Anda di halaman 1dari 54

MAKALAH AL ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN II

DI SUSUN OLEH

DEPI YUSDA

DOSEN PENGAMPU: KHAIRUL SHALEH SP.d, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
MUHAMMADIYAH MUARA BUNGO
TAHUN AKADEMIK 2019
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa kami dapat menyelesaikan makalah
Penelitian Tindakan Kelas. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah AL
ISLAM KEUMUHAMMADIYAHAN II.
Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu.
Sehingga dapat diselesaikan dengan tepat waktunya. Makalah ini masih jauh dari
sempurna, oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun
demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi
masyarakat dan bermanfaat untuk pembangunan ilmu poengetahuan bagi kita semua.

Muara Bungo, 2 desember 2019

Penyusun

DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR……………………………………………………….....i
DAFTAR ISI……………………………………………………………….......ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang………………………………………………….......
B. Rumusan Masalah……………………………………………….....
C. Tujuan Penulisan…………………………………………………....

BAB II PEMBAHASAN

A. Hakikat akhlak…………………………..............................................
B. Akhlak kepada allah swt……………………………………………..
C. Akhlak kepada manusia………………................................................
D. Akhlak kepada rasul…………………………………………………..
E. Akhlak kepada orang tua…………………………………………….
F. Akhlak kepada orang yang lebih kecil dari kita……………………….
G. Akhlak kepada kitab……………………………………………….
H. Akhlak kepada lingkungan ………………………………...............

BAB III PENUTUP

A. Simpulan…………………………………………………...…………
B. Saran ……………………………………………………………...…..

DAFTAR PUSTAKA……………………………………….……………………

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Akhlak bisa dibentuk melalui kebiasaan. Seseorang yang mengerti benar akan kebiasaan
perilaku yang diamalkan dalam pergaulan semata-mata taat kepada Allah dan tunduk kepada-
Nya merupakan ciri-ciri orang yang mempunyai akhlak. Oleh karena itu seseorang yang sudah
benar-benar memahami akhlak maka dalam bertingkah laku akan timbul dari hasil perpaduan
antara hati, pikiran, perasaan, bawaan dan kebiasaan yang menyatu membentuk suatu kesatuan
tindakan akhlak yang dihayati dalam kenyataan hidup keseharian.Dengan demikian memahami
akhlak adalah masalah fundamental dalam Islam. Namun sebaliknya tegaknya aktifitas
keislaman dalam hidup dan kehidupan seseorang itulah yang dapat menerangkan bahwa orang
itu memiliki akhlak. Jika seseorang sudah memahami akhlak dan menghasilkan kebiasaan hidup
yang baik, yakni pembuatan itu selalu diulang-ulang dengan kecenderungan hati (sadar).
Tidak bisa dipungkiri, untuk menjadi manusia yang dihormati dan disegani oleh
masyarakat sekitar kita harus memiliki kepribadian yang bagus dan akhlak yang mulia. Tidak ada
satu orang hebatpun di dunia ini yang tidak memiliki akhlak yang bagus. Sehebat dan sepintar
apapun kita kalau akhlak dan kepribadian kita jelek dimata masyarakat, maka kita akan
dikucilkan dan tidak dianggap di masyarakat.
Akhlak merupakan sesuatu yang sangat dibutuhkan dimanapun kita berada. Dewasa ini
banyak sekali anak yang menentang dan melawan terhadap orang tunya, ini merupakan
fenomena yang lazim terjadi di masyarakat kita, akhlak seorang anak terhadap orang tua sudah
sangat menghawatirkan. Mereka bisa bersikap baik dengan teman tapi tidak bisa bersikap baik
kepada orang tua, ini merupakan contoh kecil dari penyelewengan akhlak yang sering dilakukan
oleh remaja dan anak zaman sekarang

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari akhlak?
2. Apakah akhlak kepada allah?
3. Bagaimana akhlak kepada manusia ?
4. Bagaimana akhlak kepada rasul ?
5. Bagaimana akhlak kepada orang tua?
6. Bagaimana akhlak kakepada orang yang lebih kecil kepada kita?
7. Bagaimana akhlak kepada kitab?
8. Bagaimana akhlak kepada lingkungan?

C. Tujuan Penulisan Makalah


1. Untuk mengetahui definisi akhlak.
2. Untuk mengetahui akhlak kepada allah.
3. Untuk mengetahui akhlak kepada manusia.
4. Untuk mengetahui akhlak kepada rasul.
5. Untuk mengetahui akhlak kepada orang tua.
6. Untuk mengetahui akhla kepada orang yang lebih kecil dari kita.
7. untuk mengetahui akhlak kepada kitab.
8. Untuk mengetahui akhlak kepada lingkungan.

BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN AKHLAK
Menurut pendekatan etimologi, perkataan "akhlak" berasal dari bahasa Arab jama' dari
bentuk mufradnya "Khuluqun" yang menurut logat diartikan: budi pekerti, perangai, tingkah laku
atau tabiat. Kalimat tersebut mengandung segi-segi persesuain dengan perkataan "khalkun" yang
berarti kejadian, serta erat hubungan "Khaliq". Sedangkan menurut pendekatan secara
terminologi, berikut ini beberapa pakar mengemukakan pengertian akhlak sebagai berikut:
1. Ibn Miskawaih
Bahwa akhlak adalah keadaan jiwa seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-
perbuatan tanpa melalui pertimbangan pikiran lebih dahulu.
2. Imam Al-Ghazali
Akhlak adalah suatu sikap yang mengakar dalam jiwa yang darinya lahir berbagai perbuatan
dengan mudah dan gampang, tanpa perlu kepada pikiran dan pertimbanagan. Jika sikap itu yang
darinya lahir perbuatan yang baik dan terpuji, baik dari segi akal dan syara', maka ia disebut
akhlak yang baik. Dan jika lahir darinya perbuatan tercela, maka sikap tersebut disebut akhlak
yang buruk.
3. Ahmad Amin
Sementara orang mengetahui bahwa yang disebut akhlak ialah kehendak yang dibiasakan.
Artinya, kehendak itu bila membiasakan sesuatu, kebiasaan itu dinamakan akhlak.[1]:
Menurutnya kehendak ialah ketentuan dari beberapa keinginan manusia setelah imbang, sedang
kebiasaan merupakan perbuatan yang diulang-ulang sehingga mudah melakukannya, Masing-
masing dari kehendak dan kebiasaan ini mempunyai kekuatan, dan gabungan dari kekuatan itu
menimbulkan kekuatan yang lebih besar. Kekuatan besar inilah yang bernama akhlak.
Dengan demikian, tampak bahwa seluruh definisi akhlak sebagaimana tersebut di atas
tidak ada yang saling bertentangan, melainkan saling melengkapi, yaitu sifat yang tertanam kuat
dalam jiwa yang nampak dalam perbuatan lahiriah yang dilakukan dengan mudah, tanpa
memerlukan pemikiran lagi dan sudah menjadi kebiasaan.

B. Macam-Macam Akhlak

1. Akhlak kepada Allah

Beberapa akhlak yang sudah menjadi kewajiban bagi kita sebagai mahluk kepada kholiq-Nya,
diantaranya:

a) Beribadah kepada Allah, yaitu melaksanakan perintah Allah untuk menyembah-Nya


sesuai denganperintah-Nya. Seorang muslim beribadah membuktikan ketundukkan
terhadap perintah Allah.
b) Berzikir kepada Allah, yaitu mengingat Allah dalam berbagai situasi dan kondisi, baik
diucapkan dengan mulut maupun dalam hati. Berzikir kepada Allah melahirkan
ketenangan dan ketentraman hati.
c) Berdo’a kepada Allah, yaitu memohon apa saja kepada Allah. Do’a merupakan inti
ibadah, karena ia merupakan pengakuan akan keterbatasan dan penerapan akhlak dalam
Kehidupan.

d) Tawakal kepada Allah, yaitu berserah diri sepenuhnya kepada Allah dan menunggu hasil
pekerjaan atau menanti akibat dari suatu keadaan.

e) Tawaduk kepada Allah, yaitu rendah hati di hadapan Allah. Mengakui bahwa dirinya
rendah dan hina di hadapan Allah Yang Maha Kuasa, oleh karena itu idak layak kalau
hidup dengan angkuh dan sombong, tidak mau memaafkan orang lain, dan pamrih dalam
melaksanakan ibadah kepada Allah.

Seorang muslim harus menjaga akhlaknya terhadap Allah swt, tidak mengotorinya dengan
perbuatan syirik kepada-Nya. Sahabat Ismail bin Umayah pernah meminta nasihat kepada
Rasulullah saw, lalu Rasulyllah memberinya nasihat singkat dengan mengingatkan, “Janganlah
kamu menjadi manusia musyrik, menyekutukan Allah swt dengan sesuatupun, meski kamu harus
menerima resiko kematian dengan cara dibakar hidup-hidup atau tubuh kamu dibelah menjadi
dua“. (HR. Ibnu Majah).

2. Akhlak kepada Diri Sendiri

Adapun Kewajiban kita terhadap diri sendiri dari segi akhlak, di antaranya:Sabar, yaitu
prilaku seseorang terhadap dirinya sendiri sebagai hasil dari pengendalian nafsu dan penerimaan
terhadap apa yang menimpanya. Sabar diungkapkan ketika melaksanakan perintah, menjauhi
larangan dan ketika ditimpa musibah.

 Syukur, yaitu sikap berterima kasih atas pemberian nikmat Allah yang tidak bisa
terhitung banyaknya. Syukur diungkapkan dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Syukur
dengan ucapan adalah memuji Allah dengan bacaan Alhamdulillah, sedangkan syukur
dengan perbuatan dilakukan dengan menggunakan dan memanfaatkan nikmat Allah
sesuai dengan aturan-Nya.
 Tawaduk, yaitu rendah hati, selalu menghargai siapa saja yang dihadapinya, orang tua,
muda, kaya atau miskin. Sikap tawaduk melahirkan ketenangan jiwa, menjauhkan dari
sifat iri dan dengki yang menyiksa diri sendiri dan tidak menyenangkan orang lain.

3. Akhlak kepada keluarga

Akhlak terhadap keluarga adalah mengembangkann kasih sayang di antara anggota

keluarga yang diungkapkan dalam bentuk komunikasi. Akhlak kepada ibu bapak adalah berbuat
baik kepada keduanya dengan ucapan dan perbuatan. Berbuat baik kepada ibu bapak dibuktikan
dalam bentuk-bentuk perbuatan antara lain : menyayangi dan mencintai ibu bapak sebagai
bentuk terima kasih dengan cara bertutur kata sopan dan lemah lembut, mentaati perintah,
meringankan beban, serta menyantuni mereka jika sudah tua dan tidak mampu lagi berusaha.

Komunikasi yang didorong oleh rasa kasih sayang yang tulus akan dirasakan oleh seluruh
anggota keluarga. Apabila kasih sayang telah mendasari komunikasi orang tua dengan anak,
maka akan lahir wibawa pada orang tua. Demikian sebaliknya, akan lahir kepercayaan orang tua
pada anak oleh karena itu kasih sayang harus menjadi muatan utama dalam komunikasisemua
pihak dalam keluarga.

Dari komunikasi semacam itu akan lahir saling keterikatan batin,keakraban, dan keterbukaan di
antara anggota keluarga dan menghapuskan kesenjangan di antara mereka. Dengan demikian
rumah bukan hanya menjadi tempat menginap, tetapi betul-betul menjadi tempat tinggal yang
damai dan menyenangkan, menjadi surga bagi penghuninya. Melalui komunikasi seperti itu pula
dilakukan pendidikan dalam keluarga, yaitu menanamkan nilai-nilai moral kepada anak-anak
sebagai landasan bagi pendidikan yang akan mereka terima pada masa-masa selanjutnya.

4. Akhlak kepada Sesama Manusia

Berakhlak baik terhadap sesama pada hakikatnya merupakan wujud dari rasa kasih sayang dan
hasil dari keimanan yang benar, sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Mukmin yang paling
sempurna imanya ialah yang paling baik akhlaknya. Dan yang paling baik diantara kamu ialah
mereka yang paling baik terhadap isterinya“. (HR. Ahmad).
Diantara akhlak-akhlak itu diantaranya, adalah:

a. Akhlak terpuji ( Mahmudah )

Penerapan akhlak sesama manusia yang dan merupakan akhlak yang terpuji adalah sebagai
berikut:

 Husnuzan

Berasal dari lafal husnun ( baik ) dan Adhamu (Prasangka). Husnuzan berarti prasangka,
perkiraan, dugaan baik. Lawan kata husnuzan adalah suuzan yakni berprasangka buruk terhadap
seseorang . Hukum kepada Allah dan rasul nya wajib, wujud husnuzan kepada Allah dan Rasul-
Nya antara lain:

– Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua perintah Allah dan Rasul-Nya Adalah untuk
kebaikan manusia

– Meyakini dengan sepenuh hati bahwa semua larangan agama pasti berakibat buruk.

Hukum husnuzan kepada manusia mubah atau jaiz (boleh dilakukan). Husnuzan kepada sesama
manusia berarti menaruh kepercayaan bahwa dia telah berbuat suatu kebaikan. Husnuzan
berdampak positif berdampak positif baik bagi pelakunya sendiri maupun orang lain.

 Tawaduk

Tawaduk berarti rendah hati. Orang yang tawaduk berarti orang yang merendahkan diri dalam
pergaulan. Lawan kata tawaduk adalah takabur. Rasulullah Saw bersabda : “Barangsiapa rendah
hati kepada saudaranya semuslim maka Allah akan mengangkat derajatnya, dan barangsiapa
mengangkat diri terhadapnya maka Allah akan merendahkannya” (HR. Ath-Thabrani).

 Tasamu
Artinya sikap tenggang rasa, saling menghormati dan saling menghargai sesama manusia. Allah
berfirman, ”Untukmu agamamu, dan untukku agamaku (Q.S. Alkafirun/109: 6) Ayat tersebut
menjelaskan bahwa masing-masing pihak bebas melaksanakan ajaran agama yang diyakini.

 Ta’awun

Ta’awun berarti tolong menolong, gotong royong, bantu membantu dengan sesama manusia.
Allah berfirman, ”…dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa,
dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan…”(Q.S. Al Maidah/5:2)

Selain sifat-sifat di atas masih banyak lagi sifat-sifat terpuji lainya yang menjadi patokan akhlak
kita antar sesame.

b. Akhlak Tercela ( Mazmumah )

Beberapa akhlak tercela yang harus kita hindari dalam kaitanya akhlak antar sesama diantaranya:

 Hasad

Artinya iri hati, dengki. Iri berarti merasa kurang senang atau cemburu melihat orang lain
beruntung. Sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Janganlah kamu saling membenci dan
janganlah kamu saling mendengki, dan janganlah kamu saling menjatuhkan. Dan hendaklah
kamu menjadi hamba Allah yang bersaudara dan tidak boleh seorang muslim mendiamkan
saudaranya lebih dari tiga hari“. (HR. Anas).

 Dendam

Dendam yaitu keinginan keras yang terkandung dalam hati untuk membalas kejahatan. Allah
berfirman:

”Dan jika kamu membalas, maka balaslah dengan (balasan) yang sama dengan siksaan yang
ditimpakan kepadamu. Tetapi jika kamu bersabar, sesungguhlah itulah yang terbaik bagi orang
yang sabar” (Q.S. An Nahl/16:126)

 Gibah dan Fitnah


Membicarakan kejelekan orang lain dengan tujuan untuk menjatuhkan nama baiknya. Apabila
kejelekan yang dibicarakan tersebut memang dilakukan orangnya dinamakan gibah. Sedangkan
apabila kejelekan yang dibicarakan itu tidak benar, berarti pembicaraan itu disebut fitnah. Allah
berfirman,

”…dan janganlah ada diantara kamu yang menggunjing

sebagian yang lain. Apakah ada diantara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang
sudah mati? Tentu kamu merasa jijik…” (Q.S. Al Hujurat/49:12).

 Namimah

Adu domba atau namimah, yakni menceritakan sikap atau perbuatan seseorang yang belum tentu
benar kepada orang lain dengan maksud terjadi perselisihan antara keduanya. Allah berfirman,

”Wahai orang-orang yang beriman! Jika seseorang yang fasik datang kepadamu membawa suatu
berita maka telitilah kebenarannya, agar kamu tidak mencelakakan suatu kaum karena
kebodohan (kecerobohan), yang akhirnya kamu menyesali perbuatanmu itu.” (Q.S. Al
Hujurat/49:6

C. Ruang lingkup akhlak

Ruang lingkup akhlak dalam pandangan islam sangatlah luas sepanjang sikap jiwa atau hajat
manusia, mulai dari hajat yang terkecil sampai hajat yang terbesar.

Muhammad Abdullah Daras membagi ruang lingkup akhlak menjadi 5 bagian, diantaranya:

1. Akhlak pribadi (Al-Ahklaq Al-Fardiyah). Terdiri dari: a. Yang diperintahkan (Al Awanir) b.
Yang dilarang (An-Nawahi) c. Yang dibolehkan (Al Mubahal) dan d. Akhlak dalam keadaan
darurat (Al-Mukholafah bi-al Idhtbirar).

2. Akhlak berkeluarga (Al-Akhlaq Al-Usrawiyah). Terdiri dari: a. kewajiban timbal balik orang
tua dan anak (Wajibal nahwa al-Usbul wa-Alfuru’) b. kewajiban suami istri (Wajibal Baina al-
Azwaja) dan c. kewajiban terhadap karib kerabat (Wajibal nahwa al- aqarib).
3. Akhlak bermasyarakat (Al-Akhlaq Al-Ijtima’iyah). Terdiri dari: a. Yang dilarang (Al-
Mahzurrat) b. Yang diperintahkan (al- Awamir) dan c. kaedah-kaedah adab (Qowaid al- Adab).

4. Akhlak bernegara (Akhlaq ad-Daulah). Terdiri dari: a. Hubungan antara pemimpin dan rakyat
(Al-Alaqah baina ar- Rais wa as- Sya’b) b. Hubungan luar negeri (al- Alaqat al Kharijiyyah).
5. Akhlak beragama (al- Akhlaq ad- Diniyah). Yaitu kewajiban terhadap Allah Swt. (Wajibat
nahwa Allah).

Dari beberapa uraian diatas Yunahar Ilyas berpendapat bahwa ruang lingkup akhlak itu sangat
luas, mencakup seluruh asfek kehidupan, baik secara vertikal dengan Allah Swt. maupun secara
horizontal sesama makhluk Tuhan.

C. Tujuan Akhlak
1. akhlak bertujuan membentuk pribadi muslim yang luhur dan mulia. Seseorang muslim yang
berakhlak mulia senantiasa bertingkah laku terpuji, baik ketika berhubungan dengan Allah
SWT, dengan sesama manusia, makhluk lainnya serta dengan alam lingkungan.
2. Menghindari diri dari pengaruh akal pikiran yang menyesatkan. Manusia diberi kelebihan oleh
Allah dari makhluk lainnya berupa akal pikiran. Pendapat-pendapat atau pikiran-pikiran yang
semata-mata didasarkan atas akal manusia, kadang-kadang menyesatkan manusia itu sendiri.
Oleh karena itu, akal pikiran perlu dibimbing oleh akhlak agar manusia terbebas atau terhindar
dari kehidupan yang sesat.
3. Seseorang yang mempelajari ilmu ini akan memiliki pengetahuan tentang kriteria perbuatan baik
dan buruk, dan selanjutnya ia akan banyak mengetahui perbuatan yang baik dan perbuatan yang
buruk.
4. Ilmu akhlak atau akhlak yang mulia juga berguna dalam mengarahkan dan mewarnai berbagai
aktivitas kehidupan manusia disegala bidang. Seseorang yang memiliki IPTEK yang maju
disertai akhlak yang mulia, niscaya ilmu pengetahuaan yang Ia miliki itu akan dimanfaatkan
sebaik-baiknya untuk kebaikan hidup manusia. Sebaliknya, orang yang memiliki ilmu
pengetahuan dan teknologi modern, memiliki pangkat, harta, kekuasaan, namun tidak disertai
dengan akhlak yang mulia, maka semuanya itu akan disalah gunakan yang akibatnya akan
menimbulkan bencana dimuka bumi.
5. Demikian juga dengan mengetahui akhlak yang buruk serta bahaya-bahaya yang akan
ditimbulkan darinya, menyebabkan orang enggan untuk melakukannya dan berusaha
menjauhinya. Orang yang demikian pada akhirnya akan terhindar dari berbagai perbuatan yang
dapat membahyakan dirinya.
6. Akhlak juga merupakan mutiara hidup yang membedakan makhluk manusia dengan makhluk
lainnya. Setiap orang tidak lagi peduli soal baik atau buruk, soal halal dan haram. Karena yang
berperan dan berfungsi pada diri masing-masing manusia adalah elemen syahwat (nafsu) nya
yang telah dapat mengalahkan elemen akal pikiran mengalahkan nafsunya, maka dia derajatnya
di atas malaikat
E. Urgensi Akhlak Dalam Kehidupan

Aspek – aspek ajaran islam, baik aqidah, ibadah mu’amalah bagi setiap muslim ketiganya
merupakan aspek – aspek yang bersifat taklifi (kewajiban) yang harus dilaksanakan. Sejarah
membuktikan bahwa semua aspek ajaran tersebut tidak dapat terlaksana tanpa adanya akhlak
yang baik.Dari sini dapat dipahami bahwa akhlak merupakan pilar yang sangat penting dalam
Islam.Akhlak yang mulia adalah pertanda kematangan iman serta merupakan kunci kesuksesan
hidup di dunia dan akhirat.

Nabi Muhammad sebagai Rasul terakhir diutus oleh Allah untuk mengemban misi
penyempurnaan akhlak manusia yang telah runtuh sejak zaman para nabi yang terdahulu.Beliau
bersabda : ‫“ ٳننلماَبلقعخثتلقللتلمملململكاَقرلماَخللخخللققرِواهأحممممدوالبيهقى‬Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak
manusia.” (HR. Ahmad dan Baihaqi) Apakah Rasulullah diutus hanya untuk memperbaiki dan
menyempurnakan akhlak?Tentu tidak hanya itu saja, tetapi pada dasarnya syariat yang dibawa
para Rasul bermuara pada pembentukkan akhlak mulia. Berbagai ritual diperintahkan Allah
melalui para Nabi dan Rasul, ternyata banyak bermuara pada pembentukkan akhlak, seperti
dalam perintah Shalat sebagai berikut : “Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, Yaitu Al
kitab (Al Quran) dan dirikanlah shalat.Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan mungkar dan Sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar
(keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(Q.S. Al-Ankabut:45) Ayat tersebut secara jelas menyatakan, bahwa muara dari ibadah Shalat
adalah terbentuknya pribadi yang terbebas dari sikap keji dan munkar, pada hakikatnya adalah
terbentuknya manusia berakhlak mulia, bahkan jika kita telusuri proses Shalat selalu dimulai
dengan berbagai persyaratan tertentu, seperti bersih badan, pakaian dan tempat, dengan cara
mandi dan wudhu, Shalat dipersiapkan untuk membentuk sikap manusia selalu bersih, patuh, tata
peraturan, dan melatih seseorang untuk tepat waktu. Selanjutnya, akhlak juga dapat menentukan
beriman atau tidaknya seseorang,“demi Allah ia tidak beriman, demi Allah ia tidak beriman,
demi Allah ia tidak beriman. Para sahabat bertanya, siapakah mereka wahai Rasulullah?

Rasulullah menjawab: orang yang tidak menyimpan rahasia kejelekan tetangganya (H. R.
Muslim). Hadits tersebut secara nyata mengandung arti bahwa orang yang berakhlak buruk
kepada tetangganya oleh Rasulullah dianggap tidak beriman, selama ini mungkin kita
menganggap perbuatan jahat kita kepada orang lain atau tetangga sebagai sesuatu yang biasa,
sesuatu yang tidak akan berpengaruh pada eksistensi keimanan, padahal kalau kita mengetahui,
ternyata berakhlak jelek sangat besar pengaruhnya terhadap keimanan. Bahkan manusia paling
jelek di sisi Allah pada hari kiamat adalah manusia berakhlak jelek. ” sesungguhnya manusia
paling jelek disisi Allah pada hari kiamat adalah seseorang yang ditinggalkan orang lain, karena
menghindari kejelekannya.” (H.R. Bukhari). Sebaliknya orang yang paling dicintai oleh
Rasulullah adalah yang paling baik akhlaknya, “sesungguhnya orang yang paling aku cintai dia
yang paling dekat tempat duduknya pada hari kiamat adalah orang yang paling baik akhlaknya.”
(H.R. At- Tirmidzi). Ternyata orang mukmin yang sempurna imannya bukan karena banyak
ibadahnya, tetapi yang baik akhlaknya, “orang mukmin yang paling sempurna imannya adalah
orang yang paling baik akhlaknya.” (H.R. Abu Daud). Demikian juga orang bertakwa dan
berakhlak mulia dijamin masuk syurga,” penyebab utama masuknya manusia ke syurga, karena
bertakwa kepada Allah dan kemuliaan akhlaknya.” (H. R. Tirmidzi). [3]Manusia mempunyai
kecendrungan untuk berbuat baik dan buruk. Biasanya orang bertakwa akan berbuat dan bersikap
baik dan mengutamakan akhlak mulia, perbuatan baik merupakan wujud kemuliaan akhlaknya,
sedangkan perbuatan baik akan menghapus perbuatan-perbuatan buruk. Pencerminan diri
seseorang juga sering digambarkan melalui tingkah laku atau akhlak yang ditunjukkan. Bahkan
akhlak merupakan perhiasan diri bagi seseorang karena orang yang berakhlak jika dibandingkan
dengan orang yang tidak berakhlak tentu sangat jauh perbedaannya
II. AKHLAK KEPADA RASUL

A. Akhlak Kepada Rasulullah


Allah berfirman :

‫ف نرقحخيصم خللمخؤقمنقخي للقلخد لجاَلء لكخم لرلسوُصل ممخن ألخنفلقسلكخم لعقزيِصز لعللخيقه لماَلعنقتتخم لحقرِيِ ص‬
‫ص لعللخيلكخم بقاَ ل‬ ‫لن لرلء خو ص‬

“Sungguh, telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat rasa olehnya
penderitaan yang kamu alami, (dia) sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu,
penyantun dan penyayang terhadap orang – orang yang beriman.” (Q.S. at-taubah : 128)

Iman kepada para nabi merupakan salah satu butir dalam rukun iman. Sebagai umat islam,
tentu kita wajib beriman kepada Rasulullah saw. beserta risalah yang dibawanya. Untuk
memupuk keimanan ini, kita perlu mengetahui dan mempelajari sejarah hidup beliau, sehingga
dari situ kita dapat memetik banyak pelajaran dan hikmah.

Rasulullah adalah penutup para nabi dan rasul, serta utusan Allah kepada seluruh umat
manusia. Beliau adalah hamba yang tidak boleh disembah, dan rasul yang tidak boleh
didustakan. Beliau adalah sebaik-baik makhluk, makhluk paling mulia dihadapan Allah,
derajatnya paling tinggi, dan kedudukannya paling dekat oleh Allah.

Beliau diutus kepada manusia dan jin dengan membawa kebenaran dan petunjuk, yang
diutus oleh Allah sebagi rahmat bagi alam semesta.

Sebagaimana firman Allah :

‫ك أقلن لرخحلمةة لمخللعللقمخيلن لولمآَ ألخر‬


‫لسخلنل ل‬

“Dan kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk menjadi rahmad bagi seluruh
alam” (Q.S. Al-Anbiyaa’ : 107).

Allah menurunkan kitab-Nya kepadanya mengamanahkan kepadanya atas agama-Nya, dan


menugaskannya untuk menyampaikan risalah-Nya. Allah telah melindunginya dari kesalahan
dalam menyampaikan risalah itu. Allah ta’ala mendukung nabi-Nya dengan mukzizat-mukzizat
yang nyata dan ayat-ayat yang jelas, memperbanyak makan untuk beliau, memperbanyak air.
Dan beliau mengabarkan sebagian perkara ghaib.
B Kewajiban Mencintai Rasulullah

Mencintai Rasulullah adalah wajib dan termasuk bagian dari iman, semua orang islam
mengimani bahwa Rasulullah adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Makna mengimani ajaran
Rasulullah Saw adalah menjalankan ajarannya, menaati perintahnya dan berhukum dengan
ketetapannya.

Ahlus sunah mencintai Rasulullah Saw dan mengagungkannya sebagaimana para sahabat
beliau mencintai beliau lebih dari mecintai mereka kepada diri mereka sendiri dan keluarga
mereka, sebagaimana sabda Rasulullah :

‫ب اليه من نفسه وواقلده ووللده والنناَس أجمعين‬


‫ليِؤمن أحدكم حنتى اكوُن أح ن‬.

Artinya: Tidak beriman salah seorang diantaramu, sehingga aku lebih dicintai olehnya daripada
dirinya sendiri, orang tuanya, anaknya dan manusia semuanya. (H.R. Bukhari Muslim).

Allah swt berfirman:

‫قلخل إقخن لكخنتلخم تلقحتبخوُلن ال لفاَتنبقلعخوُقنى يِلخحبقخبلكلم ال لويِلخغفقخرِلللكخم لذنلخوُبللكخم لوال لغفلخوُصر نرقحخيصم‬

Katakanlah (Muhammad): “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu
dan mengampuni dosa-dosamu”. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS 3:31).

C. Taat

Kita wajib menaati nabi Muhammad Saw dengan menjalankan apa yang diperintahkannya
dan meninggalkan apa yang dilarangnya. Hal ini merupakan konsekuensi dari syahadat
(kesaksian) bahwa beliau adalah rasul (utusan Allah). Dalam banyak ayat al-Qur’an, Allah
memerintahkan kita untuk menaati nabi Muhammad Saw. diantaranya ada yang diiringi dengan
perintah taat kepada Allah sebagaimana firman-Nya :

‫ال لوألقطخيلعوُخا النرِلسوُلل‬


‫…ليِمأتيِلهاَ خاللقذخيِلن لءالملنوُخا ألقطخيلعوُخا ن‬

“Wahai orang-orang yang beriman ‘taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad)’…..” (Q.S.
Annisa : 59).

Allah SWT menyeru hamba-hamba-Nya yang beriman dengan seruan “Hai orang-orang yg
beriman” sebagai suatu pemuliaan bagi mereka karena merekalah yg siap menerima perintah
Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Dengan seruan iman merekapun menjadi semakin siap
menyambut tiap seruan Allah SWT. Kewajiban taat kepada Allah dan kepada Rasul-Nya adalah
dengan melaksanakan perintah-perintah -Nya serta larangan-larangan -Nya.

Jika seseorang benar-benar beriman kepada Allah dan hari akhir ia akan taat kepada Allah
dan Rasul-Nya karena ia mengimani benar bahwa Allah SWT sesungguhnya Maha Mengetahui
segala sesuatu baik yang nampak maupun yang tersembunyi

Terkadang pula Allah mengancam orang yang mendurhakai Rasulullah, sebagaimana


firman-Nya :

…‫ب أللقخيصم‬ ‫صخيبلهلخم فقختنلةص ألخويِل ق‬


‫صيبلهلخم لعلذا ص‬ ‫ِألخن تل ق‬،‫فلخليلخحلذقرالنقذخيِلن يِللخاَلقفلخوُلن لعخن ألخمقرِقه‬

“… Maka hendaklah orang yang menyalahi perintah Rasul-Nya takut akan mendapat cobaan
atau ditimpa azab yang pedih.” (Q.S. An-Nur : 63).

Artinya hendaknya mereka takut jika hatinya ditimpa fitnah kekufuran, nifaq, bid’ah, atau
siksa pedih didunia. Allah telah menjadikan ketaatan dan mengikuti Rasulullah sebagai sebab
hamba mendapatkan kecintaan Allah dan ampunan atas dosa-dosanya, sebagai petunjuk dan
mendurhakainya sebagai suatu kesesatan.

Kunci kemuliaan seorang mukmin terletak pada ketaatannya kepada Allah dan rasul-Nya,
karena itu para sahabat ingin menjaga citra kemuliaannya dengan mencontohkan kepada kita
ketaatan yang luar biasa kepada apa yang ditentukan Allah dan Rasul-Nya. Ketaatan kepada
Rasul sama kedudukannya dengan taat kepada Allah, karena itu bila manusia tidak mau taat
kepada Allah dan Rasul- Nya, maka Rasulullah tidak akan pernah memberikan jaminan
pemeliharaan dari azab dan siksa Allah swt, di dalam Al-Qur’an, Allah swt berfirman:

‫ع ال لولمخن تللوُنلى فللماَ ألخرلسخللناَ ل‬


‫ك لعللخيقهخم لحفقخي ة‬
َ‫ظا‬ ‫لمخن تيِقطقع النرِلسخوُلل فلقلخد أل ل‬
‫طاَ ل‬

“Barang siapa yang mentaati Rasul, sesungguhnya ia mentaati Allah. Dan barangsiapa yang
berpaling, maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka (QS 4:80).

Manakala seorang muslim telah mentaati Allah dan Rasul-Nya, maka ia akan memperoleh
kenikmatan sebagaimana yang telah diberikan kepada para Nabi, orang yang jujur, orang yang
mati syahid dan orang-orang shaleh, bahkan mereka adalah sebaik-baik teman yang harus kita
miliki.

Oleh karena itu, ketaatan kepada Rasulullah saw juga menjadi salah satu kunci untuk bisa
masuk ke dalam surga. Adapun orang yang tidak mau mengikuti Rasul dengan apa yang
dibawanya, yakni ajaran Islam dianggap sebagai orang yang tidak beriman.

D. Menghidupkan Sunnah

Bagi seorang muslim, mengikuti sunah atau tidak bukan merupakan suatu pilihan, tetapi
kewajiban. Sebab, mengenalkan ajaran Islam sesuai denagn ketentuan Allah dan Rasul-Nya
adalah kewajiban yang harus diaati. Mengenai kewajiban mengikuti Nabi dan menaati
sunnahnya serta mengikuti petunjuknya, Allah berfirman :

‫ب لولمآَلءالئمىلكلم النرِلسلل فللخلذوهل‬


‫ال لشقدخيِلد القعلقاَ ق‬ ‫ِلواتنلقوُخا ن‬،‫… لولماَ نلهللكخم لعخنهل فلاَخنللتهثخوُخا‬
‫ال إقنن ن‬

“… Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dan apa yang dilarangnya bagimu
maka tinggalkanlah. Dan bertaqwalah kepada Allah. Sungguh, Allah sangat keras hukum-Nya.”
(Q.S. al-Hasyr : 7).

Secara umum bid’ah adaah sesat karena berada diluar perintah Allah Swt dan Rasul-Nya,
akan tetapi banyak hal yang membuktikan, bahwa Nabi membenarkan banyak persoalan yang
sebelumnya belum pernah beliau lakukan. Kemudian dapat disimpulkan bahwa semua bentuk
amalan, baik itu dijalankan atau tidak pada masa Rasulullah, selama tiak melanggar syari’at dan
mempunyai tujuan , niat mendekatkan diri kepada Allah dan mendapatkan ridho-Nya, serta untuk
mengingat Allah serta Rasul-Nya adalah sebagian dari agama dan itu dperbolehkan dan diterima.

Sebagaimana nabi bersabda :

“Sesungguhnya segala perbuatan tergantung pada niat dan setaiap manusia akan mendapat
sekedar paa yang diniatkan, siapa yang hijrahnya (tujuannya) itu adalah karena Alah dan
Rasul-Nya, hijrahnya (tujuan) itu adalah berhasil.” (H.R. Bukhari)

Banyak sekali orang yang memfonis bid’ah dengan berdalil pada sabda Rasulullah :

“setiap yang diada-adakan adalah bid’ah dan setiap bid’ah adalah sesat”.

Juga hadis Rasulullah :


“barang siapa yang didalam agama kami mengadakan sesuatu yang tidak dari agama ia
ditolak”.

Mereka tidak memperhatikan terlebih dahulu apakah yang baru diakukan itu membawa
kebaikan dan yang dikehendaki oleh agama atau tidak. Jika ilmu agama sedangkal itu orang
tidak perlu bersusah payah memperoleh kebaikan.

Ditambah lagi tuduhan golongan orang ingkar mengenai suatu amalan adalah kata-kata
sebagai berikut : Rasulullah tidak pernah memerintah dan mencontohkannya. Begitu pula para
sahabat tidak ada satupun diatara mereka yang mengerjakannya. Dan jikalau perbuatan itu baik
kenapa tidak dilakukan oleh Rasulullah, jika mereka tidak melakukan kenapa harus kita yang
melakukannya. Bahkan dengan hal itu mereka menyebutkan bahwa hal baru seperti tahlilan atau
berzikir bersama adalah bid’ah, dan itu adalah sesat.

Dimana harus kita fahami macam-macam sunnah, antara lain adalah :

a. Sunnah Qauliyyah : sunnah dimana Rasulullah saw sendiri menganjurkan atau menyarankan
suatu amalan, tapi tidak ditemukan bahwa rasulullah tidak pernah mengerjakannya secara
langsung. Jadi sunnah ini adalah sunnah Rasulullah yang dalilnya sampai kepada kita bukan
dengan cara dicontohkan, melainkan hanya diucapkan saja oleh beliau. Contohnya adalah hadis
Rasulullah yang menganjurkan orang untuk belajar berenang, tetapi kita belum pernah
mendengar Rasulullah atau para sahabat belajar berenang.
b. Sunnah Fi’liyah : Sunah yang ada dalilnya dan pernah dilakukan langsung oleh Rasulullah.
Misalkan sunnah puasa senin kamis, makan dengan tangan kanan, dan lain-lain.
c. Sunnah Taqriyyah : Sunah dimana Rasulullah tidak pernah melakukan secara langsung dan
tidak pula pernah memerintahkannya. Melainkan hanya mendiamkannya saja. Contohnya adalah
beberapa amalan para sahabat yang saat dilakukan Rasulullah mendiamkannya saja.

Begitu juga dengan amalan ibadah yang belum pernah dilakukan nabi dan para sahabat
juga tidak pernah disampaikan dan tidak pula didiamkan oleh beliau, yaitu yang dilakukan oleh
para ulama. Misalkan mengadakan majlis maulidin Nabi Saw dan yasinan. Tidak lain para ulama
yang melakukan ini adalah mengambil dalil-dalil

III. AKHLAK PADA ORANG TUA


A. Pengertian Akhlak kepada Orang Tua
Akhlak berasal dari bahasa arab yaitu Al-khulq, Al-khuluq yang mempunyai arti watak,
tabiat. Secara Istilah Akhlak menurut Ibnu MaskawiAkhlak adalah sesuatu keadaan bagi jiwa
yang mendorong ia melakukan tindakan-tindakan dari keadaan itu tanpa melalui pikiran dan
pertimbangan.
Sedangkan yang dimaksud kedua orang tua adalah Bapak Ibu baik itu dari keturunan
(Nasab) atau susuan, baik keduanya orang muslim ataupun kafir, termasuk juga kedua orang tua
adalah nenek dan kakek dari kedua belah pihak.
Menurut Ad-Durjani Birul Walidain adalah mengormati dan berbakti kepada kedua orang tua.
Menurut Imam As-Syafii Birul Walidain adalah berbakti kepada orang tua baik yang masih hidup
ataupun yang telah meninggal dunia.
Menurut Muhammad Abduh Birul Walidain adalah taat melaksanakan apa-apa yang
diperintahkan oleh kedua orang tua dalam kebaikan.
Menurut Ibnu Qoyim Birul Walidain adalah Berbakti kepada kedua orang tua semata-mata
karena Allah SWT.
Jadi bisa disimpulkan bahwa Akhlak kepada Orang Tua adalah Menghormati dan
menyayangi mereka berdua dengan sopan santun dan berbakti kepada keduanya dalam keadaan
hidup dan dalam keadaan sudah meninggal dunia.
Rosulullah SAW menjelaskan dalam Haditsnya bahwa Kita harus menghormati kedua orang tua
“ Hormatilah Bapak dan Ibumu “

B. Kewajiban Berbakti kepada Orang Tua


Berbakti (Al Birr) adalah kata yang mencakup kebaikan dunia dan akhirat, berbakti
kepada kedua orang tua adalah dengan berbaik kepada keduanya, memenuhi hak-hak keduanya,
dan mentaati keduanya.

Allah SWT Berfirman dalam Surat Al-Isra ayat 23 :


‫وباَلوُالديِن إحساَناَ ة‬
“ Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua “
Hal ini menunjukan bahwa akhlak menghormati orang tua adalah suatu hal yang sangat
penting yang dianjurkan oleh Rosulullah kepada Umatnya.Adapun akhlak anak terhadap orang
tua adalah sebagai berikut : Sayangilah, cintailah, hormatilah, patuhlah kepadanya rendahkan
dirimu, sopanlah kepadanya. Ketahuilah bahwa kita hidup bersama orang tua merupakan nikmat
yang luar biasa, kalau orang tua kita meninggal alangkah sedihnya hati kita karena tidak ada
yang dipandang lagi.
Allah SWT telah memerintahkan supaya Kita jangan menyembah selain Dia dan hendaklah Kita
berbuat baik pada Ibu Bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya
atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah
kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan
ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia.
Allah SWT Berfirman dalam Surat Al-Isra ayat 23:
‫فل تقل لهماَ أف ول تنهرِهماَ وقل لهماَ قوُل كرِيِماَ ة‬
“Maka janganlah Kamu mengatakan ah kepada orang tua dan janganlah membentaknya dan
ucapkanlah kepada keduanya dengan perkataan yang baik”.

Kita juga diperintahkan oleh Allah SWT untuk merendahkanlah diri terhadap mereka
berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah:
"Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku
waktu kecil".(QS Al-Isra : 24

C. Keutamaan Berbakti kepada Orang Tua


Rosulullah SAW Bersabda :
“Dari Abdullah Bin Mas’ud berkata: “Aku bertanya kepada Rasulullah: “Amalan apakah yang
dicintai oleh Allah” Beliau menjawab: “Sholat pada waktunya. Aku bertanya lagi: “Kemudian
apa” Beliau menjawab: “Berbakti kepada kedua orang tua”. Aku bertanya lagi: “Kemudian
apa” Beliau menjawab: “Jihad dijalan Allah”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Dari Hadits tersebut bisa disimpulkan bahwa berbakti kepada kedua orang tua itu
merupakan amal perbuatan yang paling dicintai oleh Allah SAW.
D.Contoh Berbakti kepada Orang Tua
Rosulullah SAW Bersabda :
“ Dari Asma binti Abu Bakar ia berkata:“Ibuku mendatangiku, sedangkan ia seorang wanita
musyrik di zaman Rasulullah . Maka aku meminta fatwa kepada Rasulullah dengan
mengatakan:
“Ibuku mendatangiku dan dia menginginkan aku (berbuat baik kepadanya), apakah aku (boleh)
menyambung (persaudaraan dengan) ibuku” beliau bersabda: “ya, sambunglah ibumu”. (HR.
Al-Bukhari dan Muslim).
E. Berbakti kepada Orang Tua Menurut Pendekatan Rasional
Karena semenjak awal bulan kehamilan dan menjelang kelahirannya kita dijaga
keselamatan kita dengan taruha nyawa.Belaian kasih sayangnya memanjakan kita dan do’a nya
selalu menyertai kita.Dan karena itulah Allah mewasiatkan kepada seluruh manusia agar berbuat
baik kepada Ibu Kita.
Dan Ibu Kita merawat jasmani dan rohani kita sejak kecil secara langsung, maka bapak pun juga
merawat kita,mencari nafkah untuk kita, membesarkan kita, mendidik kita dan menyekolahkan
kita,disamping usaha ibu. Kalau mulai mengandung sampai masa muhariq (masa dapat
membedakan mana yang baik dan buruk), seorang ibu sangat berperan, maka setelah mulai
memasuki masa belajar, ayah lebih tampak kewajibannya, mendidik kita dan membesarkan kita
menjadi dewasa, namun apabila dibandingkan antara berat tugas ibu dengan ayah, mulai
mengandung sampai dewasa dan sebagaimana perasaan ibu dan ayah terhadap putranya, maka
secara perbandingan, tidaklah keliru apabila dikatakan lebih berat tugas ibu dari pada tugas ayah.
Coba bandingkan, banyak sekali yang tidak bisa dilakukan oleh seorang ayah terhadap
anaknya, yang hanya seorang ibu saja yang dapat mengatasinya tetapi sebaliknya banyak tugas
ayah yang bisa dikerjakan oleh seorang ibu.Barangkali karena demikian inilah maka
penghargaan kepada ibunya. Walaupun bukan berarti ayahnya tidak dimuliakan, melainkan
hendaknya mendahulukan ibu daripada mendahulukan ayahnya dalam cara memuliakan orang
tua.
Allah SWT Berfirman dalam Surat Al-Luqman : 14
Artinya:“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-
bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah dan bertambahtambah, dan
menyapihnya dalam dua tahun.Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang ibu bapakmu,
hanya kepada-Ku lah kembalimu” (QS.Luqman:14)

IV. AKHLAK KEPADA ORANG YANG LEBIH KECIL (MUDA)

A. AKHLAK BERGAUL TERHADAP ORANG YANG LEBIH MUDA


1. Pengertian orang yang lebih muda
Pemuda dalam bahasa Arab disebut dengan syabab atau fata. Hal tersebut dapat dijumpai
di dalam al-Qur’an dan hadis nabi. Di dalam al-Qur’an terdapat dalam firman Allah Swt.
٦٠ ‫لقاَللوُخا لسقمبعلناَ فلتتى يِلبذلكلرِهل بم يِللقاَلل لل ۥهۥُل إقببرلرِقهيلم‬
“Mereka berkata: “Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini
yang bernama Ibrahim”. (QS. An-Anbiya(21):60)
Sementara di dalam hadis Rasullullah saw. Bersabda :
Artinya : “Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapatkan perlindungan oleh Allah
dalam naungan (Arsy-Nya) pada hari yang tidak ada perlindungan (sama sekali) kecuali
perlindungan dariNya: Seorang pemimpin yang adil, seorang pemuda yang tumbuh dalam ibadah
(ketaatan) kepada Allah, seseorang yang hatinya senantiasa terkait kepada masjid, dua orang
yang saling mencintai karena Allah, mereka berkumpul dan berpisah karenaNya, seorang laki-
laki yang saat diajak (berbuat sesuatu yang dilarang agama) oleh seorang wanita yang memiliki
kedudukan danberkumpul dan berpisah karenaNya, seorang laki-laki yang saat diajak (berbuat
sesuatu yang dilarang agama) oleh seorang wanita yang memiliki kedudukan dan cantik, maka ia
berkata: “Aku takut kepada Allah Swt. “Seseorang yang bersedekah lalu ia menyembunyikan
sedekahnya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan oleh tangan
kanannya serta seseorang yang berdzikir kepada Allah dalam kesunyian lalu kedua matanya
meneteskan air mata. (HR. Bukhari-Muslim)
Sementara dalam bahasa Indonesia pemuda berarti orang yang belum sampai setengah
umur dan merupakan lawan kata tua.
Orang yang lebih muda yang dimaksud disini adalah anak kecil atau remaja dan para
pemuda.
Dalam bergaul dengan anak kecil Rasullullah saw. Memberi teladan saat beliau mencium
Hasan dan Husein di hadapan al Aqra bin Habis yang terheran-heran lalu ia berkata: “Wahai
Rasullullah Saw saya mempunyai sepuluh orang anak, tetapi tidak ada seorangpun yang pernah
aku cium seperti engkau ini”. Rasullullah Saw memandangnya dan berkata: “Barangsiapa yang
tidak menyayangi sesama manusia, niscaya tidak akan disayangi oleh Allah”. (HR. Bukhari
Muslim)
Karena pemberian rahmat Allah Swt itulah Rasullullah Saw senantiasa merasa senang dan
berusaha menggembirakan hati anak-anak kecil, menghibur dan bila ada tamu yang
mengunjunginya dan membawa oleh-oleh, maka sosok yang diberikan terlebih dahulu adalah
anak-anak.
Demikian pula bergaul terhadap remaja. Remaja adalah masa pencarian jati diri. Remaja
merupakan kelompok maasyarakat yang biasanya kreatif dan inovatif. Hal ini juga terjadi dalam
pergaulan mereka. Oleh karena itu banyak dijumpai para remaja yang berusaha menonjolkan
identitas pribadi atau kelompoknya. Mereka biasanya akan meniru siapa saja yang menurut
mereka layak untuk ditiru seperti guru, ulama, artis, dan para tokoh lainnya. Dalam beberapa
kejadian ditemukan banyak penyimpangan yang di lakukan oleh para remaja ini seperti adanya
komunitas atau gang yang identik dengan perilaku buruk seperti gang motor dan sebagainya.
Islam memberi perhatian sangat besar terhadap upaya perbaikan mental kaum muda.
Karena generasi muda hari ini adalah pemeran utama di masa yang akan datang. Merekalah
pondasi yang menopang masa depan umat islam. Adab bergaul dengan orang yang lebih muda
pada dasarnya ditunjukan untuk menjadikan generasi yang dapat menggantikan tongkat estafet
pengembangan umat yang lebih baik.
Al-Qur’an menceritakan tentang potret pemuda Ashabul Kahfi sebagai kelompok pemuda
yang beriman kepada Allah dan meninggalkan mayoritas kaumnya yang menyimpang dari
agama Allah Swt. Sehingga Allah menyelamatkan para pemuda tersebut dengan menidurkan
mereka selama 309 tahun. Allah Swt, berfirman:
‫لوللبقلثوُخا قفي لكبهفققه بم ثل رلل ل‬
٢٥ َ‫ث قماَخئلةة قسقنيلن لوٱَبزلدالدوخا تقبستعا‬
Artinya : “Dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan tambah Sembilan
tahun (lagi)”. (QS. Al-Kahfi:25)
2. Tata Cara Bergaul dengan Orang Lebih Muda
a. Memberi nasehat dengan bijak
Kalangan muda khususnya remaja dan pemuda adalah masa pancaroba. Masa muda
mempunyai posisi yang sangat penting. Para pemuda dituntut untuk memberikan sumbangsihnya
dalam membangun kemajuan. Bersamaan dengan itu, masa muda juga merupakan masa yang
penuh dengan godaan untukmemperturutkan hawa nafsu. Seorang pemuda yang sedang dalam
masa pertumbuhan fisik maupun mental, banyak mengalami gejolak dalam pikiran maupun jiwa,
yang tidak jarang menyebabkan hidupnya terguncang. Oleh karena itu perlu mendapat nasehat
dari orang yang lebih tua.
Yang menjadikan mereka mengikuti kita adalah kelemahan dan kelembutan sikap kita,
Allah swt. Berfirman:
ِ‫ف لعبنهل بم لوٱَبستلبغفقبرِ للهل بم لولشمماَقوبرهل بم فقممي ٱَبللبمممرقر‬ ‫ضوُخا قمبن لحبوُلق ر ل‬
‫ك لفٱَبع ل‬ ‫لنفل ت‬ ‫ظ ٱَبلقلبل ق‬
‫ب ل‬ ‫ت فل ةن‬
‫ظاَ لغقلي ل‬ ‫ت للهل ربم لوللبوُ لكن ل‬
‫فلبقلماَ لربحلمةة مملن ٱَنلق قلن ل‬
١٥٩ ‫ب ٱَبللمتللوُمكقليلن‬ ‫لق إقنن ٱَنلل يِلقح ت‬ ‫ت فلتللوُنكبل لعللى ٱَ ن ل‬
‫فلإ قلذا لعلزبم ل‬
Artinya : “Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-
orang yang bertawakal kepada-Nya”(QS. Ali ‘Imran (3):159)
Dengan demikian orang tua yang bijak adalah orang tua yang berupaya secara bijak
mengajak anaknya kepada jaln yang benar. Hal ini seperti kisah Nabi Yusuf AS
“Dan tatkala Dia cukup dewasa Kami berikan kepadanya Hikmah dan ilmu. Demikianlah
Kami member Balasan kepada orang-orang yang berbuat baik dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf
tinggal di rumahnya menggoda Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan Dia menutup
pintu-pintu, seraya berkata:”Marilah ke sini!” Yusuf berkata: “Aku berlindung kepada Allah,
sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.” Sesungguhnya orang-orang yang zalim
tiada akan beruntung. Sesungguhnya wanita itu telah bermaksud (melakukan perbuatan itu)
dengan Yusuf, dan Yusufpun bermaksud (melakukan pula) dengan wanita itu andaikan Dia tidak
melihat tanda (dari) Tuhannya. Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya
kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu Termasuk hamba-hamba Kami yang
terpilih.”
Rasulullah saw. Sendiri sering memberikan arahan dan nasehat kepada para pemuda.
“Wahai para pemuda, barangsiapa diantara kamu semua yang mampu (menikah), maka
menikahlah. Karena hal itu lebih dapat menahan pandangan dan menjaga kemaluan. Barangsiapa
yang tidak mampu, maka hendaklah dia berpuasa, karena hal itu sebagai perisai.”(HR. Bukhari
Muslim)

V. AKHLAK KEPADA KITAB


A. Pengertian Kitab-Kitab Allah
Secara etimologi kata kitab adalah bentuk masdar dari kata ka-ta-ba yang berarti
menulis. Setelah jadi masdar berarti tulisan. Bentuk jama’ dari kata kitab adalah kutub. Dalam
bahasa Indonesia, kitab berarti buku.
Secara terminologis yang dimaksud dengan kitab (Al-kitab, kitab Allah, Al-kutub kitab-
kitab Allah)adlah kitan suci yang diturunkan oleh Allah swt kepada para Nabi dan Rasul-Nya.[2]
Jadi, Beriman kepada kitab-kitab Allah yaitu kepercayaan yang pasti bahwasanya allah
Swt, memiliki kitab-kitab yang diturunkan kepada rasul-Nya untuk disampaikan kepada para
hamba-Nya dan bahwa kitab-kitab tersebut terdapat kebenaran, cahaya dan petunjuk bagi
manusia, baik di dunia maupun di akhirat.
Kata Al-kitab di dalam Al-Quran dipakai untuk beberapa pengertian:
1. Menunjukkan semua kitab suci yang telah diturunkan kepada para Nabi dan Rasul:
“Bukanlah menghadapkan wajahmu kea rah timur dan barat itu suatu kebijakan, akan tetapi
sesungguhnya kebijakan itu ialah beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, Al-kitab,
dab Nabi-Nabi.”(Al-baqarah 2:177).
2. Menunjukkan semua kitab suci yang diturunkan sebelum Al-Quran:
”Berkatala orang –orang kafir:”Kamu bukan seorang yang dijadikan
Rasul.”Katakanlah:”Cukuplah Allah menjadi saksi antara aku dan kamu dan antara orang-
orang yang mempunyai ilmu tentang Al-kitab.”(Ar-Ra’d 13:43).
3. Menunjukkan kitab suci tertentu sebelim Al-Quran; misalnya Taurat:
”Dan sesungguhnya kami telah mendatangkanAl-kitab (taurat)”kepada Nabi adam.”(Al-baqarah
2:87)
4. Menunjukkan kitab suci Al-Quran secara khusus:
”Al-kitab ini tidak aa keraguan padanya;”pentunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa.”(Al-
Baqarah 2:2)
Disamping Al-kitab, untuk menunjukkan kitab kitab suci yang diturunkan Allah swt kepaa para
Nabi dan Rasul .Al-quran juga memakaikan istilah lain yaitu
1. Shuhuf, bentuk jama’ dari shahifah yang berarti lembaran. Dipakai untuk menunujukkan kitab –
kita suci sebelum Al-Quran, khususnya yang dirurunkan kepada Nabi Ibrahim dan Nabi Musa
AS, sebagaimana yang dinyatakan dalam surah Al-A’la ayat 18:19:
”Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam shuhuf yang dahulu. Yaitu shuhuf Ibrahim dan
Musa.”(Al-A’la 87:18:-19)
2. Zubur, bentuk jama’ dari Zabur yang berarti buku. Dipakai untuk menunjukkan kitab-kitab suci
yang diturunkan Allah sebelum Al-Quran, sebagaimana yang dinyatakan dalam surat Ali Imran
Ayat 184:
”Jika mereka mendustakan kamu, maka sesungguhnya rasul-rasul sebelum kamupun telah
didustakan pula, mereka membawa mukjizat-mukjizat yang nyata, zubur dan kitab yang member
penjelasan yang sempurna.”(Ali Imran 3:184)
3. Zabur, bentuk mufrad dari Zubur, dipakai khusus untuk menunjukkan kitab suci yang
diturunkan Allah kepada Nabi Daud AS, sebagaimana yang dinyatakan dalam surah An-Nisa
163:
”Dan kami berikan Zabur kepada Daud.”(An-Nisa 4:163)
Beriman kepada kitab-kitab Allah termasuk salah satu rukun iman, sebagaimana firman Allah
Swt . dalam surah An-Nisaa’ ayat 136:
“Wahai orang-orang yang beriman , tetaplah beriman kepada kitab-kitab Allah dan Rasulnya
sallallahu ‘alaihi wa sallam , kepada kitabNya yang diturunkan kepada RasulNya yakni Al-
Quran, sebagaimana Allah juga memerintahkan agar kita beriman kepada kitab-kitab-Nya, rasul-
rasul-Nya dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.”[3]

B. Sikap Prilaku Beriman Kepada Kitab Allah SWT


Menurut kamus besar bahasa Indonesia, kitab yaitu buku : bacaan : wahyu Tuhan yang
dibukukan. Sedangkan iman yaitu keyakinan dan kepercayaan kepada Allah, nabi, kitab dst :
ketetapan hati; keteguhan batin; keseimbangan batin. Yang dimaksud iman kepada kitab-kitab
Allah adalah meyakini dengan sepenuh hati bahwa Allah SWT telah menurunkan kitab-kitab-
Nya kepada rasul-rasul-Nya untuk disampaikan kepada umatnya sebagai pedoman hidup
(petunjuk) bagi umat manusia supaya dapat meraih kebahagian di dunia dan di akhirat.
Kita wajib beriman bahwa setiap hukum yang telah disampaikan para rasul kepada umat
manusia itu atas perintah yang mereka terima langsung atau dengan perantaraan malaikat.
Beriman kepada kitab-kitab Allah SWT berdasarkan firman Allah SWT dalam surat Al Baqarah
ayat 285:
Artinya: Rasul telah beriman kepada Al Qur’an yang diturunkan kepadanya dari Tuhan-
nya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman kepada Allah,malaikat-
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya .” (Q.S. Al Baqarah (2) : 285)
Beriman kepada kitab-kitab Allah SWT hukumnya wajib. Wajib beriman kepada kitab-
kitab Allah yang pernah diturunkan kepada para rasul-Nya; maka pengingkaran terhadap salah
satu kitab Allah, sama artinya dengan pengingkaran terhadap kitab-kitab Allah. Mengingkari
kitab Allah, sama pula artinya mengingkari kepada Rasulullah, para Malaikat dan kepada Allah
SWT. Orang yang mengaku Islam tetapi mengingkari iman kepada kitab-kitab Allah termasuk
murtad (keluar dari islam).
Sebab itu, kita wajib beriman kepada kitab yang diturunkan Allah kepada Nabi Ibrahim
dan Nabi musa berupa suhuf-suhuf atau lembaran- lembaran (Q.S. 53 : 36-37), Taurat yang
diwahyukan kepada nabi Musa ( Q.S. 5 : 44), Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud (Q.S. 17
: 55), Injil yang diwahyukan kepada Nabi Isa putra maryam (Q.S. 5 : 44), dan yang terakhir yaitu
kitab Al Qur’an yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW (Q.S. 3 : 2-4)[4]
Iman kepada kitab-kitab Allah dahulu berarti kita wajib percaya bahwa sebelum Al
Qur’an, Allah SWT menurunkan kitab-kitab kepada rasul-rasul dan nabi-nabi-Nya, iman yang
tidak mengharuskan kita untuk mengikuti dan patuh terhadap perundang-undangannya. Sebab
perundang-undangan kitab-kitab suci yang dahulu telah terhapus, telah digantikan dengan
perundang-undangan Al Qur’an. Maka Al Qur’anlah satu-satunya kitab yang sekarang kita ikuti
dan kita imani.

C.Perilaku Beriman Kepada Kitab-Kitab Allah SWT


Dalam menampilkan perilaku yang mencerminkan keimanan kepada Allah SWT
berkaitan erat dengan sikap mental, pikiran dan perasaan. Oleh sebab itu, seseorang yang
beriman atau tidak yang tahu persis hanyalah Allah SWT. Akan tetapi sebagai muslim, tentunya
dapat membuktikan dan mewujudkan keimanannya dengan sikap perilaku dalam kehidupan
sehari-hari.[5]
Perilaku orang yang beriman kepada kitab-kitab Allah SWT dapat dicerminkan dengan
sinyalemen sebagai berikut:
a. Meyakini bahwa sebelum Al Qur’an, Allah SWT menurunkan kitab-kitab kepada rasul-rasul
dan nabi-nabi-Nya. Sebagaimana firman-Nya: Artinya: “ Dia menurunkan Al Kitab (Al
Qur’an) kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya
dan menurunkan Taurat dan Injil.” (Q.S. Ali Imran (3) : 3).
b. Meyakini dengan sebenarnya bahwa kitab yang terakhir adalah Al Qur’an yaitu sebagai
pedoman hidup. (pelajari Q.S. 5 : 48).
c. Menyembah dan beribadah hanya kepada Allah SWT. (pelajari Q.S. 51 : 56)
d. Meyakini bahwa Al Qur’an adalah mukjizat Nabi Muhamad SAW sebagai penyempurna.
Kitab-kitab dahulu tidak universal ajarannya. Aturan-aturan yang terkandung didalamnya pada
umumnya hanya sesuai dengan masa dan tempat kitab-kitab itu diturunkan. Oleh karena itu Al
Qur’an diturunkan untuk menyempurnakan kitab-kitab suci itu. Artinya: “ Pada hari ini telah
Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah
Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.”(Q.S. Al Maidah (5) :3).
e. Meyakini bahwa teks asli dari kitab yang telah lalu telah hilang sama sekali danbahasanya
telah mati sejak beberapa abad yang silam. Hanya Al Qur’an yang sampai sekarang tidak pernah
berubah hatta satu huruf sekalipun.

D. Hikmah Beriman Kepada Kitab-Kitab Allah SWT


Dalam menerapkan hikmah beriman kepada kitab-kitab Allah SWT, imlementasinya
sebagai berikut:
a. Beriman kepada Allah SWT hukumnya adalah wajib. Harus melakukan, tidak boleh
meninggalkan. Orang yang beriman kepada kitab-kitab Allah akan mendapatkan balasan dari
Allah SWT berupa ganjaran.
b. Menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman hidup dimana Al Qur’an merupakan penyempurna dari
kitab-kitab terdahulu. Orang-orang yang beriman kepada kitab-kitab Allah akan membuktikan
keimanannya selalu sesuai dengan ajaran Allah SWT, sehingga dalam hidupnya akan mendapat
kebahagiaan dunia dan akhirat (pelajari Q.S. Al Baqarah (2) : 25).[6]
c. Memberikan kemantapan dalam menjalani keislaman. Al Qur’an adalah firman Allah SWT dan
mukjizat terbesar yang diberikan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai bukti kerasulannya dan
sampai akhiruz zaman tetap terjaga kemurniannya.(Q.S. 15 : 9).

VI. AKHLAK KEPADA LINGKUNGAN

A. Pengertian Akhlak Terhadap Lingkungan


Kata Akhlaq berasal dari bahasa Arab yang berarti watak, budi pekerti, karakter, keperwiraan,
kebiasaan. Kata akhlâq ini berakar kata khalaqa yang berarti menciptakan, seakar dengan kata
Khâliq (pencipta), makhlûq (yang diciptakan), dan khalq (penciptaan). Kesamaan akar kata ini
mengandung makna bahwa tata perilaku seseorang terhadap orang lain dan lingkungannya harus
merefleksikan dan berdasarkan nilai-nilai kehendak Khâliq (Tuhan). Akhlaq bukan hanya
merupakan tata aturan atau norma perilaku yang mengatur hubungan antar sesama manusia,
tetapi juga norma yang mengatur hubungan antar manusia dengan Tuhan dan bahkan dengan
alam semesta.Yang dimaksud dengan akhlak terhadap lingkungan adalah segala sesuatu yang
berada di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak benyawa.

B. Tinjauan Akhlak Terhadap Lingkungan


1. Akhlak Terhadap Lingkungan Ditinjau Dari Segi Agama
Pada dasarnya, akhlak yang diajarkan Al-Qur’an terhadap lingkungan bersumber dari fungsi
manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara manusia dengan
sesamanya dan manusia terhadap alam lingkungan. Kekhalifahan mengandung arti pengayom,
pemeliharaan, dan pembimbingan agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptanya.

Dalam pandangan akhlak islam, seseorang tidak dibenarkan mengambil buah sebelum matang
atau memetik bunga sebelum mekar. Karena hal ini berati tidak memberi kesempatan kepada
makhluk untuk mencapai tujuan penciptaannya. Ini berarti manusia dituntut untuk mampu
menghormati proses-proses yang sedang berjalan, dan terhadap semua proses yang sedang
terjadi, sehingga ia tidak melakukan pengrusakan atau bahkan dengan kata lain, setiap perusakan
terhadap lingkungan harus dinilai sebagai perusakan pada diri manusia sendiri.

Akhlak yang baik terhadap lingkungan adalah ditunjukkan kepada penciptaan suasana yang baik,
serta pemeliharaan lingkungan agar tetap membawa kesegaran, kenyamanan hidup, tanpa
membuat kerusakan dan polusi sehingga pada akhirnya akan berpengaruh terhadap manusia itu
sendiri yang menciptanya.

Agama islam adalah agama sempurna yang mengatur seluruh dimensi hubungan manusia dengan
alam lingkungan. Islam mengajarkan dan menetapkan prinsip-prinsip atau konsep dasar akhlak
bagi manusia tentang bagaimana bersikap terhadap alam lingkungannya. Ini merupakan wujud
kesempunaan Islam dan salah satu bentuk nikmat dan kasih sayang Allah yang tidak terbatas.
Allah berfirman: “pada hari ini Aku sempurnakan untukmu agamamu,aku limpahkan atas kamu
nikmat-Ku,dan Aku ridlai Islam sebagai agamamu” (Q.S Al-Maidah:3).
Prinsip Islam selalu menyeimbangkan semua hal dalam kehidupan manusia.Islam tidak
mengizinkan manusia untuk lebih atau hanya memperhatikan satu sisi dengan menghabiskan sisi
yang lain.Ini bisa terwujud dalam prinsip atau nilai-nilai Islam karena ia terbebas dari kekangan
hawa nafsu dan diciptakan oleh sang pencipta manusia, Dzat yang membuat hidup mereka mulia,
mendapatkan rahmat, dan hidayah demi kebaikan mereka di dunia dan akhirat.

Sikap Islam dalam memperhatikan alam lingkungan bertujuan demi kebaikan manusia baik di
dunia maupun di akhirat, sesuai prinsip-prinsip umum berikut ini:
o Prinsip pertama,
Bahwa disisi Allah manusia adalah makhluk yang mulia.Allah telah menundukkan semua yang
ada dilangit dan dibumi untuk memudahkan manusia. Allah berfirman: “Dan sesungguhnya
telah kami muliakan anak-anak Adam,kami angkut mereka didaratan dan dilautan,kami beri
mereka rizqi dari yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna
atas kebanyakan makhluk yang telah kami ciptakan” (Q.S Al-Israa:70).

Kemuliaan yang diberikan Allah kepada manusia adalah bentuk yang indah, kemampuan untuk
berbicara, free will, dan kemampuan berjalan dimuka bumi, di udara, dan di lautan dengan
berbagai bentuk kendaraan. Disamping itu, mereka juga mendapatkan anugerah rizqi yang
berlimpah berupa makanan yang lezat dan baik. Di tambah lagi keutamaan akal, pikiran, wahyu,
Rasul, dan lainnya, serta kemuliaan dan karomah jika taat kepada Allah.

o Prinsip kedua
Manusia dituntut untuk memakmurkan dan melestarikan bumi. Hal ini dapat terimplementasi
dalam beberapa hal sebagai berikut:
 Belajar, mencari ilmu dan mengajar.
 Menunaikan amar ma’ruf nahi munkar.
 Berjihad dijalan Allah dengan tujuan agar ajaran Allah tetap jaya.
 Mematuhi konsep dan aturan Islam dalam kehidupan yang merupakan bentuk ibadah kepada
Allah, serta mengikuti prinsip musyawarah, keadilan, menolak kerugian, serta mewujudkan
kemaslahatan.
o Prinsip ketiga
Manusia dituntut untuk berfikir dan merenungkan apa yang ada dilangit dan apa yang ada bumi.
Hal ini bertujuan agar kehidupan mereka menjadi lebih baik dengan memanfaatkan yang ada di
sekelilingnya, serta lebih dapat mendekatkan diri kepada Allah sehingga memperoleh ridho-Nya.
Akan tetapi, dalam menggunakan akal, pikiran, dan dalam perenungannya, manusia tidak boleh
melampaui apa yang telah digariskan oleh Allah.

o Prinsip keempat
Manusia dituntut untuk menghiasi diri mereka dengan keutamaan-keutamaan, meninggalkan hal-
hal yang tercela dan berinteraksi dengan baik antar sesama manusia dan lingkungannya.

o Prinsip kelima
Interaksi manusia dengan alam lingkungan bukanlah sebuah konflik ataupun peperangan. Akan
tetapi, interaksi manusia dengan alam lingkungan adalah ketundukan alam untuk membantu
manusia dengan tetap menjaga keseimbangan yang menempatkan manusia dan alam lingkungn
pada posisinya masing-masing.

o Prinsip keenam
Ajaran Islam telah memberikan kebebasan kepada umat manusia dalam berakidah, beribadah,
mengungkapkan pendapat, bekerja dan mencari bekal hidup, serta kebebasan-kebebasan lain
yang sangat mereka butuhkan dalam kehidupan.

Prinsip-prinsip dasar diatas jika dilaksanakan dapat mewujudkan kebaikan dan kebahagiaan bagi
manusia. Karena prinsip-prinsip dan nilai-nilai dasar akhlak dalam Islam berasal dari Allah SWT,
sehingga tidak mengherankan jika prinsip-prinsip dan nilai-nilai tersebut sesuai bagi kehidupan
manusia, baik didunia maupun diakhirat.

Berkenaan pada tujuan hidup manusia di alam dunia yang fana’ ini, adalah beribadah kepada
Allah SWT dan melaksanakan amanah-Nya sebagai khalifah dimuka bumi yang bertugas
membangun, mengelola, memanfaatkan, serta menjaga kelestarian alam lingkungan sesuai
dengan petunjuk-Nya.
Manusia selalu dituntut untuk selalu berbuat baik dan berusaha mendekati kesempurnaan, karena
bagaimanapun manusia tidak akan mampu mencapai derajat kesempurnaan. Akan tetapi, jika
tetap hidup dan selalu melakukan perbuatan baik maka harus menambah kebaikannya.
Sedangkan, jika perilakunya buruk maka kemungkinan dengan hidupnya yang lebih panjang ia
bisa meninggalkan keburukannya itu. Manusia terkadang lalai atau bahkan berbuat salah, namun
dosa atas kesalahannya dapat dihapus dengan cara bertaubat.

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majjah Alhakim dengan sanad mereka dari
Abu Hurairah r.a bahwa Rasulullah Saw bersabda:
“Setiap anak adam pasti berbuat kesalahan,dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan
adalah mereka yang bertaubat”.
Jadi, Islam mengakui dan memperhatikan realitas umat manusia, lalu memberikan petunjuk
bagaimana seharusnya mereka berperilaku dalam kehidupan ini, demi mewujudkan kebaikan dan
kemaslahatan didunia dan diakhirat.

2. Akhlak Terhadap Lingkungan Ditinjau Dari Segi Etika


Istilah etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Kata Yunani “ethos” dalam bentuk tunggal
mempunyai banyak arti: tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan, adat,
watak, akhlak, perasaan, cara berpikir. Dalam bentuk jamak (taetha) artinya adalah adat
kebiasaan. Dan arti terakhir inilah menjadi latar belakang terbentuknya istilah etika yang oleh
filsuf Yunani besar Aristoteles (384-322 S.M) sudah dipakai untuk menunjukkan filsafat moral.
Jadi jika kita membatasi pada asal usul kata ini maka”etika” adalah ilmu tentang apa yang biasa
dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan. Dalam referensi lain dikatakan bahwa etika adalah
ilmu yang mempelajari atau menjelaskan arti baik dan buruk.
Berkaitan dengan akhlak pada lingkungan menurut etika, dapat dijelaskan bahwa etika menurut
Kamus Umum Bahasa Indonesia yang lama (Poerwardarminto,sejak 1953) arti etika adalah:
1. Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak kewajiban moral.
2. Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
3. Nilai yang benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Secara singkat etika sangat erat kaitannya dengan prinsip-prinsip moral, yaitu perbuatan yang
mengandung unsur kebaikan dan manfaat. Seperti telah dijabarkan di atas tentang pengertian
etika, sebuah masyarakat bahkan seluruh masyarakat di dunia ini akan beranggapan sama yaitu
lingkungan harus diperlakukan dengan baik dengan selalu menjaga, merawat dan
melestarikannya karena secara etika hal ini merupakan hak dan kewajiban suatu masyarakat serta
merupakan nilai yang mutlak adanya. Dengan kata lain bahwa berakhlak yang baik terhadap
lingkungan merupakan salah satu manifestasi dari etika itu sendiri.

Melihat masa sekarang dimana terdapat berbagai macam musibah yang menimpa saudara-
saudara kita, itu semua tentunya tak lepas dari parangai manusia itu sendiri. Banyak orang
menganggap bahwa lingkungan hanya sebagai objek untuk mendapatkan sesuatu tanpa
memikirkan sebab akibat dan pelestariannya.

Berbagai macam kasus tentang perusakan lingkungan telah banyak terjadi di Indonesia
diantaranya:
1. Pembakaran hutan yang dilakukan oleh masyarakat pedalaman Kalimantan.Walaupun hal ini
dilakukan dalam rangka untuk menjadikan sebagai lahan pertanian, tetapi hal ini terbukti tidak
efektif karena penjalaran api yang begitu cepat menyebabkan melebarnya lahan yang terbakar.
Hal ini tentunya sangat berakibat buruk tidak hanya bagi masyarakat setempat tetapi juga
masyarakat dunia karena pulau Kalimantan merupakan paru-paru dunia yang memproduksi
banyak oksigen untuk kelangsungan hidup manusia.
2. Membuang sampah sembarangan terutama di ibukota Jakarta yang menyebabkan terhalangnya
aliran air sungai yang menyebabkan sungai menjadi kotor dan bau terlebih lagi mengakibatkan
banjir yang menjadi langganan Jakarta setiap tahunnya.
3. Belum lama ini kasus mengenai pabrik yang ada di Provinsi Riau yang membuang limbahnya
di sungai sehingga menyebabkan hilangnya mata pencaharian penduduk dikarenakan ikan-ikan
mati.
4. Kasus lumpur Lapindo di Sidoarjo Jawa Timur yang merupakan sebab dari kelalaian
P.T.Lapindo Brantas dalam menambang minyak bumi sehingga menyebabkan keluarnya lumpur
panas dari dalam bumi dan belum jelas kapan akan berhenti. Hal ini tentunya mengakibatkan
penderitaan pada masyarakat karena mereka kehilangan lahan, rumah serta mata pencahariannya.

Dari penjabaran di atas, tentunya kita dapat mengambil pelajaran bahwa sebab dari kelakuan kita
yang buruk terhadap lingkungan akan berakibat sangat fatal. Lingkungan yang seharusnya
menjadi tempat hidup, justru menjadi penyebab sengsara dan kematian. Dampaknya pun meluas
tidak hanya pada masyarakat setempat yang terkena musibah tetapi pada masyarakat luas pula.

Ketika kata “etika” hanya dijadikan simbol oleh masyarakat tanpa peduli pada aspek untuk
mengamalkannya, maka jelaslah bahwa masyarakat itu telah mengalami kerusakan. Oleh karena
itu aspek “etika” dalam masyarakat harus dikedepankan dan dilaksanakan karena etika di dalam
sebuah masyarakat merupakan dasar bagi perbuatan manusia karena etika mencakup baik, buruk,
benar, salah dan juga mencakup aspek moral atau akhlak. Oleh karena itu marilah kita berakhlak
baik kepada lingkungan yaitu dengan menjaga, merawat dan melestarikannya sehingga akan
terwujud kehidupan yang aman damai sejahtera dan hal itu tentunya menjadi tujuan adanya etika
di dalam masyarakat baik berbangsa maupun bernegara.

3. Akhlak Terhadap Lingkungan Ditinjau Dari Segi Budaya


Sebagai seorang mmanusia yang kodratnya adalah makhluk sosial,kita patut mempunyai dasar
pengetahuan dalam bersosialisasi dengan lingkungan disekitar kita, dasar pengetahuan itu adalah
budaya yg bertujuan agar kita bisa hidup berdampingan dengan baik. Faktor inilah yang menurut
kita menjadi awal mula adanya budaya didalam suatu kelompok masyarakat. Mereka
menciptakan sesuatu yang bisa membuat mereka menjalin kesatuan didalam kehidupannya.
Budaya itu sendiri pastilah suatu kesepakatan bersama dari penciptanya, berdasarkan nilai,
norma, dan moral yang positif yang beredar di masyarakat tersebut.

Budaya yang baik tentulah melahirkan sikap dan perilaku yang baik pula kepada generasi
penerusnya dimasa yang akan datang. Sedangkan budaya yang buruk tercipta dari ulah seseorang
atau sebagian kelompok yang menentang nilai-nilai positif yang terkandung dalam masyarakat.
Contoh budaya baik adalah seorang ibu mengajari anaknya menanam pohon di pekarangan
rumah,agar rumah senantiasa indah. Contoh lain, membiasakan diri bangun pagi,
mengembangkan malu sebagai kontrol diri, dan lain sebagainya.

Budaya merupakan salah satu unsur dasar dalam kehidupan sosial. Budaya mempunyai peranan
penting dalam membentuk pola berpikir dan pola pergaulan dalam masyarakat, yang berarti juga
membentuk kepribadian dan pola pikir masyarakat tertentu. Budaya mencakup perbuatan atau
aktivitas sehari-hari yang dilakukan oleh suatu individu maupun masyarakat.

Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, masyarakat dihadapkan pada
kenyataan semakin merajalelanya orientasi hidup yang materialistis sementara dimensi spiritual
dan ukhrawi semakin tersingkir. Pola hidup masyarakat telah bergeser kearah materialisme,
hedonisme, konsumerisme, individualisme dan sikap masa bodoh (permisif). Pola hidup yang
seperti itu pada akhirnya mengakibatkan semakin maraknya praktik maksiat, kejahatan dan
perilaku yang menyimpang.

Berbagai krisis yang menimpa bangsa indonesia, khususnya masalah akhlak, disebabkan oleh
tidak adanya budaya malu dikalangan para pemimpin dan masyarakat luas, disamping oleh
lemahnya mekanisme kontrol yang dalam bahasa agama islam dikenal dengan istilah Amar
Ma’ruf Nahi Munkar. Bangsa indonesia cenderung bersikap permisif dan membiarkan terjadinya
kemaksiatan dan kemungkaran. Akibatnya praktek korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN)
berkembang luas dikalangan pejabat pemerintah mulai dari kepala desa hingga presiden tanpa
ada orang yang berani melarang apalagi menghentikannya. Pada saat yang sama, berbagai
bentuk maksiat dan munkarat, mulai dari penebangan hutan, perjudian, perzinaan, pemerkosaan,
penyalah gunaan obat-obat terlarang, minuman keras, dan berbagai bentuk kedzoliman semakin
merajalela

Manakala orang telah kehilangan rasa malu dan kejujuran, ia menjadi manusia buas berjingkrak-
jingkrak mengikuti hawa nafsunya dengan hati yang sepuas-puasnya. Hatinya tidak akan
terketuk sama sekali. Egoisme yang meluap-luap membuat matanya menjadi gelap,sehingga
tidak dapat mengenal apapun juga selain yang lebih menambah kepuasan hatinya. Dikala orang
telah mencapai kemerosotan sepeti itu putuslah ia sebagai manusia yang sewajarnya.

Menghadapi keadaan yang sangat menyedihkan diatas, tidak ada alterntif lain kecuali
menghayati nilai-nilai luhur budaya dan mengaktualisaikannya dalam bentuk kepribadian yang
baik, dalam mewujudkan Indonesia baru sebagai negara yang gemah ripah loh jinawe tata
tenterem karto raharjo dibawah naungan ridla Allah SWT yang dalam istilah Al-Qur’an disebut
baldatun thayyibatun wa robbun ghofur.(Q.S.Ar-ruum: ). Selain itu para pemimpin harus
menunjukkan jalan kebahagiaaan kepada umatnya. Lebih terpuji lagi jika mereka dapat
mengantarkan umatnya ke pintu gerbang kebahagiaan. Dengan kata lain, seorang khalifah
(pemimpin) tidak sekedar menunjukkan tetapi mampu pula memberi contoh sosialisasinya

C. Macam Akhlak Terhadap Lingkungan

1. Memelihara dan Melindungi Hewan


Salah satu hadis yang menganjurkan berbuat baik dengan memelihara dan melindungi binatang
dengan cara :
a. memberikan makanannya, sebagaimana sabda Rasulullah saw ;

‫اق‬ ‫ لعخن ألقبي هللرِخيِلرِةل لر ق‬e… ‫ب الننفلقلةل‬


‫ضي النلهم لعخنهم لقاَلل لقاَلل لرلسوُلل ن‬ ‫لولعللى النقذيِ يِلخرِلك ل‬
‫ب لويِلخشلرِ ل‬

Artinya : Dari Abu Hurairah, berkata: Rasulullah saw bersabda : ….“Orang yang menunggangi
dan meminum (susunya) wajib memberinya makanan”. (HR. Bukhari)

b. menolongnya, sebagaimana sabda Rasulullah saw :

‫ي‬‫ا لعخنهم ألنن الننبق ن‬ ‫ضي ن‬ ‫ لعخن ألقبي هللرِخيِلرِةل لر ق‬e ‫ب ثلممنم لخمملرِلج فلممإ قلذا‬ ‫ق اخشتلند لعللخيقه اخللعطل ل‬
‫ش فللوُلجلد بقخئةرِا فلنللزلل قفيهلمماَ فللشممقرِ ل‬ ‫لقاَلل بلخيلناَ لرلجصل بقطلقرِيِ ق‬
‫ش قمخثلل النقذيِ لكاَلن بللللغ قمنمممي فلنلمملزلل اخلبقخئمملرِ فللملل لخفنممهل لممماَةء‬ ‫ب يِلخلهل ل خ‬
‫ب قملن اخللعطل ق‬ ‫ش فللقاَلل النرِلجلل للقلخد بللللغ هللذا اخللكخل ل‬
‫ث يِلألكلل الثنلرِىَ قملن اخللعطل ق‬ ‫لكخل ص‬
‫ت لكبققد لر خ‬
ِ‫طبلقة ألخجصر‬ ‫ا لوإقنن لللناَقفي اخلبللهاَئققم لللخجةرِا فللقاَلل قفي لكمل لذا ق‬
‫ال للهل فللغفللرِ للهل لقاَللوُا ليِاَ لرلسوُلل ن‬ ‫فللسلقى اخللكخل ل‬
‫ب فللشلكلرِ ن‬
Artinya : Dari Abu Hurairah, berkata; Rasulullah saw bersabda : “suatu ketika seorang laki-
laki tengah berjalan di suatu jalanan, tiba-tiba terasa olehnya kehausan yang amat sangat,
maka turunlah ia ke dalam suatu sumur lalu minum. Sesudah itu ia keluar dari sumur tiba-tiba
ia melihat seekor anjing yang dalam keadaan haus pula sedang menjilat tanah, ketika itu orang
tersebut berkata kepada dirinya, demi Allah, anjing ini telah menderita seperti apa yang ia
alami. Kemudian ia pun turun ke dalam sumur kemudian mengisikan air ke dalam sepatunya,
sepatu itu digigitnya. Setelah ia naik ke atas, ia pun segera memberi minum kepada anjing yang
tengah dalam kehausan itu. Lantaran demikian, Tuhan mensyukuri dan mengampuni dosanya.
Setelah Nabi saw, menjelaskan hal ini, para sahabat bertanya: “ya Rasulullah, apakah kami
memperoleh pahala dalam memberikan makanan dan minuman kepada hewan-hewan kami ?”.
Nabi menjawab : “tiap-tiap manfaat yang diberikan kepada hewan hidup, Tuhan memberi
pahala”. (HR. Bukhari dan Muslim).
Hadis di atas memberikan ketegasan betapa Islam sangat peduli akan keselamatan dan
perlindungan hewan. Bahkan disebutkan, bahwa bagi yang menolong hewan sekaligus
memperoleh tiga imbalan, yaitu : (1) Allah berterima kasih kepadanya; (2) Allah mengampuni
dosa-dosanya; dan (3) Allah memberikan imbalan pahala kepadanya Di samping sebagai
Pencipta, Allah adalah penguasa terhadap seluruh makhluk-Nya, termasuk binatang. Dia lah
yang memberi rezeki, dan Dia mengetahui tempat berdiam dan tempat penyimpanan
makanannya.

Allah swt, berfirman dalam QS. Hud (11): 6

‫اق قرخزقللهاَ لويِلخعلللم لمخستلقلنرِلهاَ لولمخستلخوُلدلعلهاَ لكلُل قفي قكلتاَ ق‬


(6)‫ب لمقبيقن‬ ‫لولماَ قمخن لدابنقة قفي اخللخر ق‬
‫ض إقنل لعللى ن‬

Terjemahnya : Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi melainkan Allah-lah yang
memberi rezkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat
penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfuzh).

Secara implisit, ayat ini menjelaskan bahwa Allah swt, senantiasa memelihara dan melindungi
makhluk-Nya, termasuk binatang dengan cara memberikan makanan dan memotoring tempat
tinggalnya. Manusia sebagai makhluk Allah SWT, yang termulia diperintahkan untuk selalu
berbuat baik dan dilarang untuk berbuat kerusakan di atas bumi.

sebagaimana firman-Nya da;a, QS. al-Qashasah (28): 77

‫المم لل‬ ‫ك لولل تلخبممقغ اخلفللسمماَلد فقممي اخللخر ق‬


‫ض إقنن ن‬ ‫ك قملن التدخنلياَ لوألخحقسخن لكلماَ ألخحلسمملن ن‬
‫المم إقللخيمم ل‬ ‫س نل ق‬
‫صيبل ل‬ ‫ك ن‬
‫ال الندالر اخلقخلرِةل لولل تلخن ل‬ ‫لواخبتلقغ قفيلماَ لءالتاَ ل‬
(77)‫ب اخللمخفقسقديِلن‬
‫يِلقح ت‬

Terjemahnya : Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (keni`matan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak
menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan.
Di lain ayat, yakni QS. al-A’rāf (7) Allah berfirman :

… ‫صللقحلهاَ لذلقلكخم لخخيصرِ لللكخم إقخن لكخنتلخم لمخؤقمقنيلن‬ ‫لولل تلخفقسلدوا قفي اخللخر ق‬
‫ض بلخعلد إق خ‬

Terjemahnya : … dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan
memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang
beriman”.

Ayat di atas, melarang untuk merusak lingkungan, dan malah sebaliknya yakni ayat tersebut
menganjurkan manusia untuk berbuat baik dan atau memelihara lingkungannya.

2. Penanaman Pohon dan Penghijauan


Salah satu konsep pelestarian lingkungan dalam Islam adalah perhatian akan penghijauan dengan
cara menanam dan bertani. Nabi Muhammad saw menggolongkan orang-orang yang menanam
pohon sebagai shadaqah. Hal ini diungkapkan secara tegas dalam dalam hadits Rasulullah saw,
yang berbunyi :

‫ لقاَلل لرلسوُلل ن‬e ‫صلدقلةص‬


… ‫اق‬ ‫ع لزخرةعاَ فليلأخلكلل قمخنهل ل‬
‫طخيصرِ ألخو إقخنلساَصن ألخو بلقهيلمةص إقنل لكاَلن للهل بققه ل‬ ‫س لغخرِةساَ ألخو يِلخزلر ل‬
‫لماَ قمخن لمخسلققم يِلخغقرِ ل‬
Artinya : “…. Rasulullah saw bersabda : tidaklah seorang muslim menanam tanaman,
kemudian tanaman itu dimakan oleh burung, manusia, ataupun hewan, kecuali baginya dengan
tanaman itu adalah sadaqah”. (HR. al-Bukhari dan Muslim dari Anas).

Pada QS. al-An’am (6): 99, Allah berfirman ;

َ‫طخلقعلهما‬ ‫ضةرِا نلخخقرِلج قمخنهل لحةنبماَ لمتللرِاقكةبماَ لوقمملن الننخخ قل قممخن ل‬ ‫ت لكمل لشخيقء فلأ لخخلرِخجلناَ قمخنهل لخ ق‬ ‫لوهللوُ النقذيِ ألخنلزلل قملن النسلماَقء لماَةء فلأ لخخلرِخجلناَ بققه نللباَ ل‬
‫ب لوالنزخيِلتوُلن لوالترِنماَلن لمخشتلبقةهاَ لولغخيلرِ لمتللشاَبققه اخنظللرِوا إقللى ثللمقرِقه إقلذا ألخثلملرِ لويِلخنقعقه إقنن قفي لذلقلكممخم لليِلمماَ ق‬
‫ت لققلممخوُقم‬ ‫ت قمخن ألخعلناَ ق‬‫ققخنلوُاصن لدانقيلةص لولجنناَ ق‬
(99)‫يِلخؤقملنوُلن‬

Terjemahnya : Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu kami tumbuhkan
dengan air itu segala macam tumbuh-tumbuhan, maka Kami keluarkan dari tumbuh-tumbuhan
itu tanaman yang menghijau, Kami keluarkan dari tanaman yang menghijau itu butir yang
banyak; dan dari mayang kurma mengurai tangkai-tangkai yang menjulai, dan kebun-kebun
anggur, dan (Kami keluarkan pula) zaitun dan delima yang serupa dan yang tidak serupa.
Perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan (perhatikan pulalah) kematangannya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu ada tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi orang-orang
yang beriman.

Ada dua pertimbangan mendasar dari upaya penghijauan ini, yaitu :


a. pertimbangan manfaat, sebagaimana disebutkan dalam QS. Abasa (80): 24-32, sebagai berikut :

‫(لوقعنلةبماَ لوقل خ‬27)َ‫( فلأ لخنبلختلنماَ قفيلهماَ لحةنبما‬26) َ‫ض لش نةقا‬


)َ‫ضمةبا‬ ‫(لثمنم لش قلخقلناَ اخللخر ل‬25)َ‫صمةنبا‬
‫صمبلخبلناَ اخللم اَلء ل‬
‫(ألننماَ ل‬24)‫طلعماَقمقه‬
‫فلخليلخنظلقرِ ا خ قلخنلساَلن إقلل ى ل‬
(32)‫(لملتاَةعاَ لللكخم لوقللخنلعاَقملكخم‬31)َ‫(لولفاَقكهلةة لوألةنبا‬30) َ‫ق لغخلةبا‬‫(لولحلدائق ل‬29)‫(لولزخيِلتوُةناَ لونلخخةل‬28

Terjemahnya : maka hendaklah manusia itu memperhatikan makanannya. Sesungguh-nya Kami


benar-benar telah mencurahkan air (dari langit), kemudian Kami belah bumi dengan sebaik-
baiknya, lalu Kami tumbuhkan biji-bijian di bumi itu, anggur dan sayur-sayuran, Zaitun dan
pohon kurma, kebun-kebun (yang) lebat, dan buah-buahan serta rumput-rumputan, untuk
kesenanganmu dan untuk binatang-binatang ternakmu.
b. pertimbangan keindahan, sebagaimana disebutkan dalam QS. al-Naml (27): 60, sebagai
berikut :

‫ت بلخهلجقة لماَ لكاَلن لللكخم ألخن تلخنبقلتوُا لشلجلرِلهاَ ألئقللممهص لممملع ن‬


‫اقمم بلممخل‬ ‫ض لوألخنلزلل لللكخم قملن النسلماَقء لماَةء فلأ لخنبلختلناَ بققه لحلدائق ل‬
‫ق لذا ل‬ ‫ت لواخللخر ل‬ ‫ألنمخن لخلل ل‬
‫ق النسلملوُا ق‬
(60)‫هلخم قلخوُصم يِلخعقدللوُلن‬

Terjemahnya : Atau siapakah yang telah menciptakan langit dan bumi dan yang menurunkan
air untukmu dari langit, lalu Kami tumbuhkan dengan air itu kebun-kebun yang
berpemandangan indah, yang kamu sekali-kali tidak mampu menumbuhkan pohon-pohonnya?
Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Bahkan (sebenarnya) mereka adalah orang-
orang yang menyimpang (dari kebenaran).
Maka lihatlah pada ungkapan ini “kebun-kebun yang sangat indah” yang berarti menyejukkan
jiwa, mata dan hati ketika memandangnya. Setelah Allah swt, memaparkan nikmat-nikmat-Nya,
baik berupa tanaman, kurma, zaitun, buah delima dan semacamnya, Dia melanjutkan firman-
Nya ‫“ أنظرِوا إلى ثمرِه إذ أثمرِ ويِنعه‬lihatlah/perhatikanlah buahnya di waktu pohonnya berbuah, dan
(perhatikan pula) kematangannya” (QS. 6 : 99).

Imam al-Qurtubi, mengatakan di dalam tafsirnya ; “Bertani bagian dari fardhu kifayah, maka
Pengertian Akhlak Terhadap Lingkungan

Kata Akhlaq berasal dari bahasa Arab yang berarti watak, budi pekerti, karakter, keperwiraan,
kebiasaan. Kata akhlâq ini berakar kata khalaqa yang berarti menciptakan, seakar dengan kata
Khâliq (pencipta), makhlûq (yang diciptakan), dan khalq (penciptaan). Kesamaan akar kata ini
mengandung makna bahwa tata perilaku seseorang terhadap orang lain dan lingkungannya harus
merefleksikan dan berdasarkan nilai-nilai kehendak Khâliq (Tuhan). Akhlaq bukan hanya
merupakan tata aturan atau norma perilaku yang mengatur hubungan antar sesama manusia,
tetapi juga norma yang mengatur hubungan antar manusia dengan Tuhan dan bahkan dengan
alam semesta.Yang dimaksud dengan akhlak terhadap lingkungan adalah segala sesuatu yang
berada di sekitar manusia, baik binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak benyawa.
kungan adalah ditunjukkan kepada penciptaan suasana yang baik, serta pemeliharaan lingkungan
agar tetap membawa kesegaran, kenyamanan hidup, tanpa membuat kerusakan dan polusi
sehingga pada akhirnya akan berpengaruh terhadap manusia itu sendiri yang menciptanya.

Agama islam adalah agama sempurna yang mengatur seluruh dimensi hubungan manusia dengan
alam lingkungan. Islam mengajarkan dan menetapkan prinsip-prinsip atau konsep dasar akhlak
bagi manusia tentang bagaimana bersikap terhadap alam lingkungannya. Ini merupakan wujud
kesempunaan Islam dan salah satu bentuk nikmat dan kasih sayang Allah yang tidak terbatas.
Allah berfirman: “pada hari ini Aku sempurnakan untukmu agamamu,aku limpahkan atas kamu
nikmat-Ku,dan Aku ridlai Islam sebagai agamamu” (Q.S Al-Maidah:3).

3. Menghidupkan Lahan Mati


Lahan mati berarti tanah yang tidak bertuan, tidak berair, tidak di isi bangunan dan tidak
dimanfaatkan. Allah swt, telah menjelaskan dalam QS. Yasin (36):

‫ض اخللمخيتلةل ألخحيلخيلناَلهاَ لوألخخلرِخجلناَ قمخنلهاَ لحةنباَ فلقمخنهل يِلأخلكللوُلن‬


‫لولءايِلةص للهللم اخللخر ل‬

Terjemahnya : Dan suatu tanah (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang
mati, Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan daripadanya biji-bijian, maka dari padanya
mereka makan”.

Di ayat lain, tepatnya QS. al-Haj (22): 5-6 Allah swt, berfirman :

… ‫ق لوألننممهل يِلخحيقممي‬‫ال هللوُ اخللح ت‬


‫ك بقأ لنن ن‬ ‫ت لوألخنبلتل خ‬
‫ت قمخن لكمل لزخو ق‬
‫( لذلق ل‬5)‫ج بلقهيج ق‬ ‫ض لهاَقملدةة فلإ قلذا ألخنلزخللناَ لعللخيلهاَ اخللماَلء اخهتلنز خ‬
‫ت لولربل خ‬ ‫لوتللرِىَ اخللخر ل‬
(6)ِ‫اخللمخوُلتى لوألننهل لعللى لكمل لشخيقء قلقديِصر‬

Terjemahnya : … Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila Kami telah menurunkan
air diatasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-
tumbuhan yang indah. Yang demikian itu, karena sesungguhnya Allah, Dia lah yang hak dan
sesungguhnya Dia lah yang menghidupkan segala yang mati dan sesungguhnya Allah Maha
Kuasa atas segala sesuatu.

Kematian sebuah tanah akan terjadi kalau tanah itu ditinggalkan dan tidak ditanami, tidak ada
bangunan serta peradaban, kecuali kalau kemudian tumbuh didalamnya pepohonan. Tanah
dikategorikan hidup apabila di dalamnya terdapat air dan pemukiman sebagai tempat tinggal.

Menghidupkan lahan mati adalah ungkapan dalam khazanah keilmuan yang diambil dari
‫( لمخن ألخحلياَ ألخر ة‬Barang siapa yang
pernyataan Nabi saw, dalam bagian matanhadis, yakni ‫ضاَ لميمتلةة فلقهلي للهل‬
menghidupkan tanah (lahan) mati maka ia menjadi miliknya).

Dalam hadis ini Nabi saw, menegaskan bahwa status kepemilikan bagi tanah yang kosong adalah
bagi mereka yang menghidupkannya, sebagai motivasi dan anjuran bagi mereka yang
menghidupkannya. Menghidupkan lahan mati, usaha ini dikategorikan sebagai suatu keutamaan
yang dianjurkan Islam, serta dijanjikan bagi yang mengupayakannya pahala yang amat besar,
karena usaha ini adalah dikategorikan sebagai usaha pengembangan pertanian dan menambah
sumber-sumber produksi. Sedangkan bagi siapa saja yang berusaha untuk merusak usaha seperti
ini dengan cara menebang pohon akan dicelupkan kepalanya ke dalam neraka. Hal ini sesuai
dengan sabda Rasulullah saw sebagaimana dalam bagian matan hadis, yakni ; ‫ال‬ ‫ب ن‬ ‫لمخن قل ل‬
‫طلع قسخدلرةة ل‬
‫صنوُ ل‬
‫( لرخألسهل قفي النناَقر‬Barang siapa yang menebang pepohonan, maka Allah akan mencelupkannya ke
dalam neraka).

Maksud hadis di atas, dijelaskan kemudian oleh Abu Daud setelah meriwayatkan hadis tersebut,
yaitu kepada orang yang memotong pepohonan secara sia-sia sepanjang jalan, tempat para
musafir dan hewan berteduh. Ancaman keras tersebut secara eksplisit merupakan ikhtiar untuk
menjaga kelestarian pohon, karena keberadaan pepohonan tersebut banyak memberi manfaat
bagi lingkungan sekitar. Kecuali, jika penebangan itu dilakukan dengan pertimbangan cermat
atau menanam pepohonan baru dan menyiram-nya agar bisa menggantikan fungsi pohon yang
ditebang itu.

4. Udara
Salah satu kebutuhan pokok manusia adalah udara, dalam hal ini udara yang mengandung
oksigen yang diperlukan manusia untuk pernafasan. Tanpa oksigen, manusia tidak dapat hidup.

Tuhan beberapa kali menyebut angin (udara) dan fungsinya dalam proses daur air dan hujan.
Firman Allah swt dalam QS. al-Baqarah (2): 164

‫س لولماَ ألخنلزلل ن‬
‫ال قملن النسمملماَقء قمممخن‬ ‫ف اللنخيقل لوالننلهاَقر لواخلفلخلقك النقتي تلخجقرِيِ قفي اخلبلخحقرِ بقلماَ يِلخنفللع النناَ ل‬ ‫ت لواخللخر ق‬
‫ض لواخختقلل ق‬ ‫إقنن قفي لخخل ق‬
‫ق النسلملوُا ق‬
‫ت لققلممخوُقم‬ ‫ب اخللملسممنخقرِ بلخيمملن النسمملماَقء لواخللخر ق‬
‫ض لليِلمماَ ق‬ ‫ح لوالنسمملحاَ ق‬
‫ف المرِيِلمماَ ق‬
‫صقرِيِ ق‬ ‫لماَقء فلأ لخحلياَ بققه اخللخر ل‬
‫ض بلخعلد لمخوُتقلهاَ لوبل ن‬
‫ث قفيلهاَ قمخن لكمل لدابنقة لوتل خ‬
(164)‫يِلخعققللوُلن‬

Terjemahnya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan
siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang
Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati
(kering) -nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan
yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan
kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.

Pada ayat lain, yakni QS. al-Rum (30): 48 Allah juga berfirman :

‫ب بقممقه لمممخن‬ ‫ق يِلخخلرِلج قمخن قخلللققه فلإ قلذا أل ل‬


‫صمماَ ل‬ ‫ف يِللشاَلء لويِلخجلعللهل قكلسةفاَ فلتللرِىَ اخللوُخد ل‬
‫ال النقذيِ يِلخرِقسلل المرِليِاَلح فلتلقثيلرِ لسلحاَةباَ فليلخبلسطلهل قفي النسلماَقء لكخي ل‬
‫ن‬
(48)‫يِللشاَلء قمخن قعلباَقدقه إقلذا هلخم يِلخستلخبقشلرِولن‬

Terjemahnya : Allah, Dialah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan
Allah membentangkannya di langit menurut yang dikehendaki-Nya, dan menjadikannya
bergumpal-gumpal; lalu kamu lihat hujan ke luar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu
turun mengenai hamba-hamba-Nya yang dikehendaki-Nya tiba-tiba mereka menjadi gembira.

Udara merupakan pembauran gas yang mengisi ruang bumi, dan uap air yang meliputinya dari
segala penjuru. Udara adalah salah satu dari empat unsur yang seluruh alam bergantung
kepadanya. Empat unsur tersebut ialah tanah, air, udara dan api. Dalam perkembangan ilmu
pengetahuan modern telah membuktikan bahwa keempat unsur ini bukanlah zat yang sederhana,
akan tetapi merupakan persenyawaan dari berbagai macam unsur.

Air misalnya, terdiri dari unsur oksigen dan hidrogen. Demikian juga tanah yang terbentuk dari
belasan unsur berbeda. Adapun udara, ia terbentuk dari sekian ratus unsur, dengan dua unsur
yang paling dominan, yaitu nitrogen yang mencapai sekitar 78,084 persen dan oksigen sebanyak
20,946 persen. Satu persen sisanya adalah unsur-unsur lain.

Termasuk hikmah kekuasaan Tuhan dalam penciptaan alam ini, bahwa Dia menciptakan udara
dengan nitrogen dan sifatnya yang pasif sebagai kandungan mayoritasnya, yaitu 78 persen dari
udara. Kalau saja kandungan udara akan gas nitrogen kurang dari itu, niscaya akan berjatuhan
bunga-bunga api dari angkasa luar karena mudahnya menembus lapisan bumi (hal itu yang kerap
kali terjadi) dan terbakarlah segala sesuatu yang ada pada permukaan bumi.

Fungsi lain dari udara/angin adalah dalam proses penyerbukan/ mengawinkan tumbuh-
tumbuhan. Allah swt, berfirman dalam QS. al-Hijr (15): 22 sebagai berikut :

(22)‫لوألخرلسخللناَ المرِليِاَلح لللوُاققلح فلأ لخنلزخللناَ قملن النسلماَقء لماَةء فلأ لخسقلخيلناَلكلموُهل لولماَ ألخنتلخم للهل بقلخاَقزقنيلن‬

Terjemahnya : Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan (tumbuh-tumbuhan) dan
Kami turunkan hujan dari langit, lalu kami beri minum kamu dengan air itu, dan sekali-kali
bukanlah kamu yang menyimpan-nya.

Dengan Di antara sekian banyak manfaat angin adalah kemampuannya dalam menggerakkan
kapal-kapal untuk terus berlayar dengan izin Allah. Angin berfungsi juga untuk mengalirkan air
dari satu tempat ke tempat lain, dan yang menyebabkan terbaginya hewan-hewan air ke berbagai
permukaan air. Dalam kehidupan tumbuh-tumbuhan, anginlah yang membawa benih-benih yang
menyebabkan kesuburan dan penyerbukan serta penyebaran tumbuh-tumbuhan ke berbagai
belahan bumi.
Namun angin juga bisa menjadi bencana bagi makhluk hidup ketika ia menjadi badai misalnya,
Allah telah menghancurkan kaum ‘Ad dengan angin badai karena kekafiran dan kesombongan
mereka di atas muka bumi ini, lalu mereka berkata, “Siapakah diantara kita yang lebih kuat ?”.
Allah swt, berfirman dalam QS. al-Dzariyat (51):

‫)لوقفي لعاَقد إقخذ ألخرلسخللناَ لعللخيقهلم المرِيِلح اخللعققيلم لماَ تللذلر قمخن لشخيقء ألتل خ‬
‫ت لعللخيقه إقنل لجلعللختهل لكاَلنرِقميم‬

Terjemahnya : Dan juga pada (kisah) ‘Ad ketika Kami kirimkan kepada mereka angin yang
membinasakan. Angin itu tidak membiarkan satu pun yang dilandanya melainkan dijadikannya
seperti serbuk.

Sebagai manusia terkadang muncul ketika datang angin topan yang sangat kencang dengan
membawa debu dan hawa panas, yang akan membuat sebagian manusia sakit, mereka lupa
bahwa itu semua terjadi atas kehendak Allah dan berjalan sesuai dengan hukum alam Nya yang
tidak dapat dirubah. Sebab itulah Nabi saw, melarang pencelaan terhadap angin, beliau
bersabda :

‫ لقاَلل لرلسوُلل ن‬e َ‫ال < قمخن لخخيقرِلهاَ لوتللعنوُلذوا قمخن لشمرِلها‬
‫اق‬ ‫لل تللستبوُا المرِيِلح فلإ قننلهاَ تلقجيلء قباَلنرِخحلمقة لواخللعلذا ق‬
‫ب لوللقكخن لسللوُا ن‬

Artinya : Rasulullah saw bersabda : Janganlah kalian mencela angin, karena sesungguhnya ia
berasal dari ruh Allah Ta’ala yang datang membawa rahmat dan azab, akan tetapi mohonlah
kepada Allah dari kebaikan angin tersebut dan berlindunglah kepada Allah dari kejahatannya.
(HR. Ahmad dari Abu Hurairah)

Sungguh, nikmat udara merupakan suatu nikmat yang sangat besar. Dengan demikian, manusia
dituntut untuk memanfaatkannya sesuai dengan karunia yang telah dianugerahkan Allah kepada
mereka, dengan melestarikannya bukan dengan mencemarinya dan merusaknya, yang akan
membawa mudharat bagi dirinya dan makhluk ciptaan Allah Swt, lainnya.

5. Air
Sumber kekayaan lain yang sangat penting untuk dijaga adalah air, sumber kehidupan bagi
manusia, tumbuh-tumbuhan dan hewan. Allah Swt, berfirman dalam QS. al-Anbiya’ (21) , yakni
“‫( ”لولجلعخللناَ قملن اخللماَقء لكنل لشخيقء لحيي‬Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu hidup).

Pada hakekatnya, air adalah kekayaan yang mahal dan berharga. Akan tetapi karena Allah
menyediakannya di laut, sungai bahkan hujan secara gratis, manusia seringkali tidak menghargai
air sebagaimana mestinya.

Namun satu hal penting yang layak direnungkan, bahwa air bukanlah komoditas yang bisa
tumbuh dan berkembang. Ia tidak sama, misalnya dengan kekayaan nabati atau hewani, sebab
itulah Allah swt, mengisyaratkan dalam QS. al-Mu’minun (23):

‫لوألخنلزخللناَ قملن النسلماَقء لماَةء بققللدقر فلأ لخسلكنناَهل قفي اخللخر ق‬


‫ض لوإقنناَ لعللى لذلهاَ ق‬
‫ب بققه لللقاَقدلرولن‬

Terjemahnya : Dan Kami turunkan air dari langit menurut suatu ukuran; lalu Kami jadikan air
itu menetap di bumi, dan sesungguhnya Kami benar-benar berkuasa menghilangkannya.

Jika makhluk hidup terutama manusia tidak bisa hidup tanpa air, sementara kuantitas air terbatas,
maka manusia wajib menjaga dan melestarikan kekayaan yang amat berharga ini. Jangan sekali-
kali melakukan tindakan-tindakan kontra produktif, yaitu dengan cara mencemarinya, merusak
sumbernya dan lain-lain. Termasuk pula dengan tidak menggunakan air secara berlebih-lebihan
(israf), menurut ukuran-ukuran yang wajar.

a. Larangan mencemari air


Bentuk-bentuk pencemaran air yang dimaksud oleh ajaran Islam di sini seperti kencing, buang
air besar dan sebab-sebab lainnya yang dapat mengotori sumber air. Rasululullah saw bersabda :

‫اتنلقوُا اخللمللقعلن الثنللثلةل اخلبللرِالز قفي اخللملوُاقرقد لولقاَقرلعقة الطنقرِيِ ق‬


… [51] ‫ق لوالظممل‬

Artinya : Jauhilah tiga macam perbuatan yang dilaknat ; buang air besar di sumber air,
ditengah jalan, dan di bawah pohon yang teduh. (HR. Abu Daud).
Rasulullah saw, juga bersabda : ‫( لل يِللبوُللنن أللحلدلكخم قفي اخللماَقء الندائققم النقذيِ لل يِلخجقرِيِ ثلنم يِلخغتلقسلل قفيقه‬Janganlah salah
seorang dari kalian kencing di air yang diam yang tidak mengalir, kemudian mandi disana. HR.
Al-Bukhari)

Pencemaran air di zaman modern ini tidak hanya terbatas pada kencing, buang air besar, atau pun
hajat manusia yang lain. Bahkan banyak ancaman pencemaran lain yang jauh lebih berbahaya
dan berpengaruh dari semua itu, yakni pencemaran limbah industri, zat kimia, zat beracun yang
mematikan, serta minyak yang mengenangi samudra.

b. Penggunaan air secara berlebihan.


Ada bahaya lain yang berkaitan dengan sumber kekayaan air, yaitu penggunaan air secara
berlebihan. Air dianggap sebagai sesuatu yang murah dan tidak berharga. Karena hanya manusia-
manusia yang berfikir yang mengetahui betapa berharga kegunaan dan nilai air. Hal ini sejalan
dengan QS. al-An’am (6), yakni ‫ب اخللمخسممقرِقفيلن‬
‫( لولل تلخسمممقرِلفوُا إقننمممهل لل يِلقحمم ت‬Dan janganlah kalian israf
(berlebih-lebihan). Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlaku israf).

Ayat di atas, didukung juga oleh salah satu hadis, yakni

‫ف لقاَلل نللعخم لوإقخن لكخنمم ل‬


… ‫ت‬ ‫ضوُقء لسلرِ ص‬ ‫ضأ ل فللقاَلل لماَ هللذا النسلرِ ل‬
‫ف ليِاَ لسخعلد لقاَلل ألقفي اخللوُ ل‬ ‫صنلى النلهم لعللخيقه لولسلنلم لمنرِ بقلسخعقد لوهللوُ يِلتللوُ ن‬ ‫ألنن الننبق ن‬
‫ي ل‬
‫لعللى نلخهقرِ لجاَقر‬

Artinya : … Nabi saw, pernah bepergian bersama Sa’ad bin Abi Waqqas. Ketika Sa’ad
berwudhu, Nabi berkata : “Jangan menggunakan air berlebihan”. Sa’ad bertanya : “Apakah
menggunakan air juga bisa berlebihan ?”. Nabi menjawab: “Ya, sekalipun kamu melakukannya
di sungai yang mengalir”.

6. Menghindari Kerusakan dan Menjaga Keseimbangan Alam.


Salah satu tuntunan terpenting Islam dalam hubungannya dengan lingkungan, ialah bagaimana
menjaga keseimbangan alam/ lingkungan dan habitat yang ada tanpa merusaknya. Karena tidak
diragukan lagi bahwa Allah menciptakan segala sesuatu di alam ini dengan perhitungan
tertentu. Seperti dalam firman Nya dalam QS. al-Mulk (67):
‫ت لفاَخرقجقع اخلبل ل‬
‫صلرِ هلخل تللرِىَ قمخن فل ل‬
‫طوُقر‬ ‫ت قطلباَةقاَ لماَ تللرِىَ قفي لخخل ق‬
‫ق النرِخحلمقن قمخن تللفاَلو ق‬ ‫النقذيِ لخلل ل‬
‫ق لسخبلع لسلملوُا ق‬

Terjemahnya : Allah yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak
melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah
berulang-ulang. Adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang.

Inilah prinsip yang senantiasa diharapkan dari manusia, yakni sikap adil dan moderat dalam
konteks keseimbangan lingkungan, tidak hiperbolis atau pun meremehkan, sebab ketika manusia
sudah bersikap hiperbolis atau meremehkan, ia cenderung menyimpang, lalai serta merusak.
Hiperbolis di sini maksudnya adalah berlebih-lebihan dan melewati batas kewajaran. Sementara
meremehkan maksudnya ialah lalai serta mengecilkan makna yang ada. Keduanya merupakan
sikap yang tercela, sedangkan sikap adil dan moderat adalah sikap terpuji.

Sikap adil, moderat, ditengah-tengah dan seimbang seperti inilah yang diharapkan dari manusia
dalam menyikapi setiap persoalan. Baik itu berbentuk materi maupun inmateri, persoalan-
persoalan lingkungan dan persoalan umat manusia, serta persoalan hidup seluruhnya.

Keseimbangan yang diciptakan Allah swt, dalam suatu lingkungan hidup akan terus berlangsung
dan baru akan terganggu jika terjadi suatu keadaan luar biasa, seperti gempa tektonik, gempa
yang disebabkan terjadinya pergeseran kerak bumi.

Tetapi menurut Al-Qur’an, kebanyakan bencana di planet bumi disebabkan oleh ulah perbuatan
manusia yang tidak bertanggung jawab. Firman Allah swt yang menandaskan hal tersebut adalah
QS. al-Rum (30):, sebagai berikut :

‫ض النقذيِ لعقمللوُا لللعلنهلخم يِلخرِقجلعوُلن‬ ‫ت ألخيِقديِ النناَ ق‬


‫س لقيلقذيِقلهلخم بلخع ل‬ ‫ظهللرِ اخلفللساَلد قفي اخلبلمرِ لواخلبلخحقرِ بقلماَ لكلسبل خ‬
‫ل‬

Terjemahnya: Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan
tangan manusia supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan
mereka, agar mereka kembali (kejalan yang benar)”.
Selanjutnya Allah awt, berfirman di dalam QS. Ali Imran (3):

‫ظنلقم لقخللعقبيقد‬
‫س بق ل‬ ‫ت ألخيِقديِلكخم لوألنن ن‬
‫ال للخي ل‬ ‫ك بقلماَ قلندلم خ‬
‫لذلق ل‬

Terjemahnya : (Adzab) yang demikian itu adalah disebabkan perbuatan tanganmu sendiri, dan
bahwasanya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba Nya.

Di abad ini, campur tangan umat manusia terhadap lingkungan cenderung meningkat dan terlihat
semakin meningkat lagi terutama pada beberapa dasawarsa terakhir. Tindakan-tindakan mereka
tersebut merusak keseimbangan lingkungan serta keseimbangan interaksi antar elemen-
elemennya. Terkadang karena terlalu berlebihan, dan terkadang pula karena terlalu meremehkan.
Semua itu menyebabkan penggundulan hutan di berbagai tempat, pendangkalan laut, gangguan
terhadap habitat secara global, meningkatnya suhu udara, serta menipisnya lapisan ozon yang
sangat mencemaskan umat manusia dalam waktu dekat.
Demikianlah, kecemasan yang melanda orang-orang yang beriman adalah kenyataan bahwa
kezhaliman umat manusia dan tindakan mereka yang merusak pada suatu saat kelak akan
berakibat pada hancurnya bumi beserta isinnya.
pemerintah harus menganjurkan manusia untuk melakukannya, salah satu bentuk usaha itu
adalah dengan menanam pohon.”
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Akhlak adalah hal yang terpenting dalam kehidupan manusia karena akhlak mencakup segala
pengertian tingkah laku, tabi’at, perangai, karakter manusia yang baik maupun yang buruk dalam
hubungannya dengan Khaliq atau dengan sesama makhluk. Akhlak ini merupakan hal yang
paling penting dalam pembentukan akhlakul karimah seorang manusia. Dan manusia yang paling
baik budi pekertinya adalah Rasulullah S.A.W.

Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu seorang sahabat yang mulia menyatakan: “Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah manusia yang paling baik budi pekertinya.” (HR.Bukhari
dan Muslim).

B. Saran

Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan bagi pembaca
semuanya. Serta diharapkan, dengan diselesaikannya makalah ini, baik pembaca maupun
penyusun dapat menerapkan akhlak yang baik dan sesuai dengan ajaran islam dalam kehidupan
sehari-hari. Walaupun tidak sesempurna Nabi Muhammad S.A.W , setidaknya kita termasuk
kedalam golongan kaumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Darsono, T. Ibrahim. Membangun Akidah dan Akhlak, Solo : PT. Tiga Serangkai Pustaka
Mandiri, 2008

Ghoni Asykur, Abdul. Kumpulan Hadits-Hadits Pilihan Bukhori Muslim. Bandung: Husaini
Bandung, 1992

http://mardiunj.blogspot.com/2010/03/hadits-tentang-akhlak.html

Anda mungkin juga menyukai