Anda di halaman 1dari 25

Saluran Reproduksi

1. ENDOMETRIOSIS
A. Definisi
Endometriosis adalah keadaan ketika sel-sel endometrium yang seharusnya terdapat
hanya dalam uterus, tersebar juga ke dalam rongga pelvis
dari luar (Brunner & Suddarth, Keperawtan Medikal Bedah, 1556: 2002)
B. Faktor Risiko
- Wanita usia produktif (15 – 44 tahun)
- Wanita yang memiliki siklus menstruasi yang pendek (<27 hari)
- Menstruasi yang lama (>7 hari)
- Spotting sebelum menstruasi
- Peningkatan jumlah estrogen dalam darah
- Keturunan: memiliki ibu yang menderita penyakit yang sama.
- Memiliki saudara kembar yang menderita endometriosis
- Terpapar Toksin dari lingkungan, biasanya toksin yang berasal dari pestisida, pengolahan
kayu dan produk kertas, pembakaran sampah medis dan sampah-sampah perkotaan. (Scott, R
James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta.)

C. Manifestasi Klinik
Pada umumnya wanita dengan endometriosis tidak memiliki gejala. Gejala pada
umumnya terjadi ketika menstruasi dan bertambah hebat setiap tahunnya karena pembesaran
daerah endometriosis. Gejala yang paling sering terjadi adalah nyeri panggul, dismenorea
(nyeri ketika menstruasi), dispareunia (nyeri ketika senggama), dan infertilitas (gangguan
kesuburan, tidak dapat memiliki anak).
Tanda dan gejala endometriosis antara lain:
1. Nyeri
a. Dismenore sekunder
b. Dismenore primer yang buruk
c. Dispareunia: Nyeri ovulasi
d. Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada bagian abdomen
bawah selama siklus menstruasi.
e. Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual
f. Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter
2. Perdarahan abnormal
a. Hipermenorea
b. Menoragia
c. Spotting sebelum menstruasi
d. Darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di akhir
menstruasi
e. Keluhan buang air besar dan buang air kecil
f. Nyeri sebelum, pada saat dan sesudah buang air besar
g. Darah pada feces
h. Diare, konstipasi dan kolik, (Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi.
Widya Medica: Jakarta)
D. Penatalaksanaan
Terapi yang dilakukan ditujukan untuk membuang sebanyak mungkin jaringan
endometriosis, antara lain:
1. Pengobatan Hormonal
Pengobatan hormaonal dimaksudkan untuk menghentikan ovulasi, sehingga jaringan
endometriosis akan mengalami regresi dan mati. Obat-obatan ini bersifat pseudo-pregnansi
atau pseudo-menopause, yang digunakan adalah:
a. Derivat testosteron, seperti danazol, dimetriose
b. Progestrogen seperti provera, primolut
c. GnRH
d. Pil kontrasepsi kombinasi
2. Pembedahan
Bisa dilakukan secara laparoscopi atau laparotomi, tergantung luasnya invasi endometriosis.

E. Pencegahan
Lakukan pencegahan dengan pemeriksaan pada organ kewanitaan. Terutama jika dirasa
datang bulan mengalami masalah.

SARAF
EPILEPSI
a. Pengertian
Epilepsi berasal dari bahasa Yunani, Epilambanmein yang berarti serangan. Dahulu
masyarakat percaya bahwa epilepsi disebabkan oleh roh jahat dan dipercaya juga bahwa
epilepsi merupakan penyakit yang bersifat suci. Latar belakang munculnya mitos dan rasa
takut terhadap epilepsi berasal hal tersebut. Mitos tersebut mempengaruhi sikap masyarakat
dan menyulitkan upaya penanganan penderita epilepsi dalam kehidupan normal.Penyakit
tersebut sebenarnya sudah dikenal sejak tahun 2000 sebelum Masehi. Orang pertama yang
berhasil mengenal epilepsi sebagai gejala penyakit dan menganggap bahwa epilepsi
merupakan penyakit yang didasari oleh adanya gangguan di otak adalah Hipokrates. Epilepsi
merupakan kelainan neurologi yang dapat terjadi pada setiap orang di seluruh dunia.

e.Faktor Risiko
Gangguan stabilitas neuron – neuron otak yang dapat terjadi saat epilepsi, dapat terjadi saat :
Prenatal :
a. Umur ibu saat hamil terlalu muda (<20 tahun) atau terlalu tua (>35 tahun)
b. Kehamilan dengan eklamsia dan hipertensi
c. Kehamilan primipara atau multipara
d. Pemakaian bahan toksik
Natal :
a. Asfiksia
b. Bayi dengan berat badan lahir rendah (<2500 gram)
c. Kelahiran prematur atau postmatur
d. Partus lama
e. Persalinan dengan alat
Post natal :
a. Kejang demam
b. Trauma kepala
c. Infeksi SSP
d. Gangguan metabolik

f.Gejala dan Tanda


Gejala dan tanda dari epilepsi dibagi berdasarkan klasifikasi dari epilepsi, yaitu :
1) Kejang parsial
Lesi yang terdapat pada kejang parsial berasal dari sebagian kecil dari otak atau satu hemisfer
serebrum. Kejang terjadi pada satu sisi atau satu bagian tubuh dan kesadaran penderita
umumnya masih baik.
a. Kejang parsial sederhana
Gejala yang timbul berupa kejang motorik fokal, femnomena halusinatorik, psikoilusi, atau
emosional kompleks. Pada kejang parsial sederhana, kesadaran penderita masih baik.
b. Kejang parsial kompleks
Gejala bervariasi dan hampir sama dengan kejang parsial sederhana, tetapi yang paling khas
terjadi adalah penurunan kesadaran dan otomatisme.
2) Kejang umum
Lesi yang terdapat pada kejang umum berasal dari sebagian besar dari otak atau kedua
hemisfer serebrum. Kejang terjadi pada seluruh bagian tubuh dan kesadaran penderita
umumnya menurun.
a. Kejang Absans
Hilangnya kesadaran sessat (beberapa detik) dan mendadak disertai amnesia. Serangan
tersebut tanpa disertai peringatan seperti aura atau halusinasi, sehingga sering tidak
terdeteksi.
b. Kejang Atonik
Hilangnya tonus mendadak dan biasanya total pada otot anggota badan, leher, dan badan.
Durasi kejang bisa sangat singkat atau lebih lama.
c. Kejang Mioklonik
Ditandai dengan kontraksi otot bilateral simetris yang cepat dan singkat. Kejang yang terjadi
dapat tunggal atau berulang.
d. Kejang Tonik-Klonik
Sering disebut dengan kejang grand mal. Kesadaran hilang dengan cepat dan total disertai
kontraksi menetap dan masif di seluruh otot. Mata mengalami deviasi ke atas. Fase tonik
berlangsung 10 - 20 detik dan diikuti oleh fase klonik yang berlangsung sekitar 30 detik.
Selama fase tonik, tampak jelas fenomena otonom yang terjadi seperti dilatasi pupil,
pengeluaran air liur, dan peningkatan denyut jantung.
e. Kejang Klonik
Gejala yang terjadi hampir sama dengan kejang mioklonik, tetapi kejang yang terjadi
berlangsung lebih lama, biasanya sampai 2 menit.
f. Kejang Tonik
Ditandai dengan kaku dan tegang pada otot. Penderita sering mengalami jatuh akibat
hilangnya keseimbangan.
h.Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dalam epilepsi, secara umum ada 2 hal yaitu :
a. Tatalaksana fase akut (saat kejang)
Tujuan pengelolaan pada fase akut adalah mempertahankan oksigenasi otak yang adekuat,
mengakhiri kejang sesegera mungkin, mencegah kejang berulang, dan mencari faktor
penyebab. Serangan kejang umumnya berlangsung singkat dan berhenti sendiri. Pengelolaan
pertama untuk serangan kejang dapat diberikan diazepam per rektal dengan dosis 5 mg bila
berat badan anak < 10 kg atau 10 mg bila berat badan anak >10 kg. Jika kejang masih belum
berhenti, dapat diulang setelah selang waktu 5 menit dengan dosis dan obat yang sama. Jika
setelah dua kali pemberian diazepam per rektal masih belum berhenti, maka penderita
dianjurkan untuk dibawa ke rumah sakit.
b. Pengobatan epilepsi
Tujuan utama pengobatan epilepsi adalah membuat penderita epilepsi terbebas dari serangan
epilepsinya. Serangan kejang yang berlangsung mengakibatkan kerusakan sampai kematian
sejumlah sel-sel otak. Apabila kejang terjadi terus menerus maka kerusakan sel-sel otak akan
semakin meluas dan mengakibatkan menurunnya kemampuan intelegensi penderita.
Karena itu, upaya terbaik untuk mengatasi kejang harus dilakukan terapi sedini dan seagresif
mungkin. Pengobatan epilepsi dikatakan berhasil dan penderita dinyatakan sembuh apabila
serangan epilepsi dapat dicegah atau dikontrol dengan obat-obatan sampai pasien tersebut 2
tahun bebas kejang. Secara umum ada tiga terapi epilepsi, yaitu :
1) Terapi medikamentosa
Merupakan terapi lini pertama yang dipilih dalam menangani penderita epilepsi yang baru
terdiagnosa. Jenis obat anti epilepsi (OAE) baku yang biasa diberikan di Indonesia adalah
obat golongan fenitoin, karbamazepin, fenobarbital, dan asam valproat. Obat-obat tersebut
harus diminum secara teratur agar dapat mencegah serangan epilepsi secara efektif.
Walaupun serangan epilepsi sudah teratasi, penggunaan OAE harus tetap diteruskan kecuali
ditemukan tanda-tanda efek samping yang berat maupun tanda-tanda keracunan obat. Prinsip
pemberian obat dimulai dengan obat tunggal dan menggunakan dosis terendah
yang dapat mengatasi kejang.
2) Terapi bedah
Merupakan tindakan operasi yang dilakukan dengan memotong bagian yang menjadi fokus
infeksi yaitu jaringan otak yang menjadi sumber serangan. Diindikasikan terutama untuk
penderita epilepsi yang kebal terhadap pengobatan. Berikut ini merupakan jenis bedah
epilepsi berdasarkan letak fokus infeksi :
a. Lobektomi temporal
b. Eksisi korteks ekstratemporal
c. Hemisferektomi
d. Callostomi
3) Terapi nutrisi
Pemberian terapi nutrisi dapat diberikan pada anak dengan kejang berat yang kurang dapat
dikendalikan dengan obat antikonvulsan dan dinilai dapat mengurangi toksisitas dari obat.
Terapi nutrisi berupa diet ketogenik dianjurkan pada anak penderita epilepsi. Walaupun
mekanisme kerja diet ketogenik dalam menghambat kejang masih belum diketahui secara
pasti, tetapi ketosis yang stabil dan menetap dapat mengendalikan dan mengontrol terjadinya
kejang. Hasil terbaik dijumpai pada anak prasekolah karena anak-anak mendapat pengawasan
yang lebih ketat dari orang tua di mana efektivitas diet berkaitan dengan derajat kepatuhan.
Kebutuhan makanan yang diberikan adalah makanan tinggi lemak. Rasio kebutuhan berat
lemak terhadap kombinasi karbohidrat dan protein adalah 4:1. Kebutuhan kalori harian
diperkirakan sebesar 75 – 80 kkal/kg. Untuk pengendalian kejang yang optimal tetap
diperlukan kombinasi diet dan obatantiepilepsi.

i.Pertolongan Pertama
Tahap – tahap dalam pertolongan pertama saat kejang, antara lain :32
a. Jauhkan penderita dari benda - benda berbahaya (gunting, pulpen, kompor api, dan lain –
lain).
b. Jangan pernah meninggalkan penderita.
c. Berikan alas lembut di bawah kepala agar hentakan saat kejang tidak menimbulkan cedera
kepala dan kendorkan pakaian ketat atau kerah baju di lehernya agar pernapasan penderita
lancar (jika ada).
d. Miringkan tubuh penderita ke salah satu sisi supaya cairan dari mulut dapat mengalir
keluar dengan lancar dan menjaga aliran udara atau pernapasan.
e. Pada saat penderita mengalami kejang, jangan menahan gerakan penderita. Biarkan
gerakan penderita sampai kejang selesai.
f. Jangan masukkan benda apapun ke dalam mulut penderita, seperti memberi minum,
penahan lidah.
g. Setelah kejang selesai, tetaplah menemani penderita. Jangan meninggalkan penderita
sebelum kesadarannya pulih total, kemudian biarkan penderita beristirahat atau tidur.
1. KATARAK
A. Definisi
Katarak berasal dari bahasa yunani “kataarrhakies” yang berarti air terjun. Dalam
bahasa Indonesia, katarak disebut bular, yaitu penglihatan seperti tertutup air terjuan
akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat
terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat
keduanya.
Definisi katarak menurut WHO adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata,
yang menghalangi sinar masuk ke dalam mata. Katarak terjadi karena faktor usia, namun
juga dapat terjadi pada anak-anak yang lahir dengan kondisi tersebut. Katarak juga dapat
terjadi setelah trauma, inflamasi atau penyakit lainnya.

. Gangguan penglihatan bisa berupa:


1. Kesulitan melihat pada malam hari
2. Melihat lingkaran di sekeliling cahaya atau cahaya terasa menyilaukan mata
3. Penurunan ketajaman penglihatan (bahkan pada siang hari).
Gejala lainnya adalah sebagai berikut:
1. Sering berganti kaca mata
2. Penglihatan ganda pada salah satu mata.
3. Kadang katarak menyebabkan pembengkakan lensa dan peningkatan tekanan di
dalam mata (glaukoma), yang bosa menimbulkan rasa nyeri.

Katarak orang dewasa biasanya berhubungan dengan proses penuaan, katarak


tersebut dikelompokkan sebagai berikut:
1. Katarak immatur adalah lensa masih memiliki bagian yang jernih
2. Katarak matur adalah lensa sudah seluruhnya keruh
3. Katarak hipermatur adalah ada bagian permukaan lensa yang sudah merembes
melalui kapsul lensa dan bisa menyebabkan peradangan pada struktur mata yang
lainnya.

B. Faktor Resiko
Faktor resiko terjadinya katarak sangat bervariasi bergantung dari proses
patogenesis. proses umur, genetik, makanan, Diabetes Melitus, radiasi ultra violet,
merokok merupakan faktor penyebab terjadinya Katarak. Katarak adalah penyakit
degeneratif yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor intrinsik maupun faktor
ekstrinsik. Faktor intrinsik yang berpengaruh antara lain adalah umur, jenis kelamin dan
faktor genetik, sedangkan faktor ekstrinsik yang berpengaruh antara lain adalah
pendidikan dan pekerjaan yang berdampak langsung pada status sosial ekonomi dan
status kesehatan seseorang serta faktor lingkungan, dalam hubungannya dengan paparan
sinar ultraviolet.

1. Pekerjaan
Pekerjaan dalam hal ini erat kaitannya dengan paparan sinar matahari. Suatu
penelitian yang menilai secara individual, menunjukkan nelayan mempunyai jumlah
paparan terhadap sinar ultraviolet yang tinggi sehingga meningkatkan resiko
terjadinya katarak kortikal dan katarak posterior subkapsular.
2. Lingkungan (Geografis)
Katarak khususnya lebih banyak dijumpai di negara berkembang yang berlokasi di
khatulistiwa. Hampir semua studi epidemioologi melaporkan tingginya prevalensi
katarak di daerah yang banyak terkena sinar ultraviolet. Penduduk yang tinggal di
daerah berlainan tidak hanya berbeda dalam hal paparan sinar ultraviolet, tapi juga
dalam hal paparan oleh karena berbagai faktor lain. Ada suatu penelitian dari Nepal
dan Cina melaporkan variasi prevalensi penduduk yang tinggal di ketingian berbeda.
Dijumpai prevalensi katarak senilis yang lebih tinggi di Tibet yakni 60%
dibandingkan di Beijing.
3. Pendidikan
Dari beberapa pengamatan dan survei di masyarakat diperoleh prevalensi katarak
lebih tingi pada kelompok yang berpendidikan lebih rendah. Meskipun tidak
ditemukan hubungan langsung antara tingkat pendidikan dan kejadian katarak, namun
tingkat pendidikan dapat mempengaruhi status sosial ekonomi temasuk pekerjaan dan
status gizi.
4. Nutrisi
Walaupun defisiensi nutrisi dapat menyebabkan katarak pada hewan, tapi etiologi ini
sulit untuk dipastikan pada manusia. Beberapa penelitian mendapatkan bahwa
multivitamin, vitamin A, vitamin C, vitamin E, niasin, tiamin, riboflavin, beta
karoten, dan peningkatan protein mempunyai efek protektif terhadap perkembangan
katarak. Lutein dan zeaxantin adalah satu-satunya karotenoid yang dijumpai dalam
lensa manusia, dan penelitian terakhir menunjukkan adanya penurunan resiko katarak
dengan peningkatan frekuensi asupan makanan tinggi lutein (bayam, brokoli).
Dengan memakan bayam yang telah dimasak lebih dari dua kali dalam semingu dapat
menurunkan resiko katarak.
5. Merokok
Merokok dan mengunyah tembakau dapat menginduksi stress oksidatif dan
dihubungkan dengan penurunan kadar antioksidan, askorbat dan karetenoid. Merokok
menyebabkan penumpukan molekul berpigmen -3 hydroxykhynurine dan
chromophores, yang menyebabkan terjadinya penguningan warna lensa. Sianat dalam
rokok juga menyebabkan terjadinya karbamilasi dan denaturasi protein.
6. Diare
Dideskripsikan oleh Harding, diare berperan dalam kataraktogenesis melalui 4 cara
yaitu malnutrisi, asidosis, dehidrasi, dan tingginya kadar urea dalam darah.
7. Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus dapat mempengaruhi kejernihan lensa, indeks refraksi, dan am
plitudo akomodatif. Dengan meningkatnya kadar gula darah, maka meningkat pula
kadar glukosa dalam akuos humor. Oleh karena glukosa dari akuos masuk ke dalam
lensa dengan cara difusi, maka kadar glukosa dalam lensa juga meningkat. Sebagian
glukosa tersebut dirubah oleh enzim aldose reduktase menjadi sorbitol, yang tidak
dimetabolisme tapi tetap berada dalam lensa
8. Alkohol
Peminum alkohol kronis mempunyai resiko tinggi terkena berbagai penyakit mata,
termasuk katarak. Dalam banyak penelitian alkohol berperan dalam terjadinya
katarak. Alkohol secara langsung bekerja pada protein lensa dan secara tidak langsung
dengan cara mempengaruhi penyerapan nutrisi penting pada lensa.
9. Obat-obatan
Data klinis dan laboratorium menunjukkan banyak obat yang mempunyai potensi
kataraktogenik. Obat-obatan yang meningkatkan resiko katarak adalah kortikosteroid,
fenotiazin, miotikum, kemoterapi, diuretik, obat penenang, obat rematik, dan lain-lain.
10. Gender
Tingginya resiko perempuan terkena katarak sebenarnya tidaklah terlalu besar tetapi
secara konsisten dijumpai dalam banyak penelitian-penelitian. Tinngginya prevalensi
pada perempuan terutama untuk resiko terjadinya katarak kortikal.

C. Pengendalian (Pengobatan dan Pencegahan)


1) Pengobatan
Gejala-gejala yang timbul pada katarak yang masih ringan dapat dibantu
dengan menggunakan kacamata, lensa pembesar, cahaya yang lebih terang, atau
kacamata yang dapat meredamkan cahaya. Pada tahap ini tidak diperlukan tindakan
operasi.
Tindakan operasi katarak merupakan cara yang efektif untuk memperbaiki
lensa mata, tetapi tidak semua kasus katarak memerlukan tindakan operasi. Operasi
katarak perlu dilakukan jika kekeruhan lensa menyebabkan penurunan tajam
pengelihatan sedemikian rupa sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari. Operasi
katarak dapat dipertimbangkan untuk dilakukan jika katarak terjadi berbarengan
dengan penyakit mata lainnya, seperti uveitis yakni adalah peradangan pada uvea.
Satu-satunya pengobatan untuk katarak adalah pembedahan. Pembedahan
dilakukan jika penderita tidak dapat melihat dengan baik dengan bantuan kaca mata
untuk melakukan kegitannya sehari-hari. Beberapa penderita mungkin merasa
penglihatannya lebih baik hanya dengan mengganti kaca matanya, menggunakan kaca
mata bifokus yang lebih kuat atau menggunakan lensa pembesar. Jika katarak tidak
mengganggu biasanya tidak perlu dilakukan pembedahan. Pembedahan katarak terdiri
dari pengangkatan lensa dan menggantinya dengan lensa buatan.
1. Pengangkatan lensa
Ada 2 macam pembedahan yang bisa digunakan untuk mengangkat lensa:
a. Pembedahan ekstrakapsuler: lensa diangkat dengan meninggalkan kapsulnya.
Untuk memperlunak lensa sehingga mempermudah pengambilan lensa melalui
sayatan yang kecil, digunakan gelombang suara berfrekuensi tinggi
(fakoemulsifikasi).
b. Pembedahan intrakapsuler: lensa beserta kapsulnya diangkat. Pada saat ini
pembedahan intrakapsuler sudah jarang dilakukan.
2. Penggantian lensa
Penderita yang telah menjalani pembedahan katarak biasanya akan mendapatkan
lensa buatan sebagai pengganti lensa yang telah diangkat. Lensa buatan ini
merupakan lempengan plastik yang disebut lensa intraokuler, biasanya lensa
intraokuler dimasukkan ke dalam kapsul lensa di dalam mata.
Operasi katarak sering dilakukan dan biasanya aman. Setelah pembedahan
jarang sekali terjadi infeksi atau perdarahan pada mata yang bisa menyebabkan
gangguan penglihatan yang serius. Untuk mencegah infeksi, mengurangi
peradangan dan mempercepat penyembuhan, selama beberapa minggu setelah
pembedahan diberikan tetes mata atau salep. Untuk melindungi mata dari cedera,
penderita sebaiknya menggunakan kaca mata atau pelindung mata yang terbuat
dari logam sampai luka pembedahan benar-benar sembuh.
2) Pencegahan
Pencegahan utama adalah mengontrol penyakit yang berhubungan dengan
katarak dan menghindari faktor-faktor yang mempercepat terbentuknya katarak.
Menggunakan kaca mata hitam ketika berada di luar ruangan pada siang hari bisa
mengurangi jumlah sinar ultraviolet yang masuk ke dalam mata. Berhenti merokok
bisa mengurangi resiko terjadinya katarak.
Mengkonsumsi suplemen sebelum terjadi katarak dapat menunda
pembentukan atau mencegah katarak. Sedangkan pada tahap awal katarak suplemen
dapatmemperlambat pertumbuhannya. Pada tahap berat tindakan hanya bisa diatasi
dengan operasi. Berikut ini beberapa suplemen yang jika dikonsumsi dapat mencegah
terjadinya katarak:
a. Vitamin C dan E, melindungi lensa mata dari kerusakan akibat asap rokok dan
sunar ultra violet. Minum vitamin C 250 mg 4 kali sehari, kurangi dosis jika
mengalami diare. Vitamin E 200 IU dua kali sehari.
b. Selenium, membantu menetralisasi radikal bebas, 200 mcg 2 kali sehari.
c. Billberry, membantu membuang racun dari lensa mata dan retina. Kombinasi
billbery dan vitamin E sudah terbukti dapat menghentikan pertumbuhan katarak
pada 48 dari 50 orang yang diteliti. Dosis yang tepat adalah 80 mg dan dikosumsi
3 kali sehari.
d. Alpha-lipoic acid, meningkatkan efektifitas vitamin C dan E, 150 mg sehari (pafi
sebelum makan).
e. Ekstrak biji anggur (grape seed), menguatkan pembuluh darah halus di bagian
mata, 100 mg 2 kali sehari.

Kebiasaaan yang perlu dilakukan untuk mencegah terjadinya katarak adalah


sebagai berikut:
1. Stop merokok jika anda merokok.
2. Lindungi mata dari cahaya matahari langsung dengan menggunakan kacamata
matahari.
3. Gunakan topi yang lebar saat anda berada di luar.
4. Makanlah makanan yang cukup mengandung antioksidan seperti buah dan
sayuran segar.
Pencegahan utama penyakit katarak dilakukan dengan mengontrol penyebab
yang berhubungan dengan katarak dan menghindari faktor-faktor penyebab
terbentuknya katarak. Cara pencegahan yang dapat dilakukan diantaranya
menggunakan kaca mata hitam ketika berada diluar ruangan pada siang hari. cara ini
bisa mengurangi jumlah sinar ultraviolet yang masuk ke dalam mata. selain itu,
berhenti merokok juga bisa mengurangi risiko terjadinya katarak.
1. Penyakit Batu Ginjal dan Saluran Kemih
I. PENGERTIAN
Batu ginjal adalah suatu keadaan terdapat satu atau lebihbatu di dalam pelvus atau
calyces ginjal atau di saluran kemih. Batu ginjal didalam saluran kemih (kalkulus uriner)
adalah masa keras seperti batu yang terbentuk disepanjang saluran kemih dan bisa
menyebabkan nyeri, perdarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi. Batu ini bisa
terbentuk didalam ginjal (batu ginjal) maupun didalam kandung kemih (batu kandung
kemih). Proses pembentukan batu ini disebut urolitiasis (litiasis renalis, nefrolitilis).

III. FAKTOR PENYEBAB TERBENTUKNYA BATU GINJAL


Batu (kalkulus) ginjal adalah batu yang terdapat di mana saja di saluran kemih. Batu
yang paling sering dijumpai tersusun dari kristal-kristal kalsium. Terdapat sejumlah tipe batu
ginjal dan ukurannya dapat berkisar dari kecil hingga sebesar batu staghorn (batu menyerupai
tanduk rusa) yang dapat merusak system kolektivus. Biasanya batu ginjal terdiri atas garam
kalsium (oksalat dan fosfat) atau magnesium fosfat dan asam urat.
Penyebab batu ginjal adalah idiopatik. Akan tetapi, terdapat factor predisposisi seperti
jenis makanan yang dikonsumsi, Infeksi Saluran Kemih (ISK), volume air yang diminum,
kelainan metabolisme, usia, jenis kelamin,genetik, aktivitas, konsumsi vitamin dan obat-
obatan tertentu, dan berat badan. Batu ginjal biasanya terdiri dari kalsium oksalat.
Terbentuknya batu ginjal sangat erat kaitannya dengan peningkatan pH urine (pada
batu kalsium bikarbonat), atau sebaliknya penurunan pH urine (pada batu asam urat). Segala
sesuatu yang menyebabkan terhambatnya aliran urine dan menyebabkan statis urine (tidak
ada pergerakan pada urine) di bagian mana saja di saluran kemih, meningkatkan
pembentukan batu karena dapat menyebabkan pengendapan zatorganik dan mineral.
a. Faktor intrinsik
1) Umur
Penyakit batu ginjal umumnya terjadi pada mereka yang berusia antara 30-60
tahun. Penyebab pastinya belum diketahui, kemungkinan disebabkan karena adanya
perbedaan faktor sosial ekonomi, budaya, dan diet.
2) Jenis kelamin
Penyakit ini lebih sering diderita oleh kaum pria daripada wanita, dengan
perbandingan 3:1. Hal ini disebabkan oleh anatomis saluran kemih pada pria lebih panjang
daripada wanita, didalam urin pria kadar kalsium lebih tinggi sedangkan pada wanita kadar
sitrat lebih tinggi, hormone testosterone pada pria dapat meningkatkan produksi eksalat
endogen di hati, dan hormone esterogen pada wanita dapat mencegah agregasi garam
kalsium.
3) Genetik
Terdapat orang orang tertentu yang memiliki kelainan atau gangguan ginjal sejak
dilahirkan, meskipun kondisi ini jarang ditemui. Penderita kelainan ini, sejak usia anak-anak
sudah memiliki kecenderungan yang mudah mengendapkan garam dan memudahkan
terbentuknya batu. Oleh karena fungsi ginjalnya yang tidak normal, maka proses pengeluaran
urine pun mengalami ganggguan karena urinenya banyak mengandung zat kapur, sehingga
mudah mengendapkan batu.
b. Faktor ekstrinsik
1) Jumlah air yang diminum
Kurangnya asupan cairan dalam tubuh akan memicu terjadinya batu ginjal. Selain itu
banyaknya mengonsumsi air yang mengandung kadar kalsium tinggi akan memicu terjadinya
batu ginjal. Kurang mengkonsumsi air putih menyebabkan system metabolism tubuh tidak
berjalan dengan optimal. Ginjal memerlukan cairan dalam jumlah yang cukup banyak untuk
menguraikan zat-zat terurai dalam tubuh. Setidaknya minumlah 2 liter air dalam sehari agar
volume urine bertambah dan mengurangi konsentrasi mineral dan garam.
2) Iklim dan temperature
Iklim panas dan temperatur yang tinggi akan memicu terjadinya batu ginjal hal ini
disebabkan karena paparan sinar ultraviolet tinggi yang akan memicu terjadinya dehidrasi
dan peningkatan vitamin D3 yang memicu peningkatan ekskresi kalsium dan oksalat. Selain
itu, Temperatur yang tinggi akan meningkatkan jumlah keringat dan meningkatkan
konsentrasi air kemih. Konsentrasi air kemih yang meningkat dapat menyebabkan
pembentukan kristal air kemih.
3) Aktivitas
Faktor pekerjaan dan olah raga dapat mempengaruhi terbentuknya batu ginjal. Risiko
penyakit ini bertambah tinggi pada orang dengan aktivitas yang jarang berolahraga atau tidak
banyak bergerak, serta pada orang yang pekerjaannya terlalu banyak duduk. Hal ini
dikarenakan aktivitas yang kurang aktif menyebabkan kurang lancarnya peredaran darah
maupun urine, sehingga mudah terbentuk batu ginjal. Selain itu, pola hidup yang aktif dapat
membantu pembentukan kalsium menjadi tulang. Sebaliknya, gaya hidup yang kurang
bergerak dapat mendorong kalsium beredar dalam darah dan berisiko menjadi Kristal
kalsium.
4) Berat badan
Risiko penyakit batu ginjal juga lebih tinggi pada orang dengan berat badan berlebih
(obesitas) karena pada orang dengan berat badan berlebih dapat menyebabkan kelainan
metabolism sehingga mudah mengendapkan garam-garam kalsium.
5) Diet
Diet yang mengandung banyak purin, oksalat, dan kalsium akan memicu terjadinya
batu ginjal. Protein yang tinggi terutama protein hewani dapat menurunkan kadar sitrat air
kemih, akibatnya kadar asam urat dalam darah akan naik.
6) Geografi
Pada beberapa daerah kasus batu ginjal cukup tinggi dibandingkan daerah lain
sehingga dikenal dengan sabuk batu ( stone belt ). Biasanya daerah ini berada di dataran
tinggi atau daerah pegunungan. Hal ini terjadi karena air yang dikonsumsi mengandung
mineral seperti phosphor, kalsium, magnesium, dan sebagainya.
7) Kebiasaan menahan BAK (Buang Air Kecil)
Kebiasaan menahan BAK akan menimbulkan statis urin yang dapat berakibat
timbulnya Infeksi Saluran Kemih (ISK). ISK yang disebabkan oleh kuman dapat
menyebabkan terbentuknya jenis batu struvit.
8) Makanan dan minuman
Sebagian besar penyakit batu ginjal disebabkan oleh makanan dan minuman.
Terutama pada makanan dan minuman yang tinggi kadar kalsium oksalat dan fosfat yang
mudah mengkristal dalam ginjal, juga pada makanan yang banyak mengandung asam urat.
Selain itu, mengkonsumsi makanan yang tinggi kadar garam mengakibatkan tingginya kadar
garam dalam urine yang menyebabkan mudahnya terbentuk batu ginjal.
Untuk mencegah terbentuknya batu ginjal, sebaiknya kurangi makanan yang
mengandung garam, serta makanan dengan kadar oksalat tinggi, seperti kacang-kacangan,
bayam, ubi, cabai, tahu dan tempe, buncis, kentang, jeruk, anggur dan stroberi. Makanan
yang mengandung kalsium tinggi sepertikol, lobak, brokoli, sarden dan keju jika dikonsumsi
berlebihan juga dapat mempermudah terbentuknya batu ginjal. Makanan dengan kadar purin
yang tinggi juga sebaiknya dihindari, seperti pada ikan laut, hati goreng, usus goreng, ikan
sarden dan jeroan yang dapat meningkatkan kadar asam urat dalam tubuh.
Selain itu, sebaiknya juga tidak mengkonsumsi susu dan produk berkalsium tinggi
secara berlebihan. Kelebihan kadar kalsium akan diekskresikan melalui urine sehingga
meningkatkan resiko terbentuknya batu ginjal.
9) Infeksi Saluran Kemih (ISK)
ISK dapat terjadi pada ureter, kandung kemih, maupun uretra. Penyebab utama ISK
adalah bakteri E.coli yang hidup pada kotoran dan usus besar. ISK banyak menyerang wanita
karena vagina lebih rentan terhadap pertumbuhan bakteri dibanding pria. Infeksi ini akan
meningkatkan terbentuknya zat organik. Kemudian, zat ini dikelilingi mineral yang
mengendap. Pengendapan mineral akibat infeksi ini akan meningkatkan alkalinitas urine dan
menyebabkan pengendapan kalsium fosfat dan magnesium ammonium fosfat.
10) Vitamin dan obat-obatan
Pembentukan batu ginjal juga dapat disebabkan oleh konsumsi vitamin C dan D serta
suplemen yang mengandung kalsium secara berlebihan. Hal ini dikarenakan vitamin C dan D
yang dikonsumsi berlebihan dapat mempermudah pengkristalan kalsium oksalat.
Mengkonsumsi 3 atau 4 gram vitamin C dan 400 IU vitamin D setiap hari sudah cukup
memenuhi kebutuhan tubuh. Obat-obatan antasida yang dikonsumsi dalam jangka panjang
juga berkontribusi terhadap terbentuknya batu ginjal.
Sebaliknya, komsumsi vitamin A adalah penting karena vitamin A yang dikonsumsi
dalam kadar yang tepat dapat mencegah terbentuknya batu ginjal serta menyehatkan fungsi
system urine. Selain vitamin A, vitamin B6 dan magnesium juga baik dikonsumsi untuk
mengurangi kadar kalsium dalam urine.
V. TANDA DAN GEJALA
a. Nyeri
Nyeri disebabkan karena batu menyumbat saluran kemih, setelah itu obstruksi
berkembang yang menghasilkan peningkatan tekanan hidrostatik dan pembesaran pelvis
ginjal dan proksimal ureter.
b. Mual dan muntah
Nyeri sangat parah akibat batu ginjal bisa menyebabkan rasa mual bahkan muntah. Bila
nyeri mendadak menjadi akut, disertai nyeri tekan diseluruh area kostovertebratal juga bisa
menyebabkan mual dan muntah. Serta adanya obstruksi saluran kemih bagian atas (ginjal dan
ureter) dapat menyebabkan mual yang disertai muntah.
c. Hematuria
Adanya gesekan antara batu ginjal dengan saluran kemih yang dilewati akan
menyebabkan darah ikut keluar bersama urin atau sering disebut dengan hematuria.
d. Sering berkemih
Saluran kemih yang teriritasi membuat penderita merasa ingin berkemih lebih sering
dari biasanya.
e. Demam dan mengigil
Kondisi ini terjadi karena adanya infeksi di saluran kemih yang disebabkan oleh iritasi
batu ginjal.
VII. PENGOBATAN
Minum banyak cairan akan meningkatkan pembentukan air kemih dan membantu
pengeluaran batu. Jika batu telah keluar, maka tidak perlu lagi dilakukan pengobatan segera.
Nyeri akibat kolik bisa dikurangi dengan obat pereda nyeri.
Sedangkan batu di dalam ginjal atau bagian ureter paling atas yang berukuran 1 cm
atau kurang seringkali bisa dipecahkan oleh extraxcorporeal shock wave lithotripsy (ESWL).
ESWL adalah terapi yang menggunakan gelombang kejut (shock wave),yang ditembakkan
dari luar tubuh kearah batu ginjal sampai batu ginjal tersebut hancur dan ukuran serpihanya
cukup kecil hingga dapat dikeluarkan secara natural melaluai urin. Terapi ini dikatakan
sebagai terapi non-invasive, karena tidak memerlukan pembedahan atau memasukan alat
kedalam tubuh pasien . Tingkat keberhasilan terapi ESWL antara 60-90%. Tingkat
keberhasilanya sangat ditentukan diantaranya oleh besar, jenis serta lokasi dari batu ginjal
tersebut.
Terkadang sebuah batu diangkat melalui suatu sayatan kecil di kulit (Percutaneous
Nephrolithotomy atau PNL) atau dengan memasukan alat melalui saluran kemih (Uteroscopy
URS). Terapi PNL dan URS dikatakan sebagai terapi minimal- invasive karena memerlukan
sedikit pembedahan dengan memasukan alat kedalam tubuh untuk menghancurkan dan
mengeluarkan batu ginjal. Dalam terapi PNL,guid wire dimasukan melalui kulit dekat
pinggang kemudian dengan membuang lubang kecil menembus masuk ke dalam ginjal
sampai menemukan posisi batu ginjal Sejenis tabung kecil kemudian dimasukan sepanjang
guid wive untuk membuat tunnel, dimana nantinya lewat tunnel ini dimasukkan instrumen
kecil untuk menghancurkan batu ginjal dan mengeluarkan serpihanya. Sedangkan URS
prinsip kerjanya mirip dengan PNL, namun dalam URS digunakan alat yang ditanamkan
ureteroscopes, dimana alat ini dimasukan melalui urethra (saluran kencing), kemudian
melalui bladder (kandung kemih) dan ureter (saluran kemih), sampai menemui posisi batu
ginjal. Dan sebagai pilihan terakhir adalah operasi terbuka.
Dari beberapa terapi di atas, ESWL merupakan terapi pilihan pertama untuk kasus
umum penanganan batu gnjal dikarenakan keamanan, keefektifan serta kefleksibelannya
terhadap posisi batu ginjal. Dari segi keamanan dan kenyamanan, pasien yang diterapi
dengan ESWL pada umumnya tidak memerlukan obat bius atau penahan sakit saat terapi
dilakukan, dan sudah dapat melakukan aktifitas seperti biasa dalam satu atau dua hari setelah
terapi.
Terapi PNL hanya efektif untuk penanganan batu ginjal yang masih berada dalam ginjal atau
yang berada pada ureter bagian atas. Sedangkan terapi URS efektif pada batu ginjal yang
berada pada ureter bagian bawah atau pada kandung kemih. Terapi PNL dan URS
memerlukan waktu pemulihan sekitar satu sampai dua minggu, dan waktu pemulihan yang
lebih panjang dibutuhkan lagi bagi pasien yang menjalani operasi terbuka, yaitu sekitar 6
minggu.
Walaupun ESWL telah terbukti keandalanya, namun masih menyisakan beberapa tantangan.
Diantaranya adalah rendahnya tingkat keberhasilan ESWL (denganm satu kali tindakan) pada
pasien yang memiliki batu ginjal dengan diameter lebih dari dua sentimeter, dan pada batu
yang berjenis selain itu masih didapatinya laporan terrjadinya injury pada ginjal akibat terapi
ini.
VIII. PENCEGAHAN
Adapun beberapa cara untuk mencegah terbentukna batu ginjal, yaitu:
a. Mengurangi minuman yang berkalsium tinggi atau minuman bervitamin C tinggi.
Pengkonsumsian yang terlalu sering akan mengakibatkan infeksi pada ginjal dan
mengakbatkan batu ginjal.
b. Mengurangi makanan dan minuman bersuplemen.
c. Mengurangi makanan yang bisa menyebabkan asam urat seperti jeroan sapi,kambing
dan lain sebagainya.Makanan ini banyak mengandung enzim yang bisa menimbulkan
endapan pada ginjal.
d. Hindari diet ketat. Pada umumnya orang yang menjalani diet ketat supaya langsing.
Masalahnya diet ketat seperti itu bisa menimbulkan kristal pada ginjal.
e. Perbanyak minum air putih minimal 2 liter per hari.
f. Hindari menahan kencing terlalu lama.
g. Berolahraga secara teratur.
h. Mengurangi konsumsi vitamin D secara berlebihan.
i. Hindari makanan dengan kadar oksalat (kacang-kacangan, bayam, ubi, cabe,dll) ,
natrium ,kalsium (kol, lobak, brokoli, sarden,dan keju) yang tinggi dan protein hewan dengan
purin tinggi (ikan laut, usus goreng, hati goreng, emping melinjo), karena dapat memicu
terbentuknya batu ginjal /kandung kemih.

1. PENYAKIT HIPERTENSI
A. Pengertian Hipertensi
Hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh
darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Hipertensi sering kali
disebut sebagai pembunuh gelap (Silent Killer), karena termasuk penyakit yang
mematikan tanpa disertai pengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan
bagi korbannya (Lanny Sustrani, dkk, 2004).
B. Faktor Resiko Hipertensi
Hipertensi disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat dimodifikasi atau
dikendalikan serta faktor yang tidak dapat dimodifikasi.
1. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi atau dikendalikan
a. Genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan
keluarga tersebut mempunyai resiko menderita hipertensi. Individu dengan
orang tua hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk
menderita hipertensi daripada individu yang tidak mempunyai keluarga
dengan riwayat hipertensi.
b. Jenis Kelamin
Laki-laki mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi
lebih awal. Laki-laki juga mempunyai resiko yang lebih besar terhadap
morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler. Sedangkan di atas umur 50
tahun hipertensi lebih banyak terjadi pada perempuan.
c. Etnis
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam daripada
yang berkulit putih. Belum diketahui secara pasti penyebabnya, namun
dalam orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan
sensitifitas terhadap vasopresin lebih besar.
d. Penyakit Ginjal
Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara
 Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran
garam dan air, yang akan menyebabkan berkurangnya volume
darah dan mengembalikan tekanan darah ke normal.
 Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan
garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan
darah kembali ke normal.
 Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan
enzim yang disebut renin, yang memicu pembentukan hormon
angiotensi, yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormon
aldosteron.
e. Obat-obatan
Penggunaan obat-obatan seperti beberapa obat hormon (Pil KB),
Kortikosteroid, Siklosporin, Eritropoietin, Kokain, dan Kayu manis (dalam
jumlah sangat besar), termasuk beberapa obat antiradang (anti-inflamasi)
secara terus menerus (sering) dapat meningkatkan tekanan darah
seseorang. Minuman yang mengandung alkohol juga termasuk salah satu
faktor yang dapat menimbulkan terjadinya tekanan darah tinggi.

f. Preeklampsi pada kehamilan

Preeklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah


140/90 mmHg setelah kehamilan 20 minggu (akhir triwulan kedua sampai
triwulan ketiga) atau bisa lebih awal terjadi. Preeklamsi terjadi sebagai
akibat dari gangguan fungsi organ akibat penyempitan pembuluh darah
secara umum yang mengakibatkan iskemia plasenta (ari-ari) sehingga
berakibat kurangnya pasokan darah yang membawa nutrisi ke janin.

g. Keracunan timbal akut

Timbal bisa menyebabkan lesi tubulus proksimalis, lengkung henle,


serta menyebabkan aminosiduria, sehingga timbul kelainan pada ginjal
(Peradangan dan cedera pada salah satu atau kedua ginjal) bisa
menyebabkan terjadinya tekanan darah tinggi.

1. Faktor yang dapat dimodifikasi atau dikendalikan

a. Stress

Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah


jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatik. Adapun stres
ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan
karakteristik personal.

b. Obesitas
Penelitian epidemiologi menyebutkan adanya hubungan antara berat
badan dengan tekanan darah baik pada pasien hipertensi maupun
normotensi. Pada populasi yang tidak ada peningkatan berat badan seiring
umur, tidak dijumpai peningkatan tekanan darah sesuai peningkatan umur.
Obesitas terutama pada tubuh bagian atas dengan peningkatan jumlah
lemak pada bagian perut.

c. Nutrisi

Sodium adalah penyebab penting dari hipertensi esensial, asupan


garam yang tinggi akan menyebabkan pengeluaran berlebihan dari hormon
natriouretik yang secara tidak langsung akan meningkatkan tekanan darah.
Asupan garam tinggi yang dapat menimbulkan perubahan tekanan darah
yang dapat terdeteksi adalah lebih dari 14 gram per hari atau jika
dikonversi kedalam takaran sendok makan adalah lebih dari dua sendok
makan.

d. Merokok

Penelitian terakhir menyatakan bahwa merokok menjadi salah satu


faktor risiko hipertensi yang dapat dimodifikasi. Merokok merupakan
faktor risiko yang potensial untuk ditiadakan dalam upaya melawan arus
peningkatan hipertensi khususnya dan penyakit kardiovaskuler secara
umum di Indonesia.

e. Kurang olahraga

Gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga) bisa memicu
terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang
diturunkan.

C. Pencegahan

1. Tidak merokok karena nikotin dalam rokok dapat mengakibatkan jantung


berdenyut lebih cepat dan menyempitkan pembuluh darah kecil yang menyebabkan
jantung terpaksa memompa lebih kuat untuk memenuhi keperluan tubuh kita
2. Kurangi konsumsi garam karena garam berlebih dalam darah dapat menyebabkan
lebih banyak air yang disimpan dan ini mengakibatkan tekanan darah menjadi
tinggi

3. Kurangi lemak, lemak yang berlebih akan terkumpul di sekeliling pembuluh darah
dan menjadikannya tebal dan kaku

4. Pertahankan berat badan ideal

5. Olahraga secara teratur

6. Hindari konsumsi alkohol

7. Konsumsi makanan sehat, rendah lemak, kaya vitamin dan mineral alami

8. Pencegahan primordial

9. Promosi kesehatan

10. Proteksi dini : kurangi garam sebagai salah satu faktor risiko

11. Diagnosis dini : screening, pemeriksaan/check-up

12. Pengobatan tepat : segera mendapatkan pengobatan komperhensif dan kausal awal
keluhan

13. Rehabilitasi : upaya perbaikan dampak lanjut hipertensi yang tidak bisa diobati.

Penyakit Gaky dan Diabetes Melitus


1. PENYAKIT GAKY
A. Pengertian GAKY
Gangguan Akibat Kekurang Yodium (GAKY) adalah gejala yang timbul karena tubuh
seseorang kekurangan yodium secara terus menerus dalam jangka waktu yang cukup
lama. GAKY merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang serius mengingat
dampaknya sangat besar terhadap kelangsungan hidup dan kualitas sumber daya manusia.
D. Tanda dan Gejala GAKY
Gejala Penyakit Gondok
GAKY merupakan salah satu permasalahan gizi yang sangat serius, karena dapat
menyebabkan berbagai penyakit yang mengganggu kesehatan antaralain ;Gondok,
Kretenisme, Reterdasi Mental dll. Penyakit gondok biasanya dapat dilihat secara
kasatmata dengan munculnya pembengkakan pada leher bagian depan bawah, pada
posisi dimana kelenjar tiroid berada.Pada bayi dan anak- anak gejala tambahan yang
dapat dilihat adalah gangguan tumbuh kembang dan kretinisme (kekerdilan). Gejala yang
timbul akibat kekurangan iodium secara terus-menerus dalam jangka waktu lama disebut
sebagai GAKY (Gangguan Akibat Kurang Iodium). Penderita kurang iodium ringan
dapat tidak menunjukkan gejala apa-apa sehingga sering tidak disadari. Disamping itu
karena tak terasa sakit, kadang penyakit gondok ini sering diabaikan. Padahal hasil
penelitian di berbagai daerah di Indonesia menunjukkan bahwa sekitar 42 juta penduduk
di Indonesia tinggal di daerah endemis gondok, yaitu daerah yang tanahnya kekurangan
iodium.
Perkembangan penyakit gondok dapat dikategorikan dalam lima tahapan yaitu:
1. Grade 0 : Normal
Dengan inspeksi tidak terlihat, baik datar maupun tengadah maksimal, dan dengan
palpasi tidak teraba.
2. Grade IA
Kelenjar Gondok tidak terlihat, baik datar maupun penderita tengadah maksimal,
dan palpasi teraba lebih besar dari ruas terakhir ibu jari penderita.
3. Grade IB
Kelenjar Gondok dengan inspeksi datar tidak terlihat, tetapi terlihat dengan
tengadah maksimal dan dengan palpasi teraba lebih besar dari Grade IA.
4. Grade II
Kelenjar Gondok dengan inspeksi terlihat dalam posisi datar dan dengan palpasi
teraba lebih besar dari Grade IB.
5. Grade III
Kelenjar Gondok cukup besar, dapat terlihat padajarak 6 meter atau lebih..

F. Upaya Pencegahan dan Penanggulangan GAKY


Upaya pencegahan dan penanggulangan GAKY, dapat dilakukan dengan
menggunakan garam beryodium dalam hidangan sehari-hari. Agar yodium yang
terkandung di dalam garam tidak hilang saat pemasakan, dianjurkan penambahan
dilakukan saat masakan sudah matang dan dalam keadaan dingin.
Upaya pencegahan dan penanggulangan dilakukan dengan: Monitoring garam setiap
Februari dan Agustus di tingkat masyarakat; Penyuluhan kesehatan terutama mengenai
GAKY, garam beryodium, bahan makanan yang banyak mengandung zat yodium yang
diperoleh dari makanan berasal dari laut dan bahan makanan goitrogenik (penghambat
penyerapan yodium) seperti kol, singkong, jagung, rebung dan ubi jalar; Pemberian kapsul
minyak yodium untuk setiap kasus yng ditemukan, ibu hamil dan Wanita Usia Subur;
Pemetaan GAKY sebagai upaya pelacakan kasus GAKY di tingkat masyarakat.
Sebagai upaya dari kegiatan tindak lanjut penanggulangan dan pencegahan GAKY
adalah dengan meningkatkan kerja sama dari berbagai sektor terkait, dalam melakukan
pemantauan mutu garam beryodium. Setiap upaya yahg ditujukan untuk kepentingan
masyarakat, akan lebih berhasil jika masyarakat secara aktif turut berperan serta.

G. Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Masalah GAKY


Faktor – Faktor yang berhubungan dengan masalah GAKI antara lain:
1. Faktor Defisiensi Iodium dan Iodium Excess
Defisiensi iodium merupakan sebab pokok terjadinya masalah GAKI. Hal ini
disebabkan karena kelenjar tiroid melakukan proses adaptasi fisiologis terhadap
kekurangan unsur iodium dalam makanan dan minuman yang dikonsumsinya
(Djokomoeldjanto, 1994).
Hal ini dibuktikan oleh Marine dan Kimbell (1921) dengan pemberian iodium pada
anak usia sekolah di Akron (Ohio) dapat menurunkan gradasi pembesaran kelenjar tiroid.
Temuan lain oleh Dunn dan Van der Haal (1990) di Desa Jixian, Propinsi Heilongjian
(Cina) dimana pemberian iodium antara tahun 1978 dan 1986 dapat menurunkan
prevalensi gondok secara drastic dari 80 % (1978) menjadi 4,5 % (1986).
Iodium Excess terjadi apabila iodium yang dikonsumsi cukup besar secara terus
menerus, seperti yang dialami oleh masyarakat di Hokaido (Jepang) yang mengkonsumsi
ganggang laut dalam jumlah yang besar. Bila iodium dikonsumsi dalam dosis tinggi akan
terjadi hambatan hormogenesis, khususnya iodinisasi tirosin dan proses coupling
(Djokomoeldjanto, 1994).
2. Faktor Geografis dan Non Geografis
Menurut Djokomoeldjanto (1994) bahwa GAKI sangat erat hubungannya dengan
letak geografis suatu daerah, karena pada umumnya masalah ini sering dijumpai di daerah
pegunungan seperti pegunungan Himalaya, Alpen, Andres dan di Indonesia gondok sering
dijumpai di pegunungan seperti Bukit Barisan Di Sumatera dan pegunungan Kapur
Selatan.
Daerah yang biasanya mendapat suplai makanannya dari daerah lain sebagai
penghasil pangan, seperti daerah pegunungan yang notabenenya merupakan daerah yang
miskin kadar iodium dalam air dan tanahnya. Dalam jangka waktu yang lama namun pasti
daerah tersebut akan mengalami defisiensi iodium atau daerah endemik iodium
(Soegianto, 1996 dalam Koeswo, 1997).
3. Faktor Bahan Pangan Goiterogenik
Kekurangan iodium merupakan penyebab utama terjadinya gondok, namun tidak
dapat dipungkiri bahwa faktor lain juga ikut berperan. Salah satunya adalah bahan
pangan yang bersifat goiterogenik (Djokomoeldjanto, 1974). Williams (1974) dari hasil
risetnya mengatakan bahwa zat goiterogenik dalam bahan makanan yang dimakan setiap
hari akan menyebabkan zat iodium dalam tubuh tidak berguna, karena zat goiterogenik
tersebut merintangi absorbsi dan metabolisme mineral iodium yang telah masuk ke dalam
tubuh.
Giterogenik adalah zat yang dapat menghambat pengambilan zat iodium oleh
kelenjar gondok, sehingga konsentrasi iodium dalam kelenjar menjadi rendah. Selain itu,
zat goiterogenik dapat menghambat perubahan iodium dari bentuk anorganik ke bentuk
organik sehingga pembentukan hormon tiroksin terhambat (Linder, 1992).
Menurut Chapman (1982) goitrogen alami ada dalam jenis pangan seperti kelompok
Sianida (daun + umbi singkong , gaplek, gadung, rebung, daun ketela, kecipir, dan terung)
; kelompok Mimosin (pete cina dan lamtoro) ; kelompok Isothiosianat (daun pepaya) dan
kelompok Asam (jeruk nipis, belimbing wuluh dan cuka).
4. Faktor Zat Gizi Lain
Defisiensi protein dapat berpengaruh terhadap berbagai tahap pembentukan hormon
dari kelenjar thyroid terutama tahap transportasi hormon. Baik T3 maupun T4 terikat oleh
protein dalam serum, hanya 0,3 % T4 dan 0,25 % T3 dalam keadaan bebas. Sehingga
defisiensi protein akan menyebabkan tingginya T3 dan T4 bebas, dengan adanya
mekanisme umpan balik pada TSH maka hormon dari kelenjar thyroid akhirnya menurun.

Anda mungkin juga menyukai