A. DEFINISI
Dengue ialah suatu infeksi arbovirus (arthrop-borne virus) akut, ditularkan oleh
nyamuk spesies Aedes (FK UI, 1985, hlm. 607). Dengue Haemorrhagic Fever (DHF)
adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue sejenis virus yang tergolong arbovirus
dan masuk kedalam tubuh penderita melalui gigitan nyamuk aedes aegypti (betina). DHF
terutama menyerang anak, remaja, dan dewasa dan seringkali menyebabkan kematian
Demam dengue (DF) adalah penyakit febris-virus akut, seringkali disertai dengan
sakit kepala, nyeri tulang atau sendi dan otot, ruam dan leukopenia sebagai gejalanya.
Demam berdarah dengue (DHF) ditandai oleh emapat manifestasi klinis utama: demam
tinggi, fenomena hemoragik, sering dengan hepatomegali dan pada kasus berat, tanda-
tanda kegagalan sirkulasi. Dapat mengalami syok hipovolemik yang diakibatkan oleh
kebocoran plasma. Syok ini disebut sindrom syok dengue (DSS) dan dapat menjadi fatal
DHF (Dengue Haemoragic Fever) adalah penyakit yang disebabkan oleh karena
virus dengue yang termasuk golongan abrovirus melalui gigitan nyamuk Aedes Aegygti
betina. Penyakit ini biasa disebut Demam Berdarah Dengue (Hidayat, 2006). Dengue
Hemorrhagic fever (DHF) atau Demam berdarah dengue adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti
(Nursalam, 2005).
DHF adalah penyakit yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam,
nyeri otot dan sendi yang disertai leucopenia, dengan atau tanpa ruam (rash) dan
(Noer, 2000).
Demam berdarah dengue adalah penyakit akut dengan ciri-ciri demam manifestasi
(Mansjoer, 2000).
Penyakit Demam Berdarah Dengue ( DBD ) merupakan penyakit endemis di
Indonesia dan sampai saat ini masih merupakan masalah utama kesehatan masyarakat.
Penyakit Demam Berdarah disebabkan oleh infeksi virus Dengue yang akut dan
ditandai dengan panas mendadak selama 2 – 7 hari tanpa sebab yang jelas disertai dengan
manifestasi perdarahan, seperti petekie, epistaxis kadang disertai muntah darah, berak
B. ETIOLOGI
1. Virus dengue
macam kultur jaringan baik yang berasal dari sel – sel mamalia, maupun sel – sel
Arthropoda misalnya sel aedes Albopictus. (Soedarto, 1990; 36). Diketahui ada
empat jenis virus yang mengakibatkan demam berdarah yaitu DEN-1, DEN-2,
Yaitu nyamuk aedes aegypti, nyamuk aedes albopictus, aedes polyne siensis, infeksi
dengan salah satu serotipe akan menimbulkan antibodi seumur hidup terhadap
serotipe bersangkutan tetapi tidak ada perlindungan terhadap serotipe jenis yang
3. Host (pembawa)
Jika seseorang mendapat infeksi dengue untuk pertama kalinya maka ia akan
mungkin untuk terinfeksi virus dengue yang sama tipenya maupun virus dengue tipe
lainnya.
Manifestasi klinis pada DHF yang timbul bervariasi berdasarkan derajat DHF
dengan masa inkubasi antara 13-15 hari. Penderita biasanya mengalami demam akut
(suhu meningkat tiba-tiba), sering disertai menggigil, saat demam pasien kompos
mentis.
Fase pertama yang relatif ringan dengan demam mulai mendadak, malaise
muntah, nyeri kepala, anoreksia, dan batuk. Pada fase kedua penderita biasanya
menderita ekstremitas dingin, lembab, badan panas, maka merah, keringat banyak,
gelisah, iritabel, dan nyeri mid-epigastrik. Seringkali ada petekie tersebar pada dahi
dan tungkai, ekimosis spontan mungkin tampak, dan mudah memar serta berdarah
pada tempat fungsi vena adalah lazim. Ruam makular atau makulopopular mungkin
muncul dan mungkin ada sianosis sekeliling mulut dan perifer. Nadi lemah cepat dan
kecil dan suara jantung halus. Hati mungkin membesar sampai 4-6 cm dibawah tepi
costa dan biasanya keras agak nyeri. Kurang dari 10% penderita ekimosis atau
perdarahan saluran cerna yang nyata, biasanya pasca masa syok yang tidak terkoreksi.
Selain demam dan perdarahan yang merupakan ciri khas DHF, gambaran klinis
lain yang tidak khas dan biasa dijumpai pada penderita DHF adalah:
1. Keluhan pada saluran pernapasan seperti batuk, pilek, sakit waktu menelan
2. Keluhan pada saluran pencernaan seperti mual, muntah, tidak nafsu makan
3. Keluhan sistem tubuh yang lain seperti nyeri atau sakit kepala, nyeri pada otot,
tulang dan sendi (break bone fever), nyeri otot abdomen, nyeri ulu hati, pegal-
pegal pada seluruh tubuh, kemerahan pada kulit, kemerahan (fushing) pada muka,
pembengkakan sekitar mata, lakrimasi dan fotofobia, otot-otot sekitar mata sakit
Patokan WHO (1975) untuk menegakkan diagnosis DHF adalah sebagai berikut:
3. Perbesaran hati
4. Renjatan yang ditandai dengan nadi lemah, cepat disertai tekanan darah menurun
(tekanan sistolik menjadi 80 mmHg atau kurang dan diastolik 20 mmHg atau
kurang), disertai kulit yang teraba dingin dan lembab terutama pada ujung hidung,
Gambaran klinis kemungkinan terjadinya renjatan hari ke-3 sampai hari ke-7:
1. Perubahan sensorik dan nyeri perut
7. EKG abnormal
8. Hipotensi
1. Derajat I
2. Derajat II
Deajat I dan disertai perdarahan spontan pada kulit atau ditempat lain.
3. Derajat III
Ditemukan kegagalan sirkulasi, yaitu nadi cepat dan lemah, tekanan darah rendah
(hipotensi), gelisah, sianosis sekitar mulut, hidung, dan ujung jari (tanda-tanda
dini renjatan)
4. Derajat IV
Renjatan berat (DSS) dengan nadi tak teraba dan tekanan darah tidak dapat diukur.
D. PATOFISIOLOGI
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk ke dalam tubuh penderita adalah
viremia yang mengakibatkan penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot,,
pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau bintik-bintik merah pada kulit (petekie), hiperemi
tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening,
renjatan (syok).
hematokrit menjadi penting untuk patokan pembesaran cairan intravena. Oleh karena itu
pada penderita DHF sangat dianjurkan untuk memantau hematokrit darah berkala untuk
𝐴−𝐵
𝑥 100% = 𝐶
𝐵
Keterangan:
B = Ht saat pulang
C = prosentase hematokrit
kebocoran plasma terah teratasi sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi
kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya edema paru dan gagal jantung.
Sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan mengalami
kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami
renjatan.
Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama akan timbul anoksia jaringan,
metabolik asidosis dan kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik.
seluruh alat tubuh, seperti di kulit, paru, saluran pencernaan dan jaringan adrenal. Hati
umumnya membesar dengan perlemakan dan koagulasi nekrosis pada daerah sentral atau
Dehidrasi
Hemoragik Permeabilitas
diastensis vaskular Derajat I
meningkat
Hemokonsentrasi
Kebocoran
Hipoproteinemia
Plasma
Efusi Serosa
Hiponatremia Derajat II
Hipovolemia Peningk Penurunan
atan ekskresi
reabsorb Na+ urine
si air &
Hipotens dan Na+ peningkata
a oleh n
ginjal osmolalitas
Syok
Derajat III
Hipoksia Derajat IV
jaringan
DIC Asidosis
metabolik
Perdarahan Masif
Kematian
1. Darah
a. Trombosit menurun.
b. HB meningkat lebih 20 %.
c. HT meningkat lebih 20 %.
g. NA dan CL rendah
lengan atas sampai titik tengah antara tekanan sistolik dan diasolik selama 5
menit. Tes dianggap positif bila ada petekie 20 atau lebih per 2,5 cm (1 inchi).
Tes mungkin negatif atau positif ringan selama fase syok berat. Ini biasanya
menjadi positif kuat, bila tes dilakukan setelah pemulihan dari syok.
F. PENATALAKSANAAN
3. Minum banyak (2-2,5 liter/24 jam) dapat berupa: susu, teh manis, sirop dan beri
penderita oralit, pemberian cairan merupakan hal yang paling penting bagi
penderita DHF.
4. Pemberian cairan intravena (biasanya Ringer Laktat, NaCl faali). Ringer Laktat
mEq/liter, K+,4 mEq/liter, korektor basa 28 mEq/liter, Cl- 109 mEq/liter dan Ca++ 3
mEq/liter.
5. Monitor tanda-tanda vital tiap 3 jam (suhu, nadi, tensi, pernapasan) jika kondisi
dokter)
10. Monitor tanda-tanda dini renjatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda
11. Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam (kolaborasi dengan dokter)
Pengkajian
1. Identitas pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang
dari 15 tahun), jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidikan
2. Keluhan utama
Keluhan yang biasanya pada pasien DHF datang ke rumah sakit adalah panas
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak dengan disertai menggigil dan saat
demam kesadaran kompos mentis. Panas turun terjadi antara hari ke-3 dan ke-7,
dan anak semakin lemah. Kadang-kadang disertai keluhan batuk pilek, nyeri telan,
mual, muntah, anoreksia, diare atau konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan
persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata terasa pegal, serta adanya
manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau hematemasis.
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak biasanya mengalami
5. Riwayat imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemumgkinan akan
6. Riwayat gizi
Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi. Semua anak dengan status
gizi baik maupun buruk dapat berisiko, apabila ada faktor predisposisinya. Anak
yang menderita DHF sering mengalami keluhan mual, muntah,dan nafsu akan
menurun. Apabila kondisi ini berlanjut dan tidak disertai pemenuhan nutrisi yang
mencukupi, maka anak dapat mengalami penurunan berat badan sehingga status
7. Kondisi lingkungan
Sering terjadi pada daerah yang padat penduduknya dan lingkumgan yang kurang
8. Pola kebiasaan
c. Eliminasi BAK : perlu dikaji apakah sering kencing, sedikit atau banyak, sakit
d. Tidur dan istirahat : anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami
sakit atau nyeri otot dan persendian sehingga kualitas dan kuantitas tidur
aegypti. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk
menjaga kesehatan.
9. Pemeriksaan fisik
Meliputi inspeksi, auskultasi, palpasi, perkusi dari ujung rambut sampai ujung
a. Kesadaran : Apatis
e. Telinga : simetris, bersih tidak ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran
g. Mulut : mukosa mulut kering, bibir kering, dehidrasi, ada perdarahan pada
h. Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, kekakuan leher tidak ada, nyeri
telan.
i. Dada
Perkusi : Sonor
j. Abdomen :
Perkusi : tympani
k. Ekstrimitas : sianosis, ptekie, echimosis, akral dingin, nyeri otot, sendi tulang
Adanya peteki pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin dan
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy), mata
IV. Pada mulut didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarahan
Bentuk simetris dan kadang-kadang sesak. Pada fhoto thorax terdapat adanya
cairan yang tertimbun pada paru sebelah kanan, (efusi pleura), rales, ronchi,
c. Abdomen
d. Ekstremitas : akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi, serta tulang.
(veremia).
ekstraseluler.
3. Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan penumpukan cairan dirongga paru
(effusi pleura).
penyakit).
I. INTERVENSI KEPERAWATAN
yang timbul
Pasien bebas dari Memberikan terapi cairan Pemberian cairan sangat penting bagi
haluaran.
dada.
kebutuhan sehubungan dengan mual, muntah, anoreksia, dan sakit saat menelan.
Tujuan Intevensi Rasional
masih hangat.
sering.
Kebutuhan nutrisi
Menjelaskan manfaat Meningkatkan pengetahuan pasien
pasien terpenuhi,
makanan/nutrisi bagi pasien tentang nutrisi sehingga motivasi
pasien
terutama pada saat pasien untuk makan meningkat.
mampumenghabiskan
sakit.
makanan sesuai
Mencatat jumlah/porsi Untuk mengetahui pemenuhan
dengan porsi yang
makanan yang dihabiskan nutrisi pasien.
diberikan/dibutuhkan.
oleh pasien setiap hari.
dengan trombositopenia.
terjadinya perdarahan.
Tidak terjadi tanda-
Memberikan penjelasan Keterlibatan keluarga dengan
tanda perdarahan
kepada pasien/keluarga untuk segera melaporkan terjadinya
lebih lanjut (secara
segara melapor jika ada perdarahan (nyata) akan
klinis)
tanda-tanda perdarahan lebih membantu pasien mendapatkan
melena, epistaxis.
berpegangan erat.
tenang.
berkurang atau untuk berkomunikasi dengan orang terdekat atau teman membuat
nyeri.
WHO. Demam Berdarah Dengue: Diagnosa, Pengobatan, Pencegahan, dan Pengendalian 2th
Hastuti, Oktri.2008. Demam Berdarah Denngue: Penyakit & Cara Pencegahannya (1 vols).
Candra, Aryu.2010. Demam Berdarah Dengue: Epidemiologi, Patogenesis, dan Faktor Risiko