Anda di halaman 1dari 65

4 Bapak Dr.Edy Putra Kelana, M.

Si selaku pembimbing satu yang telah

meluangkan waktu dan tenaga untuk memberikan bimbingan selama penulis

menyusun skripsi ini

5 Bapak Rahmad, S.Sos., MAP selaku pembimbing dua yang telah meluahkan

waktu dan tenaga untuk memberikan bimbingan selama penulis menyusun

skripsi ini

6 Dosen dan Staff Pengajar Program Studi Ilmu Administrasi Negara Universitas

Almuslim.

Semoga bantuan dan bimbingan yang telah diberikan mendapat balasan berlipat

ganda dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa skripsi ini benar akan kelengkapan

datanya dan informasi yang jauh dari cukup, analisis yang dangkal serta penyajian

yang kurang komunikatif. Dengan tulus penulis mengharapkan tanggapan baik yang

berupa kritik, saran ataupun kelengkapan data/informasi. Tanggapan tanggapan

tersebut akan menjadi bahan perbaikan/penyempurnaan skripsi ini di kemudian hari.

MatangGeulumpangDua, Agustus 2018


Penulis,

RAHMAWATI
NPM. 1404010015
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan diperlukan untuk meningkatkan harkat, martabat dan kesejahteraan

manusia, sekolah merupakan bagian dari pendidikan. Di sekolah inilah kegiatan

belajar mengajar berlangsung, ilmu pengetahuan diajarkan dan dikembangkan kepada

anak didik. Pendidikan moral, etika, mental, spiritual dan perilaku positif

ditumbuhkan guna membentuk kepribadian siswa, dan para guru serta siswa terlibat

secara interaktif dalam proses pendidikan. Sekolah tumbuh dan berkembang melalui

nilai disiplin dalam perilaku peserta didiknya, antara lain terdapatnya perilaku patuh

pada norma dan peraturan yang ada di sekolah.

Menurut Driyakarya dalam buku Ilmu Pendidikan (2011 : 01), menjelaskan

bahwa: Pendidikan merupakan gejala semesta (feneomena universal) dan berlangsung

sepanjang hayat manusia, di manapun manusia berada. Dimana ada kehidupan

manusia, disitu pasti ada pendidikan.Selain itu menurut UU No. 20 Tahun 2003

tentang sistem Pendidikan Nasional:Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar belajar dan proses pembelajaran agar peserta

didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasaan, akhlak, mulia serta

ketrampilann yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Remaja atau pelajar sendiri merupakan generasi penerus bangsa yang

diharapkan dapat merubah Indonesia lebih maju dan berkembang. Sebagai agen
perubahan remaja hendaknya bersikap atau melakukan tindakan-tindakan positif yang

membuat bakat dan minat remaja dapat disalurkan sesuai bidangnya yang diinginkan.

Dengan begitu remaja dapat terus berkarya dimana usia remaja dituntut untuk terus

berkarya karena usia remaja merupakan usia yang produktif. Dalam kaitanya ini

hendaknya baik guru maupun orang tua dapat memotivasi pelajar yang berada pada

usia remaja sehingga pelajar dapat terus mengeksploitasi kemampuaanya dibidang-

bidang yang positif.

Akan tetapi dalam perjalanannya ada masalah-masalah yang menghambat

keberlangsungan pendidikan di Indonesia khususnya pada pendidikan usia remaja.

Hal ini berkaitan dengan sistem pendidikan Indonesia yang masih kurang baik dalam

menjalankan program satuan pendidikan.Apalagi masa pelajar remaja ini sering

terjadi pergolakan emosi yang diiringi dengan pertumbuhan fisik dan psikis yang

bervariasi. Pada masa ini identik dengan lingkungan sosial yang berperan untuk

tempat berinteraksi dimana mereka dituntut untuk menyesuaikan diri. Sementara itu

aktifitasaktifitas disekolah tidak mewadahi untuk memenuhi gejolak energinya atau

keinginannya, maka sering kali pelajar meluapkan kelebihan energinya kearah yang

tidak positif, dengan meluapkan ke kegiatan-kegiatan yang yang menyimpang.

Disiplin sangat penting khususnya bagi perkembangan siswa dan diperlukan

supaya mereka dapat belajar dan berperilaku dengan cara yang dapat diterima

lingkungan dimana ia berada. Kedisiplinan merupakan kepatuhan terhadap peraturan

yang berlaku, terutama di lingkungan sekolah (Hurlock 1969:82). Dengan berdisiplin,

rasa malas, tidak teratur dan menentang akan dapat diatasi, sehingga siswa menyadari
bahwa dengan disiplin akan mempermudah kelancaran proses pendidikan, dan

suasana belajar yang kondusif, serta mereka akan menunjukkan perilaku disiplin yang

tinggi dalam dirinya.

Peningkatan mutu pendidikan di sekolah salah satunya melalui pencapaian hasil

belajar siswa dalam pembelajaran. Kegiatan pembelajaran dipengaruhi oleh dua

komponen yang penting yaitu guru dan siswa. Tugas guru menurut Hamalik (2013:

124) terkait sebagai pengajar yaitu guru bertugas menyampaikan pelajaran kepada

siswa agar siswa paham dengan baik dengan pengetahuan yang disampaikan. Terlihat

jelas guru merupakan komponen pokok keberhasilan belajar siswa karena guru yang

menyampaikan pengetahuan kepada siswa. telah dijelaskan oleh Tu’u (2004:37)

bahwa dengan disiplin yang muncul karena kesadaran diri, siswa berhasil dalam

belajarnya, tanpa disiplin yang baik suasana sekolah dan kelas menjadi kurang

kondusif bagi kegiatan pembelajaran. Secara positif disiplin memberi dukungan

lingkungan yang tenang dan tertib bagi proses pembelajaran, disiplin merupakan jalan

bagi siswa untuk sukses dalam belajar dan kelak ketika bekerja, karena kesadaran

akan pentingnya norma, aturan, kepatuhan dan ketaatan merupakan kunci kesuksesan

seseorang.

Fenomena membolos di kalangan pelajar bukanlah baru di sekolah. Hal tersebut

seringkali terjadi pada para siswa terutama di tingkat sekolah SMA yang berada di

Kecamatan Kutablang Kab Bireuen, Menurut pengamatan yang telah saya lihat anak

anak sekolah di Kecamatan Kutablang tersebut banyak yang berkeliaran di luar

sekolah saat jam pelajaran sedang berlangsung.


Menurut keterangan yang saya dapatkan dari salah seorang warga yang rumah

nya dekat dengan area sekolah mengatakan bahwa beliau sering melihat anak sekolah

yang duduk duduk di gubuk persawahan saat jam pelajaran berlangsung dan mereka

juga akan pulang setelah jam pelajaran selesai dan berdasarkan informasi yang saya

dapatkan dari beliau bahwa sudah pernah ada pemberitahuan kepada pihak sekolah

tetapi masih saja terjadi hal tersebut.

Kegiatan perilaku menyimpang pelajar yang kaitannya belum mengarah pada

tindak kriminalitas, maka kewenangan penanganannya oleh Satuan Polisi Pamong

Praja, namun bila telah memenuhi delik pidana misal; tawuran menyebabkan

jatuhnya korban hingga menyebabkan kematian atau korban luka karena

penganiayaan maka barulah menjadi kewenangan pihak Polri. Namun jika baru

sebatas potensi gangguan ketentraman dan ketertiban berkaitan kelulusan dengan aksi

corat-coret, bolos sekolah dengan main Playstation/Videogame di warnet maka belum

merupakan suatu delik kriminalitas, sehingga pelanggaran tersebut merupakan

pelanggaran ketentraman dan ketertiban masyarakat yang merupakan ranah dan

kewenangan Satuan Polisi Pamong Praja sebagai penegak peraturan daerah.

Hasil kegiatan pembinaan ketentranman masyarakat ini diantaranya adalah

tercipta kesamaan pandangan terkait pola tindak penanganan etika perilaku pelajar

didalam dan diluar sekolah yang menyimpang. Untuk bersama-sama menangani

kenakalan pelajar sesuai dengan proporsi dan kewenangan masing-masing. Harapan

yang sangat besar dari pihak sekolah adalah Satuan Polisi Pamong Praja turut

membantu dunia pendidikan melalui kegiatan patrol berkala untuk meminimalisasi


kegiatan pelajar yang mengarah pada perilaku menyimpang. Apalagi di warung kopi

dan tempat nongkrong yang dijadikan tempat berkumpul pelajar, warnet yang

biliknya dibuat tinggi dan tertutup, dan lain sebagainya

Dalam sejarah penyelenggaraan pemerintahan daerah, keberadaan Satuan

Polisi Pamong Praja (Satpol PP) selalu eksis dan tidak berubah. Sejak

diberlakukannya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 Tentang Pokok- Pokok

Pemerintahan di Daerah, kemudian diganti dengan Undang- Undang No. 22 Tahun

1999 Tentang Pemerintahan Daerah dan selanjutnya diganti dengan Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, selalu terdapat pasal yang

mengatur keberadaan Satuan Polisi Pamong Praja. Ini berarti ketika zaman terus

berubah, keberadaan Satuan Polisi Pamong Praja tidak pernah berubah, dan selalu

dibutuhkan dalam penyelenggaraan pemerintah daerah.

Hal tersebut sesuai dengan peran strategis Satuan Polisi Pamong Praja dalam

penyelenggaraan pemerintah daerah, yaitu sebagimana tercantum dalam Pasal 148

Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah yang

menyatakan bahwa :”Untuk membantu Kepala Daerah dalam menegakkan Peraturan

Daerah dan penyelenggaraan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat

dibentuklah Satuan Polisi Pamong Praja".

Selanjutnya pemerintah mengeluarkan undang undang terbaru yaitu uu no 23

tahun 2004 menyebutkan bahwa adanya perubahan tentang susunan dan kewenangan

pemerintah daerah yang meliputi pemerintahan daerah Privinsi,Kabupaten,dan

DPRD,berdasarkan UU NO.23 tahun 2004 kewenangan daerah meliputi :


a. Pemerintah daerah menyelenggarakan urusan pemerintahan menurut asas

otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas luas nya sesuai

dalam sistem NKRI

b. Pemerintah daerah melaksanakan urusan pemerintahan konkuren yang di

serahkan oleh pemerintah pusat menjadi dasar pelaksanaan otonomi daerah

berdasarkan atas asas dan tugas pembantuan

c. Pemerintah daerah dalam melaksanakan pemerintahan umum menjadi

kewenangan presiden dan pelaksaan nya di limpahkan kepada Gubernur dan

Bupati/Wali kota di biayai oleh APBN

Pendidikan sekolah dan pendidikan luar sekolah merupakan satu kesatuan

integral yang tidak dapat dipisahkan dari sistem pendidikan nasional.Apalagi kegiatan

pembinaan kententraman masyarakat ini yang dilakukan untuk pelajar ini masuk ke

dalam ranah Pendidikan Luar Sekolah (PLS).Bukan hanya satu ranah namun dua

ranah yaitu pemberdayaan masyarakat dan kepemudaan. Hal ini tentunya sangat

menambah kegiatan pembinaan kententraman untuk pelajar ini dilaksanakan sebagai

salah satu langkah mencegah kenakalan pelajar yang berada di wilayah Kabupaten

Bireuen.

Tugas dan tanggung jawab Satuan Polisi Pamong Praja di sampaikan oleh

Kasat Pol PP Aceh Bapak DEDY YUSWADI,AP di Kabupaten Aceh Tengah pada

tanggal 17 September 2017 “Satuan Polisi Pamong Praja mempunyai tugas

membantu kepala daerah untuk menciptakan suatu kondisi daerah yang tentram
,tertip,dan teratur sehingga penyelenggaraan roda pemerintahan dapat berjalan

dengan lancer dan masyarakat dapat melakukan kagiatan dengan aman. Oleh karena

itu, di samping menengakkan perda, Satuan Polisi Pamong Praja juga di tuntut untuk

menegakkan kebijakan pemerintah daerah lainnya yaitu peraturan kepala daerah“.

Menurut informasi yang di dapatkan dari Kepala Satuan Polisi Pamong Praja

Kabupaten Bireuen mereka memang mempuyai tugas dalam mengawasi pelajar yang

membolos di jam pelajaran dan aturan tersebut bersarkan intruksi Bupati Bireuen

mereka memang mempunyai tugas dalam mengawasi pelajar yang membolos di jam

pelajaran dan aturan tersebut berdasarkan kepada intruksi dari bupati Bireuen,Kasat

Pol dan Surat perintah tugas.Berdasarkan hal tersebut pola pengawasan yang

dilakukan oleh petugas satuan polisi pamong praja terhadap pelajar yang membolos

di jam pelajaran yaitu melalui patrol rutin dan intruksi pimpinan.

Tingkat kehadiran dari Anggota Satpol PP dalam menjalankan tugas di Kec

Kutablang merupakan hal yang sangat diperhatikan, karena ini merupakan salah satu

keterangan tingkat kedisiplinan dalam menjalankan tugas.Menurut informasi yang

saya dapatkan sangat jarang Satpol pp merazia pelajar yang ada di Kecamatan

Kutablang Kab Bireuen sehingga fenomena membolos sekolah di kalangan pelajar di

Kec Kutablang kerap di temukan.Meskipun ada pengawasan dari pihak sekolah tapi

fenomena membolos sekolah tidak juga hilang.

Apabila satpol pp sering melakukan razia atau pengawasan di Kec Kutablang

tentu pelajar akan berpikir dua kali untuk membolos sekolah,rendah nya minat belajar

juga menjadi salah satu faktor sehingga terdapat siswa yang membolos sekolah,setiap
siswa harus mempuyai tingkat kesadaran yang tinggi terhadap kedisiplinan dan di

bantu juga oleh pihak sekolah juga hrus mengupayakan agar siswa lebih giat dalam

belajar sehingga fenomena membolos sekolah ini berkurang atau bahkan bisa hilang,

Kedisiplinan yang berkaitan dengan aturan dan ketertiban menjadi salah satu faktor

yang mempengaruhi hasil belajar siswa

1.1 Rumusan Masalah

Didalam penulisan proposal ini yang menjadi rumusan masalah

1. Bangaimana Pola Pengawasan Dan Pembinaan Satuan Polisi Pamong Praja

(Satpol PP) Terhadap Kedisiplinan Pelajar Di Kecamatan Kuta Blang Kab

Bireuen.

2. Faktor Apa Yang Menghambat Pola Pengawasan Dan Pembinaan Satuan Polisi

Pamong Praja (Satpol PP) Tentang Disiplin Pelajar Di Kecamatan Kutablang

Kab Bireuen.

1.2 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui mengapa dan apa penyebab pengawasan dan pembinaan

disiplin pelajar dari pihak Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) sangat rendah di

kecamatan Kutablang Kab Bireuen.

1.4 Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan dan menambah

referensi di bidang ilmu administrasi negara dan memberikan informasi tentang


pengaruh pengawasan Satuan Polisi Pamong Praja ( satpol pp) terhadap kedisiplinan

pelajar. Dan penelitian ini dapat dijadikan sumber bacaan dan bahan kajian lebih

lanjut bagi penulis selanjutnya.

1.5 Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini memberikan manfaat bagi penulis untuk dapat

menambah wawasan dan pengetahuan tentang seberapa besar tingkat pengawasan

Satuan Polisi Pamong Praja ( satpol pp ) terhadap kedisiplinan pelajar.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian yang relevan dan sesuai dengan penelitian ini adalah penelitian yang

dilakukan oleh Anton Setiawan pada tahun 2013 dengan judul.” Pengaruh

Pengawasan Satuan Polisi Pamong Praja Terhadap Disiplin Siswa Di Kecamatan

Koto Baru Kabupaten Dharmasraya”.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

seberapa besar tingkat pengawasan Satuan Polisi Pamong Praja terhadap kedisiplinan

siswa di Kecamatan Koto Baru Kabupaten Dharmasraya serta faktor-faktor yang

mempengaruhinya. Berdasarkan data yang diperoleh di lapangan dan setelah di

analisa, penelitian ini dapat disimpulkan, bahwa pengawasan Satuan Polisi Pamong

Praja terhadap kedisiplinan siswa termasuk kategori “Kurang Terlaksana” yakni

dengan persentase 54,51 % yangberada diantara 40%-55%,faktor yang

mempengaruhi tugas pokok pengawasan Satuan Polisi Pamong Praja Di Kecamatan

Koto Baru Kabupaten Dharmasraya yaitu : (1) Pemahaman tugas Satuan Polisi

Pamong Praja Kurang terlaksana dalam pengawasan siswa membolos di jam

pelajaran. (2) kurang nya kesadaran akan tugas dan pekerjaan.

Selanjut nya penelitian ke dua di lakukan oleh Widi Aulia Rakhman pada tahun

2010 dengan judul “Peran Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten

Temanggung Terhadap Kenakalan Dan Kedisplinan Pelajar Di Kabupaten

Temanggung”.Berdasarkan pengamatan yang penulis lakukan pada tanggal 20 Mei

2010 sampai 25 Mei 2010 terlihat bahwa Satuan Polisi Pamong Praja tidak efektif
dalam menjalankan tugas.Penelitian ini menyimpulkan bahwa keberadaan Satuan

Polisi Pamong Praja di Kabupaten Temanggu tidak berperan aktif dalam mengatasi

kenakalan dan kedisiplinan pelajar di Kabupaten Temanggu sehingga permasalahan

tentang kenakalan dan kedisiplinan pelajar masih juga belum teratasi.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pelayanan Publik

Secara sederhana dalam arti konsep pelayanan berarti membicarakan tentang

cara yang dilakukan untuk memberikan servis atau jasa kepada orang yang

membutuhkan. Dalam pengertian secara etimologis, kata publik berasal dari bahasa

Inggris, yakni publik berarti masyarakat, umum, rakyat umum, orang banyak, dan

keperluan umum. Dalam Bahasa Indonesia, publik berarti orang banyak (umum).

Dengan demikian, pelayanan publik merupakan kegiatan membantu masyarakat

(stakeholders) dalam rangka memperoleh servis dan advis yang terkait dengan

kepentingan umum (orang banyak).

Pelayanan pada hakikatnya adalah serangkaian kegiatan, karena itu proses

pelayanan berlangsung secara rutin dan berkesinambungan, meliputi seluruh

kehidupan organisasi dalam masyarakat. Proses yang dimaksudkan dilakukan

sehubungan dengan saling memenuhi kebutuhan antara penerima dan pemberi

layanan.

Pelayanan publik adalah segala bentuk jasa pelayanan baik dalam bentuk

barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggungjawab dan
dilaksanakan oleh Instansi pemerintah di Pusat, di daerah dan di lingkungan Badan

Usaha Milik Negara (BUMN) atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), dalam

rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pendapat Boediono (

2003 : 60 ), bahwa pelayanan merupakan suatu proses bantuan kepada orang lain

dengan cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan interpersonal

agar terciptanya kepuasan dan keberhasilan.Dalam kamus Bahasa Indonesia (1990),

pelayanan publik dirumusakan sebagai berikut:

a. Pelayanan adalah perihal atau cara melayani

b. Pelayanan adalah kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli

barang dan jasa.

c. Pelayanan medis merupakan pelayanan yang diterima seseorang suatu

gangguan kesehatan tertentu

d. Public berarti orang banyak (umum)

Menurut Philip Kotler sebagaimana dikutip dalam buku Sampara Lukman

mengemukakan pandangannya mengenai konsep pelayanan sebagai berikut

“Pelayanan merupakan setiap tindakan atau pelaksanaan yang dapat diberikan

oleh suatu pihak kepada pihak lain yang pada dasarnya menunjukkan tidak nyata dan

tidak mengakibatkan kekuasaan atas segala sesuatunya”.

Hasil dari pelayanan ini dapat atau tidak dapat dikaitkan dengan produk fisik.

Pandangan Kotler tersebut dapat dipahami bahwa pada hakikatnya pelayanan adalah
setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan

menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik.

Disamping konsep pelayanan diatas, dalam memahami konsep pelayanan

publik maka juga harus diketahui mengenai konsep publik. Inu Kencana

mendefinisikan publik yakni:

“Sejumlah manusia yang memiliki kebersamaan berpikir, perasaan, harapan, dan

tindakan yang benar dan baik berdasarkan nilai-nilai norma yang mereka memiliki.

Oleh karena itu pelayanan publik diartikan sebagai setiap kegiatan yang dilakukan

oleh pemerintah terhadap sejumlah manusia yang memiliki setiap kegiatan yang

menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan

meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik.”

H. Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik Sudrajat juga mengemukakan

pengertian pelayanan publik sebagai berikut:

“Pelayanan publik adalah pelayanan yang diberikan oleh pemerintah sebagai


penyelenggara negara terhadap masyarakatnya guna memenuhi kebutuhan
masyarakat itu sendiri dan memiliki tujuan untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat “

Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, Pasal 1

Angka 1 dirumuskan:

“Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka


pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan
bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa dan/atau pelayanan
administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik “

Berdasarkan defenisi pelayanan di atas dapatlah disimpulkan bahwa

pelayanan adalah kegiatan yang dilakukan oleh organisasi atau instansi yang
ditujukan untuik kepentingan masyarakat yang dapat berbentuk uang, barang, ide,

atau gagasan ataupun surat-surat atas dasar keikhlasan, rasa senang, jujur,

mengutamakan rasa puas bagi yang menerima layanan. Menurut Kurniawan ( dalam

Sinambela : 2006 : 5 ) pelayanan publik diartikan sebagai pemberi pelayanan (

melayani ) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada

organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang ditetapkan.

2.2.2 Standar Pelayanan Publik

Berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No.63

Tahun 2003 tentang pedoman umum penyelenggaran pelayanan publik, standar

pelayanan sekurang-kurangnya meliputi:

1. Prosedur Pelayanan

Prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan

termasuk pengaduan.

2. Waktu Penyelesaian

Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan

sampai dengan penyelesaian termasuk pengaduan.

3. Biaya Pelayanan

Biaya/tarif pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan dalam proses

pemberian layanan.
4. Produk Pelayanan

Hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah

ditetapkan.

5. Sarana dan Prasarana

Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh

peyelenggaraan pelayanan publik.

6. Kompetensi Petugas Pemberi Pelayanan Publik

Kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat sesuai

berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap dan prilaku yang

dibutuhkan.

Dalam pelayanan terdapat beberapa faktor pendukung yang penting , antara

lain faktor kesadaran, aturan, organisasi, keterampilan petugas, dan sarana, Urainnya

adalah sebagai berikut ;

1. Faktor kesadaran, yaitu kesadaran para pejabat serta petugas yang

berkecimpung dalam kegiatan pelayanan. Kesadaran pegawai pada segala

tingkatan terhadap tugas yang menjadi tanggung jawabnya, membawa

dampak sangat positif terhadap organisasi. Ia akan menjadi sumber

kesungguhannya dan disiplin dakan melaksanakan tugas, sehingga hasilnya

dapat diharapkan melalui standar yang telah ditetapkan

2. Faktor aturan, aturan dalam organisasi yang menjadi landasan kerja

pelayanan. Aturan ini mutlak kebenarannya agar orgnaisasi dan pekerjaan

dapat berjalan lancar teratur dan terarah. Agar peraturan dapat mencapai apa
yang dimaksud, maka ia harus dipahami oleh semua orang yang bertugas

dalam bidang yang diatur dengan disertai displin yang tinggi.

3. Faktor organisasi, yaitu merupakan alat serta sistem yang memungkinkan

berjalannya mekanisme kegiatan pelayanan. Sebagai suatu sistem, organisasi

merupakan alat yagn efektif dalam usaha pencapaian tujuan, dalam hal ini

pelayanan yang baik dan memuaskan. Agar organisasi berfungsi dengan baik

perlu ada pembagian, baik dalam hal organisasi maupun tugas pekerjaan

sampai pada jenis organisasi atau pekerjaan yang paling kecil.

4. Faktor pendapatan, pendapatan pegawai yang berfungsi sebagai pendukung

pelaksana pelayanan. Pendapatan yang cukup akan memotivasi pegawai

dalam melaksanakan pekerjaan dengan baik sehingga ia tidak melakukan

penyimpangan yang dapat merugikan organisasi

5. Faktor keterampilan tugas, yaitu kemampuan dan keterampilan para pegawai

dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan.

6. Faktor sarana sarana yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas pekerjaan

layanan. Sarana terbagi atas dua macam: pertama, sarana kerja meliputi

peralatan, perlengkapan, dan alat bantu; kedua, fasilitas meliputi segala

kelengkapannya dengan fasilitas komunikasi dan segala kemudahan lainnya.


2.2.3 Bentuk Pelayanan Publik

Pemerintah melalui lembaga dan segenap aparaturnya bertugas menyediakan

dan menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat. Adapun kegiatan yang

dilakukan oleh aparat pemerintah terdiri dari berbagai macam bentuk. Dalam

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara No. 63 Tahun 2003, pelayanan

publik dibagi berdasarkan 3 kelompok, yaitu:

1. Kelompok Pelayanan Administratif, yaitu bentuk pelayanan yang

menghasilkan berbagai macam dokumen resmi yang dibutuhkan oleh

masyarakat atau publik. Misalnya status kewarnegaraan, kepemilikan, dan

lain-lain. Dokumen-dokumen ini antara lain KTP.

2. Kelompok Pelayanan Barang, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai

bentuk/ jenis barang yang digunakan publik. Misalnya penyediaan tenaga

listrik, air bersih, dan lain-lain.

3. Kelompok Pelayanan Jasa, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai

bentuk jasa yang dibutuhkan publik. Misalnya pendidikan, pelayanan

kesehatan, penyelenggaraan transportasi, dan lain-lain.

Dalam konteks ini, pelayanan yang dimaksud adalah pelayanan masyarakat

yang merupakan bantuan atau pertolongan yang diberikan pemerintah atau organisasi

publik kepada masyarakat secara materi maupun non materi.Pelayanan umum

dilaksanakan dalam suatu rangkaian kegiatan terpadu yang bersifat sederhana,

terbuka, lancar, tepat, lengkap, wajar, dan terjangkau. Keputusan Menteri


Pendayagunaan Aparatur Negara ( Men PAN ) Nomor 81 Tahun 1993 mengutarakan

pula bahwa pelayanan umum mengandung unsur-unsur sebagai berikut :

1. Hak dan Kewajiban bagi pemberi maupun penerima pelayanan umum harus

jelas dan diketahui secara pasti oleh masing-masing pihak.

2. Pengaturan setiap bentuk pelayanan umum harus disesuaikan dengan kondisi

kebutuhan dan kemampuan masyarakat untuk membayar berdasarkan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dengan tetap

berpegang pada efisiensi dan efektivitas.

3. Mutu, proses dan hasil pelayanan umum harus diupayakan agar dapat

memberi keamanan, kenyamanan, kelancaran, dan kepastian hukum yang

dapat dipertanggungjawabkan.

4. Apabila pelayanan umum yang diselenggarakan oleh instansi pemerintah

terpaksa harus mahal maka instansi pemerintah yang bersangkutan

berkewajiban memberikan peluang kepada masyarakat untuk ikut

menyelenggarakan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang

berlaku (Sedermayanti), 2004 : 193 ).

Menurut Moenir (2002: 190-196), bentuk pelayanan ada tiga macam yaitu:

1. Pelayanan dengan lisan

Pelayanan dengan lisan ini dilakukan oleh petugas-petugas bidang hubungan

masyarakat (humas), bidang layanan informasi dan bidang-bidang lain yang


tugasnya memberikan penjelasan atau keterangan kepada masyarakat

mengenai berbagai fasilitas layanan yang tersedia.

2. Pelayanan melalui tulisan

Dalam bentuk tulisan, layanan yang diberikan dapat berupa pemberian

penjelasan kepada masyarakat dengan penerangannya berupa tulisan suatu

informasi mengenai hal atau masalah yang sering terjadi.

3. Pelayanan berbentuk perbuatan

Pelayanan dalam bentuk perbuatan adalah pelayanan yang diberikan dalam

bentuk perbuatan atau hasil perbuatan, bukan sekedar kesanggupan dan

penjelasan secara lisan.

Berbicara tentang pelayanan yang diberikan pemerintah tentunya tidak

terlepas dari pelayanan pemerintah pada sektor publik karena umumnya pelayanan

yang diberikan pemerintah itu dalam bidang/sektor yang menyangkut kepentingan

umum seperti pengurusan KTP, akte kelahiran, kartu keluarga, penyaluran kredit dan

lain-lain yang kesemuanya itu dilakukan demi kesejahteraan masyarakat.

2.2.4 Jenis Jenis Pelayanan Publik

Timbulnya pelayanan umum atau public dikarenakan adanya kepentingan, dan

kepentingan tersebut bermacam-macam bentuknya sehingga pelayanan public yang

dilakukan juga ada beberapa macam. Berdasarkan keputusan MENPAN

No.63/KEP/M.PAN/7/2003 kegiatan pelayanan umum atau publik antara lain:


a. Pelayanan administratif

Yaitu pelayanan yang mengahasilkan berbagai bentuk dokumen resmi yang

dibutuhkan oleh pihak, misalnya status kewarganegaraan, sertifikat

kompetensi, kepemilikan atau penguasaan terhadap suatu barang dan

sebagaiannya.

b. Pelayanan barang

Yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk atau jenis barang yang

digunakan oleh public, misalnya jaringan telepon, penyediaan tenaga listrik,

air bersih dan sebagainya.

c. Pelayanan jasa

Yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan

oleh public, misalnya pendidikan, pemeliharaan kesehatan, penyelenggaraan

transportasi, pos dan lain sebagainya

2.2.5 Pola Penyelenggaraan Pelayanan Publik

Dalam mengatur penyelenggaraan pelayanan publik, maka diterapkan suatu

pola penyelenggaraan pelayanan publik agar pelaksanaanya dapat berjalan sistematis,

akuntabel dan transparansi. Pola penyelenggaraan pelayanan publik terdiri dari:

1. Fungsional, yaitu pola pelayanan publik yang diberikan oleh penyelenggara

pelayanan, sesuai dengan tugas, fungsi, dan kewenangannya.


2. Terpusat, yaitu pola pelayanan publik diberikan secara tunggal oleh

penyelenggara pelayanan berdasarkan pelimpahan wewenang dari

penyelenggara pelayanan terkait lainnya yang bersangkutan.

3. Terpadu

a) Terpadu satu atap, yaitu pola pelayanan terpadu satu atap diselenggarakan

dalam satu tempat yang meliputi berbagai jenis pelayanan yang tidak

mempunyai keterkaitan proses dan dilayani melalui beberapa pintu.

Terhadap jenis pelayanan yang sudah dekat dengan masyarakat tidak perlu

untuk disatu-atapkan.

b) Terpadu satu pintu, yaitu pola pelayanan terpadu satu pintu diselenggarakan

pada satu tempat yang meliputi berbagai jenis pelayanan yang memiliki

keterkaitan proses dan dilayani melalui satu pintu.

4. Gugus Tugas, yaitu petugas pelayanan publik secara perorangan atau dalam

bentuk gugus tugas ditempatkan pada instansi pemberi pelayanan dan lokasi

pemberian pelayanan tertentu.

Konsep pola penyelenggaraan pelayanan publik yang dianut oleh Indonesia

pada dasarnya adalah pola penyelenggaraan pelayanan terpadu satu pintu (PTSP).

Pola penyelenggaraan PTSP pada dasarnya ditujukan untuk perubahan paradigma 43

penyelenggaraan pelayanan publik yang secara garis besar meliputi peningkatan

kualitas pelayanan publik, reinventing government, dan pemangkasan birokrasi.


2.3 Definisi Konseptual

2.3.1 Pengertian Pengawasan

Pengawasan adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan pengambilan

tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan

kinerja yang telah ditetapkan tersebut.( Controlling is the process of measuring

performance and taking action to ensure desired results). Pengawasan pada dasarnya

diarahkan sepenuhnya untuk menghindari adanya kemungkinan penyelewengan atau

penyimpangan atas tujuan yang akan dicapai. melalui pengawasan diharapkan dapat

membantu melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan

yang telah direncanakan secara efektif dan efisien. Bahkan, melalui pengawasan

tercipta suatu aktivitas yang berkaitan erat dengan penentuan atau evaluasi mengenai

sejauhmana pelaksanaan kerja sudah dilaksanakan. Pengawasan juga dapat

mendeteksi sejauhmana kebijakan pimpinan dijalankan dan sampai sejauhmana

penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kerja tersebut.

Konsep pengawasan demikian sebenarnya menunjukkan pengawasan

merupakan bagian dari fungsi manajemen, di mana pengawasan dianggap sebagai

bentuk pemeriksaan atau pengontrolan dari pihak yang lebih atas kepada pihak di

bawahny.Pada dasar nya ada beberapa jenis pengawasan yang dapat di lakukan :

1. Pengawasan Intern

Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh orang atau badan

yang ada di dalam lingkungan unit organisasi yang bersangkutan.”


Pengawasan dalam bentuk ini dapat dilakukan dengan cara pengawasan atasan

langsung atau pengawasan melekat (built in control) atau pengawasan yang

dilakukan secara rutin oleh inspektorat jenderal pada setiap kementerian dan

inspektorat wilayah untuk setiap daerah yang ada di Indonesia, dengan

menempatkannya di bawah pengawasan Kementerian Dalam Negeri.

2. Pengawasan Ekstern

Pengawasan ekstern adalah pemeriksaan yang dilakukan oleh unit

pengawasan yang berada di luar unit organisasi yang diawasi. Dalam hal ini di

Indonesia adalah Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), yang merupakan

lembaga tinggi negara yang terlepas dari pengaruh kekuasaan manapun.

Dalam menjalankan tugasnya, BPK tidak mengabaikan hasil laporan

pemeriksaan aparat pengawasan intern pemerintah, sehingga sudah

sepantasnya di antara keduanya perlu terwujud harmonisasi dalam proses

pengawasan keuangan negara. Proses harmonisasi demikian tidak mengurangi

independensi BPK untuk tidak memihak dan menilai secara obyektif aktivitas

pemerintah.

3. Pengawasan Preventif

Pengawasan preventif lebih dimaksudkan sebagai, “pengawasan yang

dilakukan terhadap suatu kegiatan sebelum kegiatan itu dilaksanakan,

sehingga dapat mencegah terjadinya penyimpangan.” Lazimnya, pengawasan

ini dilakukan pemerintah dengan maksud untuk menghindari adanya

penyimpangan pelaksanaan keuangan negara yang akan membebankan dan


merugikan negara lebih besar. Di sisi lain, pengawasan ini juga dimaksudkan

agar sistem pelaksanaan anggaran dapat berjalan sebagaimana yang

dikehendaki. Pengawasan preventif akan lebih bermanfaat dan bermakna jika

dilakukan oleh atasan langsung, sehingga penyimpangan yang kemungkinan

dilakukan akan terdeteksi lebih awal.

4. Pengawasan Aktif Dan Pasif

Pengawasan dekat (aktif) dilakukan sebagai bentuk “pengawasan yang

dilaksanakan di tempat kegiatan yang bersangkutan.” Hal ini berbeda dengan

pengawasan jauh (pasif) yang melakukan pengawasan melalui “penelitian dan

pengujian terhadap surat-surat pertanggung jawaban yang disertai dengan

bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran.” Di sisi lain, pengawasan

berdasarkan pemeriksaan kebenaran formil menurut hak (rechmatigheid)

adalah “pemeriksaan terhadap pengeluaran apakah telah sesuai dengan

peraturan, tidak kadaluarsa, dan hak itu terbukti kebenarannya.” Sementara,

hak berdasarkan pemeriksaan kebenaran materil mengenai maksud tujuan

pengeluaran (doelmatigheid) adalah “pemeriksaan terhadap pengeluaran

apakah telah memenuhi prinsip ekonomi, yaitu pengeluaran tersebut

diperlukan dan beban biaya yang serendah mungkin.”


2.3.2 Pengertian Pembinaan

Pembinaan secara etimologi berasal dari kata bina. Pembinaan adalah proses,

pembuatan, cara pembinaan, pembaharuan, usaha dan tindakan atau kegiatan yang

dilakukan secara berdaya guna dan berhasil guna dengan Pembinaan merupakan

upaya untuk menghindari terjadi nya pelanggaran, Pembinaan yang dimaksud dalam

pembahasan ini adalah suatu usaha untuk pembinaan kepribadian yang mandiri

dan sempurna serta dapat bertanggungjawab, atau suatu usaha, pengaruh,

perlindungan dalam bantuan yang di berikan kepada anak yang tertuju kepada

kedewasaan anak itu, atau lebih cepat untuk membantu anak agar cakap dalam

melaksanakan tugas hidup sendiri, pengaruh itu datangnya dari orang dewasa

(diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku pintar hidup sehari -hari,

bimbingan dan nasehat yang memotivasinya agar giat belajar), serta di tujukan

kepada orang yang belum dewasa.

Menurut Yurudik Yahya definisi atau pengertian pembinaan adalah “suatu

bimbingan atau arahan yang dilakukan secara sadar dari orang dewasa kepada

anak yang perlu dewasa agar menjadi dewasa, mandiri dan memiliki kepribadian

yang utuh dan matang kepribadian yang dimaksud mencapai aspek cipta, rasa dan

karsa.Istilah pembinaan atau berarti “pendidikan” yang merupakan pertolongan

yang diberikan dengan sengaja oleh orang dewasa kepada anak yang belum

dewasa. Selanjutnya pembinaan atau kelompok orang lain agar menjadi dewasa

atau mencapai tingkat kehidupan yang lebih tinggi dalam arti mental .

Dari penjelasan di atas dapat penulis simpulkan bahwa pembinaan


merupakan suatu proses yang di lakukan untuk merubah tingkah laku individu

serta membentuk kepribadiannya, sehingga apa yang di cita-citakan dapat

tercapai sesuai dengan yang dihara

2.3.3 Pengertian Satuan Polisi Pamong Praja

Istilah Pamong Praja berasal dari dua kata yaitu ”pamong” dan ”praja”.

Pamong mempunyai arti pengurus, pengasuh atau pendidik. Sedangkan Praja

memiliki arti kota, negeri atau kerajaan. Sehingga secara harfiah Pamong Praja dapat

di artikan sebagai pengurus kota.Dalam buku Peraturan Mendagri Tentang Standar

Operasional Prosedur Satuan Polisi Pamong Praja. Satuan Polisi Pamong Praja, yang

disingkat Satpol PP, adalah perangkat pemerintah daerah dalam memelihara dan

menyelenggarakan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat serta menegakkan

peraturan daerah, peraturan kepala daerah, dan keputusan kepala

daerah. (2013:4).

Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat serta Perlindungan

Masyarakat adalah suatu keadaan dinamis yang memungkinkan Pemerintah,

Pemerintah Daerah dan masyarakat dapat melakukan kegiatannya dengan tentram,

tertib dan teratur untuk menunjang pelaksanaan pembangunan di daerah secara

berkesinambungan, Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat serta

Perlindungan Masyarakat merupakan kebutuhan dasar dalam melaksanakan

pelayanan kesejahteraan masyarakat.


Dengan ini peran Satuan Polisi Pamong Praja sangatlah jelas yaitu bagian dari

sebuah pemerintahan yang bertugas memberikan rasa aman dan tentram kepada

masyarakat. Satuan polisi Pamong Praja dalam memberikan rasa nyaman ini Satuan

Polisi Pamong Praja melakukan penindakan melalui peraturan daerah, peraturan

kepala daerah,dan keputusan kepala daerah yang telah disepakati. Maka dari itu

penegakanyang dilakukan akan sesuai tugas dan fungsi (tupoksi) Satuan Polisi

Pamong Praja dimana pada jalur yang tepat sebagai aparatur pemerintah yang dapat

memberikan rasaaman dantentram.Organisasi dan tata kerja Satuan Polisi Pamong

Praja ditetapkan dengan peraturan daerah. Satuan Polisi Pamong Praja dapat

berkedudukan di daerah Provinsi dandaerah Kabupaten/Kota.Di daerah Provinsi,

Satuan Polisi Pamong Praja dipimpin oleh kepala yang berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Gubernur melaluiSekretaris Daerah.

Di daerah Kabupaten/Kota, Satuan Polisi Pamong Praja dipimpin oleh kepala

yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota melalui

Sekretaris Daerah Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2010 Tentang Satuan Polisi

Pamong Praja memberikan definisi Polisi Pamong Praja yang tidak jauh berbeda

dengan Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah, yaitu

aparatur pemerintah daerah yang melaksanakan tugas kepala daerah dalam

memelihara dan menyelenggarakan ketentraman dan ketertiban umum, menegakkan

peraturan daerah dan keputusan daerah.


Satuan Polisi Pamong Praja disebutkan juga dalam Pasal 3 Peraturan

Pemerintah (PP) No. 6 Tahun 2010 Tentang Satuan Polisi Pamong Praja

menyelenggarakan fungsi yaitu:

1. Penyusunan program dan pelaksanaan ketentraman dan ketertiban umum,

penegakan Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala Daerah;

2. Pelaksanaan kebijakan pemeliharaan dan penyelenggaraan ketentraman dan

ketertiban umum di Daerah;

3. Pelaksanaan kebijakan penegakan Peraturan Daerah dan Keputusan Kepala

Daerah;

4. Pelaksanaan koordinasi pemeliharaan dan penyelenggaraan ketentraman dan

ketertiban umum serta penegakan Peraturan Daerah, Keputusan Kepala

Daerah dengan aparat Kepolisian Negara, Penyidik Pegawai Negeri Sipil

(PPNS) dan atau aparatur lainnya;

5. Pengawasan terhadap masyarakat agar mematuhi dan mentaati Peraturan

Daerah dan Keputusan Kepala Daerah.

Berdasarkan Pasal 3 Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2010 Tentang Satuan

Polisi Pamong Praja, Satuan Polisi Pamong Praja juga berwenang:

1. Menertibkan dan menindak warga masyarakat atau badan hukum yang

mengganggu ketentraman dan ketertiban umum;

2. Melakukan pemeriksaan terhadap warga mayarakat atau badan hukum yang

melakukan pelanggaran atas peraturan daerah dan keputusan kepala daerah;


3. Melakukan tindakan represif non yustisial terhadap warga masyarakat atau

badan hukum yang melakukan pelanggaran atas peraturan daerah dan

keputusan kepala daerah

2.3.4 Sejarah Satuan Polisi Pamong Praja

Polisi Pamong Praja didirikan di Yogyakarta pada tanggal 3 Maret 1950 moto

PRAJA WIBAWA, untuk mewadahi sebagian ketugasan pemerintahdaerah.

Sebenarnya ketugasan ini telah dilaksanakan pemerintah sejak zamankolonial.

Sebelum menjadi Satuan Polisi Pamong Praja setelah proklamasi kemerdekaan

dimana diawali dengan kondisi yang tidak stabil danmengancam NKRI, dibentuklah

Detasemen Polisi sebagai Penjaga KeamananKapanewon di Yogjakarta sesuai

dengan Surat Perintah Jawatan Praja diDaerah Istimewa Yogyakarta untuk menjaga

ketentraman dan ketertibanmasyarakat. Pada tanggal 10 November 1948, lembaga ini

berubah menjadi Detasemen Polisi Pamong Praja.

Di Jawa dan Madura Satuan Polisi Pamong Praja dibentuk tanggal 3 Maret

1950. Inilah awal mula terbentuknya Satuan Polisi Pamong Praja. dan oleh sebab

itu,setiap tanggal 3 Maret ditetapkan sebagai Hari Jadi Satuan Polisi Pamong Praja

(Satpol PP) dan diperingati setiap tahun. Pada Tahun 1960, dimulai pembentukan

Kesatuan Polisi Pamong Praja di luar Jawa dan Madura, dengan dukungan para

petinggi militer /Angkatan Perang.Tahun 1962 namanya berubah menjadi Kesatuan

Pagar Baya untuk membedakan dari korps Kepolisian Negara seperti dimaksud dalam

UU No 13/1961 tentang Pokok-pokok Kepolisian. Tahun 1963 berubah nama lagi


menjadi Kesatuan Pagar Praja. Istilah Satuan Polisi Pamong Praja mulai terkenal

sejak pemberlakuan UU No 5/1974 tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah.

Pada Pasal 86 (1) disebutkan, Satuan Polisi Pamong Praja merupakan

perangkat wilayah yang melaksanakan tugas dekonsentrasi.Saat ini UU 5/1974 tidak

berlaku lagi, digantikan UU No 22/1999 dan direvisi menjadi UU No 32/2004

tentang Pemerintahan Daerah. Untuk itu melalui Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 6 tahun 2010 Tentang Satuan Polisi Pamong Praja menjelaskan

bahwa Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) Satuan polisi Pamong Praja semakin

memperjelas apa yang dikerjakan oleh Satuan Polisi Pamong Praja tersebut.

Tahun 1962 namanya berubah menjadi Kesatuan Pagar Baya untuk

membedakan dari korps Kepolisian Negara seperti dimaksud dalam UU No 13/1961

tentang Pokok-pokok Kepolisian. Tahun 1963 berubah nama lagi menjadi Kesatuan

Pagar Praja. Istilah Satpol PP mulai terkenal sejak pemberlakuan UU No 5/1974

tentang Pokok-pokok Pemerintahan di Daerah. Pada Pasal 86 (1) disebutkan, Satpol

PP merupakan perangkat wilayah yang melaksanakan tugas dekonsentrasi.

Saat ini UU 5/1974 tidak berlaku lagi, digantikan UU No 22/1999 dan direvisi

menjadi UU No 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah. Untuk itu melalui Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 tahun 2010 Tentang Satuan Polisi Pamong

Praja menjelaskan bahwa Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) Satpol PP semakin

memperjelas apa yang dikerjakan oleh Satpol PP tersebut.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tipe deskriptif yaitu

mendeskripsikan dan menganalisis masalah yang muncul dimasa sekarang guna

memperoleh gambaran menyeluruh tentang penelitian yang penulis lakukan. kondisi,

suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan

dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan

secara sistematis, factual dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan

antarfenomena yang diselidiki.

Selanjutnya di jelaskan menurut David Williams (2007:5) mngemukakan

bahwa penelitian kualitatif adalah pengumpulan data pada suatu latar alamiah, dengan

menggunakan metode alamiah,dan di lakukan oleh orang atau peneliti yang tertarik

secara alamiah,penelitian kualitatif bertujuan untuk memperoleh gambaran seutuhnya

mengenai suatu hal menurut pandangan manusia yang diteliti. Penelitian kualitatif

berhubungan dengan ide, persepsi, pendapat atau kepercayaan orang yang diteliti dan

kesemuanya tidak dapat diukur dengan angka

Pendekatan kualitatif ini digambarkan dengan kata-kata atau dengan kalimat

yang menunjukkan hasil akhir penelitian. Dalam menggunakan data kualitatif

terutama dalam penelitian yang digunakan untuk informasi yang bersifat

menerangkan dalam bentuk uraian, maka data tersebut tidak dapat diwujudkan
dengan angka-angka melainkan dengan penjelasan yang menggambarkan keadaan,

dan proses peristiwa yang terjadi (Moleong,2005:13).

3.2 Lokasi Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah SMA yang berada di Kecamatan Kutablang,

alasan peneliti mengambil obyek di sini karena peneliti melihat kurang nya

pengawasan satpol pp terhadap kedisiplinan pelajar.Penelitian ini di lakukan pada

Agustus sampai Maret 2018

3.3 Sumber Data

Dalam penelitian ini dibutuhkan beberapa narasumber yang disebut sebagai

informan. Informan adalah orang yang memberikan informasi tentang informasi dan

kondisi yang berkaitan dengan masalah penelitian (Moleong.2004:132). Yang

bertindak sebagai informan adalah pihak-pihak yang bertanggung jawab di Sekolah

SMP dan SMA di Kecamatan Kutablang.dan warga sekitar

Berdasarkan penjelasan tersebut yang menjadi key informan yaitu:

1. Kepala sekolah.

2. Dewan Guru

3. Siswa/siswi

4. Kepala Satuan Polisi Pamong Praja Bireuen

5. Kabag Satuan Polisi Pamong Praja Bireuen

6. Staff Satuan Polisi Pamong Praja Bireuen


3.4 Jenis Data

Data merupakan faktor penting dalam penelitian. Data yang terkumpul

digunakan sebagai bahan analisis untuk memecahkan masalah dalam penelitian

tersebut. Lofland dan Moleong (2014:157), mengemukakan bahwa jenis data utama

dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data

tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Jenis data yang digunakan dalam penelitian

ini adalah data skunder dan data primer.

1. Data primer

Yaitu data yang terdapat ditempat penelitian yang diperoleh secara langsung

melalui observasi dan wawancara kepada responden mengenai tingkat

kedisiplinan siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 dan melakukan

Tanya jawab langsung melalui pertanyaan-pertanyaan yang sesuai dengan

penelitian yang dipersiapkan sebelumnya.

2. Data Skunder

Yaitu data tertulis yang dapat diperoleh dari penelitian sebelumnya, buku,

majalah ilmiah, sumber dari arsip, dokumen pribadi, dokumen resmi, hasil-

hasil studi seperti distrasi, tesis, jurnal dsb (Moleong, 2012:159).

3.5 Tehnik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam peneletian ini adalah

penelitian lapangan dan penelitian dokumen yang dilakukan dengan:


1. Observasi

Observasi atau pengamatan merupakan salah satu teknik pengumpulan data

secara langsung melalui pengamatan dan pencatatan terhadap gejala pada

objek yang dilakukan secara langsung ditempat kejadian. Nawawi dan Martini

menjelaskan bahwa observasi merupakan kegiatan mengamati, yang diikuti

pencatatan secara urut. Hal ini terdiri atas beberapa unsur yang muncul dalam

fenomena di dalam objek yang diteliti. Hasil dari proses tersebut dilaporkan

dengan laporan yang sistematis dan sesuai kaidah yang berlaku.

Sementara itu menurut Bungin dalam Hamid Darmadi (2007 : 155) terdapat

beberapa bentuk observasi yaitu :

1. Observasi partisipasi (adanya partisipasi langsung dari peneliti)

2. Observasi tidak terstruktur (tanpa menggunakan guide observasi)

3. Observasi kelompok (observasi yang dilakukan secara kelompok)

Dengan begitu penelitian ini menggunakan observasi partisipasi,karena

peneliti akan terus berkomunikasi dan terlibat langsung dengan subyek

penelitian. Penelitian ini akan mengobservasi upaya Satuan Polisi Pamong

Praja Kabupaten Bireuen dalam membina atau membimbing kenakalan

pelajar atau kedisiplinan pelajar di Kabupaten Bireuen

2. Wawancara

Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan

seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan

mengajukan pertanyaan-pertanyaan). Wawancara ini bertujuan untuk


mendapatkan informasi dengan cara bertanya langsung kepada responden atau

informan penelitian (key informan), dimana peniliti melakukan pertanyaan

terstruktur dengan menggunakan pedoman wawancara berupa daftar

pertanyaan yang bersifat terbuka untuk memperoleh data primer yang relevan

dan sistematis.

Menurut Zainal Arifin (2012 : 170) wawancara mendalam adalah proses tanya

jawab mendalam antara pewawancara dengan informan guna memperoleh

informasi yang lebih terperinci sesuai dan tujuan penelitian.Dalam wawancara

ini, pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif

lama.

3. Dokumentasi

Penggunaan dokumentasi ialah pengumpulan dokumen-dokumen terkait yang

dapat mendukung peneliti untuk menjawab rumusan masalah. Sugiyono

(2011:340), mengatakan bahwa studi dokumen merupakan pelengkap dari

penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif.

Dalam penelitian ini, penelitian mendapatkan data yang berupa dokumen

tertulis dan dokumen gambar.

3.6 Analisis Data

Kata analysis berasal dari bahasa Greek (Yunani),terdiri dari kata “ana”dan

“lysis”.Ana artinya atas (above),lysis artinya memcahkan atau menghancurkan.Data

diolah dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu hasil penelitian serta
analisanya diuraikan dalam suatu tulisan ilmiah yang berbentuk narasi, kemudian dari

analisis yang telah dilakukan diambil suatu kesimpulan.Dalam penelitian analisis data

merupakan kegiatan setelah seluruh data terkumpul,dan di kelompokkan berdasarkan

variabel dan jenis responden.

Teknik analisis data menurut Bogdan dalam Sugiyono (2012 : 334) adalah

proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari wawancara,

catatan lapangan, dan bahan-bahan lain sehingga dapat mudah difahami, dan

temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain.Maka dari itu penelitian sebagai

analisis yang menarik suatu kesimpulan dari pertanyaan-pertanyaan yang khusus di

setiap subyek kemudian diambil kesimpulan umum dari pendapat, penjelasan atau

informasi dan data yang diperoleh dari ketiga instrumen yang telah dijelaskan diatas

yaitu wawancara,dokumentasi dan observasi.

Tujuan menganalisis data adalah untuk mendeskripsikan data sehingga bias di

pahami, lalu untuk membuat kesimpulan mengenai karakteristik populasi berdasarkan

data yang di dapatkan dari sampel,biasanya di buat berdasarkan pendugaan dan

pengujian hipotesis

Teknik analisis data yang menurut Milles dan Huberman dalam Moleong (2001:5),

dapat ditempuh melalui 4 langkah yaitu:

1. Koleksi data

Merupakan tahap awal dalam proses penelitian yang sangat penting yaitu

mengumpulkan data yang telah didapatkan dilapangan, karena dengan


mendapatkan data yang tepat maka proses penelitian akan berlangsung sampai

peneliti mendapatkan jawaban dari perumusan masalah yang sudah ditetapkan

2. Reduksi data

Data yang diperoleh dari lapangan baik data primer dan skunder, kemudian

direduksi, dirangkum dan kemudian dipisahkan menurut kepentingan (pokok)

difokuskan untuk dipilih yang terpenting. Reduksi data dilakukan terus menerus

selama proses penelitian berlangsung.

Menurut Sugiyono (2012: 338) mengungkapkan bahwa merangkum,memilih hal-

hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting,dicari tema dan polanya

dan membuang yang tidak perlu. Dengan penjelasan diatas bahwa dengan reduksi

data ini peneliti dapat merangkum hasil dari penelitian yang dilakukan.

3. Penyajian data

Penyajian data dimaksudkan agar lebih mempermudah bagi peneliti untuk dapat

melihat gambaran secara keseluruhan atau bagia-bagian tertentu dari data

penelitian. Data-data tersebut kemudian dipilah-pilah dan dipisahkan untuk

disortir menurut kelompoknya dan disusun sesuai dengan kategori yang sejenis

untuk ditampil kan agar selaras dengan permalahan yang dihadapi, termasuk

kesimpulan-kesimpulan sementara diperoleh waktu data pada waktu data

direduksi.

4. Penarikan kesimpulan (verivikasi)

Pada penelitian kualitatif, verifikasi data dilakukan secara terus menurus

sepanjang proses penelitian dilakukan. Sejak pertama memasuki lapangan selama


proses pengumpulan data, peneliti berusaha untuk menganalisis dan mencari

makna dari data yang dikumpulkan.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Penelitian

4.1.1 Kecamatan Kutablang

Kecamatan Kutablang Kabupaten Bireuen satu pemekaran dari Kecamatan

Gandapura yang dulu nya Kutablang merupakan bagian dari Kecamatan Gandapura

setelah pemekaran Kecamatan Kutablang merupakan salah satu kecamatan yang

berada di Kabupaten Bireuen dengan luas wilayah nya kurang lebih 7.662 km letak

pada ketinggian 23 meter di atas permukaan laut dengan letak permukaan tanah 0,8 %

di kawasan utara.Kecamtan Kutablang terdiri dari 41 yang terbagi ke dalam 4 (empat)

Kemukiman yaitu Kemukiman Kuta Hom,Kemukiman Kuta Meuse,Kemukiman Tgk

Chiek Dimanyang,dan Kemukiman Tgk Chiek Umar

Di tinjau dari segi fisik kecamatan Kutablang merupakan suatu daerah dengan

keadaan morfologi pada umum nya berupa dataran tinggi di bagian selatan

berbukit,sedangkan ditinjau dari segi penggunaan lahan di kecamatan Kutablang

antara lain berupa ladang, sawah, perkebunan, dan pemukiman penduduk

Secara geografis Kecamatan Kutablang Kabupaten Bireuen terletak pada posisi

96,20 – 97,21 Bujur Timur (BT) dan 4,54 – 5,20 Lintang Utara (LU)

Adapun batas batasnya adalah sebangai berikut:

- Sebelah Utara dengan Kecamatan Jangka

- Sebelah Selatan dengan Kecamatan Peusangan Siblah Krueng


- Sebelah Barat dengan Kecamatan Peusangan

- Sebelah Timur dengan Kecamatan Gandapura

4.1.2 Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Bireuen

Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Bireuen terdiri dari 65 orang anggota

dan di pinpin oleh satu orang Kasat bernama Bapak FAKRUR RAZI,S.P dan terdapat

beberapa bidang di dalam nya.Peran setiap bidang yang ada di kantor Satuan Polisi

Pamong Praja Bireuen sebagai berikut :

1. Kasat Pol PP Bireuen

Kasat Satuan Polisi Pamong Praja Bireuen berperan sebagai :

a) Membagi tugas kepada bawahan untuk kelancaran tugas.

b) Merumuskan kebijakan teknis dibidang Penegakan Perda, penyelenggaraan

Trantibum serta perlindungan masyarakat.

c) Membina, mengendalikan, dan mengevaluasi di bidang Penegakan Perda,

penyelenggaraan Tratibum serta perlindungan masyarakat.

d) Memberikan saran dan pertimbangan kepada atasan sesuai bidang tugasnya.

e) Menyusun laporan program/kegiatan dan kinerja sebagai pertanggung

jawaban pelaksanaan tugasnya.

f) Menilai kinerja bawahan secara objektif sesuai ketentuan.

g) Melaksakan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai peraturan perudang-

undangan.
2. Sub bangian Tata Usaha

Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan

ketatalaksanaan, pengelolaan peraturan perundang undangan, tata usaha, umum,

kepegawaian, keuangan,perlengkapan, urusan rumah tangga, serta penyususnan

pelaporan.

a) Penyiapan bahan perumusan rencana kerja, pengumpulan dan pengelolaan

data dalam penyelenggarakan Satpol PP.

b) Perencanaan urusan umum kepegawaian dan penegelolaan keuangan.

c) Perencanaan dan penyelenggaraan urusan ketatausahaan dan kearsipan.

d) Pengkordinasian persiapan pelaksanaan pemantauan, evaluasi, pengumpulan

dan analisis data, penyelenggaraan sistem informasi serta penyususnan

laporan pelaksanaan tugas.

e) Pelaksanaan evaluasi dan penyusunan pelaporan seluruh kegiatan Satpol PP.

3. Seksi Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat

a) Penyiapan bahan penyusunan, pengkajian, pengembangan dan pelakasanaan

program, fasilitasi, mediasi, komukasi, dan koordinasi ketertiban umum dan

Ketentraman Masyarakat.

b) Perencanaan, pengkordinasian, persiapan pelaksanaan dan pengendalian

operasional ketertiban umum dan ketentraman masyarakat pada instasi

pemerintah, tempat umum, pengamanan, dan pengawalan kegiatan protokoler

Pemerintahan Kabupaten.
c) Pengkoordinasian pelaksanaan operasional pengamanan dan pengawalan,

pemantauan dan penanganan keberadaan serta kegiatan orang asing, tamu

VIP, dan atau pejabat Negara

d) Penghimpunan dan penganalisian data, informasi yang berkaitan dengan

ketertiban umum dan ketentraman masyarakat serta ketaatan masyarakat

terhadap perundang-undangan yang berlaku.

e) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan Kepala Satpol PP sesuai bidang

tugasnya.

Dalam melaksanakan tugas Kepala Subbagaian Tata Usaha,Kepala Seksi, dan

Polisi Pamong Praja wajib menerapkan prinsip koordinasi secara vertical dan

horizontal baik dalam lingkungan masing-masing maupun dengan instasi lain sesuai

dengan tugas pokoknya.Setiap pimpinan satuan organisasi dalam lingkungan Polisi

Pamong Praja wajib mengawasi bawahnnya dan bila terjadi penyimpangan agar

mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan peraturan perundang-

undangan Setiap pimpinan satuan organisasi dalam lingkungan Polisi Pamong Praja

bertanggung jawab memimpin, mengordinasikan, dan memberikan bimbingan serta

petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahannya.

Wawancara dengan Bapak FAKRURR RAZI,S.P wewenang Satuan Polisi

Pamong Praja sebagai berikut “ melakukan tindakan penertiban nonyustisial terhadap

warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang melakukan pelanggaran atas

Perda dan/atau peraturan kepala daerah.Menindak warga masyarakat, aparatur, atau


badan hukum yang mengganggu ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat.

Fasilitasi dan pemberdayaan kapasitas penyelenggaraan perlindungan masyarakat.

Melakukan tindakan penyelidikan terhadap warga masyarakat, aparatur, atau badan

hukum yang diduga melakukan pelanggaran atas Perda dan/atau peraturan kepala

daerah dan Melakukan tindakan administratif terhadap warga masyarakat, aparatur,

atau badan hukum yang melakukan pelanggaran atas Perda dan/atau peraturan kepala

daerah”.

Visi dan Misi Satuan Polisi Pamong Praja dalam peraturan Pemerintah

Republik Indonesia Nomor 6 tahun 2010 Tentang Satuan Polisi Pamong Praja

sebagai berikut :

1. Visi yaitu terwujudnya ketentraman dan ketetriban masyarakat serta

menegakkan peraturan Peraturan Daerah dan Kepala Daerah.

2. Misi

a) Menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk memelihara ketentraman dan

ketertiban.

b) Melaksanakan kegiatan patrol dalam rangka mewujudkan rasa aman.

c) Menertiban pelanggaran perda dan keputusan Kepala Daerah.

d) Membimbing masyarakat akan arti pentingnya pemeliharaan ketentraman dan

ketertiban sebagai suatu kondisi mutlak yang dilakukan baik oleh

pemerintahan maupun masyarakat pada umumnya.

e) Mencegah kemungkinan munculnya keadaan yang mengarah pada kondisi

terganggunya ketentraman dan ketertiban.


f) Mengupayakan masyarakat agar mematuhi peraturan.

g) Meningkatkan profesional pelaksanaan tugas Polisi Pamong Praja yang selalu

didasari oleh ketaqwaan pada Tuhan Yang Maha Esa.

h) Mengembangkan manajemen ketentraman dan ketertiban dengan pendekatan

kemanusiaan dan profesional.

Dengan penjelasan visi misi diatas dapat dikatakan bahwa Satuan Polisi

Pamong Praja berperan mewujudkan ketentraman dan ketertiban dimasyarakat.

Selain itu Satpol PP juga menjadikan masyarakat sadar akan keterlibatan mereka

didalam menciptakan sebuah kondisi yang aman dan tentram serta mematuhi semua

peraturan yang ada.

Dalam pasal 244 UU No 11 Tahun 2006 tentang pemerintahan Aceh

a. Gubernur, Bupati/Walikota dalam menenggakan qanun dalam

penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masayarakat dapat

membentuk Satuan Polisi Pamong Praja

b. Gubernur , Bupati/Walikota dalam menenggakan qanun syariah islam dapat

membentuk polisi wilatul hisbah sebagai bagian dari Satuan Polisi Pamong

Praja

c. Ketentuan lebih lanjut mengenal pembentukan dan penyusunan organisasi

Satuan Polisi Pamong Praja sebangaimana di maksud pada ayat (1) diatur

dalam qanun yang bermaksut pada peraturan perundang undangan


d. Dasar hukum tentang tugas dan tanggung jawab Satuan Polisi Pamong Praja

adalah PP Nomor 6 tahun 2010 tentang Satuan Polisi Pamong Praja yang telah

di tetapkan tanggal 6 januari 2010

Dalam penertiban keputusan perda peran Satpol PP sangat penting dalam

menjalankan keputusan Kepala Daerah dan mencegah setiap pelanggaran yang mucul

didalam sekitaran masyarakat. Maka dari itu dengan ini dapat meningkatkan

profesionalitas Satpol PP dalam menjalankan setiap tugas yang dijalankan sehingga

dapat menajemen ketetriban umum yang dapat menciptakan kondisi sesuai peraturan

yang ada.

Setiap pimpinan satuan organisasi dalam lingkungan Satuan Polisi Pamong

Praja wajib mengikut mematuhi petunjuk, dan bertanggung jawab kepada atasan

masing-masing serta menyiapkan laporan pada waktunya.Laporan dari bawahan yang

diterima oleh pimpinan satuan organisasi wajib diolah dan dapat dipergunakan

sebagai bahan penyusunan laporan lebih lanjut serta untuk memberikan petunjuk

kepada bawahan. Dalam menyampaikan laporan kepada atasan, tembusan laporan

wajib disampaikan kepada satuan organisasi lain yang secara fungsional mempunyai

hubungan kerja.Dalam melaksanakan tugas dan pemberian bimbingan kepada

bawahan, setiap bimbingan satuan organisasi wajib mengadakan rapat berkala.

Sebagai Instansi yang bekerja untuk membantu penegakan

Perda,menyelenggarakan ketertiban umum, ketentraman masyarakat dan

perlindungan masyarakat Satuan Polisi Pamong Praja (SATPOL PP) mempunyai


usaha-usaha dalam menjalankan tanggung jawabnya. Seperti yang dalam Peraturan

Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 tahun 2010 Tentang Satuan Polisi Pamong

Praja yang berbunyi yaitu “Terwujudnya ketentraman dan ketetriban masyarakat serta

menegakkan Peraturan-Peraturan Daerah dan Kepala Daerah.”

Untuk itu pemerintah membentuk Satuan Polisi Pamong Praja yang bertujuan

membantu kepala daerah untuk menjaga kententraman, ketertiban dan keteraturan,

sehingga penyelenggarakan roda pemerintahan dapat berjalan lancar dan masyarakat

dapat melakukan kegiatan dengan aman termasuk dalam mengatasi kenakalan-

kenakalan pelajar. Satpol PP merupakan salah satu lembaga pemerintah yang sering

berhubungan dengan sekolah-sekolah untuk terus mengawasi setiap kegiatan pelajar

diluar sekolah seperti kegiatan pembinaan kepada pelajar yang melakukan perbuatan

menyimpang atau negatif.

Dengan ini tugas Satuan Polisi Pamong Praja sangatlah besar dalam

menciptakan ketentraman masyarakat dan ketertiban umum. Salah satunya adalah

dalam melakukan penindakan pembinaan dan bimbingan terhadap pola pengawasan

tentang disiplin pelajar yang ada di wilayah Kabupaten Bireuen. kedisiplinan pelajar

adalah hal yang sangat perlu di perhatikan di wilayah Kabupaten Bireuen.Untuk itu

Satuan Polisi Pamong Praja di Kabupaten Bireuen harus melakukan pembinaan dan

bimbingan kepada pelajar yang berada di luar sekolah pada jam sekolah berlangsung

dengan didasari oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6 tahun 2010

Tentang Satuan Polisi Pamong Praja nomor 4 yang berbunyi “Pelaksanaan koordinasi
dan fasilitasi penyelenggaraan Pemerintah Daerah Provinsi Kabupaten/Kota dibidang

ketentraman, ketertiban umum, dan penegakan Perda.”

Dengan bentuk bimbingan ini pula hasil yang diperoleh adalah pelajar

menjadi kapok dan berefek jera untuk pelajar sehingga tidak mengulanggi kembali

kenakalan yang dibuatnya. Oleh karena itu pelajar dapat mengerti kembali tugas

sebagai pelajar dan dapat kembali mengikuti proses belajar mengajar dengan baik

sesuai yang diharapkan. Akan tetapi tidak semua kenakalan pelajar dilakukan

pembinaan fisik dan mental saja. Harusnya Satpol PP Kabupaten Temanggung

memiliki bentuk bimbingan lain karena setiap kenakalan yang terjadi tidak semua

pelajar mampu mengaplikasikan bimbingan dan pembinaan berupa fisik dan mental

tersebut. Apalagi bila kenakalan yang terjadi sudah melanggar hukum tentunya perlu

bentuk pembinaan dan bimbingan lain yang membuat kenakalan pelajar yang

melanggar hukum ini dapat mengakibatkan pelajar mengakui bahwa kenakalan ini

sudah melanggar hukum yang ada. Untuk itu perlu adanya kordinasi dengan pihak

terkait dalam hal ini kepolisian karena hal yang berhubungan hukum sangkut pautnya

dengan kepolisian.

Tugas pokok dan fungsi Satuan Polisi Pamong Praja dalam bidang penegakan

Peraturan Daerah (Perda) dan Ketertiban Umum dan Kententraman Masyarakat

(TibumTranmas). Sering dijumpai anak pelajar yang bolos sekolah, bermain

playstation/videogames di warnet, berpacaran di lokasi wisata dengan masih

mengenakan seragam sekolah, bahkan hingga terlibat tawuranan tarpelajar. Tentunya

membuat keprihatinan dengan hal tersebut, karena tindakan pelajar tersebut tidak
mencerminkan budi pekertidan kepribadian yang sesuai dengan norma-norma dan

nilai-nilai di masyarakat. Pelajar sesungguhnya diharapkan dapat menjadi generasi

muda yang berilmu pengetahuan (iptek) yang tinggi dan memiliki iman dan taqwa

(imtaq) yang kuat pula. Sehingga kemampuan intelektualitas dapat selaras dengan

tata krama dan budi pekerti.

Sebelum melakukan pembinaan dan bimbingan terhadap pelajar yang

dilakukan Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Bireuen (Satpol PP) terlebih dahulu

melakukan penertiban pelajar. Penertiban pelajar ini dilakukan untuk menindak

pelajar-pelajar yang berada di luar sekolah saat jam pelajaran berlangsung agar setiap

pelajar mempunyai kesadaran dalam diri masing tentang bangaimana penting nya

disiplin

Kegiatan di luar sekolah ini sangat bertentangan dengan tugas pelajar dimana

pelajar harusnya berada di sekolah untuk menuntut ilmu sebagai modal dalam

menjalani kehidupan serta sebagai untuk mencapai pendidikan yang lebih tinggi

Untuk itu madsud dan tujuan penertiban pelajar ini sangat mempengaruhi pelajar

yang mengalami pelajar tersebut. Ini dapat dilihat dengan kegiatan penertiban ini

dapat meminimalisir pelajar yang melanggar tata tertib dan disiplin sekolah. Tentunya

kegiatan ini sangat mempengaruhi pelajar untuk tidak melakukan kenakalan diwaktu

jam pelajaran atau proses belajar mengajar berlangsung

Apabila ada pelajar yang terjaring razia maka Satuan Polisi Pamong Praja Kab

Bireuen akan melakukan pembinaan dengan cara ceramah yang mendidik untuk

memperkuat mental pelajar,melakukan pembinaan fisik berupa Push up dan baris


berbaris serta membuat surat peryataan bahwa tidak akan mengulangi hal itu lagi

kepada pelajar.

4.1.3 Pola Pengawasan Satuan Polisi PAmong Praja Terhadap Kedisiplinan


Pelajar Di Kecamatan Kutablang
Dalam penaganannya ketertiban umum dan kententraman masyarakat

termasuk pelajar Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) memiliki kewenangan

dalam menanggulanginya menurut PP RI No 6 Tahun 2010 Pasal 6 adalah sebagai

berikut :

a) Melakukan tindakan penertiban nonyustisial terhadap warga masyarakat,

aparatur, atau badan hukum yang melakukan pelanggaran atas Perda dan/atau

peraturan kepala daerah.

b) Menindak warga masyarakat, aparatur, atau badan hukum yang mengganggu

ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat.

c) Fasilitasi dan pemberdayaan kapasitas penyelenggaraan perlindungan

d) Melakukan tindakan penyelidikan terhadap warga masyarakat, aparatur, atau

badan hukum yang diduga melakukan pelanggaran atas Perda dan/atau

peraturan kepala daerah.

e) Melakukan tindakan administratif terhadap warga masyarakat, aparatur, atau

badan hukum yang melakukan pelanggaran atas Perda dan/atau peraturan

kepala daerah masyarakat.


Adapun dan metode dalam rangka pembinaan ketertiban umum dan

kententraman masyarakat dapat dilakukan melalui 2 (dua) cara yaitu :

A. Formal

1. Sasaran perorangan

a. Pembinaan dilakukan dengan cara mengunjungi anggota masyarakat yang telah

ditetapkan sebagai sasaran untuk memberikan arahan dan himbauan akan arti

pentingnya ketaatan terhadap Peraturan daerah, Peraturan Kepala Daerah dan

produk hukum lainnya.

b. Mengundang/memanggil anggota masyarakat yang perbuatannya telah

melanggar dari ketentuan Peraturan daerah, Peraturan Kepala Daerah dan

produk hukum lainnya untuk memberikan arahan dan pembinaan bahwa

perbuatan yang telah dilakukannya menggangu ketertiban umum dan

ketentraman masyarakat secara umum.

2. Sasaran kelompok

Pembinaan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat dilakukan dengan

dukungan fasilitas dari Pemerintah Daerah dan bekoordinasi dengan instasi/SKPD

lainnya dengan menghadirkan masyarakat di suatu gedung pertemuan yang

ditetapkan sebagai sasaran serta narasumber membahas arti pentingnya peningkatan

ketaatan dan kepatuhan terhadap Peraturan Daerah, Peraturan Kepala Daerah dan

produk hukum lainnya guna memelihara ketertiban umum dan ketentraman

masyrakat.
B. Informal

Seluruh anggota Polisi Pamong Praja mempunyai kewajiban moral untuk

menyampaikan informasi dan himbauan yang terkait dengan Peraturan Daerah,

Peraturan Kepala Daerah, dan produk hukum lainnya kepada masyarakat. Hal

tersebut dapat dilakukan di lingkungan keluarga, tempat tinggal, tempat ibadah

ataupun tempat lainnya yang memungkinkan melakukan pembinaan. Metode yang

dilakukan dalam pembinaan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat adalah

dengan membina saling asah, asih, dan asuh diantara aparat penertiban dangan

masyarakat tanpa mengabaikan kepentingan masing-masing dalam rangka

peningkatan, ketaatan, kepatuhan masyarakat terhadap Peraturan Daerah dan

Peraturan Kepala Daerah. Dengan demikian harapan dari Pemerintah Daerah untuk

meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam proses pembangunan dan

keadaaan tentram dan tertib di daerah dapat terwujud. Selain itu pelaksanaan

pembinaan, ketertiban umum dan ketentraman masyarakat juga dapat dilakukan

dengan memanfaatkan sarana dan fasilitas umum yaitu :

1. Media massa dan media elektronik seperti radio dan televisi.

2. Pembinaan yang dilakukan pada tingkat RT, RW, Desa/Kelurahan dan

Kecamatan.

3. Tatap muka.

4. Pembinaan yang dilakukan oleh sebuah Tim yang khusus di bentuk untuk

memberikan arahan dan informasi kepada masyarakat seperti Tim Ramadhan,

Tim Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan (K3) dan bentuk tim lainnya yang
membawa misi Pemerintah Daerah dalam memelihara ketertiban umum dan

ketentraman masyarakat.

Wawancara dengan Kasat Pol PP Bireuen Bapak FAKRUR RAZI,S.P

“Satuan polisi Pamong Praja Bireuen melakukan pengawasan dengan cara


patrol rutin dan apabila ada pelajar maka pelajar tersebut akan di bina oleh
pihak Satuan Polisi Pamong Praja“

Berdasarkan hasil dari penelitian dari Kantor Satuan Polisi Pamong Praja

Kabupaten Bireuen pihak Satuan Polisi Pamong Praja Bireuen Melakukan

pengawasan dengan melakukan patroli rutin saat jam pelajaran sedang berlangsung

dan apabila terdapat pelajar yang yang membolos maka pihak Satuan Polisi Pamong

Praja akan menangkap dan melakukan pembinaan kepada pelajar dengan cara di

berikan ceramah dan latihan fisik seperti push up dan baris berbaris.

Wawancara Bapak MUNTASIR selaku Kepala Staff Satuan Polisi Pamong

Praja Kabupaten Bireuen.

“Satuan Polisi Pamong Pamong Praja juga melakukan pengawasan dengan


cara melakukan pemantauan sendiri serta laporan masyarakat setempat dan
intruksi dari pimpinan sehingga menjadi sebuah tugas rutin yang di kerjakan
oleh anggota Satuan Polisi Pamong Praja Bireuen,ujar bapak”

Wawancara degan Bapak FAKRUR RAZI S.P selaku Kasat Pol PP Bireuen

“Kegiatan perilaku menyimpang pelajar yang kaitannya belum mengarah


pada tindak kriminalitas, maka kewenangan penanganannya oleh Satuan
Polisi Pamong Praja, namun bila telah memenuhi delik pidana misal;
tawuran menyebabkan jatuhnya korban hingga menyebabkan kematian atau
korban luka karena penganiayaan maka barulah menjadi kewenangan pihak
POLRI. Namun jika baru sebatas potensi gangguan ketentraman dan
ketertiban berkaitan kelulusan dengan aksi corat-coret, bolos sekolah
dengan main Playstation/Videogame di warnet maka belum merupakan
suatu delik kriminalitas, sehingga pelanggaran tersebut merupakan
pelanggaran ketentraman dan ketertiban masyarakat yang merupakan ranah
dan kewenangan Satpol PP sebagai penegak peraturan daerah”

Wawancara dengan bapak SAIFUL BAHRI,AR.SE selaku kepala sekolah

SMAN 1 Kutablang.

“Harapan yang sangat besar dari pihak sekolah adalah Satuan Polisi Pamong
Praja turut membantu dunia pendidikan melalui kegiatan patroli berkala
untuk meminimalisasi kegiatan pelajar yang mengarah pada perilaku
menyimpang. Apalagi di warung kopi dan tempat nongkrong yang dijadikan
tempat berkumpul pelajar“.

Hasil kegiatan pembinaan ketentranman masyarakat ini diantaranya adalah

tercipta kesamaan pandangan terkait pola tindak penanganan etika perilaku pelajar

didalam dan diluar sekolah yang menyimpang. Untuk itu kita bersama-sama

menangani kenakalan pelajar sesuai dengan proporsi dan kewenangan masing-

masing. Hal lain yang menyebabkan anak sekolah kurang disiplin yaitu kurangnya

pengawasan, pendampingan, serta perhatian dari orang tua pada masa ini kurang

maksimal karena kesibukan atau teralalu percayanya orang tua terhadap anak atau

pelajar. Sehingga anak atau pelajar kurang terpantau dengan baik oleh orang tua yang

menyebabkan pelajar pelajar ini melakukan kenakalan dan hal-hal yang

menyimpang.Apalagi pada masa remaja pelajar cendenrung mempunyai emosi yang

berlebihan seiring dengan pertumbuhan fisik nya dan juga pada masa identik dengan

lingkungan social yang berperan untuk tempat berinteraksi dimana mereka berusaha

untuk menyesuaikan diri.


Wawancara dengan Bapak ADIL,S.Si selaku guru BP di sekolah SMAN 1

Kutablang,

”Pihak sekolah sudah berupaya menerapkan kedisiplinan terhadap pelajar


dengan cara pelajar harus datang ke sekolah tepat waktu yang telah di
tentukan di sekolah serta apabila ada pelajar yang terlambat maka di absen
juga akan di tulis terlambat dan itu juga berpengaruh terhadap kedisplinan
sekolah serta memberikan sansi bagi siswa yang terlambat”

Dalam hal mendisiplinkan pelajar pihak sekolah juga selalu berupaya agar

pelajar selalu giat kesekolah dengan cara membuat peraturan peraturan di sekolah

serta memberikan sansi seperti membersihkan toilet,menyapu halaman sekolah dan

membersihkan perlengkapan olahraga yang ada di sekolah.

Wawancara dengan Bapak MUNTASIR selaku kepala staf Satuan polisi

Pamong Praja Bireuen ” apabila ada pelajar yang terjaring razia maka pelajar tersebut

akan di kumpulkan lalu di bawa ke kantor Satuan Polisi Pamong Praja untuk di bina“

Pembinaan yang di lakukan Satuan Polisi Pamong Praja kepada pelajar untuk

tidak melakukan lagi kenakalan yang sama dengan di beri pengetahuan mental,akhlak

dan agama sehigga mereka sadar bahwa perbuatan yang di lakukan adalah

menyimpang.

Kedisiplinan pelajar merupakan hal yang sangat di perhatikan agar pelajar

terhindar dari hal yang menyimpang seperti membolos saat jam pelajaran,faktor

membolos nya pelajar itu bisa dikatakan beasal dari luar seperti faktor dalam

berkawan juga menjadi salah satu penyebab pelajar membolos oleh karena itu pihak

sekolah juga berperan aktif dalam membantu mengatasi hal tersebut.seperti yang

dikatakan oleh Dengan adanya Satuan Polisi Pamong Praja tentu akan sangat
membantu pihak sekolah dalam menertipkan pelajar yang ada di luar sekolah saat jam

pelajaran sedang berlangsung sehingga membuat pelajar lebih mematuhi peraturan

yang telah di buat oleh pihak sekolah dan pelajar menjadi lebih disiplin.

Wawancara dengan Zaki Fahreza pelajar SMAN 1 Kutablang

“ Terkadang yang membuat kita malas sekolah itu karena terlambat bangun
sehingga akan terlambat ke sekolah dan apabila sudah terlambat lebih baik
tidak masuk lagi ke sekolah Cuma pergi dari rumah saja setelah itu duduk di
tempat lain “

Wawancara dengan Muhammad Nanda pelajar SMAN 1 kutablang

“Mungkin apabila Satuan Polisi Pamong Praja sering Datang dan merazia
maka pelajar akan lebih disiplin tp kenyataan nyan sangat jarang Satuan
Polisi Pamong Praja datang ke Kecamatan Kutablang“

Wawancara dengan Ulia Rahmi pelajar SMAN 1 Kutablang

“Bisa di katakan kurang maksimal karena masih ada anak sekolah yang
masih berkeliaran saat jam pelajaran “

Wawancara dengan Zulheri pelajar SMAN 1 Kutablang

“Karena kurang nya uang jajan juga menjadi penyebab malas untuk ke
sekolah”

Dalam masalah kedisiplinan pelajar ternyata masih banyak hal lain yang

mempengaruhi pelajar sehingga pelajar membolos sekolah seperti telat bangun dan

faktor ekonomi juga sangat berpengaruh.Kinerja Satuan Polisi Pamong Praja dalam

mengawasi pelajar di Kecamatan Kutablang bisa di nilai masih sangat rendah dan

perlu adanya perbaikan dari Satuan Polisi Pamong Praja dalam menangani masalah

disiplin pelajar di Kecamatan Kutabalang


Akan tetapi kurangnya pemantauan dari Satuan Polisi Pamong Praja ke

Kecamatan Kutablang sehingga masih ada pelajar yang membolos saat jam pelajaran

berlangsung karena dengan adanyan satuan Polisi Pamong Praja dalam mengawasi

pelajar itu akan sangan menguntungkan bagi pihak sekolah karena dapat membantu

pihak sekolah dalam mengawasi dan mengendalikan pelajar di luar sekolah saat jam

pelajaran berlangsung

Wawancara dengan Bapak ADIL,S.Si selaku guru BP di sekolah SMAN 1

Kutablang

“Bahwa dalam menangani masalah pelajar yang membolos di Kecamatan


Kutablang Satuan Polisi Pamong Praja Bireuen masih harus di tingkatkan”

Kinerja Satuan Polisi Pamong Praja (satpol pp) dalam menangani masalah

disiplin pelajar di nilai masih kurang maksimal dalam membantu pihak sekolah di

Kecamatan Kutablang karena masih ada pelajar pelajar yang masih berkeliaran di luar

sekolah saat jam pelajaran masih berlangsung,karena Satuan Polisi Pamong Praja

jarang hadir atau jarang melakukan pemantauan dan juga patrol rutin di Kecamatan

Kutablang Kabupaten Bireuen.


4.1.4 Faktor Yang Menghambat Pola Pengawasan Dan Pembinaan Satuan
Polisi Pamong Praja (SATPOL PP) Tentang Disiplin Pelajar Di
Kecamatan Kutablang Kab Bireuen
Untuk mengantisipasi berbagai perkembangan baru dan potensi ancaman yang

dapat mengganggu ketertiban dan ketentraman masyarakat seperti kedisiplinan

pelajar, Satpol PP sesungguhnya telah melakukan berbagai upaya. Pada batas-batas

tertentu, upaya yang telah dilakukan boleh dikata telah memperlihatkan hasil yang

signifikan. Potensi gangguan ketentraman dan ketertiban masyarakat hingga kini

dapat dieliminasi dan dicegah untuk tidak keburu membesar. Namun demikian, harus

diakui bahwa upaya menciptakan ketertiban dan ketentraman masyarakat yang benar-

benar optimal bukanlah hal yang mudah. Di era reformasi dan otonomi daerah seperti

sekarang ini yang didasari oleh Menurut Peraturan Pemerintah

41 Nomor 6 tahun 2010 Tentang Satpol PP.

Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Bireuen sudah berupaya

untuk melakukan yang terbaik untuk membantu pemerintah dalam membantu

memberikan rasa aman dan tentram kepada masyarakat dalam hal nya dalam

menangani masalah kedisiplinan pelajar Satuan Polisi Pamong Praja juga sudah

berupaya melakukan yang terbaik untuk membantu pihak sekolah dalam menertipkan

pelajar di luar sekolah saat jam pelajaran berlangsung.

Kecamatan Kutablang adalah salah satu Kecamatan yang berada di Kabupaten

Bireuen Kecamatan Kutablang adalah salah pemekaran dari kecamatan Gandapura

dan sekarang kecamatan Kutablang terpisah dari kecamatan Gandapura,dalam hal


penertiban pelajar Satuan Polisi Pamong sudah mengusahakan yang terbaik mungkin

karena letak Kecamatan Kutablang jauh dari Kabupaten sehingga Satuan Polisi

Pamong Praja sering lepas kendali dalam mengontrol kedisiplinan pelajar yang ada

dikecamatan Kutabalang.

Wawancara dengan Bapak FAKRUR RAZI,S.P Kasat Pol PP Bireuen

“Dalam menangani masalah kesidiplinan Pelajar Di Kecamatan Kutablang


Satuan polisi Pamong Praja ( Satpol PP) memang mengalami hambatan
dalam melakukan pembinaaan disiplin terhadap pelajar karena letak kantor
Satuan Polisi Pamong Praja juga berada di Kabupaten sangat jauh dari
Kecamatan Kutablang dan jumlah anggota juga tidak terlalu banyak serta
terhambat juga dari prasarana yang tersedia sangat minim“

.Berkaitan dengan keterbatasan jumlah petugas Kantor Satuan Polisi Pamong

Praja Kabupaten Bireuen yang hanya berjumlah 65 orang yang umumnya masih

belum memuaskan. Dibandingkan dengan tugas yang harus dilaksanakan sesuai

tupoksinya, maka bukan saja jumlah aparat Satuan Polisi Pamong Praja yang ada jauh

dari memadai dibandingkan dengan besaran nya masalah yang dihadapi di lapangan,

tetapi dari segi kesejahteraan dan jaminan keselamatan selama bertugas umumnya

juga belum tertangani dengan baik.

Di samping itu bersamaan dengan perkembangan yang terjadi di masyarakat,

perlu pula disadari bahwa berbagai masalah ketertiban dan ketentraman yang timbul

juga makin kompleks dan rumit, sehingga ketika semua masalah itu diserahkan

kepada Satuan Polisi Pamong Praja, maka seringkali jumlah aparat yang tersedia

kurang mencukupi.Diakui bahwa tanpa adanya dukungan sarana dan prasarana yang

memadai dalam rangka melaksanakan aktivitas operasioanl di lapangan, maka kinerja


aparat dirasakan cukup sulit untuk mencapai hasil yang optimal. Tidak sedikit pula

aparat Satuan Polisi Pamong Praja yang mengungkapkan selain beban tugas yang

dihadapi tidak sesuai dengan jumlah personil, problematika sarana dan prasarana

penunjang kegiatan di lapangan merupakan masalah yang perlu mendapatkan

perhatian serius.

Wawancara dengan ZULFAHMI anggota Satuan Polisi Pamong Praja Bireun

“Sarana dan prasarana yang baik merupakan hal yang sangat di perlukan
oleh Satuan Polisi Pamong Praja oleh sebab itu agak susah dalam memantau
kedisiplinan pelajar yang ada di Kecamatan kutablang Kabupaten Bireuen“

Dengan pernyataan tersebut mengungkapkan bahwa tujuan penertiban

sangatlah positif. Hal ini dapat dilihat dengan kegiatan ini dapat mengurangi

kenakalan pelajar yang terjadi ketika jam pelajar sedang berlangsung. Selain itu

dengan kegiatan ini pula dapat membuat pelajar tetap berada di sekolah untuk

menjalankan proses belajar mengajar sesuai semestinya.akan tetapi hambatan inilah

yang membuat anggota Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Bireuen agak susah

dalam memantau kedisiplinan pelajar di Kecamatan Kutablang.

Wawancara dengan Bapak MUNTASIR kepala anggota Satuan Polisi Pamong

Praja Bireuen “sebelum diadakan pembinaan pembimbingan untuk terjun kelapangan

dalam melaksanakan penertiban pelajar perlu di adakan nya rapat agar dapat

menyampaikan target yang akan di capai dalam pembinaan dan bimbingan tersebut”

Dalam hal demikian akan tetapi upaya penertiban kedisiplinan pelajar di

Kecamatan Kutablang akan terus dilakukan agar semakin banyak pelajar yang mau

menaati peraturan yang telah di buat di sekolah.


Wawancara dengan Bapak FAUZI selaku warga sekitar sekolah

“pemantauan dari Satuan Polisi Pamong Praja dalam merazia pelajar yang
membolos masih sangat kurang sehingga masih ada pelajar yang
membolos“

Wawancara dengan Bapak FAUZI selaku warga sekitar sekolah

“Dalam membina pelajar di Kecamatan Kutablang kinerja Satuan Polisi Pamong

Praja Harus lebih di tingkatkan supaya pelajar lebih disiplin dan sangat membantu

pihak sekolah “

Penertiban pelajar yang di lakukan oleh anggota Satuan Polisi Pamong Praja

juga sangat mendapat dukungan dari masyarakat karena hal ini sangat lah di perlukan

agar semakin banyak pelajar yang mematuhi aturan yang telah di buat oleh pihak

sekolah sehingga fenomena membolos di kalangan pelajar bias di atasi bahkan bisa

hilang.

Selain karena letak kantor Satuan polisi Pamong Praja bireuen sudah pindah

ke Blang Blahdeh sudah lebih agak jauh dari sebelum nya sehingga pengawasan

Satuan Polisi Pamong Praja juga agak lebih kendor terhadap sekolah sekolah yang

berada di daerah Kabupaten Bireuen sendiri berbeda dengan sebulum nya Karena

letak kantor yang lama masih dalam kawasan sekolah yang jadi tugas pemantauan

dalam membina pelajar yang membolos di jam pelajaran masih bisa di laksanakan

dengan cepat.
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

1. Dari berbangai penjelsan di atasa dapat di simpulkan bahwa Satuan Polisi

Pamong Praja sudah menjalankan tugas dlam menangani masalah penertiban

pelajar yang ada di Kecamatan Kutablang Kabupaten Bireuen akan tetapi belum

maksimal karena letak Kecamatan tersebut berada jauh dari letak kantor Satuan

POlisi Pamong Praja sehingga mereka agak lebih susah dalam melakukan

pemantauan nya.Dari segi hambatan lain nya juga di rasakan seperti

kekurangan anggota Satuan Polisi Pamong Praja Bireuen sehingga susah untuk

membagi pekerjaan sedangakan masih banyak juga tugas lainnya yang harus di

laksanakan oleh Satuan Polisi Pamong Praja Kab Bireuen dan juga

keterbatasan sarana dan prasarana yang ada.

2. Dalam melakukan pembinaan Satuan Polisi Pamong Praja melakukan

pembinaan kepada pelajar dengan cara memerikan ceramah yang berisikan

didikan kepada pelajar,dan juga Satuan POlisi Pamong Praja meberikan

pembinaan fisik berupa push up dan baris berbaris serta pelajar juga di minta

untuk menandatangani surat peryataan bahwa tidak akan mengulangi hal yang

sma ke depan.Dari pihak sekolah juga sudah mengupaya kan agar pelajar tidak

keluar saat jam pelajaran sedang berlangsung dengan menerapkan peraturan

sekolah seperti masuk sekolah tepat waktu dan memberikan sansi kepada
pelajar yang datang terlambat ke sekolah.selain itu faktor yang membuat pelajar

membolos itu berasal juga dari luar seperti faktor berteman.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan maka terdapat beberapa

saran yang peneliti ajukan bagi program atau kegiatan pembinaan dan pembimbingan

terhadap kedisiplinan pelajar di Kecamatan Kutablang yang dilakukan oleh Satuan

Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Bireuen yaitu :

1. Program atau kegiatan ini harus terus terlaksana untuk menekan kedisiplinan

pelajar yang ada diwilayah Kecamatan Kutablang agar pelajar lebih mematuhi

peraturan yang telah di buat pihak sekolah selain itu Penambahan anggota

Satuan Polisi Pamong Praja di Kabupaten Bireuen yang masih kekurangan

anggota nya pada saat ini supaya setip kegiatan yang direncanakan terlaksana

dengan semestinya.

2. Sarana dan prasaran penunjang untuk program pembinaan dan pembimbingan

harus di tingkatkan agar setiap program terlaksana secara maksimal.Dari pihak

sekolah juga harus selalu berupaya agar pelajar semakin giat ke sekolah

sehingga pelajar yang membolos dapat di hindari.


DAFTAR PUSTAKA

Ali Imron, 1995,Penertiban siswa oleh Satpol PP di Jakarta : Dunia Pustaka Jaya

Anas Salahudin. (2012). Bimbingan & Konseling. Bandung : CV Pustaka Setia

Baharuddin, Mahmud. 2001 . Pelaksanaan Tugas Seorang SATPOL PP . Jakarta :


Puspa Swara

Dirjen PUOD 1995. Pedoman dan Petunjuk Polisi Pamong Praja, Jakarta, Dirjen
PUOD, 1995

Dwi Kiswoyo Dkk. (2008). Ilmu Pendidikan. Yogyakarta : UNY Press

Eka Novianti Pertiwi. (2014). Wewenang Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP)
Dalam Penegakan Peraturan Daerah Di Kota Makassar. Laporan Penelitian.
Universitas Hasanudin

Engkoswara. 2010. Administrasi Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

M.Dhaki.Faiq. 2009. Sejarah Terbentuknya Satuan Polisi Pamong Praja Indonesia.

Moleong, L.2006. Metodelogi Penelitian Kualitatif, Rosdakarya, Bandung

Nana Syaodih Sukarnadinata. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Plet A Sahertian, 1994, Dimensi-dimensi Administrasi Pendidikan di


Sekolah,Surabaya : Usaha nasional

Sandhi Sujono.2003. Dasar- Dasar Pelaksanaan Fungsi SATPOL PP . Surabaya : PT.


Putra Harsada

Sarlito W. Sarwono. (2006). Psikologi Remaja. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sudarsono. (2004). Kenakalan Remaja. Jakarta : PT Rineka Cipta

Tu’u, Tulus. 2004. Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Jakarta:
Gratisindo

Warella. Pelayanan Publik.1997. Jakarta Erlangga


Y. B. Mulyono. (1989). Pendekatan Analisis Kenakalan Remaja Dan
Penanggulannya. Yogyakarta : Penerbit Kanisius

Undang undang

Undang undang No 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Undang undang No 5 Tahun 1974 Tentang Pokok pokok Pemerintah Daerah

Undang undang No 32 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah

MEN PAN No 81 Tahun 1993 Tentang Pelayanan Umum

Peraturan Pemerintah No 6 Tahun 2010 Tentang Satuan Polisi Pamong Praja

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 54 Tahun 2011 Tentang
Standar Operasional Prosedur Satuan Polisi Pamong Praja

Undang Undang No 32 tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah

Anda mungkin juga menyukai