Anda di halaman 1dari 21

Nama : Gusman Arif

NIM : 20180130047
Kelas : C

PROPORSIONAL INTEGRAL DERIVATIVE (PID)

Kendali algoritma PID merupakan kendali yang sederhana, satu persamaan,


namun dapat digunakan untuk menghasilkan performa kendali yang relatif cukup
baik pada berbagai proses. Fleksibelitas ini diperoleh melalui beberapa pengaturan
atau penyetelan variabel, dimana nilai yang diperoleh dapat dipilih untu
memodifikasi perilaku dari sistem umpan balik. Prosedur yang dipilih disebut
dengan tuning (penyetelan), dan parameter yang atur disebut penyetelan konstan.

Penalaan parameter kontroler PID (Proporsional Integral Diferensial) selalu


didasari atas tinjauan terhadap karakteristik yang diatur (Plant). Dengan demikian
betapapun rumitnya suatu plant, perilaku plant tersebut harus diketahui terlebih
dahulu sebelum penalaan parameter PID itu dilakukan. Karena penyusunan model
matematik plant tidak mudah, maka dikembangkan suatu metode eksperimental.
Metode ini didasarkan pada reaksi plant yang dikenai suatu perubahan.

A. PENGENDALI PROPORSIONAL

Kontroler proposional memiliki keluaran yang sebanding/proposional


dengan besarnya sinyal kesalahan (selisih antara besaran yang diinginkan dengan
harga aktualnya) [Sharon, 1992, 19]. Secara lebih sederhana dapat dikatakan,
bahwa keluaran kontroller proporsional merupakan perkalian antara konstanta
proporsional dengan masukannya. Perubahan pada sinyal masukan akan segera
menyebabkan sistem secara langsung mengubah keluarannya sebesar konstanta
pengalinya.

Gambar 1 menunjukkan blok diagram yang menggambarkan hubungan


antara besaran setting, besaran aktual dengan besaran keluaran kontroller
proporsional. Sinyal keasalahan (error) merupakan selisih antara besaran setting
dengan besaran aktualmya. Selisih ini akan mempengaruhi kontroller, untuk
mengeluarkan sinyal positip (mempercepat pencapaian harga setting) atau negatif
(memperlambat tercapainya harga yang diinginkan).

Gambar 1. Diagram blok kontroler proporsional

Kontroler proporsional memiliki 2 parameter, pita proporsional


(proportional band) dan konstanta proporsional. Daerah kerja kontroller efektif
dicerminkan oleh Pita proporsional (Gunterus, 1994, 6-24), sedangkan konstanta
proporsional menunjukkan nilai faktor penguatan terhadap sinyal kesalahan, Kp.
Hubungan antara pita proporsional (PB) dengan konstanta proporsional (K p)
ditunjukkan secara prosentasi oleh persamaan berikut:

Gambar 2 menunjukkan grafik hubungan antara PB, keluaran kontroler dan


kesalahan yang merupakan masukan kontroller. Ketika konstanta proporsional
bertambah semakin tinggi, pita proporsional menunjukkan penurunan yang
semakin kecil, sehingga lingkup kerja yang dikuatkan akan semakin
sempit[Johnson, 1988, 372].

Gambar 2. Proportional band dari kontroler proporsional tergantung pada penguatan.


Ciri-ciri kontroler proporsional harus diperhatikan ketika kontroler tersebut
diterapkan pada suatu sistem. Secara eksperimen, pengguna kontroller proporsional
harus memperhatikan ketentuan-ketentuan berikut ini:

▪ Kalau nilai Kp kecil, kontroler proporsional hanya mampu melakukan


koreksi kesalahan yang kecil, sehingga akan menghasilkan respon sistem
yang lambat.
▪ Kalau nilai Kp dinaikkan, respon sistem menunjukkan semakin cepat
mencapai keadaan mantabnya.

Namun jika nilai Kp diperbesar sehingga mencapai harga yang berlebihan, akan
mengakibatkan sistem bekerja tidak stabil, atau respon sistem akan berosilasi
[Pakpahan, 1988, 193].

B. PENGENDALI INTEGRAL
Kontroller integral berfungsi menghasilkan respon sistem yang memiliki
kesalahan keadaan mantap nol. Kalau sebuah plant tidak memiliki unsur integrator
(1/s ), kontroller proporsional tidak akan mampu menjamin keluaran sistem
dengan kesalahan keadaan mantabnya nol. Dengan kontroller integral, respon
sistem dapat diperbaiki, yaitu mempunyai kesalahan keadaan mantapnya nol.

Kontroler integral memiliki karakteristik seperti halnya sebuah integral.


Keluaran kontroller sangat dipengaruhi oleh perubahan yang sebanding dengan
nilai sinyal kesalahan(Rusli, 18, 1997). Keluaran kontroler ini merupakan jumlahan
yang terus menerus dari perubahan masukannya. Kalau sinyal kesalahan tidak
mengalami perubahan, keluaran akan menjaga keadaan seperti sebelum terjadinya
perubahan masukan.

Sinyal keluaran kontroler integral merupakan luas bidang yang dibentuk


oleh kurva kesalahan penggerak- lihat konsep numerik. Sinyal keluaran akan
berharga sama dengan harga sebelumnya ketika sinyal kesalahan berharga nol.
Gambar 8.3 [Ogata, 1997, 236] menunjukkan contoh sinyal kesalahan yang
disulutkan ke dalam kontroller integral dan keluaran kontroller integral terhadap
perubahan sinyal kesalahan tersebut.
Gambar 3. Kurva sinyal kesalahan e(t) terhadap t dan kurva u(t) terhadap t pada pembangkit
kesalahan nol.

Gambar 4. menunjukkan blok diagram antara besaran kesalahan dengan keluaran


suatu kontroller integral.

Gambar 4. Blok diagram hubungan antara besaran kesalahan dengan kontroller integral

Pengaruh perubahan konstanta integral terhadap keluaran integral ditunjukkan oleh


Gambar 5. Ketika sinyal kesalahan berlipat ganda, maka nilai laju perubahan keluaran
kontroler berubah menjadi dua kali dari semula. Jika nilai konstanta integrator berubah
menjadi lebih besar, sinyal kesalahan yang relatif kecil dapat mengakibatkan laju keluaran
menjadi besar (Johnson, 1993, 375).

Gambar 5. Perubahan keluaran sebagai akibat penguatan dan kesalahan.


Ketika digunakan, kontroler integral mempunyai beberapa karakteristik berikut ini :

1. Keluaran kontroler membutuhkan selang waktu tertentu, sehingga kontroler


integral cenderung memperlambat respon.
2. Ketikasinyalkesalahanberharganol,keluarankontrolerakanbertahanpadanilai
sebelumnya.
3. Jika sinyal kesalahan tidak berharga nol, keluaran akan menunjukkan kenaikan
atau penurunan yang dipengaruhi oleh besarnya sinyal kesalahan dan nilai K i
(Johnson, 1993, 376).

Konstanta integral Ki yang berharga besar akan mempercepat hilangnya offset. Tetapi
semakin besar nilai konstanta Ki akan mengakibatkan peningkatan osilasi dari sinyal
keluaran kontroler (Guterus, 1994, 7-4).

C. PENGENDALI DERIVATIF

Keluaran kontroler diferensial memiliki sifat seperti halnya suatu operasi


derivatif. Perubahan yang mendadak pada masukan kontroler, akan mengakibatkan
perubahan yang sangat besar dan cepat. Gambar 8.6 menunjukkan blok diagram
yang menggambarkan hubungan antara sinyal kesalahan dengan keluaran
kontroller.

Gambar 6. BlokDiagram kontroler diferensial

Gambar 7 menyatakan hubungan antara sinyal masukan dengan sinyal keluaran


kontroler diferensial. Ketika masukannya tidak mengalami perubahan, keluaran
kontroler juga tidak mengalami perubahan, sedangkan apabila sinyal masukan
berubah mendadak dan menaik (berbentuk fungsi step), keluaran menghasilkan
sinyal berbentuk impuls. Jika sinyal masukan berubah naik secara perlahan (fungsi
ramp), keluarannya justru merupakan fungsi step yang besar magnitudnya sangat
dipengaruhi oleh kecepatan naik dari fungsi ramp dan faktor konstanta
diferensialnya Td (Guterus, 1994, 8-4).

Gambar 7. Kurva waktu hubungan input-output kontroler diferensial

Karakteristik kontroler diferensial adalah sebagai berikut :

1. Kontrolerinitidakdapatmenghasilkankeluaranbilatidakadaperubahan pada
masukannya (berupa sinyal kesalahan).
2. Jika sinyal kesalahan berubah terhadap waktu, maka keluaran yang
dihasilkan kontroler tergantung pada nilai Td dan laju perubahan sinyal
kesalahan.
3. Kontroler diferensial mempunyai suatu karakter untuk mendahului,
sehingga kontroler ini dapat menghasilkan koreksi yang signifikan sebelum
pembangkit kesalahan menjadi sangat besar. Jadi kontroler diferensial dapat
mengantisipasi pembangkit kesalahan, memberikan aksi yang bersifat
korektif, dan cenderung meningkatkan stabilitas sistem.

Berdasarkan karakteristik kontroler tersebut, kontroler diferensial umumnya


dipakai untuk mempercepat respon awal suatu sistem, tetapi tidak memperkecil
kesalahan pada keadaan tunaknya. Kerja kontrolller diferensial hanyalah efektif
pada lingkup yang sempit, yaitu pada periode peralihan. Oleh sebab itu kontroler
diferensial tidak pernah digunakan tanpa ada kontroler lain sebuah sistem.
D. PENGENDALI PID

Setiap kekurangan dan kelebihan dari masing-masing kontroler P, I dan D dapat


saling menutupi dengan menggabungkan ketiganya secara paralel menjadi kontroler
proposional plus integral plus diferensial (kontroller PID). Elemen-elemen kontroller P, I
dan D masing-masing secara keseluruhan bertujuan untuk mempercepat reaksi sebuah
sistem, menghilangkan offset dan menghasilkan perubahan awal yang besar.

Gambar 8. menunjukkan blok diagram kontroler PID.

Gambar 8. Blok
diagram kontroler PID analog.

Keluaran kontroller PID merupakan jumlahan dari keluaran kontroler proporsional,


keluaran kontroler integral. Gambar 8.9 menunjukkan hubungan tersebut.

Gambar 9. Hubungan dalam fungsi waktu antara sinyal keluaran dengan masukan untuk
kontroller PID
Karakteristik kontroler PID sangat dipengaruhi oleh kontribusi besar dari
ketiga parameter P, I dan D. Penyetelan konstanta Kp, Ti, dan Td akan
mengakibatkan penonjolan sifat dari masing-masing elemen. Satu atau dua dari
ketiga konstanta tersebut dapat disetel lebih menonjol dibanding yang lain.
Konstanta yang menonjol itulah akan memberikan kontribusi pengaruh pada respon
sistem secara keseluruhan.

Penggunan Simulator Matlab (Contoh kasus)

Sebagai contoh, suatu sistem kontrol memiliki fungsi alih sebagai berikut :

Dengan kriteria perancangan sebagai berikut :

1. memiliki rise time yang cepat


2. overshoot sekecil mungkin
3. tidak memiliki steady state error.

Langkah kedua yang perlu dilakukan adalah memilih jenis input yang akan dimasukkan ke
dalam sistem. Fungsi dasar yang sering dipergunakan adalah step, dengan syntax :
step(num,den,t).

num = [1];
den = [1 10 20];
step(num,den)
title (‘Open Loop Response’)

Respon sistem terbuka (open loop response) dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Closed-loop transfer function sistem di atas dengan menggunakan Pengendali
Proporsional adalah sebagai berikut :

Misal, diambil konstanta Kp = 300, maka :

Kp = 300;
num = [Kp];
den = [1 10 20+Kp];
t = 0 : 0.01 : 2;
step(num,den)
title (‘Closed-Loop Step Kp = 300’)

Closed-Loop transfer function sistem di atas dengan Pengendali Proporsional-


Derivatif adalah :

Misal, Kp = 300 dan Kd = 10, maka :

Kp = 300;
Kd = 10;
num = [Kd Kp];
den = [1 10+Kd 20+Kp];
t = 0 : 0.01 : 2;
step(num,den)
title (‘Closed-Loop Step Kp=300 Kd=10’)
Respon sistem tergambar seperti dibawah ini.

Closed-Loop transfer function sistem di atas dengan Pengendali Proporsional-Integral


adalah :

Misal, Kp = 30 dan Ki = 70, maka :

Kp = 300;
Ki = 70;
num = [Kp Ki];
den = [1 10 20+Kp Ki];
t = 0 : 0.01 : 2;
step(num,den)
title(‘Closed-Loop Step Kp=30 Ki=70’)

Gambar di bawah ini memperlihatkan respon sistem dengan PI Controller.

Bagian akhir dari simulasi ini adalah menggunakan Pengendali PID, yang memiliki
transfer function untuk sistem di atas adalah :
Kp = 350;
Ki = 300;
Kd = 50;
num = [Kp Ki Kd];
den = [1 10+kd 20+Kp
Ki];
t = 0 : 0.01 : 2;
step(num,den)
title(‘Closed-Loop Step Kp=350 Ki=300 Kd=50’)

Pengendali PID menggunakan Penguat Operasional (Op-Amp)


Fungsi Alih sistem

Parameter Pengendali PID ditentukan melalui


Tabel. Aksi Kendali Pada Ragam Rangkaian Penguat Operasional

E. PENYETELAN PENGENDALI PID

Penalaan parameter kontroller PID selalu didasari atas tinjauan terhadap


karakteristik yang diatur (Plant). Dengan demikian betapapun rumitnya suatu plant,
perilaku plant tersebut harus diketahui terlebih dahulu sebelum penalaan parameter
PID itu dilakukan. Karena penyusunan model matematik plant tidak mudah, maka
dikembangkan suatu metode eksperimental. Metode ini didasarkan pada reaksi
plant yang dikenai suatu perubahan. Dengan menggunakan metode itu model
matematik perilaku plant tidak diperlukan lagi, karena dengan menggunakan data
yang berupa kurva keluaran, penalaan kontroler PID telah dapat dilakukan.
Penalaan bertujuan untuk mendapatkan kinerja sistem sesuai spesifikasi
perancangan. Ogata menyatakan hal itu sebagai alat control (controller tuning)
(Ogata, 1997, 168, Jilid 2). metode pendekatan eksperimen yang telah banyak
digunakan adalah Ziegler-Nichols.

Metode Ziegler-Nichols

Ziegler-Nichols pertama kali memperkenalkan metodenya pada tahun 1942.


Metode ini memiliki dua cara, metode osilasi dan kurva reaksi. Kedua metode
ditujukan untuk menghasilkan respon sistem dengan lonjakan maksimum sebesar
25%. Gambar 11 memperlihatkan kurva dengan lonjakan 25%.

Gambar 11. Kurva respons tangga satuan yang memperlihatkan 25 % lonjakan


maksimum

▪ Metode Kurva Reaksi


Metode ini didasarkan terhadap reaksi sistem untaian terbuka. Plant sebagai
untaian terbuka dikenai sinyal fungsi tangga satuan (gambar 12). Kalau plant
minimal tidak mengandung unsur integrator ataupun pole-pole kompleks, reaksi
sistem akan berbentuk S. Gambar 13 menunjukkan kurva berbentuk S tersebut.
Kelemahan metode ini terletak pada ketidakmampuannya untuk plant integrator
maupun plantt yang memiliki pole kompleks.
Gambar 12. Respon tangga satuan sistem

Gambar 13. Kurva Respons berbentuk S.

Kurva berbentuk-s mempunyai dua konstanta, waktu mati (dead time) L dan waktu tunda
T. Dari gambar 13 terlihat bahwa kurva reaksi berubah naik, setelah selang waktu L.
Sedangkan waktu tunda menggambarkan perubahan kurva setelah mencapai 66% dari
keadaan mantapnya. Pada kurva dibuat suatu garis yang bersinggungan dengan garis kurva.
Garis singgung itu akan memotong dengan sumbu absis dan garis maksimum. Perpotongan
garis singgung dengan sumbu absis merupakan ukuran waktu mati, dan perpotongan
dengan garis maksimum merupakan waktu tunda yang diukur dari titik waktu L.

Penalaan parameter PID didasarkan perolehan kedua konstanta itu. Zeigler dan
Nichols melakukan eksperimen dan menyarankan parameter penyetelan nilai Kp, Ti, dan
Td dengan didasarkan pada kedua parameter tersebut. Tabel 1 merupakan rumusan
penalaan parameter PID berdasarkan cara kurva reaksi.
Tabel 1. Penalaan paramater PID dengan metode kurva reaksi

▪ Metode Osilasi

Metode ini didasarkan pada reaksi sistem untaian tertutup. Plant disusun serial
dengan kontroller PID. Semula parameter parameter integrator disetel tak
berhingga dan parameter diferensial disetel nol (Ti = ~ ;Td = 0). Parameter
proporsional kemudian dinaikkan bertahap. Mulai dari nol sampai mencapai harga
yang mengakibatkan reaksi sistem berosilasi. Reaksi sistem harus berosilasi dengan
magnitud tetap(Sustain oscillation) (Guterus, 1994, 9-9). Gambar 14 menunjukkan
rangkaian untaian tertutup pada cara osilasi.

Gambar 14 Sistem untaian tertutup dengan alat kontrol proporsional

Nilai penguatan proportional pada saat sistem mencapai kondisi sustain oscillation disebut
ultimate gain Ku. Periode dari sustained oscillation disebut ultimate period Tu (Perdikaris,
1991, 433). Gambar 15 menggambarkan kurva reaksi untaian terttutup ketika berosilasi.
Gambar 15 Kurva respon sustain oscillation

Penalaan parameter PID didasarkan terhadap kedua konstanta hasil eksperimen, Ku dan
Pu. Ziegler dan Nichols menyarankan penyetelan nilai parameter Kp, Ti, dan Td berdasarkan
rumus yang diperlihatkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Penalaan paramater PID dengan metode osilasi

Contoh :
F. RINGKASAN

Pengendali PID merupakan pengendali yang didasarkan pada gabungan unsur


pengendali Proporsioal, Integral dan Derivatif yang masing-masing memiliki perilaku yang
khas.
Kontroler proposional memiliki keluaran yang sebanding/proposional dengan besarnya
sinyal kesalahan (selisih antara besaran yang diinginkan dengan harga aktualnya) [Sharon,
1992, 19]. Perubahan pada sinyal masukan akan segera menyebabkan sistem secara
langsung mengubah keluarannya sebesar konstanta pengalinya.

Kontroler integral memiliki karakteristik seperti halnya sebuah integral. Keluaran kontroler
ini merupakan jumlahan yang terus menerus dari perubahan masukannya. Kalau sinyal
kesalahan tidak mengalami perubahan, keluaran akan menjaga keadaan seperti sebelum
terjadinya perubahan masukan.

Keluaran kontroler diferensial memiliki sifat seperti halnya suatu operasi derivatif.
Perubahan yang mendadak pada masukan kontroler, akan mengakibatkan perubahan yang
sangat besar dan cepat.

Setiap kekurangan dan kelebihan dari masing-masing kontroler P, I dan D dapat saling
menutupi dengan menggabungkan ketiganya secara paralel menjadi kontroler proposional
plus integral plus diferensial (kontroller PID). Elemen-elemen kontroller P, I dan D
masing-masing secara keseluruhan bertujuan untuk mempercepat reaksi sebuah sistem,
menghilangkan offset dan menghasilkan perubahan awal yang besar(Guterus, 1994, 8-10).

Penalaan parameter kontroller PID selalu didasari atas tinjauan terhadap karakteristik yang
diatur (Plant). Metode pendekatan eksperimen yang telah banyak digunakan adalah
Ziegler-Nichols. Metode ini memiliki dua cara, metode osilasi dan kurva reaksi. Kedua
metode ditujukan untuk menghasilkan respon sistem dengan lonjakan maksimum sebesar
25%.

Anda mungkin juga menyukai