Anda di halaman 1dari 7

B.

Negara dan Hukum, Organisasi (Konsep Kekuasaan), dan Sistem Hukum


1. Negara dan Hukum
a. Negara Modern dan Tradisional
Kata negara mempunyai dua arti. Pertama, negara adalah
masyarakat atau wilayah yang merupakan satu kesatuan politis. Kedua,
negara adalah lembaga pusat yang menjamin kesatuan politis itu, yang
menata dan dengan demikian menguasai wilayah itu1
Adapun pengertian negara pada masa sekarang adalah organisasi
yang memenuhi unsur-unsur negara yang dibentuk oleh hukum dan
dijalankan oleh hukum juga
Dari pengertian diatas negara yang pada mulanya hanya kesatuan
politis hingga negara itu dibentuk oleh hukum dan dijalankan oleh
hukum juga tentulah melalui proses yang panjang. Yang dulunya negara
itu bersifat Tradisional hingga menjadi negara Modern seperti sekarang.
Negara Tradisional, merupakan negara yang masih bersifat
sederhana dan pada negara tradisional banyak terjadi penyelewengan
kekuasaan. Tetapi bukan berarti semua negara tradisional itu negatif.
Contohnya negara yunani kuno mempunyai tipe sebagai negara kota atau
polis. Negara kota ini mempunyai wilayah sebesar kota yang dilingkari
oleh tembok-tembok yang merupakan benteng pertahanan kalau ada
serangan musuh dari luar. Penduduknya sedikit jumlahnya dan
pemerintahannya demokratis2. Sedangkan negara Timur Kuno adalah
negara Tiranie. Bahwa negara diperintah oleh raja-raja yang berkuasa
mutlak dan sewenang-wenang. Adapun negara Romawi Kuno negaranya
adalah Monarchi atau kerajaan. Pemerintahan ini didampingi oleh sebuah
badan perwakilan yang anggotanya dari kaum ningrat. Dan sudah ada
benih-benih demokrasi didalamnya
Negara Modern, adalah negara yang dibentuk dan dijalankan oleh
hukum. Dimana hukumnya mempunyai bentuk tertulis, berlaku secara
universal pada seluruh wilayah dan masyarakatnya, dan hukum
merupakan instrumen ysng dipakai untuk mewujudkan keputusan
keputusan politik masyarakatnya.
Proses pembentukan negara modern meruoakan bagian dari sejarah
diferensiasi kelembagaan, yang menunjukkan, bagaimana fungsi-fungsi
utama dalam masyarakat itu tampil kedepan sepanjang berlangsungnya
proses tersebut.3
Masyarakat tampil kedepan itulah wujud partisipasi masyarakat
didalam bernegara yang menunjukkan negara tersebut adalah negara
demokrasi dimana masyarakatnya ikut andil didalam membuat kebijakan
negara.

1
Ni’matul Huda, Ilmu Negara, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm. 2
2
Ni’matul Huda, Ilmu Negara, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), hlm. 84
3
Moh. Mahfud MD, Membangun Politik Hukum, Menegakkan Konstitusi,(Jakarta: Rajawali Pers,
2012) hlm. 215
b. Sistematika Norma sebagai Bentuk Hukum Positif
Dalam teori Kelsen sejak dimulaidari kelahiran hipotesi perdana
“initial hypothesis” yang disebut Grundnorm. Maka proses selanjutnya
pun berputarlah sudah. Yang disebut sebagai proses disini adalah proses
konkretisasi setapak demi setapak, mulai dari norma dasar itu dan
penerapannya terhadap situasi tertentu, proses ini melahirkan
Stufentheorie, yaitu yang melihat tata hukum sebagai suatu proses
menciptakan sendiri norma-norma , dari mulai norma-norma yang umum
sampai kepada yang lenih konkrit, sampai kepada yang paling konkrit.
Pada ujungterakhir proses ini, sanksi hukum lalu berupa izin yang
diberikan kepada seseorang untuk melakukan suatu tindakan atau
memaksakan suatu tindakan. Dalam hal iniapa yang semula berupa
sesuatu yang “seharusnya”, kini telah menjadi sesuatu yang “boleh”dan
“dapat” dilakukan4
Hukum positif itu berangkat dari cita cita masyarakat kemudian
menjadi norma yang hidup dalam masyarakat. Dimana masyarakat
menginginkan cita-cita tersebut terwujud menjadi lebih konkrit dengan
dibuatnya norma tersebut menjadi norma hukum yang dapat dipraktikkan
didalam kehidupan bernegara.
Hukum yang baik adalah hukum yang benar-benar berasal dari cita-
cita masyarakatnya dan susuai dengan keadaan masyarakat dan ini akan
menghasilkan output hukum yang akan baik juga dimana masyarakatnya
menjadi masyarakat yang sadar akan hukum, dan terciptanya keadilan
Norma norma yang ada dimasyarakat itu dirangkum menjadi satu
maka terciptalah Grundnorm (norma dasar) dimana hukum positif itu
haruslah berdasarkan norma dasar ini dan tidak boleh bertentangan
dengan norma dasar ini karena norma dasar ini merupakan pedoman
dalam membuat kebijakan hukum.
2. Konsep Kekuasaan dalam Negara Tradisional dan Modern
a. Kekuasaan Negara Tradisional
Menurut Max Weber kekuasaan adalah kemampuan untuk, dalam
suatu hubungan sosial, melaksanakan kemauan sendiri sekalipun
mengalami perlawanan, dan apa pun dasar kemampuan ini. Menurut
Harold D Laswell dan Abraham Kaplan, kekuasaan adalah suatu
hubungan di mana seseorang atau sekelompok orang dapat menentukan
tindakan seseorang atau kelompok lain kearah tujuan dari pihak pertama5
Kekuasaan ini akan menjadi baik apabila dipegang oleh orang yang
baik, jika yang mengemban kekuasaan itu adalah orang tidak tepat maka
akan menghasilkan kekuasaan yang bersifat otoriter dan tidak sesuai
dengan kehendak masyarakatnya. Bentuk bentuk kekuasaan terus
berkembang sesuai dengan zamannya dan karena munculnya keinginan
masyarakatnya ingin merubah sistem kekuasaan karena masyarakat tidak
menginkan sistem kekuasaan tersebut

4
Satjipto Rahardjo, Ilmu Hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006) hlm. 275
5
Ni’matul Huda, Ilmu Negara, (Jakarta: Rajawali Pers, 2013) hlm. 107
Adapaun kekuasaan tradisional adalah pada mulanya yang
berkembang itu adalah kekuasaan ketuhanan Teokrasi dimana kekuasaan
itu bersumber dari Tuhan. Teori ini berkembang pada abad ke V hingga
abad XV. Didalam perkembangannya teori ini sangat erat hubungannya
dengan perkembangan agama baru yang ada pada saat itu, yaitu agama
Kristen, yang kemudian diorganisir dalam suatu organisasi keagamaan,
yaitu gereja, yang dikepalai oleh seorang Paus.6
Kemudian berkembang lagi teori alam dimana kekuasaan itu berasal
dari rakyat, kemudian kekuasaan yang ada pada rakyat ini diserahkan
kepada seseorang yang disebut raja, untuk menyelenggarakan
kepentingan masyarakat. Sistem kekuasaan seperti inilah disalahgunakan
oleh pemegang kekuasaan itu. Berikut pendapat aristoteles mengenai
bentuk negara yang ideal pada masanya dan bentuk penyimpangan
kekuasaannya.
Menurut Aristoteles ada 7 bentuk negara yang terbagi kedalam
bentuk ideal dan bentuk kemerosotan:
1. Monarchi adalah pemerintahan oleh satu orang guna kepentingan
seluruh rakyat. (Ideal)
2. Tirani adalah pemerintahan oleh satu orang untuk kepentingannya
sendiri. (Kemerosotan)
3. Aristokrasi adalah pemerintahan oleh sekelompok orang yaitu
para cendekiawan guna kepentingan seluruh rakyat. (Ideal)
4. Oligarchi adalah pemerintahan oleh sekelompok orang guna
kepentingan kelompok (golongan)nya sendiri. (Kemerosotan)
5. Plutokrasi adalah pemerintahan oleh sekelompok orang kaya
guna kepentingan orang-orang kaya.
6. Politiea adalah suatu pemerintahan oleh seluruh orang guna
kepentingan orang-orang kaya. (Ideal)
7. Demokrasi adalah pemerintahan dari orang orang yang tidak tahu
sama sekali tentang soal-soal pemerintahan
b. Kekuasaan Negara Modern
Kekuasaan negara modern adalah kekuasaan yang berlandaskan
hukum atau disebut juga negara hukum konsep ini sebenarnya sudah
muncul berabad-abad yang lalu pada masa filsuf Plato dan Aristoteles.
Tetapi berkembangnya pada abad ke XIX. Latar belakangnya
berkembang kembalinya ide ini adalah reaksi masyarakat terhadap
kesewenang-wenangan raja pada saat itu. Kesewenanf-wenangan itu
dapat dilihat pada pemerintahan kerajaan Louis di Prancis yang memicu
terjadinya Revousi Prancis.
Negara modern sekarang memiliki beberapa bentuk yaitu negara
kesatuan, federal dan, konfederasi. Kesatauan, didalam negara kesatuan,
pemerintah pusat menjalankan kedaulatan tertinggi negara agar tidak
sewenang-wenang, aktivitas pemerintah diawasi dan dibatasi oleh
undang undang. Negara kesatuan ini terbagi lagi menjadi dua yaitu

6
Soehino, Ilmu Negara, (Yogyakarta: Liberty Yogyakarta, 2005), hlm..152
negara kesatuan dengan sistem sentralisasi dan desentralisasi. Sentralisasi
adalah suatu sistem dimana semua kegiatan bernegara diatur oleh
pemerintah pusat. Sedangkan desentralisasi pemerintah daerah diberi
wewenang untuk mengurus daerahnya masing-masing tetapi tidak boeh
bertentangan dengan peraturanperundang-undangan yang lebih tinggi.
Federasi, ini merupakan negara yang terdiri atas negara-negara bagian.
Didalam negara federasi setiap negara bagiannya memiliki
konstitusinyamasing-masing. Konfederasi, negara konfederasi adalah
negara yang terdiri dari beberapa negara yang berdaulat penuh, bersatu
karena perjanjian internasional yang diakui dengan menyelenggarakan
beberapa alat perlengkapan tersendiri yang mempunyai kekuasaan
tertentu terhadap negara amggota konfederasi tetapi tidak terhadap warga
negara bagian itu.

3. Sistem Hukum
a. Definisi Sistem Hukum
Menurut Prof. Subekti, S.H, sistem adalah suatu susunan atau tataan
yang teratur, suatu keseluruhan yang terdiri atas bagian-bagian yang
berkaitan satu sama lain, tersusun menurut suatu rencana atau pola, hasil
dari suatu penulisan untuk mencapai suatu tujuan7. Jadi sistem itu adalah
komponen-komponen yang saling berkaitan dan berhubungan yang sudah
ditetapkan sebelumnya untuk mewujudkan apa yang sudah direncanakan
tersebut.
Sistem Hukum adalah suatu susunan atau tataan teratur dari aturan-
aturan hidup, keseluruhannya terdiri dari bagian-bagian yang berkaitan
satu sama lain. Sistem hukum ini saling berkaitan dan berhubungan
dimana telah direncanakan dan diwujudkan sebagai peraturan yang
berlaku untuk mewujudkan ketertiban, dan keadilan didalam kehidupan
bernegara. Sistem hukum harus memiliki sifat menyeluruh dan
berstruktur yang keseluruhan komponen-komponen bekerja sama dalam
hubungan fungsional8

b. Sistem Hukum Dunia


1. Sistem Hukum Eropa Kontinental
Sistem hukum ini bermula dari kodofikasi hukum yang berlaku di
Kekaisaran Romawi pada masa pemerintahan Kaisar Justinianus abad
VI sebelum masehi. Peraturan-peraturan hukumnya merupakan
kumpulan dari pelbagai kaidah hukum yang ada sebelum masa
Justinianus yang kemudian disebut “Corpus Juris Civilis”.
Ciri utama sistem hukum eropa kontinental adalah, peraturan
hukumnya dikodifikasikan dan tersusun secara sistematis dimana di
dalam memutuskan suatu perkara hukum haruslah ada aturan yang
7
R. Abdul Jamali, Pengantar Hukum Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers. 2016) hlm. 67
8
R. Abdul Jamali, Pengantar Hukum Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers. 2016) hlm. 68
mengatur hukum tersebut. Tujuan dikodifikasikannya peraturan hukum
ini adalah salah satu untuk mewujudkan tujuan hukum yaitu kepastian
hukum. Dimana ini kan terwujud apabila ada hukum tertulis.
Hakim pada negara eropa kontinental hanya berfungsi menetapkan
dan menafsirkan peraturan peraturan dalam batas-batas wewenangnya.
Putusan Hakim dalam suatu perkara hanya mengikat para pihak yang
berpekara saja9
Sumber hukum eropa kontinental adalah “undang-undang”.
Pembagian hukum di negara hukum eropa kontinental terbagi menjadi
dua yaitu hukum publik dan hukum privat. Hukum Publik mencakup
peraturan-peraturan hukum yang mengatur wewenang kekuasaan dan
wewenang penguasa/negara serta hubungan-hubungan antara
masyarakat dan negara. Sedangkan Hukum Privat adalah peraturan-
peraturan hukum yang mengatur tentang hubungan antara individu-
individu dalam memenuhi kebutuhan hidup demi hidupnya.

2. Sistem Hukum Anglo Saxon


Anglo Saxon atau Anglo Amerika awalnya berkembang di Inggris
pada abad XI. Pada masa sekarang Sistem Hukum ini berkembang di
negara-negara Amerika Utara, Kanada, Inggris, negara-negara
persemakmuran Inggris, dan Australia
Ciri utama sistem hukum Anglo Saxon adalah sistem hukum ini
dikenal dengan sebutan sistem Common Law atau Unwritten Law
(hukum tidak tertulis)
Hakim pada negara dengan sistem Anglo Saxon hakim tidak hanya
berfungsi sebagai petugas yang menetapkan dan menafsirkan hukum
saja. Hakim juga memiliki peran besar dalam membantuk seluruh tata
kehidupan masyarakat. Hakim mempunyai wewenang yang sangat luas
untuk menafsirkan hukum yang berlaku
Sumber hukum dalam sistem Anglo Amerika ialah “putusan-
putusan hakim/pengadilan” (Judicial Decisions). Melalui putusan-
putusan hakim yang mewujudkan kepastian hukum, prinsip-prinsip dan
kaidah-kaidah hukum dibentuk dan menjadi kaidah yang mengikat
umum10

3. Sistem Hukum Islam


Sistem hukum selanjutnya yang ada dunia adalah sistem hukum
islam. Sistem hukum ini banyak dianut di negara-negara timur tengah
salah satunya Arab Saudi.
Ciri utama sistem hukum ini adalah biasanya disebut hukum
syariah yakni merupakan hukum Allah SWT yang bersifat qath’i
(absolut) atau mutlak.11

9
R. Abdul Jamali, Pengantar Hukum Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers. 2016) hlm. 68
10
R. Abdul Jamali, Pengantar Hukum Indonesia, (Jakarta: Rajawali Pers. 2016) hlm. 71
11
Lysa Angrayni, Pengantar Ilmu Hukum, (Kalimedia: Yogyakarta, 2017) hlm 207
Hakimnya memutuskan suatu perkara berdasarkan apa yang
menjadi hukum islam. Adapun sumber hukum islam adalah yang paling
utama adalah Al-Quran dan Sunnah adapun sumber hukum islam yang
lain adalah yaitu ijtima’, dan qiyas.

4. Sistem Hukum Adat


Hukum adat adalah sistem hukum yang dikenal dalam lingkungan
kehidupan sosial di Indonesia dan Negara-negara Asia lainnya seperti
Jepang, Korea, India, dan Tiongkok12. Hukum adat iru asli bersumber
dari masyarakatnya.
Ciri utama hukum adat ini adalah hukumnya bersumber langsung
dari masyarakatnya dan tidak tertulis. yang telah dijalankan secara turun
temurun dan hanya berlaku untuk masyarakat hukum adat tersebut
Hakim didalam hukumm adat dipegang langsung oleh kepala adat
diaman nanti masalahnya akan diselesaikan di balai adat dan diputuskan
berdasarkan hukum adat yang berlaku dan menggunakan musyawarah
mufakat didalam memutuskannya
Sumber hukum adat adalah peraturan-peraturan hukum tidak
tertulis yang tumbuh dan berkembangserta dipertahankan dengan
kesadaran hukum masyarakatnya.

C. Negara Hukum, Demokrasi, dan Politik Hukum

1. Negara Hukum
Negara hukum adalah sebagai kesatuan hirarkis tatanan norma hukum
yang berpuncak pada konstitusi13. Didalam negara hukum yang memerintah
dalam suatu negara bukanlah manusia, melainkan hukum. Negara hukum
menghendaki adanya supremasi hukum (hukum adalah yang tertinggi).
Negara hukum yang berkembang pada saat ini adalah negara hukum
kemakmuran (welvarstaat). Tentu saja negara hukum ini tidak berkembang
begitu saja ada proses sebelumnya dimana awalnya ide negara hukum yang
berkembang adalah negara hukum liberal yang dikemukakan oleh Immanuel
Kant (1724-1804 SM) faham ini menentang kekuasaan raja yang sewenang-
wenang pada saat itu. Kemudian masyarakat tidak lagi ingin
mempertahankan negara hukum ini dipertahankan sehingga negara ikut
campur tangan oleh negara dalam urusan kepentingan rakyat tetapi memiiki
batasan-batasan yang ditentukan inilah yang dinamakan negara hukum
formal. Di dalam negara hukum formal negara hanya sebagai instrument of
power (instrumen kekuasaan). Kemudian berkembang lagi negara hukum
materiil merupakan awal mula dari negara hukum kemakmuran tetapi
negara hukum ini rentan dengan penyelewengan kekuasaan. Dan yang
berkembang sekarang adalah negara hukum kemakmuran dimana negara

12
Lysa Angrayni, Pengantar Ilmu Hukum, (Kalimedia: Yogyakarta, 2017) hlm 207
13
Muntoha, Demokrasi dan Negara Hukum, (Jurnal Hukum No.3 Vol. 16: Yogyakarta, 2009) hlm.
379
dipandang sebagai agency of service (pemberi pelayanan) kepada
masyarakat.

2. Negara Hukum dan Demokrasi


Terdapat korelasi yang jelas anatara egara hukum yang bertumbu pada
konstitusi dan peraturan perundang-undangan, dengan kedaulatan rakyat,
yang dijalankan melalui sistem demokrasi.14 Hubungan negara hukum
dengan demokrasi itu tidak dapat dipisahkan. Dalam sistem demokrasi,
penyelenggaraan negara itu harus bertumpu pada partisipasi dankepentingan
rakyat. Implementasi negara hukum itu harus ditopang dengan sistem
demokrasi. Demokrasi tanpa pengaturan hukum akan kehilangan bentuk dan
arah, sedangkan hukum tanpa demokrasi akan kehilangan makna.
Negara hukum dan demokrasi adalah dua komponen yang saling
berkaitan dimana keterkaitannya berupa kekuasaan menjalankan
pemerintahan negara. Peran demokrasi pada negara hukum adalah sebagai
landasan didalam menjalankan kekuasaan berdasarkan prinsip persamaan
dan kesederajatan manusia. Pada Negara Hukum dengan demokrasi dapat
menjamin kedaulatan rakyat untuk ikut serta dalam proses pengambilan
keputusan, sehingga setiap peraturan perundang-undangan yang diterapkan
dan ditegakkan benar-benar mencerminkan perasaan keadilan masyarakat.
Di dalam negara hukum pasti memiliki konstitusi dimana konstitusi itu
merupakan kristalisasi dari cita-cita masyarakat hukum itu sendiri ini
merupakan salah satu wujud dari demokrasi karena ada kontrak sosial antara
pemilik kekuasaan denga masyarakatnya didalam merumuskan peraturan.
3. Negara Hukum dan Politik
Menurut Abdu l Mu;in Salim menjelaskan bahwa kata politik berasal
dari kata politics (Inggris)yang menunjukkan sifat pribadi dan perbuatan.
Secara leksikal kata asal tersebut berarti acting or judging wisely (mengatur
dengan bijak), well judged (perlakuan yang baik), prudent (bijaksana).15
Politik hukum adalah legal policy atau garis kebijakan resmi tentang
hukum yang akan diberlakukan baik dalam perbuatan hukumyang akan
diberlakukan baik dalam pembuatan hukum baru maupun penggantian
hukum lama, dalam rangka mencapai tujuan negara16
Jadi hubungan negara hukum dengan politik hukum adalah negara
hukum adalah negara yang berlandaskan hukum dimana juga
menjalankannya juga berdasarkan hukum. Sedangkan politik itu adalah
suatu cara untuk mewujudkan tujuan negara. Didalam negara tentu banyak
unsur kepentingan di dalamnya disinilah peran politik yaitu sebagai cara
untuk mewujudkan kepentingan tersebut. Dengan cara membuat peraturan-
peraturan yang sah didalam negara hukum. Negara hukum memmerlukan
hukum, hukum merupakan salah satu produk dari politik. Jadi analoginya
politik itu prosesnya dan hukum itu adalah hasilnya.

14
Ridwan HR, Hukum Administrasi negara, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 2006) hlm.8
15
Suhayib, Studi Akhlak, (Yogyakarta: Kalimedia, 2016) hlm. 103
16
Adrianus M. Nggoro, Makna Negara Hukum dalam Perspektif Politik Hukum, (Semarang:
Jurnal Hukum Sahasen, Vol. 2 No.2, 2017), hlm. 30

Anda mungkin juga menyukai