PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kuman atau protein racunnya. Bila antigen untuk pertama kali masuk ke
dalam tubuh manusia, maka sebagai reaksinya tubuh akan membentuk zat
anti. Bila antigen itu kuman, zat anti yang dibuat tubuh disebut antibodi.Zat
memusnahkan antigen atau kuman itu bergantung kepada jumlah zat anti
yang dibentuk. Pada umumnya tubuh anak tidak akan mampu melawan
antigen yang kuat. Antigen yang kuat ialah jenis kuman ganas.Virulen yang
baru untuk pertama kali dikenal oleh tubuh. Karena itu anak anda akan
menjadi sakit bila terjangkit kuman ganas. Jadi pada dasarnya reaksi pertama
mengatasinya.Tetapi pada reaksi yang ke-2, ke-3 dan berikutnya, tubuh anak
sudah pandai membuat zat anti yang cukup tinggi. Dengan cara reaksi
menghancurkan antigen atau kuman; berarti bahwa anak telah menjadi kebal
(imun) terhadap penyakit tersebut. Dari uraian ini, yang terpenting ialah
bahwa dengan imunisasi, anak anda terhindar dari ancaman penyakit yang
1
ganas tanpa bantuan pengobatan. Dengan dasar reaksi antigen antibodi ini
luar (kuman, virus, racun, bahan kimia) yang mungkin akan merusak tubuh.
Dengan demikian anak terhindar dari ancaman luar. Akan tetapi, setelah
beberapa bulan/tahun, jumlah zat anti dalam tubuh akan berkurang, sehingga
suntikan/imunisasi ulangan.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Imunisasi
Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit tetapi belum tentu kebal
tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit ringan (Hadianti,
2014).
1) T ujuan Umum
2) T ujuan Khusus
3
b. Tervalidasinya Eliminasi Tetanus Maternal dan Neonatal
Manfaat imunisasi
C. Vaksin
tapi dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yang telah diolah, berupa
rekombinan yang
4
apabila diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan
dilemahkan, masih utuh atau bagiannya, yang telah diolah, berupa toksin
D. Jenis-jenis Imunisasi
1) Imunisai aktif
5
dari suatu antigen. Dasarnya adalah antigen harus merupakan
bahan yang digunakan seperti air raksa dan antibiotik yang biasa
digunakan.
c) Cairan pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur
2) Imunisasi pasif
suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia (kekebalan
yang didapat bayi dari ibu melalui plasenta) atau binatang (bisa ular)
6
tubuh yang terinfeksi. Contoh imunisasi pasif adalah penyuntikan ATS
Contoh lain adalah yang terdapat pada bayi yang baru lahir dimana bayi
Jenis Keterangan
Vaksin
BCG Vaksin BCG (Bacillus Calmette Guerin) dapat diberikan sejak lahir.
diberikan pada bayi di atas usia 3 bulan, ada baiknya dilakukan dulu uji
Hepatitis Vaksin Hepatitis B yang pertama harus diberikan dalam waktu 12 jam
B setelah bayi lahir, kemudian dilanjutkan pada umur 1 bulan dan 3 hingga
menyebabkan kelumpuhan.
DPT Vaksin DPT adalah vaksin kombinasi untuk mencegah penyakit difteri,
pertusis (batuk rejan), dan tetanus. Ketiga penyakit ini sangat mudah
7
menyerang bayi dan anak. Imunisasi DPT diberikan pada bayi umur lebih
Campak Vaksin Campak-1 diberikan pada usia 9 bulan, lalu Campak-2 pada usia 6
Dan berikut beberapa jenis vaksin penting namun belum diwajibkan oleh
pemerintah:
8
MMR dapat diberikan pada umur 12 bulan
imunisasi ulangannya.
tahun.
kali.
minimal 4 minggu.
9
1. Imunisasi BCG
a) Fungsi
10
Komplikasi pada penderitaan TBC, sering terjadi pada penderita
pada paru.
adalah perbedaan vaksin BCG, lingkungan, faktor genetik, status gizi dan
11
b) Cara pemberian dan dosis
vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu. Dosis 0,05 cc untuk bayi dan
0,1 cc untuk anak dan orang dewasa. Imunisasi BCG dilakukan pada bayi
usia 0-2 bulan, akan tetapi biasanya diberikan pada bayi umur 2 atau 3
bulan. Dapat diberikan pada anak dan orang dewasa jika sudah melalui tes
agar dapat dilakukan dengan tepat, harus menggunakan jarum pendek yang
sangat halus (10 mm, ukuran 26). Kerjasama antara ibu dengan petugas
c) Kontra indikasi
12
d) Efek samping
demam. Setelah 1-2 minggu diberikan imunisasi, akan timbul indurasi dan
pecah menjadi luka. Luka tidak perlu pengobatan khusus, karena luka ini
a) Fungsi
bersin atau batuk atau kontak tidak langsung karena adanya makanan
gejala seperti demam lebih kurang 380 C, mual, muntah, sakit waktu
13
laring dan tonsil, tidak mudah lepas dan mudah berdarah, leher
14
sapi disebabkan karena pembengkakan kelenjar leher dan sesak napas
terdapat kuman difteri. Pada proses infeksi selanjutnya, bakteri difteri akan
akan meninggal akibat penyakit ini. Difteri dapat ditularkan melalui batuk
15
16
b) Efek samping
3. Imunisasi campak
a) Fungsi
akut yang disebabkan oleh virus campak. Penyakit ini sangat infeksius,
menular sejak awal masa prodromal sampai lebih kurang 4 hari setelah
biak pada epitel nasifaring. Tiga hari setelah infasi, replikasi dan
kolonisasi berlanjut pada kelenjar limfe regional dan terjadi vitemia yang
menyusul viremia kedua setelah 5-7 hari dari infeksi awal. Adanya giant
cells dan proses peradangan merupakan dasar patologik ruam dan infiltrat
17
kulit menyebabkan batuk, pilek, mata merah (3C = coryza, cough and
conjuctivitis) dan demam yang makin lama makin tinggi. Gejala panas,
batuk, pilek makin lama makin berat dan pada hari ke 10 sejak awal
infeksi (pada hari penderita kontak dengan sumber infeksi) mulai timbul
klinis
beberapa minggu.
18
6) Ruam makulopapular semula berwarna kemerahan. Ruam ini
muncul pertama pada daerah batas rambut dan dahi, serta belakang
demam tinggi terus menerus 38,50 o C atau lebih disertai batuk, pilek,
nyeri menelan, mata merah dan silau bila kena cahaya (fotofobia),
seringkali diikuti diare. Pada hari ke 4-5 demam, timbul ruam kulit,
didahului oleh suhu yang meningkat lebih tinggi dari semula. Pada saat
ini anak dapat mengalami kejang demam. Saat ruam timbul, batuk dan
dehidrasi. Gejala klinik terjadi setelah masa tunas 10-12 hari, terdiri dari
tiga stadium:
19
1. Stadium prodromal, berlangsung 2-4 hari, ditandai dengan demam
yang bertahan selama 5-6 hari. Timbulnya ruam dimulai dari batas
1-2 minggu.
dilakukan pada umur 9-11 bulan, dengan dosis 0,5 CC. Sebelum
20
1) Atur bayi dengan posisi miring di atas pangkuan ibu dengan
sudut 45 derajat.
c) Efek samping
d) Kontraindikasi
4. Imunisasi polio
a) Fungsi
pemberian dan dosis Imunisasi dasar polio diberiakn 4 kali (polio I, II, III
21
dan IV) dengan interval tidak kurang dari 4 minggu. Imunisasi ulangan
22
masuk SD (5-6 tahun) dan pada saat meninggalkan SD (12 tahun). Di
sebanyak 2 tetes (0,1 ml) langsung kemulut anak atau dengan atau dengan
menggunakan sendok yang berisi air gula. Setiap membuka vial baru harus
dimiringkan ke belakang.
b) Efek samping
Pada umunya tidak terdapat efek samping. Efek samping berupa paralisis
c) Kontra indikasi
menderita defisiensi imunitas. Tidak ada efek yang berbahaya yang timbul
akibat pemberian polio pada anak yang sedang sakit. Namun, jika ada
23
4. Imunisasi hepatitis B
a) Fungsi
liver (hati). Virus ini akan tinggal selamanya dalam tubuh. Bayi-bayi yang
terjangkit virus hepatitis berisiko terkena kanker hati atau kerusakan pada
b) Penularan
(darah, air liur, air mani) penderita penyakit ini, atau dari ibu ke anak pada
virus”, mereka akan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk terkena
penyakit hati dan kanker nantinya dalam hidup. Ibu yang terjangkit
24
Secara umum orang yang dapat atau berisiko tertular hapatitis B,
seks orang yang terinfeksi hepatitis, bayi yang dilahirkan dari ibu yang
c) Gejala
Gejala mirip flu, yaitu hilangnya nafsu makan, mual, muntah, rasa lelah,
mata kuning dan muntah serta demam, urine menjadi kuning dan sakit
perut.
25
d) Cara pemberian dan dosis
Imunisasi diberikan tiga kali pada umur 0-11 bulan melalui injeksi
setelah lahir, dapat diberikan pada usia 0-7 hari. Vaksin B-PID disuntikan
Device (PID), merupakan jenis alat suntik yang hanya diberikan pada bayi.
Vaksin juga diberikan pada anak usia 12 tahun yang dimasa kecilnya
belum diberi vaksin hepatitis B. Selain itu orang –orang yang berada
Cara pemakaian:
1. Buka kantong alumunium atau plastik dan keluarkan alat plastik PID
2. Pegang alat suntik PID pada leher dan tutup jarum dengan memegang
keduanya diantara jari telunjuk dan jempol, dan dengan gerakan cepat
3. Buka tutup jarum, tetap pegang alat suntik pada bagian leher dan
26
4. Pijat reservior dengan kuat untuk menyuntik, setelah reservior kempis
e) Efek samping
f) Kontra indikasi
vaksin lain, vaksin ini tidak boleh diberikan kepada penderita infeksi berat
a) Definisi KIPI
yang dikenal sebagai kejadian ikutan paska imunisasi (KIPI) atau events
masa 42 hari (artritis kronik paska vaksinasi rubela), atau bahkan sampai 6
paska vaksinasi campak, dan polio paralitik serta infeksi virus polio
27
vaccine-strain pada resipien non imunodefisiensi atau resipien
obat dan vaksin dapat merupakan reaksi simpang (adverse events), atau
kejadian lain yang bukan terjadi akibat efek langsung vaksin. Reaksi
simpang vaksin antara lain dapat berupa efek farmakologi, efek samping
alergi yang umumnya secara klinis sulit dibedakan satu dengan yang
belakang genetik. Reaksi alergi dapat terjadi terhadap protein telur (vaksin
reaksi alergi terhadp vaksin. Akan tetapi telaah laporan KIPI oleh Vaccine
28
saja (koinsidensi). Kejadian yang memang akibat imunisasi tersering
erros).
b) Epidemiologi KIPI
melalui fase uji klinis yang lazim, yaitu fase 1, 2, 3, dan 4. Uji klinis fase 1
vaksin yang terbatas mungkin KIPI belum tampak, maka untuk menilai
KIPI diperlukan uji klinis fase 4 dengan sampel besar yang dikenal sebagai
29
Menurut National Childhood Vaccine Injury dari Committe of the Institute
karena:
Mengingat hal tersebut, maka sangat sulit menentukan jumlah kasus KIPI
berat, terutama pada imunisai masal atau setelah penggunaan lebih dari
10.000 dosis.
c) Klasifikasi KIPI
30
pemberian vaksin. Kesalahan tersebut dapat terjadi pada berbagai tingkatan
a) Reaksi suntikan
Semua gejala klinis yang terjadi akibat trauma tusuk jarum suntik baik
langsung maupun tidak langsung dan harus dicatat sebagai reaksi KIPI.
rasa takut, pusing, mual, sampai sinkop. Reaksi ini tidak berhubungan
dengan kandungan yang terdapat pada vaksin, sering terjadi pada vaksinasi
masal.
1. Syncope/ fainting
secara klinis biasanya ringan. Walaupun demikian dapat saja terjadi gejala
Reaksi simpang ini sudah teridentifikasi dengan baik dan tercantum dalam
31
Kejadian yang timbul ini terjadi secara kebetulan saja setelah imunisasi.
F. Jadwal Imunisasi
bidan mengenai jadwal imunisasi sehingga segera setelah bayi lahir dapat
memperoleh imunisasi yang tepat. Selain itu, selalu tepat jadwal dalam
32
Berikut diagram jadwal imunisasi yang tepat bagi bayi Anda:
33
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
penyakit.Vaksin tidak hanya menjaga agar anak tetap sehat, tetapi juga
membantu membasmi penyakit yang serius yang timbul pada masa kanak-
diberikan vaksin jauh lebih besar daripada efek samping yang mungkin
ke-2, ke-3 dan berikutnya, tubuh anak sudah pandai membuat zat anti yang
34
Dari uraian ini, yang terpenting ialah bahwa dengan imunisasi, anak anda
B. SARAN
kami mohon maaf. Untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun agar kami dapat membuat makalah yang lebih baik di
kemudian hari
35
DAFTAR PUSTAKA
Hadianti, D. N. (2014). Buku Ajar Imunisasi. Jakarta Selatan: Pusat Pendidikan dan
https://www.medkes.com/2014/01/pengertian-tujuan-dan-jadwal-imunisasi-
lengkap.html
36