ASMA BRONKIAL
Oleh:
dr. Sarayati Khairunisah
Pembimbing:
dr. Ardianto, Sp.PD, FINASIM
RS AR BUNDA PRABUMULIH
PRABUMULIH
2019
HALAMAN PENGESAHAN
Laporan Kasus
Judul
Asma Bronkial
Oleh:
Telah diterima sebagai salah satu syarat mengikuti kegiatan dokter Internship di RS AR
Bunda Prabumulih periode 7 Oktober 2019 - 7 Oktober 2010
Pembimbing
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan berkat-Nya laporan
kasus yang berjudul “Asma Bronkial” ini dapat diselesaikan. Laporan kasus ini dibuat
untuk memenuhi salah satu syarat kepaniteraan internsip.
Terima kasih kepada dr. Ardianto, Sp.PD, FINASIM yang telah membimbing
penulis dalam menyelesaikan penulisan laporan kasus ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kekeliruan dalam penulisan
laporan kasus ini. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat penulis
harapkan.
Semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi pembacanya.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II
STATUS PASIEN
I. IDENTIFIKASI PASIEN
1. Nama : Ny. H
2. Umur : 38 tahun
3. Jenis Kelamin : Wanita
4. Agama : Islam
5. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
6. Alamat : Prabumulih
7. No RM : 19022455
8. Tgl masuk RS : 07 November 2019
II. ANAMNESIS
(Dilakukan autoanamnesis pada 08 November 2019 pukul 08.00 WIB)
Keluhan Utama
Sesak bertambah berat sejak ± 2 jam SMRS
Keluhan Tambahan
Batuk
Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak ± 1 hari SMRS pasien mulai mengeluhkan sesak napas dan batuk-
batuk. Sesak napas timbul bila pasien terpapar debu. Sesak terutama timbul
pada malam dan pagi hari, sehingga mengganggu aktivitas dan tidur. Sesak
napas bertambah bila pasien batuk. Batuk pasien berdahak yang berwarna
putih kental. Napas pasien berbunyi “ngik”. Sesak sedikit berkurang apabila
pasien duduk. Pasien mengeluhkan sulit menelan (-), muntah (-), mual (-),
nyeri dada (-) BAB dan BAK tidak ada keluhan.
Sejak ± 2 jam SMRS sesak napas yang dirasakan makin berat. Batuk
dirasakan semakin menjadi-jadi. Pasien sulit mengeluarkan kata-kata. Pasien
lebih nyaman dengan posisi duduk membungkuk. Pasien dibawa ke IGD RS
AR Bunda Prabumulih.
2
Riwayat Penyakit Dahulu
- Riwayat asma sejak kecil, serangan dirasakan setiap ± 6 bulan sekali,
gejala malam < 2x/bulan
- Riwayat penyakit hipertensi disangkal
- Riwayat penyakit jantung disangkal
- Riwayat penyakit TB paru disangkal
- Riwayat alergi pada udara dingin
- Riwayat merokok disangkal
- Riwayat DM disangkal
3
9. Posisi badan : Os lebih duduk membungkuk.
10. IMT : 19,22 kg/m2
11. Status gizi : normoweight
b. Keadaan Spesifik
1. Kepala
Normosefali, simetris, warna rambut hitam-putih, alopesia (-)
2. Mata
Edema palpebra (-), konjungtiva palpebra pucat (-/-), sklera ikterik (-/-),
exophthalmus (-), pupil bulat, isokor, diameter 3mm, refleks cahaya (+/+)
3. Hidung
Tampak luar tidak ada kelainan, septum deviasi (-), kavum nasi lapang,
sekret (-), epistaksis (-)
4. Mulut
Bibir tidak kering, sianosis (-), sariawan (-), gusi berdarah (-), lidah
berselaput (-), atrofi papil (-), Tonsil T1-T1, faring hiperemis (-)
5. Telinga
Tampak luar tidak ada kelainan, kedua meatus acusticus eksterna lapang,
keluar cairan telinga (-), sekret (-), nyeri tekan mastoid (-)
6. Leher
JVP (5-2) cmH2O, pembesaran KGB (-), pembesaran kelenjar tiroid (-)
7. Thoraks
Paru
Inspeksi : statis dan dinamis, simetris kanan = kiri, barrel chest (-)
retraksi ICS (+) dan retraksi suprasternal.
Palpasi : stem fremitus sama di kedua paru, nyeri tekan (-)
Perkusi : sonor di kedua lapang paru, nyeri ketok (-), batas paru-hepar
ICS VI
Auskultasi : vesikuler (+/+), ekspirasi memanjang, ronkhi (-/-),
wheezing (+/+) ekspirasi
Jantung
Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat
Palpasi : iktus cordis tidak teraba
4
Perkusi : batas jantung kanan ICS IV line sternalis dextra
Auskultasi : HR= 100x/menit, reguler, bunyi jantung I dan II normal,
murmur (-), gallop (-)
8. Abdomen
Inspeksi : datar, venektasi (-), caput medusae (-), striae (-)
Palpasi : lemas, hepar dan lien tidak teraba, nyeri tekan
epigastrium (-), nyeri tekan suprapubik (-), ballottement (-)
Perkusi : timpani, shifting dullness (-), nyeri ketok CVA (-)
Auskultasi : bising usus (+) normal
9. Genitalia : tidak diperiksa
10. Ekstremitas :akral hangat (+), palmar pucat (-), edema(-), sianosis(-),
clubbing finger (-)
VI. Diagnosis
Serangan asma akut derajat berat
5
VIII. Tatalaksana
Non Farmakologis
Istirahat/ tirah baring
Edukasi:
Memberitahu pengertian tentang penyakit asma
Menjelaskan faktor – faktor pencetus serangan asma serta mengetahui cara
menghindarinya
Dapat menilai atau memantau berat / ringan penyakit asmanya dan berat /
ringan serangan asmanya serta pengelolaan yang dianjurkan.
Memahami dan memantau pengobatan pencegahan asma jangka panjang
Dapat memahami dan melaksanakan rencana pengobatan emergensi untuk
mengatasi serangan asma yang mendadak (eksaserbasi akut asma)
Melakukan kontrol teratur kepada dokter pribadinya
Mengendalikan stres
Farmakologis
- Oksigenasi, O2 3-5 l/menit
- Nebulisasi combivent, ulangi setiap 20 menit selama 1 jam, kemudian evaluasi
gejala
- Injeksi deksametason 3x1
- Zemindo syup 3x1c
6
Tatalaksana Serangan Asma8
7
Tatalaksana status harian asma8
IX. Prognosis
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
8
BAB III
PEMBAHASAN
9
ekstremitas ataupun didapatkan ronkhi basah halus pada basal paru sehingga dapat
menyingkirkan kemungkinan gagal jantung kongestif. Pada pemeriksaan fisis, pasien
tidak ada demam dan riwayat demam sebelumnya serta tidak didapatkan ronkhi basah
halus pada auskultasi sehingga kemungkinan pneumonia dapat disingkirkan. Batuk
yang baru dialami selama 1 hari dan tidak adanya riwayat batuk lama, juga dapat
menyingkirkan kemungkinan bronchitis karena pada bronkitis ditandai dengan batuk
kronik yang mengeluarkan sputum 3 bulan dalam setahun atau sedikitnya 2 tahun.
Terapi awal pada penderita ini adalah memelihara saturasi oksigen yang cukup
(SpO2≥92%) dengan memberikan oksigen. Pemberian oksigen 2-4 liter/menit,
diusahakan mencapai SpO2 ≥ 92%, sehingga bila pasien telah mempunyai SpO2 ≥ 92%
tidak lagi membutuhkan inhalasi oksigen.
Combivent (salbutamol sulfat dan ipratropium bromida) merupakan
bronkodilator yang tergolong ß2 agonis dan antagonis muskarinik. Pemberian
combivent menggunakan nebulisasi bertujuan untuk mempercepat pelebaran saluran
nafas untuk mengurangi serangan sesaknya. Penggunaan dimaksudkan agar obat yang
diberikan langsung masuk ke traktus respiratorius.
Asma derajat berat pada pasien ditandai dengan pasien yang hanya dapat
berbicara kata per kata pada saat serangan, pasien lebih nyaman pada posisi duduk
membungkuk, laju pernapasan meningkat > 30x/m, adanya retraksi dinding dada, mengi
terdengar pada saat serangan dan nadi berada di antara 100-120 x/menit. Spirometri dan
rontgen thorax belum dilakukan pada pasien ini, oleh karena itu dapat dijadikan
pemeriksaan anjuran agar diagnosis yang ditegakkan lebih akurat.
10
DAFTAR PUSTAKA
1. Riyanto BS, Hisyam B. Obstruksi Saluran Pernapasan Akut. Dalam : Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II. Edisi ke - 4. Jakarta : Pusat Penerbitan
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI. 2006. h 978 – 87.
2. Alsagaff H, Mukty A. Dasar - Dasar Ilmu Penyakit Paru. Edisi ke – 2.
Surabaya : Airlangga University Press. 2002. h 263 – 300.
3. Morris MJ. Asthma. [ updated June 16, 2016; cited September 22, 2016].
Available from :http://emedicine.medscape.com/article/296301-
overview#showall
4. Partridge MD. Examining The Unmet Need In Adults With Severe Asthma. Eur
Respir Rev 2007; 16: 104, 67–72
5. Dewan Asma Indonesia. You Can Control Your Asthma : ACT NOW!. Jakarta.
2009 May 4th. Available from:
http://indonesianasthmacouncil.org/index.php?option=com_content&task=view
&id=13&Itemid=5
6. Anggia D. Profil Penderita Asma Bronkial yang Dirawat Inap di Bagian Paru
RSUD Arifin Achmad Pekanbaru Periode Januari – Desember 2005.
Pekanbaru : Fakultas Kedokteran Universitas Riau. 2006.
7. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 1023/MENKES/SK/XI/2008 TentangPedoman Pengendalian
Penyakit Asma. Jakarta. 3 Nopember 2008.
8. Global Initiative for Asthma. [updated June 2019; cited November 10, 2019].
Available from: https://ginasthma.org/wp-content/uploads/2019/06/GINA-2019-
main-report-June-2019-wms.pdf
11