Sementara
menurut Depkes tahun 2010, mengalami penurunan menjadi 226 per
100.000 kelahiran hidup. Dari data tersebut rentang penurunan AKI di
Indonesia tahun 2010 - 2015, masih jauh dari target hanya mencapai
26%. Sementara target yang ingin dicapai SDGs pada tahun 2030 adalah
125 per 100.000 kelahiran hidup. Untuk mencapai angka tersebut
penurunan AKI yang harus dicapai adalah 59%. Upaya pemerintah dalam
menurunkan AKI yaitu dengan mengadakan kerjasama pada seluruh
petugas kesehatan yang terdiri dari beberapa profesi seperti dokter,
perawat, bidan, farmasi, ahli gizi dan lain-lain serta peran aktif kepada
seluruh masyarakat (Wahyuni, 2012). S
Dalam kurun waktu lima tahun terakhir (2011-2015), kematian ibu di
Sulawesi Tenggara cenderung menurun, pada tahun 2011 sebanyak 97
kasus, tahun 2012 sebanyak 84 kasus, tahun 2013 sebanyak 79 kasus,
tahun 2014 sebanyak 65 kasus dan pada tahun 2015 sebanyak 67 kasus
(Dinkes Prov. Sultra, 2016). Hal ini sejalan dengan cakupan pelayanan ibu
hamil yang juga menunjukkan peningkatan, begitu pula dengan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.
Data Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015,
menunjukkan bahwa jumlah kematian ibu untuk Kota Kendari menempati
urutan pertama sebanyak 8 kasus (11,94%) dari 67 kasus (Dinkes Prov.
Sultra, 2016).
Penyebab dari tingginya AKI dan AKB dapat dikelompokkan
menjadi dua yaitu penyebab langsung dan penyebab tidak langsung.
Penyebab langsung seperti perdarahan, eklampsia, abortus, infeksi.
Sedangkan penyebab tidak langsung seperti pemantauan dan pelayanan
yang kurang memadai. Salah satu contoh pelayanan yang kurang
memadai seperti pemeriksaan setelah kala nifas yang tidak banyak
mendapat perhatian ibu, karena sudah merasa baik dan selanjutnya
semua berjalan lancar.
Masa nifas ini berlangsung selama kira-kira 6 minggu. Pada masa
ini terjadi perubahan-perubahan fisiologis maupun psikologis, yaitu
perubahan fisik, involusi uteri dan pengeluaran lochea, perubahan sistem
tubuh lainnya dan perubahan psikis pada ibu tersebut. Asuhan masa post
partum perlu dilaksanakan secara menyeluruh, walaupun pada umumnya
ibu yang melahirkan dalam keadaan sehat, tetapi kadang-kadang juga
ditemukan adanya masalah, sebagaimana diketahui ibu mengalami masa
post partum atau masa pemulihan dan dalam masa ini banyak hal yang
bisa terjadi. Yang terutama adalah keluarnya darah nifas atau lochea,
pada mulanya darah berwarna merah dan ada gumpalan-gumpalan kecil,
yang kemudian akan memudar dalam dari hari ke hari, dan bila darah
berbau itu perlu dicurigai karena ada kemungkinan terjadinya infeksi
(Ambarwati, 2008).
Pada masa postpartum seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi.
Infeksi sebagai faktor penting lain penyebab kematian ibu sering terjadi
karena kebersihan (hygiene) yang buruk pada setelah persalinan yang
tidak diobati. Oleh karena itu kebersihan diri sangat penting untuk
mencegah terjadinya infeksi. Begitu juga dengan halnya pada daerah
perineum ibu, biasanya setelah melahirkan perineum menjadi agak
bengkak, memar dan mungkin ada luka jahitan atau episiotomi, yaitu
sayatan untuk memperluas pengeluaran bayi. Bagi ibu yang mengalami
episiotomi, perlu diajarkan cara merawat luka episiotomi tersebut agar
tidak terkena infeksi. Begitu juga perlu diperhatikan agar sehabis buang air
kecil atau buang air besar ibu harus mencuci daerah kewanitaannya
dengan bersih.
Survey awal pada tanggal 23 November 2016, melalui observasi
dari 10 orang ibu postpartum yang dirawat di ruangan rawat inap RSU
Dewi Sartika, terdapat 6 orang ibu postpartum yang mengganti duk 1 kali
sehari, ganti pakaian, gosok gigi sekali sehari dan tidak membersihkan
genitalia. Sedangkan 4 orang ibu postpartum mengganti duk 2 – 3 kali
sehari, dan melakukan vulva hygiene dan gosok gigi 2 – 3 kali sehari.
Studi pendahuluan yang telah dilakukan di RSU Dewi Sartika Kota
Kendari diperoleh data kunjungan ibu nifas pada tahun 2014 sebanyak
287 ibu nifas, tahun 2015 mengalami peningkatan sebanyak 319 ibu nifas,
dan terus mengalami peningkatan pada periode Januari-September 2016
sebanyak 541 ibu nifas. Dan karena banyaknya persalinan di RSU Dewi
Sartika Kota Kendari penulis telah melakukan penelitian tentang personal
hygiene di ruangan rawat inap RSU Dewi Sartika Kota Kendari pada ibu
postpartum.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis telah penelitian
tentang: “Pengetahuan Ibu Post Partum Tentang Personal Hygiene di
Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun
2017”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dirumuskan masalah penelitian
bagaimanakah pengetahuan ibu post partum tentang personal hygiene di
Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun
2017?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mendiskripsikan pengetahuan ibu post partum tentang personal
hygiene di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika Provinsi Sulawesi
Tenggara Tahun 2017.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengetahuan ibu post partum tentang personal
hygiene berdasarkan umur ibu di Rumah Sakit Umum Dewi Sartika
Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017.
b. Untuk mengetahui pengetahuan ibu post partum tentang personal
hygiene berdasarkan pendidikan ibu di Rumah Sakit Umum Dewi
Sartika Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017.
c. Untuk mengetahui pengetahuan ibu post partum tentang personal
hygiene berdasarkan sumber informasi ibu di Rumah Sakit Umum
Dewi Sartika Provinsi Sulawesi Tenggara Tahun 2017.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Ibu Post Partum
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai pemenuhan hak ibu post
partum, yaitu hak mendapatkan kenyamanan dan keamanan oleh
pihak pelaksana rumah sakit.
2. Bagi Institusi Pendidikan Kebidanan
Penelitian ini diharapkan sebagai sumber informasi dan pembelajaran
untuk pengembangan ilmu pengetahuan tentang personal hygiene
yang benar.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Menambah wawasan di bidang penelitian dan pengetahuan dalam hal
mutu pelayanan keperawatan khususnya dalam pemenuhan
kebutuhan personal hygiene.
ASI EKSKLUSIF
Sumber: https://bidanku.com/manfaat-asi-
ekslusif | Bidanku.comSEIMBANG UNTUK IBU HAMIL