Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji
syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat,
itu tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih
terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena
itu, dengan lapang dada saya membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang
dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca
Penulis
1
DAFTAR ISI
2
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai salah satu dari pelaku
ekonomi dalam sistem perekonomian nasional dimana seluruh atau sebagian
besar modalnya berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan, ikut berperan
dalam menghasilkan barang dan/atau jasa yang diperlukan dalam rangka
mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat. Selain itu, BUMN
juga semakin berperan dalam hal sebagai pelopor dalam sektor-sektor usaha
yang belum diminati oleh swasta, pelaksana pelayanan publik, penyeimbang
kekuatan-kekuatan swasta besar dan turut membantu pengembangan usaha kecil
dan koperasi, serta sebagai salah stau sumber penerimaan Negara yang
signifikan dalam bentuk berbagai jenis pajak, dividen, dan hasil privatisasi.
Semakin besarnya peranan BUMN sebagai bagian dari sistem
perekonomian nasional menunjukkan betapa pentingnya kedudukan BUMN
sekarang ini. Untuk itu, maka perlulah kita untuk memahami bagaimana proses
pendirian, pengurusan, pengawasan, dan pembubaran BUMN.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan BUMN?
2. Apa dasar hukum yang mendasari pendirian, pengurusan, pengawasan, dan
pembubaran BUMN ?
3. Bagaimana proses pendirian, pengurusan, pengawasan, dan pembubaran
BUMN?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian, bentuk, dan tujuan dari BUMN
2. Mengetahui dasar hokum dan memahami proses dalam pendirian,
pengurusan, pengawasan, dan pembubaran BUMN
3
BAB II
Pembahasan
A. Dasar hukum
1. Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas
3. Undang -undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
4. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
5. Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara
6. Peraturan pemerintah Nomor 45 tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan,
Pengawasan, dan Pembubaran BUMN
B. Pengertian BUMN
Berdasarkan PP No. 45 tahun 2005, BUMN adalah badan usaha yang
seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan
secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.
Bentuk BUMN antara lain:
1. Persero
Persero adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang
modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 % (lima
puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang
tujuan utamanya mengejar keuntungan.
Organ persero terdiri dari RUPS, Direksi, dan Komisaris
2. Perum
Perum adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak
terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa
penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus
mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan
Organ Perum terdiri dari Menteri, Direksi, dan Dewan Pengawas.
Tujuan pendirian BUMN :
a. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional
pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya
b. Mengejar keuntungan
4
c. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang
dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat
hidup orang banyak
d. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan
oleh sektor swasta dan koperasi
e. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha
golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat.
C. Pendirian BUMN
Sesuai dengan UU No. 19 tahun 2003 , BUMN didirikan dengan maksud :
1. Memberikan sumbangan bagi perekonomian nasional pada umumnya dan
penerimaan Negara pada khususnya
2. Mengejar keuntungan
3. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau
jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang
banyak
4. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang dapat dilaksanakan oleh
sektor swasta dan koperasi
5. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan
ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat
Pendirian BUMN ditetapkan dengan peraturan pemerintah, dimana dalam
peraturan pemrintah tersebut setidaknya memuat :
1. Penetapan pendirian BUMN
2. Maksud dan tujuan didirikan BUMN
3. Penetapan besarnya penyertaan besarnya kekayaan Negara yang dipisahkan
dalam rangka pendirian BUMN
6
Anggaran dasar Perum memuat sekurang-kurangnya:
1. Nama dan tempat kedudukan
2. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha
3. Jangka waktu berdiri
4. Besarnya modal
5. Susunan dan jumlah anggota Direksi dan Dewan Pengawas serta komposisi
Dewan Pengawas
6. Tata cara pemilihan, pengangkatan, dan pemberhentian anggota Direksi dan
Dewan Pengawas
7. Tata cara penyelenggaraan rapat Direksi dan rapat Dewan Pengawas
8. Tata cara penggunaan laba
9. Ketentuan-ketentuan lain menurut Peraturan Pemerintah ini.
7
umum (public service obligation) serta peraturan perundang-undangan yang
mengharuskan dilakukan perubahan anggaran dasar Perum.
Yang dimaksud dengan “perubahan anggaran dasar Perum yang
berkaitan dengan perubahan modal dilakukan berdasarkan ketentuan mengenai
tata cara penambahan penyertaan modal Negara pada BUMN” adalah ketentuan
yang diatur dalam peraturan pemerintah sebagai pelaksanaan Pasal 4 Undang-
undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.
Penulisan / penentuan nama untuk Persero atau Perum tidaklah bisa
dilakukan secara sembarangan. Atas penulisan nama ini pun sudah diatur dalam
PP No. 45 tahun 2005. Ketentuan mengenai penulisan nama Persero maupun
Peru mini dimaksudkan untuk membedakan mana yang merupakan perusahaan
milik Negara dan mana yang merupakan perusahaan milik swasta. Berikut
aturan penulisan nama baik untuk Persero maupun Perum.
1. Penulisan nama Persero dilakukan sebagai berikut:
a) Dalam hal penulisan nama Persero dilakukan secara lengkap, maka
didahului dengan perkataan “Perusahaan Perseroan (Persero)”, diikuti
dengan singkatan “PT” dan kemudian diikuti dengan nama perusahaan
b) Dalam hal penulisan nama Persero dilakukan secara singkat, maka
kata “(Persero)” dicantumkan setelah singkatan “PT” dan nama
perusahaan.
2. Nama Perum didahului dengan perkataan “Perusahaan Umum (Perum)”
atau dapat disingkat “Perum” yang dicantumkan sebelum nama
perusahaan.
D. Pengurusan BUMN
Sekalipun BUMN adalah milik Negara, akan tetapi pembinaan dan
pengelolaan BUMN tetepa didasarkan pada prinsip – prinsip perusahaan yang
sehat. Selain tunduk pada peraturan yang berlaku terhadap BUMN, para Direksi
BUMN juga berpegang teguh pada penerapan prinsip good corporate
governance, yaitu :
8
1. Transparansi
: Keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan
keterbukaan dalam mengungkapkan informasi material dan relevan
mengenai perusahaan.
2. Kemandirian
: Keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan
kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai
dengan peraturan perundang – undangan dan prinsip – prinsip korporasi
yang sehat.
3. Akuntabilitas
: Kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban organ
sehingga pengelolaan perusahaan dapat dilaksanakan secara efektif.
4. Pertanggungjawaban
: Suatu keadaan dimana stiap apa keputusan atau tindakan yang diambil
/ dilakukan dapat dipertanggungjawabkan, ada kejelasannya.
5. Kewajaran
: Kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan
perundang – undangan dan prinsip – prinsip korporasi yang sehat.
9
ketentuan uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) hanya berlaku bagi
calon anggota Direksi yang mewakili pemerintah.
Jika dinyatakan lulus uji maka direksi harus menandatangani kontrak
manajemen. Kontrak manajemen berisikan janji-janji atau pernyataan calon
anggota Direksi, yaitu apabila diangkat/diangkat kembali menjadi anggota
Direksi antara lain akan memenuhi segala target yang ditetapkan oleh
RUPS/Menteri dan menerapkan prinsip-prinsip good corporat
governance.Dalam hal direksi terdiri lebih dari satu orang maka salah satunya
diangkat sebagai Direktur Utama.
Anggota Direksi dilarang memangku jabatan rangkap sebagai:
1. Anggota Direksi pada BUMN lain, badan usaha milik daerah, dan badan
usaha milik swasta
2. Jabatan struktural dan fungsional lainnya dalam instansi/lembaga pemerintah
pusat dan daerah
3. Jabatan lainnya sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-
undangan
4. Jabatan lain yang dapat menimbulkan benturan kepentingan.
10
Jika pada Persero yang memiliki kekuasaan tertinggu adalah RUPS
maka dalam Perum yang memiliki kekuasaan tertinggi atas perum adalah
Menteri
2. Direksi
Direksi adalah orang/perseorangan yang diberikan wewenang untunk
mengurus BUMN.
Direksi wajib menyiapkan rancangan Rencana Jangka Panjang yang
merupakan rencana strategis yang memuat sasaran dan tujuan BUMN yang
hendak dicapai dalam jangka waktu 5 (lima) tahun. Selanjutnya, Rancangan
Rencana Jangka Panjang yang telah ditandatangani bersama dengan
Komisaris/Dewan Pengawas disampaikan kepada RUPS untuk Persero dan
Menteri untuk Perum untuk memperoleh pengesahan. Rencana Jangka
Panjang tersebut sekurang-kurangnya memuat:
a. Evaluasi pelaksanaan Rencana Jangka Panjang sebelumnya
b. Posisi BUMN pada saat penyusunan Rencana Jangka Panjang
c. Asumsi-asumsi yang dipakai dalam penyusunan Rencana Jangka Panjang
d. Penetapan misi, sasaran, strategi, kebijakan dan program kerja Rencana
Jangka Panjang.
11
berkala Direksi sewaktu-waktu dapat pula memberikan laporan khusus
kepada Komisaris dan/atau RUPS untuk Persero atau kepada Dewan
Pengawas dan/atau Menteri untuk Perum.
E. Pengawasan BUMN
Pengawasan BUMN adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh
Komisaris/Dewan Pengawas untuk menilai BUMN dengan cara
membandingkan antara keadaan yang sebenarnya dengan keadaan yang
seharusnya dilakukan, baik dalam bidang keuangan dan/atau dalam bidang
teknis dan operasional.
Pengawasan Pesero dilakukan oleh Komisaris sedangkan untuk Perum
dilakukan oleh Dewan Pengawas. Pengangkatan dan pemberhentian Komisaris
dilakukan oleh RUPS sedangkan untuk Dewan Pengawas dilakukan oleh
Menteri.
Anggota Komisaris dan Dewan Pengawas dilarang memangku jabatan
rangkap sebagai :
1. Anggota Direksi pada BUMN, badan usaha milik daerah, badan usaha milik
swasta
2. Jabatan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
3. Jabatan lain yang dapat menimbulkan benturan kepentingan.
13
1. Tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik
2. Tidak melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan dan/atau
ketentuananggaran dasar
3. Terlibat dalam tindakan yang merugikan BUMN dan/atau Negara
4. Dinyatakan bersalah dengan putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan
hukum yang tetap
5. Mengundurkan diri.
Ketua dari komite audit adalah anggota komite audit yang merupakan
anggota Komisaris atau Dewan Pengawas dan jika ternyata ada anggota dari
komite audit yang merupakan anggota atau bagian dari institusi lain maka
institusi asal dari anggota komite audit itu tidak diperbolehkan untuk
memberikan jasa untuk BUMN.
Komite audit bertugas untuk:
a) Membantu Komisaris/Dewan Pengawas dalam memastikan efektivitas
sistem pengendalian intern dan efektivitas pelaksanaan tugas eksternal
auditor dan internal auditor
b) Menilai pelaksanaan kegiatan serta hasil audit yang dilaksanakan oleh
Satuan Pengawasan Intern maupun auditor eksternal
c) Memberikan rekomendasi mengenai penyempurnaan sistem
pengendalian manajemen serta pelaksanaannya
d) Memastikan telah terdapat prosedur review yang memuaskan terhadap
segala informasi yang dikeluarkan perusahaan
15
e) Melakukan identifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian
Komisaris/Dewan Pengawas serta tugas-tugas Komisaris/Dewan
Pengawas lainnya.
3. Komite Lain
Komisaris dan Dewan Pengawas dapat membentuk komite lain untuk
membantu tugas Komisaris/Dewan Pengawas. Ketentuan lebih lanjut
mengenai komite lain ini diatur dengan Peraturan Menteri.
F. Pembubaran BUMN
Sebagaimana pendiriannya, pembubaran BUMN juga ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah. Untuk pembubaran Persero, pembubarannya
harus dilakukan sesuai dengan ketentuan dan prinsip – prinsip yang diatur
didalam peraturan perundang – undangan yang mengatur tentang Perseroan
Terbatas.
Pembubaran Perseroan terjadi:
a. Berdasarkan keputusan RUPS
Usulan atas pembubaran Persero yang didasarkan pada keputusan
RUPS dapat diajukan baik oleh Menteri BUMN maupun Menteri teknis
:
1) Dalam hal usulan atas pembubaran BUMN ini diajukan oleh Menteri
BUMN, maka usulan ini disampaikan kepada Presiden disertai
dengan dasar pertimbangan yag telah dikaji bersama dengan Menteri
Keuangan. Pengkajian atas rencana pembubaran Persero ini juga
dapat mengikutkan Menteri Teknis, Menteri lain, dan/atau pimpinan
instansi lain yang dianggap perlu dengan ataupun tanpa menggunakan
konsultan independen.
2) Dalam hal usulan atas pembubaran BUMN ini diajukan oleh Menteri
Teknis, maka sebelum usulan ini disampaikan kepada Presiden maka
usulan pembubaran Persero tersebut disampaikan dulu kepada
Menteri BUMN untuk selanjutnya dilakukan pengkajian yang
dikoordinasikan oleh Menteri BUMN.
Pembubaran Perseroan tidak mengakibatkan Perseroan kehilangan
status badan hokum sampai dengan selesainya likuidasi dan
pertanggungjawaban likuidator diterima oleh RUPS atau pengadilan.
16
Sejak saat pembubaran maka dalam setiap surat yang dikeluarkan oleh
Perseroan dicantumkan kata “dalam likuidasi” di belakang nama
Perseroan. Pembubaran Perseroandimulai sejak saat yang ditetapkan
dalam keputusan RUPS.
b. Karena jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam anggaran dasar
telah berakhir
secara hukum, jika jangka waktu berdirinya sebagaimana tercantum
dalam anggaran dasar Perseroan maka dilakukan pembubaran Perseroan.
Dan paling lambat 30 hari setelahnya, RUPS sudah harus menunjuk
likuidator.
c. Berdasarkan penetapan pengadilan
selain menetapkan Pembubaran Persero, pengadilan juga melakukan
penunjukan likuidator untuk Persero yang dibubarkan tersebut.
Pengadilan negeri dapat membubarkan Perseroan atas:
1) Permohonan kejaksaan berdasarkan alasan Perseroan melanggar
kepentingan umum atau
2) Perseroan melakukan perbuatan yang melanggar peraturan
perundang-undangan
3) Permohonan pihak yang berkepentingan berdasarkan alasan adanya
cacat hukum dalam akta pendirian
4) Permohonan pemegang saham, Direksi atau Dewan Komisaris
berdasarkan alas an
5) Perseroan tidak mungkin untuk dilanjutkan
d. Dengan dicabutnya kepailitan berdasarkan putusan pengadilan niaga
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, harta pailit Perseroan tidak
cukup untuk membayar biaya kepailitan
e. Karena harta pailit Perseroan yang telah dinyatakan pailit berada dalam
keadaan insolvensi sebagaimana diatur dalam undang-undang tentang
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
f. Karena dicabutnya izin usaha Perseroan sehingga mewajibkan Perseroan
melakukan likuidasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
17
Dalam jangka waktu paling lambat 30 hari terhitung sejak tanggal
pembubaran Perseroan, likuidator wajib memberitahukan:
1) Kepada semua kreditor mengenai pembubaran Perseroan dengan cara
mengumumkan pembubaran Perseroan dalam surat kabar dan Berita
Negara Republik Indonesia
2) Pembubaran Perseroan kepada Menteri untuk dicatat dalam daftar
Perseroan bahwa Perseroan dalam likuidasi.
Pembubaran Perum dapat terjadi karena hal – hal berikut, antara lain :
a. Ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah berdasarkan usulan Menteri
b. Jangka waktu berdiri yang ditetapkan dalam anggaran dasar telah
berakhir
18
Paling lambat 1 tahun sebelum jangka waktu berdirinya Perum
berakhir sebagaimana tertera dalam anggaran dasar Perum maka Menteri
dapat mengajukan usulan perpanjangan jangka waktu berdirinya Perum
kepada Presiden. Namun jika usulan itu tidak ditetapka oleh Presiden
hingga waktu berdirinya Perum berakhir maka pada tanggal ituPerum
bubar. Namun, jika Menteri tidak melakukan pengajuan perpanjagan
Perum maka Menteri maka Menteri mengajukan rancangan Peraturan
Pemerintah mengenai Pembubaran Perum kepada Presiden
c. Penetapan pengadilan
Pengadilan dapat membubarkan Perum dimana permohonan
kejaksaan dalam rangka pembubaran Perum didasarkan pada alasan
kuat bahwa Perum melanggar kepentingan umum.Dalam penetapan
pengadilan ini juga ditetapkan pula penunjukan likuidator.
d. Dicabutnya putusan pernyataan pailit oleh Pengadilan Niaga sebab harta
pailit Perum tidak cukup untuk membayar biaya kepailitan
e. Perum dalam keadaan tidak mampu membayar (insolven) sebagaimana
diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
kepailitan.
Dalam hal Perum bubar, maka Perum tidak dapat melakukan perbuatan
hukum kecuali diperlukan untuk membereskan kekayaannya dalam proses
likuidasi.Tindakan pemberesan ini meliputi:
1) Pencatatan dan pengumpulan kekayaan Perum
2) Penentuan tata cara pembagian kekayaan
3) Pembayaran kepada para kreditor
4) Pembayaran sisa kekayaan hasil likuidasi kepada Menteri
19
5) Tindakan-tindakan lain yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan
pemberesan kekayaan
20
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa Persero dan
Perum sebagai bentuk dari BUMN yang merupakan badan usaha yang seluruh
atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara
langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan, memiliki tujuan
umum yaitu untuk memajukan kesejahteraan rakyat.
Dan karena tujuan dan sumber pendanaan BUMN ini maka pengelolaan
BUMN tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Dan karena itu ditetapkanlah
Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan,
Pengawasan, dan Pembubaran BUMN.Dengan adanya Peraturan Pemerintah ini
maka dalam rrangka pengelolaan BUMN tidak boleh menyalahi aturan yang
sudah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah tersebut begitu juga aturan
hokum yang mengatur tentang BUMN ini sebagaimana telah disebutkan dalam
bab 2 Pembahasan bagian A. mengenai Dasar Hukum.
21
Daftar Pustaka
22