Anda di halaman 1dari 6

Pengaruh konsumsi susu oleh ibu hamil terhadap stunting pada bayi baru

lahir

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Stunting adalah kondisi dimana panjang atau tinggi badan pada bayi jauh
lebih pendek dibandingkan dibandingkan dengan usianya. Kondisi ini diukur
dengan panjang atau tinggi badan yang lebih dari minus dua standar deviasi
median standar pertumbuhan anak dari WHO. Bayi stunting termasuk masalah
gizi kronik yang disebabkan oleh banyak faktor seperti kondisi sosial ekonomi,
gizi ibu saat hamil, kesakitan pada bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi.
Data prevalensi stunting yang dikumpulkan World Health Organization (WHO),
Indonesia termasuk ke dalam negara ketiga dengan prevalensi tertinggi di regional
Asia Tenggara rata-rata prevalensi stunting di Indonesia tahun 2005-2017 adalah
36,4%.
Faktor gizi ibu sebelum dan selama kehamilan merupakan penyebab tidak
langsung yang memberikan kontribusi terhadap kejadian stunting. Hasil dari
Survei Nasional Konsumsi Makanan Individu (SKMI) tahun 2014 menunjukkan
sebagian besar ibu hamil (kota dan desa) maupun menurut sosial ekonomi (kuintil
1-5) bermasalah untuk asupan makanan, baik energi, kalsium dan protein. Asupan
energi dan zat-zat gizi lain yang adekuat sewaktu hamil dapat membantu
pertumbuhan dan kesehatan ibu dan janin. Merujuk pada Angka Kecukupan Gizi
(AKG) 2013, ibu hamil perlu menambahkan asupan kalsium sebesar 200 mg dari
kebutuhannya. Meningkatkan asupan kalsium saat kehamilan dapat memelihara
densitas tulang ibu dan memasok kalsium untuk pertumbuhan tulang janin. Bahan
pangan yang mengandung tinggi kalsium salah satunya adalah susu dan hasil
olahannya (yogurt, keju, es krim). Susu dikenal sebagai bahan pangan padat gizi
yang diperlukan oleh tubuh manusia. Zat gizi yang terkandung di dalam susu sapi
antara lain protein, kalsium, fosfor, kalium, iodin, vitamin B12, dan riboflavin
yang baik untuk perkembangan dan pertumbuhan. Menurut Olsen et al. (2007),
konsumsi susu dapat meningkatkan Insulin Growth Factor 1 (IGF-1) yang
berperan penting bagi pertumbuhan. Susu juga dapat memberikan sinyal ke sistem
endokrin sebagai kunci regulasi dari pertumbuhan dan anabolisme.
Ibu hamil dengan status gizi kurang memiliki risiko pertumbuhan janin
yang terhambat, bayi lahir cacat, keguguran atau bayi lahir mati, bayi lahir kurang
bulan (prematur), atau bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) yaitu berat
lahir kurang dari 2500 g. serta salah satu masalah gizi yang utama pada bayi yakni
masalah gizi kronik atau disebut juga stunting.
Berdasarkan penelitian cohort yang dilakukan oleh Hrolfsdottir et al.
(2013) pada 809 wanita di Kota Aarhus, Denmark, ibu yang mengonsumsi susu
saat hamil ≥150 mL/hari memiliki bayi dengan z-score BB/U 0.32 dan PB/U 0.34
kali lebih besar dibandingkan dengan ibu yang tidak mengonsumsi susu.
Penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa ibu yang mengonsumsi susu saat
hamil memilki anak dengan tinggi badan, kadar IGF-1, dan insulin yang lebih
tinggi saat mereka berusia 20 tahun (Hrolfsdottir et al. 2013). Penelitian cohort
lain yang melibatkan ibu hamil di kota Rotterdam menunjukkan bahwa ibu yang
mengonsumsi susu selama kehamilan berpengaruh terhadap penambahan berat
janin pada kehamilan trimester III (Heppe et al. 2011)
Berdasarkan paparan diatas, terdapat banyak studi yang sudah dilakukan
untuk mengkaji keterkaitan keduanya. Akan tetapi, penelitian serupa masih
terbatas di Indonesia. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan
penelitian mengenai “Pengaruh konsumsi susu oleh ibu hamil terhadap stunting
pada bayi baru lahir”.

RUMUSAN MASALAH
Apakah susu yang dikonsumsi oleh ibu hamil selama masa kehamilan
berpengaruh terhadap kejadian stunting pada bayi baru lahir?

TUJUAN PENELITIAN
a) Umum
Untuk mengetahui pengaruh konsumsi susu terhadap kejadian stunting
pada bayi usia 0-6 bulan.
b) Khusus
mengetahui manfaat konsumsi susu pada ibu hamil
mengetahui asupan gizi yang diperlukan pada ibu hamil
mengetahui resiko kejadian stunting pada bayi baru lahir
mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan stunting pada bayi

MANFAAT PENELITIAN
Manfaat Teoritis
Sebagai sumber pengetahuan dan referensi dalam dunia pustaka sehingga dapat
bermanfaat bagi kalangan umum mengenai pengaruh hubungan konsumsi susu
saat hamil dengan kejadian stunting pada bayi usia 0-6 bulan.
Manfaat praktis
1. Bagi ibu hamil
Dapat menambah pengetahuan ibu hamil, manfaat konsumsi susu pada masa
kehamilan serta faktor-faktor yang menyebabkan stunting pada bayi.
2. Bagi Dokter
Sebagai pertimbangan informasi dalam pemberian saran pada ibu hamil
mengenai manfaat konsumsi susu pada masa kehamilan.
3. Bagi dinas kesehatan
Sebagai pengetahuan dan informasi pencegahan pada stunting guna
mengurangi angka kejadian stunting di Indonesia
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Stunting
2.1.1 Definisi
Stunting (kerdil) adalah kondisi dimana balita memiliki panjang atau
tinggi badan yang kurang jika dibandingkan dengan umur. Kondisi ini diukur
dengan panjang atau tinggi badan yang lebih dari minus dua standar deviasi
median standar pertumbuhan anak dari WHO. hasil pengukuran tersebut berada
pada ambang batas (Z-Score) <-2 SD sampai dengan -3 SD (pendek/ stunted) dan
<-3 SD (sangat pendek / severely stunted).
Kejadian stunting termasuk masalah gizi kronik yang disebabkan oleh
banyak faktor seperti kondisi sosial ekonomi, gizi ibu saat hamil, kesakitan pada
bayi, dan kurangnya asupan gizi pada bayi. Balita stunting di masa yang akan
datang akan mengalami kesulitan dalam mencapai perkembangan fisik dan
kognitif yang optimal.
Stunting terjadi mulai dari pra-konsepsi menjadi parah ketika hamil
dengan asupan gizi yang tidak mencukupi kebutuhan, ditambah lagi ketika ibu
hidup di lingkungan dengan sanitasi kurang memadai.
Ukuran lahir anak yang terdiri atas berat badan dan panjang badan dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain status gizi ibu sebelum hamil,
aktivitas fisik, penyakit yang diderita ibu selama hamil, merokok, dan kondisi
emosional. Status gizi ibu sebelum dan sewaktu hamil dapat menentukan berat
dan panjang lahir bayi. Ibu yang mengalami gizi kurang berisiko melahirkan bayi
BBLR maupun stunting. Aktivitas fisik yang berat saat hamil diyakini dapat
menghambat perkembangan janin di dalam kandungan (Almatsier 2011).
2.1.2 K
2.1.3 N
2.1.4 N
2.1.5 Faktor Penyebab Stunting
Bayi stunting termasuk masalah gizi kronik yang disebabkan oleh banyak
faktor. Faktor-faktor penyebab stunting erat hubungannya dengan kondisi-
kondisi yang mendasari kejadian tersebut, kondisi-kondisi yang
mempengaruhi faktor penyebab stunting terdiri atas: (1) kondisi sosial
ekonomi, (3) Tingkat pendidikan pada ibu hamil (2) gizi ibu saat hamil, (3)
kesakitan pada bayi, dan (4) kurangnya asupan gizi pada bayi.
2.1.6 Pemeriksaan Antropometri Pada Stunting
Saat ini pengukuran antropometri (ukuran-ukuran tubuh)
digunakan secara luas dalam penilaian status gizi, terurama jika
terjadi ketidakseimbangan kronik antara energi dan protein.
Antropometri berasal dari kata anthropo (manusia) dan metric
(ukuran) sehingga antropometri secara umum artinya ukuran tubuh
manusia (Proverawati dan Wati, 2011). Ditinjau dari sudut pandang
gizi, maka antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai
macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari
berbagai tingkat umur dan gizi. Dimensi tubuh yang diukur, antara
lain: umur, berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas, lingkar
kepala, lingkar dada, lingkar pinggul dan tebal lemak di bawah
kulit. Dimensi tubuh yang dibutuhkan pada penelitian ini yaitu berat
badan maupun panjang badan, guna memperoleh indeks
antropometri pada bayi.
Pengukuran antropometri terdiri atas dua dimensi, yaitu
pengukuran pertumbuhan dan komposisi tubuh. Komposisi tubuh
mencakup komponen lemak tubuh (fat mass) dan bukan lemak
tubuh (non-fat mass) (Yuniastuti, 2008). Antropometri sebagai
indikator status gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa
parameter. Pengukuran status gizi balita dan anak dapat dilakukan
menggunakan indeks antropometri : 1) Indeks berat badan
menurut umur (BB/U) 2) Indeks berat badan menurut panjang
badan atau tinggi badan (PB/BB) 44 3) Indeks panjang badan atau
tinggi badan menurut umur (TB/U) 4) Indeks gabungan (
BB/U;BB/TB; TB/U) 5) Indeks lingkar lengan atas (LILA) 6) Indeks
lingkar kepala menurut umur (LK/U) 7) Indeks lipatan lemak di
bawah kulit (TLBK) ((Yuniastuti, 2008)

Anda mungkin juga menyukai