Oleh :
Nama : Gusman Arif (20180130047)
Muhammad Tiopan
Gagasan KH. Faqih Usman tersebut direspon oleh PP Muhammadiyah yang pada
saat itu dipimpin oleh KH. M. Yunus Anies, dengan membentuk tim perumus dan
penyempurna. Adapun personil tim perumus dan penyempurna Kepribadian
Muhammadiyah sebagai berikut:
1. Faqih Usman
2. Farid Ma’ruf
3. Djarnawi Hadikusumo
4. Djindar Tamimy
5. Dr. KH. Hamka
6. Mohammad Wardan Diponingrat
7. KH. M. Saleh Ibrahim
Puncak dari penyimpangan itu terpusatnya seluruh kekuasaan pada satu tangan
yaitu Presiden Sukarno. Semua pihak yang terang-terangan menentangnya dibubarkan
atau dipaksa membubarkan diri dan inilah yang terjadi pada Partai Masyumi dan Partai
Sosialis Indonesia. Di Masyumi ini, banyak warga Muhammadiyah yang berkiprah dalam
kancah politik dan karena dibubarkan maka banyak dari mereka yang kemudian kembali
aktif di Muhamamdiyah. Namun kembalinya mereka diikuti oleh penerapan kebiasaan
berjuang di partai politik (pragmatis, berorientasi pada kekuasaan) yang tentunya berbeda
jauh dengan semangat berjuang di Muhammadiyah. Hal tersebut berdampak pada gerak
langkah Muhammadiyah yang kalau dibiarkan dapat merusak perjuangan
Muhammadiyah.
Pimpinan Pusat Muhammadiyah kemudian mendiskusikan ceramah KH. Faqih
Usman tersebut bersama dengan Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jawa Timur
(HM. Saleh Ibrahim), PWM Jawa Tengah (R. Darsono), PWM Jawa Barat (H. Adang
Affandi). Dari diskusi tersebut, PP Muhammadiyah kemudian membentuk tim yang
terdiri dari :
Hasil rumusan tim ini kemudian dibawa ke dalam sidang Tanwir pada tanggal 25-
28 November 1962 yang diselenggarakan di Jakarta. Sidang Tanwir kemudian
merekomendasikan rumusan tersebut untuk dibawa ke Muktamar ke-35 pada tahun yang
sama di Jakarta. Di Muktamar, rumusan tersebut diterima dengan penyempurnaan,
kemudian disahkan menjadi Kepribadian Muhammadiyah.
Islam adalah sumber nilai, sedangkan dakwah Islamiah merupakan proses alih nilai yang
dikembangkan dalam rangka perubahan perilaku dan dakwah Islamiah yang
dikembangkan oleh Muhammadiyah adalah upaya pengkondisian masyarakat agar objek
dakwah lebih mengetahui,memahami, dan mengamalkan dinul Islam sebagai pandangan
dan cita-cita hidupnya.
a. Hidup manusia harus berdasar tauhid, ibadah, dan taat kepada Allah.
b. Hidup manusia bermasyarakat.
c. Mematuhi ajaran-ajaran agama Islam dengan berkeyakinan bahwa ajaran Islam itu
satu-satunya landasan kepribadian dan ketertiban bersama untuk kebahagiaan dunia
akhirat.
d. Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam dalam masyarakat adalah kewajiban
sebagai ibadah kepada Allah dan ikhsan kepada sesama manusia.
e. Ittiba’ kepada langkah dan perjuangan Nabi Muhammad SAW.
f. Melancarkan amal usaha dan perjuangannya dengan ketertiban organisasi.
g. Seluruh perjuangan yakni menuju satu titik tujuan Muhammadiyah yaitu terwujudnya
masyarakat utama adil makmur yang diridhai Allah SWT (masyarakat Islam yang
sebenar-benarnya).
F. Sifat Muhammadiyah
Tidak ada cara lain dalam memberikan atau menentukan Kepribadian Muhammadiyah
ini, Kecuali harus dengan teori dan praktik penanaman, pengertian dan pelaksanaan.
5. Sesuai dengan suasana sekarang , perlu pula dilakukan dengan formalitas yang
menarik, yang tidak melanggar hukum-hukum agama dan juga dengan
memberikan bantuan logistik.
6. Pimpinan Cabang, Ranting Bersama-sama dengan aggota-anggotanya
memusyawarahkan sasaran-sasaran yang di tuju, bahan-bahan yang perlu di
bawakan dan membagi petugas-petugas sesuai dengan kemampuan dan
sasarannya.
7. Pada Musyawarah yang melakukan evaluasi , sekaligus dapat di tambahkan
bahan-bahan atau bekal yang di perlukan, yang akan di bagikan kepada warga
selaku muballigh dan muballighot.
KESIMPULAN
Muhammadiyah hadir dengan kepribadiannya yaitu gerakan Islam, dakwah amar ma’ruf
nahi munkar, dan gerakan tajdid. Inilah yang menjadi kepribadian Muhammadiyah.
Dengan melaksanakan Dakwah Islam dan Amar Ma’ruf Nahi Munkar dengan caranya
masing-masing yang sesuai, Muhammadiyah menggerakkan masyarakat menuju
tujuannya, yaitu:
Sumber :