Anda di halaman 1dari 10

KESENJANGAN SOSIAL: KOLONIALISME PENDIDIKAN

MENGIKIS TERWUJUDNYA WALFARE STATE

Oleh
Retno Dewi Pramodia Ahsani
Pengajar di FISIP Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

ABSTRAK
Pendidikan merupakn hak dasar yang harus terpenuhi oleh setiap warga negara, oleh sebab itu
pendidikan menjadi indikator dalam menentukan tingkat kesejahteraan satu masyarakat di satu
negara. Dewasa ini, pendidikan yang diselenggarakan oleh negara maupun masyarakat
membuka jurang pemisah yang dalam untuk msyarakat menjangkaunya. Tingginya biaya
pendidikan membuktikan bahwa pendidikan telah dokomodifikasi oleh negara, dan negara
selalu ”membuang muka” ketika masyarakat tidak mampu mencapai pendidikan yang lebih
tinggi dan berkualitas. Atas kondisi komodifikasi pendidikan, maka masyarakat yang berada
dalam kelompok yang kurang mampu tidak dapat mengenyam pendidikan yang berkualitas
dikarenakan biaya yang tinggi. Atas kondisi ini, negara seharusnya hadir memberikan ruang-
ruang yang seluas-luasnya bagi masyarakat yang kurang mampu untuk memperoleh
pendidikan murah dan berkualitas, sebagai bentuk implementasi amanh konstitusi.

Kata Kunci : Pendidikan, Kesejahteraan, Negara, Kesenjangan Sosial

PENDAHULUAN kesejahteraan pada dasarnya mengacu


Walfare state 1
istilah yang tidak pada, “peran negara yang aktif dalam
asing lagi kita dengar. Ketika kita mengelola dan mengorganisir
mendengar walfare state, maka pasti yang perekonomian” yang didalamnya
terlintas dibenak kita terjemahan dalam “mencakup tanggung jawab negara untuk
bahasa Indonesia yaitu negara menjamin kesejahteraan dasar dalam
kemakmuran atau negara kesejahteraan. tingkat tertentu bagi warganya” (Triwibowo
Dalam mengukur apakah suatu negara itu dan Bahagijo, 2006: 9). Pada umumnya
tergolong dalam walfare state, kita dapat negara dapat dikatakan sebagai negara
merujuk pendapat esping-Andersen negara kesejahteraan apabila memenuhi empat
pilar, yaitu: (i) social citizenship; (ii) full
1
Terminologi welfare state pertama kali democracy; (iii) modern industrial relation
digunakan oleh William Temple (1881-1944) systems; serta (iv) rights to education and
dalam bukunya Citizen and Cruch men (1941).
Welfare state adalah negara yang membuat the expansion of modern mass education
ketapan substansial untuk membantu kelompok-
systems. Ketika dari keempat pilar
kelompok yang kurang mampu. Dalam
kelompok ini misalnya termasuk orang-orang terpenuhi maka suatu negara dapat
sakit, miskin, tua dan cacat. Lihat Roger
Scruton, A dictionary of politically thought dikatakan welfare state. Yang menjadi
(London: The Macmillan Press, 1982) hal.493

84
pertanyaan kita bagaimana sebenarnya tahun 1817 (Nasution, 2001:9)
keadaan di Indonesia? Dengan lantang Perkembangan pendirian sekolah yang
dapat kita jawab bersama, bahwa negara ditujukan untuk anak belanda ini mengalami
kita adalah negara kesejahteraan. jawaban perkembangan yang bisa dikategorikan
pertanyaan tadi bukan jawaban tanpa dasar cepat, perkembangannya dapat kita lihat
yang kuat, sebab dari landasan negara pada tabel berikut.
telah disebutkan dalam pembukaan Table. 1.
Undang-Undang Dasar 1945 alinea ketiga, “ Pertumbuhan Sekolah
kemudian daripada itu untuk membentuk
Jumlah
suatu pemerintahan negara yang Tahun
Sekolah
melindungi segenap bangsa indonesia dan 1817 1
1820 7
seluruh tumpah darah indonesia dan ikut 1835 19
memajukan kesejahteraan umum, 1845 25
1957 57
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
Sumber: Nasution, 2001
serta dalam melaksanakan ketertiban dunia Setelah adanya sekolah anak
yang berdasarkan kemerdekaan” sepenggal belanda, kemudian muncullah sekolah
kutipan tadi mengisyaratkan bahwasanya untuk kaum pribumi. Peraturan mengenai
negara kita merupakan negara sekolah pribumi tertuang dalam statuta
kesejahteraan. 1818 yang menyatakan “pemerintah
Sesuai dengan pembukaan UUD hendaknya membuat peraturan yang
1945 yang dalam sepenggal kalimatnya diperlukan mengenai sekolah-sekolah bagi
mengucapkan “mencerdaskan kehidupan
anak bumi putera. Berdasarkan statuta
bangsa”, maka timbul pertanyaan
pada tahun 1818 Pemerintah hanya
bagaimanakah sebenarnya keadaan
bertanggung jawab menyediakan peraturan
pendidikan Indonesia saat ini, ketika telah
tanpa kewajiban menyediakan sekolah.
mengecap kemerdekaan selama 66 tahun 4
Ketika statuta itu berlaku para kaum pribumi
bulan 29 hari? Pertanyaan ini akan menjadi
dapat bersekolah disekolah belanda, tidak
fokus pembahasan selanjutnya dalam
dapat dielakkan lagi didalam kenyataannya
tulisan ini.
anak pribumi hanya menjadi kaum minoritas
SEJARAH PENDIDIKAN INDONESIA ditengah mayoritas kaum belanda. Dalam
catatan komisi pendidikan pemerintah
Sekolah pertama kali berdiri di Indonesia
kolonial pada tahun 1847 tercatat hanya
adalah sekolah yang ditujukan untuk anak-
ada 37 anak-anak bukan kristen anak
anak belanda. Sekolah pertama yang dibuat
pribumi diantara 1700 murid disekolah
untuk anak belanda berada di Jakarta pada
belanda. Didalam proses penerimaan murid

85
yang tidak berasal dari anak belanda, maka dengan daya tukar yang mahal dalam
dalam penerimaan muridnya harus melalui memperoleh pendidikan sesuai dengan
perundingan terlebih dahulu. sistem yang berbeda antara anak
Pada tahun 1852 mulai dibuka aristokrasi dan orang kaya dengan anak-
sekolah pendidikan guru dan pada tahun anak pribumi biasa. Dari penyataan
1879 mencapai 10 lembaga. Menginjak sebelumnya menimbulkan pertanyaan
tahun 1870 ekonomi memburuk, makin
Apakah gambaran pendidikan era reformasi
banyak keterlibatan pemerintah untuk
saat ini telah beranjak keluar dari sejarah
membuka daerah bagi usaha swasta
(Nasution, 2001: 11). Pemerintah kolonial pendidikan dimasa lalu?
belanda terlibat dalam peperangan yang
berlangsung lama dalam kurun waktu 39 GAMBARAN PENDIDIKAN ERA
tahun, seiring dengan adanya peperangan REFORMASI
di aceh membuat pemerintah kolonial harus Berbicara mengenai pendidikan diera
menguras jutaan gulden da secara otomatis reformasi terlebih dahulu kita harus
berimbas pada seluruh sistem ekonomi. mengetahui dasar hukum yang berlaku.
Namun keadaan yang sangat memukul Sesuai dengan amandemen keempat UUD
pemerintah belanda ketika terjadinya krisis 1945 pasal 31 ayat (4) menyatakan:
gula pada tahun 1884 dan 1893. Harga
gula, komoditi ekspor yang paling utama, 1. Setiap warga negara berhak
mendapatkan pendidikan.
diakibatkan penyakit tebu dan diadakannya
penghematan ketat. Situasi ini mebuat 2. Setiap warga negara wajib mengikuti
pemerintah kolonial mengambil kebijakan, pendidikan dasar dan pemerintah
salah satunya adalah memangkas gaji guru wajib membiayai.
secara drastis. Kecenderungan yang terjadi 3. Pemerintah mengusahakan satu
adalah pemerintah kolonial menyerahkan sistem pendidikan nasional.
saja pendidikan ke tangan swasta untuk 4. Negara memprioritaskan anggaran
meringankan pemerintah dari beban pendidikan sekurang-kurangnya
finansial. 20% dari APBN dan APBD.
Pemerintah kolonial pada dasarnya 5. Pemerintah memajukan ilmu
tidak pernah meragukan akan perlunya pengetahuan dan teknologi.
pendidikan bagi anak pribumi terutama
Berdasarkan kutipan amandemen
pada kalangan ningrat. Sehingga timbullah
diatas mengisyaratkan betapa pentingnya
ide untuk menyediakan pendidikan bagi
pendidikan menyongsong kemajuan suatu
anak aristokrasi dan orang kaya yang
bangsa. Namun, ironinya setiap kebijakan
berbeda dengan pendidikan untuk orang
yang dikeluarkan oleh pemerintah selalu
biasa. Ketika itu terjadi maka akan diikuti
menghembuskan kegelisahan ditengah

86
masyarakat. Menurut Tilaar (Saksono, jangka waktu yang cepat. Kalau paradigma
2008:104), biang keladi dan kekacauan diatas dijadikan arah dari pendidikan
perencanaan pendidikan belum mempunyai nasional maka dapat diprediksikan dengan
visi pembangunan yang jelas. Dalam RUU jelas semakin menjauh dari landasan UUD
Rencana Pembangunan Jangka Panjang 1945 “mencerdaskan kehidupan bangsa”.
Nasional 2005-2025 yang disampaikan Dengan kata lain Renstra Departemen
Presiden ke DPR merumuskan sasaran Pendidikan Nasional tidak diarahkan untuk
pokok dalam 20 tahun mendatang antara kepentingan rakyat banyak yang miskin
lain terwujudnya daya saing bangsa untuk tetapi melahirkan suatu sistem pendidikan
mencapai masyarakat sejahtera. Padahal yang liberalistis.
dalam nilai-nilai pancasila didalam UUD Menurut Sofian Effendi, dalam
1945 bukan menekankan pada persaingan, pelaksanaannya terjadi deviasi antara
tetapi kebersamaan dalam kebersamaan ketentuan konstitusional dengan
akan tercipta daya saing sebagai bangsa pelaksanaan dalam berbagai bidang
(Saksono, 2008:105). kehidupan masyarakat. Pada orde
Ketika menelaah sepenggal Reformasi hubungan negara dan
pernyataan dari adanya daya saing masyarakat dalam bidang pendidikan
menimbulkan pertanyaan besar daya saing mengalami perubahan yang cukup besar
semacam apa? Daya saing antar sesama dan telah menyimpang dari ketentuan
anak bangsa atau daya saing terhadap konstitusi. Karena pengaruh globalisasi
bangsa lain sesuai dengan nilai-nilai yang ditunggangi oleh semangat
pancasila. Kini pada pelaksanaannya fundamentalisme pasar, pendidikan tidak
apabila menggunakan paradigma yang lagi sepenuhnya dipandang sebagai upaya
mendasari Renstra tersebut adalah mencerdaskan bangsa atau suatu proses
neoliberalisme sehingga pada titik dasar pemerdekaan manusia, tetapi mulai
epistema yang ada sesuai dengan Renstra bergeser menuju komodikasi pendidikan
berdasarkan epistema ekonomi dan politik, (Saksono,2008:106).
bukan berdasarkan epistema pedagogis. Komodikasi pendidikan terjadi dua
Penyusunan Renstra yang ada dengan perubahan orientasi dalam pendidikan
jelas menggunakan paradigma ORBEX nasional. Pertama, peranan negara untuk
(Organizing fo Business Excellent). mencerdaskan warga semakin dikurangi
Pendidikan dianggap sebagai suatu dan digantikan oleh peranan pasar. Kedua,
organisasi bisnis yang ditujukan untuk tujuan pendidikan nasional mulai dari
memperoleh keuntungan (Profit) dalam tingkat dasar sampai tingkat tinggi tidak lagi

87
untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, yang digerakan dari kampus-kampus pada
tetapi lebih fokus untuk menghasilkan 1998 adalah mengembalikan hubungan
lulusan yang menguasai scientia, walaupun negara dan warga keatas rel yang benar
belum sepenuhnya sesuai dengan dan lurus. Setelah beberapa waktu ini
kebutuhan bangsa, tetapi kurang melaksanakan reformasi apakah tujuan

membekali peserta didiknya dengan pendidikan yang memerdekakan, atau


dalam bahasan almarhum Romo
semangat kebangsaan, semangat keadilan
Mangunwijaya, Pendidikan untuk
sosial, serta sifat-sifat kemanusiaan dan
meningkatkan harkat manusia telah mampu
moral luhur sebagai warga negara. Selama
menciptakan warga indonesia yang “Ora
pemerintahan orde reformasi, pendidikan
mlarat lan ora ningrat?”. Semua bukti
nasional mengalami tiga distorsi yang
secara kasat mata menunjukkan pasca
menyebabkan bidang tersebut tidak mampu
reformasi, sebagian besar rakyat, 49,1%
mencapai tujuan pendidikan nasional untuk
masih tetap mlarat, karena berpendapatan
mencerdaskan kehidupan bangsa atau
dibawah PPD$2 per-kapita perhari. Angak
“meningkatkan keterdidikan” warga bangsa. partisipasi pendidikan menengah dan tinggi
Tiga distorsi itu adalah distorsi proses, lebih rendah dari negara-negara tetangga,
distorsi mutu dan relevansi, dan distorsi baru 62% penduduk usia 13- 18 tahun
pendekatan. memiliki akses pendidikan menengah, dan
Semangat pendidikan yang 16% penduduk usia 19-24tahun memiliki
memerdekakan (terutama untuk para siswa) akses pendidikan tinggi. Akses masyarakat
yang oleh para pendiri Boedi Utomo telah desa dan masyarakat miskin pada air bersih
dijadikan wahana untuk menghapus dan sanitasi sehat masih rendah, pada
penjajahan ddari bumi pertiwi tetap tahun 2007 di Indonesia baru menduduki
dipegang teguh. Semangat itu tercantum peringkat 111 dalam HDI ( Human
pada pembukaan UUD 1945 untuk dijadikan Development Index), dan status kesehatan
satuan dalam penyelenggaraan pendidikan warga, dilihat dari angka harapan hidup,
nasional. Sebagai bangsa kita menyadari setingkat dengan negara-negara menengah

betapa staatfundamentalnorms yang yaitu 69,7 tahun. Tetapi dalam

terkandung dalam pembukaan UUD serta penyelenggaraan tata pemerintahan yang

ketentuan-ketentuan konstitusional yang bersih (Good Governance). (Soffian Effendi,


2008 dalam Saksono, 2008:107).
mengatur hubungan negara dan warga
Perkembangan peringkat dalam HDI
dalam pendidikan telah menyimpang dalam
Indonesia dibandingkan negara ASEAN
pelaksananaannya.
lainnya, dapat kita lihat pada tabel berikut
Salah satu tuntutan gerakan reformasi
ini.

88
Tabel 2 : Perkembangan Kualitas Manusia Indonesia dan ASEAN
diukur dari Ranking HDI

Tahun
Negara
2000 2004 2007 2011
Singapore 22 25 23 26
Brunei Darussalam 25 34 30 33
Malaysia 56 61 66 61
Thailand 67 74 87 103
Filiphina 77 84 105 112
Indonesia 109 108 111 124
Sumber: Human Developmen Report, 2011

Dari data tersebut terindikasi bahwa memprihatinkan adalah keberadaan negara


peringkat Indonesia mengalami penurunan Indonesia dibandingkan dengan negara
yang drastis dari peringkatnya pada tahun ASEAN lainnya berada pada posisi
2007 memperoleh peringkat 111 pada terendah.
tahun 2011 berada pada posisi 124. Yang

Tabel 3: Trend HDI dengan Indicator Komponen


Life Expected
Means years of GNI per capita
expectancy at years of HDI value
schooling (2005 PPPS)
birth schooling
1980 57,6 8,7 3,1 3,138 0,423
1985 60.0 10,1 3,5 1,539 0,460
1990 62,1 10,4 3,3 2,007 0,481
1995 64,0 10,5 4,2 2,751 0,527
2000 65,7 11,1 4,8 2,478 0,543
2005 67,1 11,8 5,3 2,840 0,572
2010 68,9 13,2 5,8 3,544 0,613
2011 69,4 13,2 5,8 3,716 0,617
Sumber: Human Development Resources, 2011

Gambar 1. Trend Kenaiakan HDI Indonesia Indonesia, 2011


Perubahan yang terjadi begitu pesat,
mulai bergesernya paradigma perubahan
yang tidak lagi sesuai dengan dasar negara
yang tercantum dalam pembukaan UUD
1945. Soffian Effendy (dalam Saksono,
2008: 109) menyebutkan ada tiga distorsi
yang terjadi pada pendidikan di Indonesia

Sumber: Human Development Resources


yaitu: pertama, distorsi proses. Melalui

89
kebijakan Ujian Nasional (UN) yang kondisi Triple asimetris, yaitu asimetri
mengacaukan antara penilaian terhadap informasi, asimetri kelembagaan, dan
prestasi siswa dan evaluasi kurikulum. asimetri negoisasi tersebut, globalisasi
Kebijakan yang ada lebih pada melihat dari berarti menghadapkan negara-negara
nilai evaluasi untuk menguji Compliance berkembang seperti Indonesia dalam posisi
antara kurikulum sekolah dengan standar yang mudah didominasi oleh Corporatice
kurikulum nasional khususnya mata state yang kuat.
pelajaran yang diujikan. Kedua, distorsi Melalui Hegemoni informasi,
mutu dan relevansi. Mutu pendidikan kelembagaan, dan negoisasi tersebut,
nasional jauh tertinggal dari mutu negara negar-negara Corporatic melalui lembaga
“maju” bahkan kalah dibandingkan dengan multilateral maupun bilateral telah
negara ASEAN (terutama Singapura, mendiktekan kepentingan nasional atau
Malaysia, dan Muangthai). Pada negara lebih sempi kepentingan corporate mereka
ASEAN kebutuhan pendidikannya kepada negara-negara berkembang,
didasarkan pada sistem pendidikan yang termasuk Hegemoni of meaning atas
sesuai dengan struktur kebutuhan industri. konsep-konsep penting seperti demokrasi,
Sebagai contoh di Singapura, Korea, dan yang ditunggalkan maknakan menjadi
Taiwan terdapat 70-80% lulusan SLTA yang demokrasi liberal, ekonomi kapitalistik,
melanjutkan pendidikannya kejuruan dan pasar bebas, kepemilikan hak-hak
pendidikan teknis, dan hanya 20-25% intelektual, dan liberalisasi perdagangan
melanjutkan ke Universitas. Keadaan tadi termasuk perdagangan jasa.19 Dengan
berbanding terbalik dengan Indonesia. diterbitkannya Perpres no.77 tahun 2007,
Ketiga, distorsi pendekatan. Pemerintah RI pemerintah secara sadar maupun tidak
pasca-reformasi nampaknya amat telah melakukan perubahan total terhadap
terpesona oleh gelombang globalisasi yang paradigma pendidikan nasional. Perubahan
menjanjikan akses lebar ke pasar global. yang terjadi pada paradigma tersebut
Pemerintah kurang sadar kalau yang membawa 2 konsekuensi mendasar pada
terbuka lebar adalah hubungan asimetris pendidikan nasional. Pertama pendidikan di
anatara negara berkembang yang redusir menjadi kegiatan komersial, menjadi
mempunyai sumber daya alam besar dan “bidang usaha” yang terbuka untuk
jumlah manusia kurang terdidik dengan penanaman modal luar negeri walaupun
negara maju yang menguasai informasi, dengan pembatasan modal luar negeri
memiliki kemampuan kelembagaan, dan sebesar 49%. Kedua, pendidikan tidak lagi
punya kemampuan negoisasi. Dalam merupakan kewajiban konstitusional

86
pemerintah. 20 perubahan paradigma yang menyumbangkan 70% pada PDB Australia,
ada dalam bidang pendidikan ini tidak lepas mampu menyerap 80% tenaga kerja dan
dari pengaruh WTO ( World Trade merupakan 20% dari eksport total negara
Organization) yang menetapkan tiga kangguru (Enders dan Fulton, 2002: 123).
kategori industri yaitu dari sektor primer,
sektor sekunder, dan sektor tersier. KESIMPULAN
Pendidikan termasuk dalam sektor tersier Sejarah pendidikan di Indonesia serta
sesuai pada penetapan WTO,karena gambaran pendidikan di Indonesia setelah
kegiatan pokoknya ialah mentransformasi adanya era reformasi mengindikasi bahwa
orang yang tidak berpengetahuan dan telah terjadi keadaan yang „berulang‟ antara
orang yang tidak berketrampilan menjadi masa kolonialisme dengan masa sekarang
orang berpengetahuan dan orang yang dimana tidak seluruh masyarakat dapat
memiliki ketrampilan. mengakses pendidikan padahal telah jelas
tercantum pada undang-undang pasal 31
PENDIDIKAN SEBAGAI KOMODITI YANG ayat (1) setiap warga negara berhak
MENGUNTUNGKAN mendapat pendidikan. namun pada
Fenomena pendidikan saat ini tidak faktanya masih banyaknya jumlah anak
terlepas dari profit yang diraih oleh yang putus sekolah dan meningkatkannya
pengelola, jika pengelolaannya keluar dari angka kemiskinan akibat rendahnya tingkat
jalur yang tertuang dalam naskah pendidikan.
pembukaan UUD 1945. Sebagai contoh, Berdasarkan ciri politik pendidikan
beberapa negara yang menjadikan Belanda (Nasution, 2001), pendidikan
pendidikan sebagai komoditi profit adalah Indonesia dapat digolongkan menjadi: [1].
Amerika serikat, Inggris, dan Australia Gradualisme, yang luar biasa dalam
(Enders dan Fulton, 2002: 104-105). Pada penyediaan pendidikan bagi anak-anak
200 ekspor jasa pendidikan Amerika indonesia. Tapi yang ada kini penyediaan
mencapai US $ 14 milyar atau Rp. 126 pendidikan yang tidak merata pada anak
trilyun. Pada pendapatan nasional inggris desa dan perkotaan. Serta bebasnya
sumbangan eksport jasa pendidikan swasta membuat sekolah yang berorientasi
mencapai sekitar 4% dari total penerimaan pada market oriented. [2] Dualisme dalam
sektor jasa negara tersebut. Menurut Millea pendidikan dengan menekankan perbedaan
(1998), sebuah publikasi rahasia berjudul yang tajam antara pendidikan belanda dan
intellegint exports mengungkapkan pada pendidikan pribumi. Pada masa sekarang
tahun 1994 sektor jasa telah yang mengalami kesenjangan yang teramat

87
tajam adalah antar si kaya dan si miskin, sesuai dengan nilai budaya dan sosial serta
ketika anak orang kaya mampu ekonomi yang diterapkan di negara kita.
mengenyam pendidikan hingga tingkat Dan [6] tidak adanya perencanaan
tinggi dan memperoleh fasilitas baik pendidikan yang sistematis untuk
sedangkan anak orang miskin hanya pendidikan pribumi. Hal ini juga sangat
bersekolah semampunya dan terkadang dirasakan pada era reformasi sehingga
meninggalkan bangku sekolah karena tidak adanya jaminan masa depan terhadap
ketidakberdaan sistem yang ada. [3] Kontrol anak-anak yang telah lulus bersekolah
sentral. Kontrol yang dilakukan pemerintah terhadap kehidupan sosial ekonomi mereka,
kolonial terhadap siapa saja murid yang mengapa demikian pendidikan yang
dapat mengenyam pendidikan juga di alami diciptakan pemerintah nhanya melihat dari
pada era reformasi ini. Tetapi yang menjadi segi kognitif saja tanpa mempertimbangkan
kontrol sentralnya adalah market, kemampuan dan kebutuhan industri akan
kemampuan daya beli akan pendidikan skill yang dimiliki oleh lulusan dunia
yang akan menjadi kontrol dan seleksi siapa pendidikan di Indonesia.
saja yang dapat mengenyam pendidikan. [4] Dari keadaan ini dapat ditarik benang
Keterbatasan tujuan sekolah pribumi, dan merah bahwa ada indikasi terjadinaya
peranan sekolah untuk menghasilkan kolonialisme babak modern. Dimana sistem
pegawai sebagai faktor penting dalam pendidikan yang ada kembali berlandaskan
perkembangan pendidikan. pada era kisah masa lalu. Sehingga keadaan ini
reformasi yang ada kebutuhan industri tidak mengikiskan terjadinya walfare state pada
dijadikan dasar akan keberadaan suatu bidang pendidikan, yang terjadi malah
sistem pendidikan, sehigga persaingan kesenjangan yang semakin jauh antar anak
yang terjadi adalah masuknya tenaga- bangsa.
tenaga kerja asing yang memiliki skill lebih
dibandingkan tenaga-tenaga kerja lulusan Rekomendasi Kebijakan
Indonesia sehingga kita tersingkir Rekomendasi kebijakan yang akan
keberadaannya di negara sendiri. [5] Prinsip penulis tawarkan dalam tulisan singkat ini
konkordansi, yang menyebabkan maka adalah pemerataan jumlah sekolah dan
sekolah di indonesia sama dengan di negeri tenaga pendidik, tingkatkan kualitas
belanda. Pada era reformasi dengan transportasi yang ada mengingat negara
adanya keikutan sertaan WTO menciptakan Indonesia adalah negara kepulauan.
pasar negara luatr akan pendidikan Mengapa jumlah sekolah yang merata?
menjadikan pendidikan yang ada tidak Sebab dengan adanya sekolah merata kita

88
telah mulai kembali pada landasan
konstitusi yaitu “mencerdaskan kehidupan DAFTAR PUSTAKA
bangsa” ketika jumlah sekolah tidak merata
dan tenaga pendidikpun demikian maka Darmawan Triwibowo dan Sugeng
Bahagijo. Mimpi Negara
yang menjadi landasan berubah menjadi Kesejahteraan.Jakarta: Pustaka
“mencerdaskan kehidupan orang kota”. Ini LP3ES. 2006

suatu pernyataan ironi setelah mengenyam Paskal Kleden pengantar Dr.I. Wibowo.
kemerdekaan 66 tahun 4 bulan 29 hari Menuju Tengah Baru “Labour Party
Inggris dan SPD Jerman di Bawah
masih banyak pelosok negeri yang masih Tekanan Neoliberalisme”.
buta huruf. Mengapa penulis juga Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2005

merekomendasikan peningkatan Nasution, S., Sejarah pendidikan Indonesia,


transportasi? Sebab ketika penulis kecil dan PT.bumi aksara. Jakarta, 2001
mendengar ada semboyan yang Saksono. Ign. Gatut. Pendidikan yang
mengatakan “Buku adalah gudang ilmu”. Memerdekakan Siswa. Yogyakarta:
Rumah Belajar Yabinkas. 2008
Keberadaan sesuai dengan pengalaman
yang ada ketika anak-anak pelosok yang
berada dikalimantan daerah perbatasan
darat dengan serawak tempat penulis
tinggal tidak terdapat buku yang memadai,
sehingga kualitas pendidikan yang ada
antara di kota dan desa berbeda. Hal ini
disebabkan karena transportasi yang sulit
hanya ada satu jalan yaitu pesawat dan
jadwal penerbangan pesawatpun tidak pasti
sehingga menjadikan daerah pelosok
menjadi daerah tertinggal dan kesejateraan
yang yang digemakan di kota sungguh
sangat jauh dari perwujudannya terhadap
kehidupan masyarakat desa.

89

Anda mungkin juga menyukai