0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
25 tayangan19 halaman
Lanjut usia adalah tahap akhir penuaan dimana orang merasa puas dengan pencapaian mereka. Pada lanjut usia, tubuh tidak dapat memperbaiki atau mengganti jaringan secara normal akibat menua. Sistem pernafasan mengalami perubahan anatomi dan fisiologi seperti penyempitan saluran nafas dan penurunan fungsi paru-paru.
Deskripsi Asli:
Y
Judul Asli
Asuhan keperawatan gerontik dengan gangguan sistem pernafasan tubercolusis
Lanjut usia adalah tahap akhir penuaan dimana orang merasa puas dengan pencapaian mereka. Pada lanjut usia, tubuh tidak dapat memperbaiki atau mengganti jaringan secara normal akibat menua. Sistem pernafasan mengalami perubahan anatomi dan fisiologi seperti penyempitan saluran nafas dan penurunan fungsi paru-paru.
Lanjut usia adalah tahap akhir penuaan dimana orang merasa puas dengan pencapaian mereka. Pada lanjut usia, tubuh tidak dapat memperbaiki atau mengganti jaringan secara normal akibat menua. Sistem pernafasan mengalami perubahan anatomi dan fisiologi seperti penyempitan saluran nafas dan penurunan fungsi paru-paru.
Lanjut usia merupakan tahap akhir dari proses penuaan.
Menurut Bernice Neugarten (1968) James C. Chalhoun (1995) masa tua adalah suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya
Pada Lansia, menua (menjadi tua) adalah suatu proses
menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki dari atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang di derita (Nugroho, 2000 dalam buku Keperawatan Gerontik edisi 2) Pernafasan (respirasi) merupakan peristiwa menghirup udara dari luar yang mengandung O2 (oksigen) kedalam tubuh serta menghembuskan CO2 (karbondioksida) sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh Saluran pernafasan mulai dari atas secara berturut-turut adalah: 1. Hidung 2. Faring 3. Laring 4. Trakea 5. Bronkus 6. Bronkiolus 7. Paru-paru Perubahan anatomik sistem pernafasan 1) Dinding dada : tulang-tulang mengalami osteoporosis , tulang- tulang rawan mengalami osifikasi 2) Otot-otot pernafasan : mengalami kelemahan akibat atrofi. 3) Saluran nafas: akibat kelemahan otot berkurangnya jaringan elastis bronkus dan alveoli menyebabkan lumen bronkus mengecil, cincin-cincin tulang rawan bronkus mengalami pengapuran. 4) struktur jaringan parenkim paru: bronkiolus, duktus alveolaris dan alveolus membesar secara progeseif terjadi emfisema senilis. Perubahan fisiologik sistem pernafsan 1) Gerak pernafasan: adanya perubahan bentuk, ukuran dada, maupun rongga dada akan merubah mekanika pernafasan, amplitudo pernafasan menjadi dangkal sehingga akan timbul keluhan sesak bernafas 2) Distribusi gas: perubahan struktur anatomik saluran gas akan menimbulkan penumpukan udara dalam alveolus (air traping) ataupun gangguan pendistribusian oksigen. 3) Gangguan transport gas: pada usia lanjut terjadi penurunan PaO2 secara bertahap, yang penyebabnya terutama disebabkan oleh adanya ketidakseimbangan ventilasi-perfusi. Selain itu diketahui bahwa pengambilan O2 dalam darah dari alveoli (difusi) dan transport O2 ke jaringan-jaringan berkurang, terutama saat melakukan olahraga. Perubahan-perubahan psikososial 1. Pensiun a) Kehilangan finansial b) Kehilangan status c) Kehilangan teman atau kenalan atau relasi d) Kehilangan pekerjaan atau kegiatan e) Mersakan atau sadar akan kematian f) Perubahan cara hidup g) Penyakit kronis dan ketidakmampuan Perubahan spiritual
1) Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam
kehidupan. 2) Lansia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari. 3) Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Folwer (1978), universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berpikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara mencintai keadilan. Tuberculosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri dan biasanya menyeraang bagian paru- paru manusia. Penyakit ini sudah sangat lama dikenal pada manusia, dibuktikan dengan banyaknya penelitian-penelitian yang menemukan fosil-fosil manusia yang hidup pada zaman 2000 SM yang menggambarkan tampilan TB paru (Amin dan Bahar, 2006). Mycobacterium tuberculosis merupakan kuman atau bakteri yang menyebabkan penyakit TB. Kuman batang aerobik dan tahan asam ini dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit (Price dan Wilson, 2005). Penularan terjadi saat penderita TB paru BTA positif batuk atau bersin. Penderita penyebaran kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan darah). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat terinfeksi kalau droplet terhirup kedalam saluran pernafasan. Setelah kuman tersebut masuk kedalam tubuh manusia melalui pernafasan, kuman tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh lainnya, melalui sistem peredaran darah, sistem saluran limfe, saluran nafsa, atau penyebaran langsung kebagian-kebagian tubuh yang lain (Depkes RI, 2008). Menurut Amin dan Bahar (2006) patogenesis TB dibedakan menjadi dua, yaitu TB primer, dan Tb pasca primer (TB sekunder). 1. TB Primer Infeksi primer terjadi saat seseorang terpapar pertama kali dengan bakteri TB. Adanya infeksi dapat dibuktikan dengan terjadinya perubahan reaksi tuberkulin dari negatif menjadi positif. Kelanjutan setelah infeksi primer tergantung dari banyaknya kuman yang masuk dan bersarnya respon daya tahan tubuh (Depkes RI, 2008). 2. TB Sekunder (Pasca primer) TB pasca primer biasanya terjadi setelah berapa bulan atau tahun infeksi primer, misalnya karena daya tahan tubuh menurun akibat terinfeksi HIV atau status gizi. Ciri khas dari tubercukosis sekunder adalah kerusakan paru yang luas dengan terjadinya kavitas (rongga) atau efusi pleura (lewatnya gas pada selaput paru) (Depkes RI, 2008). Sistem klasifikasi klinis untuk TB berdasarkan pada patogenesis penyakit adalah sebagai berikut: Gejala pertama yang biasanya muncul adalah demam. Panas badan penderita TB kadang-kadang dapat mencapai 40-41°C. Biasanya demam ini berupa demam influenza Gejala kedua yang biasanya muncul adalah batuk darah. Batuk ini terjadi karena adanya iritasi bronkus. Batuk ini diperlukan unruk mendorong produk-produk radang keluar (Amin dan Bahar, 2006). Gejala ketiga yang bisanya muncul juga adalah sesak napas. Sesak napas akan ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yang infiltrasinya sudah meliputi setengah bagian paru-paru. Malaise juga merupakan salah satu gejaala yang biasa dialami oleh penderita TB. Tindakan pencegahan dapat dilakukan oleh penderita, masyarakat dan petugas kesehatan (Kemenkes, 2011), yaitu pengawasan penderita, kontak dan lingkungan yaitu oleh penderita, dapat dilakukan dengan menutup mulut sewaktu batuk dan membuang dahak tidak disembarangan tempat,memisahkan alat makan dan minum penderita, berobat sampai tuntas dan senam pernapasan. Penatalaksanan TB paru terdiri dari farmakoterapi dan non farmakoterapi (smeltzer,2000, yaitu ) Pemeriksaan penunjang perlu dilakukan untuk mengetahui seseorang terkena TB paru, berikut menurut depkes RI (2007) pemeriksaan penunjang yang harus dilakukan, yaitu : 1.Pemeriksaan dahak 3x yaitu sewaktu, pagi,sewaktu 2.Pemeriksaan foto rongten 3.Pemeriksaan kultur dahak 4.Tes mantoux untuk anak-anak 5.Skoring untuk anak-anak Komplikasi yang sering terjadi pada penderita TB paru stadium lanjut,yaitu hemoptisis berat ( pendarahan dari saluran nafas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hivopolemik atau tersumbatnya jalan nafas. Menurut Depkes RI (1997), faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian TB adalah: 1. Faktor umur faktor jenis kelamin 2. Tingkat pendidikan 3. Pekerjaan 4. Kebiasaan merokok 5. Kepadatan hunian 6. Pencahayaan 7. Ventilasi 8. Kondisi rumah 9. Kepadatan udara 10. Status gizi 11. Keadaan sosial ekonomi 12. Perilaku