Anda di halaman 1dari 6

Nama : Nelly Alwiah

Kelas : Akuntansi A Semester 7


Nim : 90400116010
Tugas : Akuntansi Topik Khusus

KASUS PENYIMPANGAN PT. BUMI RESOURCES

Dari kasus yang mencuat pada tahun 2010-2011, PT Bumi Resources


merupakan salah satu dari tiga perusahaan Grup Bakrie yang telah lalai membayar
pajak sebesar Rp 376 miliar, dari total ketiga perusahaan sebesar Rp 2,1 triliun. Kasus
ini kembali ramai di bicarakan publik terkait pengakuan Gayus H. Tambunan
tersangka korupsi pencucian uang di tiga perusahaan Grup Bakrie yang di duga
menyetor US$7 juta atau sekitar Rp 65 miliar untuk membereskan persoalan
tunggangan pajak mereka. Tunggakan pajak ini terjadi pada tahun 2007 silam. Hal-hal
yang mempengaruhi harga saham PT Bumi Resources.
Ada beberapa faktor yang disinyalir mempengaruhi harga saham PT Bumi
Resources pada tahun 2007. Bisnis Bakrie mulai terasa ketika masuk kesektor
pertambangan. Pada Oktober 2001, Bakrie lewat Bumi Resources membeli saham
Arutmin Indonesia dari BHP Biliton Australia. Lalu, Oktober 2003, Bumi
mengakuisisi KPC (Kaltim Prima Coal) dari BP dan Rio Tinto. Pembelian saham itu
sangat menguntungkan buat Bakrie. Pada Maret 2006, Bumi mengantongi pendapatan
3,2 miliar dolar AS dari penjualan saham Arutmin, KPC dan Indocoal. Dari transaksi
itu, Bumi memiliki kekuatan untuk ekspansi kebidang energi migas. Jatuhnya
performa BUMI pada semester I/2012. Faktor pertama adalah tergerusnya marjin laba
BUMI yang diakibatkan melonjaknya biaya produksi/ton sebesar 9,2% dan tidak
diimbangi naiknya harga jual. Hal ini terjadi diseluruh perusahaan batubara di
Indonesia, karena memburuknya harga batubara dunia.
Faktor lainnya adalah tingginya beban keuangan yang harus dibayar serta
kerugian atas transaksi derivative. Laporan keuangan BUMI mencatat, jumlah beban
yang harus dibayar lebih tinggi dari laba usaha nya sendiri. Hal ini tentunya
memperlihatkan buruknya kemampuan membayar utang (solvabilitas) BUMI dalam
membayar utang-utangnya. Jika terus seperti ini BEI akan mengeluarkan tindakan
Autorejection. Auto Rejection merupakan penghentian otomatis harga saham akibat
kenaikan atau penurunan yang signifikan.
Pada tahun 2007 Bursa Efek Indonesia (BEI) telah mengirimkan surat
pertanyaan kedua kepada PT Bumi Resources Tbk (BUMI), terkait informasi atas
akuisisi tiga perusahaan yang baru dilakukan. BEI menganggap surat balasan BUMI
yang pertama, belum memberikan jawaban yang diperlukan. Dalam surat tersebut,
BEI mempertanyakan mengenai alasan pembatalan Rapat Umum Pemegang Saham
Luar Biasa (RUPSLB) yang semula direncanakan pada 26 Februari 2009. BEI juga
masih belum mendapatkan jawaban mengenai valuation report dari transaksi akuisisi
yang telah dilakukan.
Selain itu, BEI juga menanyakan sejumlah hal yang belum dijawab secara
jelas pada surat balasan pertama BUMI.Sedangkan mengenai jawaban dari BUMI
mengenai apakah transaksi yang dilakukan itu materi alat atau tidak, Eddy tidak bisa
berkomentar. Sebab, saat ini pihak Badan Pengawas Pasar Modal – Lembaga
Keuangan (Bapepam-LK) tengah melakukan penyeklidikan mengenai transaksi
itu.“Itu kita serahkan ke Bapepam,”jelasnya.Sri Mulyani menambahkan, rapat
konsultasi bersama DPR nanti juga akan digunakan untuk meminta persetujuan DPR-
RI mengenai penggunaan Sisa lLebih Penggunaan Anggaran (SIlLPA) 2008 sebesar
Rp51,3 triliun.
Pada saat ini, santer beredar rumor di kalangan pasar modal mengenai PT
Bumi Resources Tbk (BUMI). Yakni, pemerintah akan memberikan bailout alias dana
talangan kepada BUMI yang saat ini memiliki masalah segudang yang belum
terselesaikan. Pertama, BUMI memiliki utang yang cukup besar sehingga banyak
pihak yang pesimistis akan kemampuan perusahaan batubara ini dalam
menyelesaikan kewajibannya. Total pinjaman BUMI per Juni 2012 adalah US$
3.789,63 juta.Kedua, beberapa waktu lalu, BUMI dituding melakukan penyelewengan
dana oleh Bumi Plc. Bumi Plc menegaskan akan melakukan investigasi yang berfokus
pada dana pengembangan yang besar di BUMI dan aset di PT Berau Coal Energy Tbk
(BRAU), yang semua dihapuskan nilainya menjadi nol dalam akun Bumi Plc per 31
Desember 2011, kecuali investasi US$ 39 juta di laporan keuangan
konsolidasi.Ketiga, setelah dituding melakukan penyelewengan dana oleh Bumi Plc,
outlook peringkat utang BUMI diturunkan oleh sejumlah perusahaan pemeringkat
internasional. Mereka adalah Moody's Investor Service dan Standard & Poor's.
Pemangkasan outlook peringkat utang tentunya akan berdampak pada upaya BUMI
untuk mendapatkan akses ke pasar modal. Di mana investor mempertanyakan
kemampuan perusahaan batubara ini dalam mengembalikan pinjamannya.
Banyaknya permasalahan itu yang kemudian memicu mencuatnya rumor
bailout tersebut. Saat ini, BUMI merupakan salah satu perusahaan batubara terbesar di
Indonesia. Berdasarkan data RTI pada hari ini, nilai kapitalisasi BUMI mencapai Rp
14,125 triliun dan menduduki posisi ke 55 di Bursa Efek Indonesia.
Pertanyaan yang mengemuka saat ini adalah apakah layak BUMI
mendapatkan bailout? Kepala Riset Universal Broker Satrio Utomo menjelaskan,
bailout merupakan usaha penyelamatan yang kalau tidak dilakukan dampaknya bisa
sistematis atau sangat besar terhadap negara.
Namun, Satrio menilai, BUMI tidak layak mendapatkan bailout dari
pemerintah. Dia sangat menyayangkan jika dana pemerintah yang bersumber dari
pajak masyarakat digunakan untuk menyelamatkan BUMI. Sebab, ia menilai, good
corporate governance (GCG) BUMI tergolong jelek. Pembayaran utang anak usaha
grup Bakrie ini sejak 2008 kerap mengalami rescheduling. Sementara itu, pendapatan
yang diperoleh perseroan bukannya dipakai untuk melunasi utang malah
diinvestasikan lagi dengan bunga yang lebih kecil dibandingkan utangnya.
ANALISIS PADA KASUS PT. BUMI RESOURCES

Di lihat dari artikel di atas bahwa PT. Bumi mempunyai banyak masalah
diantaranya mengenai masalah tunggakan pajak yang kasusnya mulai ramai ketika
tertangkapnya Gayus
H. Tambunan tersangka korupsi pencucian uang di tiga perusahaan Grup Bakrie yang
di duga menyetor US$7 juta atau sekitar Rp 65 miliar untuk membereskan persoalan
tunggangan pajak mereka., harga saham yang selalu menurun dan masalah pelunasan
hutang. Jika PT. Bumi tidak melunasi hutangnya maka dampaknya perusahaannya
akan bangkrut dan akan mempengaruhi perekonomian negara sehingga pemerintah
memutuskan melakukan bailout, saya sependapat dengan Kepala Riset Universal
Broker Satrio Utomo bahwa pemerintah tidak pantas melakukan bailout karena
perusahaan itu sebenarnya bisa membayar hutangnya secara di angsur karena di lihat
dari pendapatannya yang besar. Ini terjadi karena manajemen tidak baik menjalankan
perusahaannya (Good Corporate Governance) karena penghasilan yang mereka
dapatkan malah untuk investasi lain bukan untuk membayar hutangnya. Dikaitkan
dengan prinsip Good Corporate Governance (GCG) PT.Bumi melakukan pelanggaran
antara lain:

1. Transparency (keterbukaan)
Berdasarkan kasus diatas PT. Bumi tidak melakukan prinsip keterbukaan
terlihat dari PT. Bumi tidak menyampaikan informasi yang sebenarnya kepada semua
stekholder terutama pemerintah, Hal ini terlihat ketidaktahuan semua kegiatan/operasi
yang dilakukan PT. Bumi. Jika pemerintah mengetahui kegiatan operasi PT. Bumi
yang memperoleh penghasilan yang terbilang besar dan dapat dijadikan sebagai
pelunas hutangnya, maka pemerintah tidak akan melakukan bailout.
Kemungkinan penyalahgunaan penghasilan yang dijadikan investasi pada
perusahaan lain dengan bunga yang lebih kecil di bawah bunga hutang PT. Bumi.
Tanpa persetujuan semua pihak atau kemungkinan terjadi penutupan informasi
tersebut.
Selain itu PT. Bumi juga tidak mengungkapkan bahwa perusahaannya telah
melakukan akuisisi dengan perusahaan lain, sampai pihak pemerintah mengirimkan
surat untuk menanyakan kebenaran terhadap PT. Bumi bahwa perusahaan tersebut
apakah telah melakukan akuisisi atau tidak.
2. Accountability (Akuntanbilitas)
Kejelasan atas kegiatan perusahaan di PT Bumi kurang baik karena pihak
manajemen terkesan menutupi/memanipulasi pendapatan PT. Bumi yang sebenarnya
pendapatannya sangat besar, ini dilakukan PT. Bumi hanya untuk memperoleh dana
dari pemerintah/bailout padahal sebenarnya dilihat dari pendapatan PT. Bumi yang
besar sangat bisa membayar hutangnya tersebut. Sehingga terjadi penyelewengan
dana yang didapat dari pemerintah/bailout, meskipun dana tersebut memang
digunakan untuk melunasi hutangnya. Akan tetapi itu hanya merugikan pemerintah
saja karena sebenarnya dana dari pemerintah tersebut tidak diperlukan karena
sebenarnya PT. Bumi mampu melunasi hutangnya darikeuntungan mereka sendiri,
tentu hal ini sangat merugikan pihak pemerintah karena dana tersebut merupakan
dana yang diperoleh dari pajak/masyarakat.
3. Responsibility (Tanggung Jawab)
PT. Bumi telah melanggar prinsip good corporate governance (GCG) karena
mereka telah lalai membayar utang pajak kepada pemerintah bahkan sampai
menumpuk, diindikasikan bahwa pihak manajemennya telah melakukan kelalaian
terhadapa pembayaran pajak kepada pemerintah. Selain kelalaian dalam pembayaran
pajak, terjadi juga kasus pencucian uang pada PT. Bumi. kasus pencucian uang ini
dilakukan oleh pihak akuntan, PT. Bumi juga telah melanggar perjanjian pembayaran
hutang, bahkan sampai jatuh tempo.

4. Independence (Independensi)
PT. Bumi tidak menjalankan usahanya secara independen karena terlihat
adanya kepentingan yang lain/pribadi yang menyebabkan PT. Bumi mengalami
kegiatan operasi yang tidak berjalan dengan baik, terlihat adanya kepentingan dimana
seharusnya pendapatan dari kegiatan operasi PT. Bumi bisa melunasi hutang malah
untuk dijadikan modal investasi, ditambah lagi adanya pemberian dana bailout dari
pemerintah untuk membantu PT. Bumi untuk melunasi hutangnya.

Anda mungkin juga menyukai