Anda di halaman 1dari 33

KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
ini tentang “Askep Keluarga Penderita Gastritis”.
Makalah ini saya buat atas tugas yang telah di berikan oleh Dosen
Pengajar.Saya telah berusaha sebaik mungkin untuk menyusun makalah ini.Tetapi
mungkin makalah ini belum tersusun lengkap dan sempurna.Oleh karena itu penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak.
Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat buat kita semua, dan atas
perhatian pembaca saya ucapkan terima kasih.

Medan, 1 November 2019

( Penulis )
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kasus dengan gastritis merupakan salah satu jenis kasus yang umumnya
diderita oleh kalangan remaja, khususnya penyakit ini meningkat pada kalangan
mahasiswa. disebabkan oleh berbagai faktor misalnya tidak teraturnya pola makan,
gaya hidup yang salah dan meningkatnya aktivitas (tugas perkuliahan) sehingga
mahasiswa tersebut tidak sempat untuk mengatur pola makannya dan malas untuk
makan.(Fahrur, 2009).
Penyebab dari gastritis menurut Herlan tahun 2001 yaitu asupan alkohol
berlebihan (20%), merokok (5%), makanan berbumbu (15%), obat-obatan (18%) dan
terapi radiasi (2%), sedangkan menurut Hasna dan Hurih tahun 2009 gastritis bisa
juga disebabkan karena, infeksi bakteri, stress, penyakit autoimun, radiasi dan
Chron’s Disease. Salah satu penyebab dari gastritis adalah infeksi dari bakteri
Helicobacter pylori(H. pylori) dan merupakan satu-satunya bakteri yang hidup di
lambung. Bakteri ini dapat menginfeksi lambung sejak anak-anak dan menyebabkan
penyakit lambung kronis. Bahkan diperkirakan lebih dari 50% penduduk dunia
terinfeksi bakteri ini sejak kecil. Jika dibiarkan, akan menimbulkan masalah
sepanjang hidup (Soemoharjo, 2007).
Menurut Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI) dan Kelompok Studi
Helicobacter Pylori Indonesia (KSHPI) tahun 2001, menyatakan diperkirakan 20 %
dari penduduk Negara Indonesia telah terinfeksi oleh H. Pylori (Daldiyono, 2004).
Penemuan infeksi Helicobacter pylori ini mungkin berdampak pada tingginya
kejadian gastritis, pada beberapa daerah di Indonesia menunjukkan angka kejadian
gastritis yang cukup tinggi.
Gejala yang umum terjadi pada penderita gastritis adalah rasa tidak nyaman
pada perut, perut kembung, sakit kepala dan mual yang dapat menggangu aktivitas
sehari-hari, rasa tak nyaman di epigastrium, nausea, muntah, Perih atau sakit seperti
terbakar pada perut bagian atas yang dapat menjadi lebih baik atau lebih buruk ketika
makan, hilang selera makan, bersendawa, dan kembung.
Dapat pula disertai demam, menggigil (kedinginan), cegukan (hiccups) Bila
penyakit gastritis ini terus dibiarkan, akan berakibat semakin parah dan akhirnya
asam lambung akan membuat luka-luka (ulkus) yang dikenal dengan tukak lambung.
Bahkan bisa juga disertai muntah darah (Arifianto, 2009).
Menurut penelitian Surya dan Marshall pada tahun 2007 hingga 2008
mengatakan gastritis yang tidak ditangani dengan tepat akan menimbulkan
komplikasi yang mengarah kepada keparahan.yaitu kanker lambung dan peptic ulcer.

B. Rumusan Masalah

1. Apakah definisi Gastritis ?


2. Apakah etiologi/ faktor pencetus Gastritis ?
3. Apakah manifestasi klinis Gastritis ?
4. Apakah pemeriksaan penunjang pada Gastritis ?
5. Apakah penatalaksanaan klien dengan Gastritis ?
6. Apa sajakah komplikasi dari Gastritis ?
7. Apakah asuhan keperawatan pasien dengan Gastritis ?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum
 Menjelaskan pengertian dan asuhan keperawatan pada klien dengan gangguan
pencernaaan ?

2. Tujuan Khusus
 Mengetahui dan memahami definisi Gastritis.
 Mengetahui dan memahami etiologi/ faktor pencetus Gastritis.
 Menyebutkan dan memahami manifestasi klinis Gastritis.
 Mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang pada Gastritis.
 Mengetahui dan memahami penatalaksanaan klien dengan Gastritis.
 Mengetahui dan memahami komplikasi dari Gastritis.
 Menjelaskan asuhan keperawatan pasien dengan Gastritis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. KONSEP KELUARGA

1. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran, dan


adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, mempertahankan budaya, dan
meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, serta sosial dari tiap anggota
keluarga ,Duvall dan Logan ( 1986 )
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga
karena adanya hubungan darah, perkawinan, atau adopsi. Mereka saling berinteraksi
satu dengan yang lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta
mempertahankan suatu budaya. Bailon dan Maglaya ( 1978 )
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah
satu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Departemen Kesehatan RI ( 1988 )
Dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga adalah :
1) Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan
atau adopsi
2) Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain
3) Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai
peran sosial : suami, istri, anak, kakak dan adik
4) Mempunyai tujuan : menciptakan dan mempertahankan budaya, meningkatkan
perkembangan fisik, psikologis, dan sosial anggota.

2. Struktur Keluarga

1) Patrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun melalui jalur ayah
2) Matrilineal : keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah dalam
beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu
3) Matrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah ibu
4) Patrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami
5) Keluarga kawinan : hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga,
dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian keluarga karena adanya
hubungan dengan suami atau istri.

3. Ciri-Ciri Struktur Keluarga

1) Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota


keluarga
2) Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan, tetapi mereka juga
mempunyai keterbatasan dalam mejalankan fungsi dan tugasnya masing-masing
3) Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai peranan
dan fungsinya masing-masing.

4. Macam-Macam Struktur / Tipe / Bentuk Keluarga

1. Tradisional :
a. The nuclear family (keluarga inti) :
Keluarga yang terdiri dari suami, istri dan anak.
b. The dyad family :
Keluarga yang terdiri dari suami dan istri (tanpa anak) yang hidup bersama
dalam satu rumah
c. Keluarga usila :
Keluarga yang terdiri dari suami istri yang sudah tua dengan anak sudah
memisahkan diri
d. The childless family :
Keluarga tanpa anak karena terlambat menikah dan untuk mendapatkan anak
terlambat waktunya, yang disebabkan karena mengejar karir/pendidikan yang
terjadi pada wanita
e. The extended family (keluarga luas/besar) :
Keluarga yang terdiri dari tiga generasi yang hidup bersama dalam satu rumah
seperti nuclear family disertai : paman, tante, orang tua (kakak-nenek),
keponakan, dll)
f. The single-parent family (keluarga duda/janda) :
Keluarga yang terdiri dari satu orang tua (ayah dan ibu) dengan anak, hal ini
terjadi biasanya melalui proses perceraian, kematian dan ditinggalkan
(menyalahi hukum pernikahan)
g. Commuter family :
Kedua orang tua bekerja di kota yang berbeda, tetapi salah satu kota tersebut
sebagai tempat tinggal dan orang tua yang bekerja diluar kota bisa berkumpul
pada anggota keluarga pada saat akhir pekan (week-end)
h. Multigenerational family :
Keluarga dengan beberapa generasi atau kelompok umur yang tinggal
bersama dalam satu rumah
i. Kin-network family :
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah atau saling berdekatan
dan saling menggunakan barang-barang dan pelayanan yang sama. Misalnya :
dapur, kamar mandi, televisi, telpon, dll)
j. Blended family :
Keluarga yang dibentuk oleh duda atau janda yang menikah kembali dan
membesarkan anak dari perkawinan sebelumnya
k. The single adult living alone / single-adult family :
Keluarga yang terdiri dari orang dewasa yang hidup sendiri karena pilihannya
atau perpisahan (separasi), seperti : perceraian atau ditinggal mati.

2. Non-Tradisional

a. The unmarried teenage mother :


Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari
hubungan tanpa nikah
b. The stepparent family:
Keluarga dengan orangtua tiri
c. Commune family:
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan
saudara, yang hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang
sama, pengalaman yang sama, sosialisasi anak dengan melalui aktivitas
kelompok / membesarkan anak bersama
d. The nonmarital heterosexual cohabiting family:
Keluarga yang hidup bersama berganti-ganti pasangan tanpa melalui
pernikahan
e. Gay and lesbian families:
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana
pasangan suami-istri (marital partners)
f. Cohabitating couple :
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa
alasan tertentu
g. Group-marriage family :
Beberapa orang dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama,
yang merasa telah saling menikah satu dengan yang lainnya, berbagi sesuatu,
termasuk sexual dan membesarkan anaknya
h. Group network family :
Keluarga inti yang dibatasi oleh set aturan/nilai-nilai, hidup berdekatan satu
sama lain dan saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama,
pelayanan dan bertanggung jawab membesarkan anaknya
i. Foster family :
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga/saudara dalam
waktu sementara, pada saat orangtua anak tersebut perlu mendapatkan
bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya
j. Homeless family :
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanen
karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau
problem kesehatan mental
k. Gang :
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif, dari orang-orang muda yang mencari
ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian, tetapi berkembang
dalam kekerasan dan kriminal dalam kehidupannya.

5. Tahap-Tahap Kehidupan / Perkembangan Keluarga

Meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara


unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama (Rodgers cit
Friedman, 199:

1) Pasangan baru (keluarga baru)


Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki dan perempuan
membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan (psikologis)
keluarga masing-masing :
a. Membina hubungan intim yang memuaskan
b. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial
c. Mendiskusikan rencana memiliki anak

2) Keluarga child-bearing (kelahiran anak pertama)


Keluarga yang menantikan kelahiran, dimulai dari kehamilan samapi kelahiran
anak pertama dan berlanjut damapi anak pertama berusia 30 bulan :
a. Persiapan menjadi orang tua
b. Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga, peran, interaksi, hubungan
sexual dan kegiatan keluarga
c. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan

3) Keluarga dengan anak pra-sekolah


Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama (2,5 bulan) dan berakhir saat
anak berusia 5 tahun :
a. Memenuhi kebutuhan anggota keluarga, seperti kebutuhan tempat tinggal,
privasi dan rasa aman
b. Membantu anak untuk bersosialisasi
c. Beradaptasi dengan anak yang baru lahir, sementara kebutuhan anak yang lain
juga harus terpenuhi
d. Mempertahankan hubungan yang sehat, baik di dalam maupun di luar
keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar)
e. Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap yang paling
repot)
f. Pembagian tanggung jawab anggota keluarga
g. Kegiatan dan waktu untuk stimulasi tumbuh dan kembang anak

4) Keluarga dengan anak sekolah


Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan berakhir
pada usia 12 tahun. Umumnya keluarga sudah mencapai jumlah anggota keluarga
maksimal, sehingga keluarga sangat sibuk :
a. Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekolah dan lingkungan
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat,
termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga

5) Keluarga dengan anak remaja


Dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai
6-7 tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orangtuanya. Tujuan
keluarga ini adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta
kebebasan yang lebih besar untuk mempersiapkan diri menjadi lebih dewasa :
a. Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab, mengingat
remaja sudah bertambah dewasa dan meningkat otonominya
b. Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga
c. Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orangtua. Hindari
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan
d. Perubahan sistem peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga
6) Keluarga dengan anak dewasa (pelepasan)
Tahap ini dimulai pada saat anak pertama meninggalkan rumah dan berakhir
pada saat anak terakhir meninggalkan rumah. Lamanya tahap ini tergantung dari
jumlah anak dalam keluarga, atau jika ada anak yang belum berkeluarga dan tetap
tinggal bersama orang tua :
a. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Membantu orangtua suami/istri yang sedang sakit dan memasuki masa tua
d. Membantu anak untuk mandiri di masyarakat
e. Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga

7) Keluarga usia pertengahan


Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan
berakhir saat pensiun atau salah satu pasangan meninggal :
a. Mempertahankan kesehatan
b. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan teman sebaya dan anak-
anak
c. Meningkatkan keakraban pasangan

8) Keluarga usia lanjut


Tahap terakhir perkembangan keluarga ini dimulai pada saat salah satu pasangan
pensiun, berlanjut saat salah satu pasangan meninggal damapi keduanya meninggal :
a. Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan
b. Adaptasi dengan peruabahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik dan
pendapatan
c. Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat
d. Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat
e. Melakukan life review (merenungkan hidupnya).
BAB III
KONSEP PENYAKIT

1. Pengertian Penyakit Gastritis


Gastritis adalah inflamasi dari mukosa lambung (Kapita Selekta Kedokteran, Edisi
Ketiga Hal 492). Gastritis adalah segala radang mukosa lambung (Buku Ajar Ilmu
Bedah, Edisi Revisihal749) Gastritis merupakan keadaan peradangan atau pendarahan
pada mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronis, difusi atau local (Patofisiologi
Sylvia A Price hal 422). Gastritis merupakan inflamasi pada dinding gaster terutama
pada lapisan mukosa gaster (Sujono Hadi, 1999, hal : 492).
Gastritis merupakan peradangan lokal atau penyebaran pada mukosa lambung dan
berkembang di penuhi bakteri (Charlene. J, 2001, hal : 138)
Gastritis (penyakit maag) adalah penyakit yang disebabkan oleh adanya asam
lambung yang berlebih atau meningkatnya asam lambung sehingga mengakibatkan
imflamasi atau peradangan dari mukosa lambung seperti teriris atau nyeri pada ulu
hati. Gejala yang terjadi yaitu perut terasa perih dan mulas.
Ada dua jenis penyakit gastritis yaitu:
1. Gastritis Akut Gastritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa
lambung yang akut. Gatritis Akut paling sering diakibatkan oleh kesalahan diit, mis.
makan terlalu banyak, terlalu cepat, makan makanan yang terlalu banyak bumbu atau
makanan yang terinfeksi. Penyebab lain termasuk alcohol, aspirin, refluks empedu
atau terapi radiasi.
2. Gastritis Kronis Gastritis kronik adalah Suatu peradangan bagian permukaan
mukosa lambung yang menahun yang disebabkan oleh ulkus lambung jinak maupun
ganas atau bakteri Helicobacter pylori. Bakteri ini berkoloni pada tempat dengan
asam lambung yang pekat.
2. Penyebab Penyakit hipertensi
1. Penyebab dan faktor risiko
Penyebab dari Gastritis dapat dibedakan sesuai dengan klasifikasinya sebagai
berikut :
a.Gastritis Akut Banyak faktor yang menyebabkan gastritis akut seperti:
 Obat-obatan seperti obat anti inflamasi nonsteroid, silfonamide merupakan
obat yang bersifat mengiritasi mukosa lambung.
 Minuman beralkohol Infeksi bakteri seperti H. pylori, H. heilmanii,
streptococci Infeksi virus oleh sitomegalovirus Infeksi jamur seperti
candidiasis, histoplosmosis, phycomycosis Stress fisik yang disebabkan oleh
luka bakar, trauma, pembedahan.
 Makanan dan minuman yang bersifat iritan.
 Makanan berbumbu dan minuman dengan kandungan kafein dan alkohol
merupakan salah satu penyebab iritasi mukosa lambung.
b.Gastritis Kronik Penyebab pasti dari gastritis kronik belum diketahui, tapi ada dua
predisposisi penting yang bisa meningkatkan kejadian gastritis kronik, yaitu infeksi
dan non-infeksi (Wehbi, 2008).
Gastritis infeksi Beberapa agen infeksi bisa masuk ke mukosa lambung dan
memberikan manifestasi peradangan kronik.
Beberapa agen yang diidentifikasi meliputi hal-hal berikut.
a) H. Pylori. Beberapa peneliti menyebutkan bakteri itu merupakan penyebab
utama dari gastritis kronik (Anderson, 2007).
b) Helicobacter heilmanii, Mycobacteriosis, dan Syphilis (Quentin, 2006)
c) Infeksi parasit (Wehbi, 2008).
d) Infeksi virus (Wehbi, 2008).
Gastritis non-infeksi :
a) Gastropai akbiat kimia, dihubungkan dengan kondisi refluks garam empedu
kronis dan kontak dengan OAINS atau aspirin (Mukherje)
b) Gastropati uremik, terjadi pada gagal ginjal kronik yang menyebabkan ureum
terlalu banyak beredar pada mukosa lambung (Wehbi, 2008).
3. Patofisiologi

1. Gastritis Akut.

Zat iritasi yang masuk ke dalam lambung akan mengiitasi mukosa lambung. Jika
mukosa lambung teriritasi. ada 2 hal yang akan terjadi :

a) Karena terjadi iritasi mukosa lambung sebagai kompensasi lambung.


Lambung akan meningkat sekresi mukosa yang berupa HCO3, di lambung
HCO3 akan berikatan dengan NaCL sehingga menghasilkan HCI dan
NaCO3.Hasil dari penyawaan tersebut akan meningkatkan asam lambung .
Jika asam lambung meningkat maka akan meningkatkan mual muntah, maka
akan terjadi gangguan nutrisi cairan & elektrolit.
b) Iritasi mukosa lambung akan menyebabkan mukosa inflamasi.
Jika mukus yang dihasilkan dapat melindungi mukosa lambung dari
kerusakan HCL maka akan terjadi hemostatis dan akhirnya akan terjadi
penyembuhan tetapi jika mukus gagal melindungi mukosa lambung maka
akan terjadi erosi pada mukosa lambung. Jika erosi ini terjadi dan sampai pada
lapisan pembuluh darah maka akan terjadi perdarahan yang akan
menyebabkan nyeri dan hypovolemik.

2. Gastritis Kronik.

Gastritis kronik disebabkan oleh gastritis akut yang berulang sehingga terjadi
iritasi mukosa lambung yang berulang-ulang dan terjadi penyembuhan yang tidak
sempurna akibatnya akan terjadi atrhopi kelenjar epitel dan hilangnya sel pariental
dan sel chief. Karena sel pariental dan sel chief hilang maka produksi HCL. Pepsin
dan fungsi intinsik lainnya akan menurun dan dinding lambung juga menjadi tipis
serta mukosanya rata, Gastritis itu bisa sembuh dan juga bisa terjadi perdarahan serta
formasi ulser.
4. Manifestasi Klinis
1. Gastritis Akut yaitu Anorexia, mual, muntah, nyeri epigastrium, perdarahan
saluran cerna pada hematemesis melena, tanda lebih lanjut yaitu anemia.

2. Gastritis Kronik, Kebanyakan klien tidak mempunyai keluhan, hanya sebagian


kecil mengeluh nyeri ulu hati anorexia, nausea, dan keluhan anemia dan
pemeriksaan fisik tidak di jumpai kelainan.

5. Komplikasi
1.Komplikasi yang timbul pada Gastritis Akut:
 Perdarahan saluran cerna bagian atas, yang merupakan kedaruratan medis,
terkadang perdarahan yang terjadi cukup banyak sehingga dapat
menyebabkan kematian.
 Ulkus, jika prosesnya hebat .
 Gangguan cairan dan elektrolit pada kondisi muntah hebat.
2.Komplikasi yang timbul Gastritis Kronik, yaitu :
 gangguan penyerapan vitamin B 12, akibat kurang pencerapan, B 12
menyebabkan anemia pernesiosa,
 penyerapan besi terganggu dan penyempitan daerah antrum pylorus.

6. Penatalaksanaan Medis
a. Pemeriksaan darah
Tes ini digunakan untuk memeriksa apakah terdapat H. Pylori dalam darah. Hasil tes yang positif
menunujukkan bahwa pasien pernah kontak dengan bakteri pada suatu waktu dalam hidupnya tapi
itu tidak menunjukkan bahwa pasien tersebut terkena infeksi. Tes darah dapat juga dilakukan
untuk memeriksa anemia yang terjadi akibat perdarahan lambung karena gastritis.

b. Uji napas urea


Suatu metode diagnostik berdasarkan prinsip bahwa urea diubah oleh urease H. Pyloridalam
lambung menjadi amoniak dan karbondioksida (CO2). CO2 cepat diabsorbsi melalui dinding
lambung dan dapat terdeteksi dalam udara ekspirasi.
c. Pemeriksaan feces
Tes ini memeriksa apakah terdapat bakteri H. Pylori dalam feses atau tidak. Hasil yang positif
dapat mengindikasikan terjadinya infeksi. Pemeriksaan juga dilakukan terhadap adanya darah
dalam feses. Hal ini menunjukkan adanya pendarahan dalam lambung.

d. Endoskopi saluran cerna bagian atas


Dengan tes ini dapat terlihat adanya ketidaknormalan pada saluran cerna bagian atas yang
mungkin tidak terlihat dari sinar-x. Tes ini dilakukan dengan cara memasukkan sebuah selang
kecil yang fleksibel(endoskop) melalui mulut dan masuk ke dalam esofagus, lambung dan bagian
atas usus kecil. Tenggorokan akan terlebih dahulu dianestesi sebelum endoskop dimasukkan
untuk memastikan pasien merasa nyaman menjalani tes ini. Jika ada jaringan dalam saluran cerna
yang terlihat mencurigakan, dokter akan mengambil sedikit sampel(biopsy) dari jaringan tersebut.
Sampel itu kemudian akan dibawa ke laboratorium untuk diperiksa. Tes ini memakan waktu
kurang lebih 20 sampai 30 menit. Pasien biasanya tidak langsung disuruh pulang ketika tes ini
selesai, tetapi harus menunggu sampai efek dari anestesi menghilang kurang lebih satu atau dua
jam. Hampir tidak ada resioko akibat tes ini. Komplikasi yang sering terjadi adalah rasa tidak
nyaman pada tenggorokan akibat menelan endoskop.

e. Rontgen saluran cerna bagian atas


Tes ini akan melihat adanya tanda-tanda gastritis atau penyakit pencernaan lainnya. Biasanya
akan diminta menelan cairan barium terlebih dahulu sebelum dirontgen. Cairan ini akan melapisi
saluran cerna dan akan terlihat lebih jelas ketika di rontgen.

f. Analisis Lambung
Tes ini untuk mengetahui sekresi asam dan merupakan tekhnik penting untuk menegakkan
diagnosis penyakit lambung. Suatu tabung nasogastrik dimasukkan ke dalam lambung dan
dilakukan aspirasi isi lambung puasa untuk dianalisis. Analisis basal mengukur BAO (basal acid
output) tanpa perangsangan. Uji ini bermanfaat untuk menegakkan diagnosis sindrom Zolinger-
Elison(suatu tumor pankreas yang menyekresi gastrin dalam jumlah besar yang selanjutnya akan
menyebabkan asiditas nyata).

g. Analisis stimulasi
Dapat dilakukan dengan mengukur pengeluaran asam maksimal (MAO, maximum acid output)
setelah pemberian obat yang merangsang sekresi asam seperti histamin atau pentagastrin. Tes ini
untuk mengetahui teradinya aklorhidria atau tidak.
BAB IV
TINJAUAN KASUS

Contoh Kasus

Tn.S (35th) suami dari Ny,T (33th) mempunyai dua orang anak An. D (2
th) seorang perempuan dan anak kedua, An.D (1 th) perempuan. Dalam keluarga
Tn.S salah satu anggota keluarga, yaitu Tn.K (70TH) orangtua dari Tn.S menderita
penyakit Gastritis.Pasien nampak lemas dan mengeluh pusing.Untuk mengatasi
masalah tersebut, keluarga Tn.K hanya membiarkan saja di rumah karena menurutnya
masih bisa di tangani dirumah, dan keluarga merawat Tn.K sendiri dengan berbekal
pengetahuan seadanya, keluarga hanya membantu dalam memenuhi aktifitas sehari-
hari Tn.K keluarga Tn.K termasuk keluarga yang kurang memperhatikan kesehatan,
meskipun mereka mengaku pernah ke dokter tapi jika hanya ada keadaan yang sangat
berbahaya dan keluarga Tn.K juga jarang memeriksakan tekanan darah meskipun
pernah ada riwayat Gastritis sebelumnya.

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KELUARGA

A. Pengkajian Keluarga

1) Data Umum
1. Nama Kepala Keluarga : Tn. S
2. Alamat : Jl.Nusa Indah Dsn II
3. Pekerjaan Kepala Keluarga : Buruh Harian Lepas
4. Pendidikan Kepala Keluarga : SLTA/Sederajat
5. Komposisi Keluarga : Ayah, istri, dan dua orang anak

No Nama Jenis Hubungan Umur Pendidikan


Kelamin dengan KK
1. Ny.T P Istri 33 th SLTA
2. An,D P Anak 2 th Belum Sekolah
3. An.D P Anak 1 th Belum Sekolah
4. Tn.K L Orangtua 70 th Tamat SD
Genogram :

Keterangan :

: Laki-Laki : Tn. S

: Perempuan : Ny. T

: An.D : Klien

: An. D : Meninggal

: Tn.K : Meninggal

6. Tipe Keluarga
Keluarga inti terdiri dari Tn.K, Tn.S, Ny.T dan kedua anak kandung.

7. Suku bangsa
Jawa – Indonesia.

8. Agama
Semua isi keluarga menganut agama Islam. Tidak ada keyakinan yang
berdampak buruk pada status kesehatan keluarga.

9. Status Sosial Ekonomi Keluarga


Penghasilan keluarga kurang lebih 1.500.000/bln,karena Tn.S adalah Buruh
harian lepas,Tn.S dan Ny. T mengatakan penghasilan yang mereka dapat lebih
dari cukup untuk memenuhi kebutuhan setiap hari dan untuk membiayai kedua
orang anknya yang masih sekolah.
10. Aktifitas Rekreasi Keluarga
Anak- anak mereka biasanya menghabiskan waktu liburannya dengan
bermain dan menonton TV dirumah.Kadang- kadang keluarga mereka pergi ke
rumah neneknya yang ada di Dusun II jika musim liburan panjang atau sekedar
makan diluar bersama.

2) Riwayat Tahap Perkembangan Keluarga

1. Tahap perkembangan keluarga saat ini :


Keluarga berada pada tahap perkembangan keluarga dengan anak usia Balita.

2. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :


Tidak ditemukannya tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi.
Anak pertama berusia 2 th dan yang kedua berusia 1. Tn. S dan Ny. T
mengatakan komunikasi dengan anak-anaknya bersifat terbuka.

3. Riwayat keluarga inti :


Tn.K mengatakan mempunyai riwayat penyakit gastritis sudah dari 5 tahun
yang lalu.Tn.K Mengatakan jika penyakitnya kambuh dia akan mengalami
sesak.Akan tetapi beliau tidak ada mengkonsumsi obat-obatan yang berlebihan
hanya saja Tn.K memperbanyak waktunya untuk beristirahat.

Riwayat kesehatan masing-masing anggota keluarga:

Imunisasi
BB Keadaan (BCG/Polio/ Masalah Tindakan
No Nama Umur
Kg Kesehatan DPT/HB/ kesehatan Yang telah dilakukan
Campak
1. Ny.T 33 th 60 kg Baik Lengkap -
2. An.D 2 th 7,2 kg Baik Lengkap -
3. An.D 1 th 10,5 kg Baik Lengkap - -Terapi Relaksasi
4. Tn.K 70 th 25 Sakit Lengkap Gastritis nafas dalam
- Penkes

4. Riwayat keluarga sebelumnya :


Tn.K mememiliki riwayat penyakit gastritis 5 tahun yang lalu.
3) Keadaan Lingkungan

1. Karakteristik rumah :
Luas rumah 50 m2 dengan panjang 10 m dan lebar 5 m terdiri dari 2 kamar
tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang makan, 1 kamar mandi, 1 dapur,merupakan rumah
permanent dan milik sendiri. Setiap ruangan memiliki jendela kecuali kamar
mandi sehingga sirkulasi udaranya cukup baik.Kamar mandi terpisah dengan WC
lantai rumah terbuat dari semen, sumber air adalah air tanah atau sumur.
Sedangkan untuk pembuangan saluran air dibuatkan pipa menuju belakang
rumah yang berdekatan dengan septitank kira-kira 10 m dari jarak belakang
rumah.

R. Tamu K. Tidur

K. Tidur

Dapur R.
Makan
K. Mandi

2. Karakteristik tetangga dan komunitas RW :


Keluarga Tn.S bertetangga dengan beberapa keluarga petani. Semua
tetangga Tn.S beragama islam dan besuku jawa meskipun berasal dari berbagai
daerah kebetulan tempat tinggal mereka dekat dengan tetangga lainnya sehingga
tampak ramai dan komunikasi mereka cukup baik.

3. Mobilitas geografis keluarga :


Semenjak menikah sampai sekarang Tn.S dan Ny.T tidak pernah bepindah-
pindah tempat, saat Tn.K sakit Tn.K jarang pergi kepuskesmas,sedangkan anak
dari Tn.S dan Ny.K jika sakit pergi ke bidan terdekat.

4. Perkumpulan keluaraga dan interaksi dengan masyarakat :


Keluarga Tn. S tergolong anggota masyarakat yang aktif dalam mengikuti
musyawarah dan kerja bakti yang diadakan di masyarakat. Serta dapat
berinteraksi dengan baik. Keluarga Tn.S aktif dengan kegiatan keagamaan di
lingkungan rumahnya
5. Sistem pendukung keluarga :
Selama Tn.K sakit Tn.S,Ny.T dan anak-anaknya yang merawat, meskipun
kadang-kadang.Tn.S juga membantu serta mencarikan pengobatan baik alternatif
maupun secara medis (puskesmas,dokter serta layanan kesehatan yang
mendukung). Terdapat dokter desa yag letaknya sekitar 50 m dari rumah dan
puskesmas yang letaknya cukup jauh yaiti 100 m dari rumah sehingga keluarga
lebih memilih ke dokter desa.

4) Struktur Keluarga

1. Pola Komunikasi Keluarga :


Keluaga Tn.S melakukan komunikasi secara terbuka, sehingga ank-anaknya
dapat memberi masukan tentang suatu hal kepada mereka tanpa mengurangi
rasa hormat terhadap orang tua, Ny.T adalah ibu yang santai yang jarang
memarahi anak-anknya tapi Tn.S sangat tegas tehadap anak-anaknya dan tak
segan memaraahi ana-anaknya ketika mereka salah.
2. Struktur Peran Keluarga :
Ny.T adalah ibu sekaligus pembantu pencari nafkah bagi keluarga, dan Tn.S
menjadi seorang ayah dan pencari penghasilan utama bagi keluarga.
3. Struktur Peran (peran masing-masing anggota keluarga) :
 Tn. S sebagai kepala keluarga bertanggung jawab dalam mengatur rumah
tangga
 Ny. T sebagai istri yang bekerja sebagai IRT
 An. D sebagai anak pertama.
 An. D sebagai anak kedua.
 Tn.K sebagai Orangtua
4. Nilai dan Norma Keluarga :
Tidak ada nilai dan norma dalam keluarga yang dapat mempengaruhi penyakit
menurut mereka. Tn,K sakit memang karena disebabkan oleh suatu penyakit
bukan karena hal-hal tertentu.sehingga mereka lebih memilih untuk
memeriksakan kesehatannya ke dokter atau dengan obat-obat tradisional.

5) Fungsi Keluarga

1. Fungsi Afektif :
Ny.T dan Tn.S menganggap anaknya sudah tumbuh menjadi anak-anak yang
baik dan saling menghormati dalam keluarga,meskipun kadang-kadang ada
pertengkaran kecil antara anak-anak mereka dikarenakan hal yang sepele tapi
dengan cepat mereka juga berbaikan lagi.
2. Fungsi Sosial :
Keluarga mereka semua muslim sehingga mereka aktif dengan kegiatan
keagamaan meskipun tidak mengikuti organisasi.
3. Fungsi Perawatan Kesehatan :
Keluarga dapat mengidentifiksi penyakit Tn.K meskipun secara awam,
sehingga keluarga dapat mengambil keputusan dengan cepat ketika Tn.K sakit
tetapi masih belum mampu meningkatkan status kesehatan keluarga.
4. Fungsi Reproduksi :
Ny.T dan Tn.S mengatakan tidak ingin mempunyai anak lagi mereka sudah
bersyukur mempunyai dua orang anak yang baik-baik, Ny.T masih mengikuti
program KB dikarenakan masih haid dan melakukan hubungan suami
istri.Mereka sepakat untuk membesarkan anaknya dengan baik dan memberi
pendidikan yang baik.
5. Fungsi Ekonomi :
Keluarga mengatakan kondisi keluarga mereka tetap stabil
meskipun Tn.K sakit,mereka mempunyai tabungan keluarga yang dapat
digunakan kapan saja.

6) Stres dan Koping Keluarga

1. Stresor Jangka Pendek dan panjang :


Tn.K cemas karena memikirkan keadaanya dan ank-anaknya Serta cucunya
yang masih membutuhkan biaya untuk masa depan,Tn.k hanya bisa bersabar dan
berusaha semaksimal mungkin untuk kesembuhan istrinya.

2. Kemampuan Keluarga Berespon Terhadap Stresor :


Keluarga berharap Tn.K Dapat segera sembuh dari penyakitnya sehingga
dapat menjalankan aktifitas kembali.
3. Strategi Koping Yang Digunakan :
Keluarga Tn.S dan Istri selalu membicarakan masalah keluarga bersama dan
sesekali bersama.
4. Strategi Adaptasi Disfungsional :
Tidak pernah terdapat perselisihan antar anggota keluarga dalam mengambil
suatu keputusan.

7) Pemeriksaan Fisik

Keluhan utama Tn.K : agak kurus, mengeluh sering sakit perut


NO Pemeriksaan Tn.K
Tn. S Ny.T An. D An. D
Fisik
1 Kepala Simetris, Simetris,tidak Simetris, rambut Simetris, rambut Simetris, rambut
rambut ada ketombe berwarna hitam, berwarna hitam, berwarna hitam
berwarna tidak ada tidak ada dan beruban,
hitam, tidak ketombe. ketombe. tidak ada
ada ketombe. ketombe.

2. Leher leher tidak leher tidak leher tidak leher tidak leher tidak
nampak nampak adanya nampak adanya nampak adanya nampak adanya
adanya peningkatan peningkatan peningkatan peningkatan
peningkatan tekanan vena tekanan vena tekanan vena tekanan vena
tekanan vena jugularis dan jugularis dan jugularis dan jugularis dan
jugularis dan arteri carotis, arteri carotis, arteri carotis, arteri carotis,
arteri carotis, tidak teraba tidak teraba tidak teraba tidak teraba
tidak teraba adanya adanya adanya adanya
adanya pembesaran pembesaran pembesaran pembesaran
pembesaran kelenjar tiroid kelenjar tiroid kelenjar tiroid kelenjar tiroid
kelenjar tiroid (struma). (struma). (struma). (struma).
(struma).
3. Mata Visus 5/5, Visus 5/5, tidak Konjungtiva Konjungtiva Konjungtiva
tidak ada ada kelainan, tidak terlihat tidak terlihat tidak terlihat
kelainan, sclera putih. anemis, tidak anemis, tidak anemis, tidak ada
sclera putih ada katarak, ada katarak, katarak,
penglihatan jelas penglihatan jelas penglihatan
kurang jelas
4. Telinga Simetris, Simetris, Simetris, Simetris, Simetris,
keadaan keadaan keadaan keadaan keadaan
bersih,Fungsi bersih,Fungsi bersih,Fungsi bersih,Fungsi bersih,Fungsi
pendengaran pendengaran pendengaran pendengaran pendengaran
baik baik baik baik baik

5. Hidung Simetris,keada keadaanbersih,p Simetris,keadaa Simetris,keadaa Simetris,keadaan


an enciuman masih n bersih,Tidak n bersih,Tidak bersih,Tidak ada
bersih,Tidak normal. ada kelainan ada kelainan kelainan yang
ada kelainan yang ditemukan yang ditemukan ditemukan
yang
ditemukan
6. Mulut Mukosa mulut Mulut bersih, Mukosa mulut Mukosa mulut Mukosa mulut
lembab,keadaa gigi ada lembab,keadaan lemb,keadaan lemb,keadaan
n bersih,Tidak beberapa yang bersih,Tidak ada bersih,Tidak ada bersih,Tidak ada
ada kelainan tanggal. kelainan kelainan kelainan

7. simetris, HHJsimetris, tidak


Dada simetris, tidak Pergerakan dada Pergerakan dada Pergerakan dada
ada retraksi, ada retraksi, terlihat simetris, terlihat simetris, terlihat simetris,
tidak ada luka, tidak ada luka suara jantung S1 suara jantung S1 suara jantung S1
tidak ada nyeri tidak ada nyeri dan S2 dan S2 dan S2
tekan, suara tekan, suara tunggal,tidak tunggal,tidak tunggal,tidak
sonor, suara sonor, terdapat terdapat terdapat
parusuara
vesikuler
paru vesikuler dan palpitasi, suara palpitasi, suara palpitasi, suara
dan bronchovesikule mur-mur (-), mur-mur (-), mur-mur (-),
bronchovesikul r. tidak ronchi (-), ronchi (-), ronchi (-),
er. terdengar suara wheezing (-) wheezing (-) wheezing (-)
tidakterdengar
suara
wheezing

8. Jantung denyut jantung denyut jantung denyut jantung denyut jantung denyut jantung
normal, tidak normal, tidak normal, tidak normal, tidak normal, tidak ada
ada dorongan, ada dorongan, ada dorongan, ada dorongan, dorongan, tidak
tidak ada tidak ada tidak ada tidak ada ada pulsasi,
pulsasi, ukuran pulsasi, ukuran pulsasi, ukuran pulsasi, ukuran ukuran dan
dan bentuk dan bentuk dan bentuk dan bentuk bentuk jantung
jantung dalam jantung dalam jantung dalam jantung dalam dalam batas
batas normal, batas normal, batas normal, batas normal, normal,
terdengar suara terdengar suara terdengar suara terdengar suara terdengar suara
lup dan dup, lup dan dup, lup dan dup, lup dan dup, lup dan dup,
suara jantung suara jantung suara jantung suara jantung suara jantung
tunggal. tunggal. tunggal. tunggal. tunggal.

9. TTV dan TD:120/80 TD:110/90mHg TD: - mmHg TD: - mmHg TD:110/70


ekstremitas N : 74x/m, N : 88 x/menitS R: 20 x/mnt R: 20 x/mnt R: 20 x/mnt
S : 360C S : 36 o C N: 84 x/mnt N: 72 x/mnt N: 72 x/mnt
R: 20x/m R : 18x/m S: 37OC S: 370C S: 370C
7.Harapan Keluarga

Keluarga berharap Tn.K dapat sembuh dan petugas kesehatan dapat memberi
pelayanan kesehatan dengan baik.

 Pengkajian Khusus Berdasarkan 5 Tugas Keluarga

No Kriteria Pengkajian
1. Mengenal Masalah Keluarga mengatakan Tn.K sering mengeluh sakit
perutnya.
2. Mengambil keputusan yang Bila Tn.K tidak bias menahankan sakitnya langsung
tepat dibawa ke Puskesmas atau petugas kesehatan datang
ke rumah.
3. Merawat anggota keluarga Dalam merawat Tn.K, masih memberikan makanan
yang sakit yang sama dengan anggota keluarga yang lainnya,
pola tidur tidak teratur dan waktunya kurang lama,
namun selalu melakukan kontrol secara teratur ke
pelayanan kesehatan.
4. Memodifikasi lingkungan Keluarga membersihkan rumahnya setiap hari,
mengepel 1 minggu sekali dan lantai kamar
mandinya tidak licin, bersih dan terawat.
5. Memanfaatkan sarana Keluarga selalu memeriksakan diri ke Puskesmas
kesehatan atau petugas kesehatan bila anak sakit dan Tn.K.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
GASTRITIS

Topik : Asuhan Keperawatan


Pokok Bahasa : GASTRITIS
Sasaran : Keluarga Tn.S
Tempat :
Hari / Tanggal : Kamis,31 Oktober 2019
Waktu : 18.00 – 19.00 WIB

A. Tujuan Instruksional Umum


Setelah mendapatkan penyuluhan, sasaran mampu memahami dan
mengaplikasikan materi penyuluhan dalam kehidupan sehari-hari.

Tujuan Instruksional Khusus


Setelah mendapatkan penyuluhan keluarga mampu:
1. Memahami pengertian gastritis.
2. Mengenali tanda dan gejala gastritis.
3. Memahami faktor penyebab gastritis.
4. Mengetahui komplikasi dari gastritis.
5. Mengetahui cara pengobatan gastritis.
6. Mengetahui cara pencegahan terhadap gastritis.

B. Sasaran
Keluarga Tn.S di Tempat

C. Setting tempat

D. Materi
(Terlampir)
E. Media
leaflet

F. Metode
Ceramah, tanya jawab, dan demonstrasi

G. Kegiatan penyuluhan
No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Keluarga
Pembukaan :
- Mengucapkan salam
- Menjelaskan nama dan akademi - Menjawab salam
- Menjelaskan topik dan tujuan - Mendengarkan
pendidikankesehatan - Mendengarkan
1. 5 menit - Menanyakan kesiapan keluarga - Menjawab
Pelaksanaan :
1. Penyampaian materi
- Pengertian gastritis
- Tanda dan gejala gastritis
- Penyebab gastritis
- Pengobatan gastritis
- Pencegahan gastritis
- Makanan yang dihindari
- Makanan yang dianjurkan
- Pengobatan tradisional untuk gastritis
Memberikan kesempatan keluarga untuk - Mendengarkan
2. 25 menit bertanya mengenai materi yang disampaikan - Bertanya
Evaluasi:
- Menanyakan kembali hal-hal yang sudah
dijelaskan mengenai gastritis
- Memberikan kesempatan keluarga
meredemontrasikan pembuatan obat - Menjawab
3. 10 menit tradisional - Meredemonstarasi
Penutup
- Menutup pertemuan dengan menyimpulkan · - Mendengarkan
4. 5 menit materi yang telah dibahas · - Menjawab salam
- Memberikan salam penutup
- Pemeriksaan Pemeriksaan Tekanan Darah

H. Kriteria Hasil:
1. Kehadiran keluarga 80% (2 orang)
2. Keluarga dapat menyebutkan kembali:
1. Pengertian gastritis.
2. Tanda dan gejala gastritis.
3. Faktor penyebab gastritis.
4. Komplikasi dari gastritis.
5. Cara pengobatan gastritis.
6. Cara pencegahan terhadap gastritis.

3. Salah satu keluarga dapat melakukan redemonstrasi tentang cara tradisional


meangani gastritis.
4. keluarga yang hadir mampu mengajukan pertanyaan
5. Semua keluarga dapat mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir penyuluhan

I. Referensi

Anonim. ____. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi). www.medicastore.com.


Diakses: 6 Maret 2012
Astawan, Made, Prof. dr. Ir. Ms. ___ . Cegah Hipertensi dengan Pola
Makan.www.depkes.co.id. Diakses: 6 Maret 2012
Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani W. I, Setiowulan W, “Kapita
Selekta Kedokteran”Edisi ke-3 jilid 1, Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran UI, Jakrta, 1999

Lampiran

I. Materi penyuluhan “Hipertensi”

A. Definisi
Hipertensi adalah tekanan darah tinggi yang bersifat abnormal dan
diukur paling tidak pada tiga kesempatan yang berbeda. Tekanan darah normal
bervariasi sesuai usia, sehingga setiap diagnosis hipertensi harus bersifat
spesifik usia. Namun, secara umum seseorang dianggap mengalami hipertensi
apabila tekanan darahnya lebih tinggi daripada 160mmHg sistolik atau
90mmHg diastolik. (Elizabeth J.Corwin,2000)
B. Penyebab
Penyebab hipertensi terdiri dari factor genetic (keturunan),
bertambahnya usia dan lingkungan. Paling sedikit ada 3 faktor lingkungan
yang dapat menyebabkan hipertensi, yakni makan garam (natrium) berlebihan,
stress psikis, dan obesitas.
Hipertensi sekunder, dapat disebabkan oleh penyakit ginjal, Penyakit
endokrin (hipertensi endokrin), obat, dan alkohol, serta kehamilan
Penyebab hipertensi antara lain adalah :
§ Stres,
§ Usia,
§ Merokok,
§ Obesitas (kegemukan),
§ Alkohol,
§ Faktor keturunan,
§ Faktor lingkungan (gaduh/bising)

C. Jenis-jenis hipertensi
Jenis-jenis hipertensi adalah:
1. Hipertensi ringan: Jika tekanan darah sistolik antara 140 – 159 mmHg dan
atau tekanan diastolik antara 90 – 95 mmHg
2. Hipertensi sedang: Jika tekanan darah sistolik antara 160 – 179 mmHg dan
atau tekanan diastolik antara 100 – 109 mmHg
3. Hipertensi berat: Jika tekanan darah sistolik antara 180 – 209 mmHg dan
atau tekanan diastolik antara 110 – 120 mmHg

D. Tanda dan gejala


Tanda dan gejala yang biasanya terjadi :
§ Pusing
§ Rasa berat di tengkuk
§ Mudah marah
§ Telinga berdenging
§ Sukar tidur
§ Sesak nafas
§ Mudah lelah
§ Mata berkunang-kunang
Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala
berikut:
a. sakit kepala
b. kelelahan
c. mual
d. muntah
e. sesak nafas
f. gelisah
g. pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak,
mata, jantung dan ginjal.

E. Komplikasi
Komplikasi hipertensi antara lain:
a. Penyakit jantung (gagal jantung)
b. Penyakit ginjal (gagal ginjal)
c. Penyakit otak (stroke)

F. Pengobatan
Pengobatan hipertensi untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut:
a) Pengobatan farmakologis yaitu dengan menggunakan obat-obatan atas ijin
dokter
b) Pengobatan non farmakologis yaitu dengan
1. Mengurangi asupan garam dan lemak
2. Mengurangi atau menghilangkan kebiasaan minum alkohol
3. Berhenti merokok bagi yang merokok
4. Menurunkan berta badan bagi yang kegemukan
5. Olah raga teratur seperti joging, jalan cepat, bersepeda,
berenang
6. Menghindari ketegangan
7. Istirahat cukup
8. Hidup tenang
c) Pencegahan agar tidak terjadi komplikasi dari hipertensi
1. Kontrol teratur
2. Minum obat teratur
3. Diit rendah garam dan lemak

G. Makanan yang dianjurkan untuk penderita hipertensi antara lain:


1. Sayur-sayuran hijau kecuali daun singkong, daun melinjo dan
melinjonya
2. Buah-buahan keculi buah durian
3. Ikan laut tidak asin terutama ikan laut air dalam seperti kakap
dan tuna
4. Telur boleh dikonsumsi maksimal 2 butir dalam 1 minggu dan
diutamakan putih telurnya saja
5. Daging ayam (kecuali kulit, jerohan dan otak karena banyak
mengandung lemak)

H. Makanan yang perlu dihindari


1. Makanan yang di awetkan seperti makanan kaleng, mie instant, minuman
kaleng
2. Daging merah segar seperti hati ayam, sosis sapi, daging kambing
3. Makanan berlemak dan bersantan tinggi serta makanan yang terlalu asin

I. Pengobatan tradisional
Pengobatan tradisional yang dapat dibuat dirumah antara lain dengan
mengkonsumsi secara teratur jus:
1. Buah mentimun
2. Buah belimbing
3. Daun seledri

Sedangkan cara membuat obat tradisional seperti jus mentimun adalah


1. ½ kg buah mentimun dicuci bersih
2. Dikupas kulitnya kemudian diparut
3. Saring airnya menggunakan penyaring/kain bersih
4. Diminum setiap hari ± 1 kg untuk 2 kali minum pagi dan sore hari
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan darah


yang abnormal dengan diastol > 90 mmHg dan sistol > 140 mmHg yang dipengaruhi
oleh banyak faktor risiko.
Hipertensi dibagi menjadi dua golongan besar, yaitu hipertensi primer (essensial) dan
hipertensi sekunder.
Hipertensi primer merupakan penyebab kematian terbesar dengan presentase
90% dibandingkan dengan hipertensi sekunder dengan presentase 10% karena
penyebab dari langsung (etiologi) dari hipertensi primer tidak diketahui dan penderita
yang mengalami hipertensi primer tidak mengalami gejala (asimtomatik). Terapi
hipertensi dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu terapi medis dan non-
medis.Kontrol pada penderita hipertensi sangat diperlukan untuk mencegah
komplikasi lebih lanjut.

B. Saran
Untuk menurunkan resiko hipertensi, pasien yang menderita hipertensi
hendaknya melakukan terapi medis maupun non-medis secara kontinyu, melakukan
pola gaya hidup sehat seperti olahraga teratur, diet teratur sesuai dengan kebutuhan
dan lain-lain.

DAFTAR PUSTAKA

http://hestimeiprett.blogspot.com/
Anonim. ____. Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi). www.medicastore.com.
Diakses: 6 Maret 2012
Astawan, Made, Prof. dr. Ir. Ms. ___ . Cegah Hipertensi dengan Pola
Makan.www.depkes.co.id. Diakses: 6 Maret 2012
Mansjoer A, Triyanti K, Savitri R, Wardhani W. I, Setiowulan W, “Kapita
Selekta Kedokteran”Edisi ke-3 jilid 1, Media Aesculapius Fakultas
Kedokteran UI, Jakrta, 1999
ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA
HIPERTENSI

U
N

OLEH:

KELOMPOK XII

1. AYU ANGELICA PURBA

2. KRISTIAN LAIA

PSIK II.2

D.P: Ns. RUMONDANG GULTOM, S.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN (FKK)

UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA

MEDAN

2014

Anda mungkin juga menyukai