Anda di halaman 1dari 27

TUGAS KMB I

TENTANG ASUHAN KEPERAWATAN


ASMA BRONKHIAL

DOSEN PEMBIMBING :

DISUSUN OLEH : KELOMPOK IX

ANGGOTA :

1. INDAH BUDI YANTI

2.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga makalah ini dapat
tersusun hingga selesai .
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan
dan pengalaman bagi kami para mahasiswa . Untuk ke depannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih
baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami


yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami
sangat mengharapkan saran dan kritik bagi para membaca.

Padang, September 2018

Kelompok IX
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .......................................................................................... ..... i


KATA PENGANTAR ........................................................................................ ....ii
DAFTAR ISI....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Masalah
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definis asma bronchial
2.2 Etiologi asma bronchial
2.3 Manifestasi klinis
2.4Anatomi dan fisiologi
2.5Klasifikasi
2.6 Patofisiologi
2.7 WOC
2.8Penalaksanakan
2.9 Komplikasi
2.10 Askep Teoritis
BAB III PENUTUP
3.1 Simpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Asma bronkial merupakan kelainan saluran napas kronik yang merupakan salah
satu masalah kesehatan masyarakat di dunia. Penyakit ini dapat terjadi
pada berbagai usia, baik laki-laki maupun perempuan.
Asma bronkial merupakan salah satu penyakit alergi dan masih menjadi masalah
kesehatan baik di negara maju maupun di negara berkembang. Prevalensi dan angka
rawat inap penyakit asma bronkial di negara maju dari tahun ke tahun cenderung
meningkat.
Tahun 2009 tercatat penderita asma bronkial di seluruh dunia mencapai 300 juta
orang. Jumlah tersebut diduga akan terus bertambah setiap tahunnya. Prevalensi asma
bronkial di seluruh dunia adalah sebesar 8-10% pada anak dan 3-5% pada dewasa,
dan dalam sepuluh tahun terakhir ini meningkat sebesar 50%. Di Indonesia
diperkirakan 10% penduduknya menderita asma bronkial, sedangkan prevalensi asma
bronkial di Semarang mencapai 5,5%.
Hasil penelitian pada anak sekolah usia 13-14 tahun dengan menggunakan kuesioner
ISAAC (International Study on Asthma and Allergy in Children) tahun 1995
melaporkan prevalensi asma sebesar 2,1%, sedangkan pada tahun 2003 meningkat
menjadi 5,2%. Hasil survey asma pada anak sekolah di beberapa kota di Indonesia
(Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Malang dan Denpasar)
menunjukkan prevalensi asma pada anak SD (6 sampai 12 tahun) berkisar antara
3,7-6,4%, sedangkan pada anak SMP di Jakarta Pusat sebesar 5,8%.
Studi di Asia Pasifik baru-baru ini menunjukkan bahwa tingkat tidak masuk kerja
akibat asma jauh lebih tinggi dibandingkan dengan di Amerika Serikat dan Eropa.
Hampir separuh dari seluruh pasien asma pernah dirawat di rumah sakit dan
melakukan kunjungan ke bagian gawat darurat setiap tahunnya. Hal tersebut
disebabkan manajemen dan pengobatan asma yang masih jauh dari pedoman yang
direkomendasikan Global Initiative for Asthma (GINA).
Beberapa faktor risiko untuk timbulnya asma bronkial telah diketahui secara pasti,
antara lain: riwayat keluarga, tingkat sosial ekonomi rendah, etnis, daerah perkotaan,
letak geografi tempat tinggal, memelihara anjing atau kucing dalam rumah, terpapar
asap rokok.
Asma bronkial dikelompokkan menjadi dua subtipe intrinsik dan ekstrinsik, namun
terminologi ini telah ditinggalkan dan saat ini dikenal sebagai asma bronkial atopi dan
non atopi berdasarkan adanya tes kulit yang positif terhadap alergen dan ditemukan
adanya peningkatan imunoglobulin (Ig) E dalam darah.7 Sekitar 80% penderita asma
bronkial adalah asma atopi dan telah dibuktikan bahwa bahwa tes kulit mempunyai
korelasi yang baik dengan parameter-parameter atopi.
1.2 Rumusan Masalah
2. 1 Definis asma bronkial
2.2 Etiologi asma bronkial
2.3 Manifestasi klinis
2.4Aanatomi dan fisiologi
2.5Klasifikasi
2.6 Patofisiologi
2.7 WOC
2.8Penalaksanakan
2.9 Komplikasi
2.10 Askep Teoritis

1.3 TujuanPenulisan
11. Mengetahui definisi dari asma bronkial
22. Mengetahui etilogi asma bronkial
33. Mengetahui manifestasi klinis asma bronkial
44. Mengetahui anatomi dan fisiologi asma bronkial
55. Mengetahui klasifikasi asma bronkial
66. Mengetahui patofisiologi asma bronkial
77. Mengetahui WHO asma bronkial.
88. Mengetahui penalaksanakan asma bronkial
99. Mengetahui komplikasi asma bronkial.
10. Mengetahui askep teoritis tentang asma bronkial
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Definisi Asma Bronchial


Istilah asma berasal dari kata Yunani yang artinya “terengah-engah” dan berarti
serangan nafas pendek. Nelson mendefinisikan asma sebagai kumpulan tanda dan
gejala wheezing (mengi) dan atau batuk dengan karakteristik sebagai berikut; timbul
secara episodik dan atau kronik, cenderung pada malam hari/dini hari (nocturnal),
musiman, adanya faktor pencetus diantaranya aktivitas fisik dan bersifat reversibel
baik secara spontan maupun dengan penyumbatan, serta adanya riwayat asma atau
atopi lain pada pasien/keluarga, sedangkan sebab-sebab lain sudah disingkirkan.
Asma (Asthma bronchiale) adalah penyakit jalan napas obstruktif intermitten dan
reversibel dimana trakea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif terhadap
stimulus tertentu (Smeltzer & Bare, 2002).

Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri meningkatnya respon bronkus
terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi adanya penyempitan jalan nafas
yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik secara spontan maupun hasil dari
pengobatan (The American Thoracic Society).

Asma bronchial adalah suatu penyakit pernapasan dimana terjadi penigkatan


respon saluran pernapasan yang menimbulkan reaksi obstruksi pernapasan akibat
spasme otot polos bronkus. (Sjaifoellah, 2001: 21).
Asma bronchial adalah penyakit pernafasan objektif yang ditandai oleh spasme akut
otot polos bronkus. Hal ini menyebabkan obstruksi aliran udara dan penurunan
ventilasi alveolus. (Elizabeth, 2000: 430).

Asma bronchial adalah suatu gangguan yang komplek dari bronkial yang
dikarakteristikan oleh periode bronkospasme (kontraksi spasme yang lama pada jalan
nafas). (Polaski : 1996).
Batasan asma yang lengkap yang dikeluarkan oleh Global Initiative for Asthma
(GINA) didefinisikan sebagai gangguan inflamasi kronik saluran nafas dengan
banyak sel yang berperan, khususnya sel mast, eosinofil, dan limfosit T. Pada orang
yang rentan inflamasi ini menyebabkan mengi berulang, sesak nafas, rasa dada
tertekan dan batuk, khususnya pada malam atau dini hari. Gejala ini biasanya
berhubungan dengan penyempitan jalan nafas yang luas namun bervariasi, yang
sebagian bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan pengobatan,
inflamasi ini juga berhubungan dengan hiperreaktivitas jalan nafas terhadap berbagai
rangsangan.

2.2 Etiologi Asma Bronchial


Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya
serangan asma bronkhial.
a. Faktor predisposisi
· Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alerg
biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena
adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial
jika terpapar dengan foktor pencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran
pernafasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor presipitasi
· Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1. Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
ex: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi
2. Ingestan, yang masuk melalui mulut
ex: makanan dan obat-obatan
3. Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
ex: perhiasan, logam dan jam tangan
· Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan
asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim
hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin
serbuk bunga dan debu.
· Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga
bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma
yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami
stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah
pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa
diobati.
· Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini
berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja di
laboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini
membaik pada waktu libur atau cuti.
· Olah raga /aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas
jasmani atau aloh raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan
serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah
selesai aktifitas tersebut.

2.3 Manifestasi Asma Bronchial


Biasanya pada penderita yang sedang bebas serangan tidak ditemukan gejala
klinis, tapi pada saat serangan penderita tampak bernafas cepat dan dalam,
gelisah, duduk dengan menyangga ke depan, serta tanpa otot-otot bantu
pernafasan bekerja dengan keras. Gejala klasik: sesak nafas, mengi (wheezing),
batuk, dan pada sebagian penderita ada yang merasa nyeri di dada. Pada serangan
asma yang lebih berat, gejala yang timbul makin banyak, antara lain: silent chest,
sianosis, gangguan kesadaran, hiperinflasi dada, takikardi, dan pernafasan
cepat-dangkal. Serangan asma sering terjadi pada malam hari.

2.4 ANATOMI DAN FISIOLOGI dari ASMA BRONKHIAL


2.5 KLASIFIKASI dari ASMA BRONKHIAL

a. Berdasarkan Faktor Penyebabnya


Asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe, yaitu :
1) Ekstrinsik (alergik)
Ditandai dengan reaksi alergik yang disebabkan oleh faktor-faktor pencetus yang
spesifik, seperti debu, serbuk bunga, bulu binatang, obat-obatan (antibiotic dan
aspirin) dan spora jamur. Asma ekstrinsik sering dihubungkan dengan adanya
suatu predisposisi genetik terhadap alergi. Oleh karena itu jika ada faktor-faktor
pencetus spesifik seperti yang disebutkan di atas, maka akan terjadi serangan
asma ekstrinsik.
2) Intrinsik (non alergik)
Ditandai dengan adanya reaksi non alergi yang bereaksi terhadap pencetus yang
tidak spesifik atau tidak diketahui, seperti udara dingin atau bisa juga disebabkan
oleh adanya infeksi saluran pernafasan dan emosi. Serangan asma ini menjadi
lebih berat dan sering sejalan dengan berlalunya waktu dan dapat berkembang
menjadi bronkhitis kronik dan emfisema. Beberapa pasien akan mengalami asma
gabungan.
3) Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk
alergik dan non-alergik.

b. Berdasarkan Beratnya Penyakit


Menurut Global Initiative for Asthma (GINA) penggolongan asma berdasarkan
beratnya penyakit dibagi 4 (empat) yaitu:
1) Asma Intermiten (asma jarang)
· gejala kurang dari seminggu
· serangan singkat
· gejala pada malam hari < 2 kali dalam sebulan
· FEV 1 atau PEV > 80%
· PEF atau FEV 1 variabilitas 20% – 30%
2) Asma mild persistent (asma persisten ringan)
· gejala lebih dari sekali seminggu
· serangan mengganggu aktivitas dan tidur
· gejala pada malam hari > 2 kali sebulan
· FEV 1 atau PEV > 80%
· PEF atau FEV 1 variabilitas < 20% – 30%
3) Asma moderate persistent (asma persisten sedang)
· gejala setiap hari
· serangan mengganggu aktivitas dan tidur
· gejala pada malam hari > 1 dalam seminggu
· FEV 1 tau PEV 60% – 80%
· PEF atau FEV 1 variabilitas > 30%
4) Asma severe persistent (asma persisten berat)
· gejala setiap hari
· serangan terus menerus
· gejala pada malam hari setiap hari
· terjadi pembatasan aktivitas fisik
· FEV 1 atau PEF = 60%
· PEF atau FEV variabilitas > 30%

c.Berdasarkan Derajat Serangan Asma


Selain berdasarkan gejala klinis di atas, asma dapat diklasifikasikan berdasarkan
derajat serangan asma yaitu:
1) Serangan asma ringan dengan aktivitas masih dapat berjalan, bicara
satu kalimat, bisa berbaring, tidak ada sianosis dan mengi kadang hanya pada akhir
ekspirasi,
2) Serangan asma sedang dengan pengurangan aktivitas, bicara
memenggal kalimat, lebih suka duduk, tidak ada sianosis, mengi nyaring sepanjang
ekspirasi dan kadang -kadang terdengar pada saat inspirasi,
3) Serangan asma berat dengan aktivitas hanya istirahat dengan posisi duduk
bertopang lengan, bicara kata demi kata, mulai ada sianosis dan mengi sangat nyaring
terdengar tanpa stetoskop,
4) Serangan asma dengan ancaman henti nafas, tampak kebingunan, sudah tidak
terdengar mengi dan timbul bradikardi.
Perlu dibedakan derajat klinis asma harian dan derajat serangan asma. Seorang
penderita asma persisten (asma berat) dapat mengalami serangan asma ringan.
Sedangkan asma ringan dapat mengalami serangan asma berat, bahkan serangan asma
berat yang mengancam terjadi henti nafas yang dapat menyebabkan kematian.

2.6 PATIFISIOLOGI dari ASMA BRONKHIAL

Asma ditandai dengan kontraksi spastic dari otot polos bronkhiolus yang
menyebabkan sukar bernafas. Penyebab yang umum adalah hipersensitivitas
bronkhioulus terhadap benda-benda asing di udara. Reaksi yang timbul pada
asma tipe alergi diduga terjadi dengan cara sebagai berikut : seorang yang alergi
mempunyai kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibody Ig E abnormal
dalam jumlah besar dan antibodi ini menyebabkan reaksi alergi bila reaksi
dengan antigen spesifikasinya. Pada asma, antibody ini terutama melekat pada sel
mast yang terdapat pada interstisial paru yang berhubungan erat dengan
brokhiolus dan bronkhus kecil. Bila seseorang menghirup alergen maka antibody
Ig E orang tersebut meningkat, alergen bereaksi dengan antibodi yang telah
terlekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini akan mengeluarkan berbagai
macam zat, diantaranya histamin, zat anafilaksis yang bereaksi lambat (yang
merupakan leukotrient), factor kemotaktik eosinofilik dan bradikinin. Efek
gabungan dari semua faktor-faktor ini akan menghasilkan adema lokal pada
dinding bronkhioulus kecil maupun sekresi mucus yang kental dalam lumen
bronkhioulus dan spasme otot polos bronkhiolus sehingga menyebabkan tahanan
saluran napas menjadi sangat meningkat.
Pada asma , diameter bronkiolus lebih berkurang selama ekspirasi daripada
selama inspirasi karena peningkatan tekanan dalam paru selama eksirasi paksa
menekan bagian luar bronkiolus. Karena bronkiolus sudah tersumbat sebagian,
maka sumbatan selanjutnya adalah akibat dari tekanan eksternal yang
menimbulkan obstruksi berat terutama selama ekspirasi. Pada penderita asma
biasanya dapat melakukan inspirasi dengan baik dan adekuat, tetapi sekali-kali
melakukan ekspirasi. Hal ini menyebabkan dispnea. Kapasitas residu fungsional
dan volume residu paru menjadi sangat meningkat selama serangan asma akibat
kesukaran mengeluarkan udara ekspirasi dari paru. Hal ini bisa menyebabkan
barrel chest.

2.7 WOC dari ASMA BRONKHIAL

2.8 PENATALAKSANAAN dari ASMA BRONKHIAL


Prinsip umum pengobatan asma bronchial adalah :
1. Menghilangkan obstruksi jalan nafas dengan segera.
2. Mengenal dan menghindari fakto-faktor yang dapat mencetuskan serangan
asma.
3. Memberikan penerangan kepada penderita ataupun keluarganya mengenai
penyakit asma, baik pengobatannya maupun tentang perjalanan penyakitnya
sehingga penderita mengerti tujuan penngobatan yang diberikan dan bekerjasama
dengan dokter atau perawat yang merawatnnya.
Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2, yaitu:
1. Pengobatan non farmakologik :
· Memberikan penyuluhan
· Menghindari faktor pencetus
· Pemberian cairan
· Fisiotherapy
· Beri O2 bila perlu
2. Pengobatan farmakologik :
· Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas. Terbagi dalam 2
golongan :
a. Simpatomimetik/andrenergik (Adrenalin dan efedrin)
Nama obat :
– Orsiprenalin (Alupent)
– Fenoterol (berotec)
– Terbutalin (bricasma)
Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet, sirup, suntikan
dan semprotan. Yang berupa semprotan: MDI (Metered dose inhaler). Ada juga
yang berbentuk bubuk halus yang dihirup (Ventolin Diskhaler dan Bricasma
Turbuhaler) atau cairan broncodilator (Alupent, Berotec, brivasma serts Ventolin)
yang oleh alat khusus diubah menjadi aerosol (partikel-partikel yang sangat halus)
untuk selanjutnya dihirup.
b. Santin (teofilin)
Nama obat :
– Aminofilin (Amicam supp)
– Aminofilin (Euphilin Retard)
– Teofilin (Amilex)
Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara
kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya saling
memperkuat.
Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin/aminofilin dipakai pada serangan
asma akut, dan disuntikan perlahan-lahan langsung ke pembuluh darah. Karena
sering merangsang lambung bentuk tablet atau sirupnya sebaiknya diminum
sesudah makan. Itulah sebabnya penderita yang mempunyai sakit lambung
sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini. Teofilin ada juga dalam bentuk
supositoria yang cara pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini
digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidak dapat minum teofilin (misalnya
muntah atau lambungnya kering).
· Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan asma.
Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama anak- anak. Kromalin
biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain, dan efeknya baru
terlihat setelah pemakaian satu bulan.
· Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya diberikan
dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungnan obat ini adalah dapat diberikan
secara oral.

2.9 KOMPLIKASI dari ASMA BRONKHIAL

Berbagai komplikasi menurut Mansjoer (2008) yang mungkin

timbul adalah :

1.

Pneumothoraks

Pneumothoraks adalah keadaan adanya udara di dalam rongga

pleura yang dicurigai bila terdapat benturan atau tusukan dada.

Keadaan ini dapat menyebabkan kolaps paru yang lebih lanjut lagi

dapat menyebabkan kegagalan napas.

2.

Pneumomediastinum

Pneumomediastinum dari bahasa Yunani

pneuma

“udara”, juga

dikenal sebagai emfisema mediastinum adalah suatu kondisi dimana

26

udara hadir di mediastinum. Pertama dijelaskan pada 1819 oleh Rene

Laennec, kondisi ini dapat disebabkan oleh trauma fisik atau situasi

lain yang mengarah ke udara keluar dari paru-paru, saluran udara atau

usus ke dalam rongga dada .

3.

Atelektasis
Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru

akibat penyumbatan saluran udara (bronkus maupun bronkiolus) atau

akibat pernafasan yang sangat dangkal.

4.

Aspergilosis

Aspergilosis merupakan penyakit pernapasan yang disebabkan oleh

jamur dan tersifat oleh adanya gangguan pernapasan yang berat.

Penyakit ini juga dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lainnya,

misalnya pada otak dan mata. Istilah Aspergilosis dipakai untuk

menunjukkan adanya infeksi

Aspergillus sp.

5.

Gagal napas

Gagal napas dapat tejadi bila pertukaran oksigen terhadap

karbodioksida dalam paru-paru tidak dapat memelihara laju konsumsi

oksigen dan pembentukan karbondioksida dalam sel-sel tubuh.

6.

Bronkhitis

Bronkhitis atau radang paru-paru adalah kondisi di mana

lapisan bagian dalam dari saluran pernapasan di paru-paru yang kecil

(bronkhiolis) mengalami bengkak. Selain bengkak juga terjadi

peningkatan produksi lendir (dahak). Akibatnya penderita merasa perlu

27

batuk berulang-ulang dalam upaya mengeluarkan lendir yang

berlebihan, atau merasa sulit bernapas karena sebagian saluran udara

menjadi sempit oleh adanya lendir.

7.
Fraktur iga

3.0 ASKEP TEORITIS dari ASMA BRONKHIAL


A. Pengkajian.

1. identitas
Meliputi nama, umur, alamat, jenis kelamin, no MR, pekerjaan,
penanggungjwab, dll
2.Riwayat kesehatan

Riwayat kesehatan dahulu


Kaji apakah klien pernah mengalami penyakit asma sebelumnya,apakah klien
pernah mengalami penyakit paru sebelumnya,kaji apakah klien pernah
mengkonsumsi obat dan kaji riwayat alergi pasien.

Riwayat kesehatan sekarang


Biasanya klien mengalami dispnea dengan ekspirasi memanjang,batuk yang
kental dan susah keluar,sianosis, takikardi,gelisah,diaporesis dll.

Riwayat kesehatan keluarga


Kaji apakah ada keluarga klien yang memiliki penyakit yang sama, apakah ada
penyakit keturunan.
3.Pemeriksaan fisik
Tanda-tanda vital :
Tekanan darah,nadi, pernapasan,suhu.
Pemeriksaan head to too :
1. Kepala
Biasanya tidak ada kelainan pada kepala,kepala bersih dan tak
berketombe.
2. Mata
Konjungtiva anemis, sklera biasanya tidak ikterik, tidak ada edema.
3. Hidung
Biasanya akan ada banyak sekret jika klien terkena virus influenza yang
dapat menyebabkan gangguan pada saluran pernapsan.
4. Telinga
Biasanya tidak ada kelainan pada telinga, tidak pembengkakan
5. Mulut
Biasanya tidak ada kelainan pada bagian mulut.
6. Leher
Tidak ada pembengkakan pada kelenjar getah bening,tidak ada kelainan
pada kelenjar tyroid.
7. Thorak
Biasanya pernapasan terdengar wheezing
8. Paru
Biasanya paru terdengar
9. Abdomen
Biasanuya akan terjadi peningkatan peristaltik usus.
10. Ekstremitas atas/bawah
Biasanya tidak ada kelainan pada alat ekstremitas atas maupun bawah.
11. Pola tidur dan istirahat
- Kurang tidur karena sesak
- Insomnia.
12.Pola persepsi kognitif
- Klien mampu mengungkapkan strategi mengatasi serangan akut tapi
tidak mampu menggunakan efektif selama serangan (panik).
13. Pola persepsi dan konsep diri
- Merasa sebagai orang yang lemah atau sakit-sakitan, perubahan body
image.
14. Pola hubungan dengan sesama
- Mengeluh karena serangan dicetuskan oleh orang-orang sekitar,
seperti : asap, rokok.
15. Pola koping dan toleransi terhadap stress.
- Cemas, marah, putus asa
B. Diagnosa Keperawatan

 Tidak efektifnya bersihan jalan nafas berhubungan dengan gangguan suplai


oksigen (bronkospasme), penumpukan sekret, sekret kental.
 Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan gangguan suplai oksigen
(bronkospasme).
 Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan gangguan suplai oksigen
(bronkuspasme).
 Risiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan tidak adekuat imunitas.

C. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan/Kriteria
No Intervensi Rasional
Keperawatan Hasil

1 Tidak efektifnya Pencapaian Mandiri


bersihan jalan bersihan jalan
 Auskultasi bunyi  Beberapa derajat
nafas napas dengan
nafas, catat adanya spasme bronkus terjadi
berhubungan kriteria hasil
bunyi nafas dengan obstruksi jalan
dengan gangguan sebagai berikut:
nafas dan dapat/tidak
suplai oksigen
1. Mempertahankan dimanifestasikan
(bronkospasme),
jalan napas paten adanya nafas
penumpukan
dengan bunyi advertisius.
sekret, sekret
napas bersih atau
kental  Tachipnea biasanya
jelas.
ada pada beberapa
2. Menunjukan  Kaji/pantau frekuensi
derajat dan dapat
perilaku untuk pernafasan, catat rasio ditemukan pada
memperbaiki inspirasi/ekspirasi. penerimaan atau
bersihan jalan selama stress/adanya
nafas misalnya proses infeksi akut.
batuk efektif dan
 Disfungsi pernafasan
mengeluarkan
sekret. adalah variable yang
tergantung pada tahap
 Catat adanya derajat
proses akut yang
dispnea, ansietas,
menimbulkan
distress pernafasan,
perawatan di rumah
penggunaan obat
sakit.
bantu.

 Peninggian kepala
tempat tidur
memudahkan fungsi

 Tempatkan posisi pernafasan dengan


menggunakan gravitasi.
yang nyaman pada
pasien, contoh:
meninggikan kepala
tempat tidur, duduk
pada sandara tempat
tidur.  Pencetus tipe alergi
pernafasan dapat
mentriger episode akut.
 Pertahankan polusi
lingkungan minimum,
contoh: debu, asap
dll.  Hidrasi membantu
menurunkan
kekentalan sekret,
 Tingkatkan masukan
penggunaan cairan
cairan sampai dengan hangat dapat
3000 ml/ hari sesuai menurunkan
toleransi jantung kekentalan sekret,
memberikan air penggunaan cairan
hangat. hangat dapat
menurunkan spasme
Kolaborasi bronkus.

Berikan obat sesuai  Merelaksasikan otot


indikasi bronkodilator. halus dan menurunkan
spasme jalan nafas,
mengi, dan produksi
mukosa.

2 Pola nafas tidak Perbaikan pola Mandiri


efektif nafas dengan
 Ajarkan pasien  Membantu pasien
berhubungan kriteria hasil
pernapasan dalam. memperpanjang waktu
dengan gangguan sebagai berikut:
ekspirasi sehingga
suplai oksigen
Mempertahankan pasien akan bernapas
(bronkospasme)
ventilasi adekuat lebih efektif dan
dengan efisien.
menunjukan
RR:16-20 x/menit
dan irama napas  Duduk tinggi
teratur. memungkinkan
 Tinggikan kepala dan
ekspansi paru dan
Tidak mengalami bantu mengubah memudahkan
sianosis atau posisi. Berikan posisi pernapasan.
tanda hipoksia semi fowler.
lain.

Pasien dapat  Memaksimalkan


melakukan bernapas dan
pernafasan dalam. menurunkan kerja
napas.
Kolaborasi

3. Berikan oksigen
tambahan.

3 Gangguan Perbaikan Mandiri


pertukaran gas pertukaran gas
 Kaji/awasi secara  Sianosis mungkin
berhubungan dengan kriteria
rutin kulit dan perifer atau sentral
dengan gangguan hasil sebagai
membrane mukosa. keabu-abuan dan
suplai oksigen berikut:
sianosis sentral
(bronkuspasme) 2. Palpasi fremitus.
Perbaikan mengindikasikan
ventilasi. beratnya hipoksemia.

Perbaikan oksigen  Penurunan getaran


jaringan adekuat. vibrasi diduga adanya
 Awasi tanda-tanda
pengumplan
vital dan irama
cairan/udara.
jantung.
 Tachicardi, disritmia,
Kolaborasi
dan perubahan tekanan
4. Berikan oksigen darah dapat
tambahan sesuai dengan menunjukan efek
indikasi hasil AGDA hipoksemia sistemik
dan toleransi pasien. pada fungsi jantung.

 Dapat memperbaiki
atau mencegah
memburuknya
hipoksia.

4 Risiko tinggi Tidak terjadinya Mandiri


terhadap infeksi infeksi dengan
 Awasi suhu.  Demam dapat terjadi
berhubungan kriteria hasil
karena infeksi dan atau
dengan tidak sebagai berikut:  Diskusikan adekuat
adekuat imunitas Mengidentifikasik kebutuhan nutrisi. dehidrasi.
an intervensi
Kolaborasi  Malnutrisi dapat
untuk mencegah
mempengaruhi
atau menurunkan Dapatkan specimen
kesehatan umum dan
resiko infeksi. sputum dengan batuk
menurunkan tahanan
atau pengisapan untuk
Perubahan pola terhadap infeksi.
pewarnaan gram,
hidup untuk
kultur/sensitifitas.  Untuk
meningkatkan
mengidentifikasi
lingkungan yang
organisme penyabab
nyaman.
dan kerentanan
terhadap berbagai anti
microbial.
BAB II
PENUTUP

1. Simpulan
Menurut Global Initiative for Asthma (GINA) Asma didefinisikan sebagai
gangguan inflamasi kronik saluran nafas dengan banyak sel yang berperan, khususnya
sel mast, eosinofil, dan limfosit T.
Penyakit asma tidak mengenal umur, ras dan derajat seseorang. Siapa saja dapat
terkena penyakit asma mulai dari masa kanak-kanak sampai orang dewasa. Asma
timbul pada setiap usia terutama golongan populasi usia muda, dimana laki-laki lebih
besar dibandingkan wanita. Kondisi cuaca yang berlawanan seperti temperatur dingin,
tingginya kelembaban dapat menyebabkan asma lebih parah, epidemik yang dapat
membuat asma menjadi lebih parah berhubungan dengan badai dan meningkatnya
konsentrasi partikel alergenik.
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya
serangan asma bronkhial. Faktor predisposisi : genetik sedangkan faktor presipitasi :
alergen, perubahan cuaca, stress, lingkungan kerja, olah raga/aktifitas jasmani yang
berat.
Diagnosa penyakit asma bronkial perlu dipikirkan bilamana ada gejala batuk yang
disertai dengan wheezing (mengi) yang karakteristik dan timbul secara episodik.
Gejala batuk terutama terjadi pada malam atau dini hari, dipengaruhi oleh musim,
dan aktivitas fisik.
Berdasarkan faktor penyebabnya asma bronkhial dapat diklasifikasikan menjadi 3 tipe,
yaitu : ekstrinsik (alergik), intrinsik (non alergik), asma gabungan. Berdasarkan
beratnya penyakit dibagi 4 (empat) yaitu: asma intermiten (asma jarang), asma mild
persistent (asma persisten ringan), asma moderate persistent (asma persisten sedang),
asma severe persistent (asma persisten berat). Berdasarkan gejala klinis di atas, asma
dapat diklasifikasikan berdasarkan derajat serangan asma yaitu: serangan asma ringan,
serangan asma sedang, serangan asma berat, serangan asma dengan ancaman.
Secara umum faktor risiko asma dipengaruhi atas faktor genetik dan faktor
lingkungan. Pengobatan pada asma bronkhial terbagi 2 yaitu : pengobatan non
farmakologik dan pengobatan farmakologik.

2. Saran
https://www.scribd.com/doc/12896544/Asma-Bronkialhttps://www.scribd.com/doc/12896544/
Asma-Bronkial

https://plus.google.com/109230063953414348405/posts/7UqmDFHJvhZ
(latar belakang asma bronkial)

https://plus.google.com/109230063953414348405/posts/7UqmDFHJvhZ

(Etiologi)

http://lianerako.blogspot.com/2013/04/asuhan-keperawatan-asma-bronkhial.html

(manifestasi)

http://abiejuan16.blogspot.com/2013/10/asuhan-keperawatan-pasien-dengan-asma.html

(askep))

http://library.usu.ac.id/download/fk/keperawatan-dudut2.pdf

(askep)

https://plus.google.com/109230063953414348405/posts/7UqmDFHJvhZ

(klasifikasi)

http://modulkesehatan.blogspot.com/2013/04/makalah-asma-bronkial.html

(patifisiologi)

https://plus.google.com/109230063953414348405/posts/7UqmDFHJvhZ

(penatalaksanaan)

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/135/jtptunimus-gdl-sitiistian-6715-2-babii.pdf

(komplikasi)

DAFTAR PUSTAKA

Brunner & Suddarth. 2002, Buku Ajar Keperawatan Medical Bedah, volume 2. Edisi
2 Jakarta : EGC
Doengoes, M. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC
Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid I edisi 3. Jakarta Media
Mangunnegoso, H. dkk , 2004. Asma Pedoman Diagnois dan Penatalaksanaan di
Indonesia, Jakarta. Balai Penerbit FKUI
Dewanti, Santi. 2002. Exercise – Induced Asthma, Jakarta.
http://pradhitahendriyeni.blogspot.com/2014/05/asuhan-keperawatan-teoritis-asma.ht
ml

(askep)

Anda mungkin juga menyukai