Anda di halaman 1dari 13

Ekstraksi minyak/lemak

Dila Rahma Putri1 ,Miryal Chulushi1, Prameswari Clarissa N1, Saara Hafidhah
H1 , Salsabila Fitria Khansa1
Prodi Pendidikan Teknologi Agroindustri, Fakultas Pendidikan Teknogi dan Kejuruan,
Universitas Pendidikan Indonesia.

Salsabilafk@student.upi.edu

Abstrak. Ekstraksi adalah suatu cara untuk untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan
yang diduga mengandung minyak/lemak. Tujuan dari ekstraksi ini adalah agar mahasiswa
mengetahui beberapa teknik ekstraksi minyak/lemak dalam bahan yang mengandung
minyak/lemak dan dapat mengetahui jenis – jenis bahan pertanian yang mengandung
minyak/lemak. Praktikum ini terdiri dari empat kegiatan yaitu ekstraksi wet rendering pada
minyak kelapa, ekstraksi mekanis pada pembuatan VCO (Virgin Coconut Oil) dengan metode
sentrifugasi, ekstraksi enzimatis mekanis pada pembuatan VCO (Virgin Coconut Oil), dan
ekstraksi minyak kedelai menggunakan pelarut. Pada praktikum ini menggunakan berbagai
bahan yaitu kelapa parut, air, ragi roti, santan, kemiri, petroleum eter, heksan,dan biji kedelai.
Dalam pengolahannya ekstraksi wet rendering pada minyak kelapa menggunakan prinsip
penambahan air, pemanasan, dan pemisahan. Ekstraksi mekanis pada pembuatan VCO (Virgin
Coconut Oil) dengan metode sentrifugasi menggunakan prinsip pemarutan, pendinginan,
pemisahan, penyaringan, dan pemanasan. Ekstraksi enzimatis mekanis pada pembuatan VCO
(Virgin Coconut Oil) menggunakan prinsip penambahan air, pendiaman, pemisahan,
pencampuran. Ekstraksi minyak kedelai menggunakan pelarut menggunakan prinsip
penghalusan, pengekstraksian, dan pemisahan. Berdasarkan hasil pengamatan rendemen
ekstraksi wet rendering pada minyak kelapa kelompok 3 dan 6 adalah 4,768% dan 3,676% ,
ekstraksi mekanis pada pembuatan VCO (Virgin Coconut Oil) dengan metode sentrifugasi
kelompok 1 dan 4 adalah 0,19% dan 0,291%, ekstraksi enzimatis mekanis pada pembuatan
VCO (Virgin Coconut Oil) kelompok 5 dan 9 adalah 20,7884 dan 12,25%, dan ekstraksi
minyak kedelai menggunakan pelarut kelompok 2, 7 dan 8 adalah 24,01%, 27,34%, dan 39.88.
Berdasarkan hasil pengamatan tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi nilai
rendemen yang dihasilakn menandakan nilai minyak atsiri yang dihasilkan semakin banyak
sesuai dengan bahan yang digunakan.

Kata kunci : Ekstraksi, minyak kelapa, VCO (Virgin Coconut Oil), minyak kedelai

1. Pendahuluan
Minyak dan lemak merupakan salah satu sumber energi yang penting bagi manusia. Minyak dan
lemak hanya dibedakan dari bentuk dan sumbernya. Minyak berbentuk cair pada suhu kamar dan
umumnya berasal dari tumbuhan (minyak nabati), sedangkan lemak berbentuk padat dan umumnya
berasal dari hewan (lemak hewani). Lemak dan minyak disusun dari trigliserida. Trigliserida terdiri
dari gliserol dan asam-asam lemak. Asam – asam lemak mengadakan esterifikasi dengan ketiga gugus
hidroksil dari gliserol. Minyak dan lemak atau lipida pada umumnya tidak larut dalam air tetapi
larutdalam pelarut-pelarut organik. pemilihan bahan pelarut yang paling sesuai untuk ekstraksi lipida
adalah menentukan derajat polaritasnya. Pada dasarnya suatu bahan akan mudah larut karena derajat
polaritas lipida berbeda-beda, maka tidak ada
bahan pelarut umum untuk semua macam lipida. begitupun dengan pelarut, memiliki kepolaran yang
berbeda sehingga dengan demikian pelarut memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam
melarutkan minyak (Ketaren, 1986).
Ekstraksi merupakan salah satu metode pemisahan senyawa dalam ekstraksi pelarut
perbandingan konsentrasi zat dalam pelarut organic dengan zat dalam pelarut air menjadi bagian yang
penting zat-zat yang polar akan larut dalam pelarut yang juga bersifat polar (air), sedangkan zat yang
non polar akan larut dalam pelarut yang bersifat non polar pula (pelarut organik). Berdasarkan teori
tersebut maka diadakanlah percobaan ini untuk melihat dan mengetahui kelarutan beberapa pelarut
dengan minyak lemak serta pelarut yang baik untuk ekstraksi minyak dan lemak (Apriyanto, 1989).

2. Tinjauan Pustaka
Dalam banyak literatur ilmiah dipakai istilah lipid yang berarti lemak, minyak atau unsur
yangmenyerupai lemak yang didapat dalam pangan dan digunakan dalam tubuh. Lemak
mengandunglebih banyak karbon dan lebih sedikit oksigen daripada karbohidrat. Oleh karena itu lebih
banyakmempunyai nilai tenaga.Lemak merupakan suatu senyawa ester yang terbentuk dari gliserol
asam lemak (asamkarboksilat). secara umum lemak (Fat) dan minyak (oil) merupakan golongan lipida
yaitu senyawaorganik yang terdapat dalam alam serta tak larut dalam air, tetapi larut dalam pelarut
organiknon-polar seperti suatu hidrokarbon atau dietileter.Lemak dan minyak merupakan salah satu
kelompok yang termasuk golongan lipid. Satu sifat yangkhas mencirikan golongan lipid (termasuk
minyak dan lemak) adalah daya larutnya dalam pelarutorganik (misalnya eter, benzen, kloroform) atau
sebaliknya ketidak-larutannya dalam pelarut air (Herlina, 2002).
Lemak dan minyak atau secara kimiawi adalah trigliserida merupakan bagian terbesar
darikelompok lipid. Secara umum, lemak diartikan sebagai trigliserida yang dalam kondisi suhu
ruangberada dalam keadaan padat. Sedangkan minyak adalah trigliserida yang dalam suhu
ruangberbentuk cair. Secara lebih pasti tidak ada batasan yang jelas untuk membedakan minyak
danlemak ini.Satu molekul gliserol dapat bersenyawa dengan 1-3 molekul asam lemak
memebentuk:Monogliserida dengan 1 asam lemak, digliserida dengan 2 asam lemak, trigliserida
dengan 3 asamlemak.Dalam proses pembentukannya, trigliserida merupakan hasil proses kondensasi
satu molekulgliserol dengan tiga molekul asam-asam lemak yang membentuk satu molekul trigliserida
dan tigamolekul air (Herlina, 2002).
Bilangan asam menunjukkan banyaknya asam lemak bebas dalam minyak dan dinyatakan
denganmg basa per 1 gram minyak. Bilangan asam juga merupakan parameter penting dalam
penentuankualitas minyak. Bilangan ini menunjukkan banyaknya asam lemak bebas yang ada dalam
minyakakibat terjadi reaksi hidrolisis pada minyak terutama pada saat pengolahan. Asam
lemakmerupakan struktur kerangka dasar untuk kebanyakan bahan lipid. Lipid merupakan senyawa
yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri dari gugus nonpolar.Sebagai akibat sifat-sifatnya, mereka
mudah larut dalam pelarut nonpolar dan relatif tidak larutdalam air (Zulkifli, 2014).
Ekstraksi adalah suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan minyak atau lemak dari
bahan yang diduga mengandung minyak atau lemak. Menurut (Tamzil, 2009) ada beberapa cara
ekstraksi lemak minya, antara lain :
1. Ekstraksi dengan wet rendering
Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang diduga
mengandung minyak atau lemak dengan kadar air tinggi.
2. Ekstraksi dengan dry rendering
Dry rendering adalah cara rendering tanpa penambahan air selama proses berlangsung.
3. Ekstraksi dengan pelarut
Lemak dan minyak tidak larut dalam air akan tetapi larut dalam bahan pelarut organik.
Pemilihan bahan pelarut yang paling sesuai untuk ekstraksi lipida adalah dengan menentukan
derajat polaritasnya. Pada dasarnya suatu bahan akan mudah larut dalam pelarut yang sama
polaritasnya. Penetapan minyak atau lemak dapat dilakukan dengan mengekstraksi bahan
yang diduga mengandung minyak atau lemak. Proses ekstraksi dilakukan menggunakan
pelarut eter atau pelarut minyak lainnya setelah contoh uji dihancurkan dengan cara digiling.
4. Pengepresan minyak (Mechanical Expression)
Pengepresan mekanis adalah suatu cara ekstraksi minyak atau lemak, terutama untuk
bahan yang berasal dari biji – bijian. Cara ini dilakukan untuk memisahkan minyak dari bahan
yang berkadar minyak tinggi (30-70%). Pada pengepresan mekanis ini diperlukan perlakuan
pendahuluan sebelum minyak atau lemak dipisahkan dari bijinya. Perlakuan pendahuluan
tersebut mencakup pembuatan serpih, perajangan, dan penggilingan serta pemasakan.
5. Pengepresan hidraulik
Pada proses ini, bahan dipres dengan tekanan sekitar 2000 pound/inch2. Banyaknya
minyak atau lemak yang dapat diekstraksi tergantung dari lamanya pengepresan, tekanan yang
dipergunakan, serta kandungan minyak dalam bahan asal. Sedangkan banyaknya minyak yang
tersisa pada bungkil bervariasi sekitar 4-6 %, tergantung dari lamanya bungkil ditekan
dibawah tekanan hidraulik.

3. Metode
Praktikum ekstraksi minyak atau lemak dilaksanakan pada hari Senin, 17 September 2018 di
Laboratorium TPHP Pendidikan Teknologi Agroindustri, Fakulatas Pendidikan Teknologi dan
Kejuruan Universitas Pendidikan Indonesia. Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum ini
adalah kelapa parut, air, ragi roti, santan, kemiri, petroleum eter, heksan, biji kedelai, label, kertas
saring, dan kapas. Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah wadah plastik, saringan, gelas
ukur, katel, pengaduk, kompor gas, sendok plastik, botol, sentrifugasi, corong, pisau, rotary
evaporator, dan mortar. Dalam praktikum ini ada beberapa metode ekstraksi yang dilakukan yaitu,
ekstraksi wet rendering pada pembuatan minyak kelapa, ekstraksi mekanis pada pembuatan VCO
(Virgin Coconut Oil) dengan metode sentrifugasi, ekstraksi enzimatis pada pembuatan VCO (Virgin
Coconut Oil), dan ekstraksi minyak kedelai menggunakan pelarut.

3.1. Diagram alir


3.1.1 Ekstraksi Wet Rendering pada Pembuatan Minyak Kelapa

1 kg Kelapa
parut

Air Penimbangan Ampas


kelapa

Pemerasan dengan kertas saring

Santan
Pemanasan galendo

Pemisahan minyak dan galendo

Perhitungan Rendemen

3.1.2 Ekstraksi mekanis pada pembuatan VCO (Virgin Coconut Oil) dengan metode sentrifugasi

1 kg kelapa parut

Pemarutan

Pemerasa Ampas
Air kelapa
n

Santan

Pendinginan
(1-15℃)

Pensentrifugasian

Pemisahan minyak
Penyaringan

Pemisahan minyak

Pemasukan dalam botol kemasan

Perhitungan rendemen

3.1.3 Ekstraksi enzimatis pada pembuatan VCO (Virgin Coconut Oil)

Santan

Penuangan pada ember plastik transparan

Pendiaman(2 jam)

Pemisahan krim dan VCO

Krim,
ragi roti Pencampuran
(1% & 3%)

Penghomogenan
Penuangan pada wadah transparan

Pendiaman (8-10 jam)

Pensentrifugasi(400 rpm, 15 menit)

Pengambilan minyak dan pengemasan

3.1.4 Ekstraksi Minyak Menggunakan Pelarut

Persiapan wadah botol kaca bertutup

sampel Penimbangan

Pemasukan dalam
selongsong

Penutupan
(bagian atas dengan kapas)

Pelarut
1,5 Siklus Pemasukan dalam sokhlet
Proses ekstraksi
12 siklus

Pemisahan pelarut dan minyak


(Menggunakan evaporator vakum berputar,
pada suhu 60℃-pelarut mendidih, tekanan 55
mmhg

Penganalisisan Rendemen Minyak

4. Hasil Pengamatan dan Pembahasan

4.1 Ekstraksi wet rendering pada minyak kelapa


Kelompok Bobot kelapa Volume Berat jenis Rendemen (%)
parut (kg) minyak (ml) minyak
3 1 52 0,921 4,768

6 1 40 0,919 3,676
Tabel 1. Ekstraksi wet rendering pada minyak kelapa

Wet rendering adalah suatu sistem pemisahan minyak dari bahan yang mengandung kadar air
tinggi dan pada pengerjaannya dilakukan penambahan air dalam jumlah yang besar
(Maison,1984). Metode wet rendering dilakukan melalui tahapan pembuatan santan, pemisahan
krim, pemanasan krim santan, pemanasan minyak dan penyaringan minyak (Setiaji dan Prayugo,
2006). Santan kelapa yang telah diperoleh kemudian dipanaskan sampai terbentuk gumpalan.
Pemanasan tersebut bertujuan menguapkan air yang terkandung pada krim sehingga diperoleh
campuran minyak dan protein yang menggumpal (galendo).
Galendo atau blondo tersebut masih mengandung minyak sebanyak 10-15% sehingga
perlu dipres untuk mengeluarkan kandungan minyaknya (Rindengan dan Novarianto, 2005)
selanjutnya minyak dan galendo kemudian dipisahkan dengan cara disaring menggunakan kain
saring. Pada proses ekstraksi, melalui penggunaan panas yang bertujuan menggumpalkan protein
pada bahan.Penggunaan temperature rendah dalam proses wet rendering dilakukan jika diinginkan
flavor netral dari minyak atau lemak (Ketaren, 2008).
Berdasarkan hasil pengamatan wet rendering kelompok 3 dan 6 dengan sampel kelapa
parut sebanyak 1 kg dapat dihasilkan volume minyak yang berbeda diantaranya kelompok 3
sebanyak 52 ml dan kelompok 6 sebanyak 40 ml. Hal tersebut berpengaruh terhadap waktu pada
proses pemanasan, karena banyaknya volume akan berpengaruh terhadap waktu penguapan air.
Warna minyak yang dihasilkan mempunyai warna kuning jernih yang berasal dari pewarna alami
karoten. Rendemen yang dihasilkan yakni rendemen kelompok 3 dengan jumlah volume minyak
yang lebih tinggi menghasilkan rendemen yang tinggi. Rendemen merupakan merupakan acuan
untuk mengetahui jumlah minyak pada proses ekstraksi. Pembuatan minyak kelapa dengan cara
ekstraksi dengan menggunakan metode wet rendering dilakukan dengan pengkontrolan suhu
pemanasan dan penambahan air .

4.2 Ekstraksi mekanis pada pembuatan VCO (Virgin Coconut Oil) dengan metode sentrifugasi
Kelompok Bobot kelapa Volume Berat jenis Rendemen (%)
parut (kg) minyak (ml) minyak
1 1 13 0,919 0,19

4 1 3 0,924 0,291
Tabel 2. Ekstraksi mekanis pada pembuatan VCO (Virgin Coconut Oil) dengan metode sentrifugasi

Salah satu teknik yang dapat dipergunakan untuk memisahkan campuran yang bersifat koloid
adalah teknik sentrifugasi, yaitu metode yang digunakan dalam untuk mempercepat proses
pengendapan dengan memberikan gaya sentrifugasi pada partikel-partikelnya. Pemisahan
sentrifugal menggunakan prinsip dimana objek diputar secara horizontal pada jarak tertentu.
Apabila objek berotasi di dalam tabung atau silinder yang berisi campuran cairan dan partikel,
maka campuran tersebut dapat bergerak menuju pusat rotasi, namun hal tersebut tidak terjadi
karena adanya gaya yang berlawanan yang menuju kearah dinding luar silinder atau tabung, gaya
tersebut adalah gaya sentrifugasi. Gaya inilah yang menyebabkan partikel-partikel menuju
dinding tanbung dan terakumulasi membentuk endapan.
Dalam proses pembuatan minyak kelapa, teknik pemisahan sentrifugasi cukup berperan.
Buah kelapa dihancurkan lalu diparut, dan diperas sehingga didapat bagian santan. Didalam
santan terdapat campuran minyak dengan air. Dengan melakukan sentrifugasi dengan kecepatan
antara 4000 rpm selama 15 menit, maka terjadi pemisahan dan terdapat dua bagian yaitu fraksi
dengan banyak minyak (krim) dan fraksi dengan sedikit minyak (skim). Selanjutnya minyak
dipisahkan dari bagian bukan minyak.
Berdasarkan tabel hasil pengamatan, dapat dilihat volume minyak yang didapat dari dua
kelompok tersebut cenderung sedikit, karena metode pemerasan yang digunakan adalah
pemerasan tanpa menggunakan air, sehingga hasil santan pun lebih sedikit. Terdapat perbedaan
yang signifikan juga pada volume dan rendemen minyak antara kelompok 1 dan 4. Hal tersebut
dikarenakan kelompok 4 melakukan pemerasan yang kurang maksimal, sehingga hasil santan
perasan sangat sedikit. Setelah melalui proses sentrifugasi dan penyaringan minyak, hasil minyak
yang didapat kurang dari 5 ml, sehingga tidak memungkinkan untuk mengukur berat jenis
menggunakan piknometer. Kelompok 4 menggunakan standar berat jenis dari santan untuk
mengukur berat jenisnya.

4.3 Ekstraksi enzimatis mekanis pada pembuatan VCO (Virgin Coconut Oil)
Kelompok Bobot kelapa Volume Berat jenis Rendemen (%)
parut (kg) minyak (ml) minyak
5 1 95 0,8218 20,7884

9 1 27 0,9165 12,25
Tabel 3. Ekstraksi enzimatis mekanis pada pembuatan VCO (Virgin Coconut Oil)

Virgin Coconut Oil adalah minyak dan lemak yang dihasilkan tanpa mengubah sifat fisiko kimia
minyak yang diperoleh dengan hanya perlakuan mekanis dan pemakaian panas minimal serta
tidak menggunakan bahan kimia kecuali yang tidak mengalami reaksi dengan minyak (Codex
Alimentarius, 1999). VCO yang dihasilkan dari proses enzimatis memiliki keunggulan antaralain
VCO berwarna bening, kandungan asam lemak di dalam VCO tidak banyak berubah sehingga
khasiatnya tetap tinggi, tidak mudah tengik karena komposisiasam lemaknya tidak banyak
berubah. Rendemen yang dihasilkan tinggi (Setiaji,2006).
Salah satu metode pengolahan VCO secara enzimatis adalah menggunakan ragi.
Mekanisme kerjanya adalah ragi ini menghasilkan secara langsung menghasilkan enzim melalui
mikroba penghasil enzim protease yang dapat memecah ikatan protein dengan minyak pada
emulsi santan (Chandra, 2006), sehingga protein akan terkoagulasi. Kemudian enzim proteolitik
akan memecah protein terkoagulasi, akhirnya mudah dipisahkan dari minyak (Rusmanto, 2004).
Proses ekstraksi secara fermentasi dibandingkan cara lain adalah kemudahannya sehingga dapat
diproduksi secara praktis, hemat bahan bakar, residu galendo lebih sedikit, tingkat ketengikan
rendah dengan daya simpan lebih lama, aroma harum, dan bebas senyawa penginduksi kolesterol
(Riko Aditya, 2014). Dengan metode ekstraksi menggunakan ragi, minyak kelapa yang dihasilkan
akan memiliki kadar air, asam lemak bebas, bilangan peroksida yang rendah serta warna yang
jernih.
Pada metode enzimatis ini, dua kelompok diberikan dua perlakuan yang berbeda pada
presentase penambahan ragi. Penambahan ragi pada kelompok 5 sebanyak 1%, sedangkan pada
kelompok 9 penambahan raginya sebanyak 3%. Dapat dilihat dari tabel hasil volume minyak
yang didapat dari dua kelompok tersebut sangat jauh berbeda. Hal ini dapat disebabkan karena
presentase penambahan ragi tersebut. Pada kelompok 9 yang menggunakan 3% ragi, minyak yang
dihasilkan lebih sedikit karena ragi menghidrolisis lemak pada sampel, jadi minyak yang
dihasilkan lebih sedikit dan lebih banyak krim yang dihasilkan, sehingga rendemen minyak yang
didapat juga jauh lebih banyak pada kelompok 5 dibandingkan kelompok 9.

4.4 Ekstraksi minyak kedelai menggunakan pelarut


Kelompok Sampel Bobot sampel Volume Berat jenis Rendemen
(g) minyak (ml) minyak (%)
2 Kedelai 60 17,5 0,8232 24,01
7 Kemiri 60 20 0,8203 27,34
8 Kacang tanah 60 29 0,8252 39,88
Tabel 4. kstraksi minyak kedelai menggunakan pelarut

Pada umumnya metode Soxhlet merupakan metode ekstraksi yang bersifat kontinyu. Metode ini
merupakan peralatan labu lemak yang disambungkan dengan alat destilasi Soxhlet dan
Kondensor. Lemak dapat diisolasi dengan mengekstraksinya menggunakan pelarut non polar,
sedangkan sampel kering yang akan diisolasi lemaknya dibungkus dengan kertas saring. Prinsip
penetapan kadar lemak kasar yaitu lemak diekstrak dengan pelarut non polar, seperti heksana dan
dietil eter. Setelah pelarutnya diuapkan, lemaknya dapat ditimbang dan dihitung persentasenya.
Pertama-tama, sampel yang sudah dihaluskan, ditimbang 60 gram dan kemudian
dibungkus atau ditempatkan dalam selongsong, di atas sampel ditutup dengan kapas. Pelarut yang
digunakan adalah Heksan. Selongsong lalu ditempatkan pada soxhlet dan diisi pelarut sebanyak 1
1/2 siklus. Proses ekstraksi berlangsung selama 12 siklus.Ketika pelarut dididihkan, uapnya naik
melewati soklet menuju ke pipa pendingin. Air dingin yang dialirkan melewati bagian luar
kondensor mengembunkan uap pelarut sehingga kembali ke fase cair, kemudian menetes ke
selongsong. Pelarut melarutkan lemak sampel yang terdapat pada selongsong. Untuk memastikan
tidak terdapat lagi heksan pada minyak yang didapat, labu lemak lalu ditempatkan pada rotary
evaporator untuk memisahkan heksan dengan minyak.
Pada praktkum ini, tiga kelompok diberikan sampel yang berbeda-beda. Sampel
kelompok 2 yaitu kedelai, kelompok 7 kemiri dan kelompok 8 kacang tanah. Berdasarkan Tabel
4. Volume minyak yang dihasilkan beragam. Dari masing-masing 60 g sampel yang digunakan,
minyak yang dihasilkan paling banyak yaitu terdapat dari sampel kacang tanah, dan yang paling
sedikit menghasilkan minyak yaitu terdapat dari sampel kedelai. Volume minyak yang dihasilkan
dari kacang tanah lebih benyak dibandingkan dengan sampel lain karena kadar lemak kacang
tanah mencapai 43 g/ 100g (Astawan, 2009), terutama pada biji kacang tanah yang kadar
lemaknya merupakan bahan pangan sumber dalam minyak. Oleh karena itu minyak yang
dihasilkan dari kacang tanah lebih banyak dari kemiri dan kedelai.

5. Kesimpulan
1. Beberapa teknik ekstraksi minyak/lemak dalam bahan yang mengandung minyak/lemak
adalah ekstraksi wet rendering pada minyak kelapa, ekstraksi mekanis pada pembuatan VCO
(Virgin Coconut Oil) dengan metode sentrifugasi, ekstraksi enzimatis mekanis pada
pembuatan VCO (Virgin Coconut Oil), dan ekstraksi minyak kedelai menggunakan pelarut.
2. Jenis – jenis bahan pertanian yang mengandung minyak/lemak adalah kelapa, kedelai, kemiri,
dan kacang tanah.
Daftar Pustaka
Apriyanto. (1989). Analisa Bahan Pangan dan Pertanian. Yogyakarta: PAU Pangan dan Gizi
UGM.
Astawan, Made. (2009). Sehat dengan Hidangan Kacang dan Biji-bijian. Jakarta: Penebar
Swadaya.
Candra, K.P. (2006). Aplikasi Fermentasi Menggunakan Saccharomyces cereviceae pada
Krim Kelapa untuk Ekstraksi Minyak. Jurnal Teknologi Pertanian, 1(2): 68-73.
Herlina, N. (2002). Lemak dan Minyak. Library usu.
Ketaren. (1986). Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI-Press.
Maison, M. (1984). Pembuatan Minyak Kelapa dari Daging Buah Kelapa Segar. Jakarta:
Dewaruci Press Bekerja sama dengan Pemda DKI Jakarta.
Riko Aditya. (2014). Optimasi Pembuatan Virgin Coconut Oil (VCO) dengan Penambahan
Ragi Roti (Saccharomyces cereviceae) dan dalam Fermentasi dengan VCO pancingan.
Jurnal Rekayasa Pangan Vol. 2 No. 2 , 51-52.
Rindengan, B., & Novarianto, H. (2005). Pembuatan dan Pemanfaatan Minyak Kelapa
Murni. Jakarta: Swadaya.
Rusmanto D.P. (2004). Ananlisis Kualitatif dan Kuantitatif Minyak Kelapa Hasil Ekstraksi
Secara Fermentasi. Bogor: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut
Pertanian Bogor.
Setiaji B. & Prayugo S. (2006). Membuat VCO Berkualitas Tinggi. Depok: Penebar Swadaya.
Tamzil, A. (2009). Pengaruh Pelarut Heksan dan Etanol, Volume Pelarut, dan Waktu
Ekstraksi Terhadap Hasil Ekstraksi Minyak Kopi. Jurnal Teknik Kimia Vol 6.
Zulkifli, M. (2014). Sabun Dari Distilat Asam Lemak Minyak Sawit. Bogor: Jurnal Pangan
dan Agroindustri.
LAMPIRAN

Gambar 1. Pencampuran kelapa parut dengan air Gambar 2. Proses penyaringan

Gambar 3. Hasil dari penyaringan Gambar 4, Proses pendiaman


Gambar 5. Proses pendiaman setelah penambahan ragi 1%

Anda mungkin juga menyukai