Anda di halaman 1dari 15

Kinematika Zarrah

MODUL II
KINEMATIKA ZARRAH

2.1 Pendahuluan
Setiap hari kita melihat Matahari bergerak dari Timur ke Barat, sebuah bus
berjalan dari halte ke halte, dan gerak benda lainnya. Bagaimana Anda menjelaskan
peristiwa-peristiwa tersebut? Studi mengenai gerak benda, konsep-konsep gaya dan
energy yang berhubungan membentuk satu bidang ilmu yang disebut mekanika.
Secara garis besar mekanika dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu kinematika yang
menerangkan tentang gerak dan dinamika yang membahas hubungan antara gerak
dan penyebabnya.

2.2 Kinematika dalam Satu Dimensi


2.2.1. Kerangka Acuan dan Perpindahan
Dalam pengukuran posisi, jarak, atau laju suatu benda, kita perlu membuat
suatu kerangka acuan. Salah satu kerangka acuan yang sering digunakan adalah
sumbu koordinat untuk menyatakan posisi suatu benda. Kita dapat selalu
menempatkan titik asal pada titik 0, dan arah sumbu x dan y, sesuka kita agar lebih
mudah. Dengan demikian semua titik posisi benda dapat dispesifikasikan dengan
memberinya koordinat x dan y. Untuk gerak satu dimensi, kita sering memilih sumbu
x sebagai garis di mana gerakan tersebut terjadi. Sehingga posisi benda setiap saat
dapat dinyatakan dengan koordinat x-nya.
Jika kita telah menempatkan posisi benda pada sumbu koordinatnya maka
kita akan lebih mudah untuk menentukan jarak yang ditempuh benda tersebut setelah
bergerak. Sebagai contoh bila seseorang berjalan sejauh 60 m ke arah barat lalu
berbalik (ke arah timur) dan berjalan menempuh jarak 20 m, maka jarak total yang
ditempuh adalah 80 m. Tetapi orang tersebut hanya berpindah sebesar 40 m dari titik
awalnya. Dari penjelasan ini dapat disimpulkan bahwa jarak total yang ditempuh
suatu benda berbeda dengan perpindahannya. Sebenarnya jarak dan perpindahan
adalah dua besaran (kuantitas) dengan maksud yang sama tetapi dengan definisi dan
arti yang berbeda. Secara garis besar jarak dan perpindahan dapat kita definisikan
sebagai berikut:
 Jarak adalah besaran skalar yang menyatakan bagaimana jauhnya sebuah
benda telah bergerak.

II.1
Kinematika Zarrah

 Perpindahan adalah besaran vektor yang menyatakan seberapa jauh benda


telah berpindah dari posisi awalnya.

2.2.2. Kecepatan Rata-rata dan Kecepatan sesaat


Pada bagian ini kita hanya memandang benda bergerak dalam suatu garis
lurus dan tidak berotasi. Gerak seperti ini disebut gerak translasi. Dalam suatu
kerangka acuan atau sistem koordinat (kartesian), gerak satu dimensi digambarkan
dalam sumbu-x saja.
Aspek yang paling nyata dari gerak suatu benda adalah seberapa cepat benda
tersebut bergerak. Hal ini dapat dinyatakan sebagai laju atau kecepatan. Seringkali
kita tidak dapat membedakan kata kecepatan dan laju. Ada beberapa perbedaan
mendasar antara dua kata tersebut, yaitu kecepatan adalah besaran vektor sedangkan
laju belum tentu vektor. Laju rata-rata didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh
sepanjang lintasannya dibagi waktuyang diperlukan untuk menempuh jarak tersebut.
Sedangkan kecepatan rata-rata didefinisikan sebagai perpindahan dibagi dengan
waktu yang dibutuhkan untuk menempuh perpindahan tersebut. Perpindahan telah
didefinisikan dalam bagian sebelumnya. Misalkan mula-mula suatu objek berada
pada posisi x1 pindah ke x2 (Gambar 2.1). Maka perubahan posisi adalah (simbol
x), x = x2 – x1.

Gambar 2.1 Perubahan posisi sebagai fungsi waktu

Waktu yang dibutuhkan oleh obyak untuk berpindah dari posisi x1 ke x2 adalah t =
t2 - t1. Maka kecepatan rata-rata didefenisikan sebagai:
x2  x1 x
v  (2.1)
t 2  t1 t
dengan v adalah kecepatan dan tanda garis datar ( - ) diatas v berarti rata-rata.

II.2
Kinematika Zarrah

Kecepatan sesaat didefinisikan sebagai kecepatan rata-rata pada selang waktu


yang sangat pendek. Dalam hal ini persamaan (2.1) dihitung dalam limit t secara
infinitisimal sangat kecil, mendekati nol.
x dx
v  lim it  (2.2)
t 0 t dt
x
Notasi lim it berarti rasio dihitung dalam limit t mendekati nol, tetapi tidak sama
t 0 t

dengan nol.

Gambar 2.2 Dalam limit t  0, kemiringan dari perubahan posisi mendekati


kemiringan tangen dari kurva x-t

Contoh 1: Sebuah truk polisi bergerak ke kiri sepanjang lintasan (Gambar 2.5). Truk
berada di x1 = 277 m pada saat t1 = 16,0 s dan berada di x2 = 19 m saat t2 = 25,0 s.
Berapakah kecepatan rata-rata pelari?

Gambar 2.3 Posisi truk polisi pada dua selang pergerakannya


Jawab
x = x2 – x1 =19 m – 277 m = -258 m dan t = t2 – t1 = 25,0 s – 16,0 s = 9,0 s.
maka v = (x /t) = (-258m) / (9,0s) = -29 m/s.

2.2.3. Percepatan Rata-rata dan Sesaat


Benda yang kecepatannya berubah dikatakan mengalami percepatan. Bila
kecepatan menggambarkan laju perubahan posisi terhadap waktu, maka percepatan
menggambarkan laju perubahan kecepatan terhadap waktu. Sama seprti kecepatan,
percepatan juga merupakan besaran vektor.

II.3
Kinematika Zarrah

Marilah kita perhatikan gerak sebuah partikel di sepanjang sumbu x.


Misalkan pada t1 partikel berada di titik P1 dan mempunyai komponen x dari
kecepatan (sesaat) v1, dan waktu berikutnya t2, partikel tersebut terletak di titik P2
dan komponen x dengan kecepatan v2. Maka komponen x dari perubahan kecepatan
ditunjukkan oleh nilai v = v2 – v1 selama selang waktu t = t2 – t1.
Kita mendefinisikan percepatan rata-rata dari partikel saat bergerak dari titik
P1 ke titik P2 sebagai besaran vektor yang komponen x-nya adalah v, perubahan
komponen x dari kecepatan dibagi dengan selang waktu t.
v2  v1 v
a  (2.3)
t 2  t1 t
Untuk mendefinisikan percepatan sesaat pada titik P1, kita ambil titik ke dua P2
bergerak mendekati dan makin mendekati titik P1 sehingga percepatan rata-ratanya
dihitung pada selang waktu yang makin lama makin kecil. Percepatan sesaat adalah
limit dari percepatan rata-rata pada saat selang waktu mendekati nol atau dengan kata
lain percepatan sesaat sama dengan laju perubahan sesaat dari kecepatan terhadap
waktu.
v dv
a  lim it  (2.4)
t 0 t dt
dengan v menyatakan perubahan kecepatan yang kecil secara infinitesimal selama
selang waktu t yang singkat secara infinitesimal.
Sesungguhnya persamaan diatas adalah defenisi dari komponen x vektor
percepatan, pada gerak digaris lurus, semua komponen lain dari vektor ini adalah nol.
Percepatan sesaat memainkan peranan yang sangat penting dalam hukum mekanika.
Mulai sekarang dan seterusnya ketika kita menggunakan kata percepatan kita akan
selalu mengartikannya sebagai percepatan sesaat, bukan percepatan rata-rata.
Pada umumnya konsep kecepatan dikaitkan dengan kecepatan ataupun laju.
Percepatan yang membuat kecepatan suatu benda atau sistem makin kecil disebut
“perlambatan”.

Contoh 2: Persamaan gerak suatu zarrah dinyatakan oleh fungsi x(t)= 0,1 t 3, dengan
x dalam meter dan t dalam detik. Hitunglah;
a. Kecepatan rata-rata dalam selang waktu t = 3 s ke t = 5 s
b. Kecepatan pada saat t = 4 s
c. Percepatan rata-rata dalam selang waktu t = 3 s ke t = 5 s

II.4
Kinematika Zarrah

d. Percepatan pada saat t = 4 s


Jawab.
a. x(t = 5s) = 0,1 (5)3m = 12,5m dan x(t = 3s) = 0,1 (3)3m = 2,7m, maka:
x(t  5s)  x(t  3s) 12,5m  2,7m
v   9,8m / s
t 1s
dx(t ) d
b. v x   (0,1t 3 )  0,3t 2  0,3(4) 2  4,8m / s
dt dt
c. vx(t = 4s) = 0,3(5)2 =7,5m/s dan vx(t =3s) = 2,7 m/s, maka
v x (t  5s)  v x (t  3s) (7,5  2,7)m / s
ax    4,8m / s 2
t 1s
dvx (t ) d
d. a x (t )   (0,3t 2 )  0,6t , maka;
dt dt
a x (t  5s)  0,6(4)  2,4m / s 2

2.2.4. Gerak dengan Percepatan Konstan


Tinjaulah sebuah benda mula-mula (t0 = 0) berada pada posisi x0 dengan
kecepatan v0. Pada saat t1 benda berada pada posisi x1 = x dengan kecepatan v1 = v.
Kecepatan rata-rata dan percepatan rata-rata objek selama selang waktu t1 - t0 = t
diberikan oleh:
x2  x1 x  xo x  x0
v   (2.5)
t 2  t1 t 0 t
v 2  v1 v  v 0
a  (2.6)
t 2  t1 t
atau: x = x0 + vt (2.7)
v = v0 + at (2.8)

Oleh karena kecepatan berubah secara beraturan (uniform), maka kecepatan rata-rata
v akan berada di tengah-tengah antara kecepatan awal dan akhir, yaitu:
v  v0
v (2.9)
2
Jika persamaan (2.9) disubtitusi ke dalam persamaan (2.7) diperoleh:
v0  v v t vt
x  x0  ( )t  x0  0  (2.10)
2 2 2
Persamaan (2.8) disubtitusi ke persamaan (2.10), diperoleh:

II.5
Kinematika Zarrah

at 2
x  x0  v0 t  (2.11)
2
Persamaan (2.11) ini dapat diperoleh dengan mengintegralkan persamaan (2.8)
sebagai fungsi waktu. Selanjutnya persamaan (2.6) dapat ditulis menjadi
v  v0
t dan jika persamaan ini disubtitusi ke dalam persamaan (2.10) diperoleh:
a
v0  v v  v0 v 2  v02
x  x0  ( )( )  x0  , atau
2 a 2
v2 = vo2 + 2a(x - x0) (2.12)
Tanda vektor sudah dihilangkan karena pada gerak satu dimensi vektor arah hanya
dipengaruhi oleh tanda positif dan negatif.
Jika efek dari udara dapat diabaikan, maka semua
benda yang jatuh dari tempat tertentu akan mempunyai
percepatan ke bawah yang sama dan tidak tergantung
ukuran atau beratnya. Hal ini dapat kita lihat pada
Gambar 2.4. Gambar tersebut merupakan foto dari bola
jatuh yang diambil dengan selang waktu yang sama.
Perhatikan bahwa bola jatuh semakin jauh dalam selang
yang berurutan, yang berarti terjadi percepatan.
Pengukuran yang teliti memperlihatkan bahwa perubahan
kecepatan selalu sama pada setiap selang waktu. Jadi
Gambar 2.4 Multiflash bola
jatuh bebas percepatan bola yang jatuh bebas adalah konstan.

Contoh 3: Kecepatan sebuah mobil bergerak ke arah timur mengalami pengurangan


kecepatan (perlambatan) dari 45 km/jam menjadi 30 km/jam dalam jarak 300 m.
(a). Berapakah besar dan arah dari perlambatan mobil
(b). Berapa waktu yang ditempuh mobil tersebut selama terjadi perlambatan
(c). Jika diasumsikan bahwa mobil tersebut secara kontinu mengalami
perlambatan, maka hitunglah waktu dan jarak yang ditempuh oleh mobil
tersebut sampai berhenti
Jawab.
(a) Besar dan arah dari perlambatan mobil
Diambil arah ke timur sebagai sumbu x positif
vxo = 45 km/jam = 12,5 m/s dan vx = 30 km/jam = 8,3 m/s, maka

II.6
Kinematika Zarrah

v  v x0 (8,3m / s) 2  (12,5m / s) 2
2 2

ax  x   0,14m / s 2
2( x  x0 ) 2(300)m
tanda minus berarti arah berlawanan dengan arah mobil ( ke arah barat)
(b). Waktu yang ditempuh mobil tersebut selama terjadi perlambatan:
v x  v x 0 (8,3m / s)  (12,5m / s)
t   30 s
ax  0,14m / s 2
(c). Ketika mobil berhenti v x  0 dan diasumsikan bahwa mobil tersebut secara
kontinu mengalami perlambatan, maka waktu dan jarak yang ditempuh oleh
mobil :
v x  v x 0 (0)  (12,5m / s)
t   89,3s
ax  0,14m / s 2
s  v x 0  t  12 at 2  (12,5m / s)(89,3s)  12 (0,14m / s 2 )(89,3s) 2  558m

2.3 Kinematika Dalam Dua atau Tiga Dimensi


2.3.1. Analisis Vektor
Untuk menyatakan gerak partikel di dalam ruang (3D), terlebih dahulu kita
perlu menyatakan posisi dari partikel. Tinjau sebuah partikel di titik P pada suatu

saat tertentu. Vektor posisi r dari partikel adalah vektor yang pergi dari titik pusat

koordinat menuju titik P. Dalam koordinat kartesian, vektor posisi r dinyatakan
dalam fungsi x, y, dan z, ditulis:

r  xiˆ  yˆj  zkˆ (2.13)
Apabila dalam arah z memiliki nilai sama dengan nol, maka gerak tersebut
dinamakan gerak dua dimensi (2D). Gerak dalam dua dimensi dapat berupa antara
lain: gerak pada bidang miring, gerak peluru dan gerak melingkar. Pembahasan gerak
dalam dua dimensi memerlukan konsep vektor.
Besaran-besaran vektor yang membentuk sudut (misalkan ) terhadap sumbu-
x, sumbu-y maupun sumbu-z dalam koordinat kartesia, dapat diproyeksikan
berdasarkan defenisi fungsi trigonometri berdasarkan Gambar 2.5.
B
sin   ,
C
C B A
cos  (2.14)
C
 B
A tan  
A
Gambar 2.5 Proyeksi
untuk fungsi
trigonometri

II.7
Kinematika Zarrah

B 2 A2 O2  A2
dan sin   cos   2  2 
2 2
, karena;
C C C2
C2 = A2 + B2 (dalil Phytagoras) (2.15)
maka sin2  + cos2  = 1 (2.16)

y Dx

Dy D D2 D2y D Dy
D1 D2x
D1y 
D1x Dx

x
Gambar 2.6 Uraian komponen vektor
Pandang dua buah vektor D1 dan D2 (Gambar 2.6). Komponen-komponen vektor
dapat diuraikan menjadi:
D = D1 + D2 = iDx + jDy (2.17)
dengan:
D1 = iD1x + jD1y
D2 = iD2x + jD2
Dx = D1x + D2x
Dy = D1y + D2
Berdasarkan Dalil Phytagoras:

D  ( Dx2  D y2 ) (2.18)

dan berdasarkan persamaan (2.15) diperoleh:


Dy
tan   (2.19)
Dx

Dx = D cos 
Dy = D sin 
  arctan(0,833)  44,2 o arah tenggara

2.3.2. Gerak peluru


Gerakan bola yang dilemparkan atau ditendang, peluru yang ditembakkan
dari moncong senapan, atau benda yang dijatuhkan dari pesawat udara yang sedang
terbang merupakan contoh-contoh dari gerak peluru. Gerak peluru menggambarkan
gerak benda yang dilepaskan ke udara dengan kecepatan awal yang membentuk

II.8
Kinematika Zarrah

sudut tertentu terhadap horizontal. Apabila benda dilepaskan dari suatu ketinggian
dengan kecepatan awal v0 = 0, maka benda dikatakan jatuh bebas.
Pandang jejak suatu obyek yang bergerak di udara dengan kecepatan v0 dan
membentuk sudut  terhadap sumbu-x (gambar 2.8).

Gambar 2.7 Gerak peluru

Untuk menentukan persamaan gerak dari gerak peluru dapat kita uraikan komponen-
komponen vertikal dan horizontal dari gerak tersebut. Persamaan-persamaan ini
ditunjukkan secara terpisah untuk komponen-komponen x dan y pada Tabel 2-1,
untuk kasus umum gerak dua dimensi.

Tabel 2-1 Persamaan umum kinematika dalam dua dimensi


Komponen-x (horizontal) Berdasarkan Komponen-y (vertikal)
Persamaan
vx = vxo + axt (2.8) Vy = vyo + ayt
x = xo + vxot + (½)axt2 (2.11) y = yo + vyot + (½)ayt2
vx2 = vxo2 + 2ax(x-xo) (2.12) vy2 = v2oy+ 2ay(y - yo)

Kita dapat sederhanakan persamaan dalam Tabel 2-1 untuk kasus gerak peluru
karena kita dapat menentukan a x  0 . Persamaan umum untuk gerak peluru
disajikan pada Tabel 2-2.

II.9
Kinematika Zarrah

Tabel 2-2 Persamaan umum kinematika untuk gerak peluru


(arah x positif, ax = 0 dan ay = -g)
Komponen-x (horizontal) Berdasarkan Komponen-y (vertikal)
persamaan
vx = vxo (2.8) Vy = vyo – gt
x = xo + vxot (2.11) y = yo + vyot - (½)gt2
vx2 = vxo2 (2.12) vy2=vyo2 - 2g(y - yo)
Umumnya diambil y-yo = h untuk gerak peluru dan gerak jatuh bebas. Dari
persamaan (2.19), vx0 = vo cos α0 dan vyo = vo sin α0.

Contoh 4: Sebuah bola ditendang sehingga memiliki kecepatan awal 20,0 m/s dan
membentuk sudut 37,0o, hitunglah: a) Tinggi maksimum bola, b) Waktu lintasan bola
hingga menyentuh tanah, c) Jarak horizontal bola menyentuh tanah, d) Vektor
kecepatan pada tinggi maksimum , dan e) Vektor percepatan pada tinggi maksimum
Jawab
vxo = vo cos 37o = (20 m/s)(0,799) = 16,0 m/s
vyo = vo sin 37o =(20 m/s)(0,602) = 12 m/s
a. Pada tinggi maksimum vy = 0
vy = vyo – gt, maka t = vyo/g = 12 / 9,8 =1,22 s
y = vyot – (½) gt2 = (12)(1,22) - ( ½)(9,8)(1,22)2 =7,35 m
atau y = (vyo2 - vy2)/(2g)=[(12)2 - (0)2] / 2(9,8) = 7,35 m
b. Pada saat ditendang yo = 0, setelah menyentuh tanah kembali y = 0, maka
y = yo + vyot – (½)gt2
0 = 0 + vyot – (½)gt2, maka
t = (2vyo)/g = [(2)(12)]/ 9,8 = 2,45 s
c. Jarak horizontal x = xo + vxot, dengan xo = 0
X = vxot = (16,0 m/s)(2,45 s) = 39,2 m
d. Pada titik tertinggi, v = vx + vy , dengan vy = 0
v = vx = vxo = vo cos 37o =16,0 m/s
e. a = -g = -9,8 m/s2

II.10
Kinematika Zarrah

2.3.3. Gerak Melingkar


Sebuah benda yang bergerak pada lintasan berbentuk lingkaran mendapat
percepatan yang dapat diuraikan menjadi komponen yang normal dan tangensial
terhadap lintasan tersebut.
Dua segitiga pada Gambar 2.8 adalah sebangun. Sudut antara v1 dan v2 pada
Gambar 2.8b adalah  sama dengan sudut pada Gambar 2.8a karena v1 tegak lurus
terhadap R di P1 dan v2 menyinggung lingkaran di P2. Oleh karena itu kita dapat
menulis:
v N s v
 atau v N   s
v r r
dimana v = v1 = v2 sebab harga kecepatan dianggap tidak berubah (hanya arahnya
saja yang berubah terus menerus). Percepatan normal rata-rata aN diberikan oleh:
v N  v  s
aN    (2.20)
t  R  t
Percepatan normal saat aN makin kecil menuju nol.
 v  s  v  s
a N  limit      limit
t 0  R  t  R  t 0 t

v s  v  v2
a N    limit   .v 
 R  t 0 t  R  R

Gambar 2.8 Komponen gerak melingkar

Kecepatan objek yang bergerak melingkar apabila telah menempuh jarak satu kali
putaran selama satu periode (T), adalah:
2R
v
T
Jadi sebuah obyek yang bergerak dalam satu lingkaran dengan jari-jari r dan
laju v konstan mempunyai percepatan yang arahnya menuju pusat lingkaran dan

II.11
Kinematika Zarrah

besarnya adalah v2/r. Karena arahnya menuju pusat lingkaran sehingga percepatan ini
disebut “percepatan sentripetal” (sentripetal = mencari pusat) atau “percepatan
radial” karena arahnya sepanjang jari-jari lingkaran.
v2
aN  acp  aR  (2.21)
R

Contoh 5: Bulan mengelilingi bumi dalam satu putaran penuh dalam waktu 27.3
hari. Diasumsikan bahwa orbitnya adalah sebuah lingkaran dengan radius 3.85 x 108
m. Tentukanlah percepatan bulan yang mengelilingi bumi tersebut.
Jawab
Percepatan bulan yang mengelilingi bumi
T  27,3hari  24 jam  60 menit  60detik  2,36  10 6 s
2r 2(3,14)(3,85  10 8 m)
v   1020 m / s
T (2,36  10 6 s )
v2 (1020 m / s ) 2
a   0,00273 m / s 2
r (3,85  10 8 m)

SOAL LATIHAN
1. Sebuah mobil bergerak sepanjang jalan lurus (arah sumbu x) dengan kecepatan
54 km/jam. Kemudian sopir menginjak pegas sehingga setelah 5 detik kecepatan
mobil naik menjadi 18 km/jam. Berapakan percepatan rata-rata mobil?
2. Seorang anak melempar koin lurus ke atas dengan laju sekitar 15 m/s. (a) Berapa
ketinggian yang dicapai koin tersebut? (b) Berapa lama koin tersebut berada di
udara?
3. Dalam sebuah wahana putar di karnaval, penumpang bergerak dengan laju
konstan dalam sebuah lingkaran berjari-jari 4,0 m. Mereka meyelesaikan satu
putaran selama 3,0 detik. Berapa percepatan penumpang?
4. Seorang atlit melakukan lompat jauh meninggalkan tanah dengan sudut 30 dan
melewati 7,80 m. (a) Berapa laju awal atlit tersebut? (b) Jika laju itu bertambah
5,0 persen saja, seberapa jauh lebihnya lompatan tersebut dibandingkan
sebelumnya?

II.12
Kinematika Zarrah

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kinematika benda/partikel merupakan cabang dari mekanika yang
memppelajari gerak suatu benda tanpa meninjau penyebab dari benda tersebur
bergerak. Gerak suatu benda ditentukan melalui kecepatan, percepatan,
perpindahanbenda dari posisi awal ke posisi akhir. Aspek yang paling nyata dari
gerak suatu benda adalah seberapa cepat benda tersebut bergerak. Hal ini dapat
dinyatakan sebagai laju atau kecepatan. Seringkali kita tidak dapat membedakan kata
kecepatan dan laju. Ada beberapa perbedaan mendasar antara dua kata tersebut, yaitu
kecepatan adalah besaran vektor sedangkan laju belum tentu vektor. Laju rata-rata
didefinisikan sebagai jarak yang ditempuh sepanjang lintasannya dibagi waktuyang
diperlukan untuk menempuh jarak tersebut. Sedangkan kecepatan rata-rata
didefinisikan sebagai perpindahan dibagi dengan waktu yang dibutuhkan untuk
menempuh perpindahan tersebut. Perpindahan telah didefinisikan dalam bagian
sebelumnya. Misalkan mula-mula suatu objek berada pada posisi x1 pindah ke x2
Maka perubahan posisi adalah (simbol x), x = x2 – x1. Untuk menentukan
kecepatan rata-rata adalah menghitung berapa perubahan posisi awal terhadap posisi
akhir persatuan waktu (detik). Demikian pula untuk menentukan percepatan rata-rata
adalah berapa besar perubahan kecepatan rata-rata per satuan waktu.

B. Ruang Lingkup
Dalam modul ini akan dipelajari tentang system kerangka acuan dalam menentukan
kecepatan dan percepatan rata-rata dengan meninjau perubahan posisi suatu benda
dan perubahan kecepatan, Juga dalam modul ini, akan dihitung

C. Kaitan Modul
Modul ini merupakan modul pertama dari beberapa modul dalam matakuliah Fisika
Dasar dan dilaksanakan pada pertemuan ke dua. Modul ini adalah dasar untuk
penyelesaian berbagai permasalahan tentang kinematika benda/partikel yang
berkaitan langsung dengan kecepatan rata-rata dan seseat, percepatan rata-rata dan
percepatan sesaat, gerak dua dimensi eperti gerak parabola dan gerak melingkar
beraturan.

II.13
Kinematika Zarrah

D. Sasaran Modul
Setelah menyelesaikan modul ini, diharapkan mahasiswa mampu:
1. Mendefinisikan dan menjelaskan secara komprehensif tentang kinematika
dan aplikasinya
2. Menyelesaikan sola-soal kinematika

BAB II PEMBELAJARAN

A. Kompetensi Pembelajaran
Kompetensi Utama : Mampu memahami konsep gerak kinematika berupa
kecepatan, percepatan dan gerak dua dimensidalam
aplikasi bidang studi di Fakultas masing-masing.
Kompetensi Pendukung : Mampu berkomunikasi, beradaptasi dan bekerjasama
dalam pengembangan ilmu di bidang masing-masing
Kompetensi lainnya : Mampu mengembangkan diri berdasarkan prinsip
budaya bahari serta menjunjung tinggi norma tata nilai
moral, agama, etika dengan rasa tanggung jawab.

B. Model Pembelajaran
Matakuliah : Fisika Dasar I
Pendekatan SCL : Small Group and Collaboration

C. Tugas Mahasiswa
a. Menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan gerak kinematika dalam
kelompok kecil
b. Menyelesaikan soal-soal yang didiskusikan dalam panel

D. Proses Pembelajaran
1. Mahasiswa peserta matakuliah ini dibagi menjadi beberapa kelompok kecil
2. Salah satu wakil dari setiap kelompok memaparkan tugas yang diselesaikan,
kemudian ditanggapi dan dikoreksi oleh kelompok lain

E. Strategi Pembelajaran
1. Tatap muka (kuliah)
2. Diskusi kelompok tanpa tutor

II.14
Kinematika Zarrah

3. Diskusi kelompok dengan tutor


4. Aktivitas pembelajaran individual menggunakan sumber-sumber belajar lainnya

F. Kriteria Penilaian
1. Mampu membedakan dimensi satuan dasar dan satuan turunan
2. Tingkat pemahaman dalam menggunakan besaran, dimensi dan satuan.
3. Tingkat pemahaman keterkaitan materi perkuliahan pada setiap bidang studi.
4. Kemampuan menyelesaikan problem set
5. Keaktifan dalam diskusi kelompok

BAB III PENUTUP


Setelah menyelesaikan modul ini, anda berhak mengikuti tes evaluasi untuk uji
kompetensi yang telah anda pelajari. Apabila anda telah mempelajari dan memahami
modul ini hingga dinyatakan memenuhi syarat kelulusan dari hasil evaluasi, maka
anda berhak mendapatkan apresiasi sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan.
Apabila anda telah menyelesaikan seluruh evaluasi dari setiap modul, maka hasil
yang berupa nilai dari fasilitator dapat dijadikan sebagai bahan rujukan sebagai
penentu standar kelulusan mata kuliah Fisika Dasar.

DAFTAR PUSTAKA

Giancoli, DC., 2001, Fisika (terjemahan Yuhilza Hanum, Irwan Arifin), Jilid II,
Edisi ke-5, Erlangga, Jakarta.

Halliday, D. and Resnick,R.,1992 ; Fisika (terjemahan oleh Pantur Silaban dan


Erwin Sucipto), Jilid I, Edisi ke 3, Erlangga, Jakarta.

II.15

Anda mungkin juga menyukai