Saya merupakan seorang mahasiswi semester tiga di salah satu
perguruan tinggi di Cirebon. Saya lahir dan besar di sebuah Desa di Jawa barat, tepatnya Desa Pasawahan Kecamatan Pasawahan Kabupaten Kuningan, Jawa barat. Sebuah Desa yang jauh dari hiruk pikuk keramaian kota, sebuah Desa yang masih sulit mendapatkan sinyal telepon di beberapa titik tertentu, dan sebuah Desa dimana hal-hal yang berbau seksual dianggap tabu dan melanggar norma. Saya punya cerita tentang bagaimana dulu orangtua saya mengajari saya sex education dengan sangat baik. Dulu saat masih sekolah dasar, saya pernah bertanya mengenai hubungan seksual pada ibu saya. Maklum, saya yang sebelum masuk sekolah dasar sangat di perhatikan dan di jaga ucapannya, lalu di lingkungan sekolah saya bergaul dengan teman-teman dari berbagai latar belakang. Teman-teman saya banyak mengucapkan istilah-istilah yang tidak saya mengerti dan baru saya dengar kala itu. Salah satunya adalah ng*we. Aneh juga saat seorang bocah sekolah dasar bertanya mengenai hubungan seksual pada ibunya. Lantas bagaimana tanggapan orangtua dengan pertanyaan-pertanyaan yang sulit dijelaskan jawabannya. Saat itu ibu saya menjawab bahwa sebenarnya saya masih belum boleh tahu tentang hal yang saya tanyakan itu, tapi agar saya tidak mencari jawaban kepada orang lain atau sumber-sumber yang tidak terpercaya, yang mungkin jawabannya bisa menyesatkan, maka ibu saya juga menjelaskan bahwa ng*we adalah hubungan kelamin antara suami dan istri yang sudah sah. Ibu saya juga berkata jika saya tidak boleh melakukan hal itu saat saya belum menikah, jika saya melakukan hal itu sebelum menikah maka saya berdosa besar dan akan dimasukkan kedalam neraka. Kurang lebih seperti itulah kata ibu saya. Disinilah pentingnya peran dan tanggung jawab keluarga dan lingkungan untuk membentuk sudut pandang mana yang baik dan mana yang tidak baik, mana yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Sehingga membentuk kepribadian dan kebiasaan seseorang agar sesuai dengan tuntutan dan tidak melanggar nilai dan norma yang ada masyarakat. Untuk ibu saya sendiri lebih menekankan pada pengetahuan keagamaan, dimana agama sebagai fondasi yang kokoh dalam mengahadapi tantangan-tantangan kehidupan. Jika fondasi agama seseorang sudah kuat maka segala pengaruh buruk dari luar tidak akan menggoyahkannya. Seperti sebuah pohon yang akarnya sudah tertanam kuat, seberapa kencang pun angin menerpanya, tetap tidak akan roboh pula pohon tersebut. Saya juga punya cerita lain mengenai sex education di lingkungan saya. Saya masih ingat ketika saya kecil dulu, saat anak-anak sekolah dasar saling menyingkap rok sekolah lalu mereka tertawa riang tak berdosa. Saat anak-anak lelaki bercanda, dengan salah seorang bocah dipegangi kakinya lalu kawan yang lainnya menendang-nendang kecil alat vitalnya. Saat seorang bocah sekolah dasar bermain hujan diteras rumahnya hanya dengan memakai celana dalam, atau bahkan telanjang tanpa sehelai benang pun. Saya masih ingat seorang ibu yang berkata pada anaknya “Udah celana dalemnya pake yang kemarin aja dulu, masih bersih kok.” Dan saya juga masih ingat tentang mitos yang dulu ibu saya pernah katakan dan masih dipercayai sampai sekarang, yaitu mengenai menstruasi pertama yang tidak boleh diberitahukan pada siapapun apalagi orangtuanya. Jika orangtua tahu tentang menstruasi pertama putrinya, maka putrinya itu harus membelikan pakaian berwarna merah pada ibunya. Miris memang saat benih-benih pelecehan seksual hanya dianggap sekadar candaan, sedih juga saat kesehatan organ reproduksi dianggap hal sepele yang tidak begitu penting, dan yang paling lucu sekaligus memilukan ialah saat mitos dan pamali lebih dipentingkan dari kesehatan pribadi. Padahal orangtua adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya. Padahal keluarga adalah benteng utama dari berbagai pengaruh buruk yang ada. Padahal lingkungan berperan besar dalam pergaulan dan membentuk kepribadian seseorang. Sudah seharusnya kita sebagai bagian dari lingkungan, bagian dari masyarakat, dan calon-calon orangtua yang akan melahirkan dan mendidik generasi-generasi berikutnya paham dan sadar betul akan pentingnya sex education dan kesehatan organ reproduksi. Pemahaman akan sex education dan kesehatan organ reproduksi sangatlah penting guna meminimalisir HIV AIDS, seks bebas, pelecehan seksual, dan berbagai prilaku menyimpang lainnya yang kerap menjangkiti anak-anak usia remaja.