BAB 1
PENDAHULUAN
Universitas Sriwijaya
1
2
Universitas Sriwijaya
3
1.4. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah:
1. Diduga jenis pelarut dan lama maserasi berpengaruh nyata terhadap
karakteristik fitokimia, antioksidan dan antibakteri pada ekstrak daun
mangrove Avicennia marina.
2. Diduga konsentrasi ekstrak daun mangrove Avicennia marina dapat
berpengaruh nyata terhadap karakteristik kimia dan mikrobiologis fillet ikan
patin dan diduga pemberian ekstrak daun mangrove dapat memperpanjang
umur simpan fillet ikan patin.
Universitas Sriwijaya
4
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
4
Universitas Sriwijaya
5
Universitas Sriwijaya
6
2.2. Antioksidan
Universitas Sriwijaya
7
fenolik atau polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid, turunan asam
sianat, kumarin, tokoferol dan asam-asam polifungsional dapat berfungsi sebagai
senyawa antioksidan. Komponen fenolik dapat menghambat oksidasi lipid
denganmenyumbangkan atom hidrogen kepada radikal bebas (Septiana dan
Asnani, 2012).
Beberapa metode pengukuran aktivitas antioksidan yang dapat digunakan
antara lain β-karoten/linoleat, metode terkonjungasi, metode ransimat, metode
DPPH free radical scavenging activity, dan metode tradisional. Salah satu metode
yang sering digunakan adalah DPPH. Metode ini merupakan metode yang
sederhana, cepat dan murah. DPPH digunakan sebagai model radikal bebas. Jika
senyawa ini masuk dalam tubuh manusia dan tidak terkendali sehingga dapat
menyebabkan kerusakan fungsi sel. Dalam uji ini metanol digunakan sebagai
pelarut, sedangkan inkubasi pada suhu 37oC dimaksudkan untuk mengoptimalkan
aktivitas dari DPPH (Hatano et al., 1988).
Menurut Samin et al. (2013), suatu senyawa dinyatakan sebagai
antiradikal bebas sangat kuat apabila nilai IC50< 50 ppm, kuat apabila nilai IC50
antara 50-100 ppm, sedang apabila nilai IC50 berkisar antara 101-250 ppm, lemah
apabila nilai IC50 berkisar antara 250-500 ppm dan tidak aktif apabila IC50 diatas
500 ppm. Sedangkan hasil dari metode DPPH dilihat dari nilai IC50 yaitu semakin
rendah nilai tersebut berarti semakin tinggi daya aktivitas antioksidan pada suatu
sampel yang diuji (Molyneux, 2004). Handayani et al. (2004), menambahkan
bahwa senyawa yang berpotensi sebagai antioksidan adalah flavonoid. Flavonoid
merupakansenyawa polifenol yang mempunyai kemampuan untuk
menyumbangkan atom hidrogen kepada senyawa radikal bebas, maka aktivitas
antioksidan senyawa polifenol dapat dihasilkan pada reaksi netralisasi radikal
bebas atau pada penghentian reaksi berantai yang terjadi.
Lincy et al. (2013) menyatakan bahwa daun mangrove (Avicennia marina)
yang diekstrak dengan pelarut etil asetat menghasilkan aktivitas antioksidan lebih
tinggi dibandingkan pelarut petroleum ether, metanol dan etanol yaitu sebesar
21,22µg/ml. Ekstraksi daun mangrove (Rhizopora mucronata) dengan pelarut
metanol menghasilkan aktivitas antioksidan lebih tinggi dibandingkan pelarut n-
heksan dan etil asetat. Menurut Sharief et al. (2014) daun mangrove
Universitas Sriwijaya
8
2.3. Antibakteri
Universitas Sriwijaya
9
Universitas Sriwijaya
10
Universitas Sriwijaya
11
2.5. Ekstraksi
Universitas Sriwijaya
12
2.6. Pelarut
Salah satu hal yang sangat mempengaruhi pada saat ekstraksi adalah
pemilihan dan pemberian pelarut yang tepat. Konsentrasi pelarut akan sangat
Universitas Sriwijaya
13
berpengaruh pada proses ekstraksi. Pemberian pelarut yang banyak akan dapat
menghasilkan hasil ekstrak yang banyak pula (Prabowo, 2014). Pemberian pelarut
yang tepat akan sangat berpengaruh terhadap efisiensi hasil ekstrak yang sedang
dilakukan, namun pada saat pemberian pelarut tidak dianjurkan menggunakan
pelarut yang berlebihan. Menurut Harborne (2006), untuk memperoleh
kandungan senyawa organik dari jaringan biji kering, akar dan daun adalah
dengan cara menggunakan ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang sesuai
atau berganti - ganti, mulai dari eter, lalu eter minyak bumi dan klorofom untuk
memisahkan lipid dan terpenoid.
Ekstraksi dengan menggunakan pelarut non polar dapat dilakukan pada
suhu kamar. Komponen aktif yang terbawa berupa senyawa non polar. Komponen
aktif dari golongan ini memiliki aktivitas yang lebih tinggi dibandingkan
komponen polar. Kelemahan ekstraksi menggunakan pelarut non polar yaitu sulit
untuk di aplikasikan pada produk pangan. Pelarut polar yang melimpah di alam
adalah air. Ekstraksi dengan menggunakan pelarut polar, komponen aktif yang
terekstrak juga bersifat polar. Namun, kelemahan ekstraksi menggunakan pelarut
polar membutuhkan suhu yang tinggi.
Keuntungan ekstraksi dengan menggunakan pelarut polar yaitu murah,
mudah diperoleh, stabil, tidak beracun, tidak mudah menguap, dan dapat
menggunakan peralatan sederhana (Sa’adah dan Nurhasnawati, 2015). Sifat
penting yang harus diperhatikan dalam pemilihan pelarut adalah kepolaran
senyawa yang dilihat dari gugus polarnya (Nur et al., 2015). Derajat polaritas
tergantung pada konstanta dielektrik, makin besar konstanta dielektrik semakin
polar pelarut tersebut. Beberapa pelarut organik dan sifat-sifat fisiknya dapat
dilihat pada Tabel 2.1.
Universitas Sriwijaya
14
Pelarut non polar merupakan salah satu pelarut yang dikenal efektif
terhadap alkaloid dalam bentuk basa dan terpenoid dari bahan. Pelarut non polar
juga mengekstrak senyawa kimia misalnya lilin, lemak, dan minyak yang mudah
menguap. Pelarut semi polar mampu mengekstrak senyawa fenol, terpenoid,
alkaloid, aglikon dan glikosida. Pelarut yang bersifat polar mampu mengekstrak
senyawa metabolit sekunder yaitu, alkaloid kuartener, komponen fenolik,
karotenoid, saponin, steroid, dan tanin (Faoziyah dan Kurniawan, 2014).
Beberapa jenis plarut yang digunakan pada pembuatan ekstrak daun
mangrove yaitu metanol, etil asetat dan n-heksan. Etil asetat merupakan hasil dari
pertukaran gas gugus hidroksil pada asam karboksilat dengan gugus karbon yang
terdapat pada etanol. Biasanya etil asetat disintesis menggunakan katalisator cair
berupa asam sulfat. Dalam penggunaan asam sulfat inidapat menghasilkan
konversi yang cukup tinggi (Nuryoto, 2008). Etil asetat memiliki karaktreristik
yang dapat larut dalam air, bersifat misibel dalam etanol dan dietil eter, dan sangat
larut dalam aseton dan benzena (Lide, 2005). Pelarut heksana memiliki sifat -sifat
dan karakteristik yang tidak mudah larut dalam air, sangat larut dengan etanol,
dan dapat larut dalam dietil eter dan klorofom (Lide, 2005).
Selain pelarut yang dapat mempengaruhi proses ekstraksi yaitu waktu
ekstraksi. Waktu ekstraksi juga sangat berpengaruh terhadap senyawa yang
dihasilkan. Menurut Budiyanto et al. (2008) waktu ekstraksi yang tepat akan
menghasilkan senyawa yang optimal. Waktu ekstraksi yang terlalu lama akan
menyebabkan ekstrak terhidrolisis, sedangkan waktu ekstraksi yang terlalu
singkat menyebabkan tidak semua senyawa aktif terekstrak dari bahan.
Ikan patin adalah jenis ikan air tawar yang sejak lama di dikenal oleh
masyarakat. Jenis–jenis ikan patin di Indonesia sangat banyak, antara lain
Pangasius pangasius atau Pangasius jambal, Pangasius humeralis, Pangasius
lithostoma, Pangasius nasutus, Pangasius polyuranodon, Pangasius niewenhuisii.
Ikan patin siam (Pangasiushy popthalmus) mempunyai ciri-ciri morfologi
berbadan panjang, berwarna putih perak dengan punggung berwarna kebiru-
biruan. Daging ikan patin memiliki kandungan kalori dan protein cukup tinggi,
Universitas Sriwijaya
15
rasa dagingnya enak, lezat, dan gurih (Saanin, 1984). Ikan patin merupakan ikan
konsumsi budidaya air tawar unggulan dari famili Pangasidae yang dikenal
dengan nama lokal patin, jambal atau pangasius.
Universitas Sriwijaya
16
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April 2018 sampai dengan
September 2018. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya.
16 Universitas Sriwijaya
17
3.3.1. Tahap I
3.3.2. Tahap II
Universitas Sriwijaya
18
Pada tahap kedua, fillet ikan patin dengan konsentrasi ekstrak daun
mangrove sesuai perlakuan direndam selama 30 menit kemudian dikemas dengan
kemasan ziplock plastic dan di simpan pada suhu 8±2ºC kemudian dilakukan
analisis TPC (Total Plate Count), Asam lemak bebas, kadar air, pH, tekstur dan
warna pada fillet ikan patin dan perlakuan terbaik diamati secara periodik selama
0, 2, 4, 6 hari.
3.4.1. Tahap I
Universitas Sriwijaya
19
3.5.1 Rendemen
Universitas Sriwijaya
20
Universitas Sriwijaya
21
Universitas Sriwijaya
22
a. Regenerasi Bakteri
Sebelum dipakai dalam uji antibakteri, bakteri yang akan dipakai
diregenerasi terlebih dahulu. langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut :
1. Bakteri indikator (Staphylococcus aureus dan Escherichia coli,) diremajakan
terlebih dahulu dengan mengambil inokulum bakteri pada agar miring
sebanyak 1 Ose, lalu digoreskan pada media agar yang berisi nutrient broth
dan diinkubasikan selama 1 malam pada suhu 37°C. Langkah peremajaan
bakteri indikator ini diulangi 2 kali.
2. Perbanyakan sel dilakukan hari berikutnya dengan cara menginokulasikan 100
μL kultur satu malam ke dalam 9 mL media nutrient broth dan diinkubasikan
selama 1 malam pada suhu 37°C.
Universitas Sriwijaya
23
overlay diatas media agar hard (nutrient broth + agar 2%) pada cawan Petri
yang telah disiapkan, kemudian media didiamkan hingga mengeras.
3. Ekstrak daun mangrove diteteskan sebanyak 10 μL pada kertas cakram yang
diletakkan di atas permukaan media agar. Selanjutnya didiamkan selama 30
menit sehingga ekstrak sampel berdifusi ke dalam agar.
4. Cawan Petri kemudian diinkubasi ke dalam inkubator pada suhu 37°C selama
24 jam.
5. Pengamatan terhadap aktivitas antibakteri dilakukan dengan mengukur
diameter daya hambat.
Universitas Sriwijaya
24
2. Larutan sampel dititrasi dengan 0,1 N NaOH sampai warna merah jambu
tercapai.
Asam lemak bebas dinyatakan sebagai % (asam oleat) =
[(ml NaOH x N x BM asam lemak)/berat sampel x 1000] x 100.
Pengujian TPC dilakukan sesuai dengan SNI 2897 (2008) sebagai berikut:
1. Sampel sebanyak 25 g ditimbang kemudian masukkan ke dalam Erlenmeyer,
kemudian ditambahkan sebanyak 225 ml larutan BPW (Buffered Peptod
Water) dan dihomogenkan (larutan pengenceran 10-1)
2. Larutan sebanyak 1 ml diambil dengan pipet steril dimasukkan ke dalam 9 ml
BPW untuk mendapatkan pengenceran 10-2.
3. Larutan kemudian dibuat pengenceran 10-3, 10-4, 10-5 dan seterusnya dengan
cara yang sama seperti pada pengenceran 10-1
4. Selanjutnya sebanyak 1 ml suspensi dari setiap pengenceran dimasukkan ke
dalam cawan petri secara duplo, kemudian ditambahkan 15 ml PCA yang
sudah didinginkan hingga temperatur 45ºC ± 1ºC pada masing-masing cawan
yang sudah berisi suspense.
5. Cawan kemudian diinkubasi pada temperatur 34 – 36ºC selama 24 jam
dengan cara cawan diletakkan pada posisi terbalik.
3.5.9 pH
Universitas Sriwijaya
25
3.5.10 Tekstur
3.5.11 Warna
Y = µ + ρ + α + β + K + ρα + ε
Universitas Sriwijaya
26
Keterangan :
Y = nilai pengamatan
µ = nilai rata-rata
ρ = jenis pelarut (tahap 1); konsentrasi ekstrak daun mangrove (tahap 2)
α = lama maserasi (tahap 1); lama penyimpanan (tahap 2)
K = pengaruh kelompok
ρα = pengaruh interaksi jenis pelarut dan konsentrasi ekstrak daun mangrove
(tahap 1); konsentrasi ekstrak daun mangrove dan lama penyimpanan
(tahap 2)
ε = galat
Universitas Sriwijaya
27
Universitas Sriwijaya
28
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.1. Rendemen
Nilai rendemen rata-rata ekstrak daun mangrove dengan jenis pelarut dan
lama maserasi yaitu berkisar 1,5% sampai 5,63%. Nilai tertinggi terdapat pada
perlakuan A1B2 (metanol, maserasi 48 jam) dengan nilai rendemen 5,63%
sedangkan nilai terendah terdapat pada perlakuan A3B1 (n-heksan, maserasi 24
jam) dengan nilai rendemen 1,5%.
6 5.63
5 4.79
Rendemen (%)
4
2.9
3 2.6
1.8
2 1.5
0
A1B1 A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2
Keterangan
A1 : metanol
A2 : etil asetat B1: maserasi 24 jam
A3 : n-heksan B2: maserasi 48 jam
Nilai rendemen rata-rata ekstrak daun mangrove terlihat pada Gambar 4.1.
Analisis keragaman rendemen ekstrak daun mangrove menunjukkan bahwa
faktor A (jenis pelarut), faktor B (lama maserasi) dan interaksi keduanya (A dan
B) berpengaruh nyata terhadap nilai rendemen ekstrak daun mangrove (Lampiran
Universitas Sriwijaya
29
I). Hasil uji BNJ pada taraf 5% perlakuan rendemen ekstrak daun mangrove
disajikan pada Tabel 4.1, 4.2 dan 4.3.
Tabel 4.1. Uji lanjut BNJ pengaruh jenis pelarut terhadap rendemen ekstrak
daun mangrove
Perlakuan Rendemen rata-rata (%) BNJ 5% = 0,16
A1 (metanol) 5,21 a
A2 (etil asetat) 2,77 b
A3 (n-heksan) 1,65 c
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
tidak berbeda nyata
Tabel 4.2. Uji lanjut BNJ pengaruh lama maserasi terhadap rendemen ekstrak
daun mangrove
Perlakuan Rendemen rata -rata(%) BNJ 5% = 0,10
B2 (48 jam) 3,46 a
B1 (24 jam) 2,96 b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata
Universitas Sriwijaya
30
rendemen yang lebih banyak. Menurut Hidayati et al. (2017) jumlah rendemen
ekstrak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ukuran simplisia, jenis pelarut,
tingkat kepolaran pelarut dan lama maserasi.
Tabel 4.3. Uji lanjut BNJ pengaruh interaksi jenis pelarut dan lama maserasi
terhadap rendemenekstrak daun mangrove
Kombinasi Perlakuan Rerata rendemen BNJ 5% = 0,28
(%)
A1B2 (metanol, 48 jam) 5,63±0,15 a
A1B1 (metanol, 24 jam) 4,79±0,15 b
A2B2 (etil asetat, 48 jam) 2,94±0,09 c
A2B1 (etil asetat, 24 jam) 2,60±0,06 d
A3B2 (n-heksan, 48 jam) 1,80±0,05 e
A3B1 (n-heksan, 24 jam) 1,50±0,05 f
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
tidak berbeda nyata
Hasil uji BNJ (Tabel 4.3) menunjukkan bahwa semua perlakuan berbeda
nyata. Tingginya nilai rendemen pada perlakuan A1B2 (metanol, 48 jam) diduga
karena pengaruh jenis pelarut yang bersifat polar. Hal ini sesuai dengan prinsip
ekstraksi yaitu like disolved like atau pengambilan zat aktif dengan pelarut akan
sesuai dengan sifat dari kandungan senyawa dalam sampel. Apabila kandungan
senyawa bersifat polar maka pelarut yang polar akan cenderung menarik kuat ke
senyawa senyawa polar maka akan lebih banyak mendapatkan rendemen dalam
proses ekstraksinya. Menurut Faoziyah dan Kurniawan (2014) kandungan
senyawa bersifat polar akan cenderung menarik kuat ke senyawa bersifat polar
maka pelarut yang polar akan cenderung menarik kuat ke senyawa polar. Selain
pelarut, lama maserasi mempengaruhi nilai rendemen, karena waktu maserasi
yang lebih lama menyebabkan kontak bahan dengan pelarut semakin lama
sehingga kuantitas kandungan senyawa tannin yang terekstrak semakin meningkat
(Wazir et al., 2011; Yeo et al., 2014).
4.1.1. Tannin
Nilai tannin rata-rata ekstrak daun mangrove dengan jenis pelarut dan
lama maserasi yaitu berkisar 0,36% sampai 6,54%. Nilai tertinggi terdapat pada
Universitas Sriwijaya
31
perlakuan A1B2 (metanol, maserasi 48 jam) dengan nilai tannin 6,54% sedangkan
nilai terendah terdapat pada perlakuan A3B1 (n-heksan, maserasi 24 jam) dengan
nilai rendemen 0,36%. Nilai tannin ekstrak daun mangrove untuk semua
perlakuan disajikan pada Gambar 4.2.
8
7 6.54
5.9
6
4.7
Tannin (%)
5 4.23
4
3
2
1 0.45 0.36
0
A1B1 A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2
Keterangan
A1 : metanol
A2 : etil asetat B1: maserasi 24 jam
A3 : n-heksan B2: maserasi 48 jam
Tabel 4.4. Uji lanjut BNJ pengaruh jenis pelarut terhadap nilai tannin ekstrak
daun mangrove
Perlakuan Tannin rata-rata (%) BNJ 5% = 0,24
A1 (metanol) 6,20 a
A2 (etil asetat) 4,46 b
A3 (n-heksan) 0,40 c
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata
Universitas Sriwijaya
32
Hasil uji BNJ pada taraf 5% (Tabel 4.4) menunjukkan bahwa perlakuan
A1 (metanol) berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Perlakuan A1 (metanol)
memiliki kadar tannin tertinggi dibandingkan perlakuan A2 (etil asetat) dan A3
(n-heksan).Hal ini sesuai dengan prinsip ekstraksi yaitu like disolved like yaitu
pelarut metanol yang bersifat polar dapat melarutkan senyawa yang bersifat polar
seperti tanin. Menurut Pavia (1986) pelarut metanol merupakan pelarut yang
sifatnya dapat melarutkan berbagai senyawa baik polar maupun non polar.
Senyawa polar pada daun mangrove antara lain saponin, flavonoid, dan tannin
(Iswadi et al., 2015). Menurut Mannito (1981) komponen utama tannin adalah
katekin yang termasuk dalam kelompok flavonoid.
Tabel 4.5. Uji lanjut BNJ pengaruh lama maserasi terhadap nilaitannin ekstrak
daun mangrove
Perlakuan Tannin rata-rata (%) BNJ 5% = 0,16
B2 (24 jam) 3,89 a
B1 (48 jam) 3,48 b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata
Hasil Uji BNJ 5% (Tabel 4.5) menunjukkan bahwa perlakuan B2 (48 jam)
berbeda nyata dengan perlakuan B1 (24jam). Perlakuan B2 (48 jam) menunjukkan
tannin tertinggi dibandingkan dengan perlakuan B1 (24 jam). Semakin lama
maserasi maka semakin banyak senyawa polar seperti tannin yang dihasilkan.
Menurut Mangrio et al. (2016) total tanin tertinggi didapat dengan menggunakan
pelarut metanol dibandingkan dengan aseton, etanol dan air.
Tabel 4.6. Uji lanjut BNJ pengaruh interaksi jenis pelarut dan lama maserasi
terhadap nilai tannin ekstrak daun mangrove.
Kombinasi Perlakuan Rerata tannin (%) BNJ 5% = 0,43
A1B2 (metanol, 48 jam) 6,54±0,12 a
A1B1 (metanol, 24 jam) 5,86±0,11 b
A2B1 (etil asetat, 48 jam) 4,70±0,08 c
A2B2 (etil asetat, 24 jam) 4,23±0,28 d
A3B2 (n-heksan, 48 jam) 0,45±0,02 e
A3B1 (n-heksan, 24 jam) 0,36±0,02 e
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata
Universitas Sriwijaya
33
4.1.2. Fenol
Hasil pengujian nilai fenol rata-rata pada ekstrak daun mangrove dengan
jenis pelarut dan lama maserasi yaitu berkisar 3,85% sampai dengan 6,97%. Total
fenol tertinggi terdapat pada perlakuan A1B2 (metanol, 48 jam) dengan total fenol
6,97% sedangkan total fenol terendah terdapat pada perlakuan A3B1 (n-heksan,
maserasi 24 jam) dengan nilai tannin 3,85%. Hasil pengujian nilai fenol rata-rata
ekstrak daun mangrove dapat dilihat pada Gambar 4.3.
8
6.97
6.82 6.17
7
6.09
6
4.59
5 3.85
4
Fenol (%)
0
A1B1 A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2
Keterangan
A1 : metanol
A2 : etil asetat B1: maserasi 24 jam
A3 : n-heksan B2: maserasi 48 jam
Universitas Sriwijaya
34
Tabel 4.7. Uji lanjut BNJ pengaruh jenis pelarut terhadap nilai fenol ekstrak
daun mangrove
Perlakuan Fenol rata-rata (%) BNJ 5% = 0,47
A1 (metanol) 6,89 a
A2 (etil asetat) 6,13 b
A3 (n-heksan) 4,13 c
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata
Tabel 4.8. Uji lanjut BNJ pengaruh interaksi jenis pelarut dan lama maserasi
terhadap nilai fenol ekstrak daun mangrove.
Kombinasi Perlakuan Fenol rata-rata (%) BNJ 5% = 1,30
A1B2 (metanol, 48 jam) 6,97±0,23 a
A1B1 (metanol, 24 jam) 6,82±0,75 a
A2B1 (etil asetat, 48 jam) 6,17±0,61 a
A2B2 (etil asetat, 24 jam) 6,08±0,09 a
A3B2 (n-heksan, 48 jam) 4,58±0,37 b
A3B1 (n-heksan, 24 jam) 3,68±0,49 b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata
Universitas Sriwijaya
35
Universitas Sriwijaya
36
900
800 771.36
700
600
IC 50 (Ppm)
500
400
300
200 172.44
65.51 83.35
100 46.8 51.99
0
A1B1 A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2
Keterangan
A1 : metanol
A2 : etil asetat B1: maserasi 24 jam
A3 : n-heksan B2: maserasi 48 jam
Tabel 4.9 Uji lanjut BNJ pengaruh jenis pelarut terhadap nilai IC50 ekstrak
daun mangrove
Perlakuan Nilai IC50 rata-rata (ppm) BNJ 5% = 1,51
A3 (n-heksan) 471,90 a
A2 (etil asetat) 67,66 b
A1 (metanol) 56,15 c
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata
Universitas Sriwijaya
37
Senyawa metabolit seperti tannin dan fenol dapat terekstrak dengan baik oleh
pelarut polar. Komponen fenol dapat menghambat oksidasi lipid dengan
menyumbangkan atom hidrogen kepada radikal bebas (Septiana dan Ari, 2012).
Menurut Wahyuni (2015) nilai IC50 daun mangrove dengan menggunakan
pelarut metanol memiliki sifat antioksidan yang sangat kuat dibandingkan pelarut
n-heksan. Menurut Hidayati et al. (2017) komponen fenol dapat menghambat
oksidasi lipid dengan menyumbangkan atom hidrogen kepada radikal bebas
sehingga dapat meningkatkan nilai aktivitas antioksidan. Tingginya nilai IC50
diduga karena banyaknya kandungan fenol pada daun mangrove. Menurut
Shanmugapriya et al. (2012) kandungan fenol pada tanaman menjadi bahan alami
untuk antioksidan.
Tabel 4.10. Uji lanjut BNJ pengaruh lama maserasi terhadap nilai IC50 ekstrak
daun mangrove
Perlakuan Nilai IC50 rata-rata (ppm) BNJ 5% = 1,00
B2 (48 jam) 290,05 a
B1 (24jam) 107,10 b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata
Hasil Uji BNJ Pada taraf 5% (Tabel 4.10) menunjukkan perlakuan B2 (48
jam) berbeda nyata dengan perlakuan B1 (24 jam). Tingginya nilai IC50
dipengaruhi oleh lama maserasi, semakin lama waktu maserasi maka semakin
banyak senyawa metabolit sekunder yang tersekstrak sehingga menghasilkan nilai
IC50 lebih tinggi. Nilai IC50 juga berbanding lurus dengan nilai tannin dan fenol
pada ekstrak daun mangrove.
Tabel 4.11. Uji lanjut BNJ pengaruh interaksi jenis pelarut dan lama maserasi
terhadap nilai IC50 ekstrak daun mangrove.
Kombinasi Perlakuan Nilai IC50 rata-rata (ppm) BNJ 5% = 0,43
A3B2 (n-heksan, 48 jam) 771,36±0,36 a
A3B1 (n-heksan, 24 jam) 172,44±0,26 b
A2B1 (etil asetat, 24 jam) 83,35±1,44 c
A1B1 (metanol, 24 jam) 65,51±1,17 d
A2B2 (etil asetat, 48 jam) 51,98±1,0 e
A1B2 (metanol, 48 jam) 46,80±1,08 f
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata
Universitas Sriwijaya
38
Universitas Sriwijaya
39
pelarut dan lama maserasi yaitu berkisar 0,00 sampai 2,67 mm . Nilai tertinggi
terdapat pada perlakuan A1B2(metanol, 48 jam) dengan nilai diameter daya
hambat 2,67 mm sedangkan nilai terendah terdapat pada perlakuan A3B1(n-
heksan, 24 jam) dengan nilai diameter daya hambat 0,00 mm. Nilai diameter daya
hambat ekstrak daun mangrove rata-rata untuk semua perlakuan disajikan pada
Gambar 4.5.
6.00
5.50
5.00
Diameter daya hambat (mm)
4.00
3.50
S. aureus E. coli
Keterangan
A1 : metanol
A2 : etil asetat B1: maserasi 24 jam
A3 : n-heksan B2: maserasi 48 jam
Gambar 4.5. Diameter daya hambat rata-rata antibakteri ekstrak daun mangrove
terhadap bakteri Stapylococcus dan Escherichia coli
Universitas Sriwijaya
40
pelarut) dan interaksi jenis pelarut dan lama maserasi (A dan B) berpengaruh
nyata terhadap diameter daya hambat antibakteri ekstrak daun mangrove
sedangkan faktor B (lama maserasi) tidak berbeda nyata Lampiran 6). Hal ini
disebabkan daun mangrove mengandung senyawa bioaktif yang berfungsi sebagai
antibakteri antara lain flavonoid, saponin dan tannin (Nayak et al., 2014).
Kandungan tanin pada ekstrak daun mangrove mempunyai aktivitas antibakteri
yaitu membentuk senyawa kompleks dengan protein melalui ikatan hidrogen dan
ikatan hidrofobik pada peptidoglikan dinding sel bakteri. Hal ini terjadi karena
tanin menghambat pertumbuhan bakteri dan aktivitas protease dengan merusak
dinding sel dan sitoplasma, menyebabkan kerusakan struktural yang cepat (Josep
et al., 2016).
Berdasarkan hasil tersebut, ekstrak daun mangrove dengan pelarut metanol
lebih efektif menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus dibandingkan bakteri
E. coli. Hal ini dikarenakan bakteri Gram-positif yang berbentuk bulat cenderung
sensitif terhadap senyawa antibakteri. Bakteri Gram-positif mempunyai struktur
dinding sel yang berlapis tunggal berupa peptidoglikan, juga bersifat hidirofilik
sehingga lebih mudah ditembus oleh senyawa polar yang memudahkan senyawa
antibakteri untuk masuk ke dalam sel (Syawal dan Karnila, 2016 ; Lund et al.,
2018).
Mekanisme penghambatan pertumbuhan bakteri yaitu dengan adanya
kerusakan dinding sel oleh senyawa antibakteri, perubahan molekul protein atau
asam nukleat, penghambatan kerja enzim yang mengakibatkan terganggunya
metabolisme atau matinya sel serta penghambatan sintesis asam nukleat dan
protein sehingga menyebabkan kerusakan total (Brudzynski et al., 2014)
Sedangkan bakteri E. coli merupakan bakteri Gram-negatif yang lebih
resisten terhadap senyawa antibakteri. Bakteri Gram-negatif mempunyai struktur
dinding sel yang terdiri dari tiga lapis yaitu lipoprotein, lipopolisakarida, dan
peptidoglikan (Putri et al., 2016). Lapisan lipoprotein merupakan zat hidrofobik
yang dapat menjadi penghalang untuk senyawa antibakteri yang bersifat hidrofilik
masuk kedalam sel, sehingga bakteri Gram negative lebih resisten terhadap
senyawa antibakteri (Agustini et al., 2017; Nikaido, 2003). Hal ini sejalan dengan
Universitas Sriwijaya
41
penelitian Subashree et al. (2010) yang menunjukkan bahwa zona bening yang
dihasilkan S. aureus lebih besar dibandingkan dengan bakteri uji lain.
Pada sel bakteri, fenol mempengaruhi lapisan peptidoglikan dengan cara
mendenaturasi protein. Ikatan hidrogen yang terbentuk antara fenol dan protein
mengakibatkan struktur protein menjadi rusak. Ikatan hidrogen tersebut akan
mempengaruhi permeabilitas dinding sel dan membran sitoplasma karena
keduanya tersusun dari protein, yang menyebabkan ketidakseimbangan
makromolekul dan ion dalam sel, sehingga sel menjadi lisis (Noventi dan Carolia,
2016).
Hal ini disebabkan daun mangrove mengandung senyawa bioaktif yang
berfungsi sebagai antibakteri antara lain flavonoid, saponin dan tannin (Nayak et
al., 2014). Kandungan tanin pada ekstrak daun mangrove mempunyai aktivitas
antibakteri yaitu membentuk senyawa kompleks dengan protein melalui ikatan
hidrogen dan ikatan hidrofobik pada peptidoglikan dinding sel bakteri. Hal ini
terjadi karena tanin menghambat pertumbuhan bakteri dan aktivitas protease
dengan merusak dinding sel dan sitoplasma, menyebabkan kerusakan struktural
yang cepat (Josep et al., 2016).
Tabel 4.12. Uji lanjut BNJ pengaruh jenis pelarut terhadap nilai diameter daya
hambat ekstrak daun mangrove pada bakteri Stapylococcus aureus dan
Escherichia coli
Stapylococcus aureus Escherichia coli
Diameter BNJ 5% = Diameter BNJ 5%
Perlakuan
daya hambat 0,60 daya hambat = 0,44
rata-rata rata-rata
A1 (metanol) 4,50 a 1,91 a
A2 (etil asetat) 2,16 b 2,08 a
A3 (n-heksan) 0,00 c 0,00 b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata.
Universitas Sriwijaya
42
Tabel 4.13. Uji lanjut BNJ pengaruh interaksi jenis pelarut terhadap lama
maserasi pada diameter daya hambat ekstrak daun mangrove pada
bakteri Stapylococcus aureus dan Escherichia coli.
Staphylococcus aureus Escherichia coli
Diameter
Diameter
Kombinasi Perlakuan daya BNJ 5% = BNJ 5% =
daya hambat
hambat 1,07 1,07
rata-rata
rata-rata
A1B1 (metanol, 24 jam) 3,50±0,5 bc 1,16±0,29 b
A1B2 (metanol, 48 jam) 5,50±0,5 a 2,66±0,29 a
A2B1 (etil asetat, 24 jam) 2,67±0,58 c 2,50±0,29 a
A2B2 (etil asetat, 48 jam) 1,67±0,29 d 1,66±0,50 b
A3B1 (n-heksan, 24 jam) 0,00±0,00 d 0,00±0,00 c
A3B2 (n-heksan, 48 jam) 0,00±0,00 d 0,00±0,00 c
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata
Universitas Sriwijaya
43
Hasil penelitian menunjukkan nilai kadar air rata-rata fillet ikan patin
berkisar antara 72,33% hingga 81,30%. Kadar air tertinggi terdapat pada
perlakuan C1D4 (konsentrasi ekstrak daun mangrove 0%, penyimpanan 6 hari).
Hasil pengujian rata-rata kadar air pada fillet ikan patin dapat dilihat pada Gambar
4.6.
Analisis keragaman terhadap kadar air fillet ikan patin menunjukkan
bahwa faktor C (konsentrasi ekstrak daun mangrove) dan faktor D (lama
penyimpanan) dan interaksi keduanya berpengaruh nyata (Lampiran 7). Hasil uji
BNJ pada taraf 5% terhadap faktor C (konsentrasi ekstrak daun mangrove)
disajikan pada Tabel 4. 16.
Universitas Sriwijaya
44
84
82 81.38
79.72 79.88
80 79.23
78.49 78.48
77.53 77.58
78
Kadar Air (%)
76.37 76.35
75.68 75.53
76 74.51 74.43
74 73.38
72.33
72
70
68
66
Keterangan
C1 : konsentrasi ekstrak daun mangrove (0%) D1: lama penyimpanan 0 hari
C2 : konsentrasi ekstrak daun mangrove (5%) D2: lama penyimpanan 2 hari
C3:konsentrasi ekstrak daun mangrove (10%) D3: lama penyimpanan 4 hari
C4:konsentrasi ekstrak daun mangrove (15%) D4: lama penyimpanan 6 hari
Gambar 4.6. Nilai kadar air rata-rata pada fillet patin.
Tabel 4.14. Uji lanjut BNJ pengaruh konstrasi ekstrak daun mangrove terhadap
nilai kadar air pada fillet ikan patin
Perlakuan Nilai kadar air rata-rata (%) BNJ 5% = 0,27
C4 (Konsentrasi 15%) 78,57 a
C3 (Konsentrasi 10%) 77,31 b
C2 (Konsentrasi 5%) 76,43 c
C1 (Konsentrasi 0%) 75,39 d
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata
Universitas Sriwijaya
45
sesuai dengan penelitian Hidayati et al. (2017) yang menyatakan bahwa nilai
kadar air semakin meningkat seiring dengan bertambahnya konsentrasi ekstrak
Sargassum.
Tabel. 4.15. Uji lanjut BNJ pengaruh lama penyimpanan terhadap nilai kadar air
fillet ikan patin
Perlakuan Nilai kadar air rata-rata (%) BNJ 5% = 0,27
D4 (Penyimpanan 6 hari) 79,74 a
D3 (Penyimpanan 4 hari) 78,03 b
D2 (Penyimpanan 2 hari) 75,96 c
D1 (Penyimpanan 0 hari) 73,97 d
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata
Universitas Sriwijaya
46
Tabel 4.16. Uji lanjut BNJ pengaruh interaksi konsentrasi ekstrak daun mangrove
dan lama penyimpanan terhadap nilai kadar air fillet ikan patin.
Kombinasi Perlakuan Rerata nilai kadar
air (%)
C4D4(ekstrak daun mangrove 15% dan penyimpanan 6 hari) 81,30±0,31a
C3D4 (ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 6 hari) 79,88±0,31b
C4D3(ekstrak daun mangrove 15% dan penyimpanan 4 hari) 79,72±0,16b
C2D4 (ekstrak daun mangrove 5% dan penyimpanan 6 hari 79,23±0,13bc
C3D3 (ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 4 hari) 78,49±0,11c
C1D4 (ekstrak daun mangrove 0% dan penyimpanan 6 hari) 78,48±0,37c
C2D3(ekstrak daun mangrove 5% dan penyimpanan 4 hari) 77,68±0,23d
C4D2(ekstrak daun mangrove 15% dan penyimpanan 2 hari) 77,52±0,18d
C3D2(ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 2 hari) 76,37±0,24e
C1D3(ekstrak daun mangrove 0% dan penyimpanan 4 hari) 76,34±0,12e
C4D1(ekstrak daun mangrove 15% dan penyimpanan 0 hari) 75,67±0,41ef
C2D2(ekstrak daun mangrove 5% dan penyimpanan 2 hari) 75,53±0,24f
C3D1(ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 0 hari) 74,50±0,30g
C1D2(ekstrak daun mangrove 0% dan penyimpanan 2 hari) 74,43±0,18g
C2D1(ekstrak daun mangrove 5% dan penyimpanan 0 hari) 73,37±0,05h
C1D1(ekstrak daun mangrove 0% dan penyimpanan 0 hari) 72,33±0,30i
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata
Hasil penelitian menunjukkan nilai asam lemak bebas rata-rata pada tahap
ini berkisar antara 1,0% hingga 2,24%. Asam lemak bebas tertinggi terdapat pada
perlakuan C1D1 (konsentrasi 0%, lama penyimpanan 0 hari), sedangkan asam
lemak bebas terendah terdapat pada perlakuan C1D4 (konsentrasi 0%, lama
penyimpanan 6 hari). Hasil pengujian asam lemak bebas rata-rata pada fillet ikan
patin dapat dilihat pada Gambar 4.7.
Analisis keragaman terhadap asam lemak bebas fillet ikan patin
menunjukkan bahwa faktor C (konsentrasi ekstrak daun mangrove) dan faktor B
(lama penyimpanan) dan interaksi keduanya berpengaruh nyata (Lampiran 8).
Hasil uji BNJ pada taraf 5% terhadap faktor C (konsentrasi ekstrak daun
mangrove) disajikan pada Tabel 4.19.
Universitas Sriwijaya
47
2.5
2.24
2 1.93
Asam Lemak Bebas (%)
1.68 1.65
1.61
1.49 1.46 1.45
1.5 1.41
1.29 1.33
1.2 1.15 1.19 1.19
1.02
1
0.5
0
C1D1 C2D1 C3D1 C4D1 C1D2 C2D2 C3D2 C4D2 C1D3C2D3 C3D3 C4D3 C1D4 C2D4 C3D4 C4D4
Keterangan
C1 : konsentasi ekstrak daun mangrove (0%) D1: lama penyimpanan 0 hari
C2 : konsentasi ekstrak daun mangrove (5%) D2: lama penyimpanan 2 hari
C3 : konsentasi ekstrak daun mangrove (10%) D3: lama penyimpanan 4 hari
C4 : konsentasi ekstrak daun mangrove (15%) D4: lama penyimpanan 6 hari
Gambar 4.7. Nilai asam lemak bebas rata-rata pada fillet patin.
Tabel 4.17. Uji BNJ pengaruh konstrasi ekstrak daun mangrove terhadap nilai
asam lemak bebas pada fillet ikan patin
Perlakuan Nilaiasam lemak bebas BNJ 5% = 0,026
rata-rata (%)
C1 (Konsentrasi 0%) 1,74 a
C2 (Konsentrasi 5%) 1,58 b
C3 (Konsentrasi 10%) 1,44 c
C4 (Konsentrasi 15%) 1,25 d
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata.
Universitas Sriwijaya
48
antioksidan pada ekstrak daun mangrove yang tergolong sangat kuat yang dapat
menghambat oksidasi lemak. Aktivitasekstrak daun mangrove dengan pelarut
metanol tergolong sangat kuat dengan nilai IC50 46,9 ppm. Menurut Molyneux
(2004), suatu senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan sangat kuat apabila
nilai IC50< 50 ppm.
Hasil uji BNJ 5% (Tabel 4.18) menunjukkan bahwa perlakuan D4
(penyimpanan 6 hari) berbeda nyata dengan perlakuan D3 (penyimpanan 4 hari),
perlakuan D2 (penyimpanan 2 hari) dan perlakuan D1 (penyimpanan 0 hari)
Perlakuan D4 (penyimpanan 6 hari) menghasilkan asam lemak bebas lebih tinggi
dibandingkan dengan perlakuan D1 (penyimpanan 0 hari), D2 (penyimpanan 5
hari) dan D3 (penyimpanan 15 hari). Semakin lama penyimpanan maka semakin
menurun nilai asam lemak bebas pada ikan patin, hal ini disebabkan karena
adanya oksidasi lemak yaitu terjadinya kontak oksigen dengan lemak, dimana
kadar asam lemak bebas akan meningkat seiring pertambahan waktu.
Tabel 4.18. Uji BNJ pengaruh lama penyimpanan terhadap nilai asam lemak
bebas fillet ikan patin
Perlakuan Nilai asam lemak bebas rata-rata(%) BNJ 5% = 0,026
D4 (Penyimpanan 6 hari) 1,81 a
D3 (Penyimpanan 4 hari) 1,64 b
D2 (Penyimpanan 2 hari) 1,39 c
D1 (Penyimpanan 0 hari) 1,16 d
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti tidak
berbeda nyata
Universitas Sriwijaya
49
antioksidan. Selain itu nilai asam lemak bebas meningkat dengan semakin
lamanya penyimpanan. Kenaikan nilai asam lemak bebas disebabkan karena
adanya oksidasi lemak yaitu terjadinya kontak oksigen dengan lemak, dimana
kadar asam lemak bebas akan meningkat seiring pertambahan waktu.
Tabel 4.19. Uji BNJ pengaruh interaksi konsentrasi ekstrak daun mangrove dan
lama penyimpanan terhadap nilai asam lemak bebas fillet ikan patin
Nilai asam lemak
Kombinasi Perlakuan
bebas rata-rata (%)
C1D4 (ekstrak daun mangrove 0% dan penyimpanan 6 hari) 2,24±0,02a
C1D3 (ekstrak daun mangrove 0% dan penyimpanan 4 hari) 1,94±0,02b
C2D4 (ekstrak daun mangrove 5% dan penyimpanan 6 hari) 1,93±0,02b
C2D3 (ekstrak daun mangrove 5% dan penyimpanan 4 hari 1,72±0,02b
C3D4 (ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 6 hari) 1,65±0,00bc
C3D3 (ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 4 hari) 1,57±0,01c
C1D2 (ekstrak daun mangrove 0% dan penyimpanan 2 hari) 1,49±0,03de
C2D2 (ekstrak daun mangrove 5% dan penyimpanan 2 hari) 1,46±0,03ef
C4D4 (ekstrak daun mangrove 15% dan penyimpanan 6 hari) 1,45±0,02ef
C3D2 (ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 2 hari) 1,41±0,07f
C4D3 (ekstrak daun mangrove 15% dan penyimpanan 4hari) 1,33±0,06g
C1D1 (ekstrak daun mangrove 0% dan penyimpanan 0hari) 1,29±0,00g
C2D1 (ekstrak daun mangrove 5% dan penyimpanan 0 hari) 1,20±0,02h
C4D2 (ekstrak daun mangrove 15% dan penyimpanan 2 hari) 1,19±0,03h
C3D1 (ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 0 hari) 1,14±0,03h
C4D1 (ekstrak daun mangrove 15% dan penyimpanan 0 hari) 1,02±0,05h
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata
Universitas Sriwijaya
50
7.6
Keterangan
C1 : konsentasi ekstrak daun mangrove (0%) D1: lama penyimpanan 0 hari
C2 : konsentasi ekstrak daun mangrove (5%) D2: lama penyimpanan 2 hari
C3 : konsentasi ekstrak daun mangrove (10%) D3: lama penyimpanan 4 hari
C4 : konsentasi ekstrak daun mangrove (15%) D4: lama penyimpanan 6 hari
Tabel 4.20. Uji BNJ pengaruh konstrasi ekstrak daun mangrove terhadap nilai pH
pada fillet ikan patin
Perlakuan Nilai pH rata-rata BNJ 5% = 0,013
C1 (Konsentrasi 0%) 7,17 a
C4 (Konsentrasi 15%) 7,17 a
C3 (Konsentrasi 10%) 7,13 b
C2 (Konsentrasi 5%) 7,08 c
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata
Universitas Sriwijaya
51
dibandingkan perlakuan lainnya, hal ini disebabkan kandungan tannin pada daun
mangrove.
Tabel 4.21. Uji BNJ pengaruh lama penyimpanan terhadap nilai pH fillet ikan
patin
Perlakuan Nilai pH rata-rata BNJ 5% = 0,013
D4 (Penyimpanan 6 hari) 7,32 a
D3 (Penyimpanan 4 hari) 7,18 b
D2 (Penyimpanan 2 hari) 7,11 c
D1 (Penyimpanan 0 hari) 6,95 d
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata
Universitas Sriwijaya
52
Tabel 4.22. Uji BNJ pengaruh interaksi konsentrasi ekstrak daun mangrove dan
lama penyimpanan terhadap nilai pH fillet ikan patin
Kombinasi Perlakuan Rerata nilai pH
C1D4 (ekstrak daun mangrove 0% dan penyimpanan 6 hari) 7,37±0,01a
C4D4 (ekstrak daun mangrove 15% dan penyimpanan 6hari) 7,34±0,02ab
C3D4 (ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 6 hari) 7,31±0,01b
C2D4 (ekstrak daun mangrove 5% dan penyimpanan 6 hari 7,27±0,01c
C1D3 (ekstrak daun mangrove 0% dan penyimpanan 4 hari) 7,25±0,01c
C4D3 (ekstrak daun mangrove 15% dan penyimpanan 4 hari) 7,21±0,02d
C1D2 (ekstrak daun mangrove 0% dan penyimpanan 2 hari) 7,17±0,01e
C3D3 (ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 4 hari) 7,16±0,01e
C4D2 (ekstrak daun mangrove 15% dan penyimpanan 2 hari) 7,15±0,01ef
C3D2 (ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 2 hari) 7,12±0,01fg
C2D3 (ekstrak daun mangrove 5% dan penyimpanan 4 hari) 7,11±0,01g
C2D2(ekstrak daun mangrove 5% dan penyimpanan 2 hari) 7,03±0,02h
C4D1(ekstrak daun mangrove 15%dan penyimpanan 0 hari) 6,99±0,02i
C3D1(ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 0 hari) 6,96±0,01ij
C2D1(ekstrak daun mangrove 5% dan penyimpanan 0 hari) 6,94±0,02j
C1D1(ekstrak daun mangrove 0% dan penyimpanan 0 hari) 6,62±0,01jk
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata
Universitas Sriwijaya
53
8 7.44
7.13
7 6.59 6.5
Total Plate Count (log cfu/g)
6 5.66
4.78 4.67 4.55
5 4.47 4.35 4.3 4.27 4.67 4.57 4.48 4.43
4
3
2
1
0
Keterangan
C1 : konsentasi ekstrak daun mangrove (0%) D1: lama penyimpanan 0 hari
C2 : konsentasi ekstrak daun mangrove (5%) D2: lama penyimpanan 2 hari
C3 : konsentasi ekstrak daun mangrove (10%) D3: lama penyimpanan 4 hari
C4 : konsentasi ekstrak daun mangrove (15%) D4: lama penyimpanan 6 hari
Tabel 4.23. Uji BNJ pengaruh konstrasi ekstrak daun mangrove terhadap nilai
TPC pada fillet ikan patin
Perlakuan Nilai TPC rata-rata (log cfu/g) BNJ 5% = 2,68
C1 (Konsentrasi 0%) 5,92 a
C2 (Konsentrasi 5%) 5,07 b
C3 (Konsentrasi 10%) 4,98 b c
C4 (Konsentrasi 15%) 4,73 c
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata
Universitas Sriwijaya
54
seperti tanin dan flavonoid yang bersifat sebagai senyawa anti mikroba, sehingga
dapat menghambat pertumbuhan bakteri (Fadillah et al., 2010, Hermawan et al.,
2012). Senyawa flavonoid bersifat antibakteri dengan cara merusak permeabilitas
dinding sel bakteri, mikrosom dan lisosom sebagai hasil interaksi dengan DNA
bakteri (Nagappan et al. 2011). Hal ini menyebabkan asam amino merembes
keluar dan mencegah masuknya bahan bahan aktif ke dalam sel, sehingga dapat
menyebabkan kematian bakteri (Zega et al., 2017).
Tabel 4.24.Uji BNJ pengaruh lama penyimpanan terhadap nilai TPC fillet ikan
patin
Perlakuan Nilai TPC rata-rata (log cfu/g) BNJ 5% = 0,03
D4 (Penyimpanan 6 hari) 6,55 a
D3 (Penyimpanan 4 hari) 5,28 b
D2 (Penyimpanan 2 hari) 4,53 c
D1 (Penyimpanan 0 hari) 4,34 d
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata
Universitas Sriwijaya
55
Tabel 4.25. Uji BNJ pengaruh interaksi konsentrasi ekstrak daun mangrove dan
lama penyimpanan terhadap nilai TPC fillet ikan patin
Kombinasi Perlakuan Nilai TPC rata-rata
(log cfu/g)
C1D4(ekstrak daun mangrove 0% dan penyimpanan 6 hari) 7,4471a
C1D3 (ekstrak daun mangrove 0% dan penyimpanan 4 hari) 7,1300b
C2D4(ekstrak daun mangrove 5% dan penyimpanan 6 hari) 6,5933c
C3D4 (ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 6 hari 6,4966d
C4D4 (ekstrak daun mangrove 15% dan penyimpanan 6 hari) 5,6666e
C2D3(ekstrak daun mangrove 5% dan penyimpanan 4 hari) 4,7766f
C1D2(ekstrak daun mangrove 0% dan penyimpanan 2 hari) 4,6700g
C3D3(ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 4 hari) 4,6666g
C2D2(ekstrak daun mangrove 5% dan penyimpanan 2 hari) 4,5733h
C4D3(ekstrak daun mangrove 15% dan penyimpanan 4 hari) 4,5600h
C3D2(ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 2 hari) 4,4766i
C1D1(ekstrak daun mangrove 0% dan penyimpanan 0 hari) 4,4666i
C4D2(ekstrak daun mangrove 15 % dan penyimpanan 2 hari) 4,4266i
C2D1(ekstrak daun mangrove 5% dan penyimpanan 0 hari) 4,3433i
C3D1(ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 0 hari) 4,2966i
C4D1(ekstrak daun mangrove 15% dan penyimpanan 0hari) 4,2700i
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata
4.2.5. Tekstur
Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata tekstur pada tahap ini berkisar
antara 25,3% hingga 53,43%. Nilai tekstur tertinggi terdapat pada perlakuan C1D1
(konsentrasi 0%, lama penyimpanan 0 hari), sedangkan tekstur terendah terdapat
pada perlakuan C4D4 (konsentrasi 15% lama penyimpanan 6 hari). Hasil
pengujian rata-rata tekstur pada fillet ikan patin dapat dilihat pada Gambar 4.11.
Gambar 4.11 menunjukkan bahwa semakin lama penyimpanan semakin
menurun nilai tekstur pada fillet ikan patin. Penurunan tekstur disebabkan daging
ikan memiliki jaringan pengikat yang mudah lunak sehingga dapat dengan mudah
dicerna oleh enzim autolysis, akibatnya kelenturan daging akan hilang
(Hadiwiyoto, 1993). Selain itu, bakteri pada daging ikan akan merombak senyawa
komplek menjadi senyawa sederhana sehingga jaringan ikan akan terurai dan
tekstur menjadi lunak (Insani et al., 2016).
Universitas Sriwijaya
56
60
53.4351.33
50.2 49.3349.66
50 47.3 46.2
40.6 42.1640.4639.23
40 35.4
Tekstur (gf)
30.66 29.2
28.4
30 25.3
20
10
Keterangan
C1 : konsentasi ekstrak daun mangrove (0%) D1: lama penyimpanan 0 hari
C2 : konsentasi ekstrak daun mangrove (5%) D2: lama penyimpanan 2 hari
C3 : konsentasi ekstrak daun mangrove (10%) D3: lama penyimpanan 4 hari
C4 : konsentasi ekstrak daun mangrove (15%) D4: lama penyimpanan 6 hari
Tabel 4.27. Uji BNJ pengaruh konstrasi ekstrak daun mangrove terhadap nilai
tekstur pada fillet ikan patin
Perlakuan Nilai tekstur rata-rata (gf) BNJ 5% = 0,29
C1 (Konsentrasi 0%) 43,97 a
C2 (Konsentrasi 5%) 42,02 b
C3 (Konsentrasi 10%) 40,99 c
C4(Konsentrasi 15%) 38,38 d
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata
Universitas Sriwijaya
57
patin semakin menurun, hal ini diduga karena pengaruh tingginya kadar air pada
fillet patin yang menyebabkan tekstur fillet patin semakin lembek. Nilai tekstur
fillet ikan patin berbanding lurus dengan nilai kadar air fillet ikan patin.
Tabel 4.27. Uji BNJ pengaruh lama penyimpanan terhadap nilai tekstur fillet ikan
patin
Perlakuan Nilai tekstur rata-rata (gf) BNJ 5% = 0,29
D1 (Penyimpanan 0hari) 51,07 a
D2 (Penyimpanan 2hari) 46,66 b
D3 (Penyimpanan 4hari) 39,31 c
D4 (Penyimpanan 6 hari) 28,31 d
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata
Universitas Sriwijaya
58
2012).Selain itu, lama penyimpanan akan menurunkan nilai tekstur pada fillet
patin, hal ini disebabkan meningkatnya kandungan air pada fillet patin yang
menyebabkan tekstur ikan semakin lembek.Menurut Hadiwiyoto (1993) daging
ikan mempunyai sedikit tenun pengikat sehingga mudah terurai oleh enzim
autolisis dengan semakin lamanya penyimpanan.
Tabel 4.28. Uji BNJ pengaruh interaksi konsentrasi ekstrak daun mangrove dan
lama penyimpanan terhadap nilai tekstur fillet ikan patin
Nilai tekstur
Kombinasi Perlakuan
rata-rata (gf)
C1D1(ekstrak daun mangrove 0% dan penyimpanan 0 hari) 53,43±0,35a
C2D1 (ekstrak daun mangrove 5% dan penyimpanan 0 hari) 51,33±0,15b
C3D1 (ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 0 hari) 50,20±0,10c
C1D2 (ekstrak daun mangrove 0% dan penyimpanan 2 hari 49,66±0,11cd
C4D1 (ekstrak daun mangrove 15% dan penyimpanan 0 hari) 49,33±0,15d
C2D2 (ekstrak daun mangrove 5% dan penyimpanan 2 hari) 47,30±0,43e
C3D2(ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 2 hari) 46,20±0,1f
C4D2(ekstrak daun mangrove 15% dan penyimpanan 2 hari) 43,50±0,2g
C1D3(ekstrak daun mangrove 0% dan penyimpanan 4 hari) 42,13±0,11h
C2D3(ekstrak daun mangrove 5% dan penyimpanan 4 hari) 40,46±0,25i
C3D3(ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 4 hari) 39,26±0,30j
C4D3(ekstrak daun mangrove 15% dan penyimpanan 4 hari) 35,40±0,20k
C1D4(ekstrak daun mangrove 0% dan penyimpanan 6 hari) 30,66±0,15l
C2D4(ekstrak daun mangrove 5% dan penyimpanan 6 hari) 29,00±0,36m
C3D4(ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 6 hari) 28,30±0,10m
C4D4(ekstrak daun mangrove 15% dan penyimpanan 6 hari) 25,30±0,10n
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata
4.2.6. Warna
4.2.6.1. Lightness (L)
Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata lightness pada tahap ini
berkisar antara 62,860 hingga 46,630. Nilai lightness tertinggi terdapat pada
perlakuan C1D1 (konsentrasi 0%, lama penyimpanan 0 hari), sedangkan lightness
terendah terdapat pada perlakuan C4D4 (konsentrasi 15% lama penyimpanan 0
hari). Hasil pengujian rata-rata lightness pada fillet ikan patin dapat dilihat pada
Gambar 4.12.
Analisis keragaman terhadap nilai lightness fillet ikan patin menunjukkan
bahwa faktor C (konsentrasi ekstrak daun mangrove) dan faktor B (lama
penyimpanan) dan interaksi keduanya berpengaruh nyata (Lampiran 12). Hasil uji
Universitas Sriwijaya
59
70 62.86
60 57.2 55.4 56.7 54.43
51.6 51.4 50.3 53.9653.36 50.2 49.6652.3351.53
48.73 46.63
50
Lightness
40
30
20
10
0
Keterangan
C1 : konsentasi ekstrak daun mangrove (0%) D1: lama penyimpanan 0 hari
C2 : konsentasi ekstrak daun mangrove (5%) D2: lama penyimpanan 2 hari
C3 : konsentasi ekstrak daun mangrove (10%) D3: lama penyimpanan 4 hari
C4 : konsentasi ekstrak daun mangrove (15%) D4: lama penyimpanan 6 hari
Gambar 4.12. Nilai rata-rata Lightness pada fillet patin.
Tabel 4.29. Uji BNJ pengaruh konstrasi ekstrak daun mangrove terhadap nilai
lightness pada fillet ikan patin
Perlakuan Nilailightnessrata-rata (º) BNJ 5% = 0,259
C1 (Konsentrasi 0%) 56,48 a
C2 (Konsentrasi 5%) 54,13 b
C3 (Konsentrasi 10%) 51,45 c
C4 (Konsentrasi 15%) 49,55 d
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata
Universitas Sriwijaya
60
Tabel 4.30. Uji BNJ pengaruh lama penyimpanan terhadap nilai lightness fillet
ikan patin
Perlakuan Nilai lightnessrata-rata (º) BNJ 5% = 0,259
D1 (Penyimpanan 0 hari) 56,76 a
D2 (Penyimpanan 2 hari) 53,20 b
D3 (Penyimpanan 4 hari) 51,84 c
D4 (Penyimpanan 6 hari) 49,80 d
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata
Universitas Sriwijaya
61
umumnya, semakin pekat warna hijau daun maka kandungan klorofil semakin
tinggi (Satyaningtyas dan Estiasih, 2014). Perbedaan kandungan pigmen klorofil
dipengaruhi oleh gen, cahaya, unsur nitrogen, magnesium dan besi (Maulid dan
Laily, 2015).
Tabel 4.31. Uji BNJ pengaruh interaksi konsentrasi ekstrak daun mangrove dan
lama penyimpanan terhadap nilai lightness fillet ikan patin
Kombinasi Perlakuan Nilai lightness rata-
rata (º)
C1D1 (ekstrak daun mangrove 0% dan penyimpanan 0 hari) 62,86±0,15a
C2D1 (ekstrak daun mangrove 5% dan penyimpanan 0 hari) 57,20±0,1b
C1D2 (ekstrak daun mangrove 0 % dan penyimpanan 2 hari) 56,70±0,1b
C3D1 (ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 0 hari) 55,40±0,1c
C2D2 (ekstrak daun mangrove 5% dan penyimpanan 2 hari) 54,43±0,1d
C1D3 (ekstrak daun mangrove 0% dan penyimpanan 4 hari) 54,03±0,32de
C2D3 (ekstrak daun mangrove 5 % dan penyimpanan 4 hari) 53,36±0,26e
C1D4 (ekstrak daun mangrove 0% dan penyimpanan 6 hari) 52,33±0,3f
C4D1 (ekstrak daun mangrove 15% dan penyimpanan 0 hari) 51,60±0,25g
C2D4 (ekstrak daun mangrove 5% dan penyimpanan 6 hari) 51,53±0,35g
C3D2 (ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 2 hari) 51,40±0,2g
C4D2 (ekstrak daun mangrove 15% dan penyimpanan 2 hari) 50,30±0,11g
C3D3 (ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 4 hari) 50,20±0,25h
C4D3 (ekstrak daun mangrove 15% dan penyimpanan 4 hari) 49,66±0,23h
C3D4 (ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan, 6 hari) 48,73±0,25h
C4D4 (ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 6 hari) 46,63±0,32i
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata
Universitas Sriwijaya
62
25
20.93
19.56 19.5
20 18.6 18.4
17.43 17.43
16.5
15.3 14.96
15 13.86 13
Chroma
12.36 12.56
11.5
10.13
10
Keterangan
C1 : konsentasi ekstrak daun mangrove (0%) D1: lama penyimpanan 0 hari
C2 : konsentasi ekstrak daun mangrove (5%) D2: lama penyimpanan 2 hari
C3 : konsentasi ekstrak daun mangrove (10%) D3: lama penyimpanan 4 hari
C4 : konsentasi ekstrak daun mangrove (15%) D4: lama penyimpanan 6 hari
Tabel 4.32. Uji BNJ pengaruh konstrasi ekstrak daun mangrove terhadap nilai
chroma pada fillet ikan patin
Perlakuan Nilai chromarata-rata (º) BNJ 5% = 0,314
C4 (Konsentrasi 15%) 18,20 a
C3 (Konsentrasi 10%) 16,75 b
C2 (Konsentrasi 5%) 15,71 c
C1 (Konsentrasi 0%) 12,34 d
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata
Hasil uji BNJ pada taraf 5% (Tabel 4.32) menujukkan bahwa semua
perlakuan berbeda nyata. Perlakuan C4 (konsentrasi ekstrak 15%) memiliki
intensitas warna yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Semakin
Universitas Sriwijaya
63
tinggi intensitas warna daun maka kandungan pigmen klorofil yang terkandung
juga semakin tinggi dan menyebabkan warna daun menjadi semakin gelap. Daun
mangrove mengandung pigmen klorofil a, klorofil b dan karoten (Panda et al.,
2017). Pada umumnya, semakin pekat warna hijau daun maka kandungan klorofil
semakin tinggi (Satyaningtyas dan Estiasih, 2014). Perbedaan kandungan pigmen
klorofil dipengaruhi oleh gen, cahaya, unsur nitrogen, magnesium dan besi
(Maulid dan Laily, 2015).
Tabel 4.33. Uji BNJ pengaruh lama penyimpanan terhadap nilai chroma fillet ikan
patin
Perlakuan Nilai chromarata-rata (º) BNJ 5% = 0,314
D1 (Penyimpanan 0 hari) 18,24 a
D2 (Penyimpanan 2 hari) 17,08 b
D3 (Penyimpanan 4 hari) 15,40 c
D4 (Penyimpanan 6 hari) 12,29 d
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata
Universitas Sriwijaya
64
Tabel 4.34. Uji BNJ pengaruh interaksi konsentrasi ekstrak daun mangrove dan
lama penyimpanan terhadap nilai chroma fillet ikan patin
Kombinasi Perlakuan Nilai chroma
rata-rata (º)
C4D1(ekstrak daun mangrove 15% dan penyimpanan 0 hari) 20,93±0,20a
C3D1 (ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 0 hari) 19,56±0,10b
C2D1(ekstrak daun mangrove 5% dan penyimpanan 0 hari) 18,60±0,80c
C4D2(ekstrak daun mangrove 15%dan penyimpanan 2 hari) 18,40±0,17c
C2D2 (ekstrak daun mangrove 5%dan penyimpanan 2 hari) 17,43±0,20d
C4D3(ekstrak daun mangrove 15% dan penyimpanan 4 hari) 17,43±0,30d
C3D3(ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 4 hari) 16,50±0,10e
C2D3(ekstrak daun mangrove 5 %dan penyimpanan 4 hari) 15,33±0,15f
C4D4(ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 6 hari) 14,96±0,35f
C1D1(ekstrak daun mangrove 0%, dan penyimpanan 0 hari) 13,86±0,30g
C3D2(ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 2 hari) 13,00±0,15h
C1D2 (ekstrak daun mangrove 0 % dan penyimpanan 2 hari) 13,00±0,15h
C3D4(ekstrak daun mangrove 10%dan penyimpanan 6 hari) 12,56±0,05h
C1D3 (ekstrak daun mangrove 0%dan penyimpanan 4 hari) 12,36±0,20h
C2D4(ekstrak daun mangrove 5% dan penyimpanan 6 hari) 11,50±0,20i
C2D4(ekstrak daun mangrove 5% dan penyimpanan 6 hari) 11,50±0,20i
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata
Universitas Sriwijaya
65
100
90 84.43 86.4
78.46 79.53 77.46
80 73.8 75.4
72.13 71.4369.23
68.96
70 64.76 64.3 65.73
60.2362.83
60
Hue
50
40
30
20
10
0
Keterangan
C1 : konsentasi ekstrak daun mangrove (0%) D1: lama penyimpanan 0 hari
C2 : konsentasi ekstrak daun mangrove (5%) D2: lama penyimpanan 2 hari
C3 : konsentasi ekstrak daun mangrove (10%) D3: lama penyimpanan 4 hari
C4 : konsentasi ekstrak daun mangrove (15%) D4: lama penyimpanan 6 hari
Berdasarkan Tabel 4.35, warna fillet ikan patin yang ditambahkan dengan
ekstrak daun mangrove berwarna yellow Red (YR). Hasil analisa yang diperoleh
terhadap analisa nilai hue bubuk daun mangrove menunjukkan bahwa nilai hue
tertinggi terdapat pada perlakuan C4D4 (ekstrak daun mangrove 15% dan
Universitas Sriwijaya
66
penyimpanan 6 hari) sebesar 86,4 dan nilai hue terendah terdapat pada perlakuan
C1D1 (ekstrak daun mangrove 0% dan penyimpanan 0 hari) sebesar 60,23.
Tabel 4.36. Uji BNJ pengaruh konstrasi ekstrak daun mangrove terhadap nilai
Hue pada fillet ikan patin
Perlakuan Nilai hue rata-rata (º) BNJ 5% = 0,33
C4 (Konsentrasi 15%) 82,24 a
C3 (Konsentrasi 10%) 74,70 b
C2 (Konsentrasi 5%) 67,02 c
C1 (Konsentrasi 0%) 64,45 d
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata
Tabel. 4.37. Uji BNJ pengaruh lama penyimpanan terhadap nilai hue pada fillet
ikan patin
Perlakuan Nilai hue rata-rata (º) BNJ 5% = 0,33
D4 (Penyimpanan 6 hari) 76,16 a
D3 (Penyimpanan 4 hari) 73,63 b
D2 (Penyimpanan 2 hari) 70,20 c
D1 (Penyimpanan 0 hari) 68,41 d
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata
Universitas Sriwijaya
67
Hasil uji BNJ 5% (Tabel 4.38) menunjukkan bahwa nilai hue tertinggi
terdapat pada perlakuan C4D4(ekstrak daun mangrove 15% dan penyimpanan 6
hari) sebesar 86,40 dan nilai hue terendah terdapat pada perlakuan C1D1 (ekstrak
daun mangrove 0% dan penyimpanan 0 hari) sebesar 60,230. Semakin tinggi
konsentrasi maka semakin tinggi nilai hue menunjukkan bahwa fillet ikan patin
semakin kuning kemerahan. hal ini disebabkan pengaruh warna dari ekstrak daun
mangrove dan warna fillet patin. Hal ini didukung oleh penelitian Insani et al.
(2016) bahwa fillet patin yang direndam dengan ekstrak daun belimbing wuluh
memiliki warna agak kuning kecoklatan.
Tabel 4.38. Uji BNJ pengaruh interaksi konsentrasi ekstrak daun mangrove dan
lama penyimpanan terhadap nilai hue fillet ikan patin
Kombinasi Perlakuan Nilai hue rata-rata
( º)
C4D4(ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 6 hari) 86,50±0,40a
C4D3(ekstrak daun mangrove 15% dan penyimpanan 4 hari) 84,43±0,15b
C4D2(ekstrak daun mangrove 15%dan penyimpanan 2 hari) 79,53±0,32c
C4D1(ekstrak daun mangrove 15%dan penyimpanan 0 hari) 78,46±0,15d
C3D4(ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 6 hari) 77,46±0,70e
C3D3(ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 4 hari) 75,40±0,36f
C3D2(ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 2 hari) 73,80±0,26g
C2D4(ekstrak daun mangrove 5% dan penyimpanan 6 hari) 71,43±0,41h
C3D1 (ekstrak daun mangrove 10%dan penyimpanan 0 hari) 72,13±0,15h
C1D4 (ekstrak daun mangrove 0% dan penyimpanan 6 hari) 69,23±0,37i
C2D3 (ekstrak daun mangrove 5 %dan penyimpanan4 hari) 68,96±0,10i
C1D3 (ekstrak daun mangrove 0%dan penyimpanan 4 hari) 65,73±0,30j
C2D2 (ekstrak daun mangrove 5%dan penyimpanan 2 hari) 64,86±0,15j
C2D1 (ekstrak daun mangrove 5% dan penyimpanan 0 hari) 62,83±0,25k
C1D2 (ekstrak daun mangrove 0 % dan penyimpanan 2 hari) 62,60±0,40k
C1D1 (ekstrak daun mangrove 0% dan penyimpanan 0 hari) 60,23±0,10l
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata
Universitas Sriwijaya
68
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
1. Perlakuan terbaik pada tahap 1 terdapat pada perlakuan A1B2 (pelarut
metanol, maserasi 48 jam) dengan nilai rendemen, total fenol, tanin berturut-
turut sebesar 5,63%, 6,97%, 6,54% dan nilai IC50 sebesar 46,8 ppm dan
diameter daya hambat pada bakteri Stapylococcus aureus sebesar 5,50 mm
dan Escherichia coli 2,67 mm.
2. Perlakuan terbaik pada tahap 2 terdapat pada perlakuan C2D4 (konsentrasi 5
dan penyimpanan 4 hari) dengan kadar air, asam lemak bebas, derajat
kesaman, Total Plate Count dan tekstur berturut-turut sebesar 79,23%, 1,93%,
7,27%, 4,7 x 104logcfu/g, 29,00. Rata-rata nilai L*, c* dan h* fillet ikan patin
pada perlakuan C2D4 berturut turut 51,40; 13,86 dan 68,96.
5.2. Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan pada aplikasi ekstrak daun
mangrove pada produk perikanan lainnya.
Universitas Sriwijaya
68
69
DAFTAR PUSTAKA
Andarwulan, N., Kusnandar, F. dan Herawati, D. 2011. Analisa Pangan. PT. Dian
Rakyat. Jakarta.
Arifianti, L., Oktarina, R.D. dan Kusumawati, I. 2014. Pengaruh jenis pelarut
pengekstraksi terhadap kadar sinensetin dalam ekstrak daun Orthosiphon
stamineus benth. Jurnal Planta Husada, 2(1).
Azmir J., Zaidul, I.S.M., Rahman, M.M., Sharif, K.M., Mohamed, A., Sahena,
F., Jahurul, M.H.A., Ghafoor, K., Norulaini, N.A.N. and Omar, A.K.M.,
2013, Techniques for extraction of bioactive compounds from plant
materials: A review, J. Food Engin, 117(4), 426–436.
Borkar, M. U., Athalye, R.P. and Goldin, Q. 2009. Salinity induced changes in the
leaf anatomy of the mangrove Avicennia Marina along the
anthropogenically stressed tropical creek. J. Coast Develop,14 (3), 191–
201.
Brock, T.D. and Madigan, M.T. 1991. Biology of Microorganisms. New Jersey.
Prentice- Hall International
69
Universitas Sriwijaya
70
Choi, H.R., Choi, J.S. and Han, YN. 2002 Peroxynitrite scavenging activity of
herb extracts. Phytother. Res, 16, 364-367.
DeLeo, F. R., Diep, B.A. and Otto, M. 2009. Host defense and pathogenesis in
Staphylococcus aureus infections. National Institutes of Health, 23(1),
17–34.
Deurwaeder, H.D. 2012. How are anatomical and hydraulic features of Avicennia
marina and Rhizophora mucronata trees influenced by siltation. Faculty of
Bioscience Engineering. University Ghent and Brussels.
Universitas Sriwijaya
71
Ernawati dan Hasmila, I. 2015. Uji fitokimia dan aktifitas antibakteri senyawa
metabolit sekunder ekstrak metanol daun mangrove (Rhizopora
mucronata). J. Bionature, 16(2), 98-102.
.
Fadilah., Distantina, S., Pratiwi1, D. B., Muliapakarti, R., Danarto, Y. C., Wiratni.
dan Fahrurrozi, M. 2010. Pengaruh metode pengeringan terhadap
kecepatan pengeringan dan kualitas karagenan dari rumput laut
Eucheuma cottonii. Seminar Rekayasa Kimia Dan Proses. Universitas
Diponegoro. Semarang.
Falah, S., Suzuki. and T. Katayama. 2008. Chemical constituents from swietenia
macrophylla bark and antioxidant activity. Pakist. J. Biol Sci,11(16),
2007-2012.
Frazier, W.C. and D.C Weshoff. 2008. Food Microbiology. Tata MC. Graw-Hill
Pub. Co. Limited. New Delhi.
Foo, L.Y. and Porter, L.J. 1980. The phytochemistry of proantocyanidin polymer.
J.Phytochemistry, 19, 1747-1752.
Gaffar, M. U., Morshed, M. A. and Uddin, A., Roy, S., dan Hannan, J. M. A.
2011.Study The efficiency of Rhizophora mucornata poir. leaves for
diabetes therapy in long evans rats. J. BiomolecBiomedic, 1(1), 20–26.
Giri, C., Ochieng, E., Tieszen, L., Zhu, Z., Singh, A., Loveland, T and Duke,
N. 2011. Status and distribution of mangrove forestsof the world using
earth observation satellite data. Global Ecol Biogeograp, 20, 154–159.
Universitas Sriwijaya
72
Hanani, E., Mun’im, A. dan Sekarini, R., 2005, Identifikasi senyawa antioksidan
dalam spons callyspongia sp dari kepulauan seribu, Majalah Ilmu
Kefarmasian, 2(3), 127-133.
Hatano, T., Kagawa, H., Yasuhara, T. and Okuda, I. 1988. Two new flavonoids
and other contituents ini licorice roots : their relative astringency and
radical scavenging effect. Chem Pharmaceut Bulletin, 36, 2090-2097.
Hermawan, R., Prasetyo, A dan Noorhamdani. 2012. Uji Efektivitas Ekstrak Daun
Jambu Biji sebagai Antimikroba Terhadap Bakteri Penyebab Karies
Streptococcus mutans secara in vitro. Unibraw. Malang.
Huang, C., Lu, C.K., Tu, M.C., Chang, J.H., Chen, Y.J., Tu, Y.H. and Huang,
H.S. 2016. Polyphenol rich Avicennia marina leaf extract induce apoptosis
in human breast and live cancer cells in a nude mouse xenograft model. J
Oncotarget,7(2), 35874-35893.
Ibrahim, M.A, Yunianta dan Sriherfyna, H.F. 2015. Pengaruh suhu dan lama
waktu ekstraksi terhadap sifat kimia dan fisik pembuatan minuman sari
jahe merah (Zingeber officinale var. Rubrum) dengan kombinasi
penambahan madu sebagai pemanis. Jurnal Pangan dan Agroindustri,
3(2), 530-541.
Insani M. 2016. Penggunaan ekstrak daun belimbing wuluh terhadap masa simpan
filet patin berdasarkan karakteristik organoleptik. Jurnal Perikanan dan
Kelautan,7(2),14-21.
Iswadi., Samingan. dan Sartika, I. 2015. Ekstrak daun api-api (Avicennia marina)
sebagai antibakteri dan pengawet alami ikan tongkol (Euthynus affinis)
Segar. Jurnal Biologi Edukasi Edisi 14,7(1), 7-12.
Universitas Sriwijaya
73
Josep, N., Mirelle, A.F.R and Matchawe, C. 2016. Evaluation of the antimicrobial
activity of tannin extracted from the barks of Erythrophleum guineensis
(Caesalpiniaceae). J. Pharmacogn Phtythochem, 5(4), 287-291.
Lincy, P.M., Paulparia, K. and Mohan, R.V. 2013. In vitro antioxidant activity of
Avicennia marina (Forssk) vierh pneumatophore (Avicenniaceae). Sci. Res
Report, 3(2), 106-114.
Lu, Y. and Foo, Y.L. 2000. Antioxidant and radical scavenging activities of
polyphenols from apple pomace. Food Chem, 68, 81-85.
Universitas Sriwijaya
74
Mangrio, A.M., Rafiq, M., Naqvi, S.H.A., Junejo, S.A., Mangrio, S.M and Rind,
N. A. 2016. Evaluation of phytochemical constituents and antibacterial
Potential of Avicennia marina and Rhizophora mucronata From Indus Delta
of Pakistan. J. Biotechnol, 13(4), 259-265.
Maulid, R. R. dan Laily, A. N. 2015. Kadar total pigmen korofil dan senyawa
antosianin ekstrak kastuba (Euphorbia pulcherrima) berdasarkan umur
daun. Seminar Nasional Konversi dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam.
Universitas Negeri Sebelas Maret. Solo.
Molyneux, P.2004. The use of the stable free radical diphenyl picrylhydrazyl
(DPPH) for estimating antioxidant activity. J. Sci. Technol. 26(2), 211-219.
Neugebauer, U., Große, C., Bauer1, M., Kemper, B., Barroso-Pena, A., Bauwens,
A., Glueder, M., Woerdemann, M., Dewenter, L., Denz, C., Kloß, S.,
Rösch, P., Sabat, A., Schütze, K., Friedrich, A., von Bally, G., Popp , J.,
and Mellmann, A. 2012. From Infection to Detection: Imaging
Staphylococcus aureus – Host Interactions. J. Biomed Techno, 57(1), 503 –
506.
Noventi, W. dan Carolia, N. 2016. Potensi ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.)
sebagai alternatif terapi acne vulgaris. Jurnal Majority. 5(1), 140 – 145.
Universitas Sriwijaya
75
Nur, F. A. dan Putri, N.P. 2015. Ekstraksi tanin dari daun tanaman putri malu
(Mimosa pudica). Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Fakultas
Teknik Universitas Mulawarman. ISSN 1693-4393.
Nuryoto, 2008. Studi kinerja katalisator lewatit moboplus s-100 pada reaksi
esterifikasi antara etanol dan asam asetat. Jurnal RekayasaProses 2. 2 (1),
24-27.
Nyamatullah, S.M. and Uma, M.R.V. 2014. Antibacterial and antioxidant activity
of Avicennia marina leaf. J. Chem Pharma Res, 6(10), 252-256.
Parr, A.J. and Bolwell, J.P. 2002. The potential for possible nutritional
enhancement of the diet by modifying the phenols content or profile. J.Sci
Food Agric. 80, 985-1012
Pavia, D.L., Lampan, G.M., Kriz, G.S. and Engel, R.G. 1995. Organic.
Laboratory Techniques. Saunder College Publishing, Florida USA.
Pendit, P.A., Zubaidah, C.E dan Sriherfyna, F.H. 2016. Karakteristik fisik-kjimia
dan aktivitas antibakteri ekstrak daun belimbing wuluh Averhoa bilimbi L.
Jurnal Pangan dan Agroindustri, 4(1), 400-409.
Putri A., Agustini T.W. and Rainingsih, L. 2014. The effect aloe vera extract to
prevent lipid oxidation of milkfish (Chanos chanos forsk) during cold
storage. J. Fishery Product Process Biotechnol,11-16.
Putri, R. R., Hasanah, R., dan Kusimaningrum, I. 2016. Uji aktivitas antibakteri
dan uji fitokimia ekstrak daun mangrove Sonneratia alba. Jurnal Sains
dan Teknologi Akuakultur, 2(1), 43-50.
Rafsanjani, M.K dan Putri, W.D.R. 2015. Karakterisasi ekstrak kulit jeruk bali
menggunakan metode ultrasonic bath (kajian perbedaan pelarut dan lama
ekstraksi). Jurnal Pangan dan Agroindustri. 3(4), 1473-1480.
Universitas Sriwijaya
76
Rofik, S., dan Ratnani, R.D. 2012. Ekstrak daun api-api (Avicennia marina) untuk
pembuatan bioformalin sebagai antibakteri ikan segar. Prosiding SNST
Ketiga Fakultas Teknik Univeritas Wahid Hayim.
Sa’adah, H., dan Nurhasnawati, H. 2015. Perbandingan pelarut etanol dan air pada
pembuatan ekstrak umbi bawang tiwai (Eleutherine Americana Merr)
menggunakan metode maserasi. Jurnal Ilmiah Manuntung, 1 (2), 149-153.
Saad S., Taher, M., Susanti, D., Qaralleh, H and Afifah N. 2011. Antimicrobial
activity of mangrove plant (Lumnitzera littorea). Asian Pasific J. Tropic
Medic. 523-525.
Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bina Cipta. Jakarta.
Senja, R.M., Issulinaningtyas, E., Nugroho, A.K., dan Setyowati, E.P. 2014.
Perbandingan metode ekstraksi dan variasi pelarut terhadap rendemen dan
aktivitas antioksidan ekstrak kubis ungu (Brassica oleracea L var. capitata
f. Rubra). J. Traditional Med, 19 (1), 43-48.
Septiana, A. dan Asnani, A. 2012. Kajian sifat fisikokimia ekstrak rumput laut
coklat Sargassum duplicatum menggunakan berbagai pelarut dan metode
ekstraksi. Agrointek, 6(1), 22-28.
Sharief, N.Md and Rao, U.M. 2014. Antibacterial and antioxidant activity of
Avicennia marina leaf. J. Chem. Pharm. Res6(10), 252-256.
Universitas Sriwijaya
77
Standar Nasional Indonesia. 2008. Cara Uji Mikrobiologi : Penentuan Total Plate
Count pada Produk Perikanan. SNI 01-2897.2008.
Sudarmadji, S., Haryono, B., dan Suhardi. 1997. Prosedur Analisa untuk Bahan
Makanan dan Pertanian. Liberty: Yogyakarta.
Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.
Suh, S., Hwang, J., Park, N., Park H.S and Lee, T.K. 2014. Phenol content,
antioxidant and tyrosinase inhibitory activity of mangrove plants in
Micronesia. Asian Pasicif. J. Tropic Medic. 531-535.
Suryaningrum, D., Suryati dan Muljannah. 2012. Membuat Filet Ikan Patin.
Jakarta: Penebar Swadaya.
Tarman, K., Purwaningsih, S., dan Negara, A. 2013. Aktivitas antibakteri ekstrak
daun bakau hitam (Rhizophora mucronata) terhadap bakteri penyebab
diare. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 16 (3), 249-258.
Universitas Sriwijaya
78
Tollersrud, T., Berge, T., Andersen, S. R. and Lund, A. 2001. Imaging the Surface
of Staphylococcus aureus by atomic force microscopy. J. Acta Phatol,
Microbiol et ImmunolScandinavica, 109(7), 541 – 545.
Thi, A. N., Noseda, B., Samapundo, S., Nguyen, B. L., Broekaert, K., and
Rasschaert, G. 2013. Microbial ecology of vietnamese tra fish (Pangasius
hypophthalmus) fillets during processing. Int. J. Food Microbiol. 144-152.
Wahyuni, W.T., Darusman, L.K. and Surya, N.K. 2015. Potency of Rhizopora
spp. extracts as antioxidant and inhibitor of acetylcholinesterase. Proc.
Chem, 16, 681-689.
Winata, E.W., dan Yunianta. 2015. Ekstraksi antosianin buah murbei (Morus alba
L.) metode ultrasonic batch (kajian waktu dan rasio bahan: pelarut).
Jurnal Pangan dan Agroindustri, 3(2), 773-783.
Yang, C.S., Landau, J.M. and Huang, M.T, 2001. Inhibition of carcinogenesis by
dietaru polyphenolic compounds. Annu. Rev. Nutr, 21, 381-406.
Yeo, Y.L., Chia, Y.Y. and Lee, C.H. 2014. Effectiveness of maceration periods
with different extraction solvent on in-vitro antimicrobial activity from
fruit of momordica charantica L. J. App Pharm. Sci. 4, 016-023.
Zega, O., Baehaki, A. dan Herpandi. 2017. Pengaruh ekstrak apu-apu (Pistia
stratiotes) terhadap daya simpan fillet ikan patin (Pangasius sp) yang
Universitas Sriwijaya
79
disimpan pada suhu dingin. Jurnal Teknologi Hasil Perikanan, 6(1), 69-
79.
Zhu, F., Chen, X., Yuan, Y., Huang, M., Sun, H. and Xiang, W. 2009. The
Chemical Investigations of the mangrove plant Avicennia marina and its
endophytes. J. Open Natur Product. 2 (4), 24 – 32.
Universitas Sriwijaya
80
LAMPIRAN
Universitas Sriwijaya
81
Universitas Sriwijaya
82
Anova
Source DF SS Mean Square F Value Pr.F
<,00
Jenis Pelarut 2 39.7544 19.8772 1794.33 01
<,00
Lama Maserasi 1 1.10014 1.10013889 99.31 01
Jenis pelarut*Lama 0.00
maserasi 2 0.26934 0.13467222 12.16 13
Universitas Sriwijaya
83
Universitas Sriwijaya
84
Universitas Sriwijaya
85
Anova Mean
Source DF F Value Pr.F
SS Square
Jenis Pelarut 2 106.152 53.0759 2143.52 <,0001
Lama Maserasi 1 0.76056 0.760556 30.72 0.0001
Jenis pelarut*Lama
2 0.26301 0.131506 5.31 0.0223
maserasi
The GLM Procedure (Faktor A)
Tukey's Studentized Range (HSD) Test for tannin
Alpha = 0,05
Error Degrees of Freedom = 12
Error Mean Square = 0,024761
Critical Value of Studentized Range = 3,77278
Minimum Significant Difference = 0,2424
Universitas Sriwijaya
86
Universitas Sriwijaya
87
Universitas Sriwijaya
88
Mean F
Source DF Anova SS Pr.F
Square Value
Jenis Pelarut 2 24.3739 12.1870 51.76 <,0001
Lama Maserasi 1 0.6498 0.6498 2.76 0.1226
Jenis pelarut*Lama
2 0.,62680000 0.3134 1.33 0.3006
maserasi
The GLM Procedure (Faktor A)
Tukey's Studentized Range (HSD) Test for fenol
Alpha = 0,05
Error Degrees of Freedom = 12
Error Mean Square = 0,235472
Critical Value of Studentized Range = 3,77278
Minimum Significant Difference = 0,7474
Universitas Sriwijaya
89
Universitas Sriwijaya
90
Universitas Sriwijaya
91
Universitas Sriwijaya
92
Universitas Sriwijaya
93
Universitas Sriwijaya
94
Anova Mean
Source DF F Value Pr.F
SS Square
Jenis Pelarut 2 60.7778 30.3889 198.91 <,0001
Lama Maserasi 1 0.5000 0.5000 3.2700 0.0955
Jenis pelarut*Lama
2 7.0000 3.5000 22.9100 <,0001
maserasi
The GLM Procedure (Faktor A)
Tukey's Studentized Range (HSD) Test forAntibakteri Staphylococus
Alpha = 0,05
Error Degrees of Freedom = 12
Error Mean Square = 0,152778
Critical Value of Studentized Range = 3,77278
Minimum Significant Difference = 0,602
Universitas Sriwijaya
95
Universitas Sriwijaya
96
Universitas Sriwijaya
97
Square Value
Jenis Pelarut 2 16.083333 8.0417 96.5 <,0001
Lama Maserasi 1 0.2222222 0.2222222 2.67 0.1284
Jenis pelarut*Lama
2 4.1944444 2.0972222 25.17 <,0001
maserasi
The GLM Procedure (Faktor A)
Tukey's Studentized Range (HSD) Test for Antibakteri Ecoli
Alpha = 0,05
Error Degrees of Freedom = 12
Error Mean Square = 0,08333
Critical Value of Studentized Range = 3,77278
Minimum Significant Difference = 0,4446
Universitas Sriwijaya
98
A 2,500 3 A2B1
B 1,667 3 A2B2
B
B 1,1667 3 A1B1
C 0,000 3 A3B1
C
C 0,000 3 A3B2
Universitas Sriwijaya
99
Universitas Sriwijaya
100
41 C2D4 C2 D4 2 79.04
42 C2D4 C2 D4 3 79.42
43 C3D4 C3 D4 1 79.91
44 C3D4 C3 D4 2 79.91
45 C3D4 C3 D4 3 79.82
46 C4D4 C4 D4 1 81.37
47 C4D4 C4 D4 2 81.08
48 C4D4 C4 D4 3 81.69
Anova Mean
Source DF F Value Pr.F
SS Square
Konsentrasi ekstrak 3 65.4052 21.801741 340.55 <,0001
Lama penyimpanan 3 225.841 75.280269 1175.91 <,0001
Konsentrasi ekstrak*Lama
9 0.67982 0.0755354 1.18 0.3406
penyimpanan
Universitas Sriwijaya
101
Universitas Sriwijaya
102
E
E 76.3467 3 C1D3
E
F E 75.6767 3 C4D1
F
F 75.5300 3 C2D2
G 74.5033 3 C3D1
G
G 74.4333 3 C1D2
H 73.3767 3 C2D1
I 72.3300 3 C1D1
Universitas Sriwijaya
103
Lampiran 8. Teladan pengolahan data asam lemak bebas fillet ikan patin
Obs Perlakuan C D Ulangan Kadar ALB
1 C1D1 C1 D1 1 1.27
2 C1D1 C1 D1 2 1.32
3 C1D1 C1 D1 3 1.30
4 C2D1 C2 D1 1 1.18
5 C2D1 C2 D1 2 1.23
6 C2D1 C2 D1 3 1.20
7 C3D1 C3 D1 1 1.12
8 C3D1 C3 D1 2 1.17
9 C3D1 C3 D1 3 1.15
10 C4D1 C4 D1 1 1.00
11 C4D1 C4 D1 2 1.05
12 C4D1 C4 D1 3 1.03
13 C1D2 C1 D2 1 1.50
14 C1D2 C1 D2 2 1.50
15 C1D2 C1 D2 3 1.49
16 C2D2 C2 D2 1 1.45
17 C2D2 C2 D2 2 1.47
18 C2D2 C2 D2 3 1.46
19 C3D2 C3 D2 1 1.45
20 C3D2 C3 D2 2 1.39
21 C3D2 C3 D2 3 1.40
22 C4D2 C4 D2 1 1.23
23 C4D2 C4 D2 2 1.16
24 C4D2 C4 D2 3 1.19
25 C1D3 C1 D3 1 1.97
26 C1D3 C1 D3 2 1.95
27 C1D3 C1 D3 3 1.92
28 C2D3 C2 D3 1 1.73
29 C2D3 C2 D3 2 1.72
30 C2D3 C2 D3 3 1.71
31 C3D3 C3 D3 1 1.59
32 C3D3 C3 D3 2 1.58
33 C3D3 C3 D3 3 1.56
34 C4D3 C4 D3 1 1.34
35 C4D3 C4 D3 2 1.34
36 C4D3 C4 D3 3 1.33
37 C1D4 C1 D4 1 2.24
38 C1D4 C1 D4 2 2.26
39 C1D4 C1 D4 3 2.22
40 C2D4 C2 D4 1 1.97
Universitas Sriwijaya
104
41 C2D4 C2 D4 2 1.93
42 C2D4 C2 D4 3 1.91
43 C3D4 C3 D4 1 1.68
44 C3D4 C3 D4 2 1.62
45 C3D4 C3 D4 3 1.65
46 C4D4 C4 D4 1 1.48
47 C4D4 C4 D4 2 1.42
48 C4D4 C4 D4 3 1.45
Anova Mean
Source DF F Value Pr.F
SS Square
Konsentrasi ekstrak*Lama
9 0.368083 0.0408982 72.17 <,0001
penyimpanan
The GLM Procedure (Faktor C)
Universitas Sriwijaya
105
Universitas Sriwijaya
106
C
C 1.65000 3 C3D4
D 1.57667 3 C3D3
E 1.49667 3 C1D2
E
F E 1.46000 3 C2D2
F E
F E 1.45000 3 C4D4
F
F 1.41333 3 C3D2
G 1.33667 3 C4D3
G
G 1.29667 3 C1D1
H 1.20333 3 C2D1
H
H 1.19333 3 C4D2
H
H 1.14667 3 C3D1
I 1.02667 3 C4D1
Universitas Sriwijaya
107
Universitas Sriwijaya
108
40 C2D4 C2 D4 1 6.59
41 C2D4 C2 D4 2 6.60
42 C2D4 C2 D4 3 6.59
43 C3D4 C3 D4 1 6.50
44 C3D4 C3 D4 2 6.50
45 C3D4 C3 D4 3 6.49
46 C4D4 C4 D4 1 5.67
47 C4D4 C4 D4 2 5.68
48 C4D4 C4 D4 3 5.65
Anova
Source DF Mean Square F Value Pr.F
SS
Jenis Pelarut 3 9.72702 3.2423 4396.39 <,0001
Universitas Sriwijaya
109
Universitas Sriwijaya
110
C 6.59333 3
C2D4
D 6.49667 3
C3D4
E 5.66667 3
C4D4
F 4.77667 3
C2D3
G 4.67000 3
C1D2
G
G 4.66667 3
C3D3
H 4.57333 3
C2D2
H
H 4.56000 3
C4D3
I 4.47667 3
C3D2
I
I 4.46667 3
C1D1
I
I 4.42667 3
C4D2
J 4.34333 3
C2D1
J
J 4.29667 3
C3D1
J J 4.27000 3
C4D1
Universitas Sriwijaya
111
Universitas Sriwijaya
112
40 C2D4 C2 D4 1 7.27
41 C2D4 C2 D4 2 7.29
42 C2D4 C2 D4 3 7.26
43 C3D4 C3 D4 1 7.31
44 C3D4 C3 D4 2 7.34
45 C3D4 C3 D4 3 7.30
46 C4D4 C4 D4 1 7.34
47 C4D4 C4 D4 2 7.36
48 C4D4 C4 D4 3 7.33
Anova Mean
Source DF F Value Pr.F
SS Square
Universitas Sriwijaya
113
Universitas Sriwijaya
114
Universitas Sriwijaya
115
Universitas Sriwijaya
116
40 C2D4 C2 D4 1 29.6
41 C2D4 C2 D4 2 29.1
42 C2D4 C2 D4 3 28.3
43 C3D4 C3 D4 1 28.5
44 C3D4 C3 D4 2 28.4
45 C3D4 C3 D4 3 28.0
46 C4D4 C4 D4 1 25.2
47 C4D4 C4 D4 2 25.4
48 C4D4 C4 D4 3 25.3
Anova
Source DF Mean Square F Value Pr.F
SS
Jenis Pelarut 3 195.307 65.1024 908.41 <,0001
Universitas Sriwijaya
117
Universitas Sriwijaya
118
Universitas Sriwijaya
119
Universitas Sriwijaya
120
40 C2D4 C2 D4 1 51.4
41 C2D4 C2 D4 2 51.4
42 C2D4 C2 D4 3 51.8
43 C3D4 C3 D4 1 48.5
44 C3D4 C3 D4 2 48.7
45 C3D4 C3 D4 3 49.0
46 C4D4 C4 D4 1 46.5
47 C4D4 C4 D4 2 46.4
48 C4D4 C4 D4 3 47.0
Mean
Source DF Anova SS F Value Pr.F
Square
Konsentrasi ekstrak 3 331.946 110.648542 2011.79 <,0001
Konsentrasi ekstrak*Lama
9 46,6685417 5.1853935 94.28 <,0001
penyimpanan
Universitas Sriwijaya
121
Universitas Sriwijaya
122
Universitas Sriwijaya
123
Universitas Sriwijaya
124
40 C2D4 C2 D4 1 11.3
41 C2D4 C2 D4 2 11.5
42 C2D4 C2 D4 3 11.7
43 C3D4 C3 D4 1 12.4
44 C3D4 C3 D4 2 12.8
45 C3D4 C3 D4 3 12.5
46 C4D4 C4 D4 1 14.8
47 C4D4 C4 D4 2 15.0
48 C4D4 C4 D4 3 15.1
Anova Mean F
Source DF Pr.F
SS Square Value
Konsentrasi ekstrak*Lama
9 14.9835 1.664838 20.6 <,0001
penyimpanan
Universitas Sriwijaya
125
Universitas Sriwijaya
126
Universitas Sriwijaya
127
Universitas Sriwijaya
128
41 C2D4 C2 D4 2 71,06
42 C2D4 C2 D4 3 71,03
43 C3D4 C3 D4 1 77,09
44 C3D4 C3 D4 2 77,04
45 C3D4 C3 D4 3 77,01
46 C4D4 C4 D4 1 86,09
47 C4D4 C4 D4 2 86,04
48 C4D4 C4 D4 3 86,03
Anova Mean
Source DF F Value Pr.F
SS Square
Konsentrasi ekstrak 3 2326,697 775,67 8365,65 <,0001
Lama penyimpanan 3 432,78 144,263 1556,1 <,0001
Konsentrasiekstrak*Lama
9 21,745 2,4162 26,06 <,0001
penyimpanan
Universitas Sriwijaya
129
Universitas Sriwijaya
130
I 68,9667 3 C2D3
J 65,7333 3 C1D3
J
J 64,8667 3 C2D2
K 62,8333 3 C2D1
K
K 62,6000 3 C1D2
L 60,2333 3 C1D1
Universitas Sriwijaya