1. ENDOMETRIOSIS
A. Definisi
Endometriosis adalah keadaan ketika sel-sel endometrium yang seharusnya terdapat
hanya dalam uterus, tersebar juga ke dalam rongga pelvis
dari luar (Brunner & Suddarth, Keperawtan Medikal Bedah, 1556: 2002)
B. Faktor Risiko
- Wanita usia produktif (15 – 44 tahun)
- Wanita yang memiliki siklus menstruasi yang pendek (<27 hari)
- Menstruasi yang lama (>7 hari)
- Spotting sebelum menstruasi
- Peningkatan jumlah estrogen dalam darah
- Keturunan: memiliki ibu yang menderita penyakit yang sama.
- Memiliki saudara kembar yang menderita endometriosis
- Terpapar Toksin dari lingkungan, biasanya toksin yang berasal dari pestisida, pengolahan
kayu dan produk kertas, pembakaran sampah medis dan sampah-sampah perkotaan. (Scott, R
James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi. Widya Medica: Jakarta.)
C. Manifestasi Klinik
Pada umumnya wanita dengan endometriosis tidak memiliki gejala. Gejala pada
umumnya terjadi ketika menstruasi dan bertambah hebat setiap tahunnya karena pembesaran
daerah endometriosis. Gejala yang paling sering terjadi adalah nyeri panggul, dismenorea
(nyeri ketika menstruasi), dispareunia (nyeri ketika senggama), dan infertilitas (gangguan
kesuburan, tidak dapat memiliki anak).
Tanda dan gejala endometriosis antara lain:
1. Nyeri
a. Dismenore sekunder
b. Dismenore primer yang buruk
c. Dispareunia: Nyeri ovulasi
d. Nyeri pelvis terasa berat dan nyeri menyebar ke dalam paha, dan nyeri pada bagian abdomen
bawah selama siklus menstruasi.
e. Nyeri akibat latihan fisik atau selama dan setelah hubungan seksual
f. Nyeri pada saat pemeriksaan dalam oleh dokter
2. Perdarahan abnormal
a. Hipermenorea
b. Menoragia
c. Spotting sebelum menstruasi
d. Darah menstruasi yang bewarna gelap yang keluar sebelum menstruasi atau di akhir
menstruasi
e. Keluhan buang air besar dan buang air kecil
f. Nyeri sebelum, pada saat dan sesudah buang air besar
g. Darah pada feces
h. Diare, konstipasi dan kolik, (Scott, R James, dkk. 2002. Buku Saku Obstetri dan Gynekologi.
Widya Medica: Jakarta)
D. Penatalaksanaan
Terapi yang dilakukan ditujukan untuk membuang sebanyak mungkin jaringan
endometriosis, antara lain:
1. Pengobatan Hormonal
Pengobatan hormaonal dimaksudkan untuk menghentikan ovulasi, sehingga jaringan
endometriosis akan mengalami regresi dan mati. Obat-obatan ini bersifat pseudo-pregnansi
atau pseudo-menopause, yang digunakan adalah:
a. Derivat testosteron, seperti danazol, dimetriose
b. Progestrogen seperti provera, primolut
c. GnRH
d. Pil kontrasepsi kombinasi
2. Pembedahan
Bisa dilakukan secara laparoscopi atau laparotomi, tergantung luasnya invasi endometriosis.
E. Pencegahan
Lakukan pencegahan dengan pemeriksaan pada organ kewanitaan. Terutama jika dirasa
datang bulan mengalami masalah.
SARAF
EPILEPSI
a. Pengertian
Epilepsi berasal dari bahasa Yunani, Epilambanmein yang berarti serangan. Dahulu
masyarakat percaya bahwa epilepsi disebabkan oleh roh jahat dan dipercaya juga bahwa
epilepsi merupakan penyakit yang bersifat suci. Latar belakang munculnya mitos dan rasa
takut terhadap epilepsi berasal hal tersebut. Mitos tersebut mempengaruhi sikap masyarakat
dan menyulitkan upaya penanganan penderita epilepsi dalam kehidupan normal.Penyakit
tersebut sebenarnya sudah dikenal sejak tahun 2000 sebelum Masehi. Orang pertama yang
berhasil mengenal epilepsi sebagai gejala penyakit dan menganggap bahwa epilepsi
merupakan penyakit yang didasari oleh adanya gangguan di otak adalah Hipokrates. Epilepsi
merupakan kelainan neurologi yang dapat terjadi pada setiap orang di seluruh dunia.
e.Faktor Risiko
Gangguan stabilitas neuron – neuron otak yang dapat terjadi saat epilepsi, dapat terjadi saat :
Prenatal :
a. Umur ibu saat hamil terlalu muda (<20 tahun) atau terlalu tua (>35 tahun)
b. Kehamilan dengan eklamsia dan hipertensi
c. Kehamilan primipara atau multipara
d. Pemakaian bahan toksik
Natal :
a. Asfiksia
b. Bayi dengan berat badan lahir rendah (<2500 gram)
c. Kelahiran prematur atau postmatur
d. Partus lama
e. Persalinan dengan alat
Post natal :
a. Kejang demam
b. Trauma kepala
c. Infeksi SSP
d. Gangguan metabolik
i.Pertolongan Pertama
Tahap – tahap dalam pertolongan pertama saat kejang, antara lain :32
a. Jauhkan penderita dari benda - benda berbahaya (gunting, pulpen, kompor api, dan lain –
lain).
b. Jangan pernah meninggalkan penderita.
c. Berikan alas lembut di bawah kepala agar hentakan saat kejang tidak menimbulkan cedera
kepala dan kendorkan pakaian ketat atau kerah baju di lehernya agar pernapasan penderita
lancar (jika ada).
d. Miringkan tubuh penderita ke salah satu sisi supaya cairan dari mulut dapat mengalir
keluar dengan lancar dan menjaga aliran udara atau pernapasan.
e. Pada saat penderita mengalami kejang, jangan menahan gerakan penderita. Biarkan
gerakan penderita sampai kejang selesai.
f. Jangan masukkan benda apapun ke dalam mulut penderita, seperti memberi minum,
penahan lidah.
g. Setelah kejang selesai, tetaplah menemani penderita. Jangan meninggalkan penderita
sebelum kesadarannya pulih total, kemudian biarkan penderita beristirahat atau tidur.
1. KATARAK
A. Definisi
Katarak berasal dari bahasa yunani “kataarrhakies” yang berarti air terjun. Dalam
bahasa Indonesia, katarak disebut bular, yaitu penglihatan seperti tertutup air terjuan
akibat lensa yang keruh. Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat
terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat
keduanya.
Definisi katarak menurut WHO adalah kekeruhan yang terjadi pada lensa mata,
yang menghalangi sinar masuk ke dalam mata. Katarak terjadi karena faktor usia, namun
juga dapat terjadi pada anak-anak yang lahir dengan kondisi tersebut. Katarak juga dapat
terjadi setelah trauma, inflamasi atau penyakit lainnya.
B. Faktor Resiko
Faktor resiko terjadinya katarak sangat bervariasi bergantung dari proses
patogenesis. proses umur, genetik, makanan, Diabetes Melitus, radiasi ultra violet,
merokok merupakan faktor penyebab terjadinya Katarak. Katarak adalah penyakit
degeneratif yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik faktor intrinsik maupun faktor
ekstrinsik. Faktor intrinsik yang berpengaruh antara lain adalah umur, jenis kelamin dan
faktor genetik, sedangkan faktor ekstrinsik yang berpengaruh antara lain adalah
pendidikan dan pekerjaan yang berdampak langsung pada status sosial ekonomi dan
status kesehatan seseorang serta faktor lingkungan, dalam hubungannya dengan paparan
sinar ultraviolet.
1. Pekerjaan
Pekerjaan dalam hal ini erat kaitannya dengan paparan sinar matahari. Suatu
penelitian yang menilai secara individual, menunjukkan nelayan mempunyai jumlah
paparan terhadap sinar ultraviolet yang tinggi sehingga meningkatkan resiko
terjadinya katarak kortikal dan katarak posterior subkapsular.
2. Lingkungan (Geografis)
Katarak khususnya lebih banyak dijumpai di negara berkembang yang berlokasi di
khatulistiwa. Hampir semua studi epidemioologi melaporkan tingginya prevalensi
katarak di daerah yang banyak terkena sinar ultraviolet. Penduduk yang tinggal di
daerah berlainan tidak hanya berbeda dalam hal paparan sinar ultraviolet, tapi juga
dalam hal paparan oleh karena berbagai faktor lain. Ada suatu penelitian dari Nepal
dan Cina melaporkan variasi prevalensi penduduk yang tinggal di ketingian berbeda.
Dijumpai prevalensi katarak senilis yang lebih tinggi di Tibet yakni 60%
dibandingkan di Beijing.
3. Pendidikan
Dari beberapa pengamatan dan survei di masyarakat diperoleh prevalensi katarak
lebih tingi pada kelompok yang berpendidikan lebih rendah. Meskipun tidak
ditemukan hubungan langsung antara tingkat pendidikan dan kejadian katarak, namun
tingkat pendidikan dapat mempengaruhi status sosial ekonomi temasuk pekerjaan dan
status gizi.
4. Nutrisi
Walaupun defisiensi nutrisi dapat menyebabkan katarak pada hewan, tapi etiologi ini
sulit untuk dipastikan pada manusia. Beberapa penelitian mendapatkan bahwa
multivitamin, vitamin A, vitamin C, vitamin E, niasin, tiamin, riboflavin, beta
karoten, dan peningkatan protein mempunyai efek protektif terhadap perkembangan
katarak. Lutein dan zeaxantin adalah satu-satunya karotenoid yang dijumpai dalam
lensa manusia, dan penelitian terakhir menunjukkan adanya penurunan resiko katarak
dengan peningkatan frekuensi asupan makanan tinggi lutein (bayam, brokoli).
Dengan memakan bayam yang telah dimasak lebih dari dua kali dalam semingu dapat
menurunkan resiko katarak.
5. Merokok
Merokok dan mengunyah tembakau dapat menginduksi stress oksidatif dan
dihubungkan dengan penurunan kadar antioksidan, askorbat dan karetenoid. Merokok
menyebabkan penumpukan molekul berpigmen -3 hydroxykhynurine dan
chromophores, yang menyebabkan terjadinya penguningan warna lensa. Sianat dalam
rokok juga menyebabkan terjadinya karbamilasi dan denaturasi protein.
6. Diare
Dideskripsikan oleh Harding, diare berperan dalam kataraktogenesis melalui 4 cara
yaitu malnutrisi, asidosis, dehidrasi, dan tingginya kadar urea dalam darah.
7. Diabetes Mellitus
Diabetes mellitus dapat mempengaruhi kejernihan lensa, indeks refraksi, dan am
plitudo akomodatif. Dengan meningkatnya kadar gula darah, maka meningkat pula
kadar glukosa dalam akuos humor. Oleh karena glukosa dari akuos masuk ke dalam
lensa dengan cara difusi, maka kadar glukosa dalam lensa juga meningkat. Sebagian
glukosa tersebut dirubah oleh enzim aldose reduktase menjadi sorbitol, yang tidak
dimetabolisme tapi tetap berada dalam lensa
8. Alkohol
Peminum alkohol kronis mempunyai resiko tinggi terkena berbagai penyakit mata,
termasuk katarak. Dalam banyak penelitian alkohol berperan dalam terjadinya
katarak. Alkohol secara langsung bekerja pada protein lensa dan secara tidak langsung
dengan cara mempengaruhi penyerapan nutrisi penting pada lensa.
9. Obat-obatan
Data klinis dan laboratorium menunjukkan banyak obat yang mempunyai potensi
kataraktogenik. Obat-obatan yang meningkatkan resiko katarak adalah kortikosteroid,
fenotiazin, miotikum, kemoterapi, diuretik, obat penenang, obat rematik, dan lain-lain.
10. Gender
Tingginya resiko perempuan terkena katarak sebenarnya tidaklah terlalu besar tetapi
secara konsisten dijumpai dalam banyak penelitian-penelitian. Tinngginya prevalensi
pada perempuan terutama untuk resiko terjadinya katarak kortikal.
1. PENYAKIT HIPERTENSI
A. Pengertian Hipertensi
Hipertensi atau penyakit darah tinggi sebenarnya adalah suatu gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh
darah terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkan. Hipertensi sering kali
disebut sebagai pembunuh gelap (Silent Killer), karena termasuk penyakit yang
mematikan tanpa disertai pengan gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan
bagi korbannya (Lanny Sustrani, dkk, 2004).
B. Faktor Resiko Hipertensi
Hipertensi disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat dimodifikasi atau
dikendalikan serta faktor yang tidak dapat dimodifikasi.
1. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi atau dikendalikan
a. Genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan
keluarga tersebut mempunyai resiko menderita hipertensi. Individu dengan
orang tua hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk
menderita hipertensi daripada individu yang tidak mempunyai keluarga
dengan riwayat hipertensi.
b. Jenis Kelamin
Laki-laki mempunyai resiko lebih tinggi untuk menderita hipertensi
lebih awal. Laki-laki juga mempunyai resiko yang lebih besar terhadap
morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler. Sedangkan di atas umur 50
tahun hipertensi lebih banyak terjadi pada perempuan.
c. Etnis
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam daripada
yang berkulit putih. Belum diketahui secara pasti penyebabnya, namun
dalam orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan
sensitifitas terhadap vasopresin lebih besar.
d. Penyakit Ginjal
Ginjal mengendalikan tekanan darah melalui beberapa cara
Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran
garam dan air, yang akan menyebabkan berkurangnya volume
darah dan mengembalikan tekanan darah ke normal.
Jika tekanan darah menurun, ginjal akan mengurangi pembuangan
garam dan air, sehingga volume darah bertambah dan tekanan
darah kembali ke normal.
Ginjal juga bisa meningkatkan tekanan darah dengan menghasilkan
enzim yang disebut renin, yang memicu pembentukan hormon
angiotensi, yang selanjutnya akan memicu pelepasan hormon
aldosteron.
e. Obat-obatan
Penggunaan obat-obatan seperti beberapa obat hormon (Pil KB),
Kortikosteroid, Siklosporin, Eritropoietin, Kokain, dan Kayu manis (dalam
jumlah sangat besar), termasuk beberapa obat antiradang (anti-inflamasi)
secara terus menerus (sering) dapat meningkatkan tekanan darah
seseorang. Minuman yang mengandung alkohol juga termasuk salah satu
faktor yang dapat menimbulkan terjadinya tekanan darah tinggi.
a. Stress
b. Obesitas
Penelitian epidemiologi menyebutkan adanya hubungan antara berat
badan dengan tekanan darah baik pada pasien hipertensi maupun
normotensi. Pada populasi yang tidak ada peningkatan berat badan seiring
umur, tidak dijumpai peningkatan tekanan darah sesuai peningkatan umur.
Obesitas terutama pada tubuh bagian atas dengan peningkatan jumlah
lemak pada bagian perut.
c. Nutrisi
d. Merokok
e. Kurang olahraga
Gaya hidup yang tidak aktif (malas berolah raga) bisa memicu
terjadinya hipertensi pada orang-orang memiliki kepekaan yang
diturunkan.
C. Pencegahan
3. Kurangi lemak, lemak yang berlebih akan terkumpul di sekeliling pembuluh darah
dan menjadikannya tebal dan kaku
7. Konsumsi makanan sehat, rendah lemak, kaya vitamin dan mineral alami
8. Pencegahan primordial
9. Promosi kesehatan
10. Proteksi dini : kurangi garam sebagai salah satu faktor risiko
12. Pengobatan tepat : segera mendapatkan pengobatan komperhensif dan kausal awal
keluhan
13. Rehabilitasi : upaya perbaikan dampak lanjut hipertensi yang tidak bisa diobati.