Anda di halaman 1dari 7

KINERJA SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN

KHUSUS SESUAI SNI 03-2847-2002 DITINJAU DARI


KETENTUAN SENGKANG MINIMUM KOLOM
Pamuda Pudjisuryadi 1 dan Benjamin Lumantarna2
1
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Kristen Petra, Jl.Siwalankerto 121-131 Surabaya, pamuda@
petra.ac.id
2
Dosen Jurusan Teknik Sipil, Universitas Kristen Petra, Jl.Siwalankerto 121-131 Surabaya,
bluman@petra.ac.id

ABSTRAK

Struktur yang didisain dengan baik, harus mampu menunjukkan kinerja sesuai yang kita
harapkan. Untuk struktur beton bertulang tahan gempa, struktur harus menunjukkan kekakuan
yang cukup untuk membatasi defleksi yang terjadi dan daktilitas yang baik untuk menjamin
stabilitasnya saat gempa besar terjadi. Pada konsep disain kapasitas, kestabilan struktur pasca
gempa dijamin dengan mendisain kolom lebih kuat dari balok yang merangka padanya,
sehingga mekanisme kerusakan yang diharapkan adalah side sway mechanism. Pada
mekanisme ini sendi plastis direncanakan hanya terjadi pada balok dan kolom dasar saja.
Ketentuan sengkang minimum kolom yang diatur SNI 03-2847-2002 untuk Sistem Rangka
Pemikul Momen Khusus (SRPMK) dirasakan terlalu ketat karena tidak diharapkan terjadi
sendi plastis pada kolom, kecuali kolom lantai dasar. Studi ini bertujuan membandingkan
kinerja struktur yang didisain dengan dua metode, pertama menggunakan SNI 03-2847-2002,
dan yang kedua menggunakan standar yang sama tetapi mengabaikan ketentuan persyaratan
sengkang minimum kolom. Wilayah gempa yang diambil adalah 4 dan 6 sesuai SNI 03-1729-
2002, sedangkan gedung yang ditinjau adalah gedung sepuluh lantai. Analisa kinerja berupa
indeks kerusakan (damage index) dilakukan dengan analisa dinamis riwayat waktu dengan
gempa sintetis yang disesuaikan dengan respons spektrum gempa desain. Hasil kinerja yang
diperoleh menunjukkan tidak ada perbedaan di antara kedua metode disain.

Kata Kunci : kinerja SRPMK, sengkang mimimun kolom

1. PENDAHULUAN
Ketentuan pembebanan gempa dan perencanaan struktur beton bertulang tahan gempa
di Indonesia, berturut-turut diatur dalam SNI 03-1726-2002 dan SNI 03-2847-2002.
Agar sebuah disain struktur di daerah gempa menjadi ekonomis, sifat daktail yang
dimiliki struktur dapat dimanfaatkan untuk menerima energi gempa pasca kondisi
elastisnya. Dengan adanya daktilitas ini, respons spektrum gempa rencana elastis
dapat direduksi menjadi gempa nominal dengan konsekuensi persyaratan desain yang
cukup ketat. Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) adalah sistem struktur
tahan gempa yang memanfaatkan daktilitas yang dimiliki ini secara penuh.

2. LANDASAN TEORI
Ketentuan SRPMK pada SNI 03-2847-2002 memberikan pedoman mengenai
perencanaan elemen balok maupun kolom. Dibandingan dengan ketentuan
sebelumnya, beberapa persyaratan pada SNI 03-2847-2002 menjadi lebih ketat,
khususnya persyaratan sengkang minimum pada kolom. Pada studi ini, akan ditinjau
ketentuan luas minimum sengkang tertutup persegi untuk kolom (Persamaan 1).
Ash = 0, 09( s.hc . f c' / f yh ) ........(1)
dimana Ash = luas sengkang tertutup minimum (mm2)
s = jarak pasang sengkang (mm)
hc=dimensi penampang inti kolom (mm)
fc’=kuat tekan beton (MPa)
fyh=kuat leleh tulangan sengkang (MPa)
SNI 03-2847-2002 pasal 23.4(4(4))menyebutkan bahwa syarat sengkang minimum
kolom tersebut harus dipasang sepanjang lo pada setiap muka hubungan balok-kolom
dan juga sepanjang lo pada kedua sisi dari setiap penampang yang berpotensi
membentuk leleh lentur [1]. Kalimat ini menimbulkan keragu-raguan karena dapat
ditafsirkan syarat sengkang minimum (1) berlaku untuk setiap muka hubungan balok
kolom tetapi dapat juga ditafsirkan (2) hanya disyaratkan untuk penampang yang
berpotensi membentuk leleh lentur. Dalam konsep disain kapasitas, kolom didisain
lebih kuat dari balok sehingga sendi plastis pada ujung kolom (kecuali lantai dasar)
tidak akan terjadi, sehingga bila penafsiran ke dua yang dipakai, maka syarat
sengkang minimum ini hanya berlaku untuk kolom pada lantai dasar.
Studi ini bertujuan meneliti kinerja struktur yang setiap muka hubungan balok-kolom
didisain dengan memperhatikan syarat sengkang minimum tersebut, dibandingkan
dengan kinerja struktur yang sama yang hanya memperhatikan persyaratan sengkang
minimum tersebut pada kolom lantai dasar.

3. RUANG LINGKUP DAN METODOLOGI


Struktur yang ditinjau adalah gedung beton bertulang 10 tingkat pada wilayah 4 dan 6
peta gempa Indonesia dengan denah struktur seperti pada Gambar 1. Struktur didisain
sebagai SRPMK dengan daktilitas maksimum yang diijinkan dimana faktor reduksi
gempa R, diambil sebesar 8,5 [2]. Dimensi dari struktur serta data teknis yang lain
dapat dilihap pada Tabel 1.

Gambar 1. Denah Struktur.

Kinerja struktur meliputi drift dan damage index, diperoleh dengan analisa dinamis
riwayat waktu non-linier dengan bantuan program RUAUMOKO3D [3]. Percepatan
tanah yang digunakan adalah percepatan tanah sintetis yang didapatkan dari gempa El
Centro 18 Mei 1940 komponen Utara-Selatan yang dimodifikasi menggunakan
program RESMAT [4] agar menghasilkan respons spektrum yang sesuai dengan SNI
03-1726-2002 dengan percepatan tanah puncak 0.2 g. Rekaman percepatan gempa asli
dan gempa sintetis yang sesuai dengan SNI 03-1726-2002 pada wilayah 2 dengan
tanah lunak dapat dilihat pada Gambar 2 dan 3 berikut ini. Gambar 4 menunjukkan
respons spektrum dari gempa asli maupun sintetis yang dibandingkan dengan respons
spektrum pada wilayah 2 dengan tanah lunak. Percepatan tanah sintetis untuk wilayah
4 dan 6 dapat diperoleh dari Gambar 3 yang diskalakan secara linier sesuai
perbandingan percepatan tanah puncak pada respons spektrum SNI 03-1726-2002.

Tabel 1: Data Teknis Struktur


DATA JENIS BANGUNAN
Jumlah Lantai 10 Lt. Zona 4 10 Lt. Zona 6
Luas Bangunan 40 x 40 m2
Tinggi Bangunan 10 tingkat , 35 m
Tinggi Antar Tingkat 3.5 m
Balok Induk 400x700 mm2 400x750 mm2
Kolom Lt.1-2 700x700 mm2 750x750 mm2
Lt.3-4 650x650 mm2 700x700 mm2
Lt.5-6 600x600 mm2 650x650 mm2
Lt.7-8 550x550 mm2 600x600 mm2
Lt.9-10 500x500 mm2 550x550 mm2
Tebal Pelat Lantai 120 mm
Mutu Beton (fc’) 30 MPa
Tulangan Longitudinal 400 MPa
Tulangan Transversal 240 MPa

Original Ground Acceleration of El Centro 18th May 1940 (N-S)

0.40

0.30

0.20

0.10
a ( g)
0.00

-0.10

-0.20

-0.30
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
t (second)

Gambar 2. Percepatan tanah gempa asli El Centro 18 Mei 1940 Komponen Utara-Selatan

Modified Ground Acceleration of El Centro 18th May 1940 (N-S)

0.30

0.25

0.20
a (g)
0.15

0.10
0.05

0.00

-0.05

-0.10

-0.15

-0.20

-0.25
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
t (second)

Gambar 3. Percepatan tanah gempa modifikasi sesuai wilayah 2 tanah lunak SNI 03-1726-2002
Respons Spectrum of El Centro 18th May 1940 (N-S)

0.9 Original Respons Spectrum


a
(g) Modified Respons Spectrum
0.8 SNI-Respons Spectrum (500-years)
0.7
0.6

0.5
0.4

0.3
0.2

0.1
0
0.0 0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 3.0
Tn (s)

Gambar 4. Respons Spektrum Gempa Asli dan Gempa Modifikasi

4. HASIL PENELITIAN DAN DISKUSI


Disain tulangan balok maupun kolom untuk struktur yang ditinjau dibedakan menjadi
beberapa tipe untuk setiap lantainya, seperti yang terlihat pada Gambar 5.

Kolom Pojok Balok


Eksterior Tepi

Balok
Kolom Tepi Interior Tepi

Balok
Interior

Kolom Tengah

Balok
Eksterior
Gambar 5. Tipe Balok Dan Kolom.

Perbedaan hasil penulangan geser kolom untuk ke-2 metode yang ditinjau dapat
dilihat pada Tabel 2. Pada makalah ini sebagai contoh hanya disajikan untuk Zona 4.

Tabel 2: Hasil Penulangan Geser Kolom untuk Wilayah 4 Gempa Indonesia


Lantai Kolom Pojok Kolom Tepi Kolom Tengah
SNI SNI - Ash SNI SNI - Ash SNI SNI - Ash
10 4φ12-70 4φ12-70 4φ12-60 4φ12-60 4φ12-50 4φ12-50
9 4φ12-90 4φ12-70 4φ12-110 4φ12-70 4φ12-65 4φ12-65
8 4φ12-140 4φ12-70 4φ12-125 4φ12-70 4φ12-70 4φ12-70
7 4φ12-135 4φ12-70 4φ12-110 4φ12-70 4φ12-70 4φ12-70
6 4φ12-130 4φ12-70 4φ12-120 4φ12-70 4φ12-80 4φ12-70
5 4φ12-130 4φ12-70 4φ12-105 4φ12-70 4φ12-70 4φ12-70
4 4φ12-125 4φ12-70 4φ12-115 4φ12-70 4φ12-70 4φ12-70
3 4φ12-125 4φ12-70 4φ12-115 4φ12-70 4φ12-75 4φ12-70
2 4φ12-65 4φ12-65 4φ12-115 4φ12-65 4φ12-80 4φ12-65
1 4φ12-65 4φ12-65 4φ12-65 4φ12-65 4φ12-65 4φ12-65
Keterangan : SNI-Ash berarti metode disain dengan menggunakan persyaratan sengkang minimum.
Hasil pengujian kinerja berupa posisi sendi plastis dapat dilihat pada Gambar 6 dan
Gambar 7 untuk wilayah 4 gempa Indonesia.

(a) SNI (b) SNI-Ash


Gambar 6. Sendi Plastis Portal Interior Wilayah 4 Gempa Indonesia

(a) SNI (b) SNI-Ash


Gambar 7. Sendi Plastis Portal Eksterior Wilayah 4 Gempa Indonesia

Pada Gambar 6 dan 7, sendi plastis menunjukkan pola letak yang sama pada ke-2
metode disain. Hal penting yang perlu dicatat adalah sudah munculnya sendi plastis
pada kolom. Hal yang sama terlihat juga untuk wilayah 6 gempa Indonesia (Gambar 8
dan 9).

(a) SNI (b) SNI-Ash


Gambar 8. Sendi Plastis Portal Interior Wilayah 6 Gempa Indonesia
(a) SNI (b) SNI-Ash
Gambar 9. Sendi Plastis Portal Eksterior Wilayah 6 Gempa Indonesia

Bila diteliti lebih lanjut, ternyata selain posisi sendi plastis, kerusakan dari elemen-
elemen strukturnya (damage index) pun menunjukkan tingkat yang sama. Dalam
makalah ini disajikan damage index untuk bagian dari portal eksterior struktur yang
didisain pada wilayah 6 gempa Indonesia (lihat Gambar 9 dan 10).

(a) SNI (b) SNI-Ash


Gambar 10. Damage Index Kolom Portal Eksterior Wilayah 6 Gempa Indonesia

Damage index yang dimaksud pada Gambar 10 adalah ratio antara μm terhadap μu,
DI=μm/μu, dimana μm dan μu berturut-turut adalah ductility demand maksimum selama
analisa dinamis riwayat waktu dan ultimit ductiliy dari penampang yang tersedia. Beda
kedua angka damage index ini sesungguhnya dipengaruhi dua hal, yang pertama
adalah ductility demand maksimum yang terjadi, dan ultimate ductility yang tersedia.
Penyelidikan lebih lanjut, menunjukkan bahwa ductility demand maksimum yang
terjadi relatif sama (dapat terlihat pada damage index pada balok yang persis sama).
Perbedaan damage index kolom pada Gambar 10 yang terlihat cukup besar, hanyalah
dikarenakan perbedaan ultimate ductility yang tersedia akibat efek pengekangan
sengkang.

5. KESIMPULAN
Setelah melihat hasil penelitian pada bagian 4, maka bisa diambil kesimpulan bahwa
persyaratan sengkang minimum kolom pada setiap lantai (termasuk yang tidak
direncanakan untuk terjadi sendi plastis), tidak memberikan kontribusi yang signifikan
pada kinerja struktur akibat beban gempa.
Hal lain yang perlu mendapatkan perhatian untuk penelitian lebih lanjut adalah besar
persyaratan rasio kekuatan nominal kolom terhadap kekuatan nominal balok yang
merangka pada sebuah join untuk menjamin tidak terjadinya sendi plastis pada kolom
(persamaan 121 pada SNI 03-2847-2002). Dalam makalah ini, persyaratan tersebut
tidak terlihat menjamin pencegahan sendi plastis pada kolom (lihat Gambar 10).

6. DAFTAR PUSTAKA
1. Badan Standarisasi Nasional. (2002). Tata Cara Perencanaan Struktur
Beton Untuk Bangunan Gedung, SNI 03-2847-2002.
2. Badan Standarisasi Nasional. (2002). Tata Cara Perencanaan Ketahanan
Gempa Untuk Bangunan Gedung, SNI 03-1726-2002.
3. Carr, Athol J. (2001). RUAUMOKO, Inelastic Dynamic Analysis, 3-
Dimensional Version, University of Canterbury, New Zealand.
4. Lukito, Martin Angelo. (1995). Program untuk Membuat Accelegram Gempa
yang Disesuaikan dengan Respons Spektrum Tertentu, Tugas Akhir. Fakultas
Teknik Sipil dan Perencanaan Sipil, Universitas Kristen Petra, Surabaya.
5. Setiawan Y., Christanto Y. (2007). Kinerja Bangunan Tahan Gempa Yang
Didesain Menurut SNI 03-2847-1992 dan SNI 03-2847-2002 di Wilayah 4
Peta Gempa Indonesia, Tugas Akhir. Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan Sipil, Universitas Kristen Petra, Surabaya.
6. Chandra J., Budiman W.A. (2007). Kinerja Bangunan Tahan Gempa Yang
Didesain Menurut SNI 03-2847-1992 dan SNI 03-2847-2002 di Wilayah 6
Peta Gempa Indonesia, Tugas Akhir. Fakultas Teknik Sipil dan
Perencanaan Sipil, Universitas Kristen Petra, Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai