Anda di halaman 1dari 8

KEBIJAKAN SKRINING

PASIEN MASUK
RAWAT INAP
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI .................................................................................................................................................I


PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT WAVA HUSADA KESAMBEN ........................................................II
KEBIJAKAN SKRINING PASIEN MASUK RAWAT INAP ................................................................................1

Kebijakan Skrining Masuk Rawat Inap – Hal.I


PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT WAVA HUSADA KESAMBEN
NOMOR : 031/PER/DIR/IX/2019
TENTANG
KEBIJAKAN SKRINING PASIEN MASUK RAWAT INAP UNTUK MENETAPKAN
KEBUTUHAN PELAYANAN PREVENTIF, PALIATIF, KURATIF, DAN REHABILITATIF

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit, maka
diperlukan standarisasi kegiatan rencana pemulangan pasien Rumah Sakit
Wava Husada Kesamben;
b. Bahwa agar dapat menentukan pelayanan yang sesuai dengan prioritas
kebutuhan pasien, maka diperlukan penentuan prioritas kebutuhan
Preventif, Paliatif, Kuratif, Dan Rehabilitatif;
c. Bahwa sehubungan dengan hal tersebut di atas, perlu ditetapkan
berdasarkan Keputusan Direktur Rumah Sakit;
Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah
Sakit;
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang
Kesehatan;
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktik
Kedokteran;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
812/Menkes/SK/VII/2007 tentang Kebijakan Perawatan Paliatif;
5. Keputusan Direktur Utama PT Sarana Budi Mulyo Nomor 003/SK-DIR/PT-
SBM/VII/2018 Tentang Pengangkatan Direktur Rumah Sakit Wava Husada
Kesamben;
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN : PERATURAN DIREKTUR RUMAH SAKIT WAVA HUSADA KESAMBEN
TENTANG KEBIJAKAN SKRINING PASIEN MASUK RAWAT INAP UNTUK
MENETAPKAN KEBUTUHAN PELAYANAN PREVENTIF, PALIATIF, KURATIF,
DAN REHABILITATIF
Pasal 1
Panduan penyusunan Tata Naskah Rumah Sakit Wava Husada Kesamben
dimaksudkan sebagai acuan dalam pengelolaan naskah bagi setiap unit
kerja di Rumah Sakit Wava Husada Kesamben.
Pasal 2
Tata Naskah Rumah Sakit Wava Husada Kesamben sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 1.
Pasal 3
Panduan Tata Naskah tercantum dalam Lampiran merupakan bagian yang
tidak terpisahkan dari peraturan Direktur ini.
Pasal 4

Kebijakan Skrining Masuk Rawat Inap – Hal.II


Peraturan Direktur ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Ditetapkan di : Kesamben
Tanggal : 06 Desember 2019
Direktur,

dr. M. Harun Rosid


NIK. 01051902

Kebijakan Skrining Masuk Rawat Inap – Hal.III


Lampiran 1/4
Peraturan Direktur Rumah Sakit Wava Husada Kesamben
Nomor : 031/PER/DIR/IX/2019
Tentang : Kebijakan Skrining Pasien Masuk
Rawat Inap Untuk Menetapkan
Kebutuhan Pelayanan Preventif,
Paliatif, Kuratif, Dan Rehabilitatif
Tanggal : 09 Januari 2019

KEBIJAKAN SKRINING PASIEN MASUK RAWAT INAP UNTUK MENETAPKAN


KEBUTUHAN PELAYANAN PREVENTIF, PALIATIF, KURATIF, DAN REHABILITATIF

Kebutuhan pasien yang berkenaan dengan pelayanan preventif, kuratif, rehabilitatif dan paliatif
dan isolasi diprioritaskan. Skrining pasien indikasi rawat inap dapat dilakukan oleh dokter umum
melalui IGD/Poliklinik umum dan oleh dokter spesialis. Pasien akan masuk pada kriteria kuratif,
preventif, paliatif, dan rehabilitatif, Pasien indikasi rawat inap, memerlukan kamar isolasi atau
dapat berobat jalan.
1. Preventif
a. Upaya preventif adalah sebuah usaha yang dilakukan individu dalam mencegah terjadinya
suatu yang tidak diinginkan.
b. Tujuan pelayanan preventif yang dilakukan terdiri dari pengobatan penyakit pada tahap
dini untuk membatasi kecacatan dengan cara menghindari akibat yang timbul dari
perkembangan penyakit
c. Upaya mencegah suatu penyakit / deteksi dini faktor resiko preventif adalah:
1) Pemeriksaan kesehatan dilakukan berkala (pemeriksaan kehamilan, balita)
2) Deteksi dini kasus, faktor resiko maternal dan balita
3) Imunisasi/vaksin pada bayi, anak, ini hamil dan dewasa
b. Dokter atau perawat wajib memberikan informasi penjadwalan control/imunisasi lanjutan

2. Kuratif
a. Serangkaian upaya kegiatan pengobatan yang ditunjukan untuk penyembuhan penyakit,
pengurangan penderitaan akibat penyakit. Pengendalian kecacatan agar kualitas
penderita dapat terjaga secara optimal
b. Tujuan pelayanan kesehatan kuratif merupakan pengobatan yang dilakukan dengan tepat
dan segera untuk menangani berbagai masalah yang terjadi.
1) Pengobatan yang setepat – tepatnya dan secepatnya dari setiap jenis penyakit
sehingga tercapai penyembuhan yang sempurna dan segera.
2) Pencegahan menular kepada orang lain, bila penyakitnya menular.
3) Mencegah terjadinya kecacat5an yang diakibatkan suatu penyakit.
c. Pasien kuratif indikasi rawat inap:
Diagnosa Kriteria / indikasi rawat inap
Katarak Senilis 1. Pre op dengan penyulit
2. DM
3. Hipertensi
4. Anatomi mata kecil
Trauma mata 1. Laserasi kornea
2. laserasi bulbus oculi
3. Mengancam visual

Kebijakan Skrining Masuk Rawat Inap – Hal.1


Glaucoma akut 1. Penurunan penglihatan
2. edema kornea
3. TIO > 21
4. gangguan airway
Peritonsilar abses 1. Gangguan airway
2. Resiko sepsis
3. Disfagia
4. Nyeri berat
Epistaksis 1. Perdarahan massif
2. Hipertensi tak terkontrol
3. observasi perdarahan lanjut
Hipertrofi tonsil 1. Pre operatic treatment
Prolonged pregnancy 1. Hamil ≥ 41 minggu
Myoma uteri 1. Ukuran myoma uteri ≥ 8 cm
2. Telah terjadi perdarahan berulang
3. Hb ≤ 8,0 mg/dl
Preeclampsia 1. Tekanan darah ≥ 160/110
2. Proteinuria ≥ + 2
3. Terdapat tanda awal kejang
4. IUGR
5. Peningkatan SGPT/SGOT
6. Penurunan AT
Abortus 1. Perdarahan ≥ 150 cc
2. Keluar jaringan
3. Syok hemoragis
Hemiparesis gravidarum 1. Keton urin +
2. Keadaan umum lemah
3. Intake makan tidak adekuat
Abnormal uterine bleeding 1. Hb ≤ 8 mg/dl
DHF 1. Trombosit < 100.000
2. Tekanan darah < 100/70 mmHg (presyok)
3. Perdarahan spontan
4. Muntah
Dyspepsia 1. Muntah
2. Nyeri dada karena gastro esophageal reflux
desease
3. Dehidrasi
Diare 1. Dehidrasi sedang – berat
2. Muntah sampai tidak ada obat yang bias masuk
3. Pre-syok TD <100/60
Asma 1. Keluhan tidak membaik dengan 2x nebulizer
2. Respirasi rate >40
Periapical abscess without sinus 1. Suhu tinggi
2. Susah menelan
3. Nadi cepat
4. Nadi cepat
Periapical abscess with sinus 1. Suhu tinggi
2. Susah menelan
3. Nadi cepat
4. Nafas terganggu
Kebijakan Skrining Masuk Rawat Inap – Hal.2
a. Pasien yang memerlukan tindakan kuratif tapi tidak masuk indikasi rawat inap, dokter
wajib memberikan pendidikan kesehatan dan didokumentasikan dalam form instruksi
pasien pulang
b. Selanjutkan form tersebut akan dibawa pulang dan menjadi pedoman perawatan pasien
dan keluarga dirumah

3. Rehabilitatif
a. Adalah upaya promosi kesehatan untuk memelihara dan memulihkan kondisi / mencegah
kecacatan. Sasarannya adalah kelompok orang yang baru sembuh dari penyakit. Tujuannya
adalah pemulihan dan pencegahan kecacatan (tertiary prevention)
b. Contoh tindakan rehabilitative adalah fisioterapi
c. Tindakan fisioterapi bias dilakukan dengan rawat jalan (tidak memerlukan rawat inap),
kecuali pada terdapat kasus penyerta sebagai contoh pengerjaan fisioterapi untuk
pemulihan pasca operasi
d. Pemilihan criteria pasien yang harus difisoterapi dilakukan oleh dokter spesialis,
sedangkan untuk jenis fisioterapi yang dilakukan akan di skrining oleh dokter rehabilitasi
medis
e. Setelah dokter spesialis rehabilitasi medis memberikan diagnosa engan advis jenis
fioterapi, makan fisioterapis melakukan fisoterapi sesuai dengan advis

4. Paliatif
a. Perawatan paliatif adalah perawatan kesehatan terpadu yang bersifat mengurangi
penderitaan pasien, memperpanjang usia dan meningkatkan kualitas hidup.
b. Lingkup kegiatan perawatan paliatif meliputi
1) Penatalaksanaan nyeri
2) Penatalaksanaan keluhan fisik lainnya
3) Asuhan keperawatan
4) Dukungan psikologis
5) Dukungan social
6) Dukungankultural dan spiritual
7) Dukungan persiapan dan selama dukacita
c. Pasien paliatif yang masuk indikasi rawat inap:
Diagnosa Kriteria/Indikasi masuk rumah sakit
Congesif heart failure 1. Edema perifer
2. Dyspneu
3. Pembesaran hati
4. Emboli paru
5. kardiomiopati
6. Disritmia
Chronic kidney disease/CKD 1. Mual, muntah berlebihan
2. Perubahan status mental
3. Sesak nafas
4. Asidosis

d. Skrining pasien dilakukan oleh dokter umum atau spesialis


e. Jika ada indikasi rawat inap, perawat wajib melakuakn konfirmasi ke dokter apakah pasien
memerlukan ruang khusus ICU, HD, Isolasi
f. Perawat menghubungi bagian pendaftar rawat inap, melakukan konfirmasi ketersediaan
ruang yang dibutuhkan pasien

Kebijakan Skrining Masuk Rawat Inap – Hal.3


g. Jika ruang perawatan positif tersedia, perawat mengarahkan keluarga pasien untuk
mendaftar rawat inap
5. Isolasi / indikasi masuk rumah sakit:
a. Ruang isolasi adalah ruangan khusus di rumah sakit yang merawat pasien dengan kondisi
medis tertentu, terpisah dari pasien lain untuk mencegah penyebaran penyakit dan
mengurangi resiko terhadap pemberian pelayanan kesehatan serta mampu merawat
pasien menular agar tidak terjadi atau memutus siklus penularan penyakit melindungi
pasien dan petugas kesehatan. Pasien indikasi rawat inap dengan isolasi
Diagnosa Kriteria
TBC 1. Batuk berdarah
2. Keadaan umum buruk
3. Pneumothoraks
4. Emfisema
5. Efusi pleural massif
6. Sesak nafas berat TB paru milier
7. Meningitis TB
Citomegalovirus 1. Demam
2. Pneumonia/sesak nafas berat
3. Takipnea dan dispnea
4. Kerusakan otak
Tetanus Semua grade tetanus indikasi dirawat inapkan
Kondisi pasien 1. Demam
immunocompromise ( ex: 2. Ada infeksi tumpangan
pansitopenia, keganasan
post kemoterapi)

b. Perawat wajib melakukan konfirmasi bagian pendaftaran rawat inap ketersediaan ruang
isolasi
c. Jiaka ruang khusus isolasi tidak tersedia, maka pasien indikasi rawat inap dengan isolasi
harus ditempatkan di ruang yang setidaknya hanya 1 pasien dalam satu kamar.
d. Ruang isolasi yang setelah digunakan oleh pasien dengan resiko penularan infeksi tinggi,
tidak bisa digunakan pada pasien immucompromise sebelum ruang dinyatakan steril.

Ditetapkan di : Kesamben
Tanggal : 06 Desember 2019
Direktur,

dr. M. Harun Rosid


NIK. 010519029

Kebijakan Skrining Masuk Rawat Inap – Hal.4

Anda mungkin juga menyukai