PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ibu, paritas ibu, bentuk panggul ibu, jarak kehamilan dan riwayat kehamilan
sungsang. Pada paritas > 3 keadaan rahim ibu sudah tidak seperti rahim yang pertama
kali melahirkan sehingga ketika ibu hamil dengan paritas > 3, maka janin ibu tersebut
akan lebih aktif bergerak sehingga posisi janin tersebut menjadi tidak normal dan
dapat menyebabkan terjadinya letak sungsang. Angka kejadian letak sungsang jika di
hubungkan dengan paritas pada ibu maka kejadian terbanyak adalah dengan
tinjau dari sudut kematian maternal dan paritas tinggi (lebih dari 3) mempunyai angka
kandungan, keadaan ibu sebelum persalinan, yang dapat berpengaruh dengan cara
persalinan apa yang harus dilakukan untuk melahirkan bayi tanpa harus menyebabkan
kematian salah satunya. Persalinan secara sectio caesarea harus beberapa indikasi di
antaranya, ketuban pecah din (KPD),chepalo pelvik disproportin (CPD), dan letak
janin sungsang. Pada kasus bayi sungsang bila tidak bisa dilahirkan melalui persalinan
normal maka jalan alternatif terakhir adalah bedah caesar dan jika bila tidak segera
dilakukan tindakan medis maka bayi yang ada didalam kandungan ibu tidak bisa
berada di atas dan bokong berada dibawah kavum uteri. Persalinan dengan letak bayi
sungsang dapat dilakukan dengan persalinan normal, namun jika persalinan normal
tidak bisa dilakukan karena terjadi berbagai komplikasi maka untuk dapat
menyelamatkan bayi dan ibu persalinan secara sectio caesaria menjadi alternatif
kehamilan (13%), letak sungsang (13%) serta akibat persalinan yang lama (7%).
Faktor yang berperan pada komplikasi persalinan yang menyebabkan kematian ibu
salah satunya adalah kelainan letak presentasi bokong (sungsang). Presentasi bokong
terjadi dalam 3-4% dari persalinan yang ada di dunia. (Sari, 2015).
kematian ibu secara global 216 kematian per 100.000 kelahiran hidup, menurut
perkiraan antar-badan PBB. Untuk AKI di negara- Negara Asia tenggara. (Utami,
2017).
Angka Kematian Ibu (AKI) mengacu pada jumlah wanita yang meninggal dari
(tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan
dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama
kehamilan per 100.000 kelahiran hidup. AKI juga dapat digunakan dalam pemantauan
kematian terkait dengan kehamilan. Indikator ini dipengaruhi status kesehatan secara
umum, pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan. Sensitivitas AKI
di Rumah Sakit Umum Pusat dr. Kariadi Semarang adalah 7,6%. Pada tahun 2007
tercatat frekuensi dari letak sungsang di Rumah Sakit dr. Pirngadi Medan 4,4% dan di
Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung 4,6%. Di RSUD dr. R Koesma Tuban tercatat
pada tahun 2007 ditemukan 98 kasus persalinan letak sungsang dari 987 persalinan
(Sari, 2015).
Karawang tahun 2015, tercatat letak sungsang sebanyak 185 (24,9%) kasus. Adapun
kasus lainya antara lain perdarahan 122 kasus (17,6%) infeksi 6 kasus (8,82%) dan
terjadi adalah presentasi bokong murni, maka persalinan normal masih relatif mudah
pada multipara. Sedangkan jika yang terjadi adalah presentasi kaki, pada saat ketuban
pecah spontan mungkin saja tali pusat ikut keluar (prolapsus tali pusat). Jika tidak
persalinan dapat dilakukan dengan cara seksio sesaria. Walaupun demikian, terapi
penting. Tindakan pencegahan tidak saja dilakukan sewaktu bersalin, namun sudah
dimulai sejak ibu hamil dengan melakukan antenatal care yang baik (Sari, 2015).
Sectio caesarea (SC) adalah proses kelahiran bayi yang melalui insisi bedah
(cunningham et al,2006).
Dari sectio caesarea sendiri dapat menyebabkan rasa nyeri, nyeri timbul bila
ada jaringan rusak dan hal yang ini menyebabkan individu bereaksi dengan cara
kepada klien pada masa kehamilan, persalinan, dan masa nifas sesuai dengan
keselamatan dan kesejahteraan ibu dan kluarga berupa kesejahteraan fisik dan
psikologis. (Hardiani,2016).
Berdasarkan hasil analisis latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk
mengambil kasus mengenai asuhan keperawatan post natal care atas indikasi post sc
B. Rumusan Masalah
indikasi post sc letak sungsang dengan masalah nyeri pada ibu post partum ?
2. Apa saja diagnosa keperawatan maternitas dengan post natal care atas indikasi
post sc letak sungsang dengan masalah nyeri pada ibu post partum ?
3. Bagaimana rencana asuhan keperawatan maternitas dengan post natal care atas
indikasi post sc letak sungsang dengan masalah nyeri pada ibu post partum ?
indikasi post sc letak sungsang dengan masalah nyeri pada ibu post partum ?
5. Bagaimana evaluasi keperawatan maternitas dengan post natal care atas indikasi
post sc letak sungsang dengan masalah nyeri pada ibu post partum ?
C. Tujuan umum
Memberikan asuhan keperawatan maternitas dengan post natal care atas indikasi post
care atas indikasi post sc letak sungsang dengan masalah nyeri pada ibu post
partum
maternitas dengan post natal care atas indikasi post sc letak sungsang dengan
natal care atas indikasi post sc letak sungsang dengan masalah nyeri pada ibu post
partum
natal care atas indikasi letak sungsang dengan masalah nyeri pada ibu post partum
care atas indikasi letak sungsang dengan masalah nyeri pada ibu post partum
natal care atas indikasi letak sungsang dengan masalah nyeri pada ibu post partum
E. Manfaat Penulisan
perbandingan pada penanganan kasus post natal care atas indikasi letak sungsang
tentang asuhan keperawatan maternitas dengan post natal care atas indikasi letak
3. Bagi penulis
TINJAUAN TEORI
1. Definisi
a. Masa nifas
selesai sampai 6 minggu atau 42 hari. Selama massa nifas, organ reproduksi
Masa puerperium atau masa nifas adalah dimulai setelah partus selesai
dan berakhir kira-kira 6 minggu. Akan tetapi,seluruh alat genital baru pulih
Menurut Wahyuni Dwi (2018), klasifikasi pada nifas dibagi menjadi empat
diantaranya, yaitu :
a. Periode immediate post partum masa segera plasenta lahir sampai dengan 24
jam. Pada masa ini merupakan fase kritis, sering terjadi perdarahan post
perdarahan, lokhea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup mendapatkan
Pada periode ini tetap melakukan asuhan dan pemeriksaan sehari-hari serta
konseling perencanaan KB
d. Remote puerperium
Fase ini diperlukan untuk pulih dan sehat terutama bila selama hamil atau
1) Sistem reproduksi
a) Uterus
b) Serviks
vagina dan tidak adanya rugae. Vagina yang tadinya sangat terdistentsi
dengan dinding yang halus, perlahan akan mengecil dan tonusnya akan
2) Sistem endokrin
a) Hormone plasenta
kehamilan, sehingga terjadi kadar gula darah yang relatif lebih rendah
minggu setelah melahirkan pada ibu yang tidak menyusui. Pada ibu
bulan.
3) Abdomen
olahraga yang tepat, dan jumlah jaringan lemak yang ada. Kadang, dengan
atau tanpa distensi yang berlebihan karena bayi yang besar atau lebih dari
satu, otot dinding abdomen akan berpisah, yang di sebut diastasis rektus
abdominis.
4) Sistem perkemihan
a) Komponen urine
minggu post partum, namun laktosuria dapat terjadi pada ibu yang
setelah melahirkan.
sampai tiga hari pertama post partum. Dieresis post partum, yang
normal.
5) Sistem pencernaan
a) Defekasi
6) Sistem kardiovaskuler
a) Volume darah
Perubahan volume darah dimana post partum bergantung pada
b) Curah jantung
besar wanita.
7) Sistem saraf
8) Sistem musculoskeletal
akan di balikan saat masa nifas. Adaptasi ini termasuk relaksasi dan
9) Sistem integument
Kloasma kehamilan biasanya menghilang pada akhir
1) Fase taking in
pertama sampai hari ke dua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada dirinya
rasa bersalah karena belum bisa menyusui bayinya dan kritikan suami atau
jawab dalam perawatan bayinya. Pada fase ini, penuhi kebutuhan ibu
tentang cara perawatan bayi, cara menyusui yang baik dan benar, cara
perawatan luka jalan lahir, mobilisasi post partum, nifas, nutrisi, istriahat,
3) Fase letting go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya
sebagai seorang ibu. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu
siap menjadi pelindung bagi bayinya. Perawatan ibu terhadap diri dan
bayinya semakin meningkat. Rasa percaya diri ibu akan peran barunya
bayinya.
sampai minggu sejak kelahiran bayi. Ibu yang mengalami baby blues akan
Kesedihan atau kemurungan yang terjadi pada awal masa nifas merupakan
hal yang umum dan akan hilang sendiri dalam dua minggu sesudah
depresi post partum akan menunjukan tanda-tanda seperti sulit tidur, tidak
cemas atau tidak perhatian sama sekali pada bayi, tidak menyukai atau
atau tidak ada perhatian terhadap penampilan sendiri, gejala fisik seperti
6) Tourch (sentuhan)
belai kepala bayi dengan lembut, mencium bayi, menyentuh wajah dan
rambut ibu.
Kontak mata antar ibu dan bayi hendaknya dapat terus dipertahankan
setiap kali ibu berkomunikasi dengan bayinya. Hal ini bisa dilakukan
seorang bayi dapat mengenali ibunya dari bau badan dan air susu
ibunya. Indra penciuman bayi akan terus terasah jika seorang ibu dapat
tidak ada lagi air ketuban yang melindungi dari perubahan suhu yang
f) Voice (suara)
cairan amnion dari rahim yang melekat pada telinga. Respon yang
diberikan bayi pada ibu berupa tangisan pertama setelah lahir akan
Bayi yang sedang gelisah atau akan merasa tenang dan diam
dikenalnya selama berada dalam rahim. Hal inilah yang membuat bayi
1. Definisi
Letak sungsang merupakan suatu letak dimana bokong bayi merupakan bagian
rendah dengan atau tanpa kaki (keadaan dimana janin terletak memanjang dengan
kepala di fundus uteri dan bokong berada di bagian kavum uteri) (mutmainnah,
akibat ekstensi kedua sendi lutut, kedua kaki terangkat ke atas sehingga
ujungnya terdapat setinggi bahu atau kepala janin. Dengan demikian, pada
terdapat satu kaki di samping bokong, sedangkan kaki yang lain terangkat ke
atas. Pada presentasi kaki bagian paling rendah adalah satu atau dua kaki.
karena bentuk rahim relative kurang lonjong, air ketuban masih banyak dan kepala
relative besarr; hidramnion karena anak mudah bergerak; plasenta previa karena
menghalangi turunya kepala ke dalam pintu atas panggul; bentuk rahim yang
patologi).
tempat yang lebih nyaman, sehingga ada kemungkinan bagian tubuh yang
3) Hidrocepalus
dan ubun-ubun. Karena ukuran kepala janin terlalu besar dan tidak dapat
sungsang.
1) Plasenta previa
turunya kepala janin kedalam pintu atas panggul sehingga janin berusaha
2) Panggul sempit
sungsang.
3) Multiparitas
Ibu atau wanita yang pernah melahirkan bayi viable beberapa kali lebih
dari 4 kali, sehingga rahimnya sudah sangat elastis, keadaan ini membuat
seterusnya.
4) Kelainan uterus (seperti uterus arkuatus, uterus bikornis, moioma uteri)
janin dalam rahim, janin akan berusaha mencari ruang atau tempat yang
nyaman.
4. Manifestasi Klinis
a. Pergerakan anak terasa oleh ibu dibagian perut bawah dibawah pusat dan ibu
b. Pada palpasi teraba bagian keras, bundar dan melenting pada fundus uteri.
c. Punggung anak dapat teraba pada salah satu sisi perut dan bagian-bagian kecil
pada pihak yang berlawanan. Diatas sympisis teraba bagian yang kurang budar
dan lunak.
5. Pemeriksaan Diagnostic
tidak teraba dibagian bawah uterus melainkan teraba di fundus uteri. Kadang-
kadang bokong janin teraba bulat dan dapat memberi kesan seolah-olah kepala,
tetapi bokong tidak dapat digerakan semudah kepala. Seringkali wanita tersebut
menyatakan bahwa kehamilanya terasa lain dari pada yang terdahulu, karena teras
penuh di bagian atas dan gerakan terasa lebih banyak di bagian bawah. Denyut
jantung janin pada umumnya ditemukan setinggi atau sedikit lebih tinggi daripada
umbilicus. Apabila diagnosis letak sungsang dengan pemeriksaan luar tidak dapat
dibuat, karena misalnya dinding perut tebal, uterus mudah berkontraksi atau
dalam.
Apabila masih ada keragu-raguan, harus dipertimbangkan untuk melakukan
adanya bokong yang ditandai dengan adanya sacrum, kedua tuber ossis iskii, dan
anus. Bila dapat diraba kaki, maka harus dibedakan dengan tangan. Pada kaki
terdapat tumit, sedangkan pada tangan ditemukan ibu jari yang letaknya tidak
sejajar dengan jari-jari lain dan panjang jari kurang lebih sama dengan panjang
telapak tangan. Pada persalinan lama, bokong janin menglami edema, sehingga
teliti dapat membedakan antara bokong dengan muka karena jari yang akan
dimasukan kedalam mulut akan meraba tulang rahang dan alveola tanpa ada
hambatan. Pada presentasi bokong kaki sempurna, kedua kaki dapat diraba di
samping bokong, sedangkan pada presentasi bokong kaki tidak sempurna, hanya
teraba satu.
6. Patofisiologi
a. Pervaginam
yaitu pembukaan benar-benar lengkap, kulit ketuban sudah pecah, his adekuat
dan tafsiran berat badan janin <3600 gram. Terdapat situasi-situasi tertentu
terdiagnosis hingga kala II dan kelahiran janin kedua pada kehamilan kembar.
2015).
b. Ekstrasi sungsang
memakai tenaga penolong. Ekstrasi sungsang dilakukan jika ada indikasi dan
memenuhi syarat untuk mengakhiri persalinan serta tidak ada kontrak indikasi.
persalinan macet.
1) Bila kaki masih terdapat didalam vagina, tangan operator yang berada
lutut guna mengadakan abduksi pada janin sehingga kaki janin keluar.
Selama melakukan tindakan ini, fundus uteri ditahan oleh tangan operator
lain.
2) Bila satu atau dua kaki sudah berada diluar vulva, maka dipegang dengan
dua tangan operator pada betis dengan keluar ibu jari berada punggung
betia, lakukan traksi ke bawah. Setelah lutut dan sebagian paha keluar,
pegangan dialihkan pada paha dengan kedua ibu jari pada punggung paha.
curam ke bawah.
2) Bila trokanter depan sudah berada di bawah simfisis, jari telunjuk tangan
operator yang lain dipasang pada lipat paha belakang untuk traksi sehingga
paksi dalam.
dengan cara menempatkan kedua tangan pada bokong janin dengan kedua
ibu jari berada di atas sacrum dan jari-jari kedua tangan berada di atas lipat
mengikuti putaran paksi dalam bahu, salah satu bahu akan ke depan ujung
letak lengan janin, apakah tetap berada di depan dada, menjungkit atau
a. Perabdominam
seksio sesarea. Pada saat ini seksio sesarea menduduki tempat yang sangat
pada keadaan ibu yang primi tua, riwayat persalinan yang jelek, riwayat
kematian perinatak, curiga panggul sempit, ada indikasi janin untuk mengkhiri
persalinan (hipertensi,KPD>12 jam, fetal distress), kontraksi uterus tidak
adekuat, ingin steril, dan bekas SC. Sedangkan seksio sesarea biasa di
pertimbangkan pada bayi yang prematuritas >26 minggu dalam fase aktif atau
sungsang yaitu :
1) Pendarahan.
3) Infeksi.
2) Trauma persalinan
1. Definisi
melaui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan sayatan rahim
dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Wiknjosastro, 2015).
Tipe sectio cesarea tipe ini memungkinkan abdomen dibuka dan uterus di
sambungan segmen atas dan bawah uterus ditentukan dan disayat melintang,
Keuntungan :
perdarahan.
Kerugian :
1) Jika insisi terlampau juah ke lateral, seperti pada kasus bayi besar.
bawah.
tumpul untuk menghindari cedera pada bayi. Keuntungan tipe ini yaitu dapat
jelek, ada malposisi janin seperti letak lintang atau adanya anomaly janin
perdarahan dari tepi sayatan yang lebih banyak karena terpotong otot.
berujung tumpul.
Indikasi :
pembuluh darah besar pada dinding anterior, vesica urinaria yang letaknya
Kerugian :
pendarahanya banyak.
4) Insidensi pelekatan isi abdomen pada luka jahitan uterus lebih tinggi.
generalisata yang sering bersifat fatal. Teknik pada prosedur ini relatif sulit,
sering tanpa sengaja masuk ke dalam cavum peritonei dan insidensi cedera
e. Histerektomi caesarea
pengeluarn uterus.
Indikasi :
Komplikasi :
persalinan pervaginal disebabkan adanya resiko terhadap ibu atau janin, dengan
pertimbangan hal-hal yang perlu tindakan seksio sesarea seperti proses persalinan
normal lama atau kegagalan proses persalinan normal (Dystasia) (Saifudin, dalam
Hartanti,2014).
b. Panggul sempit.
d. Partus lama.
g. Kematian janin.
k. Disfungsi uterus.
Menurut (oxorn dan forte, dalam Hartanti, 2014), komplikasi yang serius pada
a. Perdarahan
Perdarahan pada seksio sesarea terjadi karena adanya atonia uteri, pelebaran
latum.
b. Infeksi
Infeksi seksio sesarea bukan hanya terjadi daerah insisi saja, tetapi dapat
terjadi di daerah lain seperti traktus genetalia, traktus urinaria, paru-paru dan
c. Thromboplebitis
d. Cedera, dengan atau tanpa fistula bisa terjadi traktus urinaria dan usus.
D. Konsep Nyeri
1. Definisi Nyeri
nyeri terletak pada semua saraf bebas yang terletak pada kulit, tulang, persendian,
dinding arteri, membrane, yang mengelilingi otak, dan usus (Solehati & kokasih,
dari kerusakan jaringan yang aktual atau potensial. Nyeri timbul sebagai bentuk
respon sensori setelah menerima rangsangan nyeri. nyeri dapat disebabkan karena
adanya kerusakan jaringan dalam tubuh sebagai akibat dari adanya cedera,
Kurniyawan, 2016).
dan emosional yang tidak menyenangkan akibat dari kerusakan jaringan yang
actual ataupun potensial. Nyeri merupakan alasan utama seseorang untuk mencari
2. Sifat Nyeri
menemukan empat atribut pasti untuk pengalaman nyeri, yaitu bersifat individu,
Nyeri merupakan tanda peringatan bahwa terjadi kerusakan jaringan. Yang harus
yang mencoba menjelaskan bagaimana nyeri dapat timbul. Beberapa teori tersebut
a) Teori spesivitas
Teori spesivitas nyeri ini dikenalkan oleh descrates, teori ini menjelaskan
bahwa nyeri berjalan dari reseptor-reseptor nyeri yang spesifik melalui jalur
(Andarmoyo,2013).
Pada sejumlah causalgia , nyeri pantom, dan neuralgia, teori pola ini
secara terus-menerus pada spinal cord sehingga saraf transmisi nyeri bersifat
Teori gate control dari Melzack dan wall (1965) menjelaskan bahwa impuls
sistem saraf pusat. Teori ini menjelaskan menjelaskan bahwa impuls nyeri
dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah
Suatu teori nyeri yang relative baru dikembangkan oleh Avron Goldstein
dari pesan nyeri. jadi, adanya endofrin pada sinaps sel-sel saraf menyebabkan
nyeri yaitu :
a) Stimulasi
reseptor nyeri, yaitu nosiseptor termal yang berespon terhadap suhu yang
semua jenis rangsangan yang merusak termasuk iritasi zat kimia yang
b) Transduksi
ubah menjadi suatu aktivitas listrik yang akan diterima di ujung-ujung saraf.
c) Transmisi
d) Moodulsai
Persepsi adalah hasil rekontruksi susunan saraf pusat tentang impuls nyeri
yang diterima.
5. Klasifikasi Nyeri
a) Nyeri akut
Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi setelah cedera akut, penyakit, atau
intervensi bedah dan memiliki proses yang cepat dengan intensitas yang
(prasetyo,2010).
b) Nyeri kronik
sepanjang suatu periode waktu, nyeri ini berlangsung lama dengan intensitas
(andarmoyo,2013).
6. Penatalaksanaan Nyeri
Menurut potter & perry (2006), dalam Wulandari (2014), penatalaksanaan nyeri
mengontrol nyeri agar sensasi nyeri dapat digunakan agar nyeri dapat
cara terapi fisik (diantaranya stimulasi kulit, pijatan, kompres hangat dan
dan humor). Pengendalian nyeri secara non farmakologi ini menjadi lebih
Verbal descriptor scale (VDS) adalah garis yang terdiri dari tiga lima
kata pendeskripsi yang telah disusun dengan jarak yang sama sepanjang garis.
Ukuran skala ini di urutkan dari “dari terasa nyeri” sampai “nyeri tidak
klien untuk memilih skala nyeri terbaru yang di rasakan. Perawat juga
Visual analgogue scale (VAS) suatu garis lurus yang menggambarkan skala
nyeri terus menerus. Skala ini menjadikan klien bebas untuk memilih tingkat
nyeri yang di rasakan. VAS sebagai pengukur keparahan tingkat nyeri yang
lebih sensitif karena dapat menentukan setiap titik dari rangkaian yang tersedia
tanpa dipaksa untuk memilih satu kata (potter & perry,2006 dalam
permatasari,2013). Penjelasan tentang intensitas ini digambarkan sebagai
berikut :
Skala nyeri pada 0 berarti tidak nyeri. Skala nyeri pada skala 1-3 seperti gatal,
tusuk. Skala 7-9 merupakan skala sangat nyeri tetapi masih dapat dikontrol
oleh klien, sedangkan skala 10 merupakan skala nyeri yang sangat berat dan
tidak dapat di kontrol. Ujung kiri pada VAS menunjukan “tidak ada rasa
Skala nyeri pada angka 0 berarti tidak nyeri, angka 1-3 menunjukan nyeri
yang ringan, angka 4-6 termasuk dalam nyeri sedang, sedangkan 7-10
merupakan nyeri berat. Oleh karena itu, skala NRS akan digunakan sebagai
Menurut skala nyeri numeric rating scale (NRS) digambarkan sebagai berikut :
Keterangan :
4-6 : Rasa nyeri yang mengganggu dan memerlukan usaha untuk menahan
(nyeri sedang ).
7-10 : Rasa nyeri sangat mengganggu dan tidak dapat ditahan, meringis,
Skala ini terdiri atas enam wajah dengan profil kartun yang
yang sangat ketakutan yang berarti skala nyeri yang di rasakan sangat
1. Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses yang sistematis dan pengumpulan data dari berbagai sumber data untuk
Wulandari,2014).
a. Identitas
1) Identitas klien
b. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
Keluhan pertama kali yang dirasakan oleh klien saat di tanya oleh
perawat.
faktor utama keluhan, kualitatif (Q) yaitu kualaitas, region (R) yaitu
daerah penyebaran nyeri, safety (S) yaitu klien, time (T) yaitu waktu
terjadinya keluhan.
f. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
2) Sistem integument
3) Sistem sensori
a) Mata
b) Telingan
keluhan.
c) Hidung
Bentuk, fungsi penciuman,kebersihan, alat terpasang dan keluhan.
d) Mulut
e) Leher
6) Sistem pernapasan
7) Sistem kardiovaskuler
8) Sistem gastrointestinal
9) Sistem perkemihan
disertai keluhan.
b) Genetalia
c) Uterus
f. Pola aktivitas
a) Nutrisi
b) Cairan
2) Eliminasi
3) Istirahat tidur
4) Personal hygne
5) Aktivitas
g. Aspek psikologis
Mengkaji tentang status mental.
h. Aspek sosial
i. Aspek seksual
Kaji pola seksualitas dan frekuensi sebelum dan sesudah hamil serta keluhan
j. Aspek spiritual
Mengkaji agama klien, keadaan ibadah sebelum sakit dan sesudah nifas.
k. Konsep diri
Body image, identitas diri, peran diri, ideal diri, dan harga diri.
l. Data penunjang
2. Diagnosa keperawatan
pengetahuan ibu.
3. Intervensi keperawatan