Oleh : Supriadi
Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.
PENDAHULUAN
Ayam kampung atau ayam bukan ras (BURAS) sudah banyak dipelihara
masyarakat khususnya masyarakat di perdesaan dengan pola pemeliharaan di umbar
(ekstensif). Mengubah sistem beternak ayam kampung dari sistem ekstensif ke sistem
semi intensif atau intensif memang tidak mudah, apalagi cara beternak sistem
tradisional (ekstensif) sudah mendarah daging di masyarakat kita. Akan tetapi kalau
dilihat nilai kemanfaatan dan hasil yang dicapai tentu akan menjadi faktor pendorong
tersendiri untuk mencoba beternak dengan sistem intensif. Untuk mendapatkan hasil
yang optimal dalam usaha beternak ayam kampung, maka perlu kiranya
memperhatikan beberapa hal berikut :
1. Bibit
Disampaikan pada siaran langsung programa II RRI Prof. Kepulauan Riau Tgl 10 Maret 2014
2. Pakan
Sedangkan air diberikan secara ad libitum (tak terbatas) dan pada tahap-tahap
awal pemeliharaan perlu dicampur dengan vitamin+antibiotika.
a. Untuk anak ayam umur 1 – 6 hari (kutuk), pakan ditabur atau sediakan pada wadah
yang mudah terjangkau, jenis pakan yang dipakai adalah ransum ayam ras starter
(pakan komersial).
b. Ayam umur 7 hari s/d 1 bulan dapat diberikan pakan campuran yaitu pakan ayam
ras starter dicampur dengan katul dan dedak halus, dengan perbandingan 1: 1 atau
jagung giling dan katul dengan perbandingan 2 : 1 dan dapat di tambah protein
hewani.
Disampaikan pada siaran langsung programa II RRI Prof. Kepulauan Riau Tgl 10 Maret 2014
c. Ayam umur 2-4 bulan dan seterusnya, diberikan pakan campuran, dedak halus,
jagung giling, dan pakan komersil dengan perbandingan 3:1:1 dan dapat di
tambahan gabah, gaplek dan tepung ikan.
Ransum ayam buras betina dewasa untuk 100 kg adalah sebagai berikut :
jagung giling 28,2 kg, dedak halus 58,5 kg, tepung ikan 6,3 kg, tepung kapur 6,5 kg,
garam 0,2 kg dan premix A 0,3 kg. Kandungan zat nutrisi tersebut diatas adalah
protein kasar 15%; dan energi metabolis 2.312kkal/kg.
Terdapat 4 jenis ransum ayam buras. Salah satunya diantaranya adalah sebagai
berikut: jagung giling 41 kg, dedak halus 53 kg, tepung ikan 2 kg, bungkil kedelai 0,9
kg, tepung tulang 0,8 kg, tepung kapur 1,75 kg, premix A 0,25 kg, garam 0,2 kg dan
lisin 0,1 kg.
Kandungan zat nutrisi ransum ayam dara adalah sebagai berikut : protein kasar
10-14% , energi metabolis 2.700 kkal/kg ransum, lemak 5-7%, serat kasar 9-10%,
Kalsium (Ca) 1-1,2% dan fospor ( P) 0,28 -0,95%.
Jagung giling 36 kg; dedak halus 45 kg, bungkil kelapa 9 kg, bungkil kedelai 7
kg, tepung kapur 2,5 kg, premix A 0,2 kg, garam 0,2 kg dan lisin 0,03 kg. Kandungan
zat nutrisi ransum anak ayam muda adalah : protein kasar 14-15%, energi metabolis
Disampaikan pada siaran langsung programa II RRI Prof. Kepulauan Riau Tgl 10 Maret 2014
2.300-2.900 kkal/kg ransum, lemak 5-8 %, serat kasar 6,7%, kalsium (Ca) 1-2,5% dan
fospor (P) 0,9-1,5%.
1. Sumber Energi
Termasuk dalam golongan ini adalah semua bahan pakan ternak yang kandungan
protein kasarnya kurang dari 20%, dengan konsentrasi serat kasar di bawah 18%.
Berdasarkan jenisnya, bahan pakan sumber energy dibedakan menjadi empat
kelompok, yaitu:
a. Kelompok serealia/biji-bijian (jagung, gandum, sorgum)
b. Kelompok hasil sampingan serealia (limbah penggilingan)
c. Kelompok umbi (ketela rambat, ketela pohon dan hasil sampingannya)
d.Kelompok hijauan yang terdiri dari beberapa macam rumput (rumput gajah, rumput
benggala dan rumput setaria).
2) Sumber protein
Golongan bahan pakan ini meliputi semua bahan pakan ternak yang mempunyai
kandungan protein minimal 20% (berasal dari hewan/tanama)
Golongan ini dibedakan menjadi 3 kelompok:
a. Kelompok hijauan sebagai sisa hasil pertanian yang terdiri atas jenis daun-daunan
sebagai hasil sampingan (daun ketela rambat, ganggang dan bungkil)
b. Kelompok hijauan yang sengaja ditanam (Leguminosa), misalnya lamtoro, turi
kaliandra, gamal dan sentro
c. Kelompok bahan yang dihasilkan dari hewan (tepung ikan, tepung tulang dan
sebagainya).
Disampaikan pada siaran langsung programa II RRI Prof. Kepulauan Riau Tgl 10 Maret 2014
perlakuan seperti pemanasan, oksidasi dan penyimpanan terhadap bahan pakan
akan mempengaruhi konsentrasi kandungan vitamin dan mineralnya.
• Saat ini bahan-bahan pakan sebagai sumber vitamin dan mineral sudah tersedia di
pasaran bebas yang dikemas khusus dalam rupa bahan olahan yang siap
digunakan sebagai campuran pakan, misalnya premix, kapur, Ca2PO4 dan
beberapa mineral.
Ukuran kandang : tidak ada ukuran standar kandang yang ideal, akan tetapi
ada anjuran sebaiknya lebar kandang antara 4-8 m dan panjang kandang tidak lebih
dari 70 m. Ukuran kandang 2 x 5 m dapat menampung 40 ekor anak ayam buras
berumur 2-3 bulan, atau 30 ekor ayam dewasa. Pagar keliling dapat disesuaikan
menurut luas . Luas kandang 2 x 5 m, ukuran pagar keliling cukup 6 x 10m. Yang
perlu mendapat perhatian adalah daya tampung atau kapasitas kandang. Tiap meter
persegi sebaiknya diisi antara 45-55 ekor DOC ayam kampung sampai umur 2
minggu, kemudian jumlahnya dikurangi sesuai dengan bertambahnya umur ayam.
Bentuk kandang yang dianjurkan adalah bentuk postal dengan lantai yang
dilapisi litter yang terdiri dari campuran sekam, serbuk gergaji dan kapur setebal ± 15
cm. Model atap monitor yang terdiri dari dua sisi dengan bagian puncaknya ada
lubang sebagai ventilasi dan bahan atap menggunakan genteng atau asbes.
Pemeliharaan ayam kampung di bagi dalam dua fase yaitu fase starter (umur
1-4 minggu) dan fase finisher (umur 5-8 minggu). Pada fase starter biasanya
Disampaikan pada siaran langsung programa II RRI Prof. Kepulauan Riau Tgl 10 Maret 2014
digunakan kandang bok (dengan pemanas) bisa bok khusus atau juga kandang postal
yang diberi pagar. Suhu dalam kandang bok biasanya berkisar antara 30-32°C. Pada
fase finisher digunakan kandang ren atau postal seperti model pemeliharaan ayam
broiler.
Peralatan Kandang
Tempat pakan dan air minum diusahakan terbuat dari bahan yang tidak
berkarat, seperti papan, belahan bambu, plastik atau belahan paralon. Tempat pakan
dibuat berbentuk V akan lebih efisien, karena makanan terkumpul di bagian bawah
sehingga ternak sulit untuk mencakarnya. Penempatan tempat air minum untuk sistem
intensif harus di dalam kandang dan berada kira-kira 10 cm di atas permukaan lantai,
sedangkan sistem semi intensif penempatan pakan atau air minum dapat diletakan di
dalam atau di halaman kandang asalkan tidak terkena air hujan atau sinar matahari
langsung.
4. Manajemen Pemeliharaan
Model pemeliharaan ayam kampung secara intensif lebih disarankan dari yang
lainnya terutama dalam hal kontrol penyakit. Sebenarnya masih banyak lagi manfaat
dari cara beternak secara intensif, akan tetapi kami tidak dapat menguraikannya di
sini.
Disampaikan pada siaran langsung programa II RRI Prof. Kepulauan Riau Tgl 10 Maret 2014
5. Pengendalian Penyakit
Disampaikan pada siaran langsung programa II RRI Prof. Kepulauan Riau Tgl 10 Maret 2014