1
Ni’matul Huda, Ilmu Negara, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm. 2
2
Ni’matul Huda, Ilmu Negara, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm. 84
3
Moh. Mahfud MD, Membangun Politik Hukum, Menegakkan Konstitusi,(Jakarta: Rajawali Pers,
2012) hlm. 215
b. Sistematika Norma sebagai Bentuk Hukum Positif
Dalam teori Kelsen sejak dimulaidari kelahiran hipotesi perdana
“initial hypothesis” yang disebut Grundnorm. Maka proses selanjutnya
pun berputarlah sudah. Yang disebut sebagai proses disini adalah proses
konkretisasi setapak demi setapak, mulai dari norma dasar itu dan
penerapannya terhadap situasi tertentu, proses ini melahirkan
Stufentheorie, yaitu yang melihat tata hukum sebagai suatu proses
menciptakan sendiri norma-norma , dari mulai norma-norma yang umum
sampai kepada yang lenih konkrit, sampai kepada yang paling konkrit.
Pada ujungterakhir proses ini, sanksi hukum lalu berupa izin yang
diberikan kepada seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau
memaksakan suatu tindakan. Dalam hal iniapa yang semula berupa
sesuatu yang “seharusnya”, kini telah menjadi sesuatu yang “boleh”dan
“dapat” dilakukan4
Hukum positif itu berangkat dari cita cita masyarakat kemudian
menjadi norma yang hidup dalam masyarakat. Dimana masyarakat
menginginkan cita-cita tersebut terwujud menjadi lebih konkrit dengan
dibuatnya norma tersebut menjadi norma hukum yang dapat dipraktikkan
didalam kehidupan bernegara.
Hukum yang baik adalah hukum yang benar-benar berasal dari cita-
cita masyarakatnya dan susuai dengan keadaan masyarakat dan ini akan
menghasilkan output hukum yang akan baik juga dimana masyarakatnya
menjadi masyarakat yang sadar akan hukum, dan terciptanya keadilan
Norma norma yang ada dimasyarakat itu dirangkum menjadi satu
maka terciptalah Grundnorm (norma dasar) dimana hukum positif itu
haruslah berdasarkan norma dasar ini dan tidak boleh bertentangan
dengan norma dasar ini karena norma dasar ini merupakan pedoman
dalam membuat kebijakan hukum.
2. Konsep Kekuasaan dalam Negara Tradisional dan Modern
a. Kekuasaan Negara Tradisional
Menurut Max Weber kekuasaan adalah kemampuan untuk, dalam
suatu hubungan sosial, melaksanakan kemauan sendiri sekalipun
mengalami perlawanan, dan apa pun dasar kemampuan ini. Menurut
Harold D Laswell dan Abraham Kaplan, kekuasaan adalah suatu
hubungan di mana seseorang atau sekelompok orang dapat menentukan
tindakan seseorang atau kelompok lain kearah tujuan dari pihak pertama5
Kekuasaan ini akan menjadi baik apabila dipegang oleh orang yang
baik, jika yang mengemban kekuasaan itu adalah orang tidak tepat maka
akan menghasilkan kekuasaan yang bersifat otoriter dan tidak sesuai
dengan kehendak masyarakatnya. Bentuk bentuk kekuasaan terus
berkembang sesuai dengan zamannya dan karena munculnya keinginan
masyarakatnya ingin merubah sistem kekuasaan karena masyarakat tidak
menginkan sistem kekuasaan tersebut
4
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006) hlm. 275
5
Ni’matul Huda, Ilmu Negara, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013) hlm. 107
Adapaun kekuasaan tradisional adalah pada mulanya yang
berkembang itu adalah kekuasaan ketuhanan Teokrasi dimana kekuasaan
itu bersumber dari Tuhan. Teori ini berkembang pada abad ke V hingga
abad XV. Didalam perkembangannya teori ini sangat erat hubungannya
dengan perkembangan agama baru yang ada pada saat itu, yaitu agama
Kristen, yang kemudian diorganisir dalam suatu organisasi keagamaan,
yaitu gereja, yang dikepalai oleh seorang Paus.6
Kemudian berkembang lagi teori alam dimana kekuasaan itu berasal
dari rakyat, kemudian kekuasaan yang ada pada rakyat ini diserahkan
kepada seseorang yang disebut raja, untuk menyelenggarakan
kepentingan masyarakat. Sistem kekuasaan seperti inilah disalahgunakan
oleh pemegang kekuasaan itu. Berikut pendapat aristoteles mengenai
bentuk negara yang ideal pada masanya dan bentuk penyimpangan
kekuasaannya.
Menurut Aristoteles ada 7 bentuk negara yang terbagi kedalam
bentuk ideal dan bentuk kemerosotan:
1. Monarchi adalah pemerintahan oleh satu orang guna kepentingan
seluruh rakyat. (Ideal)
2. Tirani adalah pemerintahan oleh satu orang untuk kepentingannya
sendiri. (Kemerosotan)
3. Aristokrasi adalah pemerintahan oleh sekelompok orang yaitu
para cendekiawan guna kepentingan seluruh rakyat. (Ideal)
4. Oligarchi adalah pemerintahan oleh sekelompok orang guna
kepentingan kelompok (golongan)nya sendiri. (Kemerosotan)
5. Plutokrasi adalah pemerintahan oleh sekelompok orang kaya
guna kepentingan orang-orang kaya.
6. Politiea adalah suatu pemerintahan oleh seluruh orang guna
kepentingan orang-orang kaya. (Ideal)
7. Demokrasi adalah pemerintahan dari orang orang yang tidak tahu
sama sekali tentang soal-soal pemerintahan
b. Kekuasaan Negara Modern
Kekuasaan negara modern adalah kekuasaan yang berlandaskan
hukum atau disebut juga negara hukum konsep ini sebenarnya sudah
muncul berabad-abad yang lalu pada masa filsuf Plato dan Aristoteles.
Tetapi berkembangnya pada abad ke XIX. Latar belakangnya
berkembang kembalinya ide ini adalah reaksi masyarakat terhadap
kesewenang-wenangan raja pada saat itu. Kesewenanf-wenangan itu
dapat dilihat pada pemerintahan kerajaan Louis di Prancis yang memicu
terjadinya Revousi Prancis.
Negara modern sekarang memiliki beberapa bentuk yaitu negara
kesatuan, federal dan, konfederasi. Kesatauan, didalam negara kesatuan,
pemerintah pusat menjalankan kedaulatan tertinggi negara agar tidak
sewenang-wenang, aktivitas pemerintah diawasi dan dibatasi oleh
undang undang. Negara kesatuan ini terbagi lagi menjadi dua yaitu
6
Soehino, Ilmu Negara, (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2005), hlm..152
negara kesatuan dengan sistem sentralisasi dan desentralisasi. Sentralisasi
adalah suatu sistem dimana semua kegiatan bernegara diatur oleh
pemerintah pusat. Sedangkan desentralisasi pemerintah daerah diberi
wewenang untuk mengurus daerahnya masing-masing tetapi tidak boeh
bertentangan dengan peraturanperundang-undangan yang lebih tinggi.
Federasi, ini merupakan negara yang terdiri atas negara-negara bagian.
Didalam negara federasi setiap negara bagiannya memiliki
konstitusinyamasing-masing. Konfederasi, negara konfederasi adalah
negara yang terdiri dari beberapa negara yang berdaulat penuh, bersatu
karena perjanjian internasional yang diakui dengan menyelenggarakan
beberapa alat perlengkapan tersendiri yang mempunyai kekuasaan
tertentu terhadap negara amggota konfederasi tetapi tidak terhadap warga
negara bagian itu.
3. Sistem Hukum
a. Definisi Sistem Hukum
Menurut Prof. Subekti, S.H, sistem adalah suatu susunan atau tataan
yang teratur, suatu keseluruhan yang terdiri atas bagian-bagian yang
berkaitan satu sama lain, tersusun menurut suatu rencana atau pola, hasil
dari suatu penulisan untuk mencapai suatu tujuan7. Jadi sistem itu adalah
komponen-komponen yang saling berkaitan dan berhubungan yang sudah
ditetapkan sebelumnya untuk mewujudkan apa yang sudah direncanakan
tersebut.
Sistem Hukum adalah suatu susunan atau tataan teratur dari aturan-
aturan hidup, keseluruhannya terdiri dari bagian-bagian yang berkaitan
satu sama lain. Sistem hukum ini saling berkaitan dan berhubungan
dimana telah direncanakan dan diwujudkan sebagai peraturan yang
berlaku untuk mewujudkan ketertiban, dan keadilan didalam kehidupan
bernegara. Sistem hukum harus memiliki sifat menyeluruh dan
berstruktur yang keseluruhan komponen-komponen bekerja sama dalam
hubungan fungsional8
9
R. Abdul Jamali, Pengantar Hukum Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers. 2016) hlm. 68
10
R. Abdul Jamali, Pengantar Hukum Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers. 2016) hlm. 71
11
Lysa Angrayni, Pengantar Ilmu Hukum, (Kalimedia: Yogyakarta, 2017) hlm 207
Hakimnya memutuskan suatu perkara berdasarkan apa yang
menjadi hukum islam. Adapun sumber hukum islam adalah yang paling
utama adalah Al-Quran dan Sunnah adapun sumber hukum islam yang
lain adalah yaitu ijtima’, dan qiyas.
1. Negara Hukum
Negara hukum adalah sebagai kesatuan hirarkis tatanan norma hukum
yang berpuncak pada konstitusi13. Didalam negara hukum yang memerintah
dalam suatu negara bukanlah manusia, melainkan hukum. Negara hukum
menghendaki adanya supremasi hukum (hukum adalah yang tertinggi).
Negara hukum yang berkembang pada saat ini adalah negara hukum
kemakmuran (welvarstaat). Tentu saja negara hukum ini tidak berkembang
begitu saja ada proses sebelumnya dimana awalnya ide negara hukum yang
berkembang adalah negara hukum liberal yang dikemukakan oleh Immanuel
Kant (1724-1804 SM) faham ini menentang kekuasaan raja yang sewenang-
wenang pada saat itu. Kemudian masyarakat tidak lagi ingin
mempertahankan negara hukum ini dipertahankan sehingga negara ikut
campur tangan oleh negara dalam urusan kepentingan rakyat tetapi memiiki
batasan-batasan yang ditentukan inilah yang dinamakan negara hukum
formal. Di dalam negara hukum formal negara hanya sebagai instrument of
power (instrumen kekuasaan). Kemudian berkembang lagi negara hukum
materiil merupakan awal mula dari negara hukum kemakmuran tetapi
negara hukum ini rentan dengan penyelewengan kekuasaan. Dan yang
berkembang sekarang adalah negara hukum kemakmuran dimana negara
12
Lysa Angrayni, Pengantar Ilmu Hukum, (Kalimedia: Yogyakarta, 2017) hlm 207
13
Muntoha, Demokrasi dan Negara Hukum, (Jurnal Hukum No.3 Vol. 16: Yogyakarta, 2009) hlm.
379
dipandang sebagai agency of service (pemberi pelayanan) kepada
masyarakat.
14
Ridwan HR, Hukum Administrasi negara, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2006) hlm.8
15
Suhayib, Studi Akhlak, (Yogyakarta: Kalimedia, 2016) hlm. 103
16
Adrianus M. Nggoro, Makna Negara Hukum dalam Perspektif Politik Hukum, (Semarang:
Jurnal Hukum Sahasen, Vol. 2 No.2, 2017), hlm. 30