Anda di halaman 1dari 20

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Sifat Dan Karakteristik Ikan Kerapu


Ikan Kerapu (Epinephelus tauvina) merupakan salah satu komoditas perikanan
yang sangat penting dan mempunyai nilai ekonomis tinggi. Permintaan ikan Kerapu ini
semakin tahun menunjukkan peningkatan yang tajam. Saat ini permintaan ikan Kerapu
di pasar Asia termasuk negara-negara Asean cukup tinggi terutama Hongkong, China,
Singapura, Taiwan dan Jepang. Ciri-ciri ikan kerapu secara morfologi : bentuk tubuh
agak rendah, moncong panjang memi-pih dan menajam, maxillary lebar di luar mata,
gigi-gigi pada bagian sisi dentary 3 atau 4 baris, terdapat bintik putih coklat pada
kepala, badan dan sirip, bintik hitam pada bagian dorsal dan posterior. Habitat benfli
Epinephelus tauvina adalah pantai yang banyak ditumbuhi algae jenid Ulva reticulata
dan Gracilaha spp. dan setelah dewasa hibup di perairan yang lebih dalam dengan dasar
terdiri dari pasir berlumpur (SUGAMA & EDA 1986). Benih Epinephelus tauvina yang
dipelihara di kurung apung atau tangki percobaan memperlihatkan tingkah laku selalu
berada di dasar. Epinephelus tauvina termasuk jenis ikan karnivora dan cara makannya
dengan "mencaplok" satu persatu makanan yang diberikan sebelum makanan sampai ke
dasar (SU-GAMA 1986).
Salah satu jenis Ikan Kerapu yaitu Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscogatattus)
termasuk jenis ikan laut komersial yang mulai banyak dibudidayakan orang, baik untuk
pembenihan maupun pembesarannya karena menjanjikan prospek yang bagus. Jenis
ikan Kerapu lain yang dapat dibudidayakan adalah Kerapu Sunu atau Kerapu
Lodi (Plectomorphus leopardus dan P. moculatus), Kerapu Bebek atau Kerapu
Tikus (Chromileptes altivelis), Kerapu Lumpur (Epinephelus coioides), Kerapu
Kertang atau Kerapu Naga (Epinephelus lanceolatus).
a. Kerapu Macan

Gambar 1. Kerapu macan


Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) mempunyai bentuk badan
yang pipih memanjang dan agak membulat (Mucharie et.al,1991). Mulut lebar dan di
dalamnya terdapat gigi kecil yang runcing (Kordi, 2001), menjelaskan bahwa rahang
bawah dan atas dilengkapi dengan gigi yang berderet 2 baris lancip dan kuat. Kerapu
macan (Epinephelus fuscoguttatus) memiliki warna seperti sawo matang dengan tubuh
bagian verikal agak putih. Pada permukaan tubuh terdapat 4-6 pita vertical berwarna
gelap serta terdapat noda berwarna merah seperti warna sawo (Mucharie et al,1991).
Menurut Mucharie et al. (1991) kerapu macan (Ephinephelus fuscoguttatus)
diklasifikasikan sebagai berikut :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Sub phylum : Vertebrata
Class : Osteichtyes
Sub class : Actinopterigi
Ordo : Percomorphi
Sub ordo : Percoidea
Family : Serranidae
Sub family : Epinephelinae
Genus : Epinephelus /Cromileptes / Variola/ Plectropomus,
Spesies : Epinephelus fuscoguttatus
Adapun habitat ikan kerapu macan (Epinephelus
fuscoguttatus) hidup diperairan karang pantai dengan kedalaman 0,5–3 m selanjutnya
menginjak dewasa beruaya keperairan yang lebih dalam antara 7 – 40 m, biasanya
perpindahan ini berlansung pada senja dan siang hari. Telur dan larva bersifat pelagis
sedangkan kerapu muda dan dewasa bersifat domersal. Habitat favorit larva dan
kerapu macan muda adalah pantai dekat muara sungai dengan dasar pasir berkarang
yang banyak ditumbuhi padang lamun. Kebanyakan ikan kerapu tinggal di terumbu
karang dan sekitarnya, meskipun ada pula yang hidup di pantai sekitar muara sungai.
Kerapu besar biasanya ditemukan diperairan pantai yang berlumpur di depan muara
sungai (Mucharie et al., 1991).
Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) bersifat hermaprodit protogini
yang berarti setelah mencapai ukuran tertentu, akan berganti kelamin (change sex) dari
betina dewasa menjadi jantan. Perubahan jenis kelamin ini memerlukan dalam waktu
cukup lama dan terjadi secara alami. Biasanya perubahan kelamin terjadi ketika ikan
mencapai berat 7 kg. (Sudjiharno, 2003).
Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) betina ketika akan memijah
akan mendekati ikan jantan. Bila waktu memijah tiba, ikan jantan dan ikan betina akan
berenang bersama- sama di permukaan air. Pemijahan biasanya terjadi pada malam
hari pada saat bulan gelap. Jumlah telur yang dihasilkan dalam satu kali pemijahan
tergantung dari berat tubuh ikan betina. Telur yang telah dibuahi bersifat non adhesive
yaitu telur yang satu tidak melekat pada telur yang lainnya. Telur yang dibuahi akan
menetas menjadi benih yang aktif berenang (Sudjiharno, 2003).
Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus) merupakan hewan karnivora
yang memangsa ikan-ikan kecil, kepiting, dan udang-udangan, sedangkan larva ikan
kerapu macan memangsa larva moluska. Ikan kerapu macan juga bersifat kanibal.
Biasanya mulai terjadi saat larva kerapu berumur 30 hari, dimana pada saat itu larva
cenderung berkumpul di suatu tempat dengan kepadatan tinggi. Ikan kerapu
macan (Epinephelus fuscoguttatus) mencari makan hingga menyergap mangsa dari
tempat persembunyiannya dengan cara makannya dengan memakan satu per satu
makanan yang diberikan sebelum makanan tersebut sampai ke dasar perairan
(Sudjiharno, 2003).

b. Kerapu Tikus

Gambar 2. Kerapu tikus atau kerapu bebek


Menurut Akbar (2002), ikan kerapu bebek adalah jenis ikan karang yang hanya
hidup dan tumbuh cepat di daerah tropis. Ciri khasnya terletak pada bentuk moncong
yang menyerupai bebek sehingga disebut kerapu bebek. Adapun klasifikasi ikan
kerapu tikus adalah sebagai berikut :
Phyllum : Chordata
Subphylum : Vertebrata
Class : Osteichyes
Subclass : Actinopterigi
Ordo : Percomorphi
Subordo : Percoidea
Family : Serranidae
Subfamili : Epinephihelinae
Genus : Cromileptes
Spesies : Cromileptes altivelis
Menurut Akbar (2002) bentuk tubuh bagian punggung meninggi dengan
bentuk cembung (Concaver). Ketebalan tubuh sekitar 6,6 – 7,6 cm dari panjang
spesifik sedangkan panjang tubuh maksimal sampai 70 cm. Ikan ini tidak mempunyai
gigi canine (gigi yang terdapat dalam geraham ikan) lubang hidung hidung besar
berbentuk bulan sabit dertical, kulit berwarna terang abu-abu kehijauan dengan bintik-
bintik hitam diseluruh kepala, badan dan sirip. Pada kerapu bebek muda, bintik
hitamnya lebih besar dan sedikit.
Kerapu berkembang baik pada terumbu karang hidup maupun mati atau
perairan karang berdebu dan tide pools. Dalam siklus hidup, kerapu bebek muda hidup
diperairan karang pantai dengan kedalaman 3-5 m dan kerapu dewasa hidup pada
kedalaman 40 – 60 m. Parameter ekologis yang cocok untuk pertumbuhan ikan kerapu
yaitu pada kisaran suhu 24 – 31°C, salinitas antara 30 – 33 ppt, kandungan oksigen
terlarut lebih besar dari 3,5 ppm dan pH antara 7,8 – 8,0 (Departemen pertanian,
Direktorat Jenderal Perikanan 1999).
Kerapu bebek bersifat hermaprodit protogini, yaitu pada perkembangan
mencapai dewasa (matang gonad) berjenis kelamin betina dan akan berubah menjadi
jantan apabila tumbuh menjadi lebih besar atau bertambah tua umurnya, fenomena ini
berkaitan erat dengan aktivitas pemijahan, umur, indeks kelamin, dan ukuran. Kerapu
matang gonad pada ukuran panjang 38 cm .Umumnya kerapu bersifat soliter tetapi
pada saat akan memijah akan bergerombol musim pemijahan ikan kerapu terjadi pada
Bulan Juni – September dan Nopember – Februari terutama pada perairan kepulauan
Riau, Karimun, Jawa dan Irian Jaya. Berdasarkan perilaku makannya ikan kerapu
menempati struktur tropik teratas dalam piramida rantai makanan salah satu sifat
buruk dari ikan kerapu adalah sifat kanibal tapi pada kerapu bebek sifat kanibalis tidak
seburuk pada kerapu macan dan kerapu lumpur.
c. Kerapu Kertang

Gambar 3. Kerapu kertang (Giant grouper)


Kerapu lainnya adalah kerapu kertang. Kerapu kertang sering disebut juga
sebagai giant grouper karena ukurannya dapat mencapai di atas rata – rata ukuran
kerapu pada umumnya. Kerapu kertang memiliki nama ilmiah Epinephelus
lanceolatus. Kerapu ini dapat mencapai berat ratusan kilogram dan mampu hidup
sampai 60 tahun. Kerapu kertang sering disebut juga kerapu naga mempunyai prospek
yang sangat bagus karena pertumbuhannya lebih cepat dari kerapu macan namun
benihnya saat ini masih belum dapat diproduksi secara massal (Ismi dan Yasmina,
2011). Klasifikasi ikan kerapu kertang yaitu :
Kingdom : Animalia
Phylum : Chordata
Class : Actiropterygii
Ordo : Perciformes
Family : Serranidae
Genus : Ephinephelus
Spesies :Ephinepelus lonceolatus
Ciri umum ikan kerapu kertang secara umum yaittu bentuk tubuh pipih,
yaitu lebar tubuh lebih kecil dari pada panjang dantinggi tubuh,
rahang atas dan bawah dilengkapi dengan gigi yang lancip dan kuat, mulut lebar,
serong ke atas dengan bibir bawah yang sedikit menonjolmelebihi bibir atas,
sirip ekor berbentuk bundar, sirip punggung tunggal dan memanjang dimana bagian
yang berjari-jari lunak. Selain itu ciri yang lain adalah
posisi sirip perut berada di bawah sirip dada,badan di tutupi sirip kecil yang bersisik st
enoid. Ikan kerapu genus Ephinephelus tubuh di tutupi oleh bintik-bintikberwarna
coklat atau kuning, merah atau putih, tinggi badan pada sirip punggung pertama
biasanya lebih tinggi dari pada sirip dubur (Darwisito, 2002 ).
d. Kerapu hibrid
Menurut Cahyaningsih dan Subyakto (2003) sistematika hibrid yaitu :
Filum : Chordata
Subfilum : Vertebrata
Kelas : Osteichtyes
Sub Kelas : Actinopterigi
Ordo : Percomorphi
Subordo : Percoidea
Family : Serranidae
Genus : Epinephelus
Spesies : Epinephelus sp.
Menurut Cahyaningsih dan Subyakto (2003), ikan kerapu hybrid antara
kerapu macan dan kerapu batik memiliki ciri – ciri dan aspek biologi yaitu
bagian atas kepala cembung, kepala, badan, dan sirip berwarna abu – abu pucat
atau kecoklatan pucat dan badan dipenuhi dengan bintik – bintik hitam cerah,
ukuran bintik semakin mengecil ke arah mulut. Ujung sirip ekor membulat
berbentuk busur.
Menurut Sudirman dan Yusri (2008) ikan kerapu adalah ikan asli dari laut
yang hidup di berbagai habitat (tempat hidup) tergantung dari jenisnya. Salah satu
indikator keberadaan ikan kerapu disuatu perairan adalah adanya terumbu karang.
Dalam siklus hidupnya ikan muda hidup diperairan pantai berdasar pasir dengan
padang lamun (sea grass) masa dewasa akan berupaya ke perairan yang lebih
dalam antara 7 sampai 40 meter. Penyebaran vertikal tersebut sesuai dengan sifat
ikan kerapu sebagai ikan nocturnal, yang pada siang hari hanya lebih banyak
bersembunyi di liang-liang karang, sedangkan pada malam hari aktif bergerak di
kolam air untuk mencari pakan. Ikan kerapu hidup di perairan pantai, perairan
berkarang, dimana ada yang hidup secara sendiri-sendiri dan ada pula yang
berbentuk gerombolan kecil (schooling).

e. Kerapu Cantang
Ikan kerapu cantang merupakan ikan hibrida antara ikan kerapu
macan betina dengan ikan kerapu kertang jantan. Perekayasaan hibridisasi ikan
kerapu antara ikan kerapu macan betina dan kerapu kertang jantan telah
menghasilkan satu varietas baru yang secara morfologis mirip dengan kedua
spesies induknya, sedangkan partumbuhannya lebih baik daripada ikan kerapu
macan dan kerapu kertang itu sendiri. Dengan hadirnya benih varietas baru ini
diharapkan dapat membantu produksi benih secara Nasional untuk mendukung
pencapaian target produksi sebesar 353% Kementerian Kelautan dan Perikanan
tahun 2014. Bentuk tubuh compres dan relative membulat dengan ukuran lebar
kepala sedikit atau hampir sama dengan lebar badannya. Warna kulit coklat
kehitaman dengan 5 garis hitam melintang di bagian tubuhnya. Semua sirip
(pectoral, anal, ventral, dorsal dan caudal) bercorak seperti kertang dengan dasar
berwarna kuning dilengkapi dengan bintik-bintik hitam. Bintik hitam juga banyak
tersebar di kepala dan didekat sirip pectoral dengan jumlah yang berlainan pada
setiap individu. Sirip punggung semakin melebar kearah belakang. Sirip
punggung menyatu yang terdiri atas 11 jari-jari keras dan 15 jari-jari lunak, sirip
pectoral terdiri atas 17 jari-jari lunak, sirip ventral terdiri dari 1 jari-jari keras dan
5 jari-jari lunak, sirip anal terdiri dari 2 jari-jari keras dan 8 jari-jari lunak,
sedangkan sirip caudal terdiri atas 13 jari-jari lunak. Bentuk ekor rounded. Bentuk
mulut lebar, superior (bibir bawah lebih panjang dari bibir atas). Tipe sisik stenoid
(bergerigi). Bentuk gigi runcing (canine).

Ikan kerapu cantang memiliki kelebihan yaitu pertumbuhannya cepat.


Pertumbuhan benih dari 1 inch – 3 inchi mencapai 100 gram dalam waktu 20 hari.
Pertumbuhan ikan pembesaran dari 100 gram – 1000 gram selama 5
bulan. Pertumbuhan berat 2–3 kg selama 1 tahun. Ketahanan terhadap
penyakit lebih baik dan cenderung lebih tahan terhadap serangan penyakit
dibanding ikan kerapu macan dan kertang. Lebih toleransi terhadap lingkungan
yang kurang layak dan ruang yang sempit. Dapat bertahan hidup di air payau
sampai laut, pertumbuhan yang optimum pada salinitas 15 – 33 ppt, dengan
kepadatan tinggi.

f. Kerapu Tiktang
Kerapu tiktang adalah ikan kerapu jenis baru yang merupakan hasil hibrida
dari ikan kerapu batik betina dengan ikan kerapu kertang jantan. Ikan jenis ini
memiliki penampakan tubuh yang berwarna lebih cerah daripada kedua induknya.
Ikan jenis ini diharapkan memiliki laju pertumbuhan yang cepat seperti kedua
induknya serta ketahanan terhadap penyakit agar dapat mempersingkat masa
budidaya, meningkatkan daya tetas, meningkatkan sintasan dan juga meningkatkan
efisiensi terhadap pakan sehingga diperoleh ikan kerapu jenis baru yang dapat
mengurangi biaya yang dikeluarkan selama kegiatan budidaya ikan.
g. Kerapu Kustang
Ikan kerapu kustang merupakan hasil hibridisasi antara ikan kerapu tikus
betina dan ikan kerapu kertang jantan. Hasil hibridisasi telah menghasilkan satu
varietas yang tingkat pertumbuhannya lebih baik daripada ikan kerapu tikus. Saat
ini ikan kerapu merupakan ikan budidaya yang sedang dikembangkan dan
digalakkan sebagai komoditas budidaya laut unggulan untuk diekspor dengan nilai
jual yang cukup tinggi. Dalam rangka mendukung pengembangan budidaya
kerapu, diperlukan suatu upaya untuk mengatasi permasalahan umum dalam
budidaya ikan kerapu tikus yaitu pertumbuhan yang lambat. Hibridisaasi
merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan tersebut. Dengan
metode hibridisasi ini dapat dihasilkan benih yang unggul pada sifat-sifat genetik
dan morfologis. Teknik hibridisasi meliputi:
a. Pemeliharaan induk dan pematangan gonad
b. Pemijahan induk
c. Pembuahan buatan

Teknik produksi benih meliputi sterilisasi wadah dan peralatan, persiapan


bak, seleksi dan penetasan telur serta penebaran dan penetasan telur. Pada ikan
kerapu, grading dapat dilakukan dalam 2 tahap. Tahap 1 grading larva ukuran kecil
yang berenang di permukaan bak pemeliharaan. Larva diambil dengan
menggunakan scoop beserta air untuk menghindari larva stress dan dipindahkan ke
bak baru yang sebelumnya telah diisi air laut yang bersih. Setelah larva kecil
terambil selanjutnya diteruskan dengan larva besar yang telah sebagian besar
berubah menjadi juvenil.

Pendederan dapat dilakukan langsung dalam bak. Untuk bak dengan


kapasitas 10 m3 pendederan dapat dilakukan dengan padat penebaran 4.000–5.000
ekor. Pakan yang diberikan dapat berupa pakan buatan sebanyak 6 kali sehari.
Grading dapat dilakukan satu kali seminggu dengan pergantian air 100%.
2.2 Teknik Budidaya dan Pemasaran Ikan Kerapu
A. Budidaya Ikan dengan Karamba Jaring Apung
Karamba Jaring Apung (KJA) adalah sistem budidaya yang paling banyak
digunakan di Indonesia. KJA telah dilakukan di Jepang pada tahun 1954 dan
kemudian menyebar ke Malaysia pada tahun 1973. Di Indonesia KJA mulai dikenal
pada tahun 1976 di Kepulauan Riau dan sekitarnya, sedangkan di Teluk Banten
dimulai pada tahun 1979. Salah satu kelebihan KJA adalah ikan dapat dipelihara
pada kepadatan yang tinggi tanpa kekurangan oksigen. Konstruksi KJA dapat dilihat
pada Gambar 1.

Gambar 4. Konstruksi Karamba Jaring


Apung
Sarana dan prasarana yang idealnya digunakan dalam usaha budidaya ikan
kerapu antara lain:
1. Rakit
Konstruksi wadah budidaya ikan kerapu macan merupakan konstruksi
berupa rakit. Rakit adalah kotak yang dilengkapi dengan pelampung yang
biasanya berupa tong plastik atau sterofoam. Rakit ini merupakan wadah untuk
melekatkan atau mengikat jaring. Rakit biasanya terbuat dari kayu dengan
ukuran bingkai 8 x 8 meter, dimana tiap rakit terbagi menjadi 4 kotak berukuran
3,5 x 3,5 meter.

2. Waring
Waring adalah kantong yang terbuat dari jaring. Waring digunakan sebagai
wadah untuk memelihara ikan kerapu. Untuk pembesaran ikan kerapu, jaring
yang digunakan berukuran 3,5 x 3,5 x 3,5 meter dengan ukuran mata jaring
(meshsize) 1-2 inci.

3. Perahu

Perahu merupakan sarana transportasi petani karamba. Perahu ini juga dapat
digunakan untuk pencarian pakan alami ikan kerapu (rucah). Idealnya setiap
petani KJA memiliki minimal 1 perahu.
B. Teknik Budidaya Ikan Kerapu Dengan Sistem KJA
a. Lokasi Usaha
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan agar KJA dapat berjalan dengan
baik. Dalam hal tata letak, persyaratan umum yang harus dipenuhi dalam
pemilihan lokasi karamba adalah sebagai berikut:

1. Terlindung dari angin dan gelombang besar


Angin dan gelombang besar dapat merusak konstruksi sarana budidaya
(rakit) dan dapat mengganggu aktifitas budidaya seperti pemberian pakan.
Tinggi gelombang yang disarankan untuk budidaya kerapu tidak lebih dari
0,5 meter.

2. Kedalaman perairan
Kedalaman perairan ideal untuk budidaya ikan kerapu macan yang
menggunakan karamba jaring apung adalah 5-15 meter. Perairan yang
terlalu dangkal (kurang dari lima meter) dapat mempengaruhi kualitas air
karena banyak sisa pakan yang membusuk. Pada perairan yang
kedalamannya lebih dari 15 meter dibutuhkan tali yang panjang untuk
mengikat jangkar sehingga dibutuhkan tambahan biaya.

3. Jauh dari limbah pencemaran


Lokasi yang jauh dari buangan limbah seperti limbah indusri, pertanian,
rumah tangga, dan tambak sangat dianjurkan untuk budidaya ikan kerapu
macan dengan sistem KJA. Limbah rumah tangga biasanya dapat
menyebabkan tingginya bakteri perairan. Limbah industri dapat membuat
konsentrasi logam berat di perairan tinggi. Sementara limbah tambak dapat
meningkatkan kesuburan perairan sehingga organisme penempel seperti
teritip dan kerang-kerangan tumbuh subur dan dapat menyebabkan jaring
menjadi tertutup.

4. Dekat sumber pakan


Sumber pakan yang dekat dengan lokasi karamba sangat penting karena
pakan merupakan kunci keberhasilan budidaya ikan kerapu macan. Daerah
penangkapan ikan dengan menggunakan liftnet merupakan lokasi terbaik
karena pakan berupa ikan segar dapat diperoleh dengan mudah dan murah.

5. Sarana Transportasi
Tersedianya sarana transportasi yang baik dan mudah diakses adalah suatu
keuntungan tersendiri pada lokasi budidaya ikan kerapu macan karena
memberikan kemudahan dalam hal pengangkutan pakan dan hasil panen
(Sunyoto, 2000).
b. Persiapan Wadah
Kegiatan persiapan wadah meliputi pencucian jaring atau waring dengan
mesin penyemprot sampai bersih. Setelah itu dipasang di karamba dengan
diikat dengan tali dan diberi pemberat berupa batu atau jangkar yang diikat di
keempat ujung waring. Ukuran mata jaring yang digunakan harus disesuaikan
dengan ukuran benih yang akan ditebar. Hubungan antara ukuran mata jaring
dan ukuran benih dapat dilihat pada Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Hubungan Antara Ukuran Benih dengan Mata Waring

No Ukuran Benih (cm) Ukuran Mata Jaring Satuan


1 2-3 4 Mm
2 3-5 4 Mm
3 5-7 4 Mm
4 7-9 0,5 Inchi
5 >9 1-2 Inchi
Sumber: Pembesaran Kerapu dengan Karamba Jaring Apung, 2004

d. Penebaran Ikan
Benih kerapu macan yang digunakan dalam usaha pembesaran ikan di
karamba jarring apung berasal dari benih yang dibeli dari hatchery di Gondol,
Situbondo, dan Lampung. Penebaran dilakukan pada pagi atau sore hari saat
suhu air tidak teralalu tinggi. Aklimatisasi dilakukan agar ikan tidak stres
dengan perbedaan suhu dan salinitas antara pembenihan dan pembesaran.
Aklimatisasi dilakukan dengan cara memasukkan kantong plastik berisi ikan ke
dalam calon media pemeliharaan. Kantong dibiarkan mengapung selama 10-15
menit, setelah itu ikatannya dibuka dan ikan dibiarkan keluar dari plastik
dengan cara menenggelamkan setengah mulut plastik sehingga ikan keluar
dengan sendirinya.

e. Pemberian Pakan
Pemilihan jenis pakan pada ikan kerapu macan harus didasarkan pada
kemauan ikan untuk memangsa pakan yang diberikan, kualitas, nutrisi, dan
nilai ekonomisnya. Jenis pakan adalah ikan rucah segar (ikan-ikan non-
ekonomis penting) dengan kandungan lemak rendah seperti jenis selar, tanjan,
dan benggol karena harganya relatif murah dan nilai gizinya masih mencukupi
untuk ikan budidaya.
Pemberian pakan dilakukan dua kali sehari dengan feeding rate (FR)
sebesar sepuluh persen dari bobot tubuh pada pagi hari sekitar pukul 08.00-
09.00 WIB dan sore hari pada pukul 16.00-17.00 WIB. Benih kerapu dengan
berat kurang dari 5-10 gram berat tubuh umumnya perlu diberi pakan lebih
dari tiga kali sehari untuk memaksimalkan pengambilan pakan dan
mempercepat pertumbuhan ikan. Semakin besar ukuran ikan, semakin kurang
frekuensi pemberian pakan, tanpa memberi pengaruh nyata terhadap laju
pertumbuhan. Jika ikan diberi makan dua kali setiap harinya, pemberian pakan
harus dilakukan pada pagi hari dan petang. Untuk ikan yang diberi makan
sekali sehari, lebih baik dilakukan pada waktu petang sebelum matahari
terbenam. Tidak baik memberi pakan pada siang dan sebelum petang, karena
sinar matahari yang terik. Pada waktu tersebut, ikan kerapu cenderung
beristirahat di dasar wadah pemeliharaan dan umumnya kurang aktif makan.
Pembudidayaan ikan dengan menerapkan pemberian pakan sampai
kenyang dan mendistribusikan pakan secara merata, akan mencegah ikan
makan dengan agresif dan dengan demikian mengurangi terbuangnya sisa
pakan ke dasar wadah dan memperkecil pencemaran. Hindari cara pemberian
pakan dengan melemparkan begitu saja sejumlah pakan baik ikan rucah atau
pellet ke dalam wadah tanpa memeriksa kebiasaan makan dari ikan-ikan
tersebut karena akan banyak pakan yang keluar dari dasar karamba dan
menjadi limbah yang mencemari perairan sekitar. Pemberian pakan diharapkan
tidak meninggalkan sisa pada dasar wadah pemeliharaan karena sisa pakan
akan menjadi incaran ikan-ikan di luar wadah, terutama ikan buntal yang
sangat berbahaya dan dapat merobek waring.
Penambahan multivitamin pada ikan laut dapat menambah kekebalan
tubuh ikan, mempercepat pertumbuhan, mencegah terjadinya pembengkokan
badan, dan meningkatkan tingkat kelulushidupan (Survival Rate/SR). Dosis
pemberian vitamin atau multivitamin dan mineral mix adalah sebesar satu
sampai dua persen dari berat pakan.

f. Penyortiran (Sampling)
Ikan kerapu adalah ikan yang memiliki tingkat kanibalisme yang tinggi.
Faktor penyebab terjadinya kanibalisme adalah ukuran ikan yang tidak
seragam, kepadatan yang terlalu tinggi, kekurangan pakan, dan kualitas air
yang jelek. Kegiatan pemilahan ukuran atau penyortiran dilakukan untuk
mengetahui pertumbuhan, penentuan dosis pakan, dan SR. Sampling dilakukan
seminggu sekali dengan mengambil ikan secara acak sebanyak sepuluh persen
dari jumlah ikan yang ada. Pada saat sampling dilakukan perhitungan,
pengukuran panjang, dan ber9at tubuhnya sehingga dapat diamati SR-nya. Dari
hasil sampling juga dapat ditentukan jumlah pakan yang harus diberikan, yaitu
sepuluh persen dari biomassa ikan.

g. Perbaikan dan Pembersihan Waring


Penggantian dan pembersihan waring selama masa pemeliharaan mutlak
dilakukan. Waring kotor akibat penempelan lumpur atau biota penempel,
seperti kerang, teritip, dan alga. Apabila hal ini dibiarkan maka dapat
menghambat pertumbuhan kerapu dan menimbulkan penyakit. Biasanya
waring berukuran 8 mm akan kotor setelah dua minggu, waring ukuran 25 mm
akan kotor di atas dua minggu, dan waring ukuran 38 mm akan kotor setelah
dua bulan.
Jaring kotor dijemur terlebih dahulu kemudian disemprot dengan air
sampai seluruh kotoran yang menempel terlepas dari waring. Sebelum
dipasang kembali waring harus diperiksa terlebih dahulu, sehingga apabila ada
yang robek dapat diperbaiki. Ikan baronang yang merupakan pemakan
tumbuhan dapat membantu membersihkan waring dari biota penempel
khususnya dari jenis tumbuhan. Waring berukuran 3 x 3 x 3 meter dapat
dimasukkan 15-20 ekor ikan baronang.

h. Pemanenan
Pada budidaya kerapu macan hasil panen biasanya dijual atau
dikonsumsi dalam keadaan hidup. Untuk menjaga agar ikan tetap sehat
dan segar, maka pemanenan sebaiknya dilakukan pada sore hari karena suhu
relatif lebih rendah. Pemanenan pada sore hari diharapkan dapat mengurangi
tingkat stres pada ikan.
Ada dua metode pemanenan yang biasanya diterapkan pada budidaya
ikan kerapu macan yaitu metode panen selektif dan metode panen total.
Panen selektif merupakan pemanenan terhadap ikan yang telah mencapai
ukuran tertentu menurut keinginan pasar. Panen total merupakan pemanenan
secara keseluruhan yang biasanya dilakukan untuk memenuhi permintaan
dalam skala besar, tetapi ukuran seluruh ikan telah memenuhi kriteria jual.

C. Aspek Pemasaran
Secara umum aspek pasar ikan kerapu memiliki pangsa ekspor adalah di
daratan Cina seperti di Hongkong, Cina, Taiwan, Singapura dan Jepang yang
merupakan tujuan utama ekspor di dunia (Prawiro,1999 dan Aji, 2001).

2.3 Prospek Pembudidayaan Ikan Kerapu

Ikan kerapu merupakan salah satu jenis ikan laut bernilai ekonomis tinggi yang
terdapat di perairan Indonesia. Tingginya harga komoditas ini juga karena
ketersediaannya di alam bebas mulai berkurang. Di Indonesia, dewasa ini kegiatan
perikanan ikan kerapu semakin digalakkan sejalan dengan bertambahnya permintaan
ikan kerapu, baik untuk memenuhi dalam negeri khusunya dalam melayani permintaan
hotel-hotel dan restoran bertaraf internasional, maupun sebagai komoditas ekspor yang
akhir-akhir ini semakin besar permintaannya dalam bentuk hidup (Hendratno, 2015).

Inovasi teknologi budidaya perikanan khususnya ikan kerapu, selama ini ada
anggapan bahwa memelihara ikan kerapu termasuk dalam kategori yang cukup sulit,
karena harus ditengah laut yang airnya jerning dan pemeliharaannya yang lama.
Sekarang memelihara kerapu dapat dilakukan di lahan tambah yang sempit dan cepat
pemeliharaannya. Ikan kerapu mempunyai habitat aslinya adalah perairan karang-
karangan. Ikan kerapu sekarang sudah dibenihkan dan diproduksi di hatchery-
hatchery, sehingga mudah untuk mendapatkan bibit ikan kerapu. Ikan kerapu dari
hatchery bisa dipelihata di kolam atau tambak. Kolam tambak ikan kerapu tidak
membutuhkan lahan yang luas hanya di lahan 1 m2 saja, maka ikan kerapu sudah bisa
dibudidayakan di lahan tambak. Dengan memperharikan parameter kualitas air tambah
dan menyamankan dengan parameter air laut, maka ikan kerapu bisa dipelihara di
lahan tambak yang sempit tetapi harus yang dalam (Sara, 2005).

Adapun cara untuk membudidayakan ikan kerapu di lahan kolam ataupun


tambak yang sempit, sebagai berikut (Markus, 2007):

1. Pemilihan Lokasi
Lokasi yang baik untuk budidaya ikan kerapu adalah:
- Dekat dengan laut
- Jauh dari sumber pencemaran seperti tempat pelelangan ikan, kilang
minyak dll.
- Konstruksi tambak kokoh dan tidak rembes air
- Kedalaman minimal 1 m
- Sebaiknya memiliki 2 pintu yaitu in let dan out let
- Konstruksi lahan tambak sempit namun dalam.
2. Persiapan Sebelum Tebar
Persiapan-persiapan sebelum tebar benih ikan kerapu adalah:
- Memasukkan air laut
- Mempersiapkan perlengkapan tambak, seperti jarring kerambah, mesin
pompa air, ban bekas dan paralon untuk persembunyian kerapu
3. Bibit Kerapu dan Penebarannya
Bibit kerapu yang digunakan adalah:
- Ukurannya seragam
- Bobot awal bibit kerapu adalah 100 gram sampai 200 gram
- Bibit kerapu berasal dari tangkapan nelayan atau dari Balai Perikanan
- Penebaran bibit sebaiknya dilakukan pada pagi atau sore hari
- Penebaran bibit dilakukan dengan cara memasukkan ikan kerapu ke dalam
kolam dengan hati-hati
4. Pemeliharaan
Pemeliharaan ikan kerapu di tambak meliputi:
- Pemberian pakan sebanyak 10% dari biomassa selama 2 hari sekali
- Pakan menggunakan ikan rucah (ikan murah) seperti ikan kuniran dan ikan
petek
- Kualitas air yang optimum untuk pertumbuhan adalah: Salinitas 15-33, Ph
7-8, DO 4-8 dan tidak mengandung pencemaran minyak
- Mewaspadai terhadap serangan hama dan penyakit.
5. Panen
Panen dilakukan setelah:
- Bobot ikan telah masuk ke dalam bobot konsumsi yaitu diatas 400 gram
- Panen dilakukan pada pagi hari
- Panen dilakukan dengan menggunakan jarring arad kemudian tambaknya
dikuras habis

Dari hal-hal tersebut, sedikitnya ada tiga alasan mengapa ikan kerapu perlu
dikembangkan sebagai komoditas unggulan di Indonesia yaitu:

1. Kerapu merupakan komoditi perikanan yang memiliki peluang ekspor yang sangat
menarik yang selama ini belum dimamfaatkan secara penuh.
2. Pertumbuhan bisnis kerapu secara keselurtuhan diharapkan akan membawa
dampak peningkatan devisa Negara dan kesejahteraan lapisan bawah masyarakat
yang hidup dengan mata pencarian bidang perikanan.
3. Modernisasi penangkapan dan budidaya ikan kerapu akan mengurangi dampak
negatif terhadap lingkungan laut khususnya rusaknya terumbu karang.

Alasan tersebut menunjukkan bahwa betapa pentingnya pengembangan


perikanan ikan kerapu yang nantinya diharapkan tidak hanya memberikan dampak
terhadap sektor perikanan secara luas mel;ainkan juga terhadap pengembangan
wilayah, pariwisata dan pemberdayaan masyarakat. Sebagai tindak lanjut dari tekad
tersebut maka pengembangan ikan kerapu melalui budidayanya merupakan bisnis
yang menjanjikan (Rangkuti, 2003).
2.4 Tingkat Produksi dan Konsumsi Ikan Kerapu (Gizi dan Manfaat)
Indonesia adalah salah satu produsen utama ikan kerapu, dimana produksi ikan
kerapu pada tahun 2005 sebesar 6.493 ton, meningkat menjadi 10.200 ton pada tahun
2012. Budidaya ikan kerapu di Indonesia tersebar dari Sumatera sampai Papua dan
terkonsentrasi di beberapa provinsi seperti Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Lampung,
Jawa Timur, Lombok dan Sulawesi Utara (KKP, 2014).
Dari jenis-jenis ikan kerapu, ikan kerapu macan memiliki kelebihan
dibandingkan ikan kerapu jenis lain. Ikan kerapu macan (Epinephelus fuscoguttatus)
memiliki nilai eonomis yang tinggi dikarenakan ikan ini memiliki kandungan gizi yang
cukup tinggi. Menurut Mukadar (2007) kandungan gizi ikan kerapu macan memiliki
kandungan energi 92 kkl: protein19,8%, kalsium 27%, air 79,2%, lemak 1,02% dan
kolestrol 37%.
Perkembangan budidaya ikan kerapu macan di Lampung terlihat cukup pesat.
Salah satunya adalah di pantai Ringgung Kabupaten Pesawaran. Berhubungan dengan
hal tersebut, maka secara tidak langsung budidaya ikan kerapu macan di Pantai
Ringgung akan meluas. Salah satu perairan yang terdekat dengan pantai Ringgung
adalah Perairan Teluk Cikunyinyi.
Teluk Cikunyinyi berada di pesisir Lampung tepatnya di Desa Gebang,
Kecamatan Padang Cermin, Kabupaten Pesawaran. Teluk Cikunyinyi merupakan
perairan yang tenang karena dilindungi oleh pulau-pulau kecil. Teluk Cikunyinyi adalah
salah satu wilayah di teluk Lampung yang memiliki potensi perikanan cukup baik untuk
dijadikan lokasi pengembangan budidaya. Berdasarkan pertimbangan tersebut, Teluk
Cikunyinyi terlihat cukup mendukung untuk dijadikan lokasi budidaya khususnya
budidaya kerapu macan. Selain itu pemanfaatan perairan dilokasi tersebut belum
digunakan secara optimal dan berkelanjutan oleh para pembudidaya.
Analisis kesesuaian perairan yang tepat merupakan indikator awal keberhasilan
usaha budidaya sesuai dengan jenis komoditas dan teknologi budidaya yang akan
diterapkan (DKP, 2005). Ketersediaan informasi mengenai lokasi ideal bagi
pengembangan budidaya merupakan salah satu kendala dalam budidaya. Oleh karena
itu aspek ekologis perlu diperhatikan dalam penentuan lokasi budidaya (DKP Sulteng,
2009).
Ikan karapu mempunyai beberapa kandungan yang bermanfaat bagi kesehatan
tubuh yakni terhindar dari penyakit jantung koroner serta mampu meningkatkan
kecerdasan otak. Beberapa olahan ikan karapu bahkan dapat dijadikan menu yang lezat
dan kaya manfaat bagi tubuh. Untuk mengetahui apa saja manfaat ikan karapu maka
kita perlu mengetahui beberapa kandungan yang terdapat pada ikan karapu

Berikut kandungan nutrisi atau Gizi Ikan Karapu dengan takaran 100 gr :
1. Jumlah Kandungan Energi Ikan Kerapu = 168 kka
2. Jumlah Kandungan manfaat protein Ikan Kerapu = 32,4 gr
3. Jumlah Kandungan lemak Ikan Kerapu = 1,2 gr
4. Jumlah Kandungan manfaat karbohidrat Ikan Kerapu = 4,5 gr
5. Jumlah Kandungan manfaat kalsium Ikan Kerapu = 320 mg
6. Jumlah Kandungan Fosfor Ikan Kerapu = 343 mg
7. Jumlah Kandungan manfaat zat besi Ikan Kerapu = 6 mg
8. Jumlah Kandungan manfaat vitamin A Ikan Kerapu = 0 IU
9. Jumlah Kandungan Vitamin B1 Ikan Kerapu = 0,01 mg
10. Jumlah Kandungan manfaat vitamin C Ikan Kerapu = 0 mg

Ikan karapu merupakan jenis ikan yang dapat dikonsumsi hingga 70 % dari
keseluruhan bagian tubuh. Kelezatan daging ikan karapu serta lamanya proses
produktivitas menjadikan ikan ini sangat diminati oleh konsumen sehingga harganya
pun tergolong mahal. Kandungan asam lemak tak jenuh atau manfaat omega 3 pada
ikan karapu bahkan dapat membantu meningkatkan kecerdasan otak. Tubuh
membutuhkan asupan asam lemak esensial yang terdiri dari omega 3 dan manfaat DHA
karena tubuh tidak dapat membentuknya secara mandiri. Asupan beberapa kandungan
gizi yang terdapat pada daging ikan karapu akan menjadi stimulan positif yang
bermanfaat bagi kekuatan daya ingat otak. Manfaat lain dalam bidang kesehatan yakni
dapat menghindarkan tubuh dari penyakit jantung koroner dan cacat permanen akibat
serangan jantung atau stroke.
Ikan karapu mempunyai bentuk yang khas dan unik dari jenis ikan lain yang
hidup diperairan. Kandungan yang terdapat pada tubuh ikan karapu ini dapat membuat
kita terhindar dari penyakit jantung koroner dan meningkatkan kecerdasan otak. Hal lain
mengenai ikan karapu yakni nilai ekonomis yang tinggi karena komoditas ekspor dan
menyebabkan ikan karapu banyak dibudidayakan. Namun terdapat resiko yang terdapat
pada ikan karapu jika dikonsumsi dalam jumlah yang berlebihan. Penelitian terbaru
menemukan kandungan merkuri pada daging ikan karapu. Kandungan tersebut akan
menyebabkan dampak negatif jika masuk kedalam tubuh manusia.
1. Manfaat dari Segi Ekonomi
Ikan karapu merupakan jenis ikan yang sangat diminati oleh pasar
internasional karena khasiat dan manfaatnya. Pembudidayaan yang dilakukan
dapat membuat harga ikan karapu semakin meningkat karena tingginya
permintaan pasar. Pada umumnya, ikan karapu ini dijadikan komoditas ekspor
untuk keperluan konsumsi dan kebutuhan ikan hias. Daging ikan karapu sangat
terkenal dengan kelezatannya sedangkan pada beberapa jenis ikan karapu dapat
dijadikan sebagai manfaat ikan hias karena bentuk fisiknya yang khas.
Di habitat aslinya, ikan karapu yang hidup disekitar terumbu karang
bahkan terancam kelangsungan hidupnya akibat ekploitasi yang berlebihan.Untuk
itu pembudidayaan ikan karapu bermanfaat dalam rangka menjaga kestabilan
populasi serta menguntungkan dari segi ekonomi.
2. Manfaat dari Segi Kuliner
Kualitas daging ikan karapu memang sudah terkenal hingga pasar
internasional jadi wajar jika permintaan pasar semakin meningkat pada tiap
tahunnya. Beragam olahan hasil laut yang menggunakan daging ikan karapu
bahkan sangat digemari oleh konsumen. Pada umumnya ikan karapu diolah
sebagai menu seafood dengan cara dibakar. Namun cara pengolahan lain yang
menggunakan bahan dasar daging ikan karapu mulai menjamur di pasaran.
Berbagai bahan pelengkap seperti jamur, paprika dan beragam sayur-mayur yang
cocok dikombinasikan dengan daging ikan karapu. Berikut beberapa variasi
olahan makanan berbahan ikan karapu :
- Ikan karapu bakar saus pedas atau asam manis
- Ikan karapu kukus
- Soup ikan karapu asam peda
DAFTAR PUSTAKA

Akbar, S. dan Sudaryanto. 2002. Pembenihan dan Pembesaran Ikan Kerapu Bebek. Penebar
Swadaya. Jakarta.
Darwisito. 2002. “Strategi Reproduksi pada Ikan Kerapu (Epinephelus sp.) ”. Makalah
Pengantar Falsafah Sains (PPS702) program Pasca Sarjana.
Departemen Pertanian. 1999. Pemeliharan Kerapu Bebek. Direktorat Jenderal Perikanan.
Jakarta.
Hendratno, Seffyan, dkk. 2017. Prospek Pengembangan Usaha Ikan Kerapu Sunu
(Plektropomus leopardus) Pada Karamba Jaring Apung Berbasis Agribisnis.
Universitas Halu Oleo: Jurnal Agribisnis.
Ismi, S., dan Y.N. Asih. 2011b. Perkembangan Telur dan Tingkah Laku Larva Kerapu
Hybrid Cantang. Prosiding Forum Inovasi Teknologi Akuakultur. Bali19-
21 Juli 2011. 9-12.
Kordi, M. 2001. Usaha Pembesaran Ikan Kerapu dalam Tambak. Kanisius.Yogyakarta
MUCHARI., A. SUPRIATNA., R. PURBA., T. AHMAD dan H. KOHNO. 1991.
Pemeliharaan larva kerapu macan, Epinephelus fuscoguttatus. Bull. Pen. Perikanan,
Special Edition 2 : 43-52.
Subyakto, S dan Cahyaningsih. 2003. Pembenihan Kerapu Skala Rumah Tangga. Agromedia
Pustaka. Jakarta
Sudirman, dan Yusri Karim, 2008. Ikan Kerapu Biologi, Eksploitasi, Manajemen dan
Budidaya, Yarsif Watampone, Jakarta.

Sudjiharno. 2003. Pengembangan Usaha Budidaya Kerapu di Keramba Jaring Apung


di Wilayah Perairan Lampung. Buletin Budidaya Laut No. 16. Balai
Budidaya Laut. 53-60.
SUGAMA, K and H. EDA., 1986 Survey benih ikan kerapu Epinephelus spp. di per air an
Teluk Banten. Scientific report of mariculture research and development project (ATA -
192) in Indonesia : 179 — 181.
Hendratno, Seffyan. 2015. Prospek Pengembangan Usaha Ikan Kerapu Sunu (Plektropomus
leopardus) pada Keramba Jaring Apung Berbasis Agribisnis. Jurnal Perikanan dan
Kelautan. Vol. 5, No. 3. ISSN: 2302-9528.
La Sara. 2005. Kondisi Pembangunan Sektor Kelautan dan Perikanan di Sulawesi Tenggara,
Potensi Isu dan Upaya Pemberdayaan Nelayan dan Pembudidaya Ikan. Seminar
Nasional dalam Lokakarya Regional. Diakses pada 17 Mei 2019.
Markus. 2007. Pencarian Ilmu dan Teknis-teknis Ikan Kerapu serta Penerapannya. Jurnal
Ilmiah Perikanan. Vol. 2, No. 1. ISSN: 2549-0885
Rangkuti, F. 2003. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta.
Wallong, Mario Christi, dkk. 2015. Analisis Pemasaran Ikan Kerapu (Epinephelinae sp.) Di
Pasar Bersehati Kota Manado. Jurnal Akulturasi Vol. 283-290.

Anda mungkin juga menyukai