Anda di halaman 1dari 22

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, puji

syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat,

Hidayah, dan Inayah-Nya sehingga kami dapat merampungkan penyusunan makalah

Hukum Bisnis dengan judul “BUMN”tepat pada waktunya.

Penyusunan makalah semaksimal mungkin saya upayakan dan didukung

bantuan berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam penyusunannya. Untuk

itu tidak lupa saya mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

membantu kami dalam merampungkan makalah ini.

Namun tidak lepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih

terdapat kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa dan aspek lainnya. Oleh karena

itu, dengan lapang dada saya membuka selebar-lebarnya pintu bagi para pembaca yang

ingin memberi saran maupun kritik demi memperbaiki makalah ini.

Akhirnya penyusun sangat mengharapkan semoga dari makalah sederhana ini

dapat diambil manfaatnya dan besar keinginan kami dapat menginspirasi para pembaca

untuk mengangkat permasalahan lain yang relevan pada makalah-makalah selanjutnya.

Pekanbaru, 04 desember 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... 1


DAFTAR ISI ......................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ............................................................................ 3
B. Rumusan Masalah ....................................................................... 3
C. Tujuan ......................................................................................... 3
BABII PEMBAHASAN
A. Dasar Hukum .............................................................................. 4
B. Pengertian BUMN ...................................................................... 4
C. Pendirian BUMN ........................................................................ 5
D. Pengurusan BUMN ..................................................................... 8
E. Pengawasan BUMN .................................................................... 13
F. Pembubaran BUMN.................................................................... 16
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................ 22

2
BAB I
Pendahuluan

A. Latar Belakang
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sebagai salah satu dari pelaku
ekonomi dalam sistem perekonomian nasional dimana seluruh atau sebagian
besar modalnya berasal dari kekayaan Negara yang dipisahkan, ikut berperan
dalam menghasilkan barang dan/atau jasa yang diperlukan dalam rangka
mewujudkan sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat. Selain itu, BUMN
juga semakin berperan dalam hal sebagai pelopor dalam sektor-sektor usaha
yang belum diminati oleh swasta, pelaksana pelayanan publik, penyeimbang
kekuatan-kekuatan swasta besar dan turut membantu pengembangan usaha kecil
dan koperasi, serta sebagai salah stau sumber penerimaan Negara yang
signifikan dalam bentuk berbagai jenis pajak, dividen, dan hasil privatisasi.
Semakin besarnya peranan BUMN sebagai bagian dari sistem
perekonomian nasional menunjukkan betapa pentingnya kedudukan BUMN
sekarang ini. Untuk itu, maka perlulah kita untuk memahami bagaimana proses
pendirian, pengurusan, pengawasan, dan pembubaran BUMN.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan BUMN?
2. Apa dasar hukum yang mendasari pendirian, pengurusan, pengawasan, dan
pembubaran BUMN ?
3. Bagaimana proses pendirian, pengurusan, pengawasan, dan pembubaran
BUMN?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian, bentuk, dan tujuan dari BUMN
2. Mengetahui dasar hokum dan memahami proses dalam pendirian,
pengurusan, pengawasan, dan pembubaran BUMN

3
BAB II
Pembahasan

A. Dasar hukum
1. Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas
3. Undang -undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
4. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
5. Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara
6. Peraturan pemerintah Nomor 45 tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan,
Pengawasan, dan Pembubaran BUMN

B. Pengertian BUMN
Berdasarkan PP No. 45 tahun 2005, BUMN adalah badan usaha yang
seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan
secara langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan.
Bentuk BUMN antara lain:
1. Persero
Persero adalah BUMN yang berbentuk perseroan terbatas yang
modalnya terbagi dalam saham yang seluruh atau paling sedikit 51 % (lima
puluh satu persen) sahamnya dimiliki oleh Negara Republik Indonesia yang
tujuan utamanya mengejar keuntungan.
Organ persero terdiri dari RUPS, Direksi, dan Komisaris
2. Perum
Perum adalah BUMN yang seluruh modalnya dimiliki negara dan tidak
terbagi atas saham, yang bertujuan untuk kemanfaatan umum berupa
penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan sekaligus
mengejar keuntungan berdasarkan prinsip pengelolaan perusahaan
Organ Perum terdiri dari Menteri, Direksi, dan Dewan Pengawas.
Tujuan pendirian BUMN :
a. Memberikan sumbangan bagi perkembangan perekonomian nasional
pada umumnya dan penerimaan negara pada khususnya
b. Mengejar keuntungan
4
c. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang
dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat
hidup orang banyak
d. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang belum dapat dilaksanakan
oleh sektor swasta dan koperasi
e. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha
golongan ekonomi lemah, koperasi, dan masyarakat.

C. Pendirian BUMN
Sesuai dengan UU No. 19 tahun 2003 , BUMN didirikan dengan maksud :
1. Memberikan sumbangan bagi perekonomian nasional pada umumnya dan
penerimaan Negara pada khususnya
2. Mengejar keuntungan
3. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan barang dan/atau
jasa yang bermutu tinggi dan memadai bagi pemenuhan hajat hidup orang
banyak
4. Menjadi perintis kegiatan-kegiatan usaha yang dapat dilaksanakan oleh
sektor swasta dan koperasi
5. Turut aktif memberikan bimbingan dan bantuan kepada pengusaha golongan
ekonomi lemah, koperasi dan masyarakat
Pendirian BUMN ditetapkan dengan peraturan pemerintah, dimana dalam
peraturan pemrintah tersebut setidaknya memuat :
1. Penetapan pendirian BUMN
2. Maksud dan tujuan didirikan BUMN
3. Penetapan besarnya penyertaan besarnya kekayaan Negara yang dipisahkan
dalam rangka pendirian BUMN

Yang dimaksud pendirian BUMN meliputi :


1. Pembentukan Perum atau Persero baru
Dalam hal pendirian persero ini haruslah dilakukan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perseroan terbatas.
Khusus untuk pendirian Perum, Peraturan Pemerintah tersebut memuat pula
anggaran dasar Perum bersangkutan dan penunjukan Menteri selaku wakil
pemerintah sebagai pemilik modal.
5
2. Perubahan bentuk unit instansi pemerintah menjadi BUMN
Dalam hal pendirian BUMN dilakukan dengan mengalihkan unit
instansi pemerintah menjadi BUMN, maka dalam peraturan pemerintah
tentang pendirian BUMN yang dimaksud, dimuat ketentuan bahwa seluruh
atau sebagian kekayaan, hak dan kewajiban unit instansi pemerintah tersebut
beralih menjadi kekayaan, hak dan kewajiban BUMN yang didirikan.
3. Perubahan bentuk badan hukum BUMN
4. Pembentukan BUMN sebagai akibat dari peleburan Persero dan Perum.
Dari hal diatas, maka dapat dilihat bahwa pendirian BUMN tidak hanya
dilakukan dengan membentuk Persero atau Perum yang baru, tetapi juga
dapat dilakukan dengan ketiga cara lain di atas. Pendirian BUMN dilakukan
dengan memperhatikan ketentuan mengenai tata cara penyertaan modal
dalam rangka pendirian BUMN.

Di dalam pendiriannya BUMN haruslah memiliki anggaran dasar.


BUMN memiliki tempat kedudukan di dalam wilayah Indonesia, dimana
ketentuan mengenai tempat kedudukan BUMN tersebut diungkapkan didalam
anggaran dasar. Begitu juga dengan jangka waktu berdirinya BUMN juga
tercantum di dalam anggaran dasarnya. Berikut rincian apa saja yang termuat
dalam anggaran dasar baik untuk Persero maupun Perum.

Anggaran dasar Persero memuat sekurang-kurangnya :


1. Nama dan tempat kedudukan Perseroan
2. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha Perseroan
3. Jangka waktu berdirinya Perseroan
4. Besarnya jumlah modal dasar, modal ditempatkan, dan modal disetor
5. Jumlah saham, klasifikasi saham apabila ada berikut jumlah saham untuk tiap
klasifikasi, hak-hak yang melekat pada setiap saham, dan nilai nominal setiap
saham
6. Nama jabatan dan jumlah anggota Direksi dan Dewan Komisaris
7. Penetapan tempat dan tata cara penyelenggaraan RUPS
8. Tata cara pengangkatan, penggantian, pemberhentian anggota Direksi dan
Dewan Komisaris
9. Tata cara penggunaan laba dan pembagian dividen.

6
Anggaran dasar Perum memuat sekurang-kurangnya:
1. Nama dan tempat kedudukan
2. Maksud dan tujuan serta kegiatan usaha
3. Jangka waktu berdiri
4. Besarnya modal
5. Susunan dan jumlah anggota Direksi dan Dewan Pengawas serta komposisi
Dewan Pengawas
6. Tata cara pemilihan, pengangkatan, dan pemberhentian anggota Direksi dan
Dewan Pengawas
7. Tata cara penyelenggaraan rapat Direksi dan rapat Dewan Pengawas
8. Tata cara penggunaan laba
9. Ketentuan-ketentuan lain menurut Peraturan Pemerintah ini.

Dalam hal terjadi perubahan anggaran dasar Persero maka perubahan


anggaran dasar tersebut harus ditetapkan dalam RUPS dan acara mengenai
perubahan anggaran dasar tersebut harus dicantumkan dalam panggilan RUPS
secara jelas. Atas perubahan anggaran dasar tersebut haruslah memperolaeh
persetujuan dari Menteri.
Dalam hal terjadi perubahan anggran dasar Perum, inisitif pengusulan
atas perubahan anggran dasar ini dapat berasal dari Menteri Teknis maupun dari
Menteri BUMN.
1. Jika usulan atas perubahan anggaran dasar Perum ini berasal dari Menteri
BUMN maka usulan ini langsung disampaikan kepada presiden disertai
dengan dasar pertimbangan yang telah dikaji bersama dengan menteri teknis
atau dapat juga dalam pengkajian ini menyertakan Menteri/Pimpinan
lembala lain apabila hal ini dianggap perlu.
2. Jika usulan atas perubahan anggaran dasar ini berasal dari Menteri Teknis
maka usulan ini harus disampaikan terlebih dahulu kepada Menteri untuk
kemudian dilakukan pengkajian atas usulan tersebut yang dikoordinaskan
oleh Menteri . Jika usulan tersebut dianggap layak maka, selanjutnya usulan
tersebut akan disampaikan kepada Presiden.

Keterlibatan Menteri Teknis dalam proses perubahan anggaran dasar


Perum diperlukan sehubungan dengan terjadinya perubahan kebijakan sektoral
di tempat BUMN melakukan kegiatan usaha, adanya kewajiban pelayanan

7
umum (public service obligation) serta peraturan perundang-undangan yang
mengharuskan dilakukan perubahan anggaran dasar Perum.
Yang dimaksud dengan “perubahan anggaran dasar Perum yang
berkaitan dengan perubahan modal dilakukan berdasarkan ketentuan mengenai
tata cara penambahan penyertaan modal Negara pada BUMN” adalah ketentuan
yang diatur dalam peraturan pemerintah sebagai pelaksanaan Pasal 4 Undang-
undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara.
Penulisan / penentuan nama untuk Persero atau Perum tidaklah bisa
dilakukan secara sembarangan. Atas penulisan nama ini pun sudah diatur dalam
PP No. 45 tahun 2005. Ketentuan mengenai penulisan nama Persero maupun
Peru mini dimaksudkan untuk membedakan mana yang merupakan perusahaan
milik Negara dan mana yang merupakan perusahaan milik swasta. Berikut
aturan penulisan nama baik untuk Persero maupun Perum.
1. Penulisan nama Persero dilakukan sebagai berikut:
a) Dalam hal penulisan nama Persero dilakukan secara lengkap, maka
didahului dengan perkataan “Perusahaan Perseroan (Persero)”, diikuti
dengan singkatan “PT” dan kemudian diikuti dengan nama perusahaan
b) Dalam hal penulisan nama Persero dilakukan secara singkat, maka
kata “(Persero)” dicantumkan setelah singkatan “PT” dan nama
perusahaan.
2. Nama Perum didahului dengan perkataan “Perusahaan Umum (Perum)”
atau dapat disingkat “Perum” yang dicantumkan sebelum nama
perusahaan.

D. Pengurusan BUMN
Sekalipun BUMN adalah milik Negara, akan tetapi pembinaan dan
pengelolaan BUMN tetepa didasarkan pada prinsip – prinsip perusahaan yang
sehat. Selain tunduk pada peraturan yang berlaku terhadap BUMN, para Direksi
BUMN juga berpegang teguh pada penerapan prinsip good corporate
governance, yaitu :

8
1. Transparansi
: Keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan
keterbukaan dalam mengungkapkan informasi material dan relevan
mengenai perusahaan.
2. Kemandirian
: Keadaan dimana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan
kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai
dengan peraturan perundang – undangan dan prinsip – prinsip korporasi
yang sehat.
3. Akuntabilitas
: Kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban organ
sehingga pengelolaan perusahaan dapat dilaksanakan secara efektif.
4. Pertanggungjawaban
: Suatu keadaan dimana stiap apa keputusan atau tindakan yang diambil
/ dilakukan dapat dipertanggungjawabkan, ada kejelasannya.
5. Kewajaran
: Kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan
perundang – undangan dan prinsip – prinsip korporasi yang sehat.

Kepengurusan BUMN dilaksanakan oleh Direksi. Pengangkatan dan


pemberhentian Direksi dilakukan oleh RUPS untuk Persero dan Menteri unuk
Perum. Orang atau perseorangan yang dapat diangkat untuk menjadi direksi
adalah seseorang yang memiliki keahlian, integritas, kepemimpinan, kejujuran,
pengalaman, perilaku yang baik serta memiliki dedikasi yang tinggi untuk
memajukan dan mengembangkan perusahaan. Selain itu, calon direksi BUMN
haruslah orang yang mampu melakukan perbuatan hukum (cakap hukum) dan
tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi anggota direksi atau komisari atau
dewan pengawas yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu perseroan atau
perum dinyatakan pailit atau orang yang tidak pernah dihukum karena
melakukan tindak pidana yag merugikaan Negara.
Untuk dapat diangkat sebagai direksi BUMN, maka orang tersebut
haruslah lulus uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) yang
dilaksanakan oleh sebuah tim atau lembaga professional yang ditunjuk oleh
Menteri. Untuk BUMN yang tidak seluruh sahamnya dimiliki oleh negara,

9
ketentuan uji kelayakan dan kepatutan (fit and proper test) hanya berlaku bagi
calon anggota Direksi yang mewakili pemerintah.
Jika dinyatakan lulus uji maka direksi harus menandatangani kontrak
manajemen. Kontrak manajemen berisikan janji-janji atau pernyataan calon
anggota Direksi, yaitu apabila diangkat/diangkat kembali menjadi anggota
Direksi antara lain akan memenuhi segala target yang ditetapkan oleh
RUPS/Menteri dan menerapkan prinsip-prinsip good corporat
governance.Dalam hal direksi terdiri lebih dari satu orang maka salah satunya
diangkat sebagai Direktur Utama.
Anggota Direksi dilarang memangku jabatan rangkap sebagai:
1. Anggota Direksi pada BUMN lain, badan usaha milik daerah, dan badan
usaha milik swasta
2. Jabatan struktural dan fungsional lainnya dalam instansi/lembaga pemerintah
pusat dan daerah
3. Jabatan lainnya sesuai dengan ketentuan dalam peraturan perundang-
undangan
4. Jabatan lain yang dapat menimbulkan benturan kepentingan.

Jabatan anggota Direksi berakhir apabila:


1. Meninggal dunia
2. Masa jabatannya berakhir
3. Diberhentikan berdasarkan keputusan RUPS/Menteri
4. Tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai anggota Direksi berdasarkan
ketentuan Peraturan Pemerintah No. 45 tahun 2005 dan peraturan perundang-
undangan lainnya.

Berikut adalah penjelasan tentang kepengurusana BUMN :


1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dan Menteri
RUPS adalah organ persero ynag miliki kekuasaan tertinggi dalam
Persero dan memegang segala wewenang yang tidak diserahkan kepada
Direksi atau Komisaris. RUPS berwenang untuk mengangkat dan
memberhentikan anggota Direksi, menetapkan jumlah anggota Direksi,
mengesahkan rencana kerja dan anggaran perusahaan, dan melakukan
perubahan rencana kerja dan anggaran perusahaan.

10
Jika pada Persero yang memiliki kekuasaan tertinggu adalah RUPS
maka dalam Perum yang memiliki kekuasaan tertinggi atas perum adalah
Menteri

2. Direksi
Direksi adalah orang/perseorangan yang diberikan wewenang untunk
mengurus BUMN.
Direksi wajib menyiapkan rancangan Rencana Jangka Panjang yang
merupakan rencana strategis yang memuat sasaran dan tujuan BUMN yang
hendak dicapai dalam jangka waktu 5 (lima) tahun. Selanjutnya, Rancangan
Rencana Jangka Panjang yang telah ditandatangani bersama dengan
Komisaris/Dewan Pengawas disampaikan kepada RUPS untuk Persero dan
Menteri untuk Perum untuk memperoleh pengesahan. Rencana Jangka
Panjang tersebut sekurang-kurangnya memuat:
a. Evaluasi pelaksanaan Rencana Jangka Panjang sebelumnya
b. Posisi BUMN pada saat penyusunan Rencana Jangka Panjang
c. Asumsi-asumsi yang dipakai dalam penyusunan Rencana Jangka Panjang
d. Penetapan misi, sasaran, strategi, kebijakan dan program kerja Rencana
Jangka Panjang.

Direksi juga wajib menyiapkan rancangan Rencana Kerja dan Anggaran


Perusahaan yang merupakan penjabaran tahunan dari Rencana Jangka
Panjang. Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan ini sekurang-kurangnya
memuat:
a. Misi, sasaran usaha, strategi usaha, kebijakan perusahaan, dan program
kerja/kegiatan
b. Anggaran perusahaan yang dirinci atas setiap anggaran program
kerja/kegiatan
c. Proyeksi keuangan perusahaan dan anak perusahaannya
d. Hal-hal lain yang memerlukan keputusan RUPS untuk Persero dan
Menteri untuk Perum.

Selain itu, Direksi wajib menyiapkan laporan berkala yang memuat


pelaksanaan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan.Laporan berkala
tersebut meliputi laporan triwulanan dan laporan tahunan. Selain laporan

11
berkala Direksi sewaktu-waktu dapat pula memberikan laporan khusus
kepada Komisaris dan/atau RUPS untuk Persero atau kepada Dewan
Pengawas dan/atau Menteri untuk Perum.

Laporan keuangan Persero harus memuat sekurang-kurangnya:


a. Laporan keuangan yang terdiri atas sekurang-kurangnya neraca akhir
tahun buku yang baru lampau dalam perbandingan dengan tahun buku
sebelumnya, laporan laba rugi dari tahun buk u yang bersangkutan,
laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas, serta catatan atas
laporan keuangan tersebut
b. Laporan mengenai kegiatan Perseroan
c. Laporan pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
d. Rincian masalah yang timbul selama tahun buku yang mempengaruhi
kegiatan usaha Perseroan
e. Laporan mengenai tugas pengawasan yang telah dilaksanakan oleh
Dewan Komisaris selama tahun buku yang baru lampau
f. Nama anggota Direksi dan anggota Dewan Komisaris
g. Gaji dan tunjangan bagi anggota Direksi dan gaji atau honorarium dan
tunjangan bagi anggota Dewan Komisaris Perseroan untuk tahun yang
baru lampau.

Laporan keuangan Perum memuat sekurang-kurangnya :


a. Perhitungan tahunan yang terdiri dari neraca akhir tahun buku yang baru
lampau dan perhitungan laba rugi dari tahun buku yang bersangkutan
serta penjelasan atas dokumen tersebut
b. Neraca gabungan dan perhitungan laba rugi gabungan dari perusahaan
yang tergabung dalam satu grup, disamping neraca dan perhitungan laba
rugi dari masing-masing perusahaan tersebut
c. Laporan mengenai keadaan dan jalannya Perum, serta hasil yang telah
dicapai
d. Kegiatan utama Perum dan perubahan selama tahun buku;

3. Komisaris/ Dewan Pengawas


Komisaris / Dewan Pengawas adalah organ Persero/Perum yang berugas
melakukan pengawasan dan memberikan nasehat kepada Direksi dalam
12
menjalankan kegiatan kepengurusan BUMN. Komisaris diangkat dan
diberhentikan oleh RUPS, sedangkan Dewan Pengawas diangkat dan
diberhentikan oleh Menteri.
Orang perseorangan dapat diangkat menjadi Komisaris / Dewan
Pengawas apabila memiliki integritas, dedikasi, memahami masalah –
masalah manajemen perusahaan yang berkaitan dengan salah satu fungsi
manajemen, memiliki pengetahuan yang memadai di bidang usaha
perusahaan, da dapat menyediakan waktu yang cukup untuk melaksanakan
tugasnya. Selain itu, mereka harus mampu melaksanakan perbuatan hukum
dan tidak pernah dinyatakan pailit atau dinyataka bersalah menyebabkan
suatu Persero atau Perum pailit atau tidak pernah dihukum karena
melakukan tindakan yang mengakibatkan kerugian keuangan Negara.

E. Pengawasan BUMN
Pengawasan BUMN adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh
Komisaris/Dewan Pengawas untuk menilai BUMN dengan cara
membandingkan antara keadaan yang sebenarnya dengan keadaan yang
seharusnya dilakukan, baik dalam bidang keuangan dan/atau dalam bidang
teknis dan operasional.
Pengawasan Pesero dilakukan oleh Komisaris sedangkan untuk Perum
dilakukan oleh Dewan Pengawas. Pengangkatan dan pemberhentian Komisaris
dilakukan oleh RUPS sedangkan untuk Dewan Pengawas dilakukan oleh
Menteri.
Anggota Komisaris dan Dewan Pengawas dilarang memangku jabatan
rangkap sebagai :
1. Anggota Direksi pada BUMN, badan usaha milik daerah, badan usaha milik
swasta
2. Jabatan lainnya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
3. Jabatan lain yang dapat menimbulkan benturan kepentingan.

Pemberhentian anggota Komisaris dan Dewan Pengawas dapat terjadi


sewaktu – waktu berdasarkan keputusan RUPS untuk Persero dan Menteri
untuk Perum dimana pemberhentian ini dapat dilakukan apabila berdasarkan
kenyataan, anggota Komisaris dan Dewan Pengawas yang bersangkutan:

13
1. Tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik
2. Tidak melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan dan/atau
ketentuananggaran dasar
3. Terlibat dalam tindakan yang merugikan BUMN dan/atau Negara
4. Dinyatakan bersalah dengan putusan pengadilan yang mempunyai kekuatan
hukum yang tetap
5. Mengundurkan diri.

Jabatan anggota Komisaris dan Dewan Pengawas berakhir apabila:


1. Meninggal dunia
2. Masa jabatannya berakhir
3. Diberhentikan berdasarkan keputusan RUPS untuk Persero dan Menteri
untuk Perum
4. Tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai anggota Komisaris dan Dewan
Pengawas berdasarkan ketentuan Peraturan Pemerintah ini dan peraturan
perundang-undangan lainnya.

Komisaris dan Dewan Pengawas bertugas untuk:


1. Melaksanakan pengawasan terhadap pengurusan BUMN yang dilakukan oleh
Direksi
2. Memberi nasihat kepada Direksi dalam melaksanakan kegiatan pengurusan
BUMN.

Untuk membantu kelancaran pelaksanaan tugasnya, Komisaris dan


Dewan Pengawas dapat mengangkat seorang sekretaris Komisaris/Dewan
Pengawas atas beban BUMN. Serta jika dianggap perlu, Komisaris dan Dewan
Pengawas dalam melaksanakan tugasnya juga dapat memperoleh bantuan
tenaga ahli untuk hal tertentu dan jangka waktu tertentu atas beban BUMN.
Selain Komisaris / Dewan Pengawas, BUMN juga memiliki unit
pengawas yang meliputi :
1. Satuan Pengawas Intern (SPI)
Satuan Pengawas Intern ini dibentuk di setiap BUMN. SPI dipimpin
oleh seorang kepala yang bertanggungjawab kepada Direktur Utama.
Berikut ini adalah tugas dari SPI :
a) Membantu Direktur Utama dalam melaksanakan pemeriksaan
operasional dan keuangan BUMN, menilai pengendalian, pengelolaan
14
dan pelaksanaannya pada BUMN serta memberikan saransaran
perbaikannya
b) Memberikan keterangan tentang hasil pemeriksaan atau hasil pelaksanaan
tugas Satuan Pengawasan Intern kepada Direktur Utama
c) memonitor tindak lanjut atas hasil pemeriksaan yang telah dilaporkan.
2. Komite Audit
Komite audit adalah sebuah komite yang dibentuk oleh
Komisaris/Dewan Pengawas yang bekerja secara kolektif dan membantu
dalam pelaksanaan tugas dari Komisaris/Dewan Pengawas. Komite audit
dipimpin oleh seorang kepala yang bertanggungjawab kepada
Komisaris/Dewan Pengawas.
Persyaratan untuk dapat diangkat sebagai anggota komite audit adalah:
a. Memiliki integritas yang baik dan pengetahuan serta pengalaman kerja
yang cukup di bidang pengawasan/pemeriksaan
b.Tidak memiliki kepentingan/keterkaitan pribadi yang dapat menimbulkan
dampak negatif dan konflik kepentingan terhadap BUMN yang
bersangkutan
c. Mampu berkomunikasi secara efektif.

Ketua dari komite audit adalah anggota komite audit yang merupakan
anggota Komisaris atau Dewan Pengawas dan jika ternyata ada anggota dari
komite audit yang merupakan anggota atau bagian dari institusi lain maka
institusi asal dari anggota komite audit itu tidak diperbolehkan untuk
memberikan jasa untuk BUMN.
Komite audit bertugas untuk:
a) Membantu Komisaris/Dewan Pengawas dalam memastikan efektivitas
sistem pengendalian intern dan efektivitas pelaksanaan tugas eksternal
auditor dan internal auditor
b) Menilai pelaksanaan kegiatan serta hasil audit yang dilaksanakan oleh
Satuan Pengawasan Intern maupun auditor eksternal
c) Memberikan rekomendasi mengenai penyempurnaan sistem
pengendalian manajemen serta pelaksanaannya
d) Memastikan telah terdapat prosedur review yang memuaskan terhadap
segala informasi yang dikeluarkan perusahaan

15
e) Melakukan identifikasi hal-hal yang memerlukan perhatian
Komisaris/Dewan Pengawas serta tugas-tugas Komisaris/Dewan
Pengawas lainnya.
3. Komite Lain
Komisaris dan Dewan Pengawas dapat membentuk komite lain untuk
membantu tugas Komisaris/Dewan Pengawas. Ketentuan lebih lanjut
mengenai komite lain ini diatur dengan Peraturan Menteri.

F. Pembubaran BUMN
Sebagaimana pendiriannya, pembubaran BUMN juga ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah. Untuk pembubaran Persero, pembubarannya
harus dilakukan sesuai dengan ketentuan dan prinsip – prinsip yang diatur
didalam peraturan perundang – undangan yang mengatur tentang Perseroan
Terbatas.
Pembubaran Perseroan terjadi:
a. Berdasarkan keputusan RUPS
Usulan atas pembubaran Persero yang didasarkan pada keputusan
RUPS dapat diajukan baik oleh Menteri BUMN maupun Menteri teknis
:
1) Dalam hal usulan atas pembubaran BUMN ini diajukan oleh Menteri
BUMN, maka usulan ini disampaikan kepada Presiden disertai
dengan dasar pertimbangan yag telah dikaji bersama dengan Menteri
Keuangan. Pengkajian atas rencana pembubaran Persero ini juga
dapat mengikutkan Menteri Teknis, Menteri lain, dan/atau pimpinan
instansi lain yang dianggap perlu dengan ataupun tanpa menggunakan
konsultan independen.
2) Dalam hal usulan atas pembubaran BUMN ini diajukan oleh Menteri
Teknis, maka sebelum usulan ini disampaikan kepada Presiden maka
usulan pembubaran Persero tersebut disampaikan dulu kepada
Menteri BUMN untuk selanjutnya dilakukan pengkajian yang
dikoordinasikan oleh Menteri BUMN.
Pembubaran Perseroan tidak mengakibatkan Perseroan kehilangan
status badan hokum sampai dengan selesainya likuidasi dan
pertanggungjawaban likuidator diterima oleh RUPS atau pengadilan.

16
Sejak saat pembubaran maka dalam setiap surat yang dikeluarkan oleh
Perseroan dicantumkan kata “dalam likuidasi” di belakang nama
Perseroan. Pembubaran Perseroandimulai sejak saat yang ditetapkan
dalam keputusan RUPS.
b. Karena jangka waktu berdirinya yang ditetapkan dalam anggaran dasar
telah berakhir
secara hukum, jika jangka waktu berdirinya sebagaimana tercantum
dalam anggaran dasar Perseroan maka dilakukan pembubaran Perseroan.
Dan paling lambat 30 hari setelahnya, RUPS sudah harus menunjuk
likuidator.
c. Berdasarkan penetapan pengadilan
selain menetapkan Pembubaran Persero, pengadilan juga melakukan
penunjukan likuidator untuk Persero yang dibubarkan tersebut.
Pengadilan negeri dapat membubarkan Perseroan atas:
1) Permohonan kejaksaan berdasarkan alasan Perseroan melanggar
kepentingan umum atau
2) Perseroan melakukan perbuatan yang melanggar peraturan
perundang-undangan
3) Permohonan pihak yang berkepentingan berdasarkan alasan adanya
cacat hukum dalam akta pendirian
4) Permohonan pemegang saham, Direksi atau Dewan Komisaris
berdasarkan alas an
5) Perseroan tidak mungkin untuk dilanjutkan
d. Dengan dicabutnya kepailitan berdasarkan putusan pengadilan niaga
yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap, harta pailit Perseroan tidak
cukup untuk membayar biaya kepailitan
e. Karena harta pailit Perseroan yang telah dinyatakan pailit berada dalam
keadaan insolvensi sebagaimana diatur dalam undang-undang tentang
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
f. Karena dicabutnya izin usaha Perseroan sehingga mewajibkan Perseroan
melakukan likuidasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

17
Dalam jangka waktu paling lambat 30 hari terhitung sejak tanggal
pembubaran Perseroan, likuidator wajib memberitahukan:
1) Kepada semua kreditor mengenai pembubaran Perseroan dengan cara
mengumumkan pembubaran Perseroan dalam surat kabar dan Berita
Negara Republik Indonesia
2) Pembubaran Perseroan kepada Menteri untuk dicatat dalam daftar
Perseroan bahwa Perseroan dalam likuidasi.

Kewajiban likuidator dalam melakukan pemberesan harta kekayaan


Perseroan dalam proses likuidasi meliputi pelaksanaan:
1) Pencatatan dan pengumpulan kekayaan dan utang Perseroan
2) Pengumuman dalam surat kabar dan Berita Negara Republik Indonesia
mengenai rencana pembagian kekayaan hasil likuidasi
3) Pembayaran kepada para kreditor
4) Pembayaran sisa kekayaan hasil likuidasi kepada pemegang saham
5) Tindakan lain yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan pemberesan
kekayaan.

Likuidator bertanggungjawab kepada RUPS atau pengadilan yang


mengangkatnya atas likuidasi perseroan yang dilakukan. Likuidator wajib
memberitahukan kepada Menteri dan mengumumkan hasil akhir proses
likuidasi dalam surat kabar setelah RUPS memberikan pelunasan dan
pembebasan kepada likuidator atau setelah pengadilan menerima
pertanggungjawaban likuidator yang ditunjuknya.
Selanjutnya Menteri BUMN akan mencatat berakhirnya status badan
hokum perseroan dan menghapus nama Perseroan dari daftar Perseroan.
Menteri BUMN mengumumkan berakhirnya status badan hukum perseroan
dalam Berita Negara Republik Indonesia.

Pembubaran Perum dapat terjadi karena hal – hal berikut, antara lain :
a. Ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah berdasarkan usulan Menteri
b. Jangka waktu berdiri yang ditetapkan dalam anggaran dasar telah
berakhir

18
Paling lambat 1 tahun sebelum jangka waktu berdirinya Perum
berakhir sebagaimana tertera dalam anggaran dasar Perum maka Menteri
dapat mengajukan usulan perpanjangan jangka waktu berdirinya Perum
kepada Presiden. Namun jika usulan itu tidak ditetapka oleh Presiden
hingga waktu berdirinya Perum berakhir maka pada tanggal ituPerum
bubar. Namun, jika Menteri tidak melakukan pengajuan perpanjagan
Perum maka Menteri maka Menteri mengajukan rancangan Peraturan
Pemerintah mengenai Pembubaran Perum kepada Presiden
c. Penetapan pengadilan
Pengadilan dapat membubarkan Perum dimana permohonan
kejaksaan dalam rangka pembubaran Perum didasarkan pada alasan
kuat bahwa Perum melanggar kepentingan umum.Dalam penetapan
pengadilan ini juga ditetapkan pula penunjukan likuidator.
d. Dicabutnya putusan pernyataan pailit oleh Pengadilan Niaga sebab harta
pailit Perum tidak cukup untuk membayar biaya kepailitan
e. Perum dalam keadaan tidak mampu membayar (insolven) sebagaimana
diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
kepailitan.

Dalam jangka waktu paling lambat 30 hari terhitung sejak tanggal


pembubaran Perum, likuidator wajib :
1) Mendaftarkan pembubaran Perum sesuai dengan peraturan perundang-
undangan di bidang wajib daftar perusahaan
2) Mengumumkan pembubaran Perum dalam 2 (dua) surat kabar harian
3) Memberitahukan kepada semua kreditornya dengan surat tercatat mengenai
bubarnya Perum.

Dalam hal Perum bubar, maka Perum tidak dapat melakukan perbuatan
hukum kecuali diperlukan untuk membereskan kekayaannya dalam proses
likuidasi.Tindakan pemberesan ini meliputi:
1) Pencatatan dan pengumpulan kekayaan Perum
2) Penentuan tata cara pembagian kekayaan
3) Pembayaran kepada para kreditor
4) Pembayaran sisa kekayaan hasil likuidasi kepada Menteri

19
5) Tindakan-tindakan lain yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan
pemberesan kekayaan

Likuidator yang ditunjuk oleh Menteri bertanggung jawab kepada


Menteri atas pelaksanaan Likuidasi Perum yang dilaksanakannya, sedangka
Likuidator yang ditunjuk oleh Pengadilan bertaanggung jawab kepada
Pengadilan.
Likuidator wajib mendaftarkan dalam Daftar Perusahaan dan
mengumumkan dalam Tambahan Berita Negara Republik Indonesia hasil
akhir proses likuidasi serta mengumumkannya dalam 2 (dua) surat kabar
harian dalam waktu paling lambat 30 (tiga puluh) hari setelah ditetapkannya
keputusan Menteri atau pengadilan mengenai persetujuan atas hasil akhir
likuidasi.

20
BAB III
Penutup

A. Kesimpulan
Dari uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa Persero dan
Perum sebagai bentuk dari BUMN yang merupakan badan usaha yang seluruh
atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara
langsung yang berasal dari kekayaan negara yang dipisahkan, memiliki tujuan
umum yaitu untuk memajukan kesejahteraan rakyat.
Dan karena tujuan dan sumber pendanaan BUMN ini maka pengelolaan
BUMN tidak bisa dilakukan secara sembarangan. Dan karena itu ditetapkanlah
Peraturan Pemerintah Nomor 45 tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan,
Pengawasan, dan Pembubaran BUMN.Dengan adanya Peraturan Pemerintah ini
maka dalam rrangka pengelolaan BUMN tidak boleh menyalahi aturan yang
sudah ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah tersebut begitu juga aturan
hokum yang mengatur tentang BUMN ini sebagaimana telah disebutkan dalam
bab 2 Pembahasan bagian A. mengenai Dasar Hukum.

21
Daftar Pustaka

Bahan Ajar Pengelolaan Investasi Negara.2010.Jakarta : Sekolah Tinggi Akuntansi


Negara
Undang -undang Nomor 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas
Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Badan Usaha Milik Negara
Peraturan pemerintah Nomor 45 tahun 2005 tentang Pendirian, Pengurusan,
Pengawasan, dan Pembubaran BUMN

22

Anda mungkin juga menyukai