Anda di halaman 1dari 11

KEPRIBADIAN MUHAMMADIYAH

Oleh :
Nama : Gusman Arif (20180130047)
Muhammad Tiopan

PROGRAM STUDI S1 TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2019
PENDAHULUAN

Dirumuskannya Kepribadian Muhammadiyah dilatar belakangi oleh kebutuhan


persyarikatan akan adanya rumusan yang dapat dijadikan pedoman bagi persyarikatan
Muhammadiyah. Pada saat itu KH. Faqih Usman memberikan rangsangan gagasan
kepada Muhammadiyah akan pentingnya jatidiri Muhammadiyah melalui ceramah,
disampaikan pada saat pelatihan/ kursus yang diselenggarakan PP Muhammadiyah pada
tahun 1381 H bertepatan dengan 1961 M yang diikuti oleh wakil dari Pimpinan Daerah
Muhammadiyah se-Indonesia. Adapun ceremah tersebut berjudul tentang “apakah
Muhammadiyah itu?”.
Menilik judul ceramah yang disampaikan oleh KH. Faqih Usman tersebut tentang
apakah Muhammadiyah itu?, bermaksud untuk memberikan pemahaman mendalam
tentang Muhammadiyah kepada kader Muhammadiyah. Mengetahui dan memahami
Muhammadiyah bukan hanya sebatas kulitnya saja, tetapi Mengetahui dan memahami
Muhammadiyah harus sampai ke akar-akarnya. Dalam susunan kalimat tanya kata
“apakah” merupakan pertanyaan dasar/awal dalam menggali sebuah informasi.

Gagasan KH. Faqih Usman tersebut direspon oleh PP Muhammadiyah yang pada
saat itu dipimpin oleh KH. M. Yunus Anies, dengan membentuk tim perumus dan
penyempurna. Adapun personil tim perumus dan penyempurna Kepribadian
Muhammadiyah sebagai berikut:

1. Faqih Usman
2. Farid Ma’ruf
3. Djarnawi Hadikusumo
4. Djindar Tamimy
5. Dr. KH. Hamka
6. Mohammad Wardan Diponingrat
7. KH. M. Saleh Ibrahim

Setelah menyelesaikan rumusannya, tim tersebut menyerahkan hasilnya kepada


PP Muhammadiyah dan dibahas pada sidang tanwir muhammadiyah pada tanggal 25-28
Agustus 1962, para peserta sidang tanwir menerima rumusan tersebut untuk disahkan
pada Muktamar. Akhirnya pada Muktamar ke 35 di jakarta rumusan kepribadian
Muhammadiyah resmi di sahkan pada tanggal 29 April 1963 dan dapat dijadikan sebagai
pedoman dan pegangan bagi seluruh warga persyarikatan. Pada Muktamar ke 35 juga
terpilih ketua PP Muhammadiyah bart menggantikan HM Yunus Anies yaitu KH. Ahmad
Badawi periode 1963 – 1968.
A. Sejarah Perumusan Kepribadian Muhammadiyah

Kepribadian Muhammadiyah merupakan rumusan yang menggambarkan hakekat


Muhammadiyah, apa yang menjadi dasar, pedoman amal usaha dan perjuangan
Muhammadiyah serta sifat-sifat yang dimilikinya. Kepribadian Muhammadiyah disahkan
dalam Muktamar Muhammadiyah ke-35 pada tahun 1962 di Jakarta atau yang disebut
dengan Muktamar Setengah Abad dan termasuk salah satu dari beberapa rumusan doktrin
ideologi Muhammadiyah. Kepribadian Muhammadiyah lahir salah satunya didorong oleh
kondisi sosial politik yang tidak menentu di tanah air pada waktu itu.

Perumusan Kepribadian Muhammadiyah diawali dari pidato KH. Faqih Usman


yang menyampaikan ceramah dengan judul “Apakah Muhammadiyah itu?” Keadaan
saat itu memang diperlukan penegasan identitas organisasi untuk menjadi pegangan bagi
warga Persyarikatan dalam menghadapi situasi yang tidak menentu. Keadaan tersebut
terkait dengan situasi politik kenegaraan dan sosial kemasyarakatan Indonesia yang tidak
menentu karena Konstituante sebagai lembaga legislatif saat itu gagal merumuskan dasar
negara kesatuan Republik Indonesia. Akibat kegagalan tersebut, Presiden Sukarno
mengeluarkan Dekrit 5 Juli 1959 yang intinya memutuskan untuk dasar negara kembali
kepada UUD 1945 dan pemerintahan dilaksanakan dengan Demokrasi Terpimpin yang
berarti demokrasi yang dipimpin dengan Pancasila dan UUD 1945. Jika melihat bahwa
demokrasi terpimpin berarti dipimpin dengan Pancasila dan UUD 1945, maka bisa diduga
sekilas bahwa demokrasi yang diterapkan akan seperti harapan rakyat Indonesia. Namun
dalam kenyataannya, karena saat itu dalam sistem kepartaian ada Partai Komunis
Indonesia (PKI) yang mempunyai ambisi besar melaksanakan revolusi rakyat,
pelaksanaan demokrasi terpimpin pelan-pelan digeser menjadi demokrasi yang dipimpin
oleh Pemimpin Besar Revolusi/Panglima Tertinggi ABRI yaitu Presiden Sukarno. PKI
mendorong presiden Sukarno untuk semakin berkuasa dan berlindung dibawah nama
besarnya untuk menyingkirkan semua pihak yang dianggap menghalangi tujuannya
melakukan revolusi. Beberapa kebijakan dibuat presiden atas dorongan kuat dari PKI
antara lain pelaksanaan konsep NASAKOM (Nasional Agama Komunis), presiden
seumur hidup, Pancasila diperas menjadi Trisila, kemudian Eka Sila yang intinya adalah
Gotong Royong. Semua itu tentu menyimpang jauh dari Pancasila dan UUD 1945.

Puncak dari penyimpangan itu terpusatnya seluruh kekuasaan pada satu tangan
yaitu Presiden Sukarno. Semua pihak yang terang-terangan menentangnya dibubarkan
atau dipaksa membubarkan diri dan inilah yang terjadi pada Partai Masyumi dan Partai
Sosialis Indonesia. Di Masyumi ini, banyak warga Muhammadiyah yang berkiprah dalam
kancah politik dan karena dibubarkan maka banyak dari mereka yang kemudian kembali
aktif di Muhamamdiyah. Namun kembalinya mereka diikuti oleh penerapan kebiasaan
berjuang di partai politik (pragmatis, berorientasi pada kekuasaan) yang tentunya berbeda
jauh dengan semangat berjuang di Muhammadiyah. Hal tersebut berdampak pada gerak
langkah Muhammadiyah yang kalau dibiarkan dapat merusak perjuangan
Muhammadiyah.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah kemudian mendiskusikan ceramah KH. Faqih
Usman tersebut bersama dengan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur
(HM. Saleh Ibrahim), PWM Jawa Tengah (R. Darsono), PWM Jawa Barat (H. Adang
Affandi). Dari diskusi tersebut, PP Muhammadiyah kemudian membentuk tim yang
terdiri dari :

 KH. Moh. Wardan Diponingrat


 Prof. KH. Faried Ma’ruf
 M. Djarnawi Hadikusumo
 Prof. Dr. Hamka
 M. Djindar Tamimy
 M. Saleh Ibrahim
 Kasman Singodimejo
 KH. Faqih Usman

B. Matan Kepribadian Muhammadiyah

Hasil rumusan tim ini kemudian dibawa ke dalam sidang Tanwir pada tanggal 25-
28 November 1962 yang diselenggarakan di Jakarta. Sidang Tanwir kemudian
merekomendasikan rumusan tersebut untuk dibawa ke Muktamar ke-35 pada tahun yang
sama di Jakarta. Di Muktamar, rumusan tersebut diterima dengan penyempurnaan,
kemudian disahkan menjadi Kepribadian Muhammadiyah.

Kepribadian Muhammadiyah terdiri dari 4 butir yaitu :


1. Apakah Muhammadiyah itu?
2. Dasar amal usaha Muhammadiyah
3. Pedoman usaha dan perjuangan Muhammadiyah
4. Sifat Muhammadiyah
Dalam menjawab pertanyaan “Apakah Muhammadiyah itu?” dijelaskan dalam
Kepribadian Muhammadiyah bahwa Muhammadiyah adalah suatu persyarikatan yang
merupakan gerakan Islam. Maksud gerakan itu ialah dakwah Islam dan amar ma’ruf nahi
mungkar yang ditujukan kepada dua bidang : perseorangan dan masyarakat. Dakwah dan
amar ma’ruf nahi mungkar pada bidang pertama terbagi kepada dua golongan yaitu
kepada yang telah Islam bersifat pembaharuan (tajdid), mengembalikan kepada ajaran
Islam yang asli dan murni. Kedua kepada yang belum Islam bersifat seruan/ajakan untuk
memeluk agama Islam.
Dasar amal usaha Muhammadiyah adalah perjuangan melaksanakan usaha menuju
terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, dimana kesejahteraan, kebaikan,
kebahagiaan luas merata. Muhammadiyah mendasarkan segala gerak dan amal usahanya
atas prinsip-prinsip yang tersimpul dalam Muqaddimah Anggaran Dasar Mhammadiyah
yaitu sebagai berikut :
1. Hidup manusia mentauhidkan Alloh, ber-Tuhan, beribadah serta tunduk dan taat
hanya kepada Alloh semata
2. Hidup manusia adalah bermasyarakat
3. Hanya hukum Alloh SWT satu-satunya hukum yang dapat dijadikan sendi
pembentukan pribadi utama dan mengatur tertib hidup bersama menuju
kehidupan berbahadia dan sejahtera yang hakiki dunia dan akhirat
4. Berjuang menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam untuk mewujudkan
masyarakat Islam yang sebenar-benarnya hanya akan berhasil bila mengikuti jejak
perjuangan Rosululloh
5. Melancarkan amal usaha dan perjuangan dengan ketertiban organisasi
Memperhatikan uraian di atas maka Muhammadiyah wajib memiliki dan memelihara
sifat-sifatnya terutama dibawah ini :

1. Beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan


2. Lapang dada, luas pandang dan memegang teguh ajaran Islam
3. Memperbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwah Islamiyah
4. Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan
5. Mengindahkan segala hukum dan undang-undang, peraturan serta dasar dan
falsafah negara yang sah
6. Amar ma’ruf dan nahi mungkar dalam segala lapangan serta menjadi contoh
tauladan yang baik
7. Aktif dalam perkembangan masyarakat dan pembangunan sesuai dengan ajaran
Islam
8. Kerja sama dengan golongan Islam manapun juga dalam usaha menyiarkan dan
mengamalkan agama Islam serta membela kepentingannya
9. Membantu pemerintah serta bekerja sama dengan golongan lain dalam
memelihara dan membangun negara untuk mencapai masyarakat adil dan makmur
10. Bersifat adil serta koreksi ke dalam dan keluar dengan bijaksana
C. Fungsi dan Hakikat Kepribadian Muhammadiyah

Fungsi Kepribadian Muhammadiyah

Fungsi Kepribadian Muhammadiyah adalah untuk menjadi landasan, pedoman


dan pegangan para pemimpin, aktifis dan anggota Muhammadiyah dalam menjalankan
roda organisasi, gerakan dan amal usaha agar tidak terombang-ambing oleh pengaruh luar
dan tetap istiqomah kepada cita-cita dan perjuangan Muhammadiyah serta cara
memperjuangkan cita-citanya. Artinya, tidak terpengaruh oleh paham-paham agama lain,
ideologi-ideologi lain, aliran-aliran agama lain, isme-isme, gerakan-gerakan politik, gaya
hidup, kebudayaan dan peradaban non muslim serta cara berpikir non muslim (seperti
cara berpikir Barat, sekuler, liberal dsb). Perkembangan masyarakat Indonesia, baik yang
disebabkan oleh daya dinamik dari dalam ataupun karena persentuhan dengan
kebudayaan dari luar, telah menyebabkan perubahan tertentu. Perubahan itu menyangkut
seluruh segi kehidupan masyarakat, diantaranya bidang sosial, ekonomi, politik dan
kebudayaan, yang menyangkut perubahan strukturil dan perubahan pada sikap serta
tingkah laku dalam hubungan antar manusia.

Muhammadiyah sebagai gerakan, dalam mengikuti perkembangan dan perubahan


itu, senantiasa mempunyai kepentingan untuk melaksanakan amar ma'ruf nahi-mungkar,
serta menyelenggarakan gerakan dan amal usaha yang sesuai dengan lapangan yang
dipilihnya yaitu masyarakat, sebagai usaha Muhammadiyah untuk mencapai tujuannya:
"menegakkan dan menjunjung tinggi Agama Islam sehingga terwujud masyarakat utama,
adil dan makmur yang di ridhai Allah SWT. Dalam melaksanakan usaha tersebut,
Muhammadiyah berjalan diatas prinsip gerakannya, seperti yang dimaksud di dalam
“Matan Keyakinan Cita-cita Hidup Muhammadiyah”. Keyakinan dan Cita-Cita Hidup
Muhammadiyah itu senantiasa menjadi landasan gerakan Muhammadiyah, juga bagi
gerakan dan amal usaha dan hubungannya dengan kehidupan masyarakat dan
ketatanegaraan, serta dalam bekerjasama dengan golongan Islam lainnya.

Hakikat Kepribadian Muhammadiyah

Pada hakikatnya kepribadian Muhammadiyah adalah wajh (‫)وجْ ه‬


َ
dan wijhah (‫) ِوجْ َهة‬-nya persyarikatan Muhammadiyah yang mencerminkan tiga predikat
yang melekat kuat sebagai Asy-syakhshiyah (jati dirinya) secarah utuh (orisinal). Ketiga
predikat itu adalah :
1. Muhammadiyah sebagai gerakan Islam.
2. Muhammadiyah sebagai gerakan Da,wah.
3. Muhammadiyah sebagai gerakan Tajdid.
Penanaman Muhammadiyah sebagai gerakan Islam didasarkan pada segi asas
(aqidah) perjuangan Muhammadiyah yang telah menjadkan dinul Islam sebagai satu-
satunya Al-Manhaj Al-Ilahi (undang-undang Ilahi) sebagai subjek (sumber nilai) dan
objek (sumber konsep) perjuangan Muhammadiyah. Yang dimaksud dengan Islam
sebagai objek (sumber nilai) perjuangan Muhammadiyah ialah bahwa semua hasil
kegiataan dan amal usaha Muhammadiyah selalu digerakkan (didasarkan dan dijiwai)
dengan dinul Islam dan ruhul Islam, sedangkan yang dimaksud dengan Islam sebagai
objek (sumber konsep) perjuangan Muhammadiyah ialah bahwa semua kegiatan dan
amal usaha Muhammadiyah adalah untuk “Menegakkan dan menjunjung tinggi agama
Islam” untuk mencapai terwujutnya cita-cita Islam, yaitu:
“Masyarakat utama Adil dan makmur yang diridlai Allah SWT” dimana kebaikan dan
kebahagiaan luas merata. Sebagai sumber nilai dan sumber konsep,maka dinul Islam
tidak bisa dari kehidupan dan perjuangan Muhammadiyah. Islam telah menjadi “sibghah”
yang medasari, menjiwai dan mewarnai seluruh Gerakan Muhammadiyah.

Penanaman Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah dapat dilihat dari segi


bentuk (ujud) kegiatan dan amal usahanya untuk melaksanakan Dakwah Islamiah amar
makruf nahy munkar sebagai tugas utama umat Islam dibidang kemasyarakatan
sebagaimana firman Allah.
Artinya:
“Kamu adalah ummat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada
yang ma,ruf dan mencegah dari yang mungkar, danberiman kepada Allah. Sekiranya ahli
kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; diantara mereka ada yang beriman,
dan kebanyakan mereka adalah orang-orang fasik”

Islam adalah sumber nilai, sedangkan dakwah Islamiah merupakan proses alih nilai yang
dikembangkan dalam rangka perubahan perilaku dan dakwah Islamiah yang
dikembangkan oleh Muhammadiyah adalah upaya pengkondisian masyarakat agar objek
dakwah lebih mengetahui,memahami, dan mengamalkan dinul Islam sebagai pandangan
dan cita-cita hidupnya.

Dalam pengertian Muhammadiyah sebagai subjek dakwah maka seluruh amal


usaha Muhammadiyah harus merupakan amal usaha dakwah; seluruh pimpinan
Muhammadiyah disemua tingkat harus menjadi pimpinan gerakan dakwah. Semua
pimpinan pada setiap amal usaha Muhammadiyah harus merupakan pimpinan amal usaha
dakwah. Semua majelis dan ortom Muhammadiyah harus merupakan majlis dan ortom
penyelenggara kegiatan dakwah. Pendeknya semua orang yang terlibat dalam kegiatan
amal usaha Muhammadiyah harus menjadi pelaksana dakwah.
Kemudian penamaan Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid, dilihat dari sifat
Dakwah Muhammadiyah yang ditujukan kepada ummat Ijbah (ummat Islam sendiri) baik
terhadap perorangan maupun masyarakat. Tajdid yaitu mengembalikan pemahaman dan
pengamalan ummat Islam terhadap dinul Islam secarah benar dan tepat (asli murni) sesuai
dengan Alquran dan Sunnah Rasulullah SWT sedangkan dalam bidang amaliah
duniawiah maka tajdid yang dilakukan muhammadiyah bersifat modernisasi untuk
mengaktualisasikan ajaran Islam sesuai dengan perkembangan kehidupan masyarakat
yang cenderung selalu berubah, sehingga Dinul Islam menjadi Rahmartan Lil-Alamin.
Jiwa yang terkandung dalam kepribadian Muhammadiyah itu menunjukkan betapa
Muhammadiyah dibesarkan oleh pengalaman sejarah bangsa dan umat manusia, sehingga
sudah saatnya Muhammadiyah menunjukkan wajah dan wijhahnya yang sebenarnya
sebagai suatu gerakan Islam, Gerakan Dakwah dan Gerakan tajdid yang bertanggung
jawab terhadap Agama Islam dan Bangsa. Setiap warga Muhammadiyah terutama para
pemimpinya dan tokohnya hendaknya selalu mengamalkan dan memperjuangkan apa yag
sudah tercantum dalam kepribadian Muhamadiyah, serta benar-benar menjadikannya
sebagai pedoman beramal dan berjuang sekaigus sebagai hiasan pribadi warga
Muhammadiyah.

D. Dasar dan amal usaha muhammadiyah

Dalam perjuangan melaksanakan usahanya menuju tujuan terwujudnya


masyarakat Islam yang sebenar-benarnya, dimana kesejahteraan, kebaikan dan
kebahagiaan luas-merata, Muhammadiyah mendasarkan segala gerak dan amal usahanya
atas prinsip-prinsip yang tersimpul dalam Muqaddimah Anggaran Dasar (MADM) yaitu:

a. Hidup manusia harus berdasar tauhid, ibadah, dan taat kepada Allah.
b. Hidup manusia bermasyarakat.
c. Mematuhi ajaran-ajaran agama Islam dengan berkeyakinan bahwa ajaran Islam itu
satu-satunya landasan kepribadian dan ketertiban bersama untuk kebahagiaan dunia
akhirat.
d. Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam dalam masyarakat adalah kewajiban
sebagai ibadah kepada Allah dan ikhsan kepada sesama manusia.
e. Ittiba’ kepada langkah dan perjuangan Nabi Muhammad SAW.
f. Melancarkan amal usaha dan perjuangannya dengan ketertiban organisasi.
g. Seluruh perjuangan yakni menuju satu titik tujuan Muhammadiyah yaitu terwujudnya
masyarakat utama adil makmur yang diridhai Allah SWT (masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya).

E. Pedoman amal usaha dan perjuangan muhammadiyah


Menilik dasar prinsip tersebut di atas, maka apapun yang diusahakan dan
bagaimanapun cara perjuangan Muhammadiyah untuk mencapai tujuan tunggalnya,
harus berpedoman: “Berpegang teguh akan ajaran Allah dan Rasul-Nya, bergerak dengan
membangun segenap bidang dan lapangan dengan menggunakan cara serta menempuh
jalan yang diridlai Allah”.

F. Sifat Muhammadiyah

a. Beramal dan berjuang untuk perdamaian dan kesejahteraan.


b. Memperbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwah Islamiyah.
c. Lapang dada, luas pandangan, dengan memegang teguh ajaran Islam.
d. Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan.
e. Mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan, serta dasar dan falsafah
negara yang sah.
f. Amar ma’ruf nahi munkar dalam segala lapangan serta menjadi contoh teladan yang
baik.
g. Aktif dalam perkembangan masyarakat dengan maksud ishlah dan pembangunan,
sesuai dengan ajaran Islam.
h. Kerjasama dengan golongan Islam manapun juga dalam usaha menyiarkan dan
mengamalkan agama Islam serta membela kepentingannya.
i. Membantu pemerintah serta bekerjasama dengan golongan lain dalam memelihara dan
membangun Negara untuk mencapai masyarakat adil dan makmur yang diridlai Allah
SWT.
j. Bersifat adil serta kolektif ke dalam dan keluar dengan bijaksana.

Kepada Siapa Kepribadian Muhammadiyah kita Pimpinkan/ Berikan


Seperti telah kita uraikan diatas, bahwa kepribadian Muhammadiyah ini pada
dasarnya adalah memberikan pengertian dan kesadaran kepada kita, agar kita tahu tugas
kewajibannya, tahu sandaran atau dasar-dasar beramal-usahanya , juga tahu sifat-sifat
atau bentuk/ irama bagaimana mereka bertindak /bersikap pada saat melaksanakan
kewajibannya.

Cara Memberikan atau Menentukan

Tidak ada cara lain dalam memberikan atau menentukan Kepribadian Muhammadiyah
ini, Kecuali harus dengan teori dan praktik penanaman, pengertian dan pelaksanaan.

1. Penandaan atau pendalaman pengertian tentang da’wah dan bertabligh.


2. Menggembirakan dan memantapkan tugas berda’wah. Tidak merasa rendah diri
dalam menjalankan da’wah , namun tidak memandang rendah kepada yang
bertugas dalam lapangan lainya (politik, ekonomi, seni-budaya, dan lain-lain)
3. Keadaan mereka –pra warga –hendaklah ditugaskan dengan tugas yang tentu-
tentu, bukan dengan hanya sukarela. Bila perlu dilakukan dengan suatu ikatan,
misalnya dengan perjanjian dengan bai’at dan lain-lain.
4. Sesuai dengan masa itu, perlu dilakukan dengan musyawarah yang sifatnya
mengevaluasi tugas-tugas itu.

5. Sesuai dengan suasana sekarang , perlu pula dilakukan dengan formalitas yang
menarik, yang tidak melanggar hukum-hukum agama dan juga dengan
memberikan bantuan logistik.
6. Pimpinan Cabang, Ranting Bersama-sama dengan aggota-anggotanya
memusyawarahkan sasaran-sasaran yang di tuju, bahan-bahan yang perlu di
bawakan dan membagi petugas-petugas sesuai dengan kemampuan dan
sasarannya.
7. Pada Musyawarah yang melakukan evaluasi , sekaligus dapat di tambahkan
bahan-bahan atau bekal yang di perlukan, yang akan di bagikan kepada warga
selaku muballigh dan muballighot.
KESIMPULAN

Muhammadiyah hadir dengan kepribadiannya yaitu gerakan Islam, dakwah amar ma’ruf
nahi munkar, dan gerakan tajdid. Inilah yang menjadi kepribadian Muhammadiyah.

Dengan melaksanakan Dakwah Islam dan Amar Ma’ruf Nahi Munkar dengan caranya
masing-masing yang sesuai, Muhammadiyah menggerakkan masyarakat menuju
tujuannya, yaitu:

“Terwujudnya masyarakat Islam yang sebenar-benarnya”.

Bagaimanapun cara perjuangan Muhammadiyah untuk mencapai tujuan tunggalnya,


harus berpedoman: “Berpegang teguh akan ajaran Allah dan Rasul-Nya, bergerak
membangun di segenap bidang dan lapangan dengan menggunakan cara serta menempuh
jalan yang diridhai Allah”

Sumber :

1. Sejarah Islam dan Kemuhammadiyahan, seri studi Islam. Penerbit P3SI


Universitas Muhammadiyah Magelang, penyusun dan editor : Agus Miswanto,
MA. M.Zuhron Arofi, M.Pd.I, 2012.
2. muhammadiyah.or.id
3. https://kemuhammadiyahan.com/kepribadian-muhammadiyah/
4. Pendidikan Kemuhammadiyahan SMA/SMK/MA Muhammadiyah, Majelis
Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Pusat Muhammadiyah, 2018.

Anda mungkin juga menyukai