Anda di halaman 1dari 22

I.

PENDAHULUAN

Gigi memiliki fungsi yang penting dalam tubuh yaitu untuk mengunyah
dan berbicara. Kerusakan pada gigi dapat mengakibatkanfungsi dari gigi
terganggu. Kerusakan gigi dapat bervariasi dari yang paling sederhana sampai
kerusakan yang luas yang dapat mengakibatkan kehilangan gigi.. Kehilangan gigi
baik sebagian maupun seluruhnya sebaiknya segera dibuatkan gigi tiruan
pengganti karena akan menimbulkan berbagai gangguan pada individu tersebut.
Akibat yang timbul dari hilangnya gigi dalam waktu yang lama dan tidak
dibuatkan gigi tiruan pengganti antara lain efisiensi pengunyahan, ekstrusi gigi
antagonis, penurunan gangguan Temporomandibular Joint (TMJ), migrasi dan
rotasi gigi, kerusakan membran periodontal, gangguan fungsi bicara, kebersihan
mulut terganggu, dan gangguan estetis.
Salah satu jenis gigi tiruan adalah gigi tiruan cekat. Gigi tiruan cekat
adalah suatu restorasi gigi di dalam mulut yang tidak dapat di lepas dengan
mudah, baik oleh pasien atau dokter giginya, biasanya untuk menggantikan satu
gigi atau lebih yang hilang. Secara umum tujuan pembuatan GTC :
1. Mencegah terjadinya perpindahan tempat gigi sekitar ruangan yang
kosong karena hilangnya gigi.
2. Memulihkan daya kunyah yang berkurang karena hilangnya satu atau
lebih gigi asli
3. Untuk perbaikan estetika
4. Untuk memelihara dan mempertahankan gusi.
5. Untuk memulihkan fungsi fonetik.
Keuntungan dari GTC adalah:
1. Dapat mempunyai efek splint yang melindungi gigi terhadap stress.
2. Karena dilekatkan pada gigi asli maka tidak mudah terlepas atau tertelan.
3. Dirasakan sebagai gigi sendiri oleh pasien.
4. Menyebarkan tekanan fungsi ke seluruh gigi, sehingga menguntungkan
jaringan pendukungnya

1
5. Tidak mempunyai pendekap yang dapat menyebabkan keausan pada
permukaan email gigi, karena tiap kali dilepas dan dipasang kembali di
dalam mulut.

2
II. TINJAUAN PUSTAKA

Gigi tiruan dibedakan menurut banyaknya gigi yang hilang terdiri dari gigi
tiruan lengkap dan gigi tiruan sebagian. Gigi tiruan sebagian dibedakan menjadi
gigi tiruan sebagian lepasan dan gigi tiruan sebagian cekat. Gigi tiruan cekat
adalahg suatu restorasi gigi di dalam mulut yang tidak dapat di lepas dengan
mudah, baik oleh pasien atau dokter giginya. Restorasi ini dilekatkan/ dipasang
secara permanen pada gigi asli atau akar-akar gigi asli yang merupakan
pendukung utama dari restorasi tersebut. ( Cowell, 1979 dan Rosenstiel, 1988).
Bagian-bagian dari GTC adalah (Shillingburg, 1997):
1. Gigi abutment/gigi pendukung/gigi pegangan. Gigi merupakan pendukung
GTC/ bagian dari GTC tempat retainer dilekatkan/disemen. Gigi abutment
harus merupakan gigi yang sudah erupsi penuh agar retainer tidak
terangkat.
2. Retainer, yaitu bagian GTC yang merupakan bangunan logam tuang yang
disemen atau dilekatkan pada gigi penyangga untuk menahan atau
membantu suatu pontic. Retainer ini menghubungkan bridge dengan
abutment. Fungsi retainer adalah untuk menjaga agar GTC tetap pada
tempatnya
3. Pontic, yaitu bagian dari GTC yang menggantikan gigi hilang. Pontic ini
tidak selalu merupakan suatu reproduksi dari gigi yang diganti. Sebagai
contoh, rahang yang telah kehilangan gigi molar pertam, sementara ruang
yang telah tersedia telah menyempit, maka kita bias menempatkan /
menggantikan dengan gigi premolar sebagai pontic pada ruang tersebut.
Salah satu sifat pontic yang sangat penting adalah reability, yaitu
ketahanan cairan di dalam mulut (suasana di dalam mulut).
4. Connector/joint, yaitu bagian GTC yang menghubungkan retainer dan
pontic. Connector dapat berupa hubungan antara retainer dengan pontic
atau retainer-retainer. Hubungan pontic dengan retainer dapat merupakan
perlekatan kaku (rigid) atau yang tidak kaku (non rigid) sebagai stress
breaker (alat penyerap daya untuk mengurangi beban yang harus diterima
abutment).

3
Beberapa macam bentuk/desain pontic adalah (Mc Cord, J.F., dkk, 2003):
1.Ridge Lap pontic
Merupakan pontic yang paling dapat menjamin estetika karena seluruh
bentuk pontic tersebut mengganti dari seluruh bentuk gigi yang hilang.
Kejelekan bentuk ini sering menyebabkan infalmasi jaringan lunka di
bawah pontic tersebut, Karena pontic ini menutup seluruh edentulous
ridge.
2.Modified Ridge Lap pontic
Pontic ini tidak menempel edentulous ridge pada permukaan
palatinal/lingual, sedang permukaan bukal atau labialnya menempel.
Keadaan ini untuk memperkecil terjadinya impaksi dan akumulasi
makanan, tetapi tidak mengabaikan faktor estetika, sehingga biasanya
untuk gigi anterior.
3.Hygienic pontic
Pontic ini sama sekali tidak menempel pada edentulous ridge
(menggantung) sehingga self clensing sangat terjamin. Biasanya untuk gigi
posterior bawah.
4.Conical pontic.
Pontic ini hampir sama dengan hygienic pontic tetapi pada jenis ini ada
bagian yang menempel pada edentulous ridge. Sering juga disebut bullet atau
spheroid pontic mahkota sementara.

Konektor merupakan penghubung antara gigi abutment dengan pontic.


Tipe GTC menurut konektornya, antara lain (Allan dan Foreman, 1986):
1. Fixed-fixed bridge : kedua konektor bersifat rigid. Dapat digunakan untuk gigi
posterior dan anterior.
2. Fixed movable bridge : salah satu konektor bersifat rigid dan konektor lain
bersifat non rigid. Dapat digunakan untuk gigi posterior dan anterior.
3. Spring bridge : pontic jauh dari retainer dan dihubungkan dengan palatal bar.
Digunakan pada kasus diastema/space yang mengutamakan estetis.
Keuntungan spring bridge jika digunakan untuk gigi yang diastem adalah (1)

4
konektor tidak tampak sehingga faktor estetis tidak terabaikan, (2) ukuran gigi
geligi tetap tampak alami.
4. Cantilever bridge : satu ujung bridge melekat secara kaku pada retainer sedang
ujung lainnya bebas/menggantung.
5. Compound bridge : adalah kombinasi dua atau lebih dari tipe bridge.

Tipe – tipe retainer antara lain (Shillingburg, 1997):


1. Tipe dalam dentin (intra coronal retainer )
Preparasi dan badan retainer sebagian besar ada di dalam dentin atau di
dalam mahkota gigi. Contoh : tumpatan MOD.
2. Tipe luar dentin (ekstra coronal retainer )
Preparasi dan bidang retensi sebagian besar ada di luar dentin atau diluar
badan mahkota gigi. Contoh : preparasi full cast crown.
3. Tipe dalam akar (intraradicular)
Preparasi dan bidang retensi sebagian besar ada di dalam saluran akar.
Contoh : mahkota pasak inti.
Untuk pembuatan GTC diperlukan Rö foto yang berguna untuk
mengetahui :
1. Keadaan tulang alveolar di daerah yang kehilangan gigi
2. Akar yang tertinggal di alveolar
3. Perbandingan panjang akar dan tinggi mahkota
4. Ukuran, bentuk dan posisi akar
5. Tebal dan kontinuitas lapisan periodontal
6. Adanya kelainan pada apeks akar
Gigi abutment harus dipersiapkan agar benar – benar dapat memberi
dukungan yang kuat pada GTC. Untuk memperkirakan berapa gigi yang akan
dipakai sebagai abutment untuk suatu jembatan digunakan Hukum Ante : “Luas
permukaan selaput periodontal dari gigi abutment hendaknya sama atau lebih
besar dari luas selaput periodontal gigi yang akan diganti”.
Indikasi GTC adalah (Ewing, 1959) :
1. Pasien berusia 20-50 th. Hal ini untuk mengantisipasi pulpa yang masih
tinggi dan perforasi.

5
2. Mempunyai struktur gigi yang sehat
3. Hygiene mulut baik
4. Mengganti gigi yang terbatas (1-4 gigi)
5. Kondisi ridge dalam batas normal
6. Jaringan pendukung alveolar baik
7. Perkembangan gigi baik
8. Gigi abutment mampu menerima tekanan pontic
9. Oklusi dan jaringan periodonsium baik
10. Untuk pasien yang menuntut penampilan
11. Kesehatan umum dan sosial indikasi baik
12. Sebaiknya gigi abutment paralel
13. Sedapat mungkin gigi abutment vital
14. Tidak mempunyai kebiasaan buruk

Kontra indikasinya adalah (Ewing, 1959):


1. Pasien terlalu muda atau tua
2. Struktur gigi terlalu lunak
3. Kebersihan mulut jelek
4. Gigi yang harus diganti banyak
5. Kondisi daerah tak bergigi mengalami resorbsi eksisi
6. Alveolus pendukung gigi kurang dari 2/3 akar gigi
7. Gigi abutment abnormal dan jaringan periodonsium tidak sehat
8. Oklusi abnormal
9. Kesehatan umum jelek
10. Tidak terjalin kooperasi dari pasien dan operator
11. Mempunyai kebiasaan buruk
12. Gigi hipersensitif walaupun sudah dianestestesi

Prosedur pembuatan GTC :


1. Preparasi gigi abutment, bisa dilakukan pada gigi kaninus, premolar atau
molar.
Preparasi GTC dilakukan ( Johnson, 1960 ):

6
a. Pengurangan permukaan oklusal atau sisi insisal
b. Pengurangan sisi proksimal
c. Preparasi permukaan labial, lingual, bukal
d. Pengurangan sudut aksial.
e. Membuat shoulder sebagai pijakan mahkota agar tidak mudah
lepas
2. Setelah gigi abutment dipreparasi, maka gigi tersebut harus dilindungi dengan
mahkota sementara (Martanto, 1981) yang berfungsi untuk :
a. Melindungi gigi dari rangsang mekanis, khemis, suhu
b. Mencegah terjadinya elongasi daan migrasi
c. Milindungi gusi daerah servikal dan migrasi
d. Memelihara estetis
3. Membuat model kerja
4. Pemendaman dan penuangan logam kerangka GTC.
5. Pembuatan facing akrilik / porselain.
6. Pemilihan jenis pontic.

7
III. LAPORAN KASUS

A. Identifikasi
Nama : Ivan Aryo Putro
Umur : 21 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
Alamat : Kledokan RT 05 RW 02 No. 47 Catur Tunggal
Depok, Sleman, Yogyakarta
Pekerjaan : Mahasiswa
Bangsa : Indonesia
No. Kartu : 148150
Tanggal Pemeriksaan : 26 Februari 2015

B. Anamnesa
Pemeriksaan Subyektif
Motivasi : Pasien datang ke klinik atas keinginan sendiri untuk membuatkan
gigi palsu yang tidak bisa dilepas pada gigi belakang kanan
bawah
CC : Merasa terganggu ketika makan karena ada gigi yang telah
dicabut.
PI : Tidak ada keluhan sakit.
PDH : Pernah mencabutkan gigi susu ke dokter gigi
Pernah menambalkan gigi kiri bawah belakang satu tahun yang
lalu
Pernah mencabutkan gigi geraham kiri bawah 1 bulan yang lalu
tanpa komplikasi.
PMH : Sehat, tidak dicurigai menderita penyakit sistemik dan tidak
alergi terhadap obat.
FH : Ayah : Sehat, tidak dicurigai menderita penyakit sistemik
Ibu : Sehat, tidak dicurigai menderita penyakit sistemik

8
Pemeriksaan Obyektif
a. Umum : Jasmani : sehat.
Rohani : kooperatif dan komunikatif.
b. Lokal : EO : wajah : simetris, t.a.k.
pipi : simetris, t.a.k.
bibir : simetris, t.a.k.
lnn : tidak teraba.
IO : Mukosa : normal, t.a.k.
Gingiva : normal, t.a.k.
Lidah : normal, t.a.k.
Palatum : normal, t.a.k.

Formula gigi

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8

8 7 6 5 4 3 2 1 1 2 3 4 5 6 7 8
X

Keterangan X : telah dicabut


Klasifikasi Gigi:
Rahang bawah : Kennedy klas III atau Applegate Kennedy Klas VI

Pemeriksaan rö foto
Tidak ada area radiolusen di sekitar daerah yang tidak bergigi dan tidak ada
kelainan disekitar gigi 45 dan 47 yang akan dijadikan gigi abutment. Jaringan
periodontal sehat.

9
IV. RENCANA PERAWATAN

Kunjungan I
1. Anamnesis serta memberi penjelasan kepada pasien tentang jalannya
perawatan dalam pembuatan gigi tiruan cekat
2. Persiapan-persiapan di dalam mulut sebelum dibuat gigi tiruan cekat, meliputi
perawatan periodontal yaitu scaling
3. Evaluasi Rö foto untuk mengetahui kondisi gigi abutment dan jaringan
periodontalnya.
4. Indikasi dan mencetak study model RA dan RB dengan :
sendok cetak : perforated stock tray no. 1 untuk rahang bawah dan no.1
untuk rahang atas
bahan cetak : alginat (irreversible hydrocolloid)
metode mencetak : mukostatik

Setelah dilakukan boxing study model kemudian dilakukan pembuatan


desain gigi tiruan cekat rahang bawah. Pasien kehilangan gigi 46 yang akan
dibuatkan GTC fixed-fixed bridge dengan gigi 45 dan 47 sebagai abutment serta
pontic pada gigi 46 atau disebut juga gigi tiruan cekat tiga unit. Retainer pada gigi
45 dan 47 berupa full veneer crown yang terbuat dari porcelain fused to metal.
Gigi abutment 45 dan 47 dipreparasi dengan menggunakan bur kecepatan tinggi
(high speed bur). Bentuk pontic yang digunakan adalah hygiene pontic, yaitu
pontic yang tidak menempel sama sekali pada edentulous ridge (menggantung).
Hal ini dimaksudkan supaya self cleansing dapat terjamin.
Kondisi gigi sebelum dipreparasi:
Jarak mesiodistal 45 : 8,5 mm

10
Jarak mesiodistal 47 : 10,8 mm
Ruang pada gigi 46 : 8 mm

Rencana preparasi gigi:


Pengurangan 35 :
Oklusal : 1,5 – 2 mm
Bukal : 0,5 – 1 mm
Lingual : 0,5 – 1 mm
Proksimal : Mesial : 1 – 1,5 mm
Distal : 1 – 1,5 mm

Pengurangan 37 :
Oklusal : 1,5 – 2 mm
Bukal : 0,5 – 1 mm
Lingual : 0,5 – 1 mm
Proksimal : Mesial : 1 – 1,5 mm
Distal : 1 – 1,5 mm

DESAIN GIGI TIRUAN CEKAT


3 2
4

1.Gigi abutment
2.Pontic
3.Rigid Connector
4.Retainer (full veneer crown, dengan veneer logam berlapis porselen)

5. Membuat simulasi preparasi gigi tiruan cekat 3 unit

11
Study model dicetak kembali kemudian diisi dengan stone gips. Setelah
cetakan jadi, dilakukan simulasi preparasi dengan crownmess lalu dibuat
mahkota sementara gigi tiruan cekat 3 unit dengan malam merah. Model kerja
tersebut dikirim ke laboratorium untuk diproses menjadi mahkota sementara
gigi tiruan cekat 3 unit dari self curing acrilic sewarna gigi.

Kunjungan II
Preparasi gigi abutment 45 dan 47 untuk retainer. Pontic pada daerah
edentulous ridge dari gigi 46 yg telah dicabut atau disebut juga GTC tiga unit
bridge. Retainer pada gigi 45 dan gigi 47 dibuat full crown dengan porcelain
fused to metal, retainer pada gigi tersebut dipreparasi dengan menggunakan bur
kecepatan tinggi (high speed bur).
Sebelum dilakukan preparasi, gigi abutment diseparasi pada gingiva
margin dengan benang yang sudah dibasahi adrenalin. Kemudian dilakukan
anestesi infiltrasi lingual dan bukal pada gigi yang akan dipreparasi. Anestesi
infiltrasi dilakukan pada gigi-gigi tersebut untuk mengurasi rasa nyeri yang
mungkin timbul akibat preparasi yang akan dilakukan.

Langkah-langkah preparasi gigi 45 :


a. Pengurangan permukaan oklusal
 Menggunakan round end tapered diamond
 Bagian oklusal dikurangi sebanyak 1,5-2,0 mm sesuai bentuk anatomi
permukaan oklusal
b. Pengurangan bagian bukal dan lingual
 Menggunakan bur silindris fissur bur berujung datar dan membulat (round
end).
 Pengurangan bagian bukal dan lingual sampai mendekati interproksimal
embrasure
 Bagian bukal dikurangi sebanyak 0,7 mm dan lingual dikurangi sebanyak
1,2 mm (bagian lingual dikurangi lebih banyak karena giginya rotasi)
 Finish line berbentuk knife edge

12
c. Pengurangan bagian proksimal
 Menggunakan tapered diamond (diameter terkecil)
 Preparasi diusahakan sejajar / parallel anatara dinding proksimal sebelah
mesial dan distal, atau sedikit konvergen ke arah oklusal sebesar ± 50
 Pengurangan bagian mesial dan distal sebanyak 1 – 1,5 mm
 Finish line berbentuk knife edge
Pengurangan sudut-sudut aksial
Tumpulkan sudut-sudut aksial yang ada dengan bur fisur kerucut terutama pada
daerah gingiva margin.
Untuk sudut-sudut aksial yang mudah dijangkau dapat menggunakan bur intan
fisur.

d. Penghalusan hasil preparasi


 Menggunakan sand paper disc.
 Menghilangkan seluruh bagian yang tajam, runcing, tidak rata dan
undercut-undercut untuk memperoleh hasil preparasi yang cukup halus

Langkah-langkah preparasi gigi 47 :


a. Pengurangan permukaan oklusal
 Pengurangan bagian oklusal menggunakan round end tapered diamond
 Bagian oklusal dikurangi sebanyak 1,5-2,0 mm sesuai bentuk anatomi
permukaan oklusal (tonjol bukal sedikit lebih banyak daripada tonjol
lingual)
 Pembuatan bevel pada tonjol fungsional (tonjol bukal) menggunakan
round end tapered diamond dengan cara memposisikan bur pada sudut 450
terhadap dinding aksial di buko oklusal line angle
b. Pengurangan bagian bukal dan lingual
 Menggunakan round end tappered dengan ujung datar dan bulat.
 Pengurangan bagian bukal dan lingual sampai mendekati interproksimal
embrasure
 Bagian bukal dikurangi sebanyak 0,7 mm dan lingual dikurangi sebanyak
1,2 mm

13
 Finish line berbentuk chamfer (0,5 mm di bawah gingiva)
c. Pengurangan bagian proksimal
 Menggunakan tapered diamond (diameter terkecil)
 Preparasi diusahakan sejajar / parallel anatara dinding proksimal sebelah
mesial dan distal, atau sedikit konvergen ke arah oklusal sebesar ± 50
 Pengurangan bagian mesial dan distal sebanyak 1 – 1,5 mm
 Finish line berbentuk chamfer yang dibentuk menggunakan torpedo
diamond
Pengurangan sudut-sudut aksial
Tumpulkan sudut-sudut aksial yang ada dengan bur fisur kerucut terutama pada
daerah gingiva margin.
Pengurangan dapat menggunakan tappered bur

d. Penghalusan hasil preparasi


 Menggunakan sand paper disc
 Menghilangkan seluruh bagian yang tajam, runcing, tidak rata dan
undercut-undercut untuk memperoleh hasil preparasi yang cukup halus

Setelah dipreparasi dibuat cetakan model kerja :


Sendok cetak : perforated stock tray no. 1
Bahan cetak : elastomer (aquasil)/nama dagang (exaflect)
Metode : double impression
Cara mencetak:
Bahan cetak putty yang terdiri dari base dan katalis dengan perbandingan
1 : 1 diaduk/diuleni dengan tangan kemudian setelah mencapat konsistensi
tertentu (homogen), kemudian bahan cetak diletakkan dalam sendok cetak.
Selanjutnya, bahan cetak aquasil injection (base dan katalis jadi satu dalam
pistol) diletakkan di atas sendok cetak yang sudah diberi putty, dan kemudian
dimasukkan ke dalam mulut pasien. Setelah bahan cetak setting, maka sendok
cetak dikeluarkan dari mulut pasien.
Hasil cetakan diisi dengan glass stone, kemudian dilakukan model malam
pada hasil cetakan tersebut sesuai dengan bentuk gigi yang hilang

14
menggunakan malam biru. Selanjutnya model kerja dikirim ke laboratorium
untuk pemrosesan bridge.

15
Pembuatan jembatan sementara
Pembuatan jembatan sementara
- Sebelum gigi dipreparasi, pada area gigi yang hilang dibuatkan mahkota
dengan malam inley.
- Lalu dibuat cetakan negatif dari alginate dari kuadran rahang dimana gigi
tersebut berada. Kemudian dibuat cetakan positifnya.
- Setelah gigi abutmentnya dipreparasi lalu dicetak mengguanakan alginat
kemudian dibuat cetakan positifnya.
- Cetakan positif dari gigi yang belum dipreparasi dibuat kembali cetakan
negatinya dengan menggunakan alginat.
- Lalu menuangkan self cured acrylic pada kuadran gigi yang dibuatkan
model malamnya, kemudian cetakan positif gigi setelah dipreparasi
dimasukkan ke dalam cetakan negatif gigi yang ada model malamnya
tersebut, ditunggu sampai mengeras. Setelah mengeras lalu dilepaskan dan
dipaskan pada gigi pasien.
- Jembatan sementara akrilik ini dilekatkan dengan semen oksida seng
eugenol (ZOE) atau semen Fletcher.

Kunjungan III (Try in)


1. Pengepasan gigi tiruan cekat, yang harus diperhatikan adalah retensi,
stabilisasi, oklusi. Perhatikan juga kontak proksimal antara gigi tiruan cekat
dengan gigi sebelahnya dan tepi gigi tiruan cekat yang tidak boleh menekan
gingiva.
Retensi
Kemampuan GTC untuk melawan gaya pemindah yang cenderung
memindahkan gigi tiruan kearah oklusal. Cara mengecek retensi gigi tiruan
adalah dengan cara memasang gigi tiruan tersebut ke dalam mulut pasien. Jika
tidak mempunyai retensi maka gigi tiruan tersebut akan terlepas setelah
dipasang, namun jika tidak terlepas berarti gigi tiruan tersebut sudah
mempunyai retensi.
Stabilisasi
Merupakan perlawanan atau ketahanan GTC terhadap gaya yang

16
menyebabkan perpindahan tempat atau gaya horizontal. Stabilisasi terlihat
dalam keadaan berfungsi, misal pada mastikasi. Pemeriksaan stabilisasi gigi
tiruan dengan cara menekan bagian gigi tiruan secara bergantian. Gigi tiruan
tidak boleh menunjukkan pergerakan pada saat tes ini.
Oklusi
Pemeriksaan aspek oklusi pada saat posisi sentrik, lateral dan anteroposterior.
Caranya dengan memakai kertas artikulasi yang diletakkan di antara gigi atas
dan bawah, kemudian pasien diminta melakukan gerakan mengunyah. Setelah
itu kertas artikulasi diangkat dan dilakukan pemeriksaan oklusal gigi. Pada
keadaan normal terlihat warna yang tersebar secara merata pada permukaan
gigi. Bila terlihat warna yang tidak merata pada oklusal gigi maka terjadi
traumatik oklusi oleh karena itu dilakukan pengurangan pada gigi yang
bersangkutan dengan metode selective grinding. Pengecekan oklusi ini
dilakukan sampai tidak terjadi traumatik oklusi
2. Setelah gigi tiruan cekat pas pada tempatnya dilakukan pemasangan sementara
dengan freegenol. Cara pemasangan gigi tiruan cekat sama seperti cara
penyemenan mahkota sementara gigi tiruan cekat 3 unit.

Penyemenan sementara GTC :


1. GTC dibersihkan dan disterilkan lalu dikeringkan, gigi yang akan dipasangi
GTC juga dikeringkan. Semen sementara (Zink Oksida Eugenol) atau
freegenol diaduk sesuai dengan konsistensinya dan dioleskan pada gigi yang
dipreparasi dan bagian dalam GTC.
2. GTC dipasang dengan tekanan maksimal, gulungan kapas diletakkan di atas
GTC dan disuruh menggigit beberapa menit.
3. Pemeriksaan oklusi dan estetis, finisihing line harus menutup.
4. Instruksi pada pasien untuk menjaga kebersihan mulutnya dan diminta untuk
tidak makan atau menggigit makanan yang keras dahulu. Pasien diintruksikan
untuk datang satu minggu kemudian untuk penyemenan permanen GTC.

17
Kunjungan IV (Insersi)
Dilakukan pemeriksaan pada pasien apakah mempunyai keluhan, apakah
ada peradangan pada jaringan sekitarnya. Pasien diingatkan apakah ketika makan,
makanan mengalir atau tidak. Apabila tidak ada keluhan, maka dapat dilakukan
penyemenan permanen dengan menggunakan semen ionomer kaca tipe I. Cara
penyemenan permanen gigi tiruan cekat:
1. Gigi tiruan cekat 3 unit dibersihkan, disterilkan lalu dikeringkan . Gigi yang
akan dipasangi gigi tiruan cekat juga dikeringkan. Daerah sekitar gigi yang
akan dipasangi GTC diisolasi dengna cotton roll.
2. Semen SIK tipe I diaduk dengan spatula plastik dengan gerakan melipat
hingga didapatkan konsistensi yang agak encer (dapat ditarik ke atas tanpa
putus 2,5 cm), kemudian dioleskan pada gigi yang dipreparasi dan bagian
dalam GTC 3 unit.
3. Gigi tiruan cekat 3 unit dipasang dengan tekanan maksimal, gulungan kapas
diletakkan di atasnya kemudian pasien disuruh menggigit beberapa menit.
Sisa-sisa semen /eksesnya dibersihkan.
4. Pemeriksaan retensi, stabilisasi, dan oklusi (dengan articulating paper).
5. Pasien diinstruksikan untuk menjada kebersihan mulutnya dan diminta untuk
tidak makan atau menggigit makanan yang keras dulu. Bila ada keluhan rasa
sakit segera kembali untuk dikontrol.

Kunjungan V
Pasien kontrol dengan melakukan pemeriksaan subjektif dan objektif.
1. Pemeriksaan subjektif, ditanyakan apakah ada keluhan setelah gigi tiruan
cekat dipasang dan dipakai.
2. Pemeriksaan objektif, dilihat keadaan jaringan mulut dan jaringan lunak di
daerah sekitar gigi tiruan cekat apakah ada peradangan atau tidak. Retensi,
stabilisasi, dan oklusi gigi tiruan cekat juga diperiksa.

18
V. DISKUSI

Pada kasus ini pasien mengeluhkan kenyamanan fungsi pengunyahan yang


terganggu sejak hilangnya gigi 46 sejak 1 bulan yang lalu. Berdasarkan hasil
pemeriksaan subyektif dan obyektif, rencana perawatan untuk kasus ini yaitu
pembuatan gigi tiruan cekat. Faktor usia dan keadaan kondisi gigi geligi pasien
sesuai dengan indikasi gigi tiruan cekat. Hasil rontgen foto pasien menunjukkan
keadaan jaringan pendukung pada daerah yang tak bergigi maupun di sekitar gigi
tetangganya tidak menunjukkan suatu kelainan. Gigi 45 dan 47 terpilih sebagai
abutment karena sesuai Hukum Ante bahwa luas jaringan periodonsium gigi
abutment hendaknya sama/lebih besar daripada luas jaringan periodonsium gigi
yang akan diganti. Selain itu, pertimbangan pemilihan gigi 45 dan 47 sebagai
abutment dikarenakan kedua gigi tersebut memiliki rasio mahkota-akar yang
cukup, status periodontal baik, jaringan pulpa sehat, dan posisi aksis gigi yang
cukup normal.
Preparasi gigi abutment dipilih full crown dengan pertimbangan retensi
dan resistensinya bagus. Tipe retainer menggunakan extra coronal retainer yaitu
full veneer crown dengan alasan lebih kuat, dapat melindungi gigi terhadap karies
dan fraktur; preparasi, pencetakan, pembuatan dan penyemenan yang mudah.
Bahan yang digunakan terbuat dari bahan porcelain fused to metal. Kombinasi
bahan logam – porselin menjadikan restorasi kuat dan awet tanpa mengabaikan
faktor estetis.
Bentuk pontik yang digunakan pada kasus ini adalah hygienic pontic,
pontik ini tidak menempel pada edentulous ridge (menggantung pada permukaan
gingiva). Hal ini untuk memperkecil terjadinya impaksi dan akumulasi makanan
sehingga self cleansing tetap terjaga.
Gigi Tiruan Cekat pada kasus ini terdiri dari 2 retainer dan 1 pontik yang
dihubungkan secara rigid oleh konektor sehingga termasuk GTC tipe fixed-fixed
bridge.

19
VI. PROGNOSA

Prognosa pembuatan GTC pada pasien ini adalah baik, karena:


1. Gigi abutment kuat untuk mendukung GTC
2. Jaringan pendukung sehat
3. Kesehatan umum dan kebersihan mulut baik
4. Pasien komunikatif dan kooperatif
5. Sosial ekonomi pasien baik.

20
DAFTAR PUSTAKA

Allan, D.N. dan Foreman, P.C., 1986, Crown and Bridge Prostodontics: an
illustrated handbook, Wright, California
Cowell, C.R., 1979, Inlay, Crown and Bridge, 3rd ed, John Wright & Son, Bristol.
Ewing, E.J., 1959, Fixed Partial Prosthesis, 2nd ed., Lea and Febinger,
Philadelphia.
Johntson, J.F., 1960, Modern Pracice in Crown and Bridge Prosthodontics, WB
Saunders, Philadelpia.
Martanto, P., 1985, Teori dan Praktek Ilmu Mahkota dan Jembatan, edisi 2,
Penerbit Alumni, Bandung.
Mc Cord, J.F., Grant, A.A., Fundamentals of Fixed Prosthodontics, 2nd ed,
Quintessence Publishing Co., Inc., Chicago.
Rosenstiel, S.F., 1988, Contemporary Fixed Prosthodontics, 1st ed, The C.V.
Mosby Co, St. Louis.
Shillingburg, H.T., 1997, Fundamental of Fixed Prosthetics, 3rd ed., Quintessence
Pub. Co., Hanover Park.

21
LAPORAN KEPANITERAAN PROSTODONSIA

GIGI TIRUAN CEKAT

Disusun oleh :
Angelina Putri Kumala Sari Nila Kusuma
10/297243/KG/8635

Dosen Pembimbing :
drg. Titik Ismiyati, M.S., Sp. Pros (K)

BAGIAN PROSTODONSIA
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2015

22

Anda mungkin juga menyukai