 2
detik.

Penyelesaian:
Saat awal:

r0  (0)iˆ  (0) ˆj

v0  (5m / s)iˆ
 2 ˆ
Dari soal terlihat percepatan partikel adalah konstan yakni: a  (3m / s ) j
(a) Posisi partikel setiap saat:
   1 1
r  r0  v0 t  at 2  0  (5m / s)iˆt  (3m / s 2 ) ˆjt 2
2 2
 ˆ 2ˆ
r  (5m / s)ti  (1,5m / s )t j
2

Keceapatan partikel setiap saat:


  
v  v 0  at

v  (5m / s)iˆ  (3m / s 2 )tˆj
(b) Koordinat partikel saat 2 detik

r  (5m / s)(2s)iˆ  (1,5m / s 2 )(2s) 2 ˆj

r  (10m)iˆ  (6m) ˆj

r  xiˆ  yˆj
Jadi koordinat partikel adalah: (x,y) = (10m, 6m)
(c) Laju partikel pada saat 2 detik

v  (5m / s)iˆ  (3m / s 2 )(2s) ˆj

v  (5m / s)iˆ  (6m / s) ˆj
Laju partikel:

v  v   (5m / s) 2  (6m / s) 2  7,81m / s

36
2.2.1. Gerak Melingkar

Gerak melingkar dapat didefinisikan sebagai gerak benda pada lintasan berupa
keliling lingkaran, baik lingkaran penuh atau tidak penuh. Dalam gerak melingkar, jarak
benda ke suatu titim acuan, yang merupakan titik pusat lingkaran selalu tetap. Pada gerak
melingkar, arah kecepatan selalu menyinggung lintasan, yang berarti pada gerak melingkar
kecepatan selalu tegak lurus terhadap jari-jari lingkaran. Dalam pembahasan ini, akan
ditinjau gerak melingkar beraturan dan gerak melingkar berubah beraturan.
Berdasarkan Gambar 2.14, posisi benda yang bergerak melingkar setiap saat dapat
dilukiskan sebagai berikut
r  R cos iˆ  R sin ˆj (2-24)

dengan θ adalah sudut yang dibuat vektor posisi benda terhadap sumbu x, dan R adalah
jari-jari lingkaran.
y

R
s
θ

Gambar 2-14. Ilustrasi partikel yang melakukan gerak melingkar

Perhatikan bahwa dalam hal ini R adalah konstan, tetapi vektor satuannya merupakan
fungsi dari waktu. Bila sudut θ dinyatakan dalam radian, maka panjang busur s dapat
dinyatakan sebagai
s=θR (2-25)

Kecepatan benda setiap saat diberikan oleh



 dr drˆ d d ˆ d ˆ
v    R sin  i  R cos  j  ( sin iˆ  cos ˆj ) R
dt d dt dt dt
dengan
d
 (2-26)
dt
disebut besar kecepatan sudut.
Dalam koordinat polar, kecepatan linier benda dapat ditulis

v  Rˆ (2-27)

Percepatan benda dapat diperoleh dengan mendiferensiasi pers. (2-27) terhadap waktu
  
 dv dv d dv d d
a    ( R cos iˆ  R sin ˆj ) 2  ( R sin iˆ  R cos ˆj )
dt d dt d dt dt
dengan

37
d (2-28)

dt

disebut percepatan sudut dengan satuan radian/s2.


Dalam koordinat polar percepatan benda dapat ditulis
   (2-29)
a   2 r  v

Perhatikan bahwa percepatan benda terdiri dari dua bagian, yaitu bagian dalam arah radial
menuju ke pusat lingkaran disebut dengan percepatan sentripental asp dan bagian yang
menyinggung lingkaran disebut percepatan tangensial at.
  v2
a sp   2 r   2 Rrˆ   rˆ
R
 
at  vˆ  Rˆ

Bila kita rangkumkan hasil-hasil di atas, maka gerak melingkar dalam koordinat
polar secara umum dapat dinyatakan dengan

r  Rrˆ

v  Rˆ (2-30)

a   2 Rrˆ  Rˆ
di mana r̂ dan ˆ adalah vektor posisi arah radial dan tangensial dalam koordinat polar.
Dalam kasus benda bergerak melingkar tanpa percepatan sudut α = 0, maka
dikatakan benda melakukan gerak melingkar beraturan dengan laju tetap v = ωR karena
ω adalah konstan. Bila waktu untuk menempuh satu putaran (perioda) kita nyatakan
dengan T, maka panjang lintasan yang ditempuh benda dalam waktu ini adalah s = vT =
2ωR. Jadi:
2R 2 (2-31)
v atau  
T T

Untuk benda bergerak melingkar beraturan, percepatan yang ada hanyalah percepatan
sentripental (karena α = 0, sehingga at = 0). Perubahan kecepatan yang ada hanyalah
perubahan arah. Jadi dapat kita simpulkan bahwa percepatan sentripental adalah
percepatan yang mengubah arah kecepatan, tetapi tidak mengubah besar kecepatan. Arah
percepatan tegak lurus terhadap kecepatan.

Bila benda bergerak melingkar dengan percepatan sudut tetap, maka dikatakan benda
melakukan gerak melingkar berubah beraturan. Persamaan geraknya serupa dengan yang
berlaku pada gerak lurus berubah beraturan, yakni
α = konstan
ω = ωo + α t
  o t  12 t 2   o (2-32)
2  o2  2(  o )

di mana θo, ωo dan αo adalah posisi sudut, kecepatan sudut dan percepatan sudut pada
keadaan awal (t = 0). Di sini laju benda v = ωR tidak lagi tetap, tetapi berubah terhadap
waktu. Percepatan tangensial at = αR, rupanya yang menimbulkan perubahan laju benda
itu.

38
Contoh Soal 2.9
Sebuah batu gerinda memiliki percepatan sudut konstan α sebesar 3 rad/s. Batu gerinda
mulai berputar dari keadaan diam. Jari-jari gerinda adalah 0,5 m. Jika gerinda berputar,
maka setelah 2 detik tentukanlah :a). pergeseran sudut gerinda. b). laju sudut batu
gerinda. c). laju linier atau laju tangesial gerinda. d). percepatan tangensial gerinda. e).
percepatan sentripental sebuah noda yang terletak di tepi batu gerinda

Penyelesaian:
Pada saat t = 0, kita ketahui, ω0 = 0 dan misalkan θo = 0, maka pada saat t = 2 s
a).   o  o t  12 t 2
θ  0  0  12 (3rad / s 2 ).(2s) 2  6 rad
= 0,96 putaran
b).   o  t
ω  0  2(rad / s 2 ).3 s  6 rad/s
c). v = ω R
v = (6 rad/s) x 0,5 m =3 m/s
d). aT = αR
aT =(3 rad/s2) x 0,5 m= 1,5 m/s2

as=v2/R=ω2R
as =( 6 rad/s)2x 0,5 m = 18 m/s2

2.2.2. Gerak Peluru



Gerak sebuah peluru dipengaruhi oleh percepatan gravitasi g dengan arah vertikal ke
bawah. Pada arah horizontal percepatannya sama nol. Misalkan sebuah peluru ditembakan
dengan kecepatan awal vo dan arah membentuk sudut elevasi θ terhadap garis horizontal.
Lintasan peluru dapat dilihat pada Gambar 2-15 di mana ymaks dan R berturut-turut adalah
titik tertinggi dan titik terjauh yang dapat dicapai oleh peluru.

Gambar 2.15. Lintasan gerak peluru.

Secara umum, persamaan gerak peluru dalam arah sumbu-x adalah


x = v0 cos θ t
vx = vx0 cos θ (2-33)
ax = 0
dan dalam arah sumbu y adalah
y= vosin θ t- 12 gt 2
vy = vosin θ -gt (2-34)

39
ay = - g
posisi, kecepatan dan percepatan peluru setiap saat dapat ditulis

r  xî  yĵ
(2-35)
v  v x î  v y ĵ

a  a x î  a y ĵ


Benda mencapai titik tertinggi pada saat v y = 0, sehingga waktu yang diperlukan
untuk mencapai titik tertinggi adalah
v sin 
t o (2-36)
g

Dengan demikian dapat pula ditentukan titik tertinggi yang dapat dicapai peluru
vo2 sin 2 
y maks  (2-37)
2g

sedangkan jarak terjauh secara horizontal yang dapat dicapai peluru adalah
x = vocos θ t’,
di mana t’ adalah waktu yang ditempuh peluru untuk sampai di tanah (t’=2t), sehingga,
v 2 sin 2
x o (2-38)
2g

Dengan mengeliminir harga t pada pers. (2-33) ke (2-34) didapatkan persamaan lintasan
peluru:
g
y  x 2  x tg
2(vo cos  ) 2 (2-39)

yang menunjukkan bahwa lintasan peluru berbentuk parabola terbuka ke bawah. Inilah
sebabnya kenapa gerak peluru disebut gerak parabola. Bandingkanlah dengan sebuah
persamaan kuadrat:
y = ax2 + bx + c
yang menghasilkan sebuah grafik berbentuk parabola. Apa arti tanda negatif pada
persamaan (2-39)? Apa pula artinya bila c = 0 ?

Contoh Soal 2.10


Sebuah bola dilemparkan dari tanah dengan sudut elevasi 53o dengan kecepatan awal 50
m/s. Tentukanlah : a). Kapan benda mencapai tinggi maksimum b). Tentukanlah tinggi
maksimum yang dicapai bola. c). Tentukan kapan dan di mana bola mencapai tanah
kembali. d). Tentukan posisi, dan kecepatan bola ( besar dan arah ) setiap detik.

Penyelesaian:
Anggap g = 10 m/s2
a. Waktu untuk mencapai titik tertinggi,
v sin 
t o
g

40
50 sin 53
=
10
t = 4 detik

b. Titik tertinggi,
v 2 sin 2 
y maks  o
2g
50 2 (0,8) 2
=
2.10
ymaks = 80 m

c. Waktu untuk mencapai tanah kembali sama dengan 2 x waktu untuk mencapai tinggi
maksimum, jadi
t’ = 8 detik,
Bola mencapai tanah kembali pada jarak mendatar sejauh
R = vo cos α t’,
= 50 cos 53o. 8,
R = 240 m
d. Posisi benda setiap saat dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan
x = vocosθ t, dan y = vosinθt - 12 gt 2 ,
sedangkan kecepatan bola setiap detik dapat ditentukan dengan persamaan
vx = voxcosθ dan vy = vosinθ -gt.
Besar kecepatan ditentukan oleh persamaan
v  vx2  vy2 .
dengan arah kecepatan (β) ditentukan persamaan
vy
β = arc tg ,
vx
Misalkan kita cari untuk 8 detik pertama, semua data posisi dan kecepatan bola disusun
dalam tabel berikut ini
Posisi kecepatan
waktu (t ) x ( m) y (m) vx (m/s) vy (m/s) v (m/s) β
0 0 0 30 40 50 53o
1 30 35 30 30 42,4 45o
2 60 60 30 20 36 33,7o
3 90 75 30 10 31,6 18,4o
4 120 80 30 0 30 0o
5 150 75 30 - 10 31,6 - 18,4o
6 180 60 30 - 20 36 - 33,7o
7 210 35 30 - 30 42,4 - 45o
8 240 0 30 - 40 50 - 53o

Contoh Soal 2.11


Sebuah pesawat tempur terbang dalam arah mendatar dengan laju 200 m/s. Pesawat
tersebut dilengkapi dengan senapan yang dapat memuntahkan peluru dengan laju 400 m/s.
Suatu saat pilot mengarahkan moncong senapan dengan membentuk sudut elevasi 370 dan
menembakkan peluru dengan senapan tersebut. Jika saat itu ketinggian pesawat dari tanah

41
adalah 1 km, berapa ketinggian maksium lintasan peluru dari tanah dan jangkauan
maksimum peluru?
Penyelesaian:
Sudut elevasi peluru menurut pilot; θ = 370
Ketinggian awal peluru yo = 1 km = 1000 m
Laju pesawat (arah horizontal) u = 200 m/s
Laju awal peluru terhadap pesawat wo = 400 m/s.

Komponen kecepatan awal peluru terhadap pesawat:


wox  wo cos   400m / s) cos 37  400(4 / 5)  320m / s
woy  wo sin   400m / s) sin 37  400(3 / 5)  240m / s
Komponen kecepatan awal peluru terhadap tanah:
vox  wox  u  320m / s  200m / s  520m / s
voy  woy  240m / s
Waktu yang diperlukan peluru untuk mencapai puncak lintasan
voy 240ms
tm    24s
g 10m / s 2
Ketinggian maksimum lintasan yang dicapai peluru:
y m  y0  v0 y .t m  1 g.t m2  1000m  (240m / s)(24s)  1 (10m / s 2 )(24s) 2
2 2
y m  3880m
Untuk menentukan jangkauan maksimum peluru, diperlukan waktu untuk mencapai tanah
(ketika y = 0) yaitu:
y  y0  v0 y .T  1 g.T  0  1000  240.T  1 (10).T 2
2 2
Diperoleh persamaan kuadrat dalam T.
T 2  48T  200  0 ,
Solusi persamaan kuadrat di atas adalah:
 (48)  (48) 2  4(1)(200)
T1, 2 
2.(1)
Diperoleh
T1 = 51,85 s, dan
T2 = -3,85 s
Karena waktu haruslah positif, maka diambil T = T1 = 51,85 s.
Jangkauan maksimum peluru adalah:
R  v0 x .T  520m / s  51,85s  26,96m

REFERENSI
P.A. Tipler. 1998. Fisika untuk sains dan teknik, Terjemahan, Erlangga. Jakarta. p. 21-80.
H.D. Young dan R.A. Freedman, 2008. University Physics. 12th Edition. Addison Wesley.
New York. p. 36-97.

42

Anda mungkin juga menyukai