Anda di halaman 1dari 39

MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

DROWNING

Dosen Pembimbing
Ns. Asih Setya Dewi M.Sn

Disusun
Kelompok IV

Irma Puspita Sari 1780200049


Tiara Vitaloka 1780200003
Dhea Septheah 1780200025
Soepi Raudah 1780200042
Hendriansyah 1780200043
Rica Andapi 1780200029

PROGRAM ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BENGKULU
2019

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa atas
berkat dan hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat kami selesaikan tepat pada
waktunya.
Pada kesempatan ini, kami ingin menyampaikan pula terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Ns. Asih Setya Dewi S.Kep.,Msn atas kesediaan beliau
sebagai pembimbing kami dalam penulisan makalah ini. Besar harapan kami,
melalui makalah ini, pengetahuan dan pemahaman kita mengenai drowning
semakin bertambah.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih belum sempurna,
baik dari segi materi maupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, dengan
segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
demi perbaikan makalah ini. Atas bantuan dan segala dukungan dari berbagai
pihak baik secara moral maupun spiritual, penulis ucapkan terima kasih. Semoga
makalah ini dapat memberikan sumbangan bagi perkembangan ilmu pengetahuan
khususnya bidang kesehatan.

Bengkulu, 02 Desember 2019

Kelompok IV
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................


ii
DAFTAR ISI ............................................................................................................
iii
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................
1
A. Latar Belakang
1
B. Tujuan Penulisan
2
C. Manfaat Penulisan
2
BAB II PEMBAHASAN .........................................................................................
3
A. Definisi Tenggelam
3
B. Mekanisme Tenggelam
3
C. Klasifikasi Tenggelam
6
D. Berdasarkan Morfologi Penampakan Paru
6
a. Berdasarkan Lokasi Tenggelam
......................................................................................................
7
b. Klasifikasi Lain
......................................................................................................
7
c. Cara Kematian
......................................................................................................
8
d. Pemeriksaan Post Mortem
......................................................................................................
9
e. Pemeriksaan Luar
......................................................................................................
12
f. Pemeriksaan Dalam
......................................................................................................
14
g. Pemeriksaan Laboratorium
......................................................................................................
15

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN


A.Kasus……………………………………………………………………28
B.Pengkajian………………………………………………………………29
C. Analisa Data……………………………………………………………..30
D. Intervensi Keperawatan…………………………………………………32
BAB IV PENUTUP
KESIMPULAN.........................................................................................................
33
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menurut Mulyadi 2009 Tenggelam adalah kematian akibat mati lemas
(asfiksia) disebabkan masuknya cairan ke dalam saluran pernapasan. Pada
umumnya tenggelam merupakan kasus kecelakaan, baik secara langsung maupun
karena ada faktor-faktor tertentu seperti korban dalam keadaan mabuk atau
dibawah pengaruh obat, bahkan bisa saja dikarenakan akibat dari suatu peristiwa
pembunuhan.
Setiap tahun, sekitar 150.000 kematian dilaporkan di seluruh dunia akibat
tenggelam,dengan kejadian tahunan mungkin lebih dekat ke 500.000. Menurut
WHO, pada tahun 2004, 388.000 orang meninggal akibat tenggelam.3,4 Beberapa
negara terpadat di dunia gagal untuk melaporkan insiden hampir tenggelam. Ini
menyatakan bahwa banyak kasus tidak pernah dibawa ke perhatian medis,
kejadian di seluruh dunia membuat pendekatan akurat yang hampir mustahil.4
Mayoritas (sekitar 96%) kematian akibat tenggelam terjadi pada negara yang
berpenghasilan rendah dan menengah. 60% kematian akibat tenggelam terjadi di
kawasan Pasifik Barat dan Asia Tenggara. Di seluruh dunia, anak di bawah 5
tahun merupakan tingkat usia dengan mortalitas akibat tenggelam tertinggi.3
Sedangkan pada data yang diperoleh dari RS. Dr. Soetomo Surabaya
didapatkan 23 orang meninggal karena tenggelam mulai bulan Januari 2011
hingga September 2011. Sedangkan pada 4 tahun terakhir didapatkan 93 kasus
meninggal sejak Januari 2007 hingga Desember 2010.5
Kegawatdaruratan pada korban tenggelam terkait erat dengan masalah
pernapasan dan kardiovaskuler yang penanganannya memerlukan penyokong
kehidupan jantung dasar dengan menunjang respirasi dan sirkulasi korban dari
luar melalui resusitasi, dan mencegah insufisiensi. Penanganan kegawatdaruratan
korban tenggelam sebaiknya memastikan terlebih dahulu kesadaran, system
pernapasan, denyut nadi, dan proses observasi dan interaksi yang konstan dengan
korban. Korban tenggelam merupakan salah satu kegawatdaruratan yang perlu
penanganan segera (Mulyadi, 2009).
B. TUJUAN
1. Memenuhi tugas mata kuliah keperawatan gawat darurat
2. Agar tahu apa penyebab dan bagaimana menyelamatkan klien
tenggelam.
C. MANFAAT
1. Menambah pengetahuan dasar pertolongan pertama pada klien
tenggelam
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Tenggelam
Menurut Mulyani 2008 Tenggelam (drowning) adalah kematian yang
disebabkan oleh aspirasi cairan ke dalam pernapasan akibat terbenamnya seluruh
atau sebagian tubuh ke dalam cairan, sedangkan hampir tenggelam (near
drowning) adalah keadaan gangguan fisiologi tubuh akibat tenggelam, tetapi tidak
terjadi kematian.
Tenggelam adalah suatu bentuk sufokasi berupa korban terbenam dalam
cairan dan cairan tersebut terhisap masuk ke jalan napas sampai alveoli paru-paru
Diatom (tumbuhan air) pada air yang terhirup ketika korban tenggelam masuk
melalui alveoli dan pembuluh darah tersebar keseluruh tubuh.
Mekanisme lain menyebutkan karena ketidakseimbangan elektrolit serum
yang mempengaruhi fungsi jantung (refleks kardiak) dan bisa juga disebabkan
karena laringospasme sebagai akibat refleks vagal.( Levin, 2008 )
Pada peristiwa tenggelam (drowning), seluruh tubuh tidak harus tenggelam
di dalam air. Asalkan lubang hidung dan mulut berada di bawah permukaan air
maka hal itu sudah cukup memenuhi kriteria sebagai peristiwa tenggelam.
berdasarkan pengertian tersebut, maka peristiwa tenggelam tidak hanya dapat
terjadi di laut atau sungai tetapi dapat juga terjadi di dalam westafel atau ember
berisi air. Jumlah air yang dapat mematikan jika dihirup oleh paru-paru adalah
sebanyak 2 L untuk orang dewasa dan 30-40 ml untuk bayi.

B. Mekanisme Tenggelam
Tenggelam dalam Air Tawar

inhalasi air tawar



alveolus paru-paru

absorbsi dalam jumlah besar

hipervolemi ← hemodilusi hebat (±72%) → hemolisis
↓ ↓
tekanan sistole menurun perubahan
biokimiawi
↓ ↓
fibrilasi ventrikel K + meningkat, Na+ dan Cl-
menurun
↓ ↓
anoksia cerebri → MAT I ← anoksia
myocardium

- air tawar akan dengan cepat diserap dalam jumlah besar sehingga terjadi
hemodilusi yang hebat sampai 72 persen yang berakibat terjadinya
hemolisis
- oleh karena terjadi perubahan biokimiawi yang serius, dimana Kalium
dalam plasma meningkat dan Natrium berkurang, juga terjadi anoksia
yang hebat pada myocardium
- hemodilusi menyebabkan cairan dalam pembuluh darah atau sirkulasi
menjadi berlebihan, terjadi penurunan tekanan systole, dan dalam waktu
beberapa menit terjadi fibrilasi ventrikel
- jantung untuk beberapa saat masih berdenyut dengan lemah, terjadi
anoksia cerebri yang hebat, hal ini yang menerangkan mengapa kematian
terjadi cepat.

Tenggelam dalam Air Asin


inhalasi air asin

alveolus paru-paru

hemokonsentrasi

hipovolemi ← cairan sirkulasi berdifusi keluar → hematokrit
meningkat
↓ ↓
viskositas darah meningkat K+ menurun, Na+ dan Cl-
meningkat
↓ ↓
payah jantung K + meningkat, Na+ dan Cl-
menurun

MAT I

- terjadi hemokonsentrasi, cairan dari sirkulasi dapat tertarik keluar sampai


sekitar 42 persen, dan masuk ke dalam jaringan paru-paru sehingga terjadi
edema pulmonum yang hebat dalam waktu relatif singkat
- pertukaran elekrolit dari air asin ke dalam darah mengakibatkan
meningkatnya hematokrit dan peningkatan kadar Natrium plasma
- fibrilasi ventrikel tidak terjadi, namun terjadi anoksia pada myocardium
dan disertai peningkatan viskositas darah, akan menyebabkan terjadinya
payah jantung
- tidak terjadi hemolisis, melainkan hemokonsentrasi, tekanan sistolik akan
menetap dalam beberapa menit
C. Kematian Mendadak dalam Air Dingin
Mati mendadak segera setelah seseorang masuk ke dalam air yang dingin,
sering disinggung, walaupun tanpa penyebab langsung, oleh karena spasme laring
atau vagal refleks yang menyebabkan cardiac arrest.
Keadaan tersebut, yaitu yang mendadak tadi, hanya dapat dijelaskan oleh
karena terjadinya fibrilasi ventrikel pada koeban, dan dapat dibuktikan bahwa
pada orang yang masuk ke air yang dingin atau tersiram air yang dingin dapat
menimbulkan ventricular ectopic beat.
Pada eksperimen terhadap pemuda yang fisiknya prima dan berumur 20
tahun, yang ‘dibenamkan’ sampai batas leher dalam air yang suhunya 29oC. terjadi
hal sebagai berikut :
1. setelah 1½ menit denyut jantung naik dari 61 ke 67/ menit dalam irama
sinus
2. air dengan suhu 29oC tersebut kemudian disiramkan ke kepala, agar
tercipta keadaan seperti terbenam sebagian, tanpa melindungi pernapasan
3. denyut jantung (HR), lambat 52/menit, dan 9 detik setelah disiram, terjadi
ventricular ectopic beat, aritmia berlangsung selama 25 detik, ketika
jantung kembali ke irama normal pada 56/menit.( Https://id.scribd.com)
D. Klasifikasi Tenggelam
Beberapa klasifikasi tenggelam menurut Levin (2010) adalah sebagai berikut :
a. Berdasarkan Kondisi Paru-Paru Korban
1) Typical Drawning :Keadaan dimana cairan masuk ke dalam saluran pernapasan
korban saat korban tenggelam.
2) Atypical Drawning
a) Dry Drowning
Keadaan dimana hanya sedikit bahkan tidak ada cairan yang masuk ke dalam
saluran pernapasan.
b) Immersion Syndrom
Terjadi terutama pada anak-anak yang tiba-tiba terjun ke dalam air dingin
( suhu < 20°C ) yang menyebabkan terpicunya reflex vagal yang menyebabkan
apneu, bradikardia, dan vasokonstriksi dari pembuluh darah kapiler dan
menyebabkan terhentinya aliran darah koroner dan sirkulasi serebaral.
c) Submersion of the Unconscious
Sering terjadi pada korban yang menderita epilepsy atau penyakit jantung
khususnya coronary atheroma, hipertensi atau peminum yang mengalami trauma
kepala saat masuk ke air .
d) Delayed Dead
Keadaan dimana seorang korban masih hidup setelah lebih dari 24 jam setelah
diselamatkan dari suatu episode tenggelam.
b. Onyekwelu, 2008 Menyatakan Berdasarkan Kondisi Kejadian
1) Tenggelam (Drowning)
Suatu keadaan dimana penderita akan meneguk air dalam jumlah yang banyak
sehingga air masuk ke dalam saluran pernapasan dan saluran nafas atas tepatnya
bagian apiglotis akan mengalami spasme yang mengakibatkan saluran nafas
menjadi tertutup serta hanya dapat dilalui oleh udara yang sangat sedikit.
2) Hampir Tenggelam (Near Drowning)
Suatu keadaan dimana penderita masih bernafas dan membatukkan air keluar
c. Kegawatdaruratan Pada Korban Tenggelam
Onyekwelu (2008) menyatakan beberapa kegawatdaruratan yang dapat terjadi
pada keadaan near drowning yakni :
a. Perubahan Pada Paru-Paru
Aspirasi paru terjadi pada sekitar 90% korban tenggelam dan 80 – 90% pada
korban hamper tenggelam. Jumlah dan komposisi aspirat dapat mempengaruhi
perjalanan klinis penderita, isi lambung, organism pathogen, bahan kimia toksisk
dan bahan asing lain dapat member cedera pada paru dan atau menimbulkan
obstruksi jalan nafas.
b. Perubahan Pada Kardiovaskuler
Pada korban hampir tenggelam kadang-kadang menunjukkan bradikardi berat.
Bradikardi dapat timbul karena refleks fisiologis saat berenang di air dingin atau
karena hipoksia. Perubahan pada fungsi kardiovaskuler yang terjadi pada hampir
tenggelam sebagian besar akibat perubahan tekanan parsial oksigen arterial
(PaO2) dan gangguan keseimbangan asam-basa.
c. Perubahan Pada Susunan Saraf Pusat
Iskemia terjadi akibat tenggelam dapat mempengaruhi semua organ tetapi
penyebab kesakitan dan kematian terutama terjadi karena iskemi otak. Iskemi otak
dapat berlanjut akibat hipotensi, hipoksia, reperfusi dan peningkatan tekanan intra
kranial akibat edema
serebral.Kesadaran korban yang tenggelam dapat mengalami penurunan. Biasanya
penurunan kesadaran terjadi 2 – 3 menit setelah apnoe dan hipoksia. Kerusakan
otak irreversibel mulai terjadi 4 – 10 menit setelah anoksia dan fungsi
normotermik otak tidak akan kembali setelah 8 – 10 menit anoksia.
d. Perubahan Pada Ginjal
Fungsi ginjal penderita tenggelam yang telah mendapat resusitasi biasanya
tidak menunjukkan kelainan, tetapi dapat terjadi albuminuria, hemoglobonuria,
oliguria dan anuria. Kerusakan ginjal progresif akan mengakibatkan tubular
nekrosis akut akibat terjadinya hipoksia berat, asidosis laktat dan perubahan aliran
darah ke ginjal.
Drowning
e. Perubahan Cairan danMK
Elektrolit
:
Perubahan
Pada korban tenggelam tidak mengaspirasi sebagian besar cairan tetapi selalu
perfusi serebral
Voluntary
menelan banyak cairan. Air yang tertelan, aspirasi paru, cairan intravena yang
breath
diberikan selama resusitasi dapat menimbulkan perubahan keadaan cairan dan
Ventrikel
Hipoksia iskemik MK :
elektrolit. Aspirasi air laut dapat menimbulkan perubahan elektrolit dan
Penurunan
Air masuk ke curah jantung
perubahancairan
glottis karena tingginya kadar Na dan Osmolaritasnya. Hipernatremia
Ventrikel
jantung
dan hipovolemia dapat terjadi setelah aspirasi airbeban
laut yang banyak. Sedangkan
Menimbulkan Edema paru kerjanya
spasme larynx
aspirasi air tawar yang banyak dapat bertambah
mengakibatkan hipervolemia dan
hipernatremia. Hiperkalemia dapat terjadi karena kerusakan jaringan akibat
hipoksia yang luas .
Tidak Cairan Gangguan
mendapatkan terkumpul di komplians paru
Oksigen alveolus

Hipoksemia
Nafas tak
Cedera pada teratur
Metabolisme membran
aerobik kapiler
terhenti alveolar MK :
Gangguan
pertukaran gas

Tubuh ARDS
asidotik

E. PATWAY Drowning
↑ permeabilitas
↓ Fungsi membran kapiler
tubuh alveoli

Involuntary
breathing

Air masuk ke Surfaktan Menekan reflek MK : Bersihan


paru-paru bercampur batuk jalan nafas
dengan air tidak efektif
F. Cara Kematian pada Korban Tenggelam
Menurut Mulyadi 2008 Peristiwa tenggelam dapat terjadi karena:
1. Kecelakaan
Peristiwa tenggelam karena kecelakaan sering terjadi karena
korban jatuh ke laut, danau, sungai. Pada anak-anak kecelakaan
sering terjadi di kolam renang atau galian tanah berisi air. Faktor-
faktor yang sering menjadi penyebab kecelakaan antara lain karena
mabuk atau serangan epilepsi.
2. Bunuh diri
Peristiwa bunuh diri dengan menjatuhkan diri kedalam air sering
kali terjadi. Kadang - kadang tubuh pelaku diikat dengan pemberat
agar supaya tubuh dapat tenggelam dengan mudah.
3. Pembunuhan
4. Banyak cara yang digunakan misalnya dengan melemparkan
korban ke laut atau memasukkan kepala ke dalam bak berisi air.
Pada kasus korban tenggelam yang sudah membusuk, identifikasi amat
susah atau sudah tidak diketahui tempat kejadiannya, tidak ada saksi, maka
tak dapat diklasifikasikan kecelakaan atau bunuh diri/pembunuhan.
G. Pemeriksaan Post mortem
Menurut Simanjuktak 2014 Keadaan sekitar individu pada kasus
tenggelam penting. Perlu diingat adanya kemungkinan korban sudah
meninggal sebelum masuk ke dalam air. Tenggelam terjadi tidak hanya
terbatas di dalam air dalam seperti laut, sungai, danau atau kolam renang,
tetapi mungkin pula terbenam dalam kubangan atau selokan dengan hanya
muka yang berada di bawah permukaan air.
Bila mayat masih segar (belum terdapat pembusukan), maka diagnosis
kematian akibat tenggelam dapat ditegakkan melalui:2
a. Pemeriksaan luar
b. Pemeriksaan dalam
c. Pemeriksaan laboratorium berupa histologi jaringan, destruksi
jaringan, dan berat jenis serta kadar elektrolit darah.

Bila mayat sudah membusuk, maka diagnosis kematian akibat


tenggelam dibuat berdasarkan adanya diatom pada paru, ginjal, oto skelet
atau sumsum tulang. Pada mayat akibat tenggelam, pemeriksaan harus
seteliti mungkin agar mekanisme kematian dapat ditentukan.2
Pemeriksaan mayat yang dilakukan harus seteliti mungkin agar
mekanisme kematian dapat ditentukan karena seringkali mayat ditemukan
sudah membusuk. Hal yang perlu diperhatikan adalah:2
1. Menentukan identitas korban
Identitas korban dapat ditentukan dengan memeriksa antara lain:
a. Pakaian dan benda-benda milik korban.
b. Warna, distribusi rambut, dan identitas lain.
c. Kelainan atau deformitas dan jaringan parut.
d. Sidik jari.
e. Pemeriksaan gigi.
f. Teknik identifikasi lain.
2. Apakah korban masih hidup sebelum tenggelam
Pada mayat yang masih segar untuk menentukan korban masih hidup
atau sudah meninggal pada saat tenggelam dapat diketahui dari hasil
pemeriksaan
a. Metode yang digunakan apakah orang masih hidup saat tenggelam
ialah pemeriksaan diatom.
b. Untuk membantu menentukan diagnosis, dapat dibandingkan kadar
elektrolit magnesium darah dari bilik jantung kiri dan kanan.
c. Benda asing dalam paru dan saluran pernafasan mempunyai nilai
yang menentukan pada mayat yang terbenam selam beberapa
waktu dan mulai membusuk. Demikian pula dengan isi lambung
dan usus.
d. Pada mayat yang segar, adanya air dalam lambung dan alveoli
yang secara fisik dan kimia sama dengan air tempat korban
tenggelam mempunyai nilai yang bermakna.
e. Pada beberapa kasus, ditemukan kadar alkohol tinggi dapat
menjelaskan bahwa korban sedang dalam keracunan alkohol pada
saat masuk ke dalam air.
3. Penyebab kematian yang sebenarnya dan jenis drowning
Pada mayat yang segar, gambaran pasca-mati dapat
menunjukkan an juga penyebab kematian lain seperti penyakit,
keracunan atau kekerasan lain.
Pada kecelakaan di kolam renang benturan ante-mortem
(antemortem impact) pada tubuh bagian atas, misalnya memar
pada muka, perlukaan pada vertebra servikalis dan medula spinalis
dapat ditemukan.
4. Faktor- faktor yang berperan dalam proses kematian
Faktor- faktor yang berperan dalam dalam proses kematian,
misalnya kekerasan, alkohol atau obat-obatan dapat ditemukan
pada pemeriksaan luar atau bedah jenazah.
5. Tempat korban pertama kali tenggelam
Bila kematian korban berhubungan dengan masuknya
cairan ke dalam saluran pernafasan, maka pemeriksaan diatom dari
air tempat korban ditemukan dapat membantu menentukan apakah
korban tenggelam di tempat itu atau di tempat lain.
6. Apakah ada penyulit alamiah lain yang mempercepat kematian.
a. Bila sudah ditentukan bahwa korban masih hidup pada masuk ke
dalam air. Maka perlu ditentukan apakah kematian disebabkan
karena air masuk ke dalam saluran pernafasan (tenggelam). Pada
kasus immersion, kematian terjadi dengan cepat, hal ini mungkin
disebbakan oleh sudden cardiac arrest yang terjadi pada waktu
cairan melalui saluran napas atas. Beberapa korban yang terjun
dengan kaki terlebih dahulu menyebabkan cairan dengan mudah
masuk ke hidung. Faktor lain adalah keadaan hipersensitivitas dan
kadang-kadang keracunan alkohol.
b. Bila tidak ditemukan air dalam paru- paru dan lambung, berarti
kematian terjadi seketika akibat spasme glotis yang menyebabkan
cairan tidak dapat masuk.
Korban yang tenggelam akan menelan air dalam jumlah yang
makin lama makin banyak, kemudian menjadi tidak sadar dalam 2-12
menit (fatal period). Dalam periode ini, apabila korban dikeluarkan dari
air, masih ada kemungkinan dapat hidup bila upaya resusitasi
berhasil.Waktu yang diperlukan untuk terbenam dapat bervariasi
tergantung dari keadaan sekeliling korban, keadaan masing-masing
korban, reaksi perorangan yang bersangkutan, keadaan kesehatan, dan
jumlah serta sifat cairan yang dihisap masuk ke dalam saluran pernapasan.

H. Pemeriksaan Luar Jenazah


Pemeriksaan luar jenazah yang dapat dijadikan petunjuk pada mati
tenggelam di air laut maupun air tawar adalah
a. Mayat dalam keadaan basah, mungkin berlumuran pasir, lumpur dan
benda-benda asing lain yang terdapat di dalam air, kalau seluruh tubuh
terbenam dalam air.
b. Schaumfilz froth merupakan busa halus pada hidung dan mulut. Teori
intravital menyebutkan Schaumfilz sebagai bagian dari reaksi intravital.
Pada waktu air memasuki trakea, bronkus, dan saluran pernapasan
lainnya, maka terjadi pengeluaran sekret oleh saluran tersebut. Sekret ini
akan terdorong keluar oleh udara pernapasan sehingga berbentuk busa
mukosa. Pendapat lain menyatakan bahwa Schaumfilz merupakan reaksi
pembusukan. Gejala ini biasanya tidak ditemukan bila mayat diangkat.
Busa yang ditemukan kadang disertai dengan perdarahan.
c. Mata setengah terbuka atau tertutup. Jarang terjadi perdarahan atau
bendungan.
d. Kutis anserina atau goose flesh merupakan reaksi intravital, jika
kedinginan, maka muskulus erektor pili akan berkontraksi dan pori-pori
tampak lebih jelas. Kutis anserina biasanya ditemukan pada kulit anterior
tubuh terutama ekstremitas. Gambaran seperti kutis anserina dapat juga
terjadi karena rigor mortis pada otot tersebut.
e. Washer woman’s hand. Telapak tangan dan kaki berwarna keputihan dan
berkeriput yang disebabkan karena imbibisi cairan ke dalam kutis dan
biasanya membutuhkan waktu yang lama. Tanda ini tidak patognomomik
karena mayat yang lama dibuang ke dalam air akan terjadi keriput juga.
f. Cadaveric spasm, merupakan tanda intravital yang terjadi pada waktu
korban berusaha menyelamatkan diri dengan cara memegang apa saja
yang terdapat dalam air.
g. Luka lecet akibat gesekan benda-benda dalam air. Luka lecet biasanya
dijumpai pada bagian menonjol, seperti kening, siku, lutut, punggung
kaki atau tangan. Puncak kepala mungkin terbentur pada dasar ketika
terbenam, tetapi dapat pula terjadi luka post-mortal akibat benda-benda
atau binatang dalam air.
h. Dapat ditemukan adanya tanda-tanda asfiksia seperti sianosis, Tardieu spot.
Petekie dapat muncul pada kasus tenggelam, tetapi lebih sedikit daripada
gantung diri karena pada tenggelam tidak terjadi kematian secara
mendadak sehingga pecahnya kapiler tidak secara tiba-tiba atau hanya
sedikit.
i. Penurunan suhu mayat
Gambar 1. Busa Bercampur Darah pada Hidung dan Mulut12
Pada mayat yang sudah membusuk, dapat ditemukan:
a. Mata melotot karena terbentuknya gas pembusukan.
b. Lidah tampak keluar karena gas pembusukan yang mendorong pangkal lidah.
Hal ini juga dapat terjadi pada mayat yang mengalami pembusukan di darat.
c. Muka menjadi hitam dan sembab yang disebut tite de negre (kepala orang
negro).
d. Pugilistic attitude
Posisi lutut dan siku sedemikian rupa sehingga kaki dan tangan tampak
membengkok (frog stand). Ini disebabkan cairan dan gas yang terbentuk pada
persendian.
e. Vena tampak jelas berwarna hijau sampai kehitam-hitaman karena terbentuk
FeS. Ini dapat juga terjadi pada orang yang mati di darat.
f. Pada laki-laki tampak skrotum membesar, mungkin terjadi prolaps atau
adanya gas pembusukan. Pada wanita hamil dapat keluar anak yang
dikandung.
g. Bila lebih membusuk lagi, kulit ari akan mengelupas sehingga warna kulit
tidak jelas, rambut lepas.
I. Pemeriksaan Dalam
Pada pemeriksaan bedah jenazah dapat ditemukan busa halus dan benda
asing, seperti pasir atau tumbuhan air, dalam saluran pernapasan.
Pada korban tenggelam di air tawar biasanya ditemukan dalam keadaan
besar atau menggelembung tetapi ringan, dan pinggir depan biasanya overlap di
depan hati. Namun, dapat ditemukan paru-paru yang biasa karena cairan tidak
masuk ke dalam alveoli atau cairan sudah masuk ke aliran darah (melalui proses
imbibisi). Paru berwarna merah jambu pucat dan dapat mengalami emfisema.
Ketika paru tersebut dipindahkan dari dada, paru tetap mempertahankan bentuk
normalnya dan cenderung tidak kolaps. Ketika memotong paru yang mengalami
emfisema kering akan terdengar bunyi krepitasi yang mudah dinilai. Setelah
dipotong, masing-masing bagian paru mempertahankan bentuk normalnya seperti
sebelum dipotong dan cenderung berdiri tegak. Ketika jaringan dipotong dan
ditekan antara ibu jari dan keempat jari lainnya terdapat sedikit buih dan tidak ada
cairan dan gas, kecuali jika terdapat edema. Dengan demikian, paru tetap kering
pada kasus tenggelam di air tawar.2
Pada kasus tenggelam di air laut, paru-paru dapat ditemukan membesar
seperti balon, lebih berat, sampai menutupi jantung.2 Pada pengirisan terdapat
banyak cairan, beratnya kadang melebihi 2.000 gram. Karena paru sangat edema
maka tepi depan paru overlap di depan mediastinum sehingga berbentuk seperti
cetakan iga. Paru berwarna keunguan atau kebiruan dengan permukaan
mengkilap. Paru lembab dan konsistensinya seperti agar-agar dan hilang dengan
penekanan. Ketika paru dipindahkan dari tubuh dan ditempatkan pada meja
pemotongan, paru tidak mempertahankan bentuk normalnya tapi cenderung datar.
Ketika dipotong, tidak ada suara krepitasi yang terdengar dan bahkan tanpa
penekanan jaringan mengeluarkan banyak cairan. Jaringan paru ditekan maka
akan ditemukan paru dipenuhi cairan. Dengan demikian kasus tenggelam di air
laut paru mengalami lembab dan basah.
Petekie yang sangat sedikit dapat ditemukan karena kapiler terjepit di
antara septum inter alveolar. Dapat ditemukan bercak-bercak perdarahan yang
disebut bercak Paltauf akibat robeknya penyekat alveoli (Polsin). Petekie
subpleura dan bula emfisema jarang ditemukan dan bukan merupakan tanda khas
tenggelam, tetapi sebagai usaha respirasi.2
Sedangkan untuk mengetahui benda-benda air yang masuk ke saluran
pernafasan dapat dibuktikan dengan membuka saliran pernafasan dari trakea,
bronkus sampai percabangan bronkus di hilus. Jika dari pemeriksaan ditemukan
benda-benda air seperti pasir, kerikil, lumpur, tumbuhan air dan lain-lain maka
dapat dipastikan bahwa korban masih hidup sebelum tenggelam.2
Organ lain seperti otak, ginjal, hati, dan limpa dapat mengalami
pembendungan. Lambung dan usus halus dapat sangat membesar, berisi air dan
lumpur.2
J. Pemeriksaan Laboratorium
1. Pemeriksaan diatom
Diatom merupakan alga (ganggang) bersel satu dengan dinding sel yang
terbuat dari silikat yang tahan panas dan asam kuat. Diatom dapat ditemukan
dalam air tawar, air laut, air sungai, air sumur, dan udara. Diatom dan elemen
plankton lain masuk ke dalam saluran pernapasan atau pencernaan ketika
seseorang tenggelam menelan air. Kemudian diatom akan masuk ke dalam aliran
darah melalui kerusakan dinding kapiler pada waktu korban masih hidup dan
tersebar ke seluruh jaringan. Di sisi lain, jika sebuah mayat ditenggelamkan dalam
air meskipun diatom dapat masuk ke dalam paru-paru secara pasif, tidak ada
aliran sirkulasi darah yang mungkin terjadi, sehingga (secara teori) tidak mungkin
ada diatom yang dapat ditemukan pada organ-organ dalam yang lebih jauh.2
Pemeriksaan diatom dilakukan pada jaringan paru mayat segar. Bila mayat
telah membusuk, pemeriksaan diatom dilakukan dari jaringan ginjal, otot skelet
atau sumsum tulang paha. Pemeriksaan diatom pada hati dan limpa kurang
bermakna sebab berasal dari penyerapan abnormal dari saluran pencernaan
terhadap air minum atau makanan.
Pemeriksaan diatom dengan metode destruksi (digesti asam) pada paru
dilakukan dengan mengambil dari jaringan perifer paru sebanyak 100 gram,
masukkan ke dalam labu Kjeldahl dan tambahkan asam sulfat pekat sampai
jaringan paru terendam, diamkan lebih kurang setengah hari agar jaringan hancur.
Kemudian dipanaskan dalam lemari asam sambil diteteskan asam nitrat pekat
sampai terbentuk cairan jernih, dinginkan dan cairan dipusing dalam centrifuge.2
Sedimen yang terbentuk ditambahkan dengan akuades, pusingkan kembali
dan akhirnya dilihat dengan mikroskop. Pemeriksaan diatom positif bila pada
jaringan paru ditemukan diatom cukup banyak, 4-5/LPB atau per 10-20 per satu
sediaan atau pada sumsum tulang cukup ditemukan hanya satu.
Selain itu, dapat dilakukan pemeriksaan getah paru dengan cara
permukaan paru disiram dengan air bersih, lalu iris bagian perifer, ambil sedikit
cairan perasan dari jaringan perifer paru, taruh pada gelas obyek, tutup dengan
kaca penutup dan lihat dengan mikroskop. Selain diatom dapat pula terlihat
ganggang atau tumbuhan jenis lainnya.

Gambar 1. Prinsip Tes Diatom11


Menurut Simpson, bahwa tes diatom terkadang negatif, bahkan pada
kasus-kasus yang jelas-jelas tenggelam pada air yang banyak diatom dan telah
banyak hasil positif palsu yang dikatakan terjadi karena alasan teknis dari karena
itu tes ini jadi sangat tidak realibel sehingga teknik ini seharusnya dilakukan dan
hasilnya diinterpretasikan dengan pertimbangan keadaan lain.12
2. Pemeriksaan Elektrolit
Pada tahun 2000 Gettler mengemukakan bahwa penentuan ada tidaknya
klorida pada darah yang berasal dari ruang-ruang jantung adalah salah satu tes
yang baik yang dapat digunakan dalam mendiagnosis kasus tenggelam. Banyak
dari peneliti telah mengemukakan pandangan-pandangan yang berbeda tentang
validitas studi klorida dalam mendiagnosis kasus tenggelam. Pada tahun 1944
Moritz dan mengungkapkan pandangan bahwa perbedaan kadar klorida pada
sampel darah yang berasal dari ventrikel jantung kanan dan kiri dapat bernilai
diagnostik hanya jika analisa yang dilakukan adalah segera setelah terjadinya
kematian. Dia menetapkan bahwa perbedaan kadar klorida sekitar 17 mEq/L atau
lebih pada kasus tenggelam di air tawar dapat ditetapkan sebagai pendukung
penegakan diagnosis tenggelam.
Menurut Gettler 2000, pada kasus tenggelam di air tawar, kadar serum
klorida di darah yang berasal dari jantung kiri lebih rendah dari jantung sebelah
kanan. Sedangkan pada tenggelam di air asin terjadi sebaliknya.
Selain itu, tes lain, tes Durlacher juga dapat digunakan untuk
menentukan diagnosis selain tes Gettler. Tes Durlacher digunakan untuk
menentukan perbedaan dari berat jenis plasma dari jantung kanan dan kiri. Bila
pada pemeriksaan ditemukan berat jenis jantung kiri lebih tinggi dibandingkan
dengan jantung kanan, maka dapat diasumsikan bahwa korban meninggal akibat
tenggelam.
Perbedaan kadar elektrolit lebih dari 10% dapat menyokong diagnosis,
walaupun secara tersendiri kurang bermakna.
Ketika air tawar memasuki paru-paru, natrium plasma turun dan kalium
plasma meningkat, sedangkan pada inhalasi air asin, natrium plasma meningkat
cukup tinggi dan kalium hanya meningkat ringan. Pada tenggelam pada air tawar,
konsentrasi natrium serum dalam darah dari ventrikel kiri lebih rendah
dibandingkan ventrikel kanan. Namun, angka ini dapat bervariasi, ini disebabkan
ketika post mortem dimulai maka difusi cairan dapat mengubah tingkat natrium
dan kalium yang sebenarnya. Oleh karena itu Simpson berpendapat bahwa analisis
dari kadar Na, Cl dan Mg telah dipergunakan, tetapi hasilnya terlalu beragam
untuk digunakan didalam praktek sehari-hari.
K.Penatalaksanaan
Menurut Pendit, brahm. U et al. 2004 Penanganan Pedoman klinis
pediatric penanganan jalan nafas pada korban tenggelam

BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Kasus

Tn. A dibawa ke IRD dalam keadaan masih hidup setelah


tenggelam akibat terpeleset saat berpiknik di tepi danau. Karena tidak bisa
berenang Tn.A langsung tenggelam saat jatuh ke air danau yang ternyata
cukup dalam. Setelah 30 menit Tn. A baru berhasil tertolong karena
istrinya datang. Dalam pemeriksaan di IRD didapatkan data Tn. A
mengalami hipoksia dan paru-parunya terisi cairan. Beberapa hari setelah
dirawat di RS keadaan Tn A semakin memburuk, pernafasan menjadi tidak
teratur dan dokter mendiagnosis ARDS
A. Pengkajian
 Identitas klien :
Nama : Tn. A
Usia : 37 tahun
Jenis Kelamin : Laki- Laki
Alamat : Padang Harapan
Agama : Islam
No RM : 2464
 Identitas penanggung jawab
Nama : Ny. P
Usia : 31 tahun
Alamat : Padang Harapan
Agama : Islam
Jenis kelamin : Laki Laki
Hubungan dengan pasien : Istri
 Riwayat Kesehatan
- Keluhan utama : Klien Tenggelam akibat terpeleset saat berpiknik
ditepi danau
Riwayat kesehatan sekarang : Pada tanggal 03 Desember Korban
berpiknik dan pada tanggal ke esokkan hari nya tanggal 04 pasien
terpeleset dan dibawa oleh keluarga nya ke IGD dalam keadaan masih
hidup setelah tenggelam akibat terpeleset saat berpiknik di tepi danau.
Karena Tn. A tidak bisa berenang Tn. A langsung tenggelam saat jatuh ke
air danau yang ternyata cukup dalam selama 30 menit. Dalam pemeriksaan
di IGD didapatkan data Tn. A mengalami hipoksia dan paru-parunya terisi
cairan Dan hasil pemeriksaan didapatkan (TD : 150/110 mmHg ) (N
: 95 X/mnt ) (Rr: 29 X/mnt) (
(S : 38 °C)
- Riwayat kesehatan dahulu : Keluarga klien mengatakan bahwa klien
tidak memiliki riwayat penyakit
- Riwayat kesehatan keluarga: Keluarga klien mengatakan tidak
memiliki penyakit yang menular dan keturunan

1. Pengkajian Primer
AirWay
- Terdapat sumbatan atau paru – paru terisi cairan
- Tidak ada suara nafas tambahan
- Mengalami batuk-batuk

B : Breathing
- Tampak menggunakan otot nafas tambahan
- Terdapat RR klien 29 X/menit napas klien terlihat cepat dan dalam
( khusmaul )

C : Circulation
- Nadi karotus teraba kuat
- Capiller refill <2 detik
- Akral teraba dingin
- Penurunan Kesadaran

D : Dissability
Terjadi penurunanan kesadaran. Adapun cara Untuk dapat melihat
dengan jelas dengan mengkaji
- Awake : A
- Respon Bicara : V
- Respon Nyeri :
- Tidak ada respon : U
- Alert : klien merespon jika dipanggil namanya
- Verbal : tidak meengalami disorientasi waktu, tempat, orang

Kekuatan otot 44
44
E : Exposure
Tidak jejas,
2. Pengkajian skunder
a. Alergi : tidak ada riwayat alergi baik terhadap
makanan atau obat obatan
b. Medikasi : klein mengatakan pernah mengkonsumsi
obat sewaktu ia mengalami penyakit
c. Past Illness : klien pernah mempunyai riwayat penyakit
masa lalu
d. Last Meal : makanan terakhir sebelum korban
tenggelam hanya makan 1 bungkus nasi padang hangat sayur
bayam dan segelas air putih.
e. Evironmant/ event : klien merasa lemah, tidak mampu
melakukan aktivitas yang berlebih. Aktivitas terakhir yang klien
lakukan duduk di tepi danau. Pada saat klien duduk ditepi danau ia
terpeleset, kemudian klien terpeleset dinau selama 30 menit dan
baru dibawa oleh keluarganya ke rumah sakit.

 Pola nutrisi/ metabolik:


 Status nutrisi

A: Antopometri (BB: 54, TB: 156)


IMT: BB/TB(m)²
54= 156cm = 1,56 m
IMT = 54 / 156 x 156
= 54/ (1,56 x 1,56)
IMT = 22.5 ( Normal weight)
B: Biokimia, pada tanggal 04 Desember (hasil lab: Hemoglobin 13,4
g/dl,)
C: Clinical sign ( klien tampak lemah, dan pucat)
D: klien tidak menjalani diit apapun.
BB sebelum di RS 58 kg, BB selama di RS 54kg, TB 156cm, LILA
32cm
 Intake Makan:
• Sebelum di RS: Sebelum masuk RS klien masih memiliki nafsu
makan dan selama beberapa hari dirumah sakit klien tidak nafsu
makan.
 Selama di RS: selama di rumah sakit klien makan tiap pagi, siang, dan
sore hari. Makanan yang mengandung tinggi protein.
 Intake Minum:
• Sebelum di RS: Klien minum 3-4 gelas sehari (900-1100 cc).
• Selama di RS: Klien minum 6-7 gelas sehari (1800-2100 cc). Tidak
ada keluhan saat minum.

 Pola aktivitas dan latihan


Kemampuan perawatan diri 0 1 2 3 4
Makan / minum 

Mandi 

Toileting 

Berpakaian 

Mobilisasi tempat tidur 

Berpindah 

Ambulansi ROM 

0 : mandiri 3: dibantu orang lain / alat


1: menggunakan bantuan 4: ketergantungan total
2: dibantu orang lain
 Pola fungsi kesehatan
1. Aktivitas/istirahat
- gejala : lemah, letih, sulit melakukan aktivitas berat, dan pucat
- tanda : takikardi dan takipnea pada keadaan istirahat dan
beraktivitas, penurunan tonus otot
2. sirkulasi
- gejala : klien syok ditetapkan sebagai tidak adekuatnya perfusi
organ dan oksigenasi jaringan.
- tanda : takikardi, takipnea, pucat, hipotermia, ekstremitas dingin,
penurunan pengisian kapiler, dan penurunan produksi urine.
3. Eliminasi
- gejala : rasa nyeri tajam di dada, perubahan pola nafas(takipnea
- tanda : Muka pucat, tampak gelisa dan meringis
4. Nutrisi/ cairan
- gejalah : Mual/Muntah
- tanda : turgor turun,bibir kering,kekakuan,muntah
5. respirasi/ pernapasan
- gejala : dangkal dan cepat
- tanda : frekuensi pernapasan meningkat, takikardi
6. neuronsensori
- gejala : pusing,nyeri dada,kelemahan otot, gangguan peciuman
- tanda : lemas,lesuh dan pucat
7. keamanan
- gejala : kulit kering
- tanda : demam

 pemeriksaan Fisik
TD : 150/110 mmHg
N : 95 X/mnt
RR : 29 X/mnt
S : 38 °C

 Pemeriksaan Head To Toe


a. Kepala
- Bentuk : kepala simetris dan tidak ada luka
- Rambut : hitam, lurus, berminyak, dam tekstur lembut
- Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tyroid, arteri karotis teraba kuat
b. Mata
Letak kedua mata simetris antara kanan dan kiri, geraka bola mata
kanan dan kiri normal, pupil isokol normal 3/3 mm, konjungtiva tidak
anemis, sclera berwarna putih, tidak menggunakan kacamata saat
membaca atau kegiatan lainnya.
c. Telinga
Bersih, bentuk aurikula normal, letak kedua telinga simetris antara kiri
dan kanan, tidak berbau, tidak ada penggunaan alat bantu pendengaran,
klien bisa mendengarkan suara orang lain dengan jelas.
d. Hidung
Bentuk lubang hidung simetris kanan dan kiri, agak kotor, terdapat
secret, terpasang O2 nasal kanul 3-5 Lpm.
e. Mulut
Bibir berwarna biru pucat, mukosa bibir kering, gusi berwarna merah
mudah, tidak ada pembengkakan, lidah klien bersih, tidak ada
stomatitis.
f. Tenggorokan
Tidak ada kesulitan menelan, tidak ada pembesaran tyroid
g. Pernafasan (dada)
- Inspeksi : terdapat cairan di paru- paru klien akibat tenggelam, dada
simetris antara kiri dan kanan, tidak ada lesi, tidak ada trauma dada,
- Palpasi : tidak ada bunyi krepitasi, vocal fremitus dada kanan dan kiri
sama
- Perkusi : sonor pada lapang paru
- Auskultasi : suara nafas dasar vesikuler, RR 29x/m, tidak ada suara
nafas tambahan.
h. Sirkulasi (jantung)
- Inspeksi :ictus cordis tidak tampak, dada simetris antara kiri dan kanan
- Palpasi : tidak ada pembesaran pada jantung, gerakan dada simetris
- Perkusi : batas kesan jantung tidak melebar. Batas kiri jantung atas:
SIC II dillinea parasternalis kiri. Batas bawah : SICV kiri agak
kemedial linea mitclavicula kiri (tampak ictus). Batas kanan jantung
atas : IC II kanan linea parasternalis kanan. Bawah: sekitar IC III – IV
kanan linea parasternalis kanan.
- Auskultasi : bunyi jantung I dan II normal, regular
i. Abdomen
- Inspeksi : dinding perut sejajar dada, tidak ada lesi.
- Auskultasi : tidak ada bunyi usus
- Perkusi : suara tympani
- Palpasi : hepar dan dien tidak teraba, nadi femoralis teraba kuat ke
posterior sampai mid klacikula kiri ICS VI – X
j. Genitorinarium
Terpasang kateter, tanggal 04 desember jam 13: 00 WIB. Warna urin
kuning jernih dengan volume 300ml
k. Musculoskeletal
Tidak ada kelainan congenital pada kedua eksremitas, adanya
hambatan gerak. Tidak ada deformitas tulang, tidak ada fraktur,
kekuaatan tonus 4 pada kedua eksermitas atas bawah, akral teraba
dingin.
B. Analisa Data

No Analisa data Etiologi Masalah keperawatan


1 DS : pasien mengatakan Drawning Gangguan pertukaran
kesulitan untuk bernafas gas
karena paru- paru terisi Voluntary breath
cairan
DO : Hipoksia Hipoksemia
TD : 150/110 mmHg
N : 95 X/mnt Penurunan fungsi tubuh
RR : 29 X/mnt
S : 38 °C Involuntary breathing

Air masuk ke paru

Peningkatan permebilitas
membran kapiler alveoli

Hipoksia
Gangguan pertukaran gas

2 DS : klien mengatakan Drawning Penurunan curah


lemas,ketidakadem jantung b.d perubahan
uatan jantung Voluntary breath irama jantung d.d nadi
memompa darah perifer teraba lemah
untuk memenuhi Hipoksemia
metabolisme tubuh.
DO : terjadi penurunan Penurunan fungsi tubuh
tekanan darah, akral
dingin, suhu tubuh Involuntary breathing
menurun
TD : 150/110 mmHg ARDS
N : 95 X/mnt
RR : 29 X/mnt Edema paru
S : 38 °C
Hipoksia

Ventrikel iskemik

Penurunan curah jantung


3 DS : pasien mengeluh Drawning Bersihan jalan nafas
susah untuk bernafas tidak efektif b.d benda
karena dibagian paru – Voluntary breath asing dalam jalan
parunya terisi cairan nafas d.d dispneu
akibat tenggelam Hipoksemia
didanau
DO : nafas cepat Penurunan fungsi tubuh
dangkal dan terjadinya
Dispneu dan terdapat Involuntary breathing
sumbatan cairan diparu-
paru Air masuk paru

Surfaktan bercampur
dengan air

Menekan reflek batuk

bersihan jalan nafas tidak


efektif

C. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan


1. Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membrane alveolus kapiler d.d
kesadaran menurun
2. Penurunan curah jantung b.d perubahan irama jantung d.d nadi perifer
teraba lemah
3. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d benda asing dalam jalan nafas d.d
batuk tidak efektif atau tidak mampu batuk
D. Intervensi Keperawatan

No Diagnosis Kriteria Hasil/ SLKI Intervensi / SIKI


Keperawatan

1 Gangguan Setelah dilakukan intervensi Intervensi Utama Pemantuan Respirasi


Tindakan
pertukaran gas b.d keperawatan selama 3 jam,
Observasi
perubahan maka gangguan pertukaran gas 1. Monitor frekuensi ,irama, kedal
membrane alveolus Meningkat dengan dan upaya nafas
2. Monitor pola nafas
kapiler d.d Kriteria hasil :
3. Monitor adanya sumbatan jalan
1. Tingkat kesadaran
kesadaran menurun 4. Palpasi kesimetrisan ekspansi p
Meningkat Teraupetik
2. Dispheu menurun 1. Atur interval pemantauan respir
3. Pola Nafas membaik
sesuai kondisi pasien
2. Dokumentasikan hasil pemantu
Edukasi
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan hasil pemantauan
perlu

2 Penurunan curah Setelah dilakukan intervensi Intervensi Utama


Perawatan Jantung
jantung b.d keperawatan selama 3 jam,
Tindakan
perubahan irama maka Penurunan curah jantung Observasi
1. Identifikai tanda dan gejala prim
jantung d.d nadi Meningkat dengan
penurunan curah jantung ( Meli
perifer teraba lemah Kriteria hasil :
1. Kekuatan nadi perifer disphea, kelelahan )
2. Identifikasi tanda dan gejala sek
meningkat
2. Gambaran EKG penurunan curah jantung( Melip
aritmia menurun pucat )
3. Monitor tekanan darah
4. Monitor aritmia ( kelainan iram
frekuensi )
5. Monitor fungsi alat pacu jantun
Teraupetik
1. Posisikan pasien semi-fowler at
fowler dengan kaki ke bawah at
posisi nyaman
2. Berikan diet jantung yang sesua
3. Fasilitasi pasien dan keluarga u
memodifikasi gaya hidup sehat
4. Berikan terapi relaksasi untuk
mengurangi stress
5. Berikan dukungan emosional da
spiritual
Edukasi
1. Anjurkan beraktivitas fisik sesu
toleransi
2. Anjurkan beraktivitas fisik seca
bertahap
3. Anjurkan berhenti merokok
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian anti aritm
perlu
2. Rujuk ke program rehabilitasi j

3 Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan intervensi Intervensi Utama


Latihan Batuk Efektif
tidak efektif b.d keperawatan selama 3 jam,
Tindakan
benda asing dalam maka Bersihan jalan nafas Observasi
1. Identifikasi kemampuan batuk
jalan nafas d.d Meningkat dengan
2. Monitor adanya retensi spurum
batuk tidak efektif Kriteria hasil : 3. Monitor tanda dan gejala infeks
1. Batuk efektif
atau tidak mampu nafas
Meningkat Teraupetik
batuk
2. Produksi sputum 1. Atur posisi semi fowler
2. Buang secret pada tempat sputu
Menurun
Edukasi
3. Pola Nafas Membaik
1. Jelaskan tujuan dan prosedur ba
efektif
2. Anjurkan tarik nafas dalam mel
hidung selama 4 detik, di tahan
2 detik
Kolaborasi
1. Kolaborasi pemberian mukoliti
ekspektoran, jika perlu
B. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan

No Hari/jam Imlementasi Evaluasi


1. Rabu, 04 Observasi S:
Desenber - klien mengatakan
1. Memonitor frekuensi
2019 jam tingkat kesadarannya
,irama, kedalaman dan
08:00 meningkat
upaya nafas - Dispneu meningkat
2. Memonitor pola nafas - Pola nafas
Jam 14 : 3. Memonitor adanya
membaik
00 sumbatan jalan nafas
4. Palpasi kesimetrisan O : klien terlihat tidak sesak
Jam 15 :
ekspansi paru nafas lagi
20 Teraupetik TD : 120/80 mmHg
Jam 17 : 3. Mengatur interval
N : 80 X/mnt
00 pemantauan respirasi
RR : 20 X/mnt
sesuai kondisi pasien
4. Mendokumentasikan S : 37 °C
hasil pemantuan A:
Edukasi
Jam 19 : 3. Menjelaskan tujuan dan - Gangguan pertukaran

30 prosedur pemantauan gas b.d perubahan


4. Mengiformasikan hasil
membrane alveolus
pemantauan, jika perlu
Jam 20 : kapiler d.d kesadaran

30 menurun teratasi
sebagian selanjutnya
Memonitor apakah
masih ada sumbatan
jalan nafas atau tidak
dan palpasi
kesimetrisan ekspansi
paru

P:
- Perencanaan
selanjutnya melakukan
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
- Memonitor pola nafas
- Memonitor adanya
sumbatan jalan nafas

2. Kamis, Observasi - S:
1. Mengidentifikai tanda - klien mengatakan
05
dan gejala primer Kekuatan nadi perifer
Desember
penurunan curah meningkat
2019
- Gambaran EKG aritmia
jantung ( Meliputi
Jam
menurun
disphea, kelelahan )
08:00 - Dispneu dan kelelahan
2. Mengidentifikasi tanda
sudah menurun
dan gejala sekunder
penurunan curah O : klien terlihat tidak lemas
jantung( Meliputi kulit dan pucat lagi
pucat ) TD : 120/80 mmHg
6. Memonitor tekanan
N : 80 X/mnt
Jam darah
7. Memonitor aritmia RR : 20 X/mnt
14:00
( kelainan irama dan S : 37 °C

frekuensi ) A:
8. Memonitor fungsi alat
- Penurunan curah
pacu jantung
Teraupetik jantung b.d perubahan
1. Memposisikan pasien
Jam irama jantung d.d nadi
semi-fowler atau fowler
19:30 perifer teraba lemah
dengan kaki ke bawah - Kekuatan nadi perifer
atau posisi nyaman meningkat
2. Memberikan diet - Gambaran EKG aritmia
jantung yang sesuai menurun
3. Memfasilitasi pasien -
dan keluarga untuk
P:
memodifikasi gaya
hidup sehat - Perencanaan
4. Memberikan terapi
selanjutnya
relaksasi untuk
menganjurkan klien
mengurangi stress
untuk beraktivitas fisik
5. Memberikan dukungan
sesuai toleransi
emosional dan spiritual
- Menganjurkan
Edukasi
1. Menganjurkan beraaktivitas fisik
beraktivitas fisik sesuai secara bertahap
- Dan untuk para laki –
toleransi
2. Menganjurkan laki diharapkan untuk
beraktivitas fisik secara berhenti merokok
bertahap
3. Menganjurkan berhenti
merokok
Kolaborasi
1. Berkolaborasi
pemberian anti aritmia,
Jika perlu
2. Rujuk ke program
rehabilitasi jantung
3. Jumat, 06 Observasi S : pasien mengatakan tidak
1. Mengidentifikasi
Desember sesak lagi dengan tanda
kemampuan batuk
2019 - Produksi sputum
2. Memonitor adanya
Jam Menurun
retensi sputum
- Pola Nafas Membaik
08:00 3. Memonitor tanda
dan gejala infeksi O : klien terlihat tidak adanya
saluran nafas lagi retensi sputum dan
Teraupetik
1. Mengattur posisi semi tidak ada tanda dan gejala
Jam infeksi saluran pernafasan
fowler
14:00 2. Membuang secret pada TD : 120/80 mmHg
tempat sputum N : 80 X/mnt
Edukasi
1. Menjelaskan tujuan dan RR : 20 X/mnt

prosedur batuk efektif S : 37 °


2. Meganjurkan tarik nafas -
- A : Bersihan jalan nafas
dalam melalui hidung
tidak efektif b.d benda
selama 4 detik, di tahan
asing dalam jalan nafas
selama 2 detik
Kolaborasi d.d batuk tidak efektif
1. Berkolaborasi
atau tidak mampu
pemberian mukolitik
batuk
atau ekspektoran, jika - Batuk efektif
Jam
perlu Meningkat
18:30 - Produksi sputum
Menurun
- Pola Nafas Membaik

P : perencanaan selanjutnya
- Meganjurkan tarik
nafas dalam melalui
hidung selama 4 detik,
di tahan selama 2 detik
- Berkolaborasi
pemberian mukolitik
atau ekspektoran, jika
perlu
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Tenggelam (drowning) adalah kematian yang disebabkan oleh aspirasi
cairan ke dalam pernapasan akibat terbenamnya seluruh atau sebagian tubuh ke
dalam cairan, sedangkan hampir tenggelam (near drowning) adalah keadaan
gangguan fisiologi tubuh akibat tenggelam, tetapi tidak terjadi kematian.
Mekanisme kematian pada korban tenggelam dapat berupa asfiksia akibat
spasme laring, asfiksia karena gagging dan choking, refleks vagal, fibrilasi
ventrikel (air tawar), dan edema pulmoner (dalam air asin)
Pada peristiwa tenggelam di air tawar, terjadi hemolisis dan hemodilusi
sehingga menyebabkan hiperkalemia. Kematian terjadi karena fibrilasi ventrikel.
Pada peristiwa tenggelam di air asin, karena konsentrasi elektrolit air asin lebih
tinggi daripada plasma, air akan ditarik dari sirkulasi pulmonal ke dalam jaringan
interstitial paru yang akan menimbulkan edema paru, hemokonsentrasi, dan
hipovolemia.
Berdasarkan morfologi penampakan paru pada otopsi, tenggelam
dibedakan atas tenggelam kering (dry drowning), tenggelam tipe basah (wet
drowning). Jika ditinjau berdasarkan jenis air tempat terjadinya tenggelam, maka
dapat dibedakan menjadi tenggelam di air tawar dan tenggelam di air asin.
Diagnosis kematian akibat tenggelam dapat ditegakkan melalui
pemeriksaan luar, pemeriksaan dalam, pemeriksaan laboratorium berupa histologi
jaringan, destruksi jaringan, dan berat jenis serta kadar elektrolit darah.
Pada pemeriksaan luar, dapat ditemukan Schaumfilz froth, kuntis anserina,
washer woman’s hand, cadaveric spasm, tanda-tanda asfiksia seperti sianosis dan
petekie. Kemudian dapat juga dijumpai luka lecet dan penurunan suhu mayat
Pada pemeriksaan dalam, paru tetap kering pada kasus tenggelam di air
tawar. Pada kasus tenggelam di air laut, paru-paru dapat ditemukan membesar.
Petekie juga dapat dijumpai. Organ lain dapat mengalami pembendungan.

DAFTAR PUSTAKA
Pendit, brahm, U et al. 2004. Pedoman Klinis Peidatri. Jakarta : EGC
Hariadi Apuranto, (2010). Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan
Medikolegal, edisi ketujuh. surabaya : Departemen Ilmu Kedokteran Forensik
danMedikolegal Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga.
Levin, D.L.F.C. Morriss, L.O. Toro,L.W Brink and G. R. Turner ( 2008 )
Drowning and near- drpwning. Ediatric clinics of North America 40(2): 321
Onyekwelu, E. 9 (2008 ). Drowning and Near Drowning. International
Child Health Care : A Practical manual for hospitals worldwide : 541
Jurnal Keperawatan Gambaran Tingkat Pengetahuan Dan Sikap Siswa–
Siswi Sma Swasta Teladan Binjai Mengenai Abortus Provokatus Kriminalis
Simanjuntak - 2014 - Repository.Uhn.Ac.Id

Anda mungkin juga menyukai