Disusun Oleh :
Dosen Pembimbing :
Ns. Yesi Oktavianti S. Kep
1
BAB I
2
PENDAHULUAN
Istilah hipertensi dan pengukuran tekanan darah sudah lazim dan sangat
dikenal masyarakat.Namun, sungguh menyedihkan karena masih banyak yang
mengabaikan hasil pengukuran tekanan darah. Hipertensi menjadi silent killer
karena sebagian besar kasus,tidak menunjukan gejala apapun hingga suatu hari
hipertensi menjadi stroke dan serangan jantung yang menjadikanpenderita
meninggal. Bahkan sakit kepala yang sering menjadi indikator hipertensi tidak
terjadi pada beberapa orang atau dianggap keluhan ringan yang akan sembuh
dengan sendirinya (Ulfah,2012)
1.2 RUMUSAN MASALAH
3
1. Apa definisi dari Hipertensi ?
2. Bagaimana etiologi dari Hipertensi?
3. Bagaimana patofisiologi dari Hipertensi?
4. Bagaimana manifestasi klinis dari Hipertensi ?
5. Apa saja klasifikasi dan komplikasi dari Hipertensi?
6. Bagaimana pencegahan yang dilakukan terhadap penyakit Hipertensi?
7. Bagaimana penatalaksanaanpada penyakit Hipertensi ?
8. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari penyakit Hipertensi?
9. Bagaimana Asuhan Keperawatan terhadap pasien yang menderita Hipertensi?
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui definisi dari Hipertensi
2. Untuk mengetahui etiologi dari Hipertensi
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari Hipertensi
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari Hipertensi
5. Untuk mengetahui klasifikasi dan komplikasi dari Hipertensi
6. Untuk mengetahui pencegahan yang dilakukan terhadap penyakit Hipertensi
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada penyakit Hipertensi
8. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari penyakit Hipertensi
9. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan penyakit Hipertensi
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 DEFINISI HIPERTENSI
4
Tekanan darah adalah jumlah tekanan yang digunakan dalam aliran darah
saat melewati arteri.Ketika berkontraksi, ventrikel kiri pada jantung mendorong
darah keluar dari arteri. Arteri utama kemudian mengembang untuk menerima
darah yang datang. Lapisan otot arteri melawan tekanan ,darah didorong ke luar
menuju pembuluh yang lebih kecil. Tekanan darah adalah tekanan gabungan
dari pemompaan oleh jantung, perlawanan dinding arteri, dan penutupan katup
jantung.Tekanan maksimal arteri berhubungan dengan kontraksi ventrikel kiri
yang disebut dengan tekanan sistolik. Tekanan minimal, yang terjadi saat
jantung berada pada kondisi relaksasi maksimal disebut tekanan diastolic (Wade,
2016) .
Menurut kelompok kami ,hipertensi adalah tekanan darah yang jumlahnya diatas
dari jumlah tekanan darah normal/dapat dikatakan tekanan darah dalam kondisi
tinggi.
2.2 ETIOLOGI HIPERTENSI
Menurut Carlson Wade 2016 dalam bukunya yang berjudul Mengatasi
Hipertensi mungkin salah satunya dari sebab-sebab dasar berikut ini, dikutip
dari your blood pressure oleh American medical association:
1. Penyakit ginjal, pada kasus penyakit ini, dapat disembuhkan tekanan
darah hamper selalu kembali normal. Kondisi yang mempengaruhi
kelenjar adrenal, kedua kelenjar yang berukuran kecil namun sangat
penting ini berlokasi di atas masing-masing ginjal. Penanganan
kondisi ini biasanya mengembalikan tekanan darah ke rentang
normal.
2. Penyempitan aorta di tempat tertentu, kondisi ini adalah kelainan
bawaan yang disebabkan oleh penyempitan bagian aorta (arteri
terbesar tubuh). Jantung harus berkerja lebih keras untuk memompa
darah melewati bagian yang menyempit. Kondisi ini bisa
disembuhkan dan tekanan darah seringkali kembali normal.
3. Kelainan dalam arteri lai, arteri yang biasanya mengalami kelainan
adalah arteri yang menyuplai darah keginjal (arteri renal).kelainan-
kelainan ini seringkali bisa disembuhkan.
4. Gangguan system saraf, gangguanini meliputi infeksi otak
(ensefitalitis) dan tumor otak. Pada kondisi ini juga pengobatan
ditunjukan untuk menghilangkan penyebab.
5
5. Faktor keturunan, hipertensi dasar lebih umum terjadi padaorang
dengan riwayat kekeluarga tekanan darah tinggi. Jika salah seorang
orang tua anda memiliki penyakit ini, anda atau saudara kandung
anda dapat memiliki 50% peluang akan mengalaminya (biasanya
antara usia 40 dan 60 tahun). Jika kedua orangtua memilikihipertensi
dasar, peluang seorang anak mengalaminya meningkat menjadi 90%
6
jantung.Penimbunan itu membentuk plak yang kemudian terjadi penyempitan
dan penurunan elastisitas arteri sehingga tekanan darah tidak dapat diatur yang
artinya beban jantung bertambah berat dan terjadi gangguan diastolik yang
mengakibatkan peningkatan tekanan darah.
B. Pathway
Genetik + Lingkungan
Hipertensi
7
dengan angina adalah gejala yang paling menyertai hipertensi.Hipertrofi
ventrikel kiri terjadi sebagai respons peningkatan beban kerja ventrikel saat
dipaksa berkontraksi melawan tekana sistemik yang menigkat.Apabila jantung
tidak mampu lagi menahan peningkatan beban kerja, maka dapat terjadi gagal
jantung kiri (Brunner & Suddart, 2015).
Crowin (2000) dalam Wijaya &Putri (2013), menyebutkan bahwa sebagian
besar gejala klinis timbul :
a. Nyeri kepala saat terjaga, kadang–kadang disertai mual dan muntah
akibat peningkatan tekana intracranial.
b. Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibat hipertensi.
c. Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf
pusat,
d. Nokturia karena peningkatan aliran darah ginjal dan filtrasi glomerolus.
e. Edama dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan kapiler.
8
Stadium 1 (ringan) 140 – 159 mmHg 90 – 99 mmHg
Stadium 2 (sedang) 160 – 179 mmHg 100 – 109 mmHg
Stadium 3 (berat) 180 – 209 mmHg 110 – 119 mmHg
Stadium 4 (maligna) ≥ 210 mmHg ≥ 120 mmHg
2.6 KOMPLIKASI
Hipertensi yang tidak ditanggulangi dalam jangka panjang akan
menyebabkan kerusakan arteri didalam tubuh sampai organ yang mendapat suplai
darah dari arteri tersebut. Komplikasi hipertensi dapat terjadi pada organ-organ
tubuh menurut Wijaya & Putri (2013), sebagai berikut :
a. Jantung
Hipertensi dapat menyebab terjadinya gagal jantung dan penyakit jantung
koroner. Pada penderita hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, otot
jantung akan mengendor dan berkurang elastisitasnya, yang disebut
dekompensasi. Akibatnya, jantung tidak lagi mampu memompa sehingga
banyaknya cairang yang tetahan diparu maupun jaringan tubuh lain yang dapat
menyebabkan sesak nafas atau edema. Kondisi ini disebut gagal jantung.
b. Otak
Komplikasi hipertensi pada otak, menimbulkan resiko stroke, apabila tidak
diobati resiko terkena stroke 7 kali lebih besar.
c. Ginjal
Hipertensi juga menyebabkan kerusakan ginjal, hipertensi dapat
menyebabkan kerusakan system penyaringan didalam ginjal akibat lambat laun
ginjal tidak mampu membuang zat-zat yang tidak dibutuhkan tubuh yang masuk
melalui aliran darah dan terjadi penumpukan di dalam tubuh.
d. Mata
Hipertensi dapat mengakibatkan terjadinya retinopati hipertensi dan dapat
menimbulkan kebutaan.
10
Menjadi sehat dan bugar tidak sama artinya dengan menjadi seorang atlet
atau seorang binaragawan yang memiliki otot berlekuk indah. Aktivitas fisik dapat
memperbaiki kecepatan kerja jantung saat kondisi istirahat kadar kolestrol total ,
kadar LDL serta tekanan sistolik dan diastolic selama 6 minggu.
4. Penurunan kolesterol
Kolestrol merupakan senyawa kimia yang penting untuk menjalankan fungsi
tubuh, seperti pencernaan, pembuatan hormone, pembentukan dinding sel dan
perlindungan ujung-ujung saraf.Kolestrol pada dasarnya dibutuhkan oleh
tubuh.Kolestrol ada disetiap jaringan dalam tubuh. Kolestrol yang sangat tinggi
dapat memblokade arteri ,menyebabkan penyakit jantung, serangan jantung dan
stroke.
2.8 PENATALAKSANAAN
Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah
terjadinya morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan
mempertahankan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.Efektivitas setiap
program ditentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi, biaya perawatan dan
kualitas hidup sehubungan dengan terapi (Brunner & Suddart, 2015).
a. Terapi Nonfamakologis
Wijaya & Putri (2013), menjelaskan bahwa penatalaksanaan non
farmakologis terdiri dari berbagai macam cara modifikasi gaya hidup sangat
penting dalam mencegah tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan hipertensi
dengan non farmakologis terdiri dari berbagai macam cara modifikasi gaya
hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu :
1) Mempertahankan berat badan ideal
2) Mengatasi obesitas juga dapat dilakukan dengan melakukan diet rendah
kolesterol namun kaya dengan serat dan protein, dan jika berhasil
menurunkan berat badan 2,5 – 5 kg maka tekanan darah diastolik dapat
diturunkan sebanyak 5 mmHg.
11
Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), penguramgan konsumsi
garam menjadi ½ sendok the/hari dapat menurunkan tekanansistolik
sebanyak 5 mmHg dan tekanan diastolic sebanyak 2,5 mmHg.
3) Batasi konsumsi alkohol
Radmarsarry (2007) dalam Wijaya & Putri (2013), konsumsi alcohol harus
dibatasi karena konsumsi alcohol berlebihan dapat meningkatkantekanan
darah.Para peminum berat mempunyai resiko mengalami hipertensi empat
kali lebih besar dari pada mereka yang tidak meminum berakohol.
4) Diet yang mengandung kalium dan kalsium
Kaplan, (2006) dalam Wijaya & Putri (2013), Pertahankan asupan diet
potassium ( >90 mmol (3500 mg)/hari) dengan cara konsumsi diettinggi
buah dan sayur seperti : pisang, alpukat, papaya, jeruk, apelkacang-kangan,
kentang dan diet rendah lemak dengan caramengurangi asupan lemak jenuh
dan lemat total. Sedangkan menurutRadmarsarry (2007) dalam Wijaya &
Putri (2013), kalium dapatmenurunkan tekanan darah dengan meningkatkan
jumlah natrium yangterbuang bersama urin.Dengan mengonsumsi buah-
buahan sebanyak 35 kali dalam sehari, seseorang bisa mencapai asupan
potassium yamg cukup.
5) Menghindari merokok
Dalimartha (2008) dalam Wijaya& Putri (2013), merokok memang tidak
berhubungan secara langsung dengan timbulnya hipertensi, tetapimerokok
dapat menimbulkan resiko komplikasi pada pasien hipertensiseperti penyakit
jantung dan stroke, maka perlu dihindari rokok karenamemperberat
hipertensi.
6) Penurunan Stress
Sheps (2005) dalam Wijaya & Putri ( 2013), stress memang tidak
menyebabkan hipertensi yang menetap namun jika episode stresssering
terjadi dapat menyebabkan kenaikan sementara yang sangattinggi.
7) Terapi pijat
Dalimartha (2008) dalam Wijaya & Putri (2013), pada prinsipnya pijat yang
dikukan pada penderita hipertensi adalah untuk memperlancaraliran energy
dalam tubuh sehingga gangguan hipertensi dankomplikasinya dapat
diminalisir, ketika semua jalur energi tidakterhalang oleh ketegangan otot
dan hambatan lain maka risikohipertensi dapat ditekan.
12
b. Terapi Farmakologis
Penatalaksanaan farmakologis menurut Saferi & Mariza (2013) merupakan
penanganan menggunakan obat-obatan, antara lain :
1) Diuretik (Hidroklorotiazid)
Diuretik bekerja dengan cara megeluarkan cairan berlebih dalam tubuh
sehingga daya pompa jantung menjadi lebih ringan.
2) Penghambat simpatetik (Metildopa, Klonidin dan Reserpin)
Obat-obatan jenis penghambat simpatetik berfungsi untuk menghambat
aktifitas saraf simpatis.
3) Betabloker (Metoprolol, propanolol dan atenolol)
Fungsi dari obat jenis betabloker adalah untuk menurunkan daya pompa
jantung, dengan kontraindikasi pada penderita yang mengalamigangguan
pernafasan seperti asma bronkhial.
4) Vasodilator (Prasosin, Hidralisin)
Vasodilator bekerja secara langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi
otot polos pembuluh darah.
5) Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor (Captopril)
Fungsi utama adalah untuk menghambat pembentukan zat angiotensin II
dengan efek samping penderita hipertensi akan mengalami batukkering,
pusing, sakit kepala dan lemas.
6) Penghambat angiotensin II (Valsartan)
Daya pompa jantung akan lebih ringan ketika jenis obat-obat penghambat
reseptor angiotensin II diberikan karena akan menghalangipenempelan zat
angiotensin II pada resptor.
7) Angiotensin kalsium (Diltiasem dan Verapamil)
Kontraksi jantung (kontraktilitas) akan terhambat.
13
c. Glukosa : Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi)
dapat diakibatkan oleh peningkatan kadar katekolamin
(meningkatkanhipertensi).
d. Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosterone
utama (penyebab) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan
hipertensi.
f. Kolesterol dan trigeliserida serum : peningkatan kadar dapat
mengindikasikan pencetus untuk/adanya pembentukan plak
ateromatosa(efek kardiofaskuler)
g. Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat mengakibatkan vasikonstriksi
dan hipertensi.
h. Kadar aldosteron urin dan serum : untuk menguji aldosteronisme
primer(penyebab).
i. Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal
dan atau adanya diabetes.
j. VMA urin (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat mengindikasikan
adanya feokomositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat
digunakanuntuk pengkajian feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.
k. Asam urat: hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko
b. terjadinya hipertensi.
a. Steroid urin : kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme,
feokromositoma atau disfungsi ptuitari, sindrom Cushing’s; kadar renin
dapat juga meningkat.
b. IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit
parenkim ginjal, batu ginjal dan ureter.
c. Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub;
deposit pada dan/ EKG atau takik aorta; perbesaran jantung.
1. CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, atau
feokromositoma.
d. EKG: dapat menunjukkan perbesaran jantung, pola regangan, gangguan
konduksi. Catatan : Luas, peninggian gelombang P adalah salah satu
tandadini penyakit jantung hipertensi (Anonim, 2013)
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
14
DATA KLIEN
A.Data Umum
Nama Inisial klien
Umur
Alamat
Agama
Tanggal masuk RS
.No Rekam Medis
Bangsal/ruangan
Pengkajian
C. Pengkajian Sekunder
a. Keluhan utama
Pasien mengeluh sakit pada daerah kepala hingga leher dengan skala nyeri 8
b. Riwayat penyakit sekarang
Pasien datang kerumah sakit dengan keluhan nyeri pada kepala bagian atas
dari kepala hingga leher, tampak pucat dan lemas karena pasien sudah 2 hari
tidak makan, kepala pusing, sudah dari tanggal 27 oktober 2019, sebelumnya
pasien sudah memeriksakan diri dipuskesmas terdekat dan di rujuk kembali
kerumah sakit Dr. M.yunus Kota Bengkulu
c. Riwayat kesehatan dahulu
Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah DM dan jantung, pasien hanya
menderita tekanan darah sejak 2 tahun yang lalu, pasien jarang minum obat
hanya mengkonsumsi minuman seperti rebusan daun alpukat sehari 3 kali
d. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan keluarganya tidak ada yang menderita penyakit DM,
jantung apa lagi hipertensi
b.Pemeriksaan Fisik
15
a) Kepala
Bentuk kepala simetris, rambut hitam lurus kulit kepala bersih tidak terdapat
ketombe
b) Mata
Simetris, sclera tidak ada ikterik, konjungtiva tidak anemis pupil baik tidak
dijumpai edema
c) Mulut dan Gigi
Mulut bersih, gigi bewarna gak kekuingan, tidak ada lesi, dan tidaak ada
sariawan
d) Telinga
Pendengaran baik serumen ada dalam batas normal tidak ada dijumpai
adanya peradangan dan pendarahan
e) Dada dan Paru
I : Simetris kiri dan kanan
Pa : Pengembangan paru simetris kiri dan kanan
Pe : Suara redup
Au : Vesikuler
f) Jantung
I : Tidak tampak sianosis IC tidak tampak
Pa : IC teraba di intercostal ke- 5
Pe : Konfigurasi jantung dalam batas normal
Au : Tidak terdengar bunyi jantung tambahan
g) Abdomen
I : Tidak terdapat lesi, warna kulit merata, perut rata kiri dan kanan
Pa : Tidak terdapat nyeri tekan
Pe : Tympani
Au : Bising usus 10 x/menit
h) Ekstrimitas atas dan bawah
Look : Tidak terdapat lesi, tidak ada edema warna kulit kecoklatan
Capilarry Refiil : < 2 detik
Feed : Tidak terasa nyeri tekan
Move : Tidak terasa nyeri gerak, kekuatan otot tangan kanan dan tanggan
kiri 5/5
i) Nutrisi dan Cairan
Pasien mengatakan sudah 2 hari tidak nafsu makan, mual dan muntah ketika
makan, pasien hanya makan 2 sendok bubur, minum air gelas 3 gelas per-
hari, diberi intravena dengan cairan ringer laktat 20 tpm, turgor kulit normal,
dan bibir tidak kekeringan
j) Aktivitas dan Latihan
Pasien mengatakan pusing setiap bangun tidur
Breathing Dressing Toiletting Transfeling
Mandiri Mandiri Mandiri Mandiri
16
Pasien mandi 1 x sehari, sebelum masuk RS klien dibantu keluarga ganti
pakaian dll
l) Konsep Diri
- Body Image
Pasien mengatakan tidak menyukai body yang lemah
m) Harga Diri
Pasien mengatakan tidak merasa malu dengan keadaannya
n) Identitas Diri
Pasien mengatakan dia adalah wanita berusia 45 tahun
o) Peran
Pasien mengatakan dia adalah seorang ibu rumah tangga dan istri yang ideal
berharap segera sembuh
p) Therapy
Infus RL : 20 gtt/i
Furosemide : 1 amp/12 jam
Amlodepine : 2 x 10 mg
Dulculax syrp :3x1
Cotrimoxazole : 3x4 80 mg
B.Laxadine : 3x1
Ludios : 2x1
Sohobion : 2x1
17
NO DATA ETIOLOGI MASALAH
1. DS: Stress Nyeri akut B.d agen
Pasien pencedera fisiologis d.d
mengatakan tekanan darah
kepala pusing, Hipertensi meningkat
dan leher terasa
tegang
Penyumbatan
DO: pembuluh darah
Pasien tampak
meringis
kesakitan, kondisi Nyeri Kepala
badan lemah.
pasien tampak
lemah, pasien
tampak pucat,
TD : 170/100
mmHg
Pols : 90 x/i
RR : 22 x/i
Temp : 370C
P: Jika
melakukan
kegiatan yang
berat
Q: seperti
tertusuk
R: di seluruh
bagian kepala
S: skala nyeri 6
T: 10 menit sekali
2. DS: Stress
Pasien
mengatakan tidak Risiko defisit nutrisi B.d
selera makan Hipertensi faktofisiologis
DO:
pasien tampak
lemah, pasien Penyumbatan
tampak pucat, pembuluh darah
TD : 170/100
mmHg
Pols : 90 x/i Nyeri Kepala
RR : 22 x/i
BB:65kg Tidak Selera
TD:178 cm makan
Temp : 370C
18
3. DS: Kelelahan Resiko perpusi miokard
pasien tidak efektif b.d
mengatakan hipertensi
merasa pusing Hipertensi
DO:
pasien tampak
lemah, pasien Penyumbatan
tampak pucat, pembuluh darah
TD : 170/100
mmHg
Pols : 90 x/i Hambatan
RR : 22 x/i fsik
Temp : 370C
Resiko perpusi
miokard
1. Nyeri akut B.d agen pencedera fisiologis d.d tekanan darah meningkat
2. Risiko defisit nutrisi B.d faktofisiologis
3. Resiko perpusi miokard tidak efektif b.d hipertensi
19
skala nyeri
3. Identifikasi
faktor yang
memperberat
dan
memperingan
nyeri
4. Identifikasi
pengetahuan
dan keyakinan
tentang nyeri
5. Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik
T:
1. Berikan teknik
nonfarmakolo
gis untuk
mengurangi n
rasa nyaman
2. Kontrol
lingkungan
yang
mempererat
rasa nyeri
3. Fasilitasi
istirahat dan
tidur
E;
1. Jelaskan
penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
2. Jelaskan
strategi
meredakan
nyeri
3. Anjurkan
monitor nyeri
skala nyeri
4. Anjurkan
menggunakan
analgetik
secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakolo
gis untuk
mengurangi
rasa nyeri
20
K:
1. Kolaborasi
pemberian
analgetik
2. Risiko defisit Resiko defisit nutrisi Intervensi Utama
nutrisi B.d Luaran Utama Manajemen Nutrisi
faktofisiologis Status Nutrisi O:
Ekspektasi membaik 1. Identifikasi
dengan status nutrisi
kriteria hasil : 2. Identifikasi
1. Porsi makan alergi dan
yang intoleransi
meningkat makanan
2. Nafsu makan 3. Identifikasi
membaik makanan yang
disukai
4. Identifikasi
kebutuhan
kalori dan
nutrient
5. Monitor
asupan
makanan
6. Monitor berat
badan
T:
1. Berikan
suplemen
makanan
E:
1. Anjarkan
posisi duduk
K:
1. Kolabprasi
dengan ahli
gizi untuk
menentukan
jumlah kalori
dan jenis
nutrient yang
dibutuhkan
21
Membaik 3. Monitor durasi
aritmia
4. Monitor
keluhan nyeri
dada
T:
1. Berikan
Lingkungan
yang tenang
2. Pasang
monitor
jantung
3. Rekam EKG
12 sadapan
K:
1. Kolaborasi
pemberian
antlanritmia,
jika perlu
22
6. Menjelaskan penyebab,
periode, dan pemicu nyeri
7. Menjelaskan strategi
meredakan nyeri
8. Menganjurkan monitor
nyeri skala nyeri
9. Menganjurkan
menggunakan analgetik
secara tepat
10. Mengajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
K:
Berkolaborasi pemberian analgetik
2 Risiko defisit nutrisi B.d Manajemen Nutrisi
faktofisiologis O:
1. Mengidentifikasi status
nutrisi
2. Mengidentifikasi alergi dan
intoleransi makanan
3. Mengidentifikasi makanan
yang disukai
4. Mengidentifikasi kebutuhan
kalori dan nutrient
5. Memonitor asupan
makanan
6. Memonitor berat badan
T:
1. Memberikan suplemen
makanan
E:
1. Menganjarkan posisi
duduk
K:
1. Berkolabprasi dengan
ahli gizi untuk
menentukan jumlah
kalori dan jenis nutrient
yang dibutuhkan
23
nyeri dada
T:
1. Membeerikan
Lingkungan yang
tenang
2. Mempasang monitor
jantung
3. Berikan EKG 12
sadapan
K:
1. Berkolaborasi pemberian
antlanritmia, jika perlu
3.14.EVALUASI KEPERAWATAN
No Diagonosa Keperawatan Evaluasi Keperawatan
1 Nyeri akut B.d agen pencedera fisiologis d.d S : Pasien
tekanan darah meningkat
mengatakan nyeri nya
sudah berkurang
O : Pasien terlihat
lebih tenang
A : Masalah teratasi
sebagian
P : Lanjutkan
intervensi dan
pemberian teknik
relaksasi nafas dalam
24
Pasien mengikuti
semua instrukksi
Paisen terlihat lebih
senang
A : Masalah Teratasi
P : Lanjutkan
Intervensi dengan
pemberian obat
Amlodepine
3 Resiko perpusi miokard tidak efektif b.d S : Pasien
hipertensi
mengatakan nyeri
dikepala berkurang
O:
TD : 166/75 MMHG
N : 82 x/m
S : 37 C
RR : 20 x/ m
Kesadaran
Composmentis
A : Masalah terasi
P : intervensi
dihentian
BAB III
25
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Hipertensi dasar adalah peningkatan tekanan darah secara tetap
khususnya, tekanan diastoltik yang apapun.Penyebab terjadinya Hipertensi
adalahpenyakit ginjal, penyempitan aorta kelainan dalam arteri gangguan system
saraf, faktor keturunan.Hipertensi dapat dicegah dengan melakukan olahraga
,menjanga pola makan sehat, tidur yang cukup, tidak merokok atau meminum
alcohol dan bergaya hidup sehat. Dalam makalah ini kami membahas beberapa
diagnosis nyeri akut b.d agens cedra kimiawi, ketidakseibangan nutrisis kurang
dari kebutuhan tubuh b.d asupan diet kurang, resiko cedra b.d hambatan fisik.
3.2 Saran
Untuk menghindari penyakt Hipertensi kita harus menjaga kesehatan kita
dengan melakukan kegiatan kegiatan yang positif bagi kesehatan kita.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2013. Penyakit Hipertensi Dan Cara Penanganannya. Diakses juni 2019
Dari https://health.detik.com/berita-
detikhealth.ac/3503396/penanganahipertensi6789sebut-kasus-hipertensi-di-
indonesia-terus-089/unfiles/sehat.html
Brunner & Suddarth. 2015. Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. Jakarta : ECG.
Bustan, M.N. 2007. Epidemologi Penyakit Tidak Menular. Cetakan 2. Jakarta:
Rineka Cipta
Kardiovaskular. Jakarta: Salemba Medika
Nurrahmani, Ulfa.2012.STOP HIPERTESI.Yogyakarta.Familia
26
Smeltzer, S. C. And Bare, B. G. 2012.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Sudart Edisi 8. Jakarta: EGC
Wade,Carlson.2016.MENGATASI HIPERTENSI.Bandung. NUANSA CENDIKIA
Wijaya, Andra S &Putri, Yesi M. 2013. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta:
Nuha Medika
Wijaya, Andra Saferi & Yessie Mariza Putri. 2013. Keperawatan Medikal Bedah.
Yogyakarta : Nuha Medika
27