Anda di halaman 1dari 130

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Mangrove merupakan tanaman tahan garam yang tumbuh di zona pasang
surut di daerah tropis dan sub-tropis. Jenis tanaman ini merupakan sumber daya
alam yang dapat diperbaharui dan bermanfaat bagi manusia. Hutan mangrove di
Indonesia berkisar 22,6% dari total hutan mangrove dunia (Giri et al., 2011),
yang salah satunya tumbuh di wilayah Tanjung Api-api Sumatera Selatan. Jenis
tanaman mangrove yang banyak tumbuh yaitu Avicennia marina
(Purwiyanto et al., 2017).
Mangrove biasanya digunakan sebagai obat tradisional untuk diare,
gangguan pencernaan, pendarahan hidung, radang, sakit tenggorokan dan luka
(Jacoby et al., 2010). Tanaman mangrove juga digunakan sebagai antibakteri,
antioksidan dan antikanker dikarenakan mangrove memiliki kandungan metabolit
sekunder seperti alkaloids, phenol, steroid dan terpenoids (Ravikumar et al., 2010;
Midadul et al., 2011; Nayak et al., 2014). Kandungan metabolit sekunder pada
tumbuhan mangrove salah satunya terdapat pada bagian daun.
Ekstraksi senyawa metabolit sekunder pada daun mangrove umumnya
menggunakan metode maserasi. Faktor–faktor yang mempengaruhi laju ekstraksi
yaitu jenis pelarut, jenis dan jumlah sampel, suhu maserasi dan waktu maserasi
(Yeo et al., 2014). Berbagai penelitian menunjukkan bahwa ekstraksi daun
mangrove menggunakan pelarut polar dan non-polar dapat menghasilkan senyawa
fitokimia yang dapat digunakan sebagai antibakteri dan antioksidan
(Saad et al., 2011; Lincy et al., 2013; Sharief et al., 2014).
Sejauh ini penggunaan ekstrak daun mangrove untuk pengolahan pangan
masih jarang. Saat ini aplikasi ekstrak daun mangrove (Avicennia marina) hanya
sebagai antibakteri dan pengawet alami ikan tongkol (Euthynus affinis) segar
(Iswadi et al., 2015). Selain ikan segar, produk perikanan yang mudah sekali
mengalami kerusakan dan kebusukan adalah fillet ikan patin. Kandungan protein
pada fillet ikan patin yaitu 12,94 -17,52% (bb) sedangkan kandungan lemaknya
berkisar 0,89-1,23% (bb) (Suryaningrum et al., 2012). Fillet ikan patin merupakan

Universitas Sriwijaya
1
2

produk yang cepat mengalami kebusukan sehingga menyebabkan umur simpan


menjadi pendek. Salah satu penyebab kerusakan pada ikan adalah penanganan
yang tidak tepat sehingga dapat memacu pertumbuhan mikroorganisme. Bakteri
adalah salah satu komponen utama pada kerusakan ikan. Bakteri lebih mudah
menyerang ikan setelah mati dan menyebabkan ikan menjadi busuk dan rusak.
Bakteri yang mengkontaminasi fillet ikan patin terdiri dari Gram-positif seperti
Listeria dan Staphylococcus dan bakteri Gram negatif seperti Aeromonas,
Escherichia, Pseudomonas, dan Salmonella (Thi et al., 2013).
Salah satu cara untuk meminimalkan kerusakan adalah penanganan
penyimpanan dingin. Penyimpanan fillet ikan patin pada suhu rendah dapat
bertahan selama 6 hari dengan penambahan konsentrasi ekstrak Sargassum sp.
(Hidayati et al., 2017). Namun, penggunaan suhu rendah tidak dapat menghambat
seluruh reaksi biokimia yang menyebabkan kemunduran mutu pada ikan,
sehingga diperlukan upaya lain yaitu dengan menggunakan antibakteri dan
antioksidan alami. Menurut Insani et al. (2016) penambahan ekstrak daun
belimbing wuluh sebesar 10% pada fillet ikan patin merupakan perlakuan terbaik.
Salah satu upaya untuk dapat dapat memperpanjang umur simpan fillet patin yaitu
dengan pemberian ekstrak daun mangrove (Avicennia marina).

1.2. Rumusan Masalah


Rumusan masalah penelitian ini adalah:
1. Bagaimana karakteristik fitokimia, antioksidan dan antibakteri ekstrak daun
mangrove Avicennia marina dengan jenis pelarut dan lama maserasi yang
berbeda?
2. Bagaimana karakteristik kimia dan mikrobiologis fillet ikan patin yang telah
ditambahkan ekstrak daun mangrove dan pengaruh ekstrak daun mangrove
terhadap umur simpan fillet ikan patin?

Universitas Sriwijaya
3

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian ini adalah:
1. Mendeterminasi karakteristik fitokimia, antioksidan dan antibakteri dari
ekstrak daun mangrove Avicennia marina dengan jenis pelarut dan lama
maserasi yang berbeda.
2. Mendeterminasi karakteristik kimia dan mikrobiologis fillet ikan patin yang
telah ditambahkan ekstrak daun mangrove dan mendeterminasi pengaruh
ekstrak daun mangrove terhadap umur simpan fillet ikan patin.

1.4. Hipotesis
Hipotesis penelitian ini adalah:
1. Diduga jenis pelarut dan lama maserasi berpengaruh nyata terhadap
karakteristik fitokimia, antioksidan dan antibakteri pada ekstrak daun
mangrove Avicennia marina.
2. Diduga konsentrasi ekstrak daun mangrove Avicennia marina dapat
berpengaruh nyata terhadap karakteristik kimia dan mikrobiologis fillet ikan
patin dan diduga pemberian ekstrak daun mangrove dapat memperpanjang
umur simpan fillet ikan patin.

Universitas Sriwijaya
4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Mangrove (Avicennia marina)

Mangrove merupakan tanaman yang tersebar luas di daerah tropis maupun


subtropis yang tumbuh di sekitar pesisir pantai. Tumbuhan mangrove mampu
beradaptasi pada lingkungan dengan salinitas rendah hingga tinggi karena
mangrove mempunyai bentuk morfologi dan mekanisme fisiologi berupa
ultrafiltrasi pada akar untuk mencegah masuknya garam serta sistem penyimpanan
garam dan ekskresi pada daun untuk membuang garam yang masuk ke jaringan
tubuh (Setyawan et al., 2005). Mangrove termasuk tanaman angiospermae yang
bersifat anaerob serta toleran terhadap akumulasi sedimen dan tanah berlumpur
(Borkar et al., 2009).
` Mangrove dikenal dengan kandungan metabolit yang tinggi berupa asam
amino, protein, karbohidrat, asam lemak bebas tidak jenuh ganda, lipid, yang
merupakan produk dari hasil metabolisme primer. Selain itu mangrove
mengandung alkaloid, terpenoid, tanin, dan fenol yang merupakan produk dari
hasil metabolisme sekunder yang sangat berperan dalam bidang farmakologi
(Bandaranayake, 2002). Mangrove yang bersifat farmakologi yaitu Achantus,
Avicennia, Brugruiera, Excoecaria, Rhizophora, Heritiera, Sonneratia, dan Nypa
(Revathi et al., 2013).
Mangrove digunakan sebagai obat-obatan tradisional untuk pengobatan
berbagai penyakit dan merupakan sumber senyawa bioaktif seperti alkaloid, tanin,
fenol, dan flavonoid yang merupakan kompensasi akibat interaksi dengan
lingkungan biotik dan abiotik (Tarman et al., 2013). Berbagai jenis mangrove
mempunyai aktivitas dalam menghambat pertumbuhan bakteri Gram-positif yaitu
Staphylococcus aureus, Bacillus aureus, Bacillus subtilis, dan Streptococcus
mutans, serta bakteri Gram-negatif penyebab penyakit pada manusia termasuk
Escherichia coli, Shigella dysenteriae, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella
typhi, dan Vibrio cholerae (Muliani et al., 2016). Selain bakteri patogen pada
manusia, senyawa metabolit sekunder pada mangrove bersifat antibakteri terhadap
bakteri patogen pada hasil perikanan seperti Vibrio harveyi (Suciati et al., 2012).

4
Universitas Sriwijaya
5

Mangrove Avicennia marina disebut juga sebagai pohon mangrove dengan


penyebaran yang luas dan merupakan salah satu genus paling melimpah di hutan
mangrove yang dominan ditemukan pada zona intertidal rendah dan tinggi.
Ukuran pohon mangrove Avicennia bervariasi mulai dari semak-semak kecil dan
pohon kerdil, hingga pohon tinggi yang mencapai 30 meter (Deurwaerder, 2012).
Berikut klasifikasi mangrove Avicennia marina. menurut Rofik dan Ratnani
(2012):
Kingdom : Plantae
Divisi : Mangnoliphyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Lamiales
Family : Acanthaceae
Genus : Avicennia
Spesies : Avicennia marina

Sumber : Dokumen Pribadi


Gambar 2.1. Daun Mangrove (Avicennia marina)

Avicennia mengandung sejumlah senyawa aktif pada bagian mangrove


dari akar, batang, dan daun (Dhayanithi et al., 2015). Komponen terpenoid,
alkaloid, dan flavonoid (Zhu et al., 2009) telah digunakan sebagai obat-obatan
tradisional secara turun-temurun untuk mengobati penyakit kulit, rematik, dan
cacar (Huang et al., 2016). Karakteristik daun Avicennia mempunyai warna hijau
hingga hijau kekuningan, berbentuk oval atau bulat telur dengan ujung meruncing,
tekstur permukaan atas daun licin halus sedangkan permukaan bawah lebih kasar
dan pertulangan daun umumnya tidak begitu jelas terlihat (Rofik dan Ratnani,

Universitas Sriwijaya
6

2012). Daun Avicennia banyak dimanfaatkan dalam bidang farmasi untuk


pengembangan pengobatan sebagai antibakteri karena adanya senyawa bioaktif
yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen (Nyamatullah dan Uma,
2014). Daun Avicennia teriidentifikasi mengandung fitokimia berupa tanin,
steroid, triterpenoid, saponin, flavonoid, dan alkaloid. Senyawa ini dikenal
sebagai antioksidan, enzim inhibitor, prekursor zat beracun, antialergi, serta
mempunyai aktivitas sebagai antiinflamasi dan antikanker (Dayanithi et al.,
2015).

2.2. Antioksidan

Antioksidan secara umum adalah senyawa yang mampu menghambat atau


mencegah terjadinya oksidasi. Senyawa antioksidan biasanya digunakan untuk
mencegah kerusakan yang dapat ditimbulkan oleh senyawa radikal bebas.
Mekanisme antioksidan memiliki dua fungsi. Fungsi pertama, antioksidan sebagai
pemberi hidrogen. Fungsi antioksidan yang utama tersebut yang sering disebut
antioksidan primer. Senyawa ini dapat memberikan atom hidrogen secara cepat ke
radikal lipida atau mengubah ke bentuk yang lebih stabil, sementara turunan
radikal antioksidan tersebut keadaannya akan lebih stabil dibandingkan radikal
lipida. Fungsi kedua yaitu fungsi sekunder antioksidan, yaitu dapat memperlambat
laju autooksidasi dengan berbagai mekanisme pemutusan rantai autoooksidasi
dengan perubahan radikal lipida ke bentuk yang lebih stabil (Gordon, 2000).
Salah satu metode dalam penanganan untuk mencegah kerusakan oksidatif
pada pangan adalah dengan penggunaan antioksidan. Kegunaan antioksidan yang
lain yaitu memperpanjang umur simpan dengan cara melindungi pangan dari
proses kemunduran kualitas yang disebabkan oleh oksidasi seperti ketengikan.
Senyawa kimia penangkal atau antioksidan adalah komponen yang dapat
menunda atau mencegah oksidasi lemak, asam nukleat, atau molekul-molekul lain
dengan cara menghambat inisiasi atau propagasi reaksi oksidasi berantai. Hal
tersebut juga diungkapkan oleh Winarsi (2007), bahwa senyawa antioksidan
merupakan suatu inhibitor yang mampu menginaktivasi berkembangnya reaksi
oksidasi dengan cara mencegah terbentuknya radikal atau dengan mengikat
radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif. Rafsanjani et al. (2015), senyawa

Universitas Sriwijaya
7

fenolik atau polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid, turunan asam
sianat, kumarin, tokoferol dan asam-asam polifungsional dapat berfungsi sebagai
senyawa antioksidan. Komponen fenolik dapat menghambat oksidasi lipid
denganmenyumbangkan atom hidrogen kepada radikal bebas (Septiana dan
Asnani, 2012).
Beberapa metode pengukuran aktivitas antioksidan yang dapat digunakan
antara lain β-karoten/linoleat, metode terkonjungasi, metode ransimat, metode
DPPH free radical scavenging activity, dan metode tradisional. Salah satu metode
yang sering digunakan adalah DPPH. Metode ini merupakan metode yang
sederhana, cepat dan murah. DPPH digunakan sebagai model radikal bebas. Jika
senyawa ini masuk dalam tubuh manusia dan tidak terkendali sehingga dapat
menyebabkan kerusakan fungsi sel. Dalam uji ini metanol digunakan sebagai
pelarut, sedangkan inkubasi pada suhu 37oC dimaksudkan untuk mengoptimalkan
aktivitas dari DPPH (Hatano et al., 1988).
Menurut Samin et al. (2013), suatu senyawa dinyatakan sebagai
antiradikal bebas sangat kuat apabila nilai IC50< 50 ppm, kuat apabila nilai IC50
antara 50-100 ppm, sedang apabila nilai IC50 berkisar antara 101-250 ppm, lemah
apabila nilai IC50 berkisar antara 250-500 ppm dan tidak aktif apabila IC50 diatas
500 ppm. Sedangkan hasil dari metode DPPH dilihat dari nilai IC50 yaitu semakin
rendah nilai tersebut berarti semakin tinggi daya aktivitas antioksidan pada suatu
sampel yang diuji (Molyneux, 2004). Handayani et al. (2004), menambahkan
bahwa senyawa yang berpotensi sebagai antioksidan adalah flavonoid. Flavonoid
merupakansenyawa polifenol yang mempunyai kemampuan untuk
menyumbangkan atom hidrogen kepada senyawa radikal bebas, maka aktivitas
antioksidan senyawa polifenol dapat dihasilkan pada reaksi netralisasi radikal
bebas atau pada penghentian reaksi berantai yang terjadi.
Lincy et al. (2013) menyatakan bahwa daun mangrove (Avicennia marina)
yang diekstrak dengan pelarut etil asetat menghasilkan aktivitas antioksidan lebih
tinggi dibandingkan pelarut petroleum ether, metanol dan etanol yaitu sebesar
21,22µg/ml. Ekstraksi daun mangrove (Rhizopora mucronata) dengan pelarut
metanol menghasilkan aktivitas antioksidan lebih tinggi dibandingkan pelarut n-
heksan dan etil asetat. Menurut Sharief et al. (2014) daun mangrove

Universitas Sriwijaya
8

(Avicennia marina) yang diekstrak dengan pelarut etil asetat menghasilkan


aktivitas antioksidan (IC50) lebih tinggi dibandingkan pelarut aseton, metanol,
etanol dan asam asetat. Menurut Suh et al. (2014) menyatakan bahwa daun
mangrove (Rhizophora mucronata yang diekstrak dengan pelarut metanol dapat
menghasilkan nilai IC50 lebih tinggi dibandingkan pelarut air.

2.3. Antibakteri

Senyawa biologis atau kimia yang dapat menghambat pertumbuhan dan


aktivitas mikroba disebut zat antimikroba. Zat antimikroba dapat bersifat
bakterisidal (membunuh bakteri), bakteriostatik (menghambat pertumbuhan
bakteri), fungisidal, fungistatik atau dapat menghambat germinasi spora bakteri.
Kemampuan suatu zat antimikroba dalam menghambat pertumbuhan mikroba
dipengaruhi berbagai faktor yaitu konsentrasi zat mikroba, suhu lingkungan,
waktu penyimpanan, sifat-sifat mikrobia seperti jenis, jumlah, umur dan keadaan
mikroba, sifat fisik-fisik dalam masakan termasuk kadar air, pH, jenis dan jumlah
senyawa yang di dalamnya (Frazier dan Westhoff, 2008).
Antimikroba harus memiliki sifat-sifat seperti aman, ekonomis, tidak
menyebabkan perubahan rasa aroma makanan jika digunakan dalam bahan
pangan, tidak mengalami penurunan aktivitas selama proses dan penyimpanan dan
sebaiknya membunuh dibandingkan hanya menghambat pertumbuhan mikroba.
Antimikroba berupa senyawa kimia sintetik atau produk alami (Brock dan
Madigan, 1991). Sifat-sifat kimia senyawa antimikroba dapat dibedakan atas
senyawa-senyawa organik dan anorganik.
Senyawa antibakteri atau antimikroba alami memiliki keuntungan karena
lebih aman dikonsumsi dibandingkan senyawa-senyawa sintetik yang banyak
digunakan. Penggunaan senyawa sintetik jika dikonsumsi terus menerus dapat
menimbulkan kerugian bagi kesehatan karena senyawa yang terkandung
merupakan bahan kimia, dimana efek sampingnya tidak terdeteksi dengan cepat
(terakumulasi dalam tubuh) sehingga pemanfaatan senyawa antibakteri
berkembang cukup luas (Khusniya, 2004).

Universitas Sriwijaya
9

Daun mangrove yang diekstrak dengan pelarut metanol menghasilkan


zona bening lebih besar dibandingkan penicilin dan tetraciklin
(Thamizharasan et al., 2016). Sharief et al. (2014) menyatakan bahwa ekstrak
daun mangrove (Avicennia marina) menggunakan pelarut metanol menghasilkan
zona bening lebih besar dibandingkan pelarut etil asetat, aseton, etanol dan
gentamicin. Selain itu, Dhayanithi et al. (2012) menyatakan bahwa daun
mangrove yang diekstrak dengan pelarut metanol menghasilkan zona bening lebih
besar dibandingkan pelarut etil asetat dan kloroform.

2.4. Bakteri Indikator

2.4.1. Escherichia coli

Escherichia coli merupakan bakteri yang berkolonisasi di dalam


gastrointestinal yang bersifat anareob fakultatif dan jumlahnya berlimpah di
mikroflora. Terdapat 6 kategori patogen Escherichia coli di dalam kolon yaitu
Enteropathogenic E. coli (EPEC), Enterohaemorrhagic E. coli (EHEC),
Enterotoxigenic E. coli (ETEC), Enteroaggregative E. coli (EAEC),
Enteroinvasive E. coli (EIEC) dan Diffusely Adherent E. coli (DAEC) (Kaper et
al., 2004). Escherichia coli termasuk bakteri Gram-negatif yang mudah
dibudidayakan di laboratorium dan dapat ditemukan di tanah, air, dan feses.
Bakteri E. coli berbentuk batang dalam sel tunggal atau berpasangan yang
merupakan anggota famili Enterobacteriaceae dan bersifat motil dengan flagel
peritrik seperti pada Gambar 2.2. Enterobacteriaceae adalah bakteri yang
menyebabkan infeksi nosokomial. E. coli dapat menjadi patogen jika mencapai di
luar jaringan intestinal yang berisiko menyebabkan meningitis akut, pneumonia,
infeksi intra-abdominal, dan diare (Noviana, 2004).

Universitas Sriwijaya
10

Berikut klasifikasi Escherichia coli menurut Toelle dan Lenda (2014):


Kingdom : Eubacteria
Filum : Proteobacteria
Kelas : Gamma Proteobacteria
Ordo : Enterobacteriales
Family : Enterobacteriaceae
Genus : Escherichia
Spesies : Escherichia coli

Sumber: Toelle dan Lenda, 2014


Gambar 2.2. Escherichia coli

2.4.2. Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus adalah bakteri yang menyesuaikan dengan manusia


yang dapat ditemukan pada kulit dan rongga hidung dengan jumlah sekitar 20%
dari populasi tanpa menyebabkan infeksi. Namun dalam kondisi imunitas yang
lemah, S. aureus dapat menginfeksi inang sehingga menyebabkan infeksi kulit
atau penyakit serius seperti pneumonia, meningitis, osteomyelitis, dan
endokarditis. Staphylococcus aureus termasuk salah satu bakteri patogen yang
menyebabkan infeksi nosokomial (Neugebauer et al., 2012). Staphylococcus
aureus merupakan bakteri Gram-positif yang dikelilingi oleh membran plasma
yang disebut asam 10 lipoteikoat yang tersusun secara polimer di sekitar
peptidoglikan seperti terlihat pada Gambar 2.3.

Universitas Sriwijaya
11

Berikut klasifikasi Staphylococcus aureus menurut Toelle dan Lenda (2014):


Kingdom : Eubacteria
Filum : Firmicutes
Kelas : Cocci
Ordo : Bacillales
Family : Staphylococcaceae
Genus : Staphylococcus
Spesies : Staphylococcus aureus

Sumber: Toelle dan Lenda, 2014


Gambar 2.3. Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus telah menjadi penyebab utama infeksi manusia


mulai dari aliran darah, kulit dan jaringan lunak, hingga saluran pernafasan.
Bakteri S. aureus termasuk bakteri patogen dengan persentase tertinggi penyebab
infeksi yang disebabkan oleh Methicillin Resistant S. aureus (MRSA) (DeLeo et
al., 2009). Strain S. aureus dikelilingi oleh kapsul staphylococcal berupa
polisakarida yang mempunyai efek antiphagocytic yaitu meningkatkan virulensi
S. aureus dalam menginfeksi inang (Tollersrud et al., 2001).

2.5. Ekstraksi

Ekstraksi adalah proses pemisahan suatu zat dari campuran dengan


menggunakan pelarut. Tujuan ekstraksi adalah untuk menarik komponen kimia
yang terdapat dalam satu sampel dengan menggunakan pelarut tertentu (Putri et

Universitas Sriwijaya
12

al., 2014). Ekstraksi yang digunakan untuk mengekstrak daun biasanya


menggunakan ekstraksi maserasi. Maserasi merupakan proses ekstraksi dengan
menggunakan pelarut dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan dengan
temperatur pada suhu kamar. Ekstraksi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu fase
air dan fase organik. Fase air dilakukan dengan menggunakan pelarut air dan fase
organik merupakan ekstraksi yang dilakukan dengan menggunakan pelarut
organik (Senja et al., 2014). Ekstraksi mengikuti prinsip-prinsip ”like dissolves
like” yang berarti bahwasenyawa yang bersifat polar akan larut dalam pelarut
polar dan senyawa yang bersifat non polar akan larut dalam pelarut non polar
(Arifianti et al., 2014). Metode ekstraksi dibedakan menjadi dua yaitu ekstraksi
sederhana dan ekstraksi khusus.Ekstraksi sederhana terdiri atas maserasi,
perkolasi, reperkolasi, evakolasi dan diakolasi sedangkan, ekstraksi khusus terdiri
atas refluk, soxhlet, arus balik, dan ultrasonik (Azmir et al., 2013).
Proses ekstraksi terdiri dari beberapa tahap yaitu tahap penghancuran
bahan, penimbangan, perendaman dengan pelarut, penyaringan, dan pemisahan.
Penghancuran bertujuan untuk mempermudah pengadukan dan kontak bahan
dengan pelarut pada saat proses pelarutan. Bahan ditimbang untuk mengetahui
berat awal bahan sehingga dapat dihitung rendemen yang dihasilkan. Bahan yang
telah ditimbang kemudian direndam dalam pelarut yang sesuai. Proses
perendaman yang dilakukan disebut maserasi. Tahap selanjutnya adalah tahap
pemisahan yang terdiri dari penyaringan dan evaporasi. Penyaringan dilakukan
untuk memisahkan residu bahan dan pelarut yang telah mengandung senyawa
bioaktif. Pemisahan pelarut dengan senyawa bioaktif yang terikat dilakukan
dengan evaporasi sehingga pelarut akan menguap dan diperoleh senyawa hasil
ekstraksi. Hasil ekstrak yang diperoleh akan tergantung pada beberapa faktor
antara lain kondisi alamiah senyawa tersebut, metode ekstraksi yang digunakan,
ukuran partikel sampel, kondisi dan waktu penyimpanan, lama waktu ekstraksi,
dan perbandingan jumlah pelarut terhadap jumlah sampel (DepKes RI, 2000).

2.6. Pelarut

Salah satu hal yang sangat mempengaruhi pada saat ekstraksi adalah
pemilihan dan pemberian pelarut yang tepat. Konsentrasi pelarut akan sangat

Universitas Sriwijaya
13

berpengaruh pada proses ekstraksi. Pemberian pelarut yang banyak akan dapat
menghasilkan hasil ekstrak yang banyak pula (Prabowo, 2014). Pemberian pelarut
yang tepat akan sangat berpengaruh terhadap efisiensi hasil ekstrak yang sedang
dilakukan, namun pada saat pemberian pelarut tidak dianjurkan menggunakan
pelarut yang berlebihan. Menurut Harborne (2006), untuk memperoleh
kandungan senyawa organik dari jaringan biji kering, akar dan daun adalah
dengan cara menggunakan ekstraksi dengan menggunakan pelarut yang sesuai
atau berganti - ganti, mulai dari eter, lalu eter minyak bumi dan klorofom untuk
memisahkan lipid dan terpenoid.
Ekstraksi dengan menggunakan pelarut non polar dapat dilakukan pada
suhu kamar. Komponen aktif yang terbawa berupa senyawa non polar. Komponen
aktif dari golongan ini memiliki aktivitas yang lebih tinggi dibandingkan
komponen polar. Kelemahan ekstraksi menggunakan pelarut non polar yaitu sulit
untuk di aplikasikan pada produk pangan. Pelarut polar yang melimpah di alam
adalah air. Ekstraksi dengan menggunakan pelarut polar, komponen aktif yang
terekstrak juga bersifat polar. Namun, kelemahan ekstraksi menggunakan pelarut
polar membutuhkan suhu yang tinggi.
Keuntungan ekstraksi dengan menggunakan pelarut polar yaitu murah,
mudah diperoleh, stabil, tidak beracun, tidak mudah menguap, dan dapat
menggunakan peralatan sederhana (Sa’adah dan Nurhasnawati, 2015). Sifat
penting yang harus diperhatikan dalam pemilihan pelarut adalah kepolaran
senyawa yang dilihat dari gugus polarnya (Nur et al., 2015). Derajat polaritas
tergantung pada konstanta dielektrik, makin besar konstanta dielektrik semakin
polar pelarut tersebut. Beberapa pelarut organik dan sifat-sifat fisiknya dapat
dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Beberapa pelarut organik dan sifat fisiknya


Pelarut Rumus Titik didih Titik beku Konstanta Massa
molekul (°C) (°C) dielektrik molar
(g/mol)
Heksana C6H14 69 -94 1,8 32,0
Etil asetat C4H8O2 77 -84 6,0 86,2
Metanol CH4O 65 -98 32,6 88,1
Sumber: Pramadhany (2006)

Universitas Sriwijaya
14

Pelarut non polar merupakan salah satu pelarut yang dikenal efektif
terhadap alkaloid dalam bentuk basa dan terpenoid dari bahan. Pelarut non polar
juga mengekstrak senyawa kimia misalnya lilin, lemak, dan minyak yang mudah
menguap. Pelarut semi polar mampu mengekstrak senyawa fenol, terpenoid,
alkaloid, aglikon dan glikosida. Pelarut yang bersifat polar mampu mengekstrak
senyawa metabolit sekunder yaitu, alkaloid kuartener, komponen fenolik,
karotenoid, saponin, steroid, dan tanin (Faoziyah dan Kurniawan, 2014).
Beberapa jenis plarut yang digunakan pada pembuatan ekstrak daun
mangrove yaitu metanol, etil asetat dan n-heksan. Etil asetat merupakan hasil dari
pertukaran gas gugus hidroksil pada asam karboksilat dengan gugus karbon yang
terdapat pada etanol. Biasanya etil asetat disintesis menggunakan katalisator cair
berupa asam sulfat. Dalam penggunaan asam sulfat inidapat menghasilkan
konversi yang cukup tinggi (Nuryoto, 2008). Etil asetat memiliki karaktreristik
yang dapat larut dalam air, bersifat misibel dalam etanol dan dietil eter, dan sangat
larut dalam aseton dan benzena (Lide, 2005). Pelarut heksana memiliki sifat -sifat
dan karakteristik yang tidak mudah larut dalam air, sangat larut dengan etanol,
dan dapat larut dalam dietil eter dan klorofom (Lide, 2005).
Selain pelarut yang dapat mempengaruhi proses ekstraksi yaitu waktu
ekstraksi. Waktu ekstraksi juga sangat berpengaruh terhadap senyawa yang
dihasilkan. Menurut Budiyanto et al. (2008) waktu ekstraksi yang tepat akan
menghasilkan senyawa yang optimal. Waktu ekstraksi yang terlalu lama akan
menyebabkan ekstrak terhidrolisis, sedangkan waktu ekstraksi yang terlalu
singkat menyebabkan tidak semua senyawa aktif terekstrak dari bahan.

2.7. Ikan Patin Siam(Pangasius hypopthalmus)

Ikan patin adalah jenis ikan air tawar yang sejak lama di dikenal oleh
masyarakat. Jenis–jenis ikan patin di Indonesia sangat banyak, antara lain
Pangasius pangasius atau Pangasius jambal, Pangasius humeralis, Pangasius
lithostoma, Pangasius nasutus, Pangasius polyuranodon, Pangasius niewenhuisii.
Ikan patin siam (Pangasiushy popthalmus) mempunyai ciri-ciri morfologi
berbadan panjang, berwarna putih perak dengan punggung berwarna kebiru-
biruan. Daging ikan patin memiliki kandungan kalori dan protein cukup tinggi,

Universitas Sriwijaya
15

rasa dagingnya enak, lezat, dan gurih (Saanin, 1984). Ikan patin merupakan ikan
konsumsi budidaya air tawar unggulan dari famili Pangasidae yang dikenal
dengan nama lokal patin, jambal atau pangasius.

Sumber : Anonim, 2011


Gambar :2.4. Ikan Patin Siam (Pangasius hypopthalmus)

Klasifikasi ikan patin menurut Saanin (1984):


Filum : Chordata
Kelas : Pisces
Sub Kelas : Teleostei
Ordo : Ostariophysi
Sub Ordo : Siluroidei
Famili : Schilbeidae
Genus : Pangasius
Spesies : Pangasius hypopthalmus

Komposisi proksimat ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) dapat


dilihat pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2. Komposisi Proksimat Ikan Patin siam (Pangasius hypopthalmus)


Komposisi %
Kadar air 80 – 85
Kadar protein 12,6 - 15,6
Kadar Lemak 1,1 – 3
Sumber: Suryaningrum (2012)

Universitas Sriwijaya
16

BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April 2018 sampai dengan
September 2018. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Hasil Pertanian,
Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya.

3.2. Bahan dan Alat

Alat yang digunakan : 1) Alumunium foil, 2) Autoclave, 3) Ayakan 80


mesh, 4) Blender merk Philips, 5) Cawan alumunium, 6) Cawan Petri, 7) Color
checker “Thermolyne”, 8) Cuvet, 9) Desikator, 10) Gelas Beaker, 11) Gelas ukur,
12) Hot plate, 13) Inkubator merk Memmert, 14) Jarum Ose, 15) Kertas saring,
16) Labu Erlenmeyer, 17) Laminar air flow, 18) Lampu Bunsen, 19) Mikro pipet,
20) Nampan, 21) Oven, 22) pH meter “Autech”, 23) Pipet ukur, 24) Penjepit, 25)
Plastik Polypropylene, 26) Rak tabung reaksi, 27) Spektrofotometer, 28) Tabung
reaksi, 29) Tabung destilasi, 30) Texture analyzer, 31) Timbangan analitik, 32)
Voretx, 33) Ziplock plastic.
Bahan yang telah digunakan dalam penelitian ini terdiri dari bahan utama
dan bahan untuk analisa. Bahan utama yang akan digunakan pada penelitian ini
adalah daun mangrove Avicennia marina yang diperoleh dari wilayah Tanjung
api- api Sumatera Selatan. Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut: 1) Alkohol , aquadest, 2) Asam tanat 3) Bakteri indikator
Staphylococcus aureus FNCC 0047 dan Escherichia coli FNCC 0183 dari Food
and Nutrition Culture Collection Universitas Gajah Mada, 4)DPPH(2,2-diphenyl-
l-picrylhydrazyl), 5) Etanol 95%, 6) Folin-ciocelteau 50%, 7) H2SO4 pekat, 8)
H3BO4, 9) Indigocarmin, 10) indikator Phenolphthalein 11) KMnO4, 12) larutan
BPW(Buffered peptod water), 14) NaCO 5%, 15) NaOH 16) Nutrient broth, 17)
Nutrient agar 18) PCA, 19) Silikon antiforming dan 20) Tashiro.

16 Universitas Sriwijaya
17

3.3. Rancangan Percobaan

3.3.1. Tahap I

Penelitian tahap I adalah proses pembuatan ekstrak daun mangrove


(Avicennia marina) dengan menggunakan pelarut dengan rasio perbandingan
bubuk daun mangrove dan pelarut yaitu 1:5 (b/v). Adapun Rancangan Percobaan
yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap faktorial.
Faktor pertama adalah jenis pelarut (A) yang terdiri dari:
A1 = Metanol
A2 = Etil asetat
A3 = N-heksan
Faktor kedua adalah waktu maserasi (B) yang terdiri dari:
B1 = 24 jam
B2 = 48 jam

Analisis parameter yang dilakukan pada penelitian tahap I adalah uji


total fenol, uji tannin, uji antioksidan dan uji antibakteri. Perlakuan terbaik
diambil berdasarkan uji statistik, uji fitokimia, uji antioksidan dan aktivitas
antibakteri tinggi untuk dilanjutkan ke tahap ke dua yaitu aplikasi pada fillet ikan
patin.

3.3.2. Tahap II

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian tahap II adalah


Rancangan Acak Lengkap (RAL) Faktorial yang terdiri dari 2 macam faktor yaitu
Faktor pertama (konsentrasi ekstrak daun mangrove) (C) terdiri dari:
C1 = 0%
C2 = 5%
C3 = 10%
C4 = 15%

Universitas Sriwijaya
18

Faktor kedua (Lama penyimpanan) (D) terdiri dari:


D1 = 0 hari
D2 = 2 hari
D3 = 4 hari
D4 = 6 hari

Pada tahap kedua, fillet ikan patin dengan konsentrasi ekstrak daun
mangrove sesuai perlakuan direndam selama 30 menit kemudian dikemas dengan
kemasan ziplock plastic dan di simpan pada suhu 8±2ºC kemudian dilakukan
analisis TPC (Total Plate Count), Asam lemak bebas, kadar air, pH, tekstur dan
warna pada fillet ikan patin dan perlakuan terbaik diamati secara periodik selama
0, 2, 4, 6 hari.

3.4. Prosedur Penelitian

3.4.1. Tahap I

3.4.1.1. Persiapan Daun Mangrove (Supriyanto et al., 2014),


1. 100 g daun mangrove dicuci dengan air mengalir, ditiriskan dan dikeringkan
menggunakan oven pada suhu 30ºC selama 16 jam.
2. Daun mangrove kering kemudian dijadikan bubukdaun mangrove dengan cara
dihaluskan dan.disaring menggunakan ayakan 80 mesh.
3. Bubuk daun mangrove disimpan pada suhu 4ºC dalam kemasan ziplock plastic

3.4.1.2. Pembuatan Ekstrak Daun Mangrove (Avicennia marina)


1. Bubuk daun mangrove diekstrak dengan tiga jenis pelarut (metanol, etil setat
dan n-heksan) dengan perbandingan antara bubuk daun mangrove dan pelarut
adalah 1:5 (b/v) dan waktu maserasi (24 dan 48 jam).
2. Ekstrak daun kemudian disaring menggunakan kertas saring Whatman (No.1).
Filtrat yang diperoleh kemudian diuapkan menggunakan vacuum rotary
evaporator dengan suhu 40ºC.

Universitas Sriwijaya
19

Selanjutnya dilakukan analisa seperti rendemen, total fenol, tannin,


ujiantioksidan dan uji antibakteri.

3.4.2. Tahap II.

3.4.2.1. Pembuatan fillet ikan patin


Menurut Suparno (1992) proses pembuatan fillet ikan patin :
1. Pemisahan daging dari kulit ikan patin.
2. Fillet ikan patin ditimbang seberat 100 g.
3. Fillet ikan patin dicuci dengan air mengalir dengan suhu 10oC kemudian
ditiriskan.

3.4.2.2. Penambahan ekstrak daun mangrove pada fillet ikan patin


1. Fillet ikan patin direndam dengan ekstrak daun mangrove sesuai perlakuan
dengan perbandingan 1: 2 (b/v) .
2. Fillet ikan patin direndam selama30 menit lalu ditiriskan selama 5±1 menit.
3. Fillet ikan patin dikemas dengan ziplock plastic kemudian disimpan pada suhu
8±2ºC.
4. Pengamatan fillet ikan patin dilakukan pada hari ke 0, 2, 4 dan 6.
Selanjutnya dilakukan analisa seperti kadar air, kandungan asam lemak
bebas, TPC (Total Plate Count), pH, tekstur dan warna.

3.5. Metode Analisis

3.5.1 Rendemen

Rendemen adalah rasio antara ekstrak daun mangrove yang dihasilkan


dengan bubuk daun mangrove. Rendemen ekstrak daun mangrove diperoleh
dengan rumus:

Rendemen =b/a x 100%


Keterangan : a = berat bubuk daun mangrove (g)
b = berat ekstrak daun mangrove (g)

Universitas Sriwijaya
20

3.5.2 Total Fenol

Kadar total fenol diukur dengan menggunakan metode spektrofotometer,


menurut Djapiala et al. (2013) adalah :
1. 10 mg ekstrak daun mangrove ditambah dengan 25 mL etanol 95% kemudian
dihomogenisasi.
2. Setelah itu ditambahkan sebanyak 5 mL aquadest dan 0,5 mL pereaksi Folin-
ciocalteau 50% ke dalam setiap tabung reaksi.
3. Ditambahkan 1 mL larutan Na₂CO₃ 5% ke dalam campuran kemudian
dihomogenisasi.
4. Absorbansi larutan diukur pada panjang gelombang 725 nm.
5. Kurva standar dibuat dengan menggunakan larutan asam tanat dengan berbagai
konsentrasi (0 - 500 mg/L).
Pembuatan standar dengan menggunakan asam tannat dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Asam tanat ditimbang sebanyak 200 mg lalu diencerkan ke dalam labu ukur
1000 mL sampai tanda garis.
2. Larutan standar asam tanat dibuat dengan konsentrasi yaitu 0 mg/L, 12,5
mg/L, 25 mg/L, 50 mg/L, 75 mg/L, 125 mg/L, 150 mg/L, dan 200 mg/L
menggunakan metode pengenceran (Rumus: V1C1 = V2C2).
3. Larutan asam tanat yang sudah dipreparasi sesuai dengan rumus dimasukan ke
dalam tabung reaksi yang telah disiapkan.
4. Etanol ditambahkan hingga 2,5 mL pada setiap tabung reaksi kemudian
dihomogenisasi.
5. Setelah itu aquades ditambahkan ke dalam tabungsebanyak 5 mLdan 0,5 mL
pereaksi Folin-ciocalteau 50% ke dalam setiap tabung reaksi.
6. Setelah 5 menit ditambahkan 1 mL larutan Na₂CO₃ 5% kemudian campuran
dihomogenisasi
7. Absorbansi asam tanat diukur dengan menggunakan alat spektrofotometer
pada panjang gelombang 725 nm.
8. Kurva standar asam tanat dibuat antara absorbansi sebagai sumbu (y) dan
konsentrasi sebagai sumbu (x), kemudian dibuat persamaan garis lurus dengan
menggunakan persamaan y=ax+b.

Universitas Sriwijaya
21

3.5.3 Kadar Tanin

Pengukuran kadar tanin menggunakan metode Lowenthal - Procter


berdasarkan Sudarmadji et al. (1997) sebagai berikut :
1. Ekstrak daun mangrove sebanyak 25 mL ditambahkan pada 20 mL larutan
indigocarmin kemudian dititrasi dengan 1 mL KMnO4 0,1 N hingga warna
berubah dari biru menjadi hijau.
2. Titrasi dilanjutkan dengan menggunakan larutan indigocarmin hingga warna
hijau menjadi warna kuning emas (volume titran A mL).
3. Penetapan blanko dilakukan dengan memipet 20 mL larutan indigocarmin yang
ditambahkan aquadest sebanyak 25 mL lalu dititrasi (volume B mL)
4. Kadar tanin dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
(𝐴−𝐵) 𝑥 𝑁𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙𝑖𝑡𝑎𝑠 𝐾𝑀𝑛𝑂4 𝑥 0,00416
Kadar tanin = x 100%
𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

1 mL KMnO4 0,1 N = 0,00416 g tannin

3.5.4. Uji aktivitas Antioksidan

Pengukuran aktivitas antioksidan menggunakan metode DPPH (2,2-diphenyl-l-


picrylhydrazyl) menurut Lu dan Foo (2000) sebagai berikut:
1. Ekstrak daun mangrove ditimbang sebanyak 1 g.
2. Kemudian diencerkan dalam 10 mL metanol
3. Larutan sampel dibuat menjadi 4 seri konsentrasi, yaitu 0, 5, 10, dan 15.
4. Masing-masing seri pengenceran diambil 2 mL dan ditambahkan 2 mL
larutan DPPH (38 mg DPPH ditambah 50 mL metanol) dan dihomogenkan
dengan vortex.
5. Larutan DPPH dimasukkan ke dalam kuvet lalu diukur nilai absorbansi
dengan spektrofotometer (panjang gelombang 517 nm) dan dicatat sebagai
absorbansi blanko.
6. Larutan yang telah telah di vortex didiamkan di ruang gelap selama 30 menit
lalu dimasukkan ke dalam kuvet dan diukur nilai absorbansi dengan
spektrofotometer (panjang gelombang 517 nm) dan dicatat sebagai absorbansi
sampel.

Universitas Sriwijaya
22

7. Kapasitas antioksidan (% inhibisi) dapat dihitung dengan rumus sebagai


berikut :
𝐴𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜 −𝐴𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Aktivitas antioksidan (%) = x 100%
𝐴𝑏𝑙𝑎𝑛𝑘𝑜

8. Nilai % aktivitas antioksidan dari masing-masing pengenceran digunakan


untuk mencari persamaan regresi linear.
9. Persamaan regresi linear (Y = aX + b) yang diperoleh digunakan untuk
menentukan nilai IC50. Nilai Y = 50, sehingga diperoleh nilai x sebagai nilai
aktivitas antioksidan.

3.5.5 Uji Antibakteri

a. Regenerasi Bakteri
Sebelum dipakai dalam uji antibakteri, bakteri yang akan dipakai
diregenerasi terlebih dahulu. langkah-langkah yang dilakukan sebagai berikut :
1. Bakteri indikator (Staphylococcus aureus dan Escherichia coli,) diremajakan
terlebih dahulu dengan mengambil inokulum bakteri pada agar miring
sebanyak 1 Ose, lalu digoreskan pada media agar yang berisi nutrient broth
dan diinkubasikan selama 1 malam pada suhu 37°C. Langkah peremajaan
bakteri indikator ini diulangi 2 kali.
2. Perbanyakan sel dilakukan hari berikutnya dengan cara menginokulasikan 100
μL kultur satu malam ke dalam 9 mL media nutrient broth dan diinkubasikan
selama 1 malam pada suhu 37°C.

b. Uji aktivitas antibakteri


Pengukuran aktivitas antibakteri mengukur diameter daya hambat terhadap
bakteri Staphylococcus aureus dan Escherichia coli menurut Kathiresan (2000)
sebagai berikut:
1. Cawan Petri steril diisi dengan media agar hard 9 mL (nutrient broth + agar 2
%) dan dibiarkan hingga mengeras.
2. Bakteri yang telah diremajakan disuspensikan sebanyak 100 μL ke dalam 9
mL media agar soft (nutrient broth + agar 1%) lalu divortex kemudian di

Universitas Sriwijaya
23

overlay diatas media agar hard (nutrient broth + agar 2%) pada cawan Petri
yang telah disiapkan, kemudian media didiamkan hingga mengeras.
3. Ekstrak daun mangrove diteteskan sebanyak 10 μL pada kertas cakram yang
diletakkan di atas permukaan media agar. Selanjutnya didiamkan selama 30
menit sehingga ekstrak sampel berdifusi ke dalam agar.
4. Cawan Petri kemudian diinkubasi ke dalam inkubator pada suhu 37°C selama
24 jam.
5. Pengamatan terhadap aktivitas antibakteri dilakukan dengan mengukur
diameter daya hambat.

3.5.6 Kadar Air

Pengukuran kadar air berdasarkan AOAC 925.10 (2005) sebagai berikut:


1. Cawan alumunium dikeringkan dalam oven selama 30 menit dan didinginkan
dalam desikator selama 15 menit kemudian ditimbang.
2. Sampel sebanyak 2 g ditimbang, kemudian dimasukan ke dalam cawan
alumunium.
3. Cawan beserta sampel dipanaskan didalam oven pada suhu 105°C hingga
berat sampel konstan, kemudian didinginkan dalam desikator dan ditimbang.
4. Kadar air ditentukan dari berat air yang menguap.

Perhitungan % kadar air menggunakan rumus sebagai berikut:


Kadar Air (%) = Berat awal sampel (g)−Berat akhir sampel (g)
Berat awal sampel (g) x 100 %

3.5.7 Uji Kandungan Asam Lemak Bebas

Pengujian asam lemak bebas dilakukan menurut prosedur AOAC 926.12


(2005) sebagai berikut:
1. Sampel sebanyak 2,82 ± 0,2 g ditimbang dan dimasukkan dalam labu
Erlenmeyer. kemudian ditambahkan 50 mL alkohol netral yang panas dan 2
mL indikator pnenolphtalein (PP).

Universitas Sriwijaya
24

2. Larutan sampel dititrasi dengan 0,1 N NaOH sampai warna merah jambu
tercapai.
Asam lemak bebas dinyatakan sebagai % (asam oleat) =
[(ml NaOH x N x BM asam lemak)/berat sampel x 1000] x 100.

3.5.8 Uji TPC (Total Plate Count)

Pengujian TPC dilakukan sesuai dengan SNI 2897 (2008) sebagai berikut:
1. Sampel sebanyak 25 g ditimbang kemudian masukkan ke dalam Erlenmeyer,
kemudian ditambahkan sebanyak 225 ml larutan BPW (Buffered Peptod
Water) dan dihomogenkan (larutan pengenceran 10-1)
2. Larutan sebanyak 1 ml diambil dengan pipet steril dimasukkan ke dalam 9 ml
BPW untuk mendapatkan pengenceran 10-2.
3. Larutan kemudian dibuat pengenceran 10-3, 10-4, 10-5 dan seterusnya dengan
cara yang sama seperti pada pengenceran 10-1
4. Selanjutnya sebanyak 1 ml suspensi dari setiap pengenceran dimasukkan ke
dalam cawan petri secara duplo, kemudian ditambahkan 15 ml PCA yang
sudah didinginkan hingga temperatur 45ºC ± 1ºC pada masing-masing cawan
yang sudah berisi suspense.
5. Cawan kemudian diinkubasi pada temperatur 34 – 36ºC selama 24 jam
dengan cara cawan diletakkan pada posisi terbalik.

3.5.9 pH

Penentuan nilai pH menggunakan pH meter berdasarkan Sudarmadji et al.


(1997) sebagai berikut:
1. Fillet ikan patin ditimbang sebanyak 2 g dan dilarutkan dengan aquadest
sebanyak 50 mL.
2. Larutan diukur pH nya dengan menggunakan pH meter yang sudah
distandarisasi. Standarisasi pH meter dilakukan denganlarutan buffer pH 4
kemudian buffer pH 7. Elektroda dibilas dengan aquades kemudian elektroda
dimasukan dalam sampel larutan.
3. Angka yang ditunjukan oleh pH meter dicatat.

Universitas Sriwijaya
25

3.5.10 Tekstur

Pengukuran tekstur dapat dilakukan dengan menggunakan alat texture


analyzer merk Brook field menurut Faridah et al. (2006) dengan cara berikut :
1. Persiapan sampel yang akan di analisa.
2. Probe yang akan dipakai dipasang tepat diatas sampel yang akan dianalisa
3. Speed pada texture analyzer diatur (trigger 5 gram, distance 5 mm dan speed
5 mm/s)
4. Probe yang dipilih akan menekan tepat ditengah sampel
5. Angka peak load dan final load (dalam satuan gram force) yang tertera pada
display dicatat

3.5.11 Warna

Pengukuran warna diukur dengan menggunakan color reader merek


Minolta. Menurut Andarwulan et al. (2011), cara kerja penggunaan color reader
sebagai berikut:
1. Color reader dinyalakan dan tombol fungsi diaktifkan untuk memilih serta
menentukan nilai dan angka yang digunakan. Nilai yang digunakan adalah L
(Lightness), H (Hue) dan C (Chroma).
2. Sampel dimasukan ke dalam wadah transparan (plastik bening).
3. Sampel diletakan di bawah color checker dan angka L (%), C (%), dan H (°)
yang tertera pada alat dicatat.

3.6. Analisa Data

Untuk mengetahui pengaruh rasio pelarut dan waktu maserasi (tahap 1)


dan mengetahui konsentrasi ekstrak daun mangrove dan suhu penyimpanan (tahap
2) serta interaksinya maka analisis data dilakukan dengan menggunakan
Rancangan Acak Kelompok Faktorial (RAKF) (Gomez dan Gomez, 1995).
Dengan rumus sebagai berikut:

Y = µ + ρ + α + β + K + ρα + ε

Universitas Sriwijaya
26

Keterangan :
Y = nilai pengamatan
µ = nilai rata-rata
ρ = jenis pelarut (tahap 1); konsentrasi ekstrak daun mangrove (tahap 2)
α = lama maserasi (tahap 1); lama penyimpanan (tahap 2)
K = pengaruh kelompok
ρα = pengaruh interaksi jenis pelarut dan konsentrasi ekstrak daun mangrove
(tahap 1); konsentrasi ekstrak daun mangrove dan lama penyimpanan
(tahap 2)
ε = galat

Hasil pengukuran diolah dengan analisis parametrik dengan


membandingkan nilai F-hitung dengan F-tabel pada taraf uji 5%. Apabila hasil
analisis keragaman menunjukan F-hitung lebih besar dari F-tabel maka
dilanjutkan dengan uji lanjutan.Signifikasi pada analisis keragaman dilakukan
dengan membandingkanF-hitung dengan F-tabel pada uji 5% dengan dasar
perbandingan adalah sebagai berikut:
Jika F-hitung < F-tabel 5%, maka dikatakan faktor perlakuan memberikan
pengaruh tidak nyata dan diberi tanda (tn).
Jika F-hitung > F-tabel 5%, maka dikatakan faktor perlakuan memberi
pengaruh yang berbeda nyata diberi tanda (*)

Universitas Sriwijaya
27

Tabel 3.1. Daftar Analisis Keragaman


Sumber Derajat Jumlah Kuadrat F-Hitung F-Tabel
Keragaman Bebas (DB) Kuadrat (JK) Tengah (KT) 5%
(SK)
Kelompok (K) V1 = K-1 JKK KT K/V1 JKTK/KTG (V1, V6)
Perlakuan (P) V2 = P-1 JKP KT P/V2 JKTP/KTG (V2, V6)
- Jenis V3 = A-1 JKA KT A/V3 JKTA/KTG (V3, V6)
pelarut(tahap
1); konsentasi
ekstrak daun
mangrove
(tahap 2) (A)
- lama maserasi V4 = B-1 JKB KT B/V4 JKTB/KTG (V4, V6)
(tahap 1);
lama
penyimpanan
(tahap 2) (B)
- AB
Galat V5 = V3xV4 JKAB KT AB/V5 JKTAB/KTG (V5, V6)
V6 = V7-V1-V2 JKG KT G/V6

Total V7 = (PK–1) JKT

Universitas Sriwijaya
28

BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Karakteristik Fitokimia, Aktivitas Antioksidan dan Aktivitas


Antibakteri Ekstrak Daun Mangrove.

4.1.1. Rendemen
Nilai rendemen rata-rata ekstrak daun mangrove dengan jenis pelarut dan
lama maserasi yaitu berkisar 1,5% sampai 5,63%. Nilai tertinggi terdapat pada
perlakuan A1B2 (metanol, maserasi 48 jam) dengan nilai rendemen 5,63%
sedangkan nilai terendah terdapat pada perlakuan A3B1 (n-heksan, maserasi 24
jam) dengan nilai rendemen 1,5%.

6 5.63

5 4.79
Rendemen (%)

4
2.9
3 2.6
1.8
2 1.5

0
A1B1 A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2

Keterangan
A1 : metanol
A2 : etil asetat B1: maserasi 24 jam
A3 : n-heksan B2: maserasi 48 jam

Gambar 4.1. Rendemen rata-rata ekstrak daun mangrove

Nilai rendemen rata-rata ekstrak daun mangrove terlihat pada Gambar 4.1.
Analisis keragaman rendemen ekstrak daun mangrove menunjukkan bahwa
faktor A (jenis pelarut), faktor B (lama maserasi) dan interaksi keduanya (A dan
B) berpengaruh nyata terhadap nilai rendemen ekstrak daun mangrove (Lampiran

Universitas Sriwijaya
29

I). Hasil uji BNJ pada taraf 5% perlakuan rendemen ekstrak daun mangrove
disajikan pada Tabel 4.1, 4.2 dan 4.3.

Tabel 4.1. Uji lanjut BNJ pengaruh jenis pelarut terhadap rendemen ekstrak
daun mangrove
Perlakuan Rendemen rata-rata (%) BNJ 5% = 0,16
A1 (metanol) 5,21 a
A2 (etil asetat) 2,77 b
A3 (n-heksan) 1,65 c
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
tidak berbeda nyata

Hasil uji BNJ 5% (Tabel 4.1) menunjukkan bahwa perlakuan A1 (metanol),


A2 (etil asetat) dan A3 (n-heksan) berbeda nyata. Perbedaan rendemen pada
ekstrak daun mangrove karena pengaruh sifat pelarut. Kepolaran senyawa aktif
dari berbagai bahan berbeda-beda dan komponen aktif hanya akan terekstrak oleh
pelarut yang tingkat kepolarannya sama dengan kepolaran komponen aktif
tersebut. Pelarut yang bersifat polar mampu mengekstrak senyawa alkaloid
kuartener, komponen fenolik, karotenoid, tanin, gula, asam amino dan glikosida
(Harborne, 1987), sehingga menghasilkan rendemen tertinggi. Menurut Pendit
(2016) tingkat kepolaran pelarut yang digunakan mempengaruhi tingkat kelarutan
suatu senyawa bahan yang diekstraksi ke dalam pelarut. Kepolaran senyawa aktif
dari berbagai bahan dan komponen aktif akan terekstrak oleh pelarut yang tingkat
kepolarannya sama dengan kepolaran komponen aktif tersebut.

Tabel 4.2. Uji lanjut BNJ pengaruh lama maserasi terhadap rendemen ekstrak
daun mangrove
Perlakuan Rendemen rata -rata(%) BNJ 5% = 0,10
B2 (48 jam) 3,46 a
B1 (24 jam) 2,96 b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata

Hasil uji BNJ 5% (Tabel 4.2) menunjukkan bahwa perlakuan B1 (maserasi


24 jam) berbeda nyata dengan perlakuan B2 (maserasi 48 jam). Perlakuan B2
(maserasi 48 jam) menghasilkan rendemen lebih tinggi dibandingkan perlakuan
B1 (maserasi 24jam). Hal ini disebabkan karena semakin lama maserasi maka
semakin banyak senyawa yang terlarut kedalam pelarut sehingga menghasilkan

Universitas Sriwijaya
30

rendemen yang lebih banyak. Menurut Hidayati et al. (2017) jumlah rendemen
ekstrak dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ukuran simplisia, jenis pelarut,
tingkat kepolaran pelarut dan lama maserasi.

Tabel 4.3. Uji lanjut BNJ pengaruh interaksi jenis pelarut dan lama maserasi
terhadap rendemenekstrak daun mangrove
Kombinasi Perlakuan Rerata rendemen BNJ 5% = 0,28
(%)
A1B2 (metanol, 48 jam) 5,63±0,15 a
A1B1 (metanol, 24 jam) 4,79±0,15 b
A2B2 (etil asetat, 48 jam) 2,94±0,09 c
A2B1 (etil asetat, 24 jam) 2,60±0,06 d
A3B2 (n-heksan, 48 jam) 1,80±0,05 e
A3B1 (n-heksan, 24 jam) 1,50±0,05 f
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
tidak berbeda nyata

Hasil uji BNJ (Tabel 4.3) menunjukkan bahwa semua perlakuan berbeda
nyata. Tingginya nilai rendemen pada perlakuan A1B2 (metanol, 48 jam) diduga
karena pengaruh jenis pelarut yang bersifat polar. Hal ini sesuai dengan prinsip
ekstraksi yaitu like disolved like atau pengambilan zat aktif dengan pelarut akan
sesuai dengan sifat dari kandungan senyawa dalam sampel. Apabila kandungan
senyawa bersifat polar maka pelarut yang polar akan cenderung menarik kuat ke
senyawa senyawa polar maka akan lebih banyak mendapatkan rendemen dalam
proses ekstraksinya. Menurut Faoziyah dan Kurniawan (2014) kandungan
senyawa bersifat polar akan cenderung menarik kuat ke senyawa bersifat polar
maka pelarut yang polar akan cenderung menarik kuat ke senyawa polar. Selain
pelarut, lama maserasi mempengaruhi nilai rendemen, karena waktu maserasi
yang lebih lama menyebabkan kontak bahan dengan pelarut semakin lama
sehingga kuantitas kandungan senyawa tannin yang terekstrak semakin meningkat
(Wazir et al., 2011; Yeo et al., 2014).

4.1.1. Tannin
Nilai tannin rata-rata ekstrak daun mangrove dengan jenis pelarut dan
lama maserasi yaitu berkisar 0,36% sampai 6,54%. Nilai tertinggi terdapat pada

Universitas Sriwijaya
31

perlakuan A1B2 (metanol, maserasi 48 jam) dengan nilai tannin 6,54% sedangkan
nilai terendah terdapat pada perlakuan A3B1 (n-heksan, maserasi 24 jam) dengan
nilai rendemen 0,36%. Nilai tannin ekstrak daun mangrove untuk semua
perlakuan disajikan pada Gambar 4.2.

8
7 6.54
5.9
6
4.7
Tannin (%)

5 4.23
4
3
2
1 0.45 0.36
0
A1B1 A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2

Keterangan
A1 : metanol
A2 : etil asetat B1: maserasi 24 jam
A3 : n-heksan B2: maserasi 48 jam

Gambar 2. Kadar tannin ekstrak daun mangrove

Analisis keragaman terhadap kadar tannin pada ekstrak daun mangrove


menunjukkan bahwa faktor A (jenis pelarut), faktor B (lama maserasi) dan
interaksi keduanya (A dan B) berpengaruh nyata (Lampiran 2). Hasil uji BNJ
pada taraf 5% pengaruh jenis pelarut terhadap ekstrak daun mangrove dapat
dilihat pada Tabel 4.4.

Tabel 4.4. Uji lanjut BNJ pengaruh jenis pelarut terhadap nilai tannin ekstrak
daun mangrove
Perlakuan Tannin rata-rata (%) BNJ 5% = 0,24
A1 (metanol) 6,20 a
A2 (etil asetat) 4,46 b
A3 (n-heksan) 0,40 c
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata

Universitas Sriwijaya
32

Hasil uji BNJ pada taraf 5% (Tabel 4.4) menunjukkan bahwa perlakuan
A1 (metanol) berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Perlakuan A1 (metanol)
memiliki kadar tannin tertinggi dibandingkan perlakuan A2 (etil asetat) dan A3
(n-heksan).Hal ini sesuai dengan prinsip ekstraksi yaitu like disolved like yaitu
pelarut metanol yang bersifat polar dapat melarutkan senyawa yang bersifat polar
seperti tanin. Menurut Pavia (1986) pelarut metanol merupakan pelarut yang
sifatnya dapat melarutkan berbagai senyawa baik polar maupun non polar.
Senyawa polar pada daun mangrove antara lain saponin, flavonoid, dan tannin
(Iswadi et al., 2015). Menurut Mannito (1981) komponen utama tannin adalah
katekin yang termasuk dalam kelompok flavonoid.

Tabel 4.5. Uji lanjut BNJ pengaruh lama maserasi terhadap nilaitannin ekstrak
daun mangrove
Perlakuan Tannin rata-rata (%) BNJ 5% = 0,16
B2 (24 jam) 3,89 a
B1 (48 jam) 3,48 b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata

Hasil Uji BNJ 5% (Tabel 4.5) menunjukkan bahwa perlakuan B2 (48 jam)
berbeda nyata dengan perlakuan B1 (24jam). Perlakuan B2 (48 jam) menunjukkan
tannin tertinggi dibandingkan dengan perlakuan B1 (24 jam). Semakin lama
maserasi maka semakin banyak senyawa polar seperti tannin yang dihasilkan.
Menurut Mangrio et al. (2016) total tanin tertinggi didapat dengan menggunakan
pelarut metanol dibandingkan dengan aseton, etanol dan air.

Tabel 4.6. Uji lanjut BNJ pengaruh interaksi jenis pelarut dan lama maserasi
terhadap nilai tannin ekstrak daun mangrove.
Kombinasi Perlakuan Rerata tannin (%) BNJ 5% = 0,43
A1B2 (metanol, 48 jam) 6,54±0,12 a
A1B1 (metanol, 24 jam) 5,86±0,11 b
A2B1 (etil asetat, 48 jam) 4,70±0,08 c
A2B2 (etil asetat, 24 jam) 4,23±0,28 d
A3B2 (n-heksan, 48 jam) 0,45±0,02 e
A3B1 (n-heksan, 24 jam) 0,36±0,02 e
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata

Universitas Sriwijaya
33

Berdasarkan uji BNJ 5% (Tabel 4.6) menunjukkan bahwa perlakuan A3B2


(n-heksan, 48 jam) dan A3B1 (n-heksan, 24 jam) tidak berbeda nyata tetapi
berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Perlakuan A3B1 (n-heksan, 24 jam)
menghasilkan nilai tannin terendah. Waktu maserasi 48 jam menghasilkan
kandungan tannin tertinggi dibandingkan maserasi 24 jam. Hal ini disebabkan
karena waktu maserasi yang lebih lama menyebabkan kontak bahan dengan
pelarut semakin lama sehingga kuantitas kandungan senyawa tannin yang
terekstrak semakin meningkat (Wazir et al., 2011; Yeo et al., 2014).

4.1.2. Fenol

Hasil pengujian nilai fenol rata-rata pada ekstrak daun mangrove dengan
jenis pelarut dan lama maserasi yaitu berkisar 3,85% sampai dengan 6,97%. Total
fenol tertinggi terdapat pada perlakuan A1B2 (metanol, 48 jam) dengan total fenol
6,97% sedangkan total fenol terendah terdapat pada perlakuan A3B1 (n-heksan,
maserasi 24 jam) dengan nilai tannin 3,85%. Hasil pengujian nilai fenol rata-rata
ekstrak daun mangrove dapat dilihat pada Gambar 4.3.

8
6.97
6.82 6.17
7
6.09
6
4.59
5 3.85
4
Fenol (%)

0
A1B1 A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2

Keterangan
A1 : metanol
A2 : etil asetat B1: maserasi 24 jam
A3 : n-heksan B2: maserasi 48 jam

Gambar 4.3. Kadar fenol ekstrak daun mangrove

Universitas Sriwijaya
34

Analisis keragaman terhadap kadar tannin pada ekstrak daun mangrove


menunjukkan bahwa faktor A (jenis pelarut) dan interaksi keduanya (A dan B)
berpengaruh nyata, sedangkan faktor B tidak berbeda nyata (Lampiran 3). Hasil
uji BNJ pada taraf 5% pengaruh jenis pelarut terhadap ekstrak daun mangrove
dapat dilihat pada Tabel 4.5.

Tabel 4.7. Uji lanjut BNJ pengaruh jenis pelarut terhadap nilai fenol ekstrak
daun mangrove
Perlakuan Fenol rata-rata (%) BNJ 5% = 0,47
A1 (metanol) 6,89 a
A2 (etil asetat) 6,13 b
A3 (n-heksan) 4,13 c
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata

Hasil Uji BNJ 5% (Tabel 4.7) menunjukkan bahwa perlakuan A1 (metanol)


berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Perlakuan A1 (metanol) memiliki kadar
fenol tertinggi dibandingkan perlakuan A2 (etil asetat) dan A3 (n-heksan). Hal ini
diduga karena pelarut metanol bersifat polar sehingga dapat melarutkan senyawa
bersifat polar seperti fenol dan semakin lama maserasi maka semakin banyak
senyawa yang terlarut. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Mangrio et al.
(2016) ekstrak daun mangrove menggunakan pelarut metanol menghasilkan total
fenol tertinggi dibandingkan pelarut lainnya. Senyawa fenol memiliki sifat
antioksidatif serta berperan dalam mencegah kerusakan sel serta komponen
selulernya yang disebabkan oleh radikal bebas (Redha, 2010). Menurut
Rafsanjaniet al. (2015) senyawa fenol dapat berfungsi sebagai senyawa
antioksidan.

Tabel 4.8. Uji lanjut BNJ pengaruh interaksi jenis pelarut dan lama maserasi
terhadap nilai fenol ekstrak daun mangrove.
Kombinasi Perlakuan Fenol rata-rata (%) BNJ 5% = 1,30
A1B2 (metanol, 48 jam) 6,97±0,23 a
A1B1 (metanol, 24 jam) 6,82±0,75 a
A2B1 (etil asetat, 48 jam) 6,17±0,61 a
A2B2 (etil asetat, 24 jam) 6,08±0,09 a
A3B2 (n-heksan, 48 jam) 4,58±0,37 b
A3B1 (n-heksan, 24 jam) 3,68±0,49 b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata

Universitas Sriwijaya
35

Hasil uji BNJ 5% (Tabel 4.8) menunjukkan bahwa perlakuan A1B2


(metanol, 48 jam) tidak berbeda nyata dengan perlakuan A1B1 (metanol, 24 jam),
A2B1 (etil asetat, 48 jam) dan A2B2 (etil asetat, 24 jam) tetapi berbeda nyata
dengan perlakuan lainnya. Perlakuan A1B2 (metanol, 48 jam) memiliki kandungan
fenol tertinggi. Semakin tinggi konsentrasi dan semakin lama waktu maserasi
maka nilai total fenol yang dihasilkan pada ekstrak daun mangrove semakin
meningkat. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi konsentarsi ekstrak daun
mangrove semakin banyak kandungan fenol yang terekstrak dan lama waktu
ekstraksi yang digunakan pada saat proses ekstraksi, menyebabkan kontak bahan
dengan pelarut semakin lama mengakibatkan kuantitas senyawa yang terekstrak
semakin meningkat sehingga semakin banyak senyawa fenol yang terekstrak
(Winata dan Yunianta, 2015; Wazir et al., 2011).

4.1.3. Aktivitas Antioksidan ( IC50)


Hasil pengujian IC50 ekstrak daun mangrove dengan jenis pelarut dan lama
maserasi yaitu berkisar 46,80 sampai 771,36 ppm. Nilai tertinggi terdapat pada
perlakuan A1B2(metanol, 48 jam) dengan nilai IC50 sebesar 46,8 ppm sedangkan
nilai terendah terdapat pada perlakuan A3B1(n-heksan, 24 jam) dengan nilai
IC50771,36 ppm. Nilai IC50 ekstrak daun mangrove rata-rata untuk semua
perlakuan disajikan pada Gambar 4.4.
Menurut Molyneux (2004) suatu senyawa dinyatakan sebagai antiradikal
bebas sangat kuat apabila nilai IC50< 50 ppm, kuat apabila nilai IC50 antara 50-100
ppm, apabila nilai IC50 berkisar 101-250 ppm berarti sedang, lemah apabila nilai
IC50 antara 250-500 ppm dan tidak aktif apabila diatas 500 ppm. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa aktivitas antioksidan ekstrak daun mangrove pada perlakuan
A1B2 (metanol, 48 jam) tergolong sangat kuat. Perlakuan A2B2 (etil asetat, 48
jam), A1B1 (metanol, 24 jam) dan A2B1 (etil asetat, 24 jam) tergolong kuat dan
perlakuan A3B1 (n-heksan, 24 jam) tergolong lemah dan A3B2 (n-heksan, 48 jam)
tergolong tidak aktif.

Universitas Sriwijaya
36

900

800 771.36

700

600
IC 50 (Ppm)

500

400

300

200 172.44

65.51 83.35
100 46.8 51.99

0
A1B1 A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2

Keterangan
A1 : metanol
A2 : etil asetat B1: maserasi 24 jam
A3 : n-heksan B2: maserasi 48 jam

Gambar 4.4. Nilai IC 50 pada ekstrak daun mangrove

Tabel 4.9 Uji lanjut BNJ pengaruh jenis pelarut terhadap nilai IC50 ekstrak
daun mangrove
Perlakuan Nilai IC50 rata-rata (ppm) BNJ 5% = 1,51
A3 (n-heksan) 471,90 a
A2 (etil asetat) 67,66 b
A1 (metanol) 56,15 c
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata

Hasil uji BNJ 5% (Tabel 4.9) menunjukkan bahwa perlakuan A1


(metanol), A2 (etil asetat) dan A3 (n-heksan) berbeda nyata. Perlakuan A1 memiliki
nilai IC50 tertinggi sedangkan perlakuan A3 (n-heksan) memiliki nilai IC50
terendah. Keadaan ini sejalan dengan nilai total fenol dan tannin ekstrak daun
mangrove (Avicennia marina) (Tabel 1). Hasil tersebut menunjukkan bahwa
aktivitas antioksidan ekstrak daun mangrove pada perlakuan A1 (metanol)
tergolong kuat, hal ini disebabkan pelarut metanol bersifat polar yang dapat
menarik senyawa polar pada daun mangrove. Daun mangrove mengandung
senyawa metabolit seperti tanin, alkaloid, flavonoid, terpenoid dan saponin.

Universitas Sriwijaya
37

Senyawa metabolit seperti tannin dan fenol dapat terekstrak dengan baik oleh
pelarut polar. Komponen fenol dapat menghambat oksidasi lipid dengan
menyumbangkan atom hidrogen kepada radikal bebas (Septiana dan Ari, 2012).
Menurut Wahyuni (2015) nilai IC50 daun mangrove dengan menggunakan
pelarut metanol memiliki sifat antioksidan yang sangat kuat dibandingkan pelarut
n-heksan. Menurut Hidayati et al. (2017) komponen fenol dapat menghambat
oksidasi lipid dengan menyumbangkan atom hidrogen kepada radikal bebas
sehingga dapat meningkatkan nilai aktivitas antioksidan. Tingginya nilai IC50
diduga karena banyaknya kandungan fenol pada daun mangrove. Menurut
Shanmugapriya et al. (2012) kandungan fenol pada tanaman menjadi bahan alami
untuk antioksidan.

Tabel 4.10. Uji lanjut BNJ pengaruh lama maserasi terhadap nilai IC50 ekstrak
daun mangrove
Perlakuan Nilai IC50 rata-rata (ppm) BNJ 5% = 1,00
B2 (48 jam) 290,05 a
B1 (24jam) 107,10 b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata

Hasil Uji BNJ Pada taraf 5% (Tabel 4.10) menunjukkan perlakuan B2 (48
jam) berbeda nyata dengan perlakuan B1 (24 jam). Tingginya nilai IC50
dipengaruhi oleh lama maserasi, semakin lama waktu maserasi maka semakin
banyak senyawa metabolit sekunder yang tersekstrak sehingga menghasilkan nilai
IC50 lebih tinggi. Nilai IC50 juga berbanding lurus dengan nilai tannin dan fenol
pada ekstrak daun mangrove.

Tabel 4.11. Uji lanjut BNJ pengaruh interaksi jenis pelarut dan lama maserasi
terhadap nilai IC50 ekstrak daun mangrove.
Kombinasi Perlakuan Nilai IC50 rata-rata (ppm) BNJ 5% = 0,43
A3B2 (n-heksan, 48 jam) 771,36±0,36 a
A3B1 (n-heksan, 24 jam) 172,44±0,26 b
A2B1 (etil asetat, 24 jam) 83,35±1,44 c
A1B1 (metanol, 24 jam) 65,51±1,17 d
A2B2 (etil asetat, 48 jam) 51,98±1,0 e
A1B2 (metanol, 48 jam) 46,80±1,08 f
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata

Universitas Sriwijaya
38

Berdasarkan uji lanjut BNJ pada taraf 5% (Tabel 4.11) menunjukkan


bahwa semua perlakuan berbeda nyata. Menurut Shahidi dan Naczk (1995)
senyawa yang tergolong antioksidan alami diantaranya berasal dari golongan
senyawa seperti flavonoid, asam fenolik dan tanin. Flavonoid dapat bersifat
sebagai antioksidan dengan cara menangkap radikal bebas. Aktivitas sebagai
antioksidan yang dimiliki oleh sebagian besar flavonoid karena adanya gugus
hidroksil fenolik dalam struktur molekulnya juga melalui daya tangkap terhadap
radikal bebas serta aktivitasnya sebagai pengkelat logam. Flavonoid sebagai
antioksidan secara langsung adalah dengan mendonorkan ion hidrogen sehingga
dapat menetralisir efek toksik dari radikal bebas (Gutteridge et al., 1999). Tanin
dapat berfungsi sebagai antioksidan karena kemampuannya dalam menstabilkan
fraksi lipid dan keaktifannya dalam penghambatan lipoksigenase (Zeuthen dan
Sorensen, 2003).Selain jenis pelarut, tingginya nilai IC50dipengaruhi oleh lama
maserasi, semakin lama waktu maserasi maka semakin banyak senyawa metabolit
sekunder yang tersekstrak sehingga menghasilkan nilai IC50lebih tinggi..Nilai IC50
juga berbanding lurus dengan nilai tannin dan fenol pada ekstrak daun mangrove.
Fenol berperan sebagai antioksidan yang dapat mendonorkan hidrogen
yang bereaksi dengan oksigen reaktif dan nitrogen reaktif (Valentao et al., 2002;
Choi et al., 2002). Senyawa fenol mampu mengkelat ion logam yang terlibat
dalam produksi radikal bebas (Yang et al., 2001). Selain itu, fenol dapat
menghambat beberapa enzim yang terlibat dalam generasi radikal, seperti isoform
sitokrom P450, lipoksigenase, siklooksigenase dan xanthine oksidase (Parr et al.,
2002).

4.1.4. Aktivitas Antibakteri

Nilai rata-rata diameter daya hambat antibakteri ekstrak daun mangrove


terhadap bakteriStapylococcus aureus dengan jenis pelarut dan lama maserasi
yaitu berkisar 0,00 sampai 5,50 mm. Nilai tertinggi terdapat pada perlakuan A1B2
(metanol, 48 jam) dengan nilai diameter daya hambat 5,50 mm sedangkan nilai
terendah terdapat pada perlakuan A3B1 (n-heksan, 24 jam) dengan nilai diameter
daya hambat 0,00 mm. Sedangkan nilai rata-rata diameter daya hambat
antibakteri ekstrak daun mangrove terhadap bakteri Escherichia coli dengan jenis

Universitas Sriwijaya
39

pelarut dan lama maserasi yaitu berkisar 0,00 sampai 2,67 mm . Nilai tertinggi
terdapat pada perlakuan A1B2(metanol, 48 jam) dengan nilai diameter daya
hambat 2,67 mm sedangkan nilai terendah terdapat pada perlakuan A3B1(n-
heksan, 24 jam) dengan nilai diameter daya hambat 0,00 mm. Nilai diameter daya
hambat ekstrak daun mangrove rata-rata untuk semua perlakuan disajikan pada
Gambar 4.5.

6.00
5.50

5.00
Diameter daya hambat (mm)

4.00
3.50

3.00 2.67 2.67


2.50

2.00 1.67 1.67


1.17
1.00

0.00 0.00 0.00 0.00


0.00
A1B1 A1B2 A2B1 A2B2 A3B1 A3B2

S. aureus E. coli

Keterangan
A1 : metanol
A2 : etil asetat B1: maserasi 24 jam
A3 : n-heksan B2: maserasi 48 jam

Gambar 4.5. Diameter daya hambat rata-rata antibakteri ekstrak daun mangrove
terhadap bakteri Stapylococcus dan Escherichia coli

Analisis keragaman terhadap diameter daya hambat antibakteri ekstrak


daun mangrove pada bakteri S. aureus menunjukkan bahwa faktor A(jenis
pelarut) dan faktor B (lama maserasi) dan interaksi keduanya berpengaruh nyata
terhadap diameter daya hambat ekstrak daun mangrove (Lampiran 5).
Hasil analisis keragaman terhadap diameter daya hambat antibakteri
ekstrak daun mangrove pada bakteri E. coli menunjukkan bahwa faktor A (jenis

Universitas Sriwijaya
40

pelarut) dan interaksi jenis pelarut dan lama maserasi (A dan B) berpengaruh
nyata terhadap diameter daya hambat antibakteri ekstrak daun mangrove
sedangkan faktor B (lama maserasi) tidak berbeda nyata Lampiran 6). Hal ini
disebabkan daun mangrove mengandung senyawa bioaktif yang berfungsi sebagai
antibakteri antara lain flavonoid, saponin dan tannin (Nayak et al., 2014).
Kandungan tanin pada ekstrak daun mangrove mempunyai aktivitas antibakteri
yaitu membentuk senyawa kompleks dengan protein melalui ikatan hidrogen dan
ikatan hidrofobik pada peptidoglikan dinding sel bakteri. Hal ini terjadi karena
tanin menghambat pertumbuhan bakteri dan aktivitas protease dengan merusak
dinding sel dan sitoplasma, menyebabkan kerusakan struktural yang cepat (Josep
et al., 2016).
Berdasarkan hasil tersebut, ekstrak daun mangrove dengan pelarut metanol
lebih efektif menghambat pertumbuhan bakteri S. aureus dibandingkan bakteri
E. coli. Hal ini dikarenakan bakteri Gram-positif yang berbentuk bulat cenderung
sensitif terhadap senyawa antibakteri. Bakteri Gram-positif mempunyai struktur
dinding sel yang berlapis tunggal berupa peptidoglikan, juga bersifat hidirofilik
sehingga lebih mudah ditembus oleh senyawa polar yang memudahkan senyawa
antibakteri untuk masuk ke dalam sel (Syawal dan Karnila, 2016 ; Lund et al.,
2018).
Mekanisme penghambatan pertumbuhan bakteri yaitu dengan adanya
kerusakan dinding sel oleh senyawa antibakteri, perubahan molekul protein atau
asam nukleat, penghambatan kerja enzim yang mengakibatkan terganggunya
metabolisme atau matinya sel serta penghambatan sintesis asam nukleat dan
protein sehingga menyebabkan kerusakan total (Brudzynski et al., 2014)
Sedangkan bakteri E. coli merupakan bakteri Gram-negatif yang lebih
resisten terhadap senyawa antibakteri. Bakteri Gram-negatif mempunyai struktur
dinding sel yang terdiri dari tiga lapis yaitu lipoprotein, lipopolisakarida, dan
peptidoglikan (Putri et al., 2016). Lapisan lipoprotein merupakan zat hidrofobik
yang dapat menjadi penghalang untuk senyawa antibakteri yang bersifat hidrofilik
masuk kedalam sel, sehingga bakteri Gram negative lebih resisten terhadap
senyawa antibakteri (Agustini et al., 2017; Nikaido, 2003). Hal ini sejalan dengan

Universitas Sriwijaya
41

penelitian Subashree et al. (2010) yang menunjukkan bahwa zona bening yang
dihasilkan S. aureus lebih besar dibandingkan dengan bakteri uji lain.
Pada sel bakteri, fenol mempengaruhi lapisan peptidoglikan dengan cara
mendenaturasi protein. Ikatan hidrogen yang terbentuk antara fenol dan protein
mengakibatkan struktur protein menjadi rusak. Ikatan hidrogen tersebut akan
mempengaruhi permeabilitas dinding sel dan membran sitoplasma karena
keduanya tersusun dari protein, yang menyebabkan ketidakseimbangan
makromolekul dan ion dalam sel, sehingga sel menjadi lisis (Noventi dan Carolia,
2016).
Hal ini disebabkan daun mangrove mengandung senyawa bioaktif yang
berfungsi sebagai antibakteri antara lain flavonoid, saponin dan tannin (Nayak et
al., 2014). Kandungan tanin pada ekstrak daun mangrove mempunyai aktivitas
antibakteri yaitu membentuk senyawa kompleks dengan protein melalui ikatan
hidrogen dan ikatan hidrofobik pada peptidoglikan dinding sel bakteri. Hal ini
terjadi karena tanin menghambat pertumbuhan bakteri dan aktivitas protease
dengan merusak dinding sel dan sitoplasma, menyebabkan kerusakan struktural
yang cepat (Josep et al., 2016).

Tabel 4.12. Uji lanjut BNJ pengaruh jenis pelarut terhadap nilai diameter daya
hambat ekstrak daun mangrove pada bakteri Stapylococcus aureus dan
Escherichia coli
Stapylococcus aureus Escherichia coli
Diameter BNJ 5% = Diameter BNJ 5%
Perlakuan
daya hambat 0,60 daya hambat = 0,44
rata-rata rata-rata
A1 (metanol) 4,50 a 1,91 a
A2 (etil asetat) 2,16 b 2,08 a
A3 (n-heksan) 0,00 c 0,00 b
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata.

Hasil Uji BNJ 5% diameter daya hambat terhadap bakteri Staphylococcus


aureus (Tabel 4.12) menunjukkan bahwa perlakuan A1 (metanol) berbeda nyata
dengan perlakuan lainnya. Sedangkan diameter daya hambat pada bakteri
Escherichia coli menunjukkan bahwa perlakuan A1 (metanol) tidak berbeda nyata
dengan perlakuan A2 (etil asetat) tetapi berbeda nyata dengan perlakuan A3 (n-

Universitas Sriwijaya
42

heksan). Perlakuan A1 (metanol) memiliki diameter daya hambat tertinggi


terhadap bakteri Stapylococcus aureus dan Escherichia coli dibandingkan
perlakuan A2 (etil asetat) dan A3(n-heksan). Hal ini diduga karena semakin tinggi
kandungan senyawa fenol pada ekstrak daun mangrove, maka semakin besar daya
hambat terhadap bakteri. Hal ini sejalan dengan penelitian Sharief, et al (2014)
bahwa pelarut metanol menghasilkan zona hambat tertinggi dibandingkan pelarut
lainnya. Aktivitas antibakteri ekstrak daun mangrove dengan pelarut metanol dan
etil asetat pada bakteri Escherichia coli masih terdapat daya hambat, hal ini
diduga karena tidak dilakukan fiksasi pada pelarut metanol sehingga masih
terdapat residu pelarut pada ekstrak daun mangrove.
Uji BNJ 5% (Tabel. 4.14) menunjukkan bahwa diameter daya hambat
terhadap bakteri Staphlococcus aureus pada perlakuan A2B2 (etil-asetat, 48jam)
tidak berbeda nyata dengan perlakuan A3B2 (n-heksan, 48 jam) dan perlakuan
A3B1 (n-heksan, 24 jam), tetapi berbeda nyata dengan perlakuan A2B1 (etil asetat,
24 jam), A1B2 (metanol, 48 jam) dan A1B1 (metanol, 24 jam). Diameter daya
hambat terhadap bakteri Escherichia coli, pada perlakuan A3B1 (n-heksan, 24jam)
tidak berbeda nyata dengan perlakuan A3B2 (n-heksan, 48 jam) tetapi berbeda
nyata dengan perlakuan lainnya. Perlakuan A1B2 (metanol, 48 jam) memiliki
diameter daya hambat lebih besar dibandingkan perlakuan lainnya sedangkan
A3B2 (n-heksan, 48 jam) tidak memiliki daya hambat.

Tabel 4.13. Uji lanjut BNJ pengaruh interaksi jenis pelarut terhadap lama
maserasi pada diameter daya hambat ekstrak daun mangrove pada
bakteri Stapylococcus aureus dan Escherichia coli.
Staphylococcus aureus Escherichia coli
Diameter
Diameter
Kombinasi Perlakuan daya BNJ 5% = BNJ 5% =
daya hambat
hambat 1,07 1,07
rata-rata
rata-rata
A1B1 (metanol, 24 jam) 3,50±0,5 bc 1,16±0,29 b
A1B2 (metanol, 48 jam) 5,50±0,5 a 2,66±0,29 a
A2B1 (etil asetat, 24 jam) 2,67±0,58 c 2,50±0,29 a
A2B2 (etil asetat, 48 jam) 1,67±0,29 d 1,66±0,50 b
A3B1 (n-heksan, 24 jam) 0,00±0,00 d 0,00±0,00 c
A3B2 (n-heksan, 48 jam) 0,00±0,00 d 0,00±0,00 c
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata

Universitas Sriwijaya
43

Penghambatan pertumbuhan bakteri diduga disebabkan karena kerusakan


yang terjadi pada komponen struktural membran sel bakteri. Menurut Volk dan
Wheeler (1988) membran sel yang tersusun atas protein dan lipid sangat rentan
terhadap zat kimia yang dapat menurunkan tegangan permukaan. Sehingga
menyebabkan terganggunya transport nutrisi melalui membran sel yang
menyebabkan bakteri mengalami kekurangan nutrisi untuk pertumbuhannya.
Selain itu terjadinya penghambatan pertumbuhan bakteri ini disebabkan karena
adanya senyawa metabolit sekunder golongan flavonoid dan steroid yang bersifat
bioaktif (Ernawati et al., 2015).

4.2. Karakteristik Kimia dan Mikrobiologis Fillet Ikan Patin dengan


Penambahan Ekstrak Daun Mangrove.

Penelitian tahap kedua adalah tahap dimana melanjutkan perlakuan terbaik


pada tahap pertama. Pada tahap pertama, perlakuan terbaik adalah perlakuan
A1B2 (pelarut metanol dengan lama maserasi 48 jam), perlakuan tersebut
selanjutnya digunakan untuk penelitian tahap kedua, yaitu penentuan konsentrasi
ekstrak daun mangrove terbaik pada fillet ikan patin dengan mengukur lama
penyimpanan pada suhu dingin.

4.2.1. Kadar Air

Hasil penelitian menunjukkan nilai kadar air rata-rata fillet ikan patin
berkisar antara 72,33% hingga 81,30%. Kadar air tertinggi terdapat pada
perlakuan C1D4 (konsentrasi ekstrak daun mangrove 0%, penyimpanan 6 hari).
Hasil pengujian rata-rata kadar air pada fillet ikan patin dapat dilihat pada Gambar
4.6.
Analisis keragaman terhadap kadar air fillet ikan patin menunjukkan
bahwa faktor C (konsentrasi ekstrak daun mangrove) dan faktor D (lama
penyimpanan) dan interaksi keduanya berpengaruh nyata (Lampiran 7). Hasil uji
BNJ pada taraf 5% terhadap faktor C (konsentrasi ekstrak daun mangrove)
disajikan pada Tabel 4. 16.

Universitas Sriwijaya
44

84
82 81.38
79.72 79.88
80 79.23
78.49 78.48
77.53 77.58
78
Kadar Air (%)

76.37 76.35
75.68 75.53
76 74.51 74.43
74 73.38
72.33
72
70
68
66

Keterangan
C1 : konsentrasi ekstrak daun mangrove (0%) D1: lama penyimpanan 0 hari
C2 : konsentrasi ekstrak daun mangrove (5%) D2: lama penyimpanan 2 hari
C3:konsentrasi ekstrak daun mangrove (10%) D3: lama penyimpanan 4 hari
C4:konsentrasi ekstrak daun mangrove (15%) D4: lama penyimpanan 6 hari
Gambar 4.6. Nilai kadar air rata-rata pada fillet patin.

Hasil uji BNJ 5% (Tabel 4.15) menunjukkan bahwa perlakuan C1


(konsentrasi 0%) berbeda nyata dengan perlakuan C2 (konsentrasi 5%), C3
(konsentrasi 10%) dan C4 (konsentrasi 15%). Perlakuan C4 (konsentrasi 15%)
memiliki kadar air tertinggi sedangkan C2 (konsentrasi 0%) memiliki kadar air
terendah.

Tabel 4.14. Uji lanjut BNJ pengaruh konstrasi ekstrak daun mangrove terhadap
nilai kadar air pada fillet ikan patin
Perlakuan Nilai kadar air rata-rata (%) BNJ 5% = 0,27
C4 (Konsentrasi 15%) 78,57 a
C3 (Konsentrasi 10%) 77,31 b
C2 (Konsentrasi 5%) 76,43 c
C1 (Konsentrasi 0%) 75,39 d
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata

. Hasil uji BNJ 5% (Tabel 4.14) menunjukkan semua perlakuan berbeda


nyata. Nilai kadar air pada fillet ikan patin mengalami peningkatan seiring
meningkatnya konsentrasi ekstrak daun mangrove, hal tersebut diduga karena
faktor perendaman ekstrak daun mangrove yang menggunakan air. Hasil tersebut

Universitas Sriwijaya
45

sesuai dengan penelitian Hidayati et al. (2017) yang menyatakan bahwa nilai
kadar air semakin meningkat seiring dengan bertambahnya konsentrasi ekstrak
Sargassum.

Tabel. 4.15. Uji lanjut BNJ pengaruh lama penyimpanan terhadap nilai kadar air
fillet ikan patin
Perlakuan Nilai kadar air rata-rata (%) BNJ 5% = 0,27
D4 (Penyimpanan 6 hari) 79,74 a
D3 (Penyimpanan 4 hari) 78,03 b
D2 (Penyimpanan 2 hari) 75,96 c
D1 (Penyimpanan 0 hari) 73,97 d
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata

Uji BNJ 5% menunjukkan (Tabel 4.15) bahwa perlakuan D4


(penyimpanan 6 hari) berbeda nyata dengan perlakuan D3 (penyimpanan 4 hari),
D2 (penyimpanan 2 hari) dan D1 (penyimpanan 0 hari). Perlakuan D4
(penyimpanan 6 hari) memiliki kadar air fillet ikan patin tertinggi sedangkan D1
(penyimpanan 0 hari) memiliki kadar air fillet ikan patin terendah. Perbedaan
kadar air tersebut karena pengaruh penurunan daya ikat air. Semakin lama
penyimpanan maka semakin menurun daya ikat air pada fillet patin. Menurut
Pratama et al. (2014) kehilangan kadar air dapat terjadi karena denaturasi protein
pada jaringan dalam tingkatan yang dapat menyebabkan penurunan daya ikat air
dan sifat emulsifikasi protein.
Hasil Uji BNJ 5% (Tabel 4.16) menunjukkan perlakuan C4D4 (konsentrasi
15%, penyimpanan 6 hari) menghasilkan kadar air fillet patin tertinggi Nilai
kadar airfillet ikan patin selama penyimpanan mengalami peningkatan. Perbedaan
kadar air tersebut karena pengaruh penurunan daya ikat air, semakin lama
penyimpanan maka daya ikat air pada fillet patin semakin menurun. Menurut
Wowor et al. (2014) penurunan daya ikat air disebabkan oleh banyaknya asam
laktat yang terakumulasi sehingga semakin banyak protein miofibril yang rusak
dan diikuti dengan kehilangan kemampuan protein daging untuk mengikat air.

Universitas Sriwijaya
46

Tabel 4.16. Uji lanjut BNJ pengaruh interaksi konsentrasi ekstrak daun mangrove
dan lama penyimpanan terhadap nilai kadar air fillet ikan patin.
Kombinasi Perlakuan Rerata nilai kadar
air (%)
C4D4(ekstrak daun mangrove 15% dan penyimpanan 6 hari) 81,30±0,31a
C3D4 (ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 6 hari) 79,88±0,31b
C4D3(ekstrak daun mangrove 15% dan penyimpanan 4 hari) 79,72±0,16b
C2D4 (ekstrak daun mangrove 5% dan penyimpanan 6 hari 79,23±0,13bc
C3D3 (ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 4 hari) 78,49±0,11c
C1D4 (ekstrak daun mangrove 0% dan penyimpanan 6 hari) 78,48±0,37c
C2D3(ekstrak daun mangrove 5% dan penyimpanan 4 hari) 77,68±0,23d
C4D2(ekstrak daun mangrove 15% dan penyimpanan 2 hari) 77,52±0,18d
C3D2(ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 2 hari) 76,37±0,24e
C1D3(ekstrak daun mangrove 0% dan penyimpanan 4 hari) 76,34±0,12e
C4D1(ekstrak daun mangrove 15% dan penyimpanan 0 hari) 75,67±0,41ef
C2D2(ekstrak daun mangrove 5% dan penyimpanan 2 hari) 75,53±0,24f
C3D1(ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 0 hari) 74,50±0,30g
C1D2(ekstrak daun mangrove 0% dan penyimpanan 2 hari) 74,43±0,18g
C2D1(ekstrak daun mangrove 5% dan penyimpanan 0 hari) 73,37±0,05h
C1D1(ekstrak daun mangrove 0% dan penyimpanan 0 hari) 72,33±0,30i
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata

4.2.2. Asam Lemak Bebas

Hasil penelitian menunjukkan nilai asam lemak bebas rata-rata pada tahap
ini berkisar antara 1,0% hingga 2,24%. Asam lemak bebas tertinggi terdapat pada
perlakuan C1D1 (konsentrasi 0%, lama penyimpanan 0 hari), sedangkan asam
lemak bebas terendah terdapat pada perlakuan C1D4 (konsentrasi 0%, lama
penyimpanan 6 hari). Hasil pengujian asam lemak bebas rata-rata pada fillet ikan
patin dapat dilihat pada Gambar 4.7.
Analisis keragaman terhadap asam lemak bebas fillet ikan patin
menunjukkan bahwa faktor C (konsentrasi ekstrak daun mangrove) dan faktor B
(lama penyimpanan) dan interaksi keduanya berpengaruh nyata (Lampiran 8).
Hasil uji BNJ pada taraf 5% terhadap faktor C (konsentrasi ekstrak daun
mangrove) disajikan pada Tabel 4.19.

Universitas Sriwijaya
47

2.5
2.24

2 1.93
Asam Lemak Bebas (%)

1.68 1.65
1.61
1.49 1.46 1.45
1.5 1.41
1.29 1.33
1.2 1.15 1.19 1.19
1.02
1

0.5

0
C1D1 C2D1 C3D1 C4D1 C1D2 C2D2 C3D2 C4D2 C1D3C2D3 C3D3 C4D3 C1D4 C2D4 C3D4 C4D4

Keterangan
C1 : konsentasi ekstrak daun mangrove (0%) D1: lama penyimpanan 0 hari
C2 : konsentasi ekstrak daun mangrove (5%) D2: lama penyimpanan 2 hari
C3 : konsentasi ekstrak daun mangrove (10%) D3: lama penyimpanan 4 hari
C4 : konsentasi ekstrak daun mangrove (15%) D4: lama penyimpanan 6 hari

Gambar 4.7. Nilai asam lemak bebas rata-rata pada fillet patin.

Tabel 4.17. Uji BNJ pengaruh konstrasi ekstrak daun mangrove terhadap nilai
asam lemak bebas pada fillet ikan patin
Perlakuan Nilaiasam lemak bebas BNJ 5% = 0,026
rata-rata (%)
C1 (Konsentrasi 0%) 1,74 a
C2 (Konsentrasi 5%) 1,58 b
C3 (Konsentrasi 10%) 1,44 c
C4 (Konsentrasi 15%) 1,25 d
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata.

Hasil uji BNJ 5% (Tabel 4.17) menunjukkan bahwa perlakuan C1


(konsentrasi 0%) berbeda nyata dengan perlakuan C2 (konsentrasi 5%), C3
(konsentrasi 10%) dan C4 (konsentrasi 15%). Perlakuan C1 (konsentrasi 0%)
menghasilkan asam lemak bebas lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan C2
(konsentrasi 5%), C3 (konsentrasi 10%) dan C4 (konsentrasi 15%).
Semakintinggi konsentrasi ekstrak daun mangrove maka nilai asam lemak
bebas pada fillet ikan patin semakin menurun, hal ini diduga terdapat kandungan

Universitas Sriwijaya
48

antioksidan pada ekstrak daun mangrove yang tergolong sangat kuat yang dapat
menghambat oksidasi lemak. Aktivitasekstrak daun mangrove dengan pelarut
metanol tergolong sangat kuat dengan nilai IC50 46,9 ppm. Menurut Molyneux
(2004), suatu senyawa yang memiliki aktivitas antioksidan sangat kuat apabila
nilai IC50< 50 ppm.
Hasil uji BNJ 5% (Tabel 4.18) menunjukkan bahwa perlakuan D4
(penyimpanan 6 hari) berbeda nyata dengan perlakuan D3 (penyimpanan 4 hari),
perlakuan D2 (penyimpanan 2 hari) dan perlakuan D1 (penyimpanan 0 hari)
Perlakuan D4 (penyimpanan 6 hari) menghasilkan asam lemak bebas lebih tinggi
dibandingkan dengan perlakuan D1 (penyimpanan 0 hari), D2 (penyimpanan 5
hari) dan D3 (penyimpanan 15 hari). Semakin lama penyimpanan maka semakin
menurun nilai asam lemak bebas pada ikan patin, hal ini disebabkan karena
adanya oksidasi lemak yaitu terjadinya kontak oksigen dengan lemak, dimana
kadar asam lemak bebas akan meningkat seiring pertambahan waktu.

Tabel 4.18. Uji BNJ pengaruh lama penyimpanan terhadap nilai asam lemak
bebas fillet ikan patin
Perlakuan Nilai asam lemak bebas rata-rata(%) BNJ 5% = 0,026
D4 (Penyimpanan 6 hari) 1,81 a
D3 (Penyimpanan 4 hari) 1,64 b
D2 (Penyimpanan 2 hari) 1,39 c
D1 (Penyimpanan 0 hari) 1,16 d
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti tidak
berbeda nyata

Hasil Uji BNJ 5% (Tabel 4.20) menunjukkan bahwa perlakuan C1D4


(ekstrak daun mangrove 0% dan penyimpanan 0 hari berbeda nyata dengan
perlakuan lainnya. Berdasarkan nilai asam lemak bebas (Tabel 4.21) perlakuan
C1D4 (ekstrak daun mangrove 0% dan penyimpanan 6 hari) memiliki nilai asam
lemak bebas tertinggi. Perlakuan penambahan ekstrak daun mangrove
menunjukkan nilai asam lemak bebas lebih rendah dibandingkan dengan kontrol.
Hal ini disebabkan ekstrak daun mangrove memiliki senyawa bioaktif seperti
fenol dan flavonoid yang berperan sebagai antioksidan yang dapat menghambat
oksidasi lemak. Menurut Khamidinal et al. (2007), kerusakan minyak atau lemak
yang disebabkan oleh reaksi oksidasi dapat dicegah dengan penambahan

Universitas Sriwijaya
49

antioksidan. Selain itu nilai asam lemak bebas meningkat dengan semakin
lamanya penyimpanan. Kenaikan nilai asam lemak bebas disebabkan karena
adanya oksidasi lemak yaitu terjadinya kontak oksigen dengan lemak, dimana
kadar asam lemak bebas akan meningkat seiring pertambahan waktu.

Tabel 4.19. Uji BNJ pengaruh interaksi konsentrasi ekstrak daun mangrove dan
lama penyimpanan terhadap nilai asam lemak bebas fillet ikan patin
Nilai asam lemak
Kombinasi Perlakuan
bebas rata-rata (%)
C1D4 (ekstrak daun mangrove 0% dan penyimpanan 6 hari) 2,24±0,02a
C1D3 (ekstrak daun mangrove 0% dan penyimpanan 4 hari) 1,94±0,02b
C2D4 (ekstrak daun mangrove 5% dan penyimpanan 6 hari) 1,93±0,02b
C2D3 (ekstrak daun mangrove 5% dan penyimpanan 4 hari 1,72±0,02b
C3D4 (ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 6 hari) 1,65±0,00bc
C3D3 (ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 4 hari) 1,57±0,01c
C1D2 (ekstrak daun mangrove 0% dan penyimpanan 2 hari) 1,49±0,03de
C2D2 (ekstrak daun mangrove 5% dan penyimpanan 2 hari) 1,46±0,03ef
C4D4 (ekstrak daun mangrove 15% dan penyimpanan 6 hari) 1,45±0,02ef
C3D2 (ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 2 hari) 1,41±0,07f
C4D3 (ekstrak daun mangrove 15% dan penyimpanan 4hari) 1,33±0,06g
C1D1 (ekstrak daun mangrove 0% dan penyimpanan 0hari) 1,29±0,00g
C2D1 (ekstrak daun mangrove 5% dan penyimpanan 0 hari) 1,20±0,02h
C4D2 (ekstrak daun mangrove 15% dan penyimpanan 2 hari) 1,19±0,03h
C3D1 (ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 0 hari) 1,14±0,03h
C4D1 (ekstrak daun mangrove 15% dan penyimpanan 0 hari) 1,02±0,05h
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata

4.2.3. Derajat Keasaman ( pH)

Pengukuran pH merupakan salah satu indikator penentutingkat kesegaran


ikan. Hasil pengujian pH rata-rata pada fillet ikan patin dapat dilihat pada Gambar
4.8. Hasil penelitian menunjukkan nilai pH rata-rata pada tahap ini berkisar antara
6,62% hingga 7,44%. Nilai pH tertinggi terdapat pada perlakuan C1D4
(konsentrasi 0%, lama penyimpanan 6 hari), sedangkan pH terendah terdapat pada
perlakuan C2D1 (konsentrasi 5% lama penyimpanan 0 hari). Nilai pH mengalami
peningkatan seiring dengan lama penyimpanan hal ini sebabkan oleh mikroba
yang merobak asam amino dari hasil autolisis protein menjadi ammmonia dan
karbohidrat dalam bentuk ATP menjadi ammonia yang bersifat basa (Damayanti,
2016).

Universitas Sriwijaya
50

7.6

Derajat Keasaman (%)


7.44
7.34
7.4 7.29 7.27 7.31
7.17 7.21
7.2 7.06
7.12 7.15 7.11 7.16
7
6.84 6.83
6.8 6.74
6.62
6.6
6.4
6.2
6

Keterangan
C1 : konsentasi ekstrak daun mangrove (0%) D1: lama penyimpanan 0 hari
C2 : konsentasi ekstrak daun mangrove (5%) D2: lama penyimpanan 2 hari
C3 : konsentasi ekstrak daun mangrove (10%) D3: lama penyimpanan 4 hari
C4 : konsentasi ekstrak daun mangrove (15%) D4: lama penyimpanan 6 hari

Gambar 4.8. Nilai pH rata-rata pada fillet patin.

Analisis keragaman terhadap pH fillet ikan patin menunjukkan bahwa


faktor C (konsentrasi ekstrak daun mangrove) dan faktor B (lama penyimpanan)
dan interaksi keduanya berpengaruh nyata (Lampiran 10). Hasil uji BNJ pada
taraf 5% terhadap faktor C (konsentrasi ekstrak daun mangrove) disajikan pada
Tabel 4.20.

Tabel 4.20. Uji BNJ pengaruh konstrasi ekstrak daun mangrove terhadap nilai pH
pada fillet ikan patin
Perlakuan Nilai pH rata-rata BNJ 5% = 0,013
C1 (Konsentrasi 0%) 7,17 a
C4 (Konsentrasi 15%) 7,17 a
C3 (Konsentrasi 10%) 7,13 b
C2 (Konsentrasi 5%) 7,08 c
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata

Hasil Uji BNJ 5% (Tabel 4.20) menunjukkan bahwa perlakuan C1


(konsentrasi 0%) dan C4 (konsentrasi 15%) tidak berbeda nyata namun perlakuan
keduanya berbeda nyata dengan perlakuan C 3 (konsentrasi 10%) dan C2
(konsentrasi 5%). Perlakuan C1 (konsentrasi 0%) memiliki nilai pH tertinggi

Universitas Sriwijaya
51

dibandingkan perlakuan lainnya, hal ini disebabkan kandungan tannin pada daun
mangrove.

Tabel 4.21. Uji BNJ pengaruh lama penyimpanan terhadap nilai pH fillet ikan
patin
Perlakuan Nilai pH rata-rata BNJ 5% = 0,013
D4 (Penyimpanan 6 hari) 7,32 a
D3 (Penyimpanan 4 hari) 7,18 b
D2 (Penyimpanan 2 hari) 7,11 c
D1 (Penyimpanan 0 hari) 6,95 d
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata

Hasil uji BNJ 5% (Tabel 4.21) menunjukkan bahwa perlakuan D4


(penyimpanan 6 hari) berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (D1, D2 dan D3).
Perlakuan D4 menghasilkan nilai pH tertinggi sedangkan D1 (penyimpanan 0 hari)
menghasilkan nilai pH terendah. Semakin lama penyimpanan maka semakin
tinggi nilai pH daging ikan, hal ini disebabkan penguraian protein oleh mikroba.
Menurut Junianto(2003), protein diurai oleh mikroba maupun enzimatis menjadi
turunan-turunan yang bersifat basa. Menurut Soeparno (1994), penguraian protein
akan menghasilkan senyawa basa seperti ammonia, histamin, tiramin dan lain-
lain. Selain itu menurut Liviawaty (2010), kenaikan pH dikarenakan terbentuknya
senyawa yang bersifat basa misalnya amoniak hasil dari proses perombakan
protein daging ikan oleh enzim dan bakteri pembusuk. Menurut Junianto (2003),
protein diurai oleh mikroba maupun enzimatis menjadi turunan-turunan yang
bersifat basa.
Hasil uji BNJ 5% (Tabel 4.22) menunjukkan bahwa interaksi konsentrasi
ekstrak daun mangrove dan lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap nilai
pH fillet ikan patin. Hal ini disebabkan terjadinya aktivitas enzim dan mikroba
yang menyebabkan protein terurai menjadi ammonia yang bersifat basa. Hasil
tersebut sesuai dengan penelitian Zega et al. (2017) menunjukkan bahwa semakin
lama penyimpanan maka nilai pH fillet ikan patin yang direndam dengan ekstrak
apu-apu semakin meningkat.

Universitas Sriwijaya
52

Tabel 4.22. Uji BNJ pengaruh interaksi konsentrasi ekstrak daun mangrove dan
lama penyimpanan terhadap nilai pH fillet ikan patin
Kombinasi Perlakuan Rerata nilai pH
C1D4 (ekstrak daun mangrove 0% dan penyimpanan 6 hari) 7,37±0,01a
C4D4 (ekstrak daun mangrove 15% dan penyimpanan 6hari) 7,34±0,02ab
C3D4 (ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 6 hari) 7,31±0,01b
C2D4 (ekstrak daun mangrove 5% dan penyimpanan 6 hari 7,27±0,01c
C1D3 (ekstrak daun mangrove 0% dan penyimpanan 4 hari) 7,25±0,01c
C4D3 (ekstrak daun mangrove 15% dan penyimpanan 4 hari) 7,21±0,02d
C1D2 (ekstrak daun mangrove 0% dan penyimpanan 2 hari) 7,17±0,01e
C3D3 (ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 4 hari) 7,16±0,01e
C4D2 (ekstrak daun mangrove 15% dan penyimpanan 2 hari) 7,15±0,01ef
C3D2 (ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 2 hari) 7,12±0,01fg
C2D3 (ekstrak daun mangrove 5% dan penyimpanan 4 hari) 7,11±0,01g
C2D2(ekstrak daun mangrove 5% dan penyimpanan 2 hari) 7,03±0,02h
C4D1(ekstrak daun mangrove 15%dan penyimpanan 0 hari) 6,99±0,02i
C3D1(ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 0 hari) 6,96±0,01ij
C2D1(ekstrak daun mangrove 5% dan penyimpanan 0 hari) 6,94±0,02j
C1D1(ekstrak daun mangrove 0% dan penyimpanan 0 hari) 6,62±0,01jk
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata

4.2.4. Total Plate Count


Hasil penelitian menunjukkan nilai Total Plate Count (TPC) rata-rata pada
tahap ini berkisar antara 4,27 hingga 7,45 log cfu/g . Nilai TPC tertinggi terdapat
pada perlakuan C1D4 (konsentrasi 0%, penyimpanan 4 hari), sedangkan TPC
terendah terdapat pada perlakuan C4D1 (konsentrasi 15%, penyimpanan 0 hari).
Hasil pengujian TPC rata-rata pada fillet ikan patin dapat dilihat pada Gambar
4.10.
Analisis keragaman terhadap TPC fillet ikan patin menunjukkan bahwa
faktor C (konsentrasi ekstrak daun mangrove) dan faktor B (lama penyimpanan)
dan interaksi keduanya berpengaruh nyata (Lampiran 9). Hasil uji BNJ pada taraf
5% terhadap faktor C (konsentrasi ekstrak daun mangrove) disajikan pada Tabel.
4.9. Menurut SNI 01-4110.1-2006 persyaratan mutu dan keamanan ikan beku,
batas maksimum mikroba adalah 5 x 105 CFU/g atau 5,70 log CFU/g. Jadi hingga
penyimpanan hari ke -6 dengan penambahan ekstrak daun mangrove 15% fillet
ikan patin masih dapat dikonsumsi

Universitas Sriwijaya
53

8 7.44
7.13
7 6.59 6.5
Total Plate Count (log cfu/g)

6 5.66
4.78 4.67 4.55
5 4.47 4.35 4.3 4.27 4.67 4.57 4.48 4.43
4
3
2
1
0

Keterangan
C1 : konsentasi ekstrak daun mangrove (0%) D1: lama penyimpanan 0 hari
C2 : konsentasi ekstrak daun mangrove (5%) D2: lama penyimpanan 2 hari
C3 : konsentasi ekstrak daun mangrove (10%) D3: lama penyimpanan 4 hari
C4 : konsentasi ekstrak daun mangrove (15%) D4: lama penyimpanan 6 hari

Gambar 4.10. Nilai TPC rata-rata pada fillet patin.

Tabel 4.23. Uji BNJ pengaruh konstrasi ekstrak daun mangrove terhadap nilai
TPC pada fillet ikan patin
Perlakuan Nilai TPC rata-rata (log cfu/g) BNJ 5% = 2,68
C1 (Konsentrasi 0%) 5,92 a
C2 (Konsentrasi 5%) 5,07 b
C3 (Konsentrasi 10%) 4,98 b c
C4 (Konsentrasi 15%) 4,73 c
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata

Hasil uji BNJ 5% (Tabel 4.23) menunjukkan bahwa perlakuan C1


(konsentrasi 0%) berbeda nyata dengan perlakuan C2 (konsentrasi 5%), C3
(konsentrasi 10%) dan C4 (konsentrasi 15%). Perlakuan C1 (konsentrasi 0%)
menghasilkan nilai Total Plate Count tertinggi sedangkan C4 (konsentrasi 15%)
menghasilkan nilai Total Plate Count terendah. Semakin tinggi jumlah ekstrak
mangrove yang ditambahkan pada fillet ikan patin maka nilai TPC semakin
menurun. Hal ini disebabkan karena penggunaan ekstrak daun mangrove sebagai
media perendaman pada fillet patin mengandung beberapa metabolit sekunder

Universitas Sriwijaya
54

seperti tanin dan flavonoid yang bersifat sebagai senyawa anti mikroba, sehingga
dapat menghambat pertumbuhan bakteri (Fadillah et al., 2010, Hermawan et al.,
2012). Senyawa flavonoid bersifat antibakteri dengan cara merusak permeabilitas
dinding sel bakteri, mikrosom dan lisosom sebagai hasil interaksi dengan DNA
bakteri (Nagappan et al. 2011). Hal ini menyebabkan asam amino merembes
keluar dan mencegah masuknya bahan bahan aktif ke dalam sel, sehingga dapat
menyebabkan kematian bakteri (Zega et al., 2017).

Tabel 4.24.Uji BNJ pengaruh lama penyimpanan terhadap nilai TPC fillet ikan
patin
Perlakuan Nilai TPC rata-rata (log cfu/g) BNJ 5% = 0,03
D4 (Penyimpanan 6 hari) 6,55 a
D3 (Penyimpanan 4 hari) 5,28 b
D2 (Penyimpanan 2 hari) 4,53 c
D1 (Penyimpanan 0 hari) 4,34 d
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata

Hasil uji BNJ 5% (Tabel 4.24) menunjukkan bahwa semua perlakuan


berbeda nyata. Perlakuan D4 (penyimpanan 6 hari) menghasilkan nilai Total Plate
Count paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan D1 (penyimpanan 0 hari), D2
(penyimpanan 2 hari)dan D3 (penyimpanan 4 hari). Seiring dengan lama
penyimpanan nilai Total Plate Count pada fillet ikan patin mengalami
peningkatan. Hal ini disebakan semakin meningkatnya kadar air pada fillet patin
yang menjadi media untuk pertumbuhan mikroba. Nilai Total Plate Count pada
fillet patin berbading lurus dengan dengan kadar air pada fillet patin.
Berdasarkan pada hasil uji BNJ 5% (Tabel 4.25) menunjukkan bahwa
perlakuan C2D4 (ekstrak daun mangrove 5%, penyimpanan 6 hari) tidak berbeda
nyata dengan perlakuan C3D4 (ekstrak daun mangrove 10%, penyimpanan 6 hari),
tetapi berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Hasil penelitian menunjukan
sampel tanpa penambahan ekstrak mangrove. Daun mangrove mengandung
senyawa tanin dan flavonoid, menurut Fadillah et al. (2010) dan Hermawan et al.
(2012), tanin dan flavonoid merupakan senyawa anti mikroba, sehingga dapat
menghambat pertumbuhan bakteri.

Universitas Sriwijaya
55

Tabel 4.25. Uji BNJ pengaruh interaksi konsentrasi ekstrak daun mangrove dan
lama penyimpanan terhadap nilai TPC fillet ikan patin
Kombinasi Perlakuan Nilai TPC rata-rata
(log cfu/g)
C1D4(ekstrak daun mangrove 0% dan penyimpanan 6 hari) 7,4471a
C1D3 (ekstrak daun mangrove 0% dan penyimpanan 4 hari) 7,1300b
C2D4(ekstrak daun mangrove 5% dan penyimpanan 6 hari) 6,5933c
C3D4 (ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 6 hari 6,4966d
C4D4 (ekstrak daun mangrove 15% dan penyimpanan 6 hari) 5,6666e
C2D3(ekstrak daun mangrove 5% dan penyimpanan 4 hari) 4,7766f
C1D2(ekstrak daun mangrove 0% dan penyimpanan 2 hari) 4,6700g
C3D3(ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 4 hari) 4,6666g
C2D2(ekstrak daun mangrove 5% dan penyimpanan 2 hari) 4,5733h
C4D3(ekstrak daun mangrove 15% dan penyimpanan 4 hari) 4,5600h
C3D2(ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 2 hari) 4,4766i
C1D1(ekstrak daun mangrove 0% dan penyimpanan 0 hari) 4,4666i
C4D2(ekstrak daun mangrove 15 % dan penyimpanan 2 hari) 4,4266i
C2D1(ekstrak daun mangrove 5% dan penyimpanan 0 hari) 4,3433i
C3D1(ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 0 hari) 4,2966i
C4D1(ekstrak daun mangrove 15% dan penyimpanan 0hari) 4,2700i
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata

4.2.5. Tekstur
Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata tekstur pada tahap ini berkisar
antara 25,3% hingga 53,43%. Nilai tekstur tertinggi terdapat pada perlakuan C1D1
(konsentrasi 0%, lama penyimpanan 0 hari), sedangkan tekstur terendah terdapat
pada perlakuan C4D4 (konsentrasi 15% lama penyimpanan 6 hari). Hasil
pengujian rata-rata tekstur pada fillet ikan patin dapat dilihat pada Gambar 4.11.
Gambar 4.11 menunjukkan bahwa semakin lama penyimpanan semakin
menurun nilai tekstur pada fillet ikan patin. Penurunan tekstur disebabkan daging
ikan memiliki jaringan pengikat yang mudah lunak sehingga dapat dengan mudah
dicerna oleh enzim autolysis, akibatnya kelenturan daging akan hilang
(Hadiwiyoto, 1993). Selain itu, bakteri pada daging ikan akan merombak senyawa
komplek menjadi senyawa sederhana sehingga jaringan ikan akan terurai dan
tekstur menjadi lunak (Insani et al., 2016).

Universitas Sriwijaya
56

60
53.4351.33
50.2 49.3349.66
50 47.3 46.2
40.6 42.1640.4639.23
40 35.4
Tekstur (gf)

30.66 29.2
28.4
30 25.3

20

10

Keterangan
C1 : konsentasi ekstrak daun mangrove (0%) D1: lama penyimpanan 0 hari
C2 : konsentasi ekstrak daun mangrove (5%) D2: lama penyimpanan 2 hari
C3 : konsentasi ekstrak daun mangrove (10%) D3: lama penyimpanan 4 hari
C4 : konsentasi ekstrak daun mangrove (15%) D4: lama penyimpanan 6 hari

Gambar 4.11. Nilai rata-rata tekstur pada fillet patin.

Analisis keragaman terhadap tekstur fillet ikan patin menunjukkan bahwa


faktor C (konsentrasi ekstrak daun mangrove) dan faktor B (lama penyimpanan)
dan interaksi keduanya berpengaruh nyata (Lampiran 11). Hasil uji BNJ pada
taraf 5% terhadap faktor C (konsentrasi ekstrak daun mangrove) disajikan pada
Tabel 4.26.

Tabel 4.27. Uji BNJ pengaruh konstrasi ekstrak daun mangrove terhadap nilai
tekstur pada fillet ikan patin
Perlakuan Nilai tekstur rata-rata (gf) BNJ 5% = 0,29
C1 (Konsentrasi 0%) 43,97 a
C2 (Konsentrasi 5%) 42,02 b
C3 (Konsentrasi 10%) 40,99 c
C4(Konsentrasi 15%) 38,38 d
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata

Hasil uji BNJ 5% (Tabel 4.26) menunjukkan bahwa semua perlakuan


berbeda nyata. Perlakuan C1 (konsentrasi 0%) menghasilkan nilai tekstur
tertinggi sedangkan C4 (konsentrasi 15%) menghasilkan nilai tekstur terendah.
Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun mangrove maka nilai tekstur fillet ikan

Universitas Sriwijaya
57

patin semakin menurun, hal ini diduga karena pengaruh tingginya kadar air pada
fillet patin yang menyebabkan tekstur fillet patin semakin lembek. Nilai tekstur
fillet ikan patin berbanding lurus dengan nilai kadar air fillet ikan patin.

Tabel 4.27. Uji BNJ pengaruh lama penyimpanan terhadap nilai tekstur fillet ikan
patin
Perlakuan Nilai tekstur rata-rata (gf) BNJ 5% = 0,29
D1 (Penyimpanan 0hari) 51,07 a
D2 (Penyimpanan 2hari) 46,66 b
D3 (Penyimpanan 4hari) 39,31 c
D4 (Penyimpanan 6 hari) 28,31 d
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata

Hasil uji BNJ 5% (Tabel 4.27) menunjukkan perlakuan D1 (penyimpanan


0 hari) berbeda nyata dengan perlakuan D2 (penyimpanan 2 hari), perlakuan D3
(penyimpanan 4 hari) dan D4 (penyimpanan 4 hari). Perlakuan D1 (penyimpanan 0
hari) menghasilkan tekstur paling tinggi dibandingkan dengan perlakuan D2
(penyimpanan 2 hari), D3 (penyimpanan 4 hari) dan D4 (penyimpanan 6 hari).
Semakin lama penyimpanan maka nilai tekstur pada fillet patin semakin
menurun hal ini disebabkan meningkatkan kadar air pada fillet patin yang
mengakibatkan tekstur pada ikan semakin lembek. Nilai tekstur pada fillet ikan
patin berbanding lurus dengan nilai kadar air dan nilai TPC pada fillet patin.
Selain itu menurut Insani et al. (2016) menurunnya nilai tekstur berhubungan
dengan kemunduran mutu fillet ikan akibat proses enzimatis dan mikroba
sehingga komponen jaringan pengikat rusak dan berkurangnya kekuatan untuk
menopang struktur daging yang kompak.

Hasil uji BNJ 5% (Tabel 4.28) menunjukkan bahwa perlakuan C1D1


(ekstrak daun mangrove 0% dan penyimpanan 0 hari) berbeda nyata dengan
perlakuan lainnya. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun mangrove maka
nilaiteksturpada fillet patin semakin menurun. Hal ini disebabkan adanya senyawa
antibakteri pada ekstrak daun mangrove yang dapat memperlambat pertumbuhan
mikroba pada fillet ikan patin. Daun mangrove mengandung senyawa tanin dan
flavonoid yang bersifat sebagai senyawa anti mikroba, sehingga dapat
menghambat pertumbuhan bakteri (Fadillah et al., (2010); Hermawan et al.,

Universitas Sriwijaya
58

2012).Selain itu, lama penyimpanan akan menurunkan nilai tekstur pada fillet
patin, hal ini disebabkan meningkatnya kandungan air pada fillet patin yang
menyebabkan tekstur ikan semakin lembek.Menurut Hadiwiyoto (1993) daging
ikan mempunyai sedikit tenun pengikat sehingga mudah terurai oleh enzim
autolisis dengan semakin lamanya penyimpanan.

Tabel 4.28. Uji BNJ pengaruh interaksi konsentrasi ekstrak daun mangrove dan
lama penyimpanan terhadap nilai tekstur fillet ikan patin
Nilai tekstur
Kombinasi Perlakuan
rata-rata (gf)
C1D1(ekstrak daun mangrove 0% dan penyimpanan 0 hari) 53,43±0,35a
C2D1 (ekstrak daun mangrove 5% dan penyimpanan 0 hari) 51,33±0,15b
C3D1 (ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 0 hari) 50,20±0,10c
C1D2 (ekstrak daun mangrove 0% dan penyimpanan 2 hari 49,66±0,11cd
C4D1 (ekstrak daun mangrove 15% dan penyimpanan 0 hari) 49,33±0,15d
C2D2 (ekstrak daun mangrove 5% dan penyimpanan 2 hari) 47,30±0,43e
C3D2(ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 2 hari) 46,20±0,1f
C4D2(ekstrak daun mangrove 15% dan penyimpanan 2 hari) 43,50±0,2g
C1D3(ekstrak daun mangrove 0% dan penyimpanan 4 hari) 42,13±0,11h
C2D3(ekstrak daun mangrove 5% dan penyimpanan 4 hari) 40,46±0,25i
C3D3(ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 4 hari) 39,26±0,30j
C4D3(ekstrak daun mangrove 15% dan penyimpanan 4 hari) 35,40±0,20k
C1D4(ekstrak daun mangrove 0% dan penyimpanan 6 hari) 30,66±0,15l
C2D4(ekstrak daun mangrove 5% dan penyimpanan 6 hari) 29,00±0,36m
C3D4(ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 6 hari) 28,30±0,10m
C4D4(ekstrak daun mangrove 15% dan penyimpanan 6 hari) 25,30±0,10n
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata

4.2.6. Warna
4.2.6.1. Lightness (L)
Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata lightness pada tahap ini
berkisar antara 62,860 hingga 46,630. Nilai lightness tertinggi terdapat pada
perlakuan C1D1 (konsentrasi 0%, lama penyimpanan 0 hari), sedangkan lightness
terendah terdapat pada perlakuan C4D4 (konsentrasi 15% lama penyimpanan 0
hari). Hasil pengujian rata-rata lightness pada fillet ikan patin dapat dilihat pada
Gambar 4.12.
Analisis keragaman terhadap nilai lightness fillet ikan patin menunjukkan
bahwa faktor C (konsentrasi ekstrak daun mangrove) dan faktor B (lama
penyimpanan) dan interaksi keduanya berpengaruh nyata (Lampiran 12). Hasil uji

Universitas Sriwijaya
59

BNJ pada taraf 5% terhadap faktor C (konsentrasi ekstrak daun mangrove)


disajikan pada Tabel 4. 31.

70 62.86
60 57.2 55.4 56.7 54.43
51.6 51.4 50.3 53.9653.36 50.2 49.6652.3351.53
48.73 46.63
50
Lightness

40
30
20
10
0

Keterangan
C1 : konsentasi ekstrak daun mangrove (0%) D1: lama penyimpanan 0 hari
C2 : konsentasi ekstrak daun mangrove (5%) D2: lama penyimpanan 2 hari
C3 : konsentasi ekstrak daun mangrove (10%) D3: lama penyimpanan 4 hari
C4 : konsentasi ekstrak daun mangrove (15%) D4: lama penyimpanan 6 hari
Gambar 4.12. Nilai rata-rata Lightness pada fillet patin.

Nilai Lightness menunjukkan tingkat kecerahan suatu bahan. Tingkat


kecerahan suatu bahan berkisar dari 0 hingga 100. Nilai lightness 0 menunjukkan
bahwa kecerahan dari sampel gelap sedangkan apabila nilai Lightness 100
menunjukkan bahwa kecerahan sampel terang. Nilai pada fillet ikan patin yang
diberi penambahan ekstrak daun mangrove cenderung mengalami penurunan
dengan semakin meningkatnya konsentrasi ekstrak daun mangrove. Hal ini
disebabkan oleh warna ekstrak daun mangrove sehingga fillet patin berwarna
agak gelap selama penyimpanan.

Tabel 4.29. Uji BNJ pengaruh konstrasi ekstrak daun mangrove terhadap nilai
lightness pada fillet ikan patin
Perlakuan Nilailightnessrata-rata (º) BNJ 5% = 0,259
C1 (Konsentrasi 0%) 56,48 a
C2 (Konsentrasi 5%) 54,13 b
C3 (Konsentrasi 10%) 51,45 c
C4 (Konsentrasi 15%) 49,55 d
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata

Universitas Sriwijaya
60

Hasil uji BNJ 5% (Tabel 4.29) menunjukkan bahwa perlakuan C1


(konsentrasi 0%) berbeda nyata dengan perlakuan C2 (konsentrasi 5%),
C3(konsentrasi 10%) dan C4 (konsentrasi 15%). Perlakuan C1 (konsentrasi 0%)
memiliki nilai lightness tertinggi sedangkan C2 (konsentrasi 5%) memiliki nilai
lightness terendah. Hal ini menunjukkan bahwa semakin besar konsentrasi ekstrak
daun mangrove maka warna fillet patin semakin gelap.

Tabel 4.30. Uji BNJ pengaruh lama penyimpanan terhadap nilai lightness fillet
ikan patin
Perlakuan Nilai lightnessrata-rata (º) BNJ 5% = 0,259
D1 (Penyimpanan 0 hari) 56,76 a
D2 (Penyimpanan 2 hari) 53,20 b
D3 (Penyimpanan 4 hari) 51,84 c
D4 (Penyimpanan 6 hari) 49,80 d
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata

Hasil uji BNJ 5% (Tabel 4.30) menunjukkan bahwa perlakuan D1


(penyimpanan 0 hari) berbeda nyata dengan perlakuan D2 (penyimpanan 2 hari),
C3 (penyimpanan 4 hari) dan C4 (penyimpanan 6 hari). Perlakuan D1
(penyimpanan 0 hari) memiliki nilai lightness tertinggi sedangkan D4
(penyimpanan 6 hari) memiliki nilai lightness terendah. Hal ini menunjukkan
bahwa semakin lama penyimpanan maka warna fillet patin semakin gelap.
Berdasarkan uji lanjut BNJ 5% (Tabel 4.31) bahwa nilai lightness pada
perlakuan C2D1 (ekstrak daun mangrove 5%, penyimpanan 0 hari) tidak berbeda
nyata dengan perlakuan C1D2 (ekstrak daun mangrove 0%, penyimpanan 2 hari)
tetapi berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Nilai lightness pada fillet ikan
patin yang diberi penambahan ekstrak daun mangrove cenderung mengalami
penurunan dengan semakin meningkatnya konsentrasi ekstrak daun mangrove.
Warna ekstrak daun mangrove mempengaruhi nilai lightness sehingga fillet patin
berwarna lebih gelap selama penyimpanan. Semakin tinggi intensitas warna daun
maka kandungan pigmen klorofil yang terkandung juga semakin tinggi dan
menyebabkan warna daun menjadi semakin gelap. Daun mangrove mengandung
pigmen klorofil a, klorofil b, dan karoten (Panda et al., 2017). Perbedaan warna
daun menunjukkan adanya perbedaan kandungan pigmen klorofil. Pada

Universitas Sriwijaya
61

umumnya, semakin pekat warna hijau daun maka kandungan klorofil semakin
tinggi (Satyaningtyas dan Estiasih, 2014). Perbedaan kandungan pigmen klorofil
dipengaruhi oleh gen, cahaya, unsur nitrogen, magnesium dan besi (Maulid dan
Laily, 2015).

Tabel 4.31. Uji BNJ pengaruh interaksi konsentrasi ekstrak daun mangrove dan
lama penyimpanan terhadap nilai lightness fillet ikan patin
Kombinasi Perlakuan Nilai lightness rata-
rata (º)
C1D1 (ekstrak daun mangrove 0% dan penyimpanan 0 hari) 62,86±0,15a
C2D1 (ekstrak daun mangrove 5% dan penyimpanan 0 hari) 57,20±0,1b
C1D2 (ekstrak daun mangrove 0 % dan penyimpanan 2 hari) 56,70±0,1b
C3D1 (ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 0 hari) 55,40±0,1c
C2D2 (ekstrak daun mangrove 5% dan penyimpanan 2 hari) 54,43±0,1d
C1D3 (ekstrak daun mangrove 0% dan penyimpanan 4 hari) 54,03±0,32de
C2D3 (ekstrak daun mangrove 5 % dan penyimpanan 4 hari) 53,36±0,26e
C1D4 (ekstrak daun mangrove 0% dan penyimpanan 6 hari) 52,33±0,3f
C4D1 (ekstrak daun mangrove 15% dan penyimpanan 0 hari) 51,60±0,25g
C2D4 (ekstrak daun mangrove 5% dan penyimpanan 6 hari) 51,53±0,35g
C3D2 (ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 2 hari) 51,40±0,2g
C4D2 (ekstrak daun mangrove 15% dan penyimpanan 2 hari) 50,30±0,11g
C3D3 (ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 4 hari) 50,20±0,25h
C4D3 (ekstrak daun mangrove 15% dan penyimpanan 4 hari) 49,66±0,23h
C3D4 (ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan, 6 hari) 48,73±0,25h
C4D4 (ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 6 hari) 46,63±0,32i
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata

4.2.6.2. Chroma (C)


Nilai Chroma menunjukkan intensitas warna rendah (pudar) sampai tinggi
(pekat). Hasil penelitian menunjukkan nilai rata-rata Chroma pada tahap ini
berkisar antara 6,62% hingga 7,44%. Nilai Chroma tertinggi terdapat pada
perlakuan C4D1 (konsentrasi 15%, lama penyimpanan 0 hari), sedangkan Chroma
terendah terdapat pada perlakuan C1D4 (konsentrasi 0% lama penyimpanan 6
hari). Hasil pengujian rata-rata Chroma pada fillet ikan patin dapat dilihat pada
Gambar 4.13.

Universitas Sriwijaya
62

25
20.93
19.56 19.5
20 18.6 18.4
17.43 17.43
16.5
15.3 14.96
15 13.86 13
Chroma

12.36 12.56
11.5
10.13
10

Keterangan
C1 : konsentasi ekstrak daun mangrove (0%) D1: lama penyimpanan 0 hari
C2 : konsentasi ekstrak daun mangrove (5%) D2: lama penyimpanan 2 hari
C3 : konsentasi ekstrak daun mangrove (10%) D3: lama penyimpanan 4 hari
C4 : konsentasi ekstrak daun mangrove (15%) D4: lama penyimpanan 6 hari

Gambar 4.13. Nilai Chroma rata-rata pada fillet ikan patin.

Analisis keragaman terhadap nilai chroma fillet ikan patin menunjukkan


bahwa faktor C (konsentrasi ekstrak daun mangrove) dan faktor B (lama
penyimpanan) dan interaksi keduanya berpengaruh nyata (Lampiran 13).

Tabel 4.32. Uji BNJ pengaruh konstrasi ekstrak daun mangrove terhadap nilai
chroma pada fillet ikan patin
Perlakuan Nilai chromarata-rata (º) BNJ 5% = 0,314
C4 (Konsentrasi 15%) 18,20 a
C3 (Konsentrasi 10%) 16,75 b
C2 (Konsentrasi 5%) 15,71 c
C1 (Konsentrasi 0%) 12,34 d
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata

Hasil uji BNJ pada taraf 5% (Tabel 4.32) menujukkan bahwa semua
perlakuan berbeda nyata. Perlakuan C4 (konsentrasi ekstrak 15%) memiliki
intensitas warna yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Semakin

Universitas Sriwijaya
63

tinggi intensitas warna daun maka kandungan pigmen klorofil yang terkandung
juga semakin tinggi dan menyebabkan warna daun menjadi semakin gelap. Daun
mangrove mengandung pigmen klorofil a, klorofil b dan karoten (Panda et al.,
2017). Pada umumnya, semakin pekat warna hijau daun maka kandungan klorofil
semakin tinggi (Satyaningtyas dan Estiasih, 2014). Perbedaan kandungan pigmen
klorofil dipengaruhi oleh gen, cahaya, unsur nitrogen, magnesium dan besi
(Maulid dan Laily, 2015).

Tabel 4.33. Uji BNJ pengaruh lama penyimpanan terhadap nilai chroma fillet ikan
patin
Perlakuan Nilai chromarata-rata (º) BNJ 5% = 0,314
D1 (Penyimpanan 0 hari) 18,24 a
D2 (Penyimpanan 2 hari) 17,08 b
D3 (Penyimpanan 4 hari) 15,40 c
D4 (Penyimpanan 6 hari) 12,29 d
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata

Hasil uji BNJ 5% (Tabel 4.33) menunjukkan bahwa perlakuan D1


(penyimpanan 0 hari) berbeda nyata dengan perlakuan D2 (penyimpanan 2 hari),
D3 (penyimpanan 4 hari) dan D4 (penyimpanan 6 hari). Perlakuan D1
(penyimpanan 0 hari) memiliki nilai chroma tertinggi sedangkan D4
(penyimpanan 6 hari) memiliki nilai croma terendah. Hal ini menunjukkan bahwa
semakin lama penyimpanan maka warna fillet patin semakin pekat.
Uji lanjut BNJ taraf 5% (Tabel 4.34), bahwa semakin tinggi konsentrasi
ekstrak daun mangrove maka nilai chroma semakin tinggi sehingga perlakuan
C4D4 (konsentrasi 15%, penyimpanan 6 hari) memiliki nilai intensitas warna
yang lebih tinggi (pekat) dibandingkan dengan perlakuan lainya. Menurut
Yulianto et al. (2006), keberadaan enzim polifenol oksidase menyebabkan warna
daun terdegradasi dan tingkat intensitas warna daun menjadi lebih gelap

Universitas Sriwijaya
64

Tabel 4.34. Uji BNJ pengaruh interaksi konsentrasi ekstrak daun mangrove dan
lama penyimpanan terhadap nilai chroma fillet ikan patin
Kombinasi Perlakuan Nilai chroma
rata-rata (º)
C4D1(ekstrak daun mangrove 15% dan penyimpanan 0 hari) 20,93±0,20a
C3D1 (ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 0 hari) 19,56±0,10b
C2D1(ekstrak daun mangrove 5% dan penyimpanan 0 hari) 18,60±0,80c
C4D2(ekstrak daun mangrove 15%dan penyimpanan 2 hari) 18,40±0,17c
C2D2 (ekstrak daun mangrove 5%dan penyimpanan 2 hari) 17,43±0,20d
C4D3(ekstrak daun mangrove 15% dan penyimpanan 4 hari) 17,43±0,30d
C3D3(ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 4 hari) 16,50±0,10e
C2D3(ekstrak daun mangrove 5 %dan penyimpanan 4 hari) 15,33±0,15f
C4D4(ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 6 hari) 14,96±0,35f
C1D1(ekstrak daun mangrove 0%, dan penyimpanan 0 hari) 13,86±0,30g
C3D2(ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 2 hari) 13,00±0,15h
C1D2 (ekstrak daun mangrove 0 % dan penyimpanan 2 hari) 13,00±0,15h
C3D4(ekstrak daun mangrove 10%dan penyimpanan 6 hari) 12,56±0,05h
C1D3 (ekstrak daun mangrove 0%dan penyimpanan 4 hari) 12,36±0,20h
C2D4(ekstrak daun mangrove 5% dan penyimpanan 6 hari) 11,50±0,20i
C2D4(ekstrak daun mangrove 5% dan penyimpanan 6 hari) 11,50±0,20i
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata

4.2.6.3. Hue (H)


Hue merupakan panjang gelombang dominan atau warna dominan yang
terdapat dalam suatu produk (Winarno, 2008). Hasil pengujian rata-rata hue pada
fillet ikan patin dapat dilihat pada Gambar 4.14.
Analisis keragaman terhadap hue fillet ikan patin menunjukkan bahwa
faktor C (konsentrasi ekstrak daun mangrove) dan faktor B (lama penyimpanan)
dan interaksi keduanya berpengaruh nyata (Lampiran 14). Hasil uji BNJ pada
taraf 5% terhadap faktor C (konsentrasi ekstrak daun mangrove) disajikan pada
Tabel 4.36.

Universitas Sriwijaya
65

100
90 84.43 86.4
78.46 79.53 77.46
80 73.8 75.4
72.13 71.4369.23
68.96
70 64.76 64.3 65.73
60.2362.83
60
Hue

50
40
30
20
10
0

Keterangan
C1 : konsentasi ekstrak daun mangrove (0%) D1: lama penyimpanan 0 hari
C2 : konsentasi ekstrak daun mangrove (5%) D2: lama penyimpanan 2 hari
C3 : konsentasi ekstrak daun mangrove (10%) D3: lama penyimpanan 4 hari
C4 : konsentasi ekstrak daun mangrove (15%) D4: lama penyimpanan 6 hari

Gambar 4.14. Nilai rata-rata Hue pada fillet patin.

Tabel 4.35. Penentuan Warna Hue


No Kriteria Warna Kisaran Hue
1 Red Purple (RP) 3420 -180
2 Red (R) 180 -540
3 Yellow Red (YR) 540-900
4 Yellow (Y) 900-1260
5 Yellow Green (YG) 1260-1620
6 Green (G) 1620-1980
7 Blue Green (BG) 1980-2340
8 Blue (B) 2340-2700
9 Blue Purple (BP) 2700-3060
10 Purple (P) 3060-3420
Sumber: Winarno,2008.

Berdasarkan Tabel 4.35, warna fillet ikan patin yang ditambahkan dengan
ekstrak daun mangrove berwarna yellow Red (YR). Hasil analisa yang diperoleh
terhadap analisa nilai hue bubuk daun mangrove menunjukkan bahwa nilai hue
tertinggi terdapat pada perlakuan C4D4 (ekstrak daun mangrove 15% dan

Universitas Sriwijaya
66

penyimpanan 6 hari) sebesar 86,4 dan nilai hue terendah terdapat pada perlakuan
C1D1 (ekstrak daun mangrove 0% dan penyimpanan 0 hari) sebesar 60,23.

Tabel 4.36. Uji BNJ pengaruh konstrasi ekstrak daun mangrove terhadap nilai
Hue pada fillet ikan patin
Perlakuan Nilai hue rata-rata (º) BNJ 5% = 0,33
C4 (Konsentrasi 15%) 82,24 a
C3 (Konsentrasi 10%) 74,70 b
C2 (Konsentrasi 5%) 67,02 c
C1 (Konsentrasi 0%) 64,45 d
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata

Hasil uji BNJ 5% (Tabel 4.36) menunjukkan bahwa perlakuan C1


(konsentrasi 0%) berbeda nyata dengan perlakuan C2 (konsentrasi 5%), C3
(konsentrasi 10%) dan C4 (konsentrasi 15%). Perlakuan C4 (konsentrasi 15%)
memiliki nilai hue tertinggi sedangkan C1 (konsentrasi 0%) memiliki nilai hue
terendah. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi maka semakin
tinggi nilai hue fillet ikan patin, sehingga menyebabkan fillet ikan patin semakin
kuning kemerahan, hal ini dikarenakan adanya reaksi enzimatis akibat proses
oksidasi pada fillet ikan.

Tabel. 4.37. Uji BNJ pengaruh lama penyimpanan terhadap nilai hue pada fillet
ikan patin
Perlakuan Nilai hue rata-rata (º) BNJ 5% = 0,33
D4 (Penyimpanan 6 hari) 76,16 a
D3 (Penyimpanan 4 hari) 73,63 b
D2 (Penyimpanan 2 hari) 70,20 c
D1 (Penyimpanan 0 hari) 68,41 d
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata

Hasil uji BNJ 5% (Tabel 4.37) menunjukkan bahwa perlakuan D4


(penyimpanan 6 hari) berbeda nyata dengan perlakuan D3 (penyimpanan 4 hari)
D2 (penyimpanan 2 hari) dan D1 (penyimpanan 0 hari). Perlakuan D4
(penyimpanan 6 hari) memiliki nilai hue tertinggi sedangkan D1 (penyimpanan 0
hari) memiliki nilai hue terendah. Hal ini menunjukkan bahwa semakin lama
penyimpanan maka semakin tinggi nilai hue fillet ikan patin, sehingga
menyebabkan fillet ikan patin semakin kuning kemerahan, hal ini dikarenakan
adanya reaksi enzimatis akibat proses oksidasi pada fillet ikan.

Universitas Sriwijaya
67

Hasil uji BNJ 5% (Tabel 4.38) menunjukkan bahwa nilai hue tertinggi
terdapat pada perlakuan C4D4(ekstrak daun mangrove 15% dan penyimpanan 6
hari) sebesar 86,40 dan nilai hue terendah terdapat pada perlakuan C1D1 (ekstrak
daun mangrove 0% dan penyimpanan 0 hari) sebesar 60,230. Semakin tinggi
konsentrasi maka semakin tinggi nilai hue menunjukkan bahwa fillet ikan patin
semakin kuning kemerahan. hal ini disebabkan pengaruh warna dari ekstrak daun
mangrove dan warna fillet patin. Hal ini didukung oleh penelitian Insani et al.
(2016) bahwa fillet patin yang direndam dengan ekstrak daun belimbing wuluh
memiliki warna agak kuning kecoklatan.

Tabel 4.38. Uji BNJ pengaruh interaksi konsentrasi ekstrak daun mangrove dan
lama penyimpanan terhadap nilai hue fillet ikan patin
Kombinasi Perlakuan Nilai hue rata-rata
( º)
C4D4(ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 6 hari) 86,50±0,40a
C4D3(ekstrak daun mangrove 15% dan penyimpanan 4 hari) 84,43±0,15b
C4D2(ekstrak daun mangrove 15%dan penyimpanan 2 hari) 79,53±0,32c
C4D1(ekstrak daun mangrove 15%dan penyimpanan 0 hari) 78,46±0,15d
C3D4(ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 6 hari) 77,46±0,70e
C3D3(ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 4 hari) 75,40±0,36f
C3D2(ekstrak daun mangrove 10% dan penyimpanan 2 hari) 73,80±0,26g
C2D4(ekstrak daun mangrove 5% dan penyimpanan 6 hari) 71,43±0,41h
C3D1 (ekstrak daun mangrove 10%dan penyimpanan 0 hari) 72,13±0,15h
C1D4 (ekstrak daun mangrove 0% dan penyimpanan 6 hari) 69,23±0,37i
C2D3 (ekstrak daun mangrove 5 %dan penyimpanan4 hari) 68,96±0,10i
C1D3 (ekstrak daun mangrove 0%dan penyimpanan 4 hari) 65,73±0,30j
C2D2 (ekstrak daun mangrove 5%dan penyimpanan 2 hari) 64,86±0,15j
C2D1 (ekstrak daun mangrove 5% dan penyimpanan 0 hari) 62,83±0,25k
C1D2 (ekstrak daun mangrove 0 % dan penyimpanan 2 hari) 62,60±0,40k
C1D1 (ekstrak daun mangrove 0% dan penyimpanan 0 hari) 60,23±0,10l
Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama berarti
berbeda tidak nyata

Universitas Sriwijaya
68

BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
1. Perlakuan terbaik pada tahap 1 terdapat pada perlakuan A1B2 (pelarut
metanol, maserasi 48 jam) dengan nilai rendemen, total fenol, tanin berturut-
turut sebesar 5,63%, 6,97%, 6,54% dan nilai IC50 sebesar 46,8 ppm dan
diameter daya hambat pada bakteri Stapylococcus aureus sebesar 5,50 mm
dan Escherichia coli 2,67 mm.
2. Perlakuan terbaik pada tahap 2 terdapat pada perlakuan C2D4 (konsentrasi 5
dan penyimpanan 4 hari) dengan kadar air, asam lemak bebas, derajat
kesaman, Total Plate Count dan tekstur berturut-turut sebesar 79,23%, 1,93%,
7,27%, 4,7 x 104logcfu/g, 29,00. Rata-rata nilai L*, c* dan h* fillet ikan patin
pada perlakuan C2D4 berturut turut 51,40; 13,86 dan 68,96.

5.2. Saran
Sebaiknya dilakukan penelitian lanjutan pada aplikasi ekstrak daun
mangrove pada produk perikanan lainnya.

Universitas Sriwijaya
68
69

DAFTAR PUSTAKA

Agustini, N.W.S., Kusmiati. dan Handayani, D. 2017. Aktivitas antibakteri dan


identifikasi senyaawa kimia asam lemak dari mikroalga Lynbya sp. Jurnal
Biorpal Industri, 8(2), 99-107.

Andarwulan, N., Kusnandar, F. dan Herawati, D. 2011. Analisa Pangan. PT. Dian
Rakyat. Jakarta.

Adawiyah, R. 2008. Pengolahan dan Pengawetan Ikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arifianti, L., Oktarina, R.D. dan Kusumawati, I. 2014. Pengaruh jenis pelarut
pengekstraksi terhadap kadar sinensetin dalam ekstrak daun Orthosiphon
stamineus benth. Jurnal Planta Husada, 2(1).

Anggraeni,D. Liviawaty, E., Pratama, R. dan Rostini, I. 2017. Pengaruh


konsentrasi ekstrak daun jambu biji terhadap masa simpan filet patin
berdasarkan jumlah mikroba. Jurnal Perikanan dan Kelautan, 7(2),
145-151.

AOAC. 2005. Official Methods of Analytical. Association of Official Analytical


Chemistry. Washington D. C. University of America.

Azaalea, M. R., Ashrin, M. N. dan Widaningsih. 2014. Efektivitas ekstrak daun


mangrove Avicennia alba terhadap penurunan jumlah koloni Candida
albicans pada basis gigi tiruan akrilik. Jurnal Kedokteran Gigi Denta,
8(1), 19 –26.

Azmir J., Zaidul, I.S.M., Rahman, M.M., Sharif, K.M., Mohamed, A., Sahena,
F., Jahurul, M.H.A., Ghafoor, K., Norulaini, N.A.N. and Omar, A.K.M.,
2013, Techniques for extraction of bioactive compounds from plant
materials: A review, J. Food Engin, 117(4), 426–436.

Bandaranayake, W. M. 2002. Bioactivities, Bioactive compounds and chemical


constituents of Mangrove Plants. J. Wetlands EcolManag. 10 (6), 421 –
452.

Borkar, M. U., Athalye, R.P. and Goldin, Q. 2009. Salinity induced changes in the
leaf anatomy of the mangrove Avicennia Marina along the
anthropogenically stressed tropical creek. J. Coast Develop,14 (3), 191–
201.

Brock, T.D. and Madigan, M.T. 1991. Biology of Microorganisms. New Jersey.
Prentice- Hall International

69

Universitas Sriwijaya
70

Brudzynsk, K. and Sjaarda, C. 2014. Antibacterial compounds of canadian honeys


target bacterial cell wall inducing phenotype changes, growth inhibition
and cell lysis that resemble action of b-lactam antibiotics. PLOS one, 9(9),
906-967.

Budiyanto,A. dan Yulianingsih.2008. Pengaruh suhu dan waktu ekstraksi


terhadap karakter pektin dari ampas jeruk siam (Citusnobilis).Jurnal Pasca
Panen, 5(2), 37-44.

Choi, H.R., Choi, J.S. and Han, YN. 2002 Peroxynitrite scavenging activity of
herb extracts. Phytother. Res, 16, 364-367.

Damayanti, W., Rochima, E. dan Hasan, Z. 2016. Aplikasi kitosan sebagai


antibakteri pada fillet patin selama penyimpanan suhu rendah. Jurnal
Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia, 19(3), 321-326.

Danata, R.H. dan Yamindago, A. 2014.Analisis aktivitas antibakteri ekstrak daun


mangrove Avicennia marina dari kabupaten trenggalek dan kabupaten
pasuruan terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Vibrio
alginolyticus. Jurnal Kelautan, 7(1), 12–19.

Danarto, Y.C., Prihananto, S.A. dan Pamungkas, Z. A. 2011. Pemanfaatan tanin


dari kulit kayu bakau sebagai pengganti gugus fenol pada resin fenol
formaldehid.Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia. Yogyakarta.

DeLeo, F. R., Diep, B.A. and Otto, M. 2009. Host defense and pathogenesis in
Staphylococcus aureus infections. National Institutes of Health, 23(1),
17–34.

Departemen Kesehatan RI (DepKes RI). 2000. Parameter Standar Umum ekstrak


Tumbuhan Obat. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Makanan

Deurwaeder, H.D. 2012. How are anatomical and hydraulic features of Avicennia
marina and Rhizophora mucronata trees influenced by siltation. Faculty of
Bioscience Engineering. University Ghent and Brussels.

Djapiala, F. Y., Lita, Montolalu, A. D. Y. dan Mentang, F. 2013. Kandungan total


fenol dalam rumput laut Caulerpa racemosa yang berpotensi sebagai
antioksidan. Jurnal Media Teknologi Hasil Perikanan, 1(2),5–9.

Dhayanithi,H.D., Ajithkumar, T.T. and Arockiaraj, J. 2015. Dietary


supplementation of Avicennia marina extract on immune protection and
disease resistance in amphiprion against Vibrio alginolyticus. J. Fish.
Shellfish Immunol, 45(1), 52-58.

Dwi, S. 2008. Ikan patin peluang ekspor, penanganan pascapanen dan


diversifikasi produk olahannya. Squelen, 3(3), 117-129.

Universitas Sriwijaya
71

Ernawati dan Hasmila, I. 2015. Uji fitokimia dan aktifitas antibakteri senyawa
metabolit sekunder ekstrak metanol daun mangrove (Rhizopora
mucronata). J. Bionature, 16(2), 98-102.
.
Fadilah., Distantina, S., Pratiwi1, D. B., Muliapakarti, R., Danarto, Y. C., Wiratni.
dan Fahrurrozi, M. 2010. Pengaruh metode pengeringan terhadap
kecepatan pengeringan dan kualitas karagenan dari rumput laut
Eucheuma cottonii. Seminar Rekayasa Kimia Dan Proses. Universitas
Diponegoro. Semarang.

Falah, S., Suzuki. and T. Katayama. 2008. Chemical constituents from swietenia
macrophylla bark and antioxidant activity. Pakist. J. Biol Sci,11(16),
2007-2012.

Faoziyah, R.A. dan Kurniawan, W. 2014. Pemanfataan ekstrak daun mangrove


(Rhizophora mucronata sp.) dengan variasi pelarut sebagai bahan aktif
sediaan farmasi terapi anti kanker. J. Health, 4(3), 68-74.

Faridah, D.,Kusumaningrum, H.D., Wulandari, D dan Indrasti, D. 2006. Analisa


Laboratorium. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan. IPB. Bogor.

Frazier, W.C. and D.C Weshoff. 2008. Food Microbiology. Tata MC. Graw-Hill
Pub. Co. Limited. New Delhi.

Foo, L.Y. and Porter, L.J. 1980. The phytochemistry of proantocyanidin polymer.
J.Phytochemistry, 19, 1747-1752.

Gaffar, M. U., Morshed, M. A. and Uddin, A., Roy, S., dan Hannan, J. M. A.
2011.Study The efficiency of Rhizophora mucornata poir. leaves for
diabetes therapy in long evans rats. J. BiomolecBiomedic, 1(1), 20–26.

Giri, C., Ochieng, E., Tieszen, L., Zhu, Z., Singh, A., Loveland, T and Duke,
N. 2011. Status and distribution of mangrove forestsof the world using
earth observation satellite data. Global Ecol Biogeograp, 20, 154–159.

Gordon, M. H. 2000. The mechanism of antioxidant action in vitro. di dalam :


Hudson, B. J. F. (ed). Food Antioxidants. Elsevier Applied Science.
London.

Goyal, P ., Chauhan., A. and Kaushik. 2009. Laboratory evaluation of crude


extracts of cinnamomum tamala for potential antibacterial activity.
J.Elec. Bio, 5(4), 75-79.

Hadiwiyoto S. 1993. Teknologi Pengolahan Hasil Perikanan. Yogyakarta:


Fakultas Pertanian. Universitas Gadjah Mada.

Universitas Sriwijaya
72

Hanani, E., Mun’im, A. dan Sekarini, R., 2005, Identifikasi senyawa antioksidan
dalam spons callyspongia sp dari kepulauan seribu, Majalah Ilmu
Kefarmasian, 2(3), 127-133.

Handayani, T. 2006. Bioakumulasi Logam Berat dalam Mangrove Rhizophora


mucronata dan Avicennia marina di Muara Angke Jakarta. Jurnal Teknologi
Lingkungan, 7 (3), 266 – 270.

Harborne, J.B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern


MenganalisisTumbuhan.Penerbit ITB.Bandung.

Harborne, J.B. (2006). Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis


Tumbuhan (alih bahasa: Kosasih Padmawinata & Iwang Soediro).Bandung
: Penerbit ITB.

Hatano, T., Kagawa, H., Yasuhara, T. and Okuda, I. 1988. Two new flavonoids
and other contituents ini licorice roots : their relative astringency and
radical scavenging effect. Chem Pharmaceut Bulletin, 36, 2090-2097.

Hermawan, R., Prasetyo, A dan Noorhamdani. 2012. Uji Efektivitas Ekstrak Daun
Jambu Biji sebagai Antimikroba Terhadap Bakteri Penyebab Karies
Streptococcus mutans secara in vitro. Unibraw. Malang.

Hidayati, YS., Darmanto dan Romandhon. 2017. Pengaruh Perbedaan Konsentrasi


Ekstrak Sargassum sp. dan Lama Penyimpanan terhadap Oksidasi Lemak
pada Fillet Ikan Patin (Pangasius sp.). Jurnal Ilmu Lingkungan, 15(1), 64-
73

Huang, C., Lu, C.K., Tu, M.C., Chang, J.H., Chen, Y.J., Tu, Y.H. and Huang,
H.S. 2016. Polyphenol rich Avicennia marina leaf extract induce apoptosis
in human breast and live cancer cells in a nude mouse xenograft model. J
Oncotarget,7(2), 35874-35893.

Ibrahim, M.A, Yunianta dan Sriherfyna, H.F. 2015. Pengaruh suhu dan lama
waktu ekstraksi terhadap sifat kimia dan fisik pembuatan minuman sari
jahe merah (Zingeber officinale var. Rubrum) dengan kombinasi
penambahan madu sebagai pemanis. Jurnal Pangan dan Agroindustri,
3(2), 530-541.

Insani M. 2016. Penggunaan ekstrak daun belimbing wuluh terhadap masa simpan
filet patin berdasarkan karakteristik organoleptik. Jurnal Perikanan dan
Kelautan,7(2),14-21.

Iswadi., Samingan. dan Sartika, I. 2015. Ekstrak daun api-api (Avicennia marina)
sebagai antibakteri dan pengawet alami ikan tongkol (Euthynus affinis)
Segar. Jurnal Biologi Edukasi Edisi 14,7(1), 7-12.

Universitas Sriwijaya
73

Jaimini, D., Sarkar, C., Shabnam, A. and Jadhav, B. L. 2011. Evaluation of


antibacterial properties of mangrove plant Sonneratia apetala buch. ham
leaf. J. World App. Sci. 14 (11), 1683 – 1686

Josep, N., Mirelle, A.F.R and Matchawe, C. 2016. Evaluation of the antimicrobial
activity of tannin extracted from the barks of Erythrophleum guineensis
(Caesalpiniaceae). J. Pharmacogn Phtythochem, 5(4), 287-291.

Junianto. 2003. Teknik Penanganan Ikan. Jakarta: Penebar Swadaya.

Kaper, B. K., Nataro, J. P.and Mobley, H. L. T. 2004. Pathogenic escherichia coli.


J. Nat Rev. Micobiol. 2 (2), 123–140.

Kasitowati, D.R, Yamindago,. A dan Safitri, M. 2017. Potensi antioksidan dan


skrinnning fitokimia ekstrak daun mangrove Rhizopora mucronata, pilang
probolinggo. J. Fisheries Marine Sci,1(1), 72-77.

Kathiresan K.2000. A review of studies on pichavaram mangrove Southeast India.


Hydrobiologia. 430, 185-205.

Khamidinal, N., Hadipranoto. dan Mudasir. 2007. Pengaruh antioksidan terhadap


kerusakan asam lemak tak jenuh omega 3 pada proses pengolahan ikan
tongkol. Kaunia, 3,(2).

Leevy, M. W., Gammon, S. T. Johnson, J. R., Lampkins, A. J. Jiang, H., Marquez,


M., Piwnica-Worms, D., Suckow, M. A. and Smith, B. D. 2008.
Noninvasive optical imaging of Staphylococcus aureus bacterial infection
in living mice using a bis-dipicolylamine-zinc(II) affinity group
conjugated to a near-infrared fluorophore. J. Biocon Chem.19 (3), 686 -
692.

Lide, D.R.2005. CRC Handbook of Chemistry and Physics(ed. ke-86).Boca


Raton.CRC Press.

Lincy, P.M., Paulparia, K. and Mohan, R.V. 2013. In vitro antioxidant activity of
Avicennia marina (Forssk) vierh pneumatophore (Avicenniaceae). Sci. Res
Report, 3(2), 106-114.

Liviawaty, E. A. E. 2010. Penanganan Ikan segar, Proses Penurunan dan Cara


Mempertahankan Kesegaran Ikan. Bandung: Widya Padjajaran.

Lu, Y. and Foo, Y.L. 2000. Antioxidant and radical scavenging activities of
polyphenols from apple pomace. Food Chem, 68, 81-85.

Lund, V.A., Wacnik, K. and Turner, R.D. 2018. Molecular coordination of


Staphylococcus aureus cell divison. Elife Research Article, 7,e32057.

Universitas Sriwijaya
74

Mangrio, A.M., Rafiq, M., Naqvi, S.H.A., Junejo, S.A., Mangrio, S.M and Rind,
N. A. 2016. Evaluation of phytochemical constituents and antibacterial
Potential of Avicennia marina and Rhizophora mucronata From Indus Delta
of Pakistan. J. Biotechnol, 13(4), 259-265.

Mannito, P. 1981. Biosintesi produk Alami.IKIP Semarang Press. Semarang.

Maulid, R. R. dan Laily, A. N. 2015. Kadar total pigmen korofil dan senyawa
antosianin ekstrak kastuba (Euphorbia pulcherrima) berdasarkan umur
daun. Seminar Nasional Konversi dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam.
Universitas Negeri Sebelas Maret. Solo.

Midadul, H., Wirakarnain, S., Hossain, A.B.M.S., Rosna, M.T. and


Monneruzzaman, K.M. 2011. Total phenolics comtemts, antioxidant and
antimicrobial activities of Bruguiera gymnorrhiza, J Med Plants Res, 5(17),
4112-4118.

Molyneux, P.2004. The use of the stable free radical diphenyl picrylhydrazyl
(DPPH) for estimating antioxidant activity. J. Sci. Technol. 26(2), 211-219.

Mulianai., Tampangallo, B. R. dan Atmomarsono, M. 2016. Aktivitas antibakteri


penyebab vibriosis terhadap udang windu dari ekstrak herbal mangrove
Sonneratia alba dan Bruguiera gymnorrhiza. Jurnal Riset Akuakultur, 11
(3), 281 – 289.

Nayak, B. K., Janaki, T. and Ganesan, T. 2014. Antimicrobial activity of


Avicennia marina (Forsk) vierh from black water area of puducherry. J.
ChemTech Res, 6 (11), 4667 – 4670.

Neugebauer, U., Große, C., Bauer1, M., Kemper, B., Barroso-Pena, A., Bauwens,
A., Glueder, M., Woerdemann, M., Dewenter, L., Denz, C., Kloß, S.,
Rösch, P., Sabat, A., Schütze, K., Friedrich, A., von Bally, G., Popp , J.,
and Mellmann, A. 2012. From Infection to Detection: Imaging
Staphylococcus aureus – Host Interactions. J. Biomed Techno, 57(1), 503 –
506.

Neumann, N.E. 1984. The Spiral of Silence. University of Chicago, Chicago.

Nikaido, H. 2003. Molecular Basis of bacterial outher membrane permeability


revisited. Microbiology molecular Biology Review, 67(4), 593-656.
.
Noviana, H. 2004. Pola Kepekaan Antibiotika Escherichia coli yang Diisolasi dari
Berbagai Spesimen Klinis. Jurnal Kedokteran Trisakti, 23(4), 122 – 126.

Noventi, W. dan Carolia, N. 2016. Potensi ekstrak daun sirih hijau (Piper betle L.)
sebagai alternatif terapi acne vulgaris. Jurnal Majority. 5(1), 140 – 145.

Universitas Sriwijaya
75

Nur, F. A. dan Putri, N.P. 2015. Ekstraksi tanin dari daun tanaman putri malu
(Mimosa pudica). Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Fakultas
Teknik Universitas Mulawarman. ISSN 1693-4393.

Nuryoto, 2008. Studi kinerja katalisator lewatit moboplus s-100 pada reaksi
esterifikasi antara etanol dan asam asetat. Jurnal RekayasaProses 2. 2 (1),
24-27.

Nyamatullah, S.M. and Uma, M.R.V. 2014. Antibacterial and antioxidant activity
of Avicennia marina leaf. J. Chem Pharma Res, 6(10), 252-256.

Parr, A.J. and Bolwell, J.P. 2002. The potential for possible nutritional
enhancement of the diet by modifying the phenols content or profile. J.Sci
Food Agric. 80, 985-1012

Pavia, D.L., Lampan, G.M., Kriz, G.S. and Engel, R.G. 1995. Organic.
Laboratory Techniques. Saunder College Publishing, Florida USA.

Pendit, P.A., Zubaidah, C.E dan Sriherfyna, F.H. 2016. Karakteristik fisik-kjimia
dan aktivitas antibakteri ekstrak daun belimbing wuluh Averhoa bilimbi L.
Jurnal Pangan dan Agroindustri, 4(1), 400-409.

Pratama, R. I., Rostini, I. dan E. Liviawaty. 2014. Karakteristik biskuit dengan


penambahan tepung tulang ikan jangilus Istiophorus sp.. Jurnal Akuatika,
5(1), 0853-0859.

Prabowo, A.Y, Estiasih, T. dan Purwatiningrum, I. 2014. Umbi gembili


(Dioscorea esculenta L.) sebagai bahan pangan mengandung senyawa
bioaktif. Jurnal Pangan dan Agroindustri, 2(3), 129-135.

Putri A., Agustini T.W. and Rainingsih, L. 2014. The effect aloe vera extract to
prevent lipid oxidation of milkfish (Chanos chanos forsk) during cold
storage. J. Fishery Product Process Biotechnol,11-16.

Putri, R. R., Hasanah, R., dan Kusimaningrum, I. 2016. Uji aktivitas antibakteri
dan uji fitokimia ekstrak daun mangrove Sonneratia alba. Jurnal Sains
dan Teknologi Akuakultur, 2(1), 43-50.

Purwiyanto AID and Agustriani F. 2017. Estimation of mangrove carbon stock


(Aboveground) in tanjung api-api, south sumatera. J. Tropic Marine. Sci
Tech. 9(2), 761-770.

Rafsanjani, M.K dan Putri, W.D.R. 2015. Karakterisasi ekstrak kulit jeruk bali
menggunakan metode ultrasonic bath (kajian perbedaan pelarut dan lama
ekstraksi). Jurnal Pangan dan Agroindustri. 3(4), 1473-1480.

Universitas Sriwijaya
76

Ravikumar, S., Gnanadesigan, M., Suganthi, P. and Ramalakshmi, A. 2010.


Antibacterial potential of chosen mangrove plants against isolated urinary
track infectious bacterial pathogens. Int J. Med Med Sci, 2(3), 94-99.

Revathi, P., Senthinath, T. J., Thirumalaikolundu., Subramanian, P. and Prabhu,


N. 2013. Medicinal properties of mangrove plants: an overview. J. Biol. 2
(12), 1597-1600.

Rikenawaty, I.R. 2012. Efek Antiosteoklastogenesis ekstrak etanol 96% leunca


(Solanum nigrum) terhadap sel raw 264 secara in vitro. Universitas
Indonesia, Jakarta

Rofik, S., dan Ratnani, R.D. 2012. Ekstrak daun api-api (Avicennia marina) untuk
pembuatan bioformalin sebagai antibakteri ikan segar. Prosiding SNST
Ketiga Fakultas Teknik Univeritas Wahid Hayim.

Sa’adah, H., dan Nurhasnawati, H. 2015. Perbandingan pelarut etanol dan air pada
pembuatan ekstrak umbi bawang tiwai (Eleutherine Americana Merr)
menggunakan metode maserasi. Jurnal Ilmiah Manuntung, 1 (2), 149-153.

Saad S., Taher, M., Susanti, D., Qaralleh, H and Afifah N. 2011. Antimicrobial
activity of mangrove plant (Lumnitzera littorea). Asian Pasific J. Tropic
Medic. 523-525.

Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bina Cipta. Jakarta.

Senja, R.M., Issulinaningtyas, E., Nugroho, A.K., dan Setyowati, E.P. 2014.
Perbandingan metode ekstraksi dan variasi pelarut terhadap rendemen dan
aktivitas antioksidan ekstrak kubis ungu (Brassica oleracea L var. capitata
f. Rubra). J. Traditional Med, 19 (1), 43-48.

Septiana, A. dan Asnani, A. 2012. Kajian sifat fisikokimia ekstrak rumput laut
coklat Sargassum duplicatum menggunakan berbagai pelarut dan metode
ekstraksi. Agrointek, 6(1), 22-28.

Shanmugapriya, R., Ramanathan, T. and Renugadevi, G. 2012. Phythochemical


characterization and antimicrobial efficiency of mangrove plants
Avicennia marina and Avicennia officinalis,Int. J.Pharmaceut Biol Arch
3(2), 348-351.

Sharief, N.Md and Rao, U.M. 2014. Antibacterial and antioxidant activity of
Avicennia marina leaf. J. Chem. Pharm. Res6(10), 252-256.

Shahidi, F. and Naczk, M., 1995.Food Phenolics. Technomic pub.Co. Inc.,


Lancester-Basel.

Sosia., Yudasakti, P., Rahmadhani, T. dan Nainggolan, M. 2014. Mangroves Siak


dan Kepulauan Meranti. Energi Mega Persada. Jakarta.

Universitas Sriwijaya
77

Standar Nasional Indonesia. 2008. Cara Uji Mikrobiologi : Penentuan Total Plate
Count pada Produk Perikanan. SNI 01-2897.2008.

Subashree, M., Mala, P.,Umanrnahasewari, M.,Jayakumari, M., Maheswari, K.,


Sevanthi, T. dan Manikan dan, T. 2010. Screening of the antibacterial
properties of Avicennia marina from pichavaram mangrove. Asian . J. Sci.
Technol, 1, 16-19.

Sudarmadji, S., Haryono, B., dan Suhardi. 1997. Prosedur Analisa untuk Bahan
Makanan dan Pertanian. Liberty: Yogyakarta.

Sudarmadji. 2004. Deskripsi Jenis-jenis Anggota Family Rhizophoraceae di


Hutan Mangrove Taman Nasional Baluran Jawa Timur. Jurnal
Biodiversitas. 5(2), 66 – 70.

Suparno. 1992. Pembuatan Fillet Ikan. Kumpulan hasil-hasil penelitian pasca


panen perikanan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan,
Jakarta. 15-19.

Soeparno. 1994. Ilmu dan Teknologi Daging. Yogyakarta: Gajah Mada University
Press.

Suh, S., Hwang, J., Park, N., Park H.S and Lee, T.K. 2014. Phenol content,
antioxidant and tyrosinase inhibitory activity of mangrove plants in
Micronesia. Asian Pasicif. J. Tropic Medic. 531-535.

Supriyanto., Darmadji, P. dan Susanti, I. 2014. Studi Pembuatan Teh Daun


Tanaman Kakao (Theobroma cacao L) Sebagai Minuman Penyegar.
Agritech J. 34 (4).

Suryaningrum, D., Suryati dan Muljannah. 2012. Membuat Filet Ikan Patin.
Jakarta: Penebar Swadaya.

Syawal, H., dan Karnila, R. 2016. Ekstrak daun rhizopora sp menghambat


pertumbuhan bakteri Streptococcus agalactiae dan Edwarsiela tarda.
Prossiding Seminar Fakultas Perikanan dan Kelautan, Universitas Riau.

Tarman, K., Purwaningsih, S., dan Negara, A. 2013. Aktivitas antibakteri ekstrak
daun bakau hitam (Rhizophora mucronata) terhadap bakteri penyebab
diare. Jurnal Pengolahan Hasil Perikanan Indonesia. 16 (3), 249-258.

Thamizharasan, S dan Saravanan, N.A. 2016. Antibacterial potential of


mangroveAvicennia marina againts a clinical pathogen. Int. J. Zool Stud.
1(7), 14-16.

Toelle, N. N. dan Lenda, V. 2014. Identifikasi dan karakteristik Staphylococcus


Sp. dan Streptococcus Sp. dari infeksi ovarium pada ayam petelur
komersial. Jurnal Ilmu Ternak. 1 (7), 32–37.

Universitas Sriwijaya
78

Tollersrud, T., Berge, T., Andersen, S. R. and Lund, A. 2001. Imaging the Surface
of Staphylococcus aureus by atomic force microscopy. J. Acta Phatol,
Microbiol et ImmunolScandinavica, 109(7), 541 – 545.

Thi, A. N., Noseda, B., Samapundo, S., Nguyen, B. L., Broekaert, K., and
Rasschaert, G. 2013. Microbial ecology of vietnamese tra fish (Pangasius
hypophthalmus) fillets during processing. Int. J. Food Microbiol. 144-152.

Valentao, P. and Fernandes, E, 2002. Studies on the antioxidant antivity of Lippa


citriodora infusion; scavenging effect on superoxide radical, hydroxyl
radical and hypochlorous acid. Biol.Pharm, Bull. ,13, 572-584.

Volk., Wesley, A dan Margareth F. Wheeler., 1998. Mikrobiologi Dasar Jilid I.


Jakarta : Erlangga.

Wahyuni, W.T., Darusman, L.K. and Surya, N.K. 2015. Potency of Rhizopora
spp. extracts as antioxidant and inhibitor of acetylcholinesterase. Proc.
Chem, 16, 681-689.

Wazir D, Syahida A. and Radzali, M. 2011. Antioxidant activity ofdifferent parts


of (Gnetum genom L.) J. Plant Biochem. and Biotechno.

Winangsih, Prihastanti, E., dan Parman, S. 2013. Pengaruh metode pengeringan


terhadap kualitas simplisia lempuyang wangi (Zingiber aromaticum L.).
Jurnal Buletin Anatomi dan Fisiologi, 21(1), 19 – 25.

Winata, E.W., dan Yunianta. 2015. Ekstraksi antosianin buah murbei (Morus alba
L.) metode ultrasonic batch (kajian waktu dan rasio bahan: pelarut).
Jurnal Pangan dan Agroindustri, 3(2), 773-783.

Wowor, A. K. Y., T. A. Ransaleleh, M. Tamasoleng, dan S. Komansilan. 2014.


Lama penyimpanan pada suhu dingin daging broiler yang diberi air
perasan jeruk kasturi (Citrus madurensis Lour.) J. Zoo Tech. 34(2), 148-
158. ISSN: 0852-2626.

Yang, C.S., Landau, J.M. and Huang, M.T, 2001. Inhibition of carcinogenesis by
dietaru polyphenolic compounds. Annu. Rev. Nutr, 21, 381-406.

Yeo, Y.L., Chia, Y.Y. and Lee, C.H. 2014. Effectiveness of maceration periods
with different extraction solvent on in-vitro antimicrobial activity from
fruit of momordica charantica L. J. App Pharm. Sci. 4, 016-023.

Zeuthen, P. and Sorensen, L.B. 2003. Food Preservation Techniques. England :


CRC Press. 37.

Zega, O., Baehaki, A. dan Herpandi. 2017. Pengaruh ekstrak apu-apu (Pistia
stratiotes) terhadap daya simpan fillet ikan patin (Pangasius sp) yang

Universitas Sriwijaya
79

disimpan pada suhu dingin. Jurnal Teknologi Hasil Perikanan, 6(1), 69-
79.
Zhu, F., Chen, X., Yuan, Y., Huang, M., Sun, H. and Xiang, W. 2009. The
Chemical Investigations of the mangrove plant Avicennia marina and its
endophytes. J. Open Natur Product. 2 (4), 24 – 32.

Universitas Sriwijaya
80

LAMPIRAN

Universitas Sriwijaya
81

Lampiran 1. Teladan pengolahan data rendemen ekstrak daun mangrove

Obs Perlakuan A B Ulangan Rendemen


1 A1B1 A1 B1 1 4.76
2 A1B1 A1 B1 2 4.96
3 A1B1 A1 B1 3 4.66
4 A1B2 A1 B2 1 5.71
5 A1B2 A1 B2 2 5.45
6 A1B2 A1 B2 3 5.74
7 A2B1 A2 B1 1 2.52
8 A2B1 A2 B1 2 2.70
9 A2B1 A2 B1 3 2.60
10 A2B2 A2 B2 1 2.96
11 A2B2 A2 B2 2 3.00
12 A2B2 A2 B2 3 2.87
13 A3B1 A3 B1 1 1.55
14 A3B1 A3 B1 2 1.50
15 A3B1 A3 B1 3 1.45
16 A3B2 A3 B2 1 1.85
17 A3B2 A3 B2 2 1.75
18 A3B2 A3 B2 3 1.82

The ANOVA Procedure


Class Level Information
Class Levels Values
Jenis Pelarut 2 A1 A2 A3
Lama Merasi 7 B1 B2
Ulangan 3 123

Number of observations Read 18


Number of observations Used 18
The ANOVA Procedure
Dependent Variable: Rendemen Ekstrak Daun Mangrove
Source DF Sum of Suares Mean Square F Value Pr.F
Model 5 41.1239 8.2 742.5 <,0001
Error 12 0.13293 0.0
Corrected Total 17 41.26

R-Square Coeff var Root MSE Mean Rendamen


0.996778 3.27488 0.10525 3.213889

Universitas Sriwijaya
82

Anova
Source DF SS Mean Square F Value Pr.F
<,00
Jenis Pelarut 2 39.7544 19.8772 1794.33 01
<,00
Lama Maserasi 1 1.10014 1.10013889 99.31 01
Jenis pelarut*Lama 0.00
maserasi 2 0.26934 0.13467222 12.16 13

The GLM Procedure (Faktor A)


Tukey's Studentized Range (HSD) Test for Rendamen
Alpha = 0,05
Error Degrees of Freedom = 12
Error Mean Square = 0,011078
Critical Value of Studentized Range = 3,77278
Minimum Significant Difference = 0,1621

Means with the same letter are not significantly different.


Tukey Grouping Mean N Jenis pelarut
A 5,21333 6 A1
B 2,77500 6 A2
C 1,65333 6 A3

The GLM Procedure (Faktor B)


Tukey's Studentized Range (HSD) Test for Rendamen
Alpha = 0,05
Error Degrees of Freedom = 12
Error Mean Square = 0,011078
Critical Value of Studentized Range = 3,08132
Minimum Significant Difference = 0,1081

Means with the same letter are not significantly different.


Tukey Grouping Mean N Lama Merasi
A 3,4611 9 B1
B 2,9667 9 B2

The GLM Procedure (Interaksi A dan B)


Tukey's Studentized Range (HSD) Test for Rendamen
Alpha = 0,05
Error Degrees of Freedom = 12
Error Mean Square = 0,011078
Critical Value of Studentized Range = 4,75015
Minimum Significant Difference = 0,2887

Universitas Sriwijaya
83

Means with the same letter are not significantly different.


Tukey Grouping Mean N Inter
A 5,6333 3 A1B2
B 4,7933 3 A1B1
C 2,9433 3 A2B2
D 2,6067 3 A2B1
E 1,8067 3 A3B2
F 1,5000 3 A3B1

Universitas Sriwijaya
84

Lampiran 2. Teladan pengolahan data kadar tannin ekstrak daun mangrove

Obs Perlakuan A B Ulangan tannin


1 A1B1 A1 B1 1 5.83
2 A1B1 A1 B1 2 5.96
3 A1B1 A1 B1 3 5.81
4 A1B2 A1 B2 1 6.50
5 A1B2 A1 B2 2 6.28
6 A1B2 A1 B2 3 6.84
7 A2B1 A2 B1 1 4.00
8 A2B1 A2 B1 2 4.45
9 A2B1 A2 B1 3 4.25
10 A2B2 A2 B2 1 4.81
11 A2B2 A2 B2 2 4.70
12 A2B2 A2 B2 3 4.60
13 A3B1 A3 B1 1 0.36
14 A3B1 A3 B1 2 0.35
15 A3B1 A3 B1 3 0.38
16 A3B2 A3 B2 1 0.45
17 A3B2 A3 B2 2 0.44
18 A3B2 A3 B2 3 0.47

The ANOVA Procedure


Class Level Information
Class Levels Values
Jenis Pelarut 2 A1 A2 A3
Lama Merasi 7 B1 B2
Ulangan 3 123

Number of observations Read 18


Number of observations Used 18
The ANOVA Procedure
Dependent Variable: Kadar tannin Ekstrak Daun Mangrove
Source DF Sum of Suares Mean Square F Value Pr.F
Model 5 107.175 21.4 865.7 <,0001
Error 12 0.29713 0.0
Corrected Total 17 107.47

R-Square Coeff var Root MSE Mean Kadar tannin


0.997235 4.260559 0.15736 3.693333

Universitas Sriwijaya
85

Anova Mean
Source DF F Value Pr.F
SS Square
Jenis Pelarut 2 106.152 53.0759 2143.52 <,0001
Lama Maserasi 1 0.76056 0.760556 30.72 0.0001
Jenis pelarut*Lama
2 0.26301 0.131506 5.31 0.0223
maserasi
The GLM Procedure (Faktor A)
Tukey's Studentized Range (HSD) Test for tannin
Alpha = 0,05
Error Degrees of Freedom = 12
Error Mean Square = 0,024761
Critical Value of Studentized Range = 3,77278
Minimum Significant Difference = 0,2424

Means with the same letter are not significantly different.


Tukey Grouping Mean N Jenis pelarut
A 6,20333 6 A1
B 4,46833 6 A2
C 0,40833 6 A3

The GLM Procedure (Faktor B)


Tukey's Studentized Range (HSD) Test for tannin
Alpha = 0,05
Error Degrees of Freedom = 12
Error Mean Square = 0,024761
Critical Value of Studentized Range = 3,08132
Minimum Significant Difference = 0,1616

Means with the same letter are not significantly different.


Tukey Grouping Mean N Lama Merasi
A 3,89889 9 B2
B 3,48778 9 B1

The GLM Procedure (Interaksi A dan B)


Tukey's Studentized Range (HSD) Test for tannin
Alpha = 0,05
Error Degrees of Freedom = 12
Error Mean Square = 0,024761
Critical Value of Studentized Range = 4,75015
Minimum Significant Difference = 0,4316

Universitas Sriwijaya
86

Means with the same letter are not significantly different.


Tukey Grouping Mean N Inter
A 6,5400 3 A1B2
B 5,8667 3 A1B1
C 4,7033 3 A2B2
D 4,2333 3 A2B1
E 0,4533 3 A3B2
E
E 0,3633 3 A3B1

Universitas Sriwijaya
87

Lampiran 3. Teladan pengolahan data total fenol ekstrak daun mangrove


Obs Perlakuan A B Ulangan Kadar fenol
1 A1B1 A1 B1 1 6.66
2 A1B1 A1 B1 2 6.80
3 A1B1 A1 B1 3 7.00
4 A1B2 A1 B2 1 6.39
5 A1B2 A1 B2 2 6.90
6 A1B2 A1 B2 3 7.61
7 A2B1 A2 B1 1 6.00
8 A2B1 A2 B1 2 6.08
9 A2B1 A2 B1 3 6.18
10 A2B2 A2 B2 1 6.10
11 A2B2 A2 B2 2 6.96
12 A2B2 A2 B2 3 5.46
13 A3B1 A3 B1 1 3.34
14 A3B1 A3 B1 2 3.39
15 A3B1 A3 B1 3 4.31
16 A3B2 A3 B2 1 4.27
17 A3B2 A3 B2 2 4.99
18 A3B2 A3 B2 3 4.5

The ANOVA Procedure


Class Level Information
Class Levels Values
Jenis Pelarut 2 A1 A2 A3
Lama Merasi 7 B1 B2
Ulangan 3 123

Number of observations Read 18


Number of observations Used 18
The ANOVA Procedure
Dependent Variable: Kadar fenol Ekstrak Daun Mangrove
Source DF Sum of Suares Mean Square F Value Pr.F
Model 5 25.6505 5.1 21.8 <,0001
Error 12 2.82567 0.2
Corrected Total 17 28

R-Square Coeff var Root MSE Mean Kadar fenol


0,,900771 8.48512 0.48526 5.718889

Universitas Sriwijaya
88

Mean F
Source DF Anova SS Pr.F
Square Value
Jenis Pelarut 2 24.3739 12.1870 51.76 <,0001
Lama Maserasi 1 0.6498 0.6498 2.76 0.1226
Jenis pelarut*Lama
2 0.,62680000 0.3134 1.33 0.3006
maserasi
The GLM Procedure (Faktor A)
Tukey's Studentized Range (HSD) Test for fenol
Alpha = 0,05
Error Degrees of Freedom = 12
Error Mean Square = 0,235472
Critical Value of Studentized Range = 3,77278
Minimum Significant Difference = 0,7474

Means with the same letter are not significantly different.


Tukey Grouping Mean N Jenis pelarut
A 6,8933 6 A1
B 6,1300 6 A2
C 4,1300 6 A3

The GLM Procedure (Faktor B)


Tukey's Studentized Range (HSD) Test for fenol
Alpha = 0,05
Error Degrees of Freedom = 12
Error Mean Square = 0,235472
Critical Value of Studentized Range = 3,08132
Minimum Significant Difference = 0,4984

Means with the same letter are not significantly different.


Tukey Grouping Mean N Lama Merasi
A 5,9899 9 B2
A
A 5,5289 9 B1

The GLM Procedure (Interaksi A dan B)


Tukey's Studentized Range (HSD) Test for fenol
Alpha = 0,05
Error Degrees of Freedom = 12
Error Mean Square = 0,235472
Critical Value of Studentized Range = 4,75015
Minimum Significant Difference = 1,3308

Universitas Sriwijaya
89

Means with the same letter are not significantly different.


Tukey Grouping Mean N Inter
A 6,9667 3 A1B2
A
A 6,8208 3 A1B1
A
A 6,1733 3 A2B2
A
A 6,0867 3 A2B1
B 4,5867 3 A3B2
B
B 3,6800 3 A3B1

Universitas Sriwijaya
90

Lampiran 4. Teladan pengolahan data Antoksidan Ekstrak Daun Mangrove

Obs Perlakuan A B Ulangan IC50


1 A1B1 A1 B1 1 65.50
2 A1B1 A1 B1 2 65.16
3 A1B1 A1 B1 3 65.87
4 A1B2 A1 B2 1 46.50
5 A1B2 A1 B2 2 46.93
6 A1B2 A1 B2 3 46.97
7 A2B1 A2 B1 1 84.65
8 A2B1 A2 B1 2 83.01
9 A2B1 A2 B1 3 82.39
10 A2B2 A2 B2 1 50.49
11 A2B2 A2 B2 2 52.10
12 A2B2 A2 B2 3 53.37
13 A3B1 A3 B1 1 173.05
14 A3B1 A3 B1 2 171.29
15 A3B1 A3 B1 3 172.99
16 A3B2 A3 B2 1 772.46
17 A3B2 A3 B2 2 770.31
18 A3B2 A3 B2 3 771.32

The ANOVA Procedure


Class Level Information
Class Levels Values
Jenis Pelarut 2 A1 A2 A3
Lama Merasi 7 B1 B2
Ulangan 3 123

Number of observations Read 18


Number of observations Used 18
The ANOVA Procedure

Dependent Variable: Antioksidan Ekstrak Daun Mangrove


Source DF Sum of Suares Mean Square F Value Pr.F
Model 5 1,212,828.67 242,565.73 251,086.00 <,0001
Error 12 11.59 0.97
Corrected Total 17 1,212,840.26

R-Square Coeff var Root MSE Mean Kadar Antioksidan


0.99999 0.494969 0.982887 198.5756

Universitas Sriwijaya
91

Source DF Anova SS Mean Square F Value Pr.F


Jenis Pelarut 2 672,770.34 336,385.17 348,201.00 <,0001
Lama Maserasi 1 150,616.33 150,616.33 155,907.00 <,0001
Jenis pelarut*Lama
2 389,442.00 194,721.00 201,561.00 <,0001
maserasi

The GLM Procedure (Faktor A)


Tukey's Studentized Range (HSD) Test forAntioksidan
Alpha = 0,05
Error Degrees of Freedom = 12
Error Mean Square = 0,966067
Critical Value of Studentized Range = 3,77278
Minimum Significant Difference = 1,5139

Means with the same letter are not significantly different.


Tukey Grouping Mean N Jenis pelarut
A 471,983 6 A3
B 67,6683 6 A2
C 56,1550 6 A1

The GLM Procedure (Faktor B)


Tukey's Studentized Range (HSD) Test for Antioksidan
Alpha = 0,05
Error Degrees of Freedom = 12
Error Mean Square = 0,966067
Critical Value of Studentized Range = 3,08132
Minimum Significant Difference = 1,0095

Means with the same letter are not significantly different.


Tukey Grouping Mean N Lama Merasi
A 290,05 9 B2
B 107,1011 9 B1

The GLM Procedure (Interaksi A dan B)


Tukey's Studentized Range (HSD) Test for Antioksidan
Alpha = 0,05
Error Degrees of Freedom = 12
Error Mean Square = 0,966067
Critical Value of Studentized Range = 4,75015
Minimum Significant Difference = 2,6956

Universitas Sriwijaya
92

Means with the same letter are not significantly different.


Tukey Grouping Mean N Inter
A 771,3633 3 A3B2
B 172,4433 3 A3B1
C 83,35 3 A2B1
D 65,51 3 A1B1
E 51,9867 3 A2B2
F 46,8 3 A1B2

Universitas Sriwijaya
93

Lampiran 5. Teladan pengolahan data diameter daya hambat ekstrak daun


mangrove terhadap bakteri Stapylococus aureus
Obs Perlakuan A B Ulangan Uji Antibacteri Stapylococus
1 A1B1 A1 B1 1 3.50
2 A1B1 A1 B1 2 3.00
3 A1B1 A1 B1 3 4.00
4 A1B2 A1 B2 1 6.00
5 A1B2 A1 B2 2 5.00
6 A1B2 A1 B2 3 5.50
7 A2B1 A2 B1 1 2.00
8 A2B1 A2 B1 2 3.00
9 A2B1 A2 B1 3 3.00
10 A2B2 A2 B2 1 1.50
11 A2B2 A2 B2 2 2.00
12 A2B2 A2 B2 3 1.50
13 A3B1 A3 B1 1 0.00
14 A3B1 A3 B1 2 0.00
15 A3B1 A3 B1 3 0.00
16 A3B2 A3 B2 1 0.00
17 A3B2 A3 B2 2 0.00
18 A3B2 A3 B2 3 0.00

The ANOVA Procedure


Class Level Information
Class Levels Values
Jenis Pelarut 2 A1 A2 A3
Lama Merasi 7 B1 B2
Ulangan 3 123

Number of observations Read 18


Number of observations Used 18
The ANOVA Procedure
Dependent Variable: Antibakteri Stapylococus Ekstrak Daun Mangrove
Source DF Sum of Suares Mean Square F Value Pr.F
Model 5 68.2778 13.7 89.4 <,0001
Error 12 1.83333 0.2
Corrected Total 17 70.11

R-Square Coeff var Root MSE Mean Antibakteri Staphylococus


0.973851 17.5891 0.39087 2.222222

Universitas Sriwijaya
94

Anova Mean
Source DF F Value Pr.F
SS Square
Jenis Pelarut 2 60.7778 30.3889 198.91 <,0001
Lama Maserasi 1 0.5000 0.5000 3.2700 0.0955
Jenis pelarut*Lama
2 7.0000 3.5000 22.9100 <,0001
maserasi
The GLM Procedure (Faktor A)
Tukey's Studentized Range (HSD) Test forAntibakteri Staphylococus
Alpha = 0,05
Error Degrees of Freedom = 12
Error Mean Square = 0,152778
Critical Value of Studentized Range = 3,77278
Minimum Significant Difference = 0,602

Means with the same letter are not significantly different.


Tukey Grouping Mean N Jenis pelarut
A 4,500 6 A1
B 2,1667 6 A2
C 0,000 6 A3

The GLM Procedure (Faktor B)


Tukey's Studentized Range (HSD) Test for Antibakteri Stapyloccus
Alpha = 0,05
Error Degrees of Freedom = 12
Error Mean Square = 0,152778
Critical Value of Studentized Range = 3,08132
Minimum Significant Difference = 0,4015

Means with the same letter are not significantly different.


Tukey Grouping Mean N Lama Merasi
A 2,3889 9 B2
A
A 2,0556 9 B1

The GLM Procedure (Interaksi A dan B)


Tukey's Studentized Range (HSD) Test for Antibakteri Stapyloccus
Alpha = 0,05
Error Degrees of Freedom = 12
Error Mean Square = 0,152778
Critical Value of Studentized Range = 4,75015
Minimum Significant Difference = 1,072

Universitas Sriwijaya
95

Means with the same letter are not significantly different.


Tukey Grouping Mean N Inter
A 5,5000 3 A1B2
B 3,500 3 A1B1
C B 2,6667 3 A2B1
C
C 1,6667 3 A2B2
D 0,0000 3 A3B1
D
D 0,000 3 A3B2

Universitas Sriwijaya
96

Lampiran 6. Teladan pengolahan data diameter daya hambat Ekstrak Daun


Mangrove terhadap bakteri E. coli
Obs Perlakuan A B Ulangan Ecoli
1 A1B1 A1 B1 1 1.00
2 A1B1 A1 B1 2 1.50
3 A1B1 A1 B1 3 1.00
4 A1B2 A1 B2 1 2.50
5 A1B2 A1 B2 2 2.50
6 A1B2 A1 B2 3 3.00
7 A2B1 A2 B1 1 2.50
8 A2B1 A2 B1 2 2.00
9 A2B1 A2 B1 3 3.00
10 A2B2 A2 B2 1 1.50
11 A2B2 A2 B2 2 1.50
12 A2B2 A2 B2 3 2.00
13 A3B1 A3 B1 1 0.00
14 A3B1 A3 B1 2 0.00
15 A3B1 A3 B1 3 0.00
16 A3B2 A3 B2 1 0.00
17 A3B2 A3 B2 2 0.00
18 A3B2 A3 B2 3 0.00

The ANOVA Procedure


Class Level Information
Class Levels Values
Jenis Pelarut 2 A1 A2 A3
Lama Merasi 7 B1 B2
Ulangan 3 123

Number of observations Read 18


Number of observations Used 18
The ANOVA Procedure
Dependent Variable: Antibakteri Ecoli Ekstrak Daun Mangrove
Source DF Sum of Suares Mean Square F Value Pr.F
Model 5 20.5 4.1 49.2 <,0001
Error 12 1 0.08333
Corrected Total 17 21.500

R-Square Coeff var Root MSE Mean Antibakteri Ecoli


0.95349 21.65064 0.288675 1.333333

Source DF Anova SS Mean F Pr.F

Universitas Sriwijaya
97

Square Value
Jenis Pelarut 2 16.083333 8.0417 96.5 <,0001
Lama Maserasi 1 0.2222222 0.2222222 2.67 0.1284
Jenis pelarut*Lama
2 4.1944444 2.0972222 25.17 <,0001
maserasi
The GLM Procedure (Faktor A)
Tukey's Studentized Range (HSD) Test for Antibakteri Ecoli
Alpha = 0,05
Error Degrees of Freedom = 12
Error Mean Square = 0,08333
Critical Value of Studentized Range = 3,77278
Minimum Significant Difference = 0,4446

Means with the same letter are not significantly different.


Tukey Grouping Mean N Jenis pelarut
A 2,0833 6 A2
A
A 1,9167 6 A1
B 0,000 6 A3

The GLM Procedure (Faktor B)


Tukey's Studentized Range (HSD) Test for Antibakteri Ecoli
Alpha = 0,05
Error Degrees of Freedom = 12
Error Mean Square = 0,08333
Critical Value of Studentized Range = 3,08132
Minimum Significant Difference = 0,2965

Means with the same letter are not significantly different.


Tukey Grouping Mean N Lama Merasi
A 1,444 9 B2
A
A 1,222 9 B1

The GLM Procedure (Interaksi A dan B)


Tukey's Studentized Range (HSD) Test for Antibakteri Ecoli
Alpha = 0,05
Error Degrees of Freedom = 12
Error Mean Square = 0,08333
Critical Value of Studentized Range = 4,75015
Minimum Significant Difference = 0,7917

Means with the same letter are not significantly different.


Tukey Grouping Mean N Inter
A 2,667 3 A1B2
A

Universitas Sriwijaya
98

A 2,500 3 A2B1
B 1,667 3 A2B2
B
B 1,1667 3 A1B1
C 0,000 3 A3B1
C
C 0,000 3 A3B2

Universitas Sriwijaya
99

Lampiran 7. Teladan pengolahan data kadar air fillet ikan patin


Obs Perlakuan C D Ulangan Kadar Air
1 C1D1 C1 D1 1 72.09
2 C1D1 C1 D1 2 72.22
3 C1D1 C1 D1 3 72.68
4 C2D1 C2 D1 1 73.61
5 C2D1 C2 D1 2 73.01
6 C2D1 C2 D1 3 73.51
7 C3D1 C3 D1 1 74.48
8 C3D1 C3 D1 2 74.68
9 C3D1 C3 D1 3 74.35
10 C4D1 C4 D1 1 75.54
11 C4D1 C4 D1 2 75.81
12 C4D1 C4 D1 3 75.68
13 C1D2 C1 D2 1 74.43
14 C1D2 C1 D2 2 74.55
15 C1D2 C1 D2 3 74.32
16 C2D2 C2 D2 1 75.10
17 C2D2 C2 D2 2 75.70
18 C2D2 C2 D2 3 75.79
19 C3D2 C3 D2 1 76.11
20 C3D2 C3 D2 2 76.57
21 C3D2 C3 D2 3 76.44
22 C4D2 C4 D2 1 77.51
23 C4D2 C4 D2 2 77.72
24 C4D2 C4 D2 3 77.35
25 C1D3 C1 D3 1 76.63
26 C1D3 C1 D3 2 76.16
27 C1D3 C1 D3 3 76.25
28 C2D3 C2 D3 1 77.50
29 C2D3 C2 D3 2 77.52
30 C2D3 C2 D3 3 77.72
31 C3D3 C3 D3 1 78.57
32 C3D3 C3 D3 2 78.86
33 C3D3 C3 D3 3 78.04
34 C4D3 C4 D3 1 79.62
35 C4D3 C4 D3 2 80.00
36 C4D3 C4 D3 3 79.54
37 C1D4 C1 D4 1 78.81
38 C1D4 C1 D4 2 78.43
39 C1D4 C1 D4 3 78.21
40 C2D4 C2 D4 1 79.24

Universitas Sriwijaya
100

41 C2D4 C2 D4 2 79.04
42 C2D4 C2 D4 3 79.42
43 C3D4 C3 D4 1 79.91
44 C3D4 C3 D4 2 79.91
45 C3D4 C3 D4 3 79.82
46 C4D4 C4 D4 1 81.37
47 C4D4 C4 D4 2 81.08
48 C4D4 C4 D4 3 81.69

The ANOVA Procedure


Class Level Information
Class Levels Values
Konsentrasi ekstrak 4 C1 C2 C3 C4
Lama Penyimpanan 4 D1 D2 D3 D4
Ulangan 3 123

Number of observations Read 48


Number of observations Used 48
The ANOVA Procedure
Dependent Variable: Kadar Air Ekstrak Daun Mangrove
Source DF Sum of Suares Mean Square F Value Pr.F
Model 15 291.926 19.461723 304 <,0001
Error 32 2.0486 0.0640188
Corrected Total 47 293.97

R-Square Coeff var Root MSE Mean Kadar Air


0.993031 0.3289 0.25302 76.92896

Anova Mean
Source DF F Value Pr.F
SS Square
Konsentrasi ekstrak 3 65.4052 21.801741 340.55 <,0001
Lama penyimpanan 3 225.841 75.280269 1175.91 <,0001
Konsentrasi ekstrak*Lama
9 0.67982 0.0755354 1.18 0.3406
penyimpanan

The GLM Procedure (Faktor C)


Tukey's Studentized Range (HSD) Test for Kadar Air
Alpha = 0,05
Error Degrees of Freedom = 32
Error Mean Square = 0,064019
Critical Value of Studentized Range = 3,83162
Minimum Significant Difference = 0,2799

Universitas Sriwijaya
101

Means with the same letter are not significantly different.


Tukey Grouping Mean N Konsentrasi ekstrak
A 78.5758 12 C4
B 77.3117 12 C3
C 76.4300 12 C2
D 75.3983 12 C1

The GLM Procedure (Faktor D)


Tukey's Studentized Range (HSD) Test for Kadar Air
Alpha = 0,05
Error Degrees of Freedom = 32
Error Mean Square = 0,064019
Critical Value of Studentized Range = 3,83162
Minimum Significant Difference = 0,2799

Means with the same letter are not significantly different.


Tukey Grouping Mean N Lama penyimpanan
A 79.7442 12 D4
B 78.0342 12 D3
C 75.9658 12 D2
D 73.9717 12 D1

The GLM Procedure (Interaksi C dan D)


Tukey's Studentized Range (HSD) Test for Kadar Air
Alpha = 0,05
Error Degrees of Freedom = 32
Error Mean Square = 0,064019
Critical Value of Studentized Range = 3,83162
Minimum Significant Difference = 0,2799

Means with the same letter are not significantly different.


Tukey Grouping Mean N inter
A 81.3800 3 C4D4
B 79.8800 3 C3D4
B
B 79.7200 3 C4D3
B
C B 79.2333 3 C2D4
C
C 78.4900 3 C3D3
C
C 78.4833 3 C1D4
D 77.5800 3 C2D3
D
D 77.5267 3 C4D2
E 76.3733 3 C3D2

Universitas Sriwijaya
102

E
E 76.3467 3 C1D3
E
F E 75.6767 3 C4D1
F
F 75.5300 3 C2D2
G 74.5033 3 C3D1
G
G 74.4333 3 C1D2
H 73.3767 3 C2D1
I 72.3300 3 C1D1

Universitas Sriwijaya
103

Lampiran 8. Teladan pengolahan data asam lemak bebas fillet ikan patin
Obs Perlakuan C D Ulangan Kadar ALB
1 C1D1 C1 D1 1 1.27
2 C1D1 C1 D1 2 1.32
3 C1D1 C1 D1 3 1.30
4 C2D1 C2 D1 1 1.18
5 C2D1 C2 D1 2 1.23
6 C2D1 C2 D1 3 1.20
7 C3D1 C3 D1 1 1.12
8 C3D1 C3 D1 2 1.17
9 C3D1 C3 D1 3 1.15
10 C4D1 C4 D1 1 1.00
11 C4D1 C4 D1 2 1.05
12 C4D1 C4 D1 3 1.03
13 C1D2 C1 D2 1 1.50
14 C1D2 C1 D2 2 1.50
15 C1D2 C1 D2 3 1.49
16 C2D2 C2 D2 1 1.45
17 C2D2 C2 D2 2 1.47
18 C2D2 C2 D2 3 1.46
19 C3D2 C3 D2 1 1.45
20 C3D2 C3 D2 2 1.39
21 C3D2 C3 D2 3 1.40
22 C4D2 C4 D2 1 1.23
23 C4D2 C4 D2 2 1.16
24 C4D2 C4 D2 3 1.19
25 C1D3 C1 D3 1 1.97
26 C1D3 C1 D3 2 1.95
27 C1D3 C1 D3 3 1.92
28 C2D3 C2 D3 1 1.73
29 C2D3 C2 D3 2 1.72
30 C2D3 C2 D3 3 1.71
31 C3D3 C3 D3 1 1.59
32 C3D3 C3 D3 2 1.58
33 C3D3 C3 D3 3 1.56
34 C4D3 C4 D3 1 1.34
35 C4D3 C4 D3 2 1.34
36 C4D3 C4 D3 3 1.33
37 C1D4 C1 D4 1 2.24
38 C1D4 C1 D4 2 2.26
39 C1D4 C1 D4 3 2.22
40 C2D4 C2 D4 1 1.97

Universitas Sriwijaya
104

41 C2D4 C2 D4 2 1.93
42 C2D4 C2 D4 3 1.91
43 C3D4 C3 D4 1 1.68
44 C3D4 C3 D4 2 1.62
45 C3D4 C3 D4 3 1.65
46 C4D4 C4 D4 1 1.48
47 C4D4 C4 D4 2 1.42
48 C4D4 C4 D4 3 1.45

The ANOVA Procedure


Class Level Information
Class Levels Values
Konsentrasi ekstrak 4 C1 C2 C3 C4
Lama Penyimpanan 4 D1 D2 D3 D4
Ulangan 3 123

Number of observations Read 48


Number of observations Used 48
The ANOVA Procedure
Dependent Variable: ALB Ekstrak Daun Mangrove

Source DF Sum of Suares Mean Square F Value Pr.F

Model 15 4.8738 0.324 573.39 <,0001


Error 32 0.0181 0.000567

Corrected Total 47 4.8919

R-Square Coeff var Root MSE Mean kadar ALB

0.99629 1.58084 0.023805 1.505833

Anova Mean
Source DF F Value Pr.F
SS Square

Konsentrasi ekstrak 3 1.5696 0.5232111 923.31 <,0001

Lama penyimpanan 3 2.93612 0.9787056 1727.13 <,0001

Konsentrasi ekstrak*Lama
9 0.368083 0.0408982 72.17 <,0001
penyimpanan
The GLM Procedure (Faktor C)

Universitas Sriwijaya
105

Tukey's Studentized Range (HSD) Test for ALB


Alpha = 0,05
Error Degrees of Freedom = 32
Error Mean Square = 0,000567
Critical Value of Studentized Range = 3,83162
Minimum Significant Difference = 0,0263

Means with the same letter are not significantly different.


Tukey Grouping Mean N Konsentrasi ekstrak
A 1.745000 12 C1
B 1.580000 12 C2
C 1.446667 12 C3
D 1.251667 12 C4

The GLM Procedure (Faktor D)


Tukey's Studentized Range (HSD) Test for ALB
Alpha = 0,05
Error Degrees of Freedom = 32
Error Mean Square = 0,000567
Critical Value of Studentized Range = 3,83162
Minimum Significant Difference = 0,0263

Means with the same letter are not significantly different.

Tukey Grouping Mean N Lama penyimpanan


A 1.819167 12 D4
B 1.645000 12 D3
C 1.390833 12 D2
D 1.168333 12 D1

The GLM Procedure (Interaksi C dan D)


Tukey's Studentized Range (HSD) Test for ALB
Alpha = 0,05
Error Degrees of Freedom = 32
Error Mean Square = 0,000567
Critical Value of Studentized Range = 5,24403
Minimum Significant Difference = 0,0721

Means with the same letter are not significantly different.

Tukey Grouping Mean N inter


A 2.24000 3 C1D4
B 1.94667 3 C1D3
B
B 1.93667 3 C2D4
C 1.72000 3 C2D3

Universitas Sriwijaya
106

C
C 1.65000 3 C3D4
D 1.57667 3 C3D3
E 1.49667 3 C1D2
E
F E 1.46000 3 C2D2
F E
F E 1.45000 3 C4D4
F
F 1.41333 3 C3D2
G 1.33667 3 C4D3
G
G 1.29667 3 C1D1
H 1.20333 3 C2D1
H
H 1.19333 3 C4D2
H
H 1.14667 3 C3D1
I 1.02667 3 C4D1

Universitas Sriwijaya
107

Lampiran 9. Teladan pengolahan data TPC fillet ikan patin

Obs Perlakuan C D Ulangan TPC


1 C1D1 C1 D1 1 4.47
2 C1D1 C1 D1 2 4.46
3 C1D1 C1 D1 3 4.47
4 C2D1 C2 D1 1 4.35
5 C2D1 C2 D1 2 4.34
6 C2D1 C2 D1 3 4.34
7 C3D1 C3 D1 1 4.30
8 C3D1 C3 D1 2 4.30
9 C3D1 C3 D1 3 4.29
10 C4D1 C4 D1 1 4.27
11 C4D1 C4 D1 2 4.28
12 C4D1 C4 D1 3 4.26
13 C1D2 C1 D2 1 4.66
14 C1D2 C1 D2 2 4.68
15 C1D2 C1 D2 3 4.67
16 C2D2 C2 D2 1 4.58
17 C2D2 C2 D2 2 4.56
18 C2D2 C2 D2 3 4.58
19 C3D2 C3 D2 1 4.56
20 C3D2 C3 D2 2 4.48
21 C3D2 C3 D2 3 4.39
22 C4D2 C4 D2 1 4.46
23 C4D2 C4 D2 2 4.43
24 C4D2 C4 D2 3 4.39
25 C1D3 C1 D3 1 7.10
26 C1D3 C1 D3 2 7.14
27 C1D3 C1 D3 3 7.15
28 C2D3 C2 D3 1 4.76
29 C2D3 C2 D3 2 4.78
30 C2D3 C2 D3 3 4.79
31 C3D3 C3 D3 1 4.67
32 C3D3 C3 D3 2 4.65
33 C3D3 C3 D3 3 4.68
34 C4D3 C4 D3 1 4.53
35 C4D3 C4 D3 2 4.60
36 C4D3 C4 D3 3 4.55
37 C1D4 C1 D4 1 7.43
38 C1D4 C1 D4 2 7.45
39 C1D4 C1 D4 3 7.45

Universitas Sriwijaya
108

40 C2D4 C2 D4 1 6.59
41 C2D4 C2 D4 2 6.60
42 C2D4 C2 D4 3 6.59
43 C3D4 C3 D4 1 6.50
44 C3D4 C3 D4 2 6.50
45 C3D4 C3 D4 3 6.49
46 C4D4 C4 D4 1 5.67
47 C4D4 C4 D4 2 5.68
48 C4D4 C4 D4 3 5.65

The ANOVA Procedure


Class Level Information
Class Levels Values
Konsentrasi ekstrak 4 C1 C2 C3 C4
Lama Penyimpanan 4 D1 D2 D3 D4
Ulangan 3 123

Number of observations Read 48


Number of observations Used 48
The ANOVA Procedure
Dependent Variable: TPC Ekstrak Daun Mangrove
Source DF Sum of Suares Mean Square F Value Pr.F
Model 15 54.6338 3.6 4,938.7 <,0001
Error 32 0.0236 0.0
Corrected Total 47 55

R-Square Coeff var Root MSE Mean TPC


0.99957 0.52441 0.02716 5.178542

Anova
Source DF Mean Square F Value Pr.F
SS
Jenis Pelarut 3 9.72702 3.2423 4396.39 <,0001

Lama Maserasi 3 36.0008 12.0002576 16271.5 <,0001


Jenis pelarut*Lama
9 8.906 0.98955579 1341.77 <,0001
maserasi

Universitas Sriwijaya
109

The GLM Procedure (Faktor C)


Tukey's Studentized Range (HSD) Test for TPC
Alpha = 0,05
Error Degrees of Freedom = 32
Error Mean Square = 0,000738
Critical Value of Studentized Range = 3,83162
Minimum Significant Difference = 0,03

Means with the same letter are not significantly different.


Tukey Grouping Mean N Konsentrasi ekstrak
A 5.92750 12 C1
B 5.07167 12 C2
C 4.98417 12 C3
D 4.73083 12 C4

The GLM Procedure (Faktor D)


Tukey's Studentized Range (HSD) Test for TPC
Alpha = 0,05
Error Degrees of Freedom = 32
Error Mean Square = 0,000738
Critical Value of Studentized Range = 3,83162
Minimum Significant Difference = 0,03

Means with the same letter are not significantly different.


Tukey Grouping Mean N Lama penyimpanan
A 6.55000 12 D4
B 5.28333 12 D3
C 4.53667 12 D2
D 4.34417 12 D1

The GLM Procedure (Interaksi C dan D)


Tukey's Studentized Range (HSD) Test for TPC
Alpha = 0,05
Error Degrees of Freedom = 32
Error Mean Square = 0,000738
Critical Value of Studentized Range = 5,24403
Minimum Significant Difference = 0,0822

Means with the same letter are not significantly different.

Tukey Grouping Mean N inter


A 7.44333 3
C1D4
B 7.13000 3
C1D3

Universitas Sriwijaya
110

C 6.59333 3
C2D4
D 6.49667 3
C3D4
E 5.66667 3
C4D4
F 4.77667 3
C2D3
G 4.67000 3
C1D2
G
G 4.66667 3
C3D3
H 4.57333 3
C2D2
H
H 4.56000 3
C4D3
I 4.47667 3
C3D2
I
I 4.46667 3
C1D1
I
I 4.42667 3
C4D2
J 4.34333 3
C2D1
J
J 4.29667 3
C3D1
J J 4.27000 3
C4D1

Universitas Sriwijaya
111

Lampiran 10. Teladan pengolahan data pH fillet ikan patin

Obs Perlakuan C D Ulangan pH


1 C1D1 C1 D1 1 6.90
2 C1D1 C1 D1 2 6.91
3 C1D1 C1 D1 3 6.92
4 C2D1 C2 D1 1 6.93
5 C2D1 C2 D1 2 6.95
6 C2D1 C2 D1 3 6.94
7 C3D1 C3 D1 1 6.97
8 C3D1 C3 D1 2 6.96
9 C3D1 C3 D1 3 6.95
10 C4D1 C4 D1 1 6.98
11 C4D1 C4 D1 2 6.99
12 C4D1 C4 D1 3 7.00
13 C1D2 C1 D2 1 7.17
14 C1D2 C1 D2 2 7.16
15 C1D2 C1 D2 3 7.18
16 C2D2 C2 D2 1 7.03
17 C2D2 C2 D2 2 7.02
18 C2D2 C2 D2 3 7.04
19 C3D2 C3 D2 1 7.13
20 C3D2 C3 D2 2 7.12
21 C3D2 C3 D2 3 7.11
22 C4D2 C4 D2 1 7.14
23 C4D2 C4 D2 2 7.15
24 C4D2 C4 D2 3 7.17
25 C1D3 C1 D3 1 7.25
26 C1D3 C1 D3 2 7.24
27 C1D3 C1 D3 3 7.26
28 C2D3 C2 D3 1 7.10
29 C2D3 C2 D3 2 7.12
30 C2D3 C2 D3 3 7.11
31 C3D3 C3 D3 1 7.15
32 C3D3 C3 D3 2 7.16
33 C3D3 C3 D3 3 7.17
34 C4D3 C4 D3 1 7.20
35 C4D3 C4 D3 2 7.21
36 C4D3 C4 D3 3 7.22
37 C1D4 C1 D4 1 7.36
38 C1D4 C1 D4 2 7.39
39 C1D4 C1 D4 3 7.38

Universitas Sriwijaya
112

40 C2D4 C2 D4 1 7.27
41 C2D4 C2 D4 2 7.29
42 C2D4 C2 D4 3 7.26
43 C3D4 C3 D4 1 7.31
44 C3D4 C3 D4 2 7.34
45 C3D4 C3 D4 3 7.30
46 C4D4 C4 D4 1 7.34
47 C4D4 C4 D4 2 7.36
48 C4D4 C4 D4 3 7.33

The ANOVA Procedure


Class Level Information
Class Levels Values
Konsentrasi ekstrak 4 C1 C2 C3 C4
Lama Penyimpanan 4 D1 D2 D3 D4
Ulangan 3 123

Number of observations Read 48


Number of observations Used 48
The ANOVA Procedure
Dependent Variable: pH Ekstrak Daun Mangrove
Source DF Sum of Suares Mean Square F Value Pr.F
Model 15 0.97706 0.0651372 422.51 <,0001
Error 32 0.00493 0.0001542
Corrected Total 47 0.98199

R-Square Coeff var Root MSE Mean pH

0.99498 0.17379 0.01242 7.144583

Anova Mean
Source DF F Value Pr.F
SS Square

Konsentrasi ekstrak 3 0.06118 0.0203917 132.27 <,0001

Lama penyimpanan 3 0.88138 0.2937917 1905.68 <,0001


Konsentrasi ekstrak*Lama
9 0.03451 0.0038343 24.87 <,0001
penyimpanan

Universitas Sriwijaya
113

The GLM Procedure (Faktor C)


Tukey's Studentized Range (HSD) Test for PH
Alpha = 0,05
Error Degrees of Freedom = 32
Error Mean Square = 0,000154
Critical Value of Studentized Range = 3,83162
Minimum Significant Difference = 0,0137

Means with the same letter are not significantly different.


Tukey Grouping Mean N Konsentrasi ekstrak
A 7.176667 12 C1
A
A 7.174167 12 C4
B 7.139167 12 C3
C 7.088333 12 C2

The GLM Procedure (Faktor D)


Tukey's Studentized Range (HSD) Test for pH
Alpha = 0,05
Error Degrees of Freedom = 32
Error Mean Square = 0,000154
Critical Value of Studentized Range = 3,83162
Minimum Significant Difference = 0,0137

Means with the same letter are not significantly different.

Tukey Grouping Mean N Lama


penyimpanan
A 7.327500 12 D4
B 7.182500 12 D3
C 7.118333 12 D2
D 6.950000 12 D1

The GLM Procedure (Interaksi C dan D)


Tukey's Studentized Range (HSD) Test for pH
Alpha = 0,05
Error Degrees of Freedom = 32
Error Mean Square = 0,000154
Critical Value of Studentized Range = 5,24403
Minimum Significant Difference = 0,0376

Universitas Sriwijaya
114

Means with the same letter are not significantly different.


Tukey Grouping Mean N inter
A 7.37667 3
C1D4
A
B A 7.34333 3
C4D4
B
B 7.31667 3
C3D4
C 7.27333 3
C2D4
C
C 7.25000 3
C1D3
D 7.21000 3
C4D3
E 7.17000 3
C1D2
E
E 7.16000 3
C3D3
E
F E 7.15333 3
C4D2
F
F G 7.12000 3
C3D2
G
G 7.11000 3
C2D3
H 7.03000 3
C2D2
I 6.99000 3
C4D1
I
J I 6.96000 3
C3D1
J
J K 6.94000 3
C2D1
K
K 6.91000 3
C1D1

Universitas Sriwijaya
115

Lampiran 11. Teladan pengolahan data tekstur fillet ikan patin

Obs Perlakuan C D Ulangan Tekstur


1 C1D1 C1 D1 1 53.8
2 C1D1 C1 D1 2 53.4
3 C1D1 C1 D1 3 53.1
4 C2D1 C2 D1 1 51.3
5 C2D1 C2 D1 2 51.2
6 C2D1 C2 D1 3 51.5
7 C3D1 C3 D1 1 50.3
8 C3D1 C3 D1 2 50.2
9 C3D1 C3 D1 3 50.1
10 C4D1 C4 D1 1 49.4
11 C4D1 C4 D1 2 49.4
12 C4D1 C4 D1 3 49.2
13 C1D2 C1 D2 1 49.7
14 C1D2 C1 D2 2 49.8
15 C1D2 C1 D2 3 49.5
16 C2D2 C2 D2 1 47.6
17 C2D2 C2 D2 2 46.8
18 C2D2 C2 D2 3 47.5
19 C3D2 C3 D2 1 46.3
20 C3D2 C3 D2 2 46.1
21 C3D2 C3 D2 3 46.2
22 C4D2 C4 D2 1 43.4
23 C4D2 C4 D2 2 43.6
24 C4D2 C4 D2 3 43.5
25 C1D3 C1 D3 1 42.1
26 C1D3 C1 D3 2 42.1
27 C1D3 C1 D3 3 42.2
28 C2D3 C2 D3 1 40.2
29 C2D3 C2 D3 2 40.7
30 C2D3 C2 D3 3 40.5
31 C3D3 C3 D3 1 39.5
32 C3D3 C3 D3 2 39.4
33 C3D3 C3 D3 3 38.9
34 C4D3 C4 D3 1 35.6
35 C4D3 C4 D3 2 35.4
36 C4D3 C4 D3 3 35.2
37 C1D4 C1 D4 1 30.8
38 C1D4 C1 D4 2 30.5
39 C1D4 C1 D4 3 30.7

Universitas Sriwijaya
116

40 C2D4 C2 D4 1 29.6
41 C2D4 C2 D4 2 29.1
42 C2D4 C2 D4 3 28.3
43 C3D4 C3 D4 1 28.5
44 C3D4 C3 D4 2 28.4
45 C3D4 C3 D4 3 28.0
46 C4D4 C4 D4 1 25.2
47 C4D4 C4 D4 2 25.4
48 C4D4 C4 D4 3 25.3

The ANOVA Procedure


Class Level Information
Class Levels Values
Konsentrasi ekstrak 4 C1 C2 C3 C4
Lama Penyimpanan 4 D1 D2 D3 D4
Ulangan 3 123

Number of observations Read 48


Number of observations Used 48
The ANOVA Procedure
Dependent Variable: Tekstur Ekstrak Daun Mangrove

Source DF Sum of Suares Mean Square F Value Pr.F

Model 15 3768.42 251.2 3,505.5 <,0001


Error 32 2.,293333 0.1
Corrected Total 47 3,771

R-Square Coeff var Root MSE Mean Tekstur


0.99939 0.64751 0.26771 41.34375

Anova
Source DF Mean Square F Value Pr.F
SS
Jenis Pelarut 3 195.307 65.1024 908.41 <,0001

Lama Maserasi 3 3562.14 1187.37854 16568.1 <,0001


Jenis pelarut*Lama
9 10.8188 1.220208 17.03 <,0001
maserasi

Universitas Sriwijaya
117

The GLM Procedure (Faktor C)


Tukey's Studentized Range (HSD) Test for Tektur
Alpha = 0,05
Error Degrees of Freedom = 32
Error Mean Square = 0,071667
Critical Value of Studentized Range = 3,83162
Minimum Significant Difference = 0,02961

Means with the same letter are not significantly different.


Tukey Grouping Mean N Konsentrasi
ekstrak
A 43.9750 12 C1
B 42.0250 12 C2
C 40.9917 12 C3
D 38.3833 12 C4

The GLM Procedure (Faktor D)


Tukey's Studentized Range (HSD) Test for Tekstur
Alpha = 0,05
Error Degrees of Freedom = 32
Error Mean Square = 0,071667
Critical Value of Studentized Range = 3,83162
Minimum Significant Difference = 0,2961

Means with the same letter are not significantly different.


Tukey Grouping Mean N Lama
penyimpanan
A 51.0750 12 D1
B 46.6667 12 D2
C 39.3167 12 D3
D 28.3167 12 D4

The GLM Procedure (Interaksi C dan D)


Tukey's Studentized Range (HSD) Test for Tekstur
Alpha = 0,05
Error Degrees of Freedom = 32
Error Mean Square = 0,071667
Critical Value of Studentized Range = 5,24403
Minimum Significant Difference = 0,8105

Universitas Sriwijaya
118

Means with the same letter are not significantly different.


Tukey Grouping Mean N inter
A 53.4333 3
C1D1
B 51.3333 3
C2D1
C 50.2000 3
C3D1
C
D C 49.6667 3
C1D2
D
D 49.3333 3
C4D1
E 47.3000 3
C2D2
F 46.2000 3
C3D2
G 43.5000 3
C4D2
H 42.1333 3
C1D3
I 40.4667 3
C2D3
J 39.2667 3
C3D3
K 35.4000 3
C4D3
L 30.6667 3
C1D4
M 29.0000 3
C2D4
M
M 28.3000 3
C3D4
N 25.3000 3
C4D4

Universitas Sriwijaya
119

Lampiran 12. Teladan pengolahan data Lightness fillet ikan patin

Obs Perlakuan C D Ulangan Lightness


1 C1D1 C1 D1 1 63.0
2 C1D1 C1 D1 2 62.7
3 C1D1 C1 D1 3 62.9
4 C2D1 C2 D1 1 57.2
5 C2D1 C2 D1 2 57.3
6 C2D1 C2 D1 3 57.1
7 C3D1 C3 D1 1 55.5
8 C3D1 C3 D1 2 55.4
9 C3D1 C3 D1 3 55.3
10 C4D1 C4 D1 1 51.6
11 C4D1 C4 D1 2 51.7
12 C4D1 C4 D1 3 51.5
13 C1D2 C1 D2 1 56.7
14 C1D2 C1 D2 2 56.6
15 C1D2 C1 D2 3 56.8
16 C2D2 C2 D2 1 54.2
17 C2D2 C2 D2 2 54.3
18 C2D2 C2 D2 3 54.8
19 C3D2 C3 D2 1 51.5
20 C3D2 C3 D2 2 51.1
21 C3D2 C3 D2 3 51.6
22 C4D2 C4 D2 1 50.3
23 C4D2 C4 D2 2 50.0
24 C4D2 C4 D2 3 50.6
25 C1D3 C1 D3 1 54.0
26 C1D3 C1 D3 2 53.7
27 C1D3 C1 D3 3 54.4
28 C2D3 C2 D3 1 53.4
29 C2D3 C2 D3 2 53.0
30 C2D3 C2 D3 3 53.7
31 C3D3 C3 D3 1 50.3
32 C3D3 C3 D3 2 50.4
33 C3D3 C3 D3 3 50.2
34 C4D3 C4 D3 1 49.6
35 C4D3 C4 D3 2 49.6
36 C4D3 C4 D3 3 49.8
37 C1D4 C1 D4 1 52.6
38 C1D4 C1 D4 2 52.3
39 C1D4 C1 D4 3 52.1

Universitas Sriwijaya
120

40 C2D4 C2 D4 1 51.4
41 C2D4 C2 D4 2 51.4
42 C2D4 C2 D4 3 51.8
43 C3D4 C3 D4 1 48.5
44 C3D4 C3 D4 2 48.7
45 C3D4 C3 D4 3 49.0
46 C4D4 C4 D4 1 46.5
47 C4D4 C4 D4 2 46.4
48 C4D4 C4 D4 3 47.0

The ANOVA Procedure


Class Level Information
Class Levels Values
Konsentrasi ekstrak 4 C1 C2 C3 C4
Lama Penyimpanan 4 D1 D2 D3 D4
Ulangan 3 123

Number of observations Read 48


Number of observations Used 48
The ANOVA Procedure
Dependent Variable: Lightness Ekstrak Daun Mangrove

Source DF Sum of Suares Mean Square F Value Pr.F

Model 15 687.308 45.8205417 833.1 <,0001


Error 32 1.76 0.055
Corrected Total 47 689.07

R-Square Coeff var Root MSE Mean Warna


0.99745 0.44328 0.23452 52.90625

Mean
Source DF Anova SS F Value Pr.F
Square
Konsentrasi ekstrak 3 331.946 110.648542 2011.79 <,0001

Lama penyimpanan 3 308.694 102.897986 1870.87 <,0001

Konsentrasi ekstrak*Lama
9 46,6685417 5.1853935 94.28 <,0001
penyimpanan

Universitas Sriwijaya
121

The GLM Procedure (Faktor C)


Tukey's Studentized Range (HSD) Test for Warna
Alpha = 0,05
Error Degrees of Freedom = 32
Error Mean Square = 0,055
Critical Value of Studentized Range = 3,83162
Minimum Significant Difference = 0,2594

Means with the same letter are not significantly different.


Tukey Grouping Mean N Konsentrasi ekstrak
A 56.48333 12 C1
B 54.13333 12 C2
C 51.45833 12 C3
D 49.55000 12 C4

The GLM Procedure (Faktor D)


Tukey's Studentized Range (HSD) Test for Warna
Alpha = 0,05
Error Degrees of Freedom = 32
Error Mean Square = 0,055
Critical Value of Studentized Range = 3,83162
Minimum Significant Difference = 0,2594

Means with the same letter are not significantly different.


Tukey Grouping Mean N Lama
penyimpanan
A 56.76667 12 D1
B 53.20833 12 D2
C 51.84167 12 D3
D 49.80833 12 D4

The GLM Procedure (Interaksi C dan D)


Tukey's Studentized Range (HSD) Test for Warna
Alpha = 0,05
Error Degrees of Freedom = 32
Error Mean Square = 0,055
Critical Value of Studentized Range = 5,24403
Minimum Significant Difference = 0,71

Universitas Sriwijaya
122

Means with the same letter are not significantly different.


Tukey Grouping Mean N inter
A 62.8667 3
C1D1
B 57.2000 3
C2D1
B
B 56.7000 3
C1D2
C 55.4000 3
C3D1
D 54.4333 3
C2D2
D
E D 54.0333 3
C1D3
E
E 53.3667 3
C2D3
F 52.3333 3
C1D4
G 51.6000 3
C4D1
G
G 51.5333 3
C2D4
G
G 51.4000 3
C3D2
H 50.3000 3
C4D2
H
H 50.3000 3
C3D3
H
H 49.6667 3
C4D3
I 48.7333 3
C3D4
J 46.6333 3
C4D4

Universitas Sriwijaya
123

Lampiran 13. Teladan pengolahan data Chroma fillet ikan patin

Obs Perlakuan C D Ulangan Chroma


1 C1D1 C1 D1 1 13.7
2 C1D1 C1 D1 2 14.1
3 C1D1 C1 D1 3 13.8
4 C2D1 C2 D1 1 18.7
5 C2D1 C2 D1 2 18.6
6 C2D1 C2 D1 3 18.5
7 C3D1 C3 D1 1 19.8
8 C3D1 C3 D1 2 19.4
9 C3D1 C3 D1 3 19.5
10 C4D1 C4 D1 1 20.2
11 C4D1 C4 D1 2 21.8
12 C4D1 C4 D1 3 20.8
13 C1D2 C1 D2 1 13.1
14 C1D2 C1 D2 2 13.1
15 C1D2 C1 D2 3 12.8
16 C2D2 C2 D2 1 17.2
17 C2D2 C2 D2 2 17.5
18 C2D2 C2 D2 3 17.6
19 C3D2 C3 D2 1 18.7
20 C3D2 C3 D2 2 18.1
21 C3D2 C3 D2 3 18.4
22 C4D2 C4 D2 1 19.5
23 C4D2 C4 D2 2 19.4
24 C4D2 C4 D2 3 19.6
25 C1D3 C1 D3 1 12.2
26 C1D3 C1 D3 2 12.5
27 C1D3 C1 D3 3 12.4
28 C2D3 C2 D3 1 15.0
29 C2D3 C2 D3 2 15.3
30 C2D3 C2 D3 3 15.7
31 C3D3 C3 D3 1 16.2
32 C3D3 C3 D3 2 16.8
33 C3D3 C3 D3 3 16.5
34 C4D3 C4 D3 1 17.3
35 C4D3 C4 D3 2 17.4
36 C4D3 C4 D3 3 17.6
37 C1D4 C1 D4 1 10.1
38 C1D4 C1 D4 2 10.1
39 C1D4 C1 D4 3 10.2

Universitas Sriwijaya
124

40 C2D4 C2 D4 1 11.3
41 C2D4 C2 D4 2 11.5
42 C2D4 C2 D4 3 11.7
43 C3D4 C3 D4 1 12.4
44 C3D4 C3 D4 2 12.8
45 C3D4 C3 D4 3 12.5
46 C4D4 C4 D4 1 14.8
47 C4D4 C4 D4 2 15.0
48 C4D4 C4 D4 3 15.1

The ANOVA Procedure


Class Level Information
Class Levels Values
Konsentrasi ekstrak 4 C1 C2 C3 C4
Lama Penyimpanan 4 D1 D2 D3 D4
Ulangan 3 123

Number of observations Read 48


Number of observations Used 48
The ANOVA Procedure
Dependent Variable: Chroma Ekstrak Daun Mangrove
Source DF Sum of Suares Mean Square F Value Pr.F
Model 15 479.871 31.991431 395.77 <,0001
Error 32 2.58667 0.0808333
Corrected Total 47 482.46

R-Square Coeff var Root MSE Mean Chroma


0.99464 1.80444 0.28431 15.75625

Anova Mean F
Source DF Pr.F
SS Square Value

Konsentrasi ekstrak 3 224.134 74.711319 924.26 <,0001

Lama penyimpanan 3 240.754 80.251319 992.8 <,0001

Konsentrasi ekstrak*Lama
9 14.9835 1.664838 20.6 <,0001
penyimpanan

Universitas Sriwijaya
125

The GLM Procedure (Faktor C)


Tukey's Studentized Range (HSD) Test for Chroma
Alpha = 0,05
Error Degrees of Freedom = 32
Error Mean Square = 0,080833
Critical Value of Studentized Range = 3,83162
Minimum Significant Difference = 0,3145

Means with the same letter are not significantly different.


Tukey Grouping Mean N Konsentrasi ekstrak
A 18.2083 12 C4
B 16.7583 12 C3
C 15.7167 12 C2
D 12.3417 12 C1

The GLM Procedure (Faktor D)


Tukey's Studentized Range (HSD) Test for Chroma
Alpha = 0,05
Error Degrees of Freedom = 32
Error Mean Square = 0,080833
Critical Value of Studentized Range = 3,83162
Minimum Significant Difference = 0,3145

Means with the same letter are not significantly different.


Tukey Grouping Mean N Lama penyimpanan
A 18.2417 12 D1
B 17.0833 12 D2
C 15.4083 12 D3
D 12.2917 12 D4

The GLM Procedure (Interaksi C dan D)


Tukey's Studentized Range (HSD) Test for Chroma
Alpha = 0,05
Error Degrees of Freedom = 32
Error Mean Square = 0,080833
Critical Value of Studentized Range = 5,24403
Minimum Significant Difference = 0,8608

Universitas Sriwijaya
126

Means with the same letter are not significantly different.


Tukey Grouping Mean N inter
A 20.9333 3 C4D1
B 19.5667 3 C3D1
B
B 19.5000 3 C4D2
C 18.6000 3 C2D1
C
C 18.4000 3 C3D2
D 17.4333 3 C2D2
D
D 17.4333 3 C4D3
E 16.5000 3 C3D3
F 15.3333 3 C2D3
F
F 14.9667 3 C4D4
G 13.8667 3 C1D1
H 13.0000 3 C1D2
H
H 12.5667 3 C3D4
H
H 12.3667 3
C1D3
I 11.5000 3
C2D4
J 10.1333 3
C1D4

Universitas Sriwijaya
127

Lampiran 14. Teladan pengolahan data Hue fillet ikan patin

Obs Perlakuan C D Ulangan Hue


1 C1D1 C1 D1 1 60,6
2 C1D1 C1 D1 2 59,08
3 C1D1 C1 D1 3 60,03
4 C2D1 C2 D1 1 62,07
5 C2D1 C2 D1 2 63
6 C2D1 C2 D1 3 62,08
7 C3D1 C3 D1 1 72
8 C3D1 C3 D1 2 72,05
9 C3D1 C3 D1 3 71,09
10 C4D1 C4 D1 1 78,06
11 C4D1 C4 D1 2 78,03
12 C4D1 C4 D1 3 78,05
13 C1D2 C1 D2 1 62
14 C1D2 C1 D2 2 63
15 C1D2 C1 D2 3 62,08
16 C2D2 C2 D2 1 63,09
17 C2D2 C2 D2 2 64,07
18 C2D2 C2 D2 3 65
19 C3D2 C3 D2 1 73,05
20 C3D2 C3 D2 2 74
21 C3D2 C3 D2 3 73,09
22 C4D2 C4 D2 1 79,07
23 C4D2 C4 D2 2 79,04
24 C4D2 C4 D2 3 79,05
25 C1D3 C1 D3 1 65,09
26 C1D3 C1 D3 2 66
27 C1D3 C1 D3 3 65,03
28 C2D3 C2 D3 1 69,03
29 C2D3 C2 D3 2 68,05
30 C2D3 C2 D3 3 69,01
31 C3D3 C3 D3 1 75,05
32 C3D3 C3 D3 2 75,04
33 C3D3 C3 D3 3 75,03
34 C4D3 C4 D3 1 84,05
35 C4D3 C4 D3 2 84,07
36 C4D3 C4 D3 3 84,01
37 C1D4 C1 D4 1 69
38 C1D4 C1 D4 2 69,05
39 C1D4 C1 D4 3 69,02
40 C2D4 C2 D4 1 71,04

Universitas Sriwijaya
128

41 C2D4 C2 D4 2 71,06
42 C2D4 C2 D4 3 71,03
43 C3D4 C3 D4 1 77,09
44 C3D4 C3 D4 2 77,04
45 C3D4 C3 D4 3 77,01
46 C4D4 C4 D4 1 86,09
47 C4D4 C4 D4 2 86,04
48 C4D4 C4 D4 3 86,03

The ANOVA Procedure


Class Level Information
Class Levels Values
Konsentrasiekstrak 4 C1 C2 C3 C4
Lama Penyimpanan 4 D1 D2 D3 D4
Ulangan 3 123

Number of observations Read 48


Number of observations Used 48
The ANOVA Procedure
Dependent Variable: Hue Ekstrak Daun Mangrove
Source DF Sum of Squares Mean Square F Value Pr.F
Model 15 2781,23 185,42 1999,99 <,0001
Error 32 2,9667 0,0927
Corrected Total 47 2784,1992

R-Square Coeffvar Root MSE Mean Hue


0.998934 0.422279 0.30448 72,10417

Anova Mean
Source DF F Value Pr.F
SS Square
Konsentrasi ekstrak 3 2326,697 775,67 8365,65 <,0001
Lama penyimpanan 3 432,78 144,263 1556,1 <,0001
Konsentrasiekstrak*Lama
9 21,745 2,4162 26,06 <,0001
penyimpanan

The GLM Procedure (Faktor C)


Tukey's Studentized Range (HSD) Test for Kadar Air
Alpha = 0,05
Error Degrees of Freedom = 32
Error Mean Square = 0,092708
Critical Value of Studentized Range = 3,83162
Minimum Significant Difference = 0,3368

Universitas Sriwijaya
129

Means with the same letter are not significantly different.


Tukey Grouping Mean N Konsentrasi ekstrak
A 82,2417 12 C4
B 74,7000 12 C3
C 67,0250 12 C2
D 64,4500 12 C1

The GLM Procedure (Faktor D)


Tukey's Studentized Range (HSD) Test for Hue
Alpha = 0,05
Error Degrees of Freedom = 32
Error Mean Square = 0,092708
Critical Value of Studentized Range = 3,83162
Minimum Significant Difference = 0,3368

Means with the same letter are not significantly different.


Tukey Grouping Mean N Lama penyimpanan
A 76,1667 12 D4
B 73,6333 12 D3
C 70,2000 12 D2
D 68,4167 12 D1

The GLM Procedure (Interaksi C dan D)


Tukey's Studentized Range (HSD) Test for Hue
Alpha = 0,05
Error Degrees of Freedom = 32
Error Mean Square = 0,092708
Critical Value of Studentized Range = 5,24403
Minimum Significant Difference = 0,9219

Means with the same letter are not significantly different.


Tukey Grouping Mean N inter
A 86,5333 3 C4D4
B 84,4333 3 C4D3
C 79,5333 3 C4D2
D 78,4667 3 C4D1
E 77,4667 3 C3D4
F 75,4000 3 C3D3
G 73,8000 3 C3D2
H 72,1333 3 C3D1
H
H 71,4333 3 C2D4
I 69,2333 3 C1D4
I

Universitas Sriwijaya
130

I 68,9667 3 C2D3
J 65,7333 3 C1D3
J
J 64,8667 3 C2D2
K 62,8333 3 C2D1
K
K 62,6000 3 C1D2
L 60,2333 3 C1D1

Universitas Sriwijaya

Anda mungkin juga menyukai