Anda di halaman 1dari 11

Pengaruh Aktivitas Masyarakat Pesisir Terhadap Kondisi Ekosistem Mangrove

di Pantai Desa Sialang Buah KecamatanTeluk Mengkudu


Kabupaten Serdang Bedagai

(The Impact of Coastal Communities Activities Against Mangrove Ecosystem Condition


at Sialang Buah Village, Teluk Mengkudu Districts of Serdang Bedagai)
1
Ade Artia Gultom, 2Darma Bakti, 2Rusdi Leidonald
1
Mahasiswa Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia 20155
Email : adeartiagultom@yahoo.co.id
2
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia 20155
3
Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan, Indonesia 20155

ABSTRACT
Sialang Buah village on the coastal areas that the population dominantly
depent on the potential of the region for living, such as fishing, fish farming,
settlement and the place tourism. There are problems from exploiting activities on
the Sialang Buah village’s potential that affect the condition and existance of
coastal ecosystem espencially mangrove. This research aims to determine the
effect of community activities againts mangrove ecosystem condition at Sialang
Buah village. It was conducted from may to june 2016. The transformation from
structure of the land can be seen by the RGB on satelite imagery of Landsat 7 TM
and Landsat 8 using Er Mapper 7.1 and arcgis 10, other than that, the sampling
data was helped by questionnaries and interviews on public and tourists with
purposive respondent, also using the socioeconomic survey method which is total
value of scoring (TNS), the result showed that the land change are happend since
2003 to 2016, TNS obtained from socioeconomic factor is 200 indicating the
factor influance the destruction of mangrove forest.

Keywords: Community Activities, Coastal Communities, Mangrove, Sialang


Buah Village

PENDAHULUAN transportasi dan pelabuhan, kawasan


Wilayah pesisir kaya akan industri, agribisnis dan agroindustri,
sumberdaya alam yang banyak rekreasi dan pariwisata, serta kawasan
dimanfaatkan oleh masyarakat yang permukiman dan tempat pembuangan
berdomisili di pesisir. Selain sebagai limbah.
tempat mencari makan, manusia juga Potensi suatu kawasan pesisir
memanfaatkan pesisir sebagai yang sangat beragam dapat
dimanfaatkan sebagai kawasan Namun, dari setiap kegiatan
perikanan, wisata dan penelitian, yang dilakukan oleh masyarakat
seperti Pantai Sialang Buah adalah terdapat permasalahan ekologis yang
sebuah pantai yang berada di Desa merupakan dampak kegiatan dan
Sialang Buah Kecamatan Teluk pemanfaatan yang tidak ramah
Mengkudu Kabupaten Serdang lingkungan. Kegiatan penebangan
Bedagai, dibagian barat pantai ini mangrove yang berlebihan untuk
terdapat Pantai Kelang dan Pantai dimanfaatkan kayunya, alih fungsi
Mutiara Indah Sentang dibagian timur. lahan mangrove yang dijadikan
Pantai ini merupakan salah satu tambak dan permukiman, serta adanya
kawasan pesisir yang cukup diminati pencemaran dari kegiatan wisata dan
sebagai tempat wisata, masyarakat aktivitas rumah tangga yang
yang bermukim di pantai ini sebagian menyebabkan kerusakan ekosistem
besar bermata pencaharian sebagai mangrove baik secara langsung
nelayan, di pantai ini juga terdapat maupun tidak langsung.
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dimana Diketahui bahwa mangrove
nelayan dapat langsung menjual hasil memiliki fungsi ekologis, seperti
tangkapannya ke TPI tersebut. tempat memijah, mencari makan dan
Terdapat juga lahan budidaya daerah asuhan bagi biota perairan dan
(tambak) di pantai ini. lain sebagainya, fungsi fisik mangrove
Potensi suatu kawasan pesisir sebagai penahan abrasi, penyerap
yang sangat beragam dapat limbah, penahan sedimen dan
dimanfaatkan sebagai kawasan pencegah intrusi air laut dan lain
perikanan, wisata dan penelitian, sebagainya dan fungsi ekonomis
seperti Pantai Sialang Buah adalah mangrove sebagai penyedia kayu
sebuah pantai yang berada di Desa bakar, obat-obatan, bahan bangunan
Sialang Buah Kecamatan Teluk dan sebagainya. Maka dari itu, perlu
Mengkudu Kabupaten Serdang adanya kebijakan dalam pengelolaan
Bedagai, dibagian barat pantai ini dan pemanfaatan di kawasan tersebut
terdapat Pantai Kelang dan Pantai guna menjaga kelestarian ekosistem
Mutiara Indah Sentang dibagian timur. mangrove agar dapat dimanfaatkan
Pantai ini merupakan salah satu secara berkelanjutan.
kawasan pesisir yang cukup diminati Berdasarkan dari permasalahan
sebagai tempat wisata, masyarakat pemanfaatan kawasan ekosistem
yang bermukim di pantai ini sebagian mangrove di Pantai Sialang Buah
besar bermata pencaharian sebagai Kabupaten Serdang Bedagai, maka
nelayan, di pantai ini juga terdapat perlu dilakukan penelitian mengenai
Tempat Pelelangan Ikan (TPI) dimana dampak dari kegiatan masyarakat
nelayan dapat langsung menjual hasil pesisir terhadap kondisi ekosistem
tangkapannya ke TPI tersebut. mangrove guna mengetahui seberapa
Terdapat juga lahan budidaya besar dampak dari aktivitas tersebut,
(tambak) di pantai ini. agar dapat dilakukannya pengelolaan
secara terpadu dengan berwawasan untuk mengolah data dan analisis data
lingkungan dengan memperhatikan citra satelit.
keterkaitan antara kepentingan Bahan yang digunakan dalam
masyarakat dengan kondisi hutan penelitian ini adalah data citra satelit
mangrove. dari software Er Mapper 7.1 dan data
Tujuan penelitian ini adalah citra satelit Landsat-7 TM dan
mengetahui pengaruh aktivitas Landsat-8 dengan Format Geo TIFF,
masyarakat terhadap kondisi lokasi perekaman Landsat. Data
ekosistem mangrove di Pantai Sialang berupa peta administrasi kecamatan
Buah dan mengetahui pengaruh dan desa dengan format shp. Data
aktivitas masyarakat terhadap kondisi jumlah masyarakat yang berdomisili di
ekosistem mangrove di Pantai Sialang Pantai Sialang Bua dan data jumlah
Buah serta mengetahui pengaruh pengunjung wisata.
aktivitas masyarakat terhadap kondisi
ekosistem mangrove. Prosedur Pengumpulan Data
Prosedur penelitian awal
METODE PENELITIAN meliputi pengumpulan data. Adapun
Waktu dan Tempat Penelitian jenis data yang dikumpulkan dalam
Penelitian ini akan penelitian ini yaitu meliputi:
dilaksanakan pada bulan April sampai
dengan bulan Juni 2016 di Pantai Data Primer
Sialang Buah Kecamatan Teluk Data primer yang dikumpulkan
Mengkudu Kabupaten Serdang meliputi persepsi terhadap kawasan
Bedagai. Berikut peta lokasi penelitian dan pengambilan foto kondisi
mangrove di pesisir. Metode yang
digunakan untuk memperoleh data
primer selama penelitian adalah
wawancara, kuesioner dan observasi
lapangan.

Data Sekunder
Data sekunder diperoleh melalui
studi pustaka dan informasi yang
diperoleh dari instansi terkait
pengelolaan pesisir. Data ini
Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian
digunakan data pendukung dalam
melakukan penilaian terhadap strategi
Alat dan Bahan
pengelolaan kawasan pesisir.
Alat-alat yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Global
Analisis Data
Positioning System (GPS), kamera
Penutupan Lahan Mangrove
digital, alat tulis dan laptop. Perangkat
Melihat tutupan lahan dilakukan
lunak Er Mapper 7.1 dan Arcgis 10
dengan membuat cropping data citra
kawasan yang diteliti untuk peubah didasarkan kepada peluang
membedakan antara tanah, hutan dan peubah tersebut, dimana peubah
air. Dengan menggunkan software Er memberikan kontribusi terhadap
Mapper 7.1 yang akan diakhiri dengan kerusakan hutan mangrove secara
hasil berupa peta hasil komposit langsung, untuk menghitung
Landsat 7 TM dengan RGB 543 dan kerusakan mangrove yang dikarenakan
Landsat 8 degan RGB 654. faktor sosial ekonomi masyarakat.
Pemotongan citra (cropping)
No. Peubah Bobot Skor
dilakukan untuk membatasi citra
sesuai dengan wilayah penelitian 1. Mata Pencaharian 40 1. Nelayan
Utama (mp) 2. Petani
karena didalam proses perekaman 3. Petambak
kondisi permukaan bumi, satelit akan
2.Lokasi Lahan 30 1. Berjarak < 1 km
merekam data pada daerah yang luas Usaha (llu) dari Lahan
sesuai dengan resolusi spasial dari Mangrove
2. Berjarak0,5-1
sensor yang digunakan oleh satelit dari Lahan
tersebut. Pemotongan citra dilakukan Mangrove
3. Berjarak > 1 km
untuk membedakan antara tanah, dari Lahan
hutan dan air. Mangrove

3. Pemanfaatan 20 1. Hutan
Faktor Sosial Ekonomi Masyarakat Lahan (pl) 2. Perkebunan/
Pesisir (Aktivitas Masyarakat) Kebun campuran
tambak tumpang
Perubahan kondisi mangrove sari
diantaranya diduga dari aktivitas 3. Pemukiman,
industri, tambak
masyarakat disekitar kawasan non-tumpang
mangrove yang terpicu oleh kondisi sari

sosial ekonominya, untuk itu perlu 4. Persepsi terhadap 10 1. Untuk kondisi


dilakukan survei mengenai kegiatan Mangrove (phm) lingkungan
2.Untuk men-
atau aktivitas baik sosial maupun Jaga Ke-
langsungan
ekonomi masyarakat. Penyebab hewan
kerusakan kawasan mangrove perairan
diantaranya diduga dari perilaku 3. Untuk diman-
faatkan kayunya
masyarakat sekitar kawasan yang
bertitik pada kondisi ekonomi Sumber : Direktorat Jendral Rehabilitasi Lahan dan
Perhutanan sosial dan Departemen
masyarakat tersebut. Untuk itu, perlu Kehutanan dan Perkebunan Republik
dilakukannya survei sosial ekonomi Indonesia, 2000.
masyarakat.
Dengan menggunakan skor 1-3 Dengan Kriteria Sebagai Berikut :
pada peubah, untuk setiap peubah a. Nilai 100 – 160 : Faktor sosial
diberi bobot dengan total bobot 100. ekonomi kurang
Maka akan diperoleh kisaran jumlah berpengaruh terhadap
skor dengan bobot antara 100 – 300. kerusakan kawasan
Penentuan besarnya bobot untuk tiap mangrove
b.Nilai 161 – 200 : Faktor sosial HASIL DAN PEMBAHASAN
ekonomi berpengaruh Peta Tutupan Lahan Pantai Sialang
terhadap Buah Tahun 2003
kerusakan kawasan
mangrove
c. Nilai 201 – 300 : Faktor sosial
ekonomi sangat
berpengaruh
terhadap kerusakan
kawasan mangrove

Persepsi Masyarakat Pesisir dan Gambar 3. Peta Tutupan Lahan Pantai Sialang Bulan Juni Tahun
2003
Pengunjung Wisata
Persepsi masyarakat dan
pengunjung wisata pesisir bersifat Peta Tutupan Lahan Pantai Sialang
Buah, Bulan Juni Tahun 2013
deskriptif dimana melihat gambaran
faktual mengenai kondisi mangrove
dan lingkungan pesisir dari persepsi
masyarakat pesisir dan pengunjung
wisata. Data diambil dengan observasi
langsung lapangan dan metode
wawancara serta kuesioner.
Menurut Setiawan (2007), Jika
subjek penelitian atau wisatawan
kurang dari 100 maka lebih baik Gambar 3. Peta Tutupan Lahan Pantai Sialang Buah Juni
Tahun 2013
diambil semuanya sebagai sampel dan
jika jumlah sampel lebih dari 100 Peta Tutupan Lahan Pantai Sialang
orang maka sampel dapat diambil Buah Tahun 2016
antara 10% sebagai ukuran sampel,
penentuan responden dengan rumus
slovin, yaitu:

Keterangan,
N =Ukuran sampel yang
dibutuhkan Gambar 3. Peta Tutupan Lahan Pantai Sialang Buah Juni
N = Ukuran populasi Tahun 2016
E = Galat Pendugaan (10% ) Dari Hasil kuisioner dan
wawancara terhadap responden
masyarakat yang tinggal di Pantai
Desa Sialang Buah, maka diperoleh masyarakat dapat dilihat pada Gambar
hasil perhitungan adalah sebesar 200 10.
dimana nilai tersebut menunjukan
bahwa faktor sosial ekonomi
berpengaruh terhadap kerusakan
kawasan mangrove.

Persepsi Masyarakat dan Persepsi Gambar 10. Pemanfaatan yang


Wisatawan Persepsi Masyarakat Dilakukan Masyarakat
Persepsi Masyarakat Terhadap Lahan Hutan
Berdasarkan keterangan dari Mangrove
Kepala Desa Sialang Buah diketahui
jumlah kepala keluarga yang tinggal di Berdasarkan hasil wawancara
Pantai Sialang Buah berjumlah 102 dan pembagian kuisioner mengenai
pengaruh pemanfaatan masyarakat
kepala keluarga melalui perhitungan
terhadap kondisi hutan mangrove
dengan rumus slovin maka diperoleh sebanyak 59% mengatakan
jumlah responden masyarakat yaitu berpengaruh, 29% mengatakan
sebanyak 51 orang. mengatakan tidak berpengaruh dan
12% mengatakan tidak tahu.
Karakteristik Mata Pencaharian
Berdasarkan wawancara dan
pembagian Kuesioner masyarakat
pesisir didapat jumlah responden
dengan jenis pekerjaan yang
mendominasi adalah Nelayan sebesar Gambar 11. Pengaruh Pemanfaatan
74% dan 14% adalah pedagang dan Terhadap KondisiHutan
12% buruh tambak. Mangrove

Pemahaman dan Persepsi


Masyarakat Mengenai Hutan
Mangrove
Bedasarkan hasil wawancara dan
pembagian kuesioner mengenai
pengenalan masyarakat terhadap hutan Gambar 12. Kondisi Hutan Mangrove
mangrove 88% masyarakat di Pantai Sialang Buah
mengatakan mengenal hutan
mangrove dan hanya 12% yang
mengatakan tidak mengenal hutan
mangrove.
Berdasarkan hasil wawancara
dan pembagian kuisioner mengenai
Gambar 15. Pelaku Rehabilitasi
persentase pemanfaatan hutan
Hutan Mangrove
mangrove yang dilakukan oleh
Persepsi Wisatawan Pembahasan
Penutupan Lahan Desa Sialang
Pemahaman dan Persepsi Buah
Wisatawan Mengenai Hutan Identifikasi peta pada tahun 2003
Mangrove dilakukan dengan menggunakan citra
Setelah dijumlahkan dengan
Landsat 7 TM yang diakusisi pada
rumus slovin maka diperoleh
bulan juni dengan menggunakan
responden sebanyak 67 orang.
komposit Red, Green, Blue (RGB)
5,4,3 untuk melihat gambaran dan
mempertajam suatu lahan/ vegetasi
termasuk pertanian. Menurut
Wahyunto, dkk (2004), data digital
dengan kombinasi band 5,4,3 bila
Gambar 17. Kenyamanan dan Ke- didisplay dengan menggunakan filter
bersihan Pantai standard merah, hijau, biru akan
menghasilkan tampilan mendekati
warna sebenarnya sehingga
memudahkan dalam mengenal obyek
untuk mendeteksi penggunaan lahan.
Kenampakan legenda pada peta
penutupan lahan dikaitkan dengan
Gambar 19. Kesadaran Masyarakat penelitian Wahyunto, dkk (2004),
dan Pengelola tetang yang menyatakan kenampakan
Kebersihan di Pantai kombinasi band 5,4,3 menghasilkan
biru muda yakni sawah digenangi air,
Pengaruh kegiatan wisata
biru tua atau cyan yakni lahan
terhadap kodisi lingkungan sebanyak
tergenang air seperti tambak, magenta
91% mengatakan Ada dan hanya 9%
atau pink-merah yakni sawah berair,
mengatakan tidak Ada.
hijau yakni vegetasi, kuning dan
berdekatan dengan daerah pantai atau
garis pantai yakni mangrove dan
pemukiman ditandai dengaan warna
ungu dan umumnya terlihat teratur dan
tertata serta warna kuning kehijauan
yakni menandakan sawah siap panen.
Gambar 22. Pengaruh Wisata Kondisi
Faktor Sosial Ekonomi Masyarakat
Lingkungan
Pesisir (Aktivitas Masyarakat)
Berdasarkan pengamatan dan
wawancara langsung kepada
mayarakat yang tinggal di pesisir
Sialang Buah, maka total nilai skoring
yang didapat untuk faktor sosial menimbulkan dampak negatif terhadap
ekonomi yaitu sebesar 200. Total Nilai lingkungan secara langsung maupun
Skoring (TNS) ini menunjukan bahwa tidak langsung dan dampak terbesar
faktor sosial ekonomi masyarakat dan kerusakan ekosistem mangrove
berpengaruh terhadap kerusakan akan berdampak pada potensi ekonomi
kawasan hutan mangrove. Maka dapat dan sosial dari kawasan tersebut akan
disimpilkan bahwa faktor sosial semakin berkurang dan mungkin akan
ekonomi masyarakat pesisir Sialan hilang, dan masyarakat yang mayoritas
Buah adalah hal yang mempengauhi bermata pencaharian sebagai nelayan
tingkat kerusakan mangrove di daerah akan semakin sulit mencari ikan. Utina
tersebut. (2008) menyatakan bahwa perlu
Berdasarkan hasil wawancara pemahaman masyarakat secara
yang dilakukan di Pantai Desa Sialang menyeluruh dari berbagai fungsi
Buah diketahui bahwa mayoritas eosistem mangrove ini sehingga ada
masyarakat yang tinggal di sana upaya konservasi dan pemeliharaan.
menggantungkan perekonomiannya
pada sumberdaya laut dan pesisir baik Persepsi Masyarakat Pesisir dan
sebagai nelayan maupun buruh Pengunjung Wisata
nelayan pembudidaya, pengolah hasil 88% mengatakan mengenal
tangkapan ikan, pedagang, pengelolah mangrove dan hanya 12% yang kurang
tempat wisata pantai maupun sebagai mengenal atau tidak mengenal hutan
pemberi jasa pengangkutan hasil mangrove, sebagian besar masyarakat
tangkapan ikan. Nikijuluw (2001) mengetahui fungsi mangrove adalah
menyatakan masyarakat pesisir sebagai pelindung pantai dari bahaya
didefinisikan sebagai kelompok orang erosi dan tempat hidup berbagai jenis
yang tinggal di daerah pesisir dan ikan. Harahab (2010) menyatakan
sumber kehidupan perekonomiannya vegetasi hutan mangrove dengan
bergantung secara langsung pada berbagai bentuk perakaran mampu
pemanfaatan sumberdaya laut dan menahan bentuk ancaman abrasi,
pesisir, terdiri dari nelayan pemilik, banjir, tsunami maupun fungsi
buruh nelayan, pembudidaya ikan dan ekologi yang lain seperti tempat
organisme laut lainnya, pedagang mencari makan (feeding ground), bagi
ikan, pengolah ikan, supplier faktor hewan-hewan tersebut dan sebagai
sarana produksi perikanan. tempat mengasuh dan membearkan
Lokasi usaha dan permukiman (nursery ground), tempat bertelur dan
yang terlalu dekat dengan ekosistem memijah (spawning ground).
mangrove bahkan langsung Sebanyak 65% responden
memanfaatkan lahan mangrove masyarakat mengatakan perlu
menjadi salah satu pemicu rusaknya dilakukannya rehabilitasi mangrove
ekosistem hutan mangrove akibat dan sebanyak 70% dari responden
akitivitas perekonomian masyarakat di wisatawan juga mengataka perlu
Pantai Sialang Buah yang akan dilakukannya rehabilitasi mangrove di
pantai tersebut. Mangkay dkk (2012), keberadaan mangrove, yang berakibat
menyatakan untuk mewujudkan semakin naiknya air laut kedaratan dan
pemanfaatannya agar dapat ber- semakin sulitnya dalam menangkap
kelanjutan, maka hutan mangrove ikan bagi nelayan kecil, masyarakat
perlu dijaga keberadaannya, berharap agar adanya campur tangan
pengelolaan hutan mangrove pemerintah dalam merehabilitasi
merupakan suatu upaya perlindungan mangrove dan memperbaiki kondisi
terhadap hutan mangrove menjadi Lingkungan di pantai tersebut serta
kawasan hutan konservasi dan masyarakat berharap pengusaha
rehablitasi hutan mangrove seperti tambak dapat memperhatikan dampak
kegiatan penghijauan untuk dari pembukaan lahan tambak di
mengembalikan nilai estetika dan Pantai ini agar tidak semakin merusak
fungsi ekologis kawasan hutan mangrove dan mempengaruhi
mangrove yang telah ditebang dan pereonomian masyarakat.
dialihkan fungsinya kepada kegiatan Sebanyak 59 % masyarakat
lain. menyadari adanya dampak kegiatan
Sebanyak 91% responden yang mereka lakukan seperti
wisatawan mengatakan Ada dan 9% pemukiman dan pembukaan lahan
mengatakan tidak Ada. Pramudyanto tambak terhadap kondisi dan
(2014) menyatakan dampak negatif keberadaan mangrove, yang berakibat
kegiatan wisata di Pesisir terhadap semakin naiknya air laut kedaratan dan
lingkungan yakni menurunnya kualitas semakin sulitnya dalam menangkap
lingkungan pesisir dan laut maupun ikan bagi nelayan kecil, masyarakat
kelestarian sumberdaya alam,yaitu berharap agar adanya campur tangan
berupa pencemaran dan kerusakan pemerintah dalam merehabilitasi
lingkungan serta pemanfaatan yang mangrove dan memperbaiki kondisi
berlebih atas sumberdaya pesisir dan Lingkungan di pantai tersebut serta
laut. Sehubungan dengan hal tersebut, masyarakat berharap pengusaha
maka upaya pengendalian pencemaran tambak dapat memperhatikan dampak
dan kerusakan lingkungan yang dari pembukaan lahan tambak di
mungkin timbul harus menjadi bagian Pantai ini agar tidak semakin merusak
dari kebijakan dan langkah aksi mangrove dan mempengaruhi
pengelolaan lingkungan pada setiap pereonomian masyarakat.
sektor kegiatan pembangunan. Sebanyak 72% mengatakan
kurang baik, karena kurang
Pengelolaan Berdasarkan Persepsi tersedianya sarana pembuangan
Masyarakat dan Wisatawan sampah yang mengakibatkan
Sebanyak 59 % masyarakat wisatawan terpaksa membuang
menyadari adanya dampak kegiatan sampah sembarangan. Mawardi (2008)
yang mereka lakukan seperti menyatakan hutan mangrove memiliki
pemukiman dan pembukaan lahan peran yang penting diatas terancamnya
tambak terhadap kondisi dan keberlanjutannya karena pencemaran
perairan pesisir akibat pembangunan mengatakan kegiatan wisata
dibagian hulu dan sekitar serta secara langsung maupun tidak
banyaknya sampah dari aktivitas di langsung dapat mempengaruhi
pesisir yang masuk ke perairan yang kondisi dan kelestarian pantai jika
dapat menghambat pertumbuhan dan wisatawan melakukan kegiatan
bahkan membunuhnya. yang tidak ramah lingkungan dan
Penting dilakukannya pe-ngelolaan masyarakat serta pihak pengelola
berkelanjutan terhadap hutan wisata tidak memperhatikan
mangrove di Pantai Desa Sialang kebersihan pantai.
Buah, melihat bahwa ekosistem pesisir 3. Salah satu hal yang dapat
yang banyak membantu memenuhi dilakukan agar pengelolaan hutan
kebutuhan masyarakat sekitar adalah mangrove dapat berkelanjutan
hutan mangrove dan juga tetap adalah dengan pelestarian
menjaga kelestarian pantai. Mangkay, lingkungan hidup. Hutan
dkk (2012) mengatakan salah satu mangrove yang telah rusak perlu
alternatif untuk menentukan strategi di rehabilitasi dan untuk
pengelolaan hutan mangrove adalah memastikan kondisi hutan
pelestarian lingkungan hidup. Hutan mangrove tidak semakin rusak
mangrove memiliki ekosistem yang perlu adanya kebijakan hukum
sangat unik dan berperan penting bagi dari pemerintah.
kelangsungan hidup manusia.
Masyarakat sekitar ekosistem Saran
hutan mangrove juga turut menjaga Perlu dilakukannya penelitian
kelestariannya karena hutan mangrove lebih lanjut tentang dampak kerusakan
ini memiliki nilai penting sebagai mangrove terhadap sosial ekonomi
kunci utama penyediaan makanan bagi masyarakat pesisir sehingga dapat
organisme yang tinggal disekitar diketahui manfaat ekosistem pesisir
mangrove. terhadap sosial maupun ekonomi
masyarakat. Adanya peran pemeritah
KESIMPULAN DAN SARAN dalam menjaga kondisi ekosistem
Kesimpulan mangrove dan lingkungan Pantai
1. Aktivitas masyarakat mem- Sialang Buah dari masyarakat
pengaruhi kondisi ekosistem khususnya dan juga perlu kesadaran
mangrove hal ini ditunjukan setiap pengunjung wisata agar turut
dengan Total Nilai Skoring (TNS) menjaga kelstarian dan keberlanjutan
yang diperoleh yaitu 200. tempat wisata.
2. Sebanyak 88% masyarakat
mengaku mengenal mangrove dan DAFTAR PUSTAKA
mengatakan kondisi mangrove Mangkay, S., Harahab, N., Polii, B
tidak baik serta perlu dan Soemarno. 2012. Analisis
dilakukannya rehabilitasi. Strategi Pengelolaan Hutan
Mangrove Berkelanjutan Di
Sebanyak 91% wisatawan
Kecamatan Tatapaan,
Minahasa Selatan, Indonesia.
Universitas Brawijaya. J-PAL.
3 (1) : 8-18

Mawardi, I. 2008. Pengembangan


Ekowisata sebagai Strategi
Pelestarian Hutan Mangrove
(Studi Kasus Hutan Mangrove
di Pantai Utara Kabupaten
Idramayu). Badan Pengkajian
dan Penerapan Teknologi.
Jurnal Teknologi Lingkungan.
7 (3) : 234-242

Nikijuluw, P. V. H. 2001. Populasi


dan Sosial Ekonomi
Masyarakat Pesisir serta
Strategi Pemberdayaan Mereka
dalam Konteks Pengelolaan
Sumberdaya Pesisir Secara
Terpadu. Pusat Kajian
Sumberdaya Pesisir dan
Lautan. Institute Pertanian
Bogor. Bogor.

Pramudyanto, B. 2014. Pengendalian


Pencemaran dan Kerusakan di
Wilayah Pesisir. Kementerian
Lingkungan Hidup dan
Kehutanan. Banten. Vol 1 (4).
21-40.

Utina R. 2008. Pendidikan


Lingkungan Hidup dan
Konservasi Sumberdaya Alam
Pesisir. UNG-Press. Gorontalo.

Anda mungkin juga menyukai