Anda di halaman 1dari 9

Diajukan untuk melengkapi Tugas

Mata Kuliah METODE PENELITIAN

“ EPIDEOMOLOGI DARI SUDUT PANDANG ILMU FILSAFAT


(ONTOLOGI, EPISTEMOLOGI,DAN AXIOLOGY)

TUGAS KELOMPOK 1

1. Rudi Hatta NIM : 1811015092


2. Muriyati NIM : 1811015087
3. Nurliah NIM : 1811015088
4. Rima Weniastri NIM : 1811015091

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS MULAWARMAN


SAMARINDA
2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya kami tidak
akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga
terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu
berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan
pembuatan makalah ini.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih
banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan
kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi
makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat.
Terima kasih.
Berau, 16 Februari 2019

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………………………………………………………………………………………………………

BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………………………………………

A. latar belakang………………………………………………………………………………………………………

B. Maksud dan Tujuan………………………………………………………………………………………………….

BAB II pembahasan……………………………………………………………………………………………………..

A. Filsafat……………………………………………………………………………………………………………………

B. Filsafat Epidemiologi………………………………………………………………………………………………

1. Ontologi…………………………………………………………………………………………………………

2. Epistemologi………………………………………………………………………………………………….

3. Axiologi………………………………………………………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………………………………….
BAB I
PENDAHULUAN
C. LATAR BELAKANG

Epidemiologi berasal dari kata dalam Bahasa Yunani, yaitu Epi (pada/tentang/menimpa),
Demos (penduduk/populasi) dan Logos (ilmu). Ada pula yang berpendapat, epidemiologi berasal dari
kata Epi, Demos dan Ologi (ilmu tentang). Jadi, menurut terminologi epidemiologi berarti ilmu tentang
hal-hal yang menimpa suatu penduduk.

Awalnya, epidemiologi adalah studi tentang wabah. Epidemiologi kemudian berkembang dan cakupannya
meluas, sehingga kini epidemiologi dapat dikatakan sebagai ilmu yang mempelajari penyakit dan
penyebarannya di lingkungan manusia.

Meski sama-sama mempelajari tentang kesehatan, epidemiologi merupakan cabang ilmu yang unik jika
dibandingkan dengan ilmu kedokteran dan ilmu kesehatan.

Epidemiologi mempelajari frekuensi, distribusi sampai faktor determinan penyakit pada sekelompok
orang, bukan individu. Epidemiologi mempelajari dan menganalisis suatu kelompok, kemudian
membandingkannya dengan kelompok lain dalam suatu masyarakat, dengan memperhatikan kondisi atau
karakteristik tertentu, untuk menentukan mana yang merupakan kelompok resiko tinggi (high risk group).

Epidemiologi juga diupayakan mempelajari seluruh rentang spektrum penyakit. Epidemiologi dianggap
sebagai ilmu terapan yang memadukan ilmu biostatistika, biomedik dan bioteknologi untuk memecahkan
persoalan kesehatan, khususnya mencegah penyakit, disabilitas dan kematian.

Pada perkembangannya ilmu makin terspesifikasi dan mandiri, namun mengingat banyaknya masalah
kehidupan yang tidak bisa dijawab oleh ilmu, maka filsafat menjadi tumpuan untuk menjawabnya. Secara
historis filsafat merupakan induk ilmu, untuk itu jika seseorang ingin memahami sebuah ilmu secaraq
menueluruh, mempelajari filsafatnya menjadi sangat penting. Mempelajari filsafat dengan sudut pandang
kesehatan bisa menjadi ebih efektif menggunakan buku kesehatan pengantar kesehatan masyarakat ini.

Filsafat memberi penjelasan atau jawaban substansial dan radikal atas masalah keilmuan. Sementara ilmu
terus mengembangkan dirinya dalam batas-batas wilayahnya, dengan tetap dikritisi secara radikal. Proses
atau interaksi tersebut pada dasarnya merupakan bidang kajian Filsafat Ilmu. Untuk itu filsafat ilmu dapat
dipandang sebagai upaya menjembatani jurang pemisah antara filsafat dengan ilmu. Keduanya memiliki
fungsi dan tempatnya masing-masing dengan demikian ilmu tidak dipandang lebih rendah dari filsafat,
dan keduanya tidak dapat dipisahkan sebagai suatu pemahaman atas alam secara dangkal.
Filsafat ilmu sejatinya merupakan kajian filosofis terhadap hal-hal yang berkaitan dengan ilmu. Bisa
diartikan pula bahwa filsafat ilmu adalah usaha pengkajian dan pendalaman mengenai ilmu pengetahuan.
Pendalaman ini temasuk ciri substansinya, pemerolehannya, ataupun manfaat ilmu bagi kehidupan
manusia. Pengkajian tersebut tidak terlepas dari acuan pokok filsafat yang juga terdapat dalam bidang
ontologi, epistemologi, dan axiologi dengan berbagai pengembangan dan mendalaman yang dilakukan
oleh para ahli.

D. Maksud dan Tujuan

Uraian bab ini bermaksud agar Anda memiliki wawasan pemahaman tentang ilmu filsafat yang
dihubungkan dengan epidiomologi sehingga kita menemukan pemecahan masalah disetiap bidang
kesehatan

Berdasarkan tujuan pembelajaran umum tersebut dapat dijabarkan tujuan pembelajaran khusus dalam
mempelajari ilmu filsafat adalah agar Anda dapat:

Menjelaskan kembali berbagai macam penjelasan terkait ilmu filsafat yaitu ontologi, epistemologi, dan
axiologi yang dihubungkan ke bidang epidemiologi
BAB II .
PEMBAHASAN
A. FILSAFAT
Filsafat meletakkan dasar-dasar suatu pengetahuan. Filsafat ilmu mempelajari metode setiap ilmu sehingga
menghasilkan pengetahuan yang benar. Sehingga dapat dikatakan filsafat ilmu merupakan tiang penyangga
bagi eksistensi ilmu itu sendiri [1].

Filsafat ilmu merupakan bagian dari filsafat yang menjawab pertanyaan mengenai hakikat ilmu. Beberapa para
pakar menyimpulkan bahwa filsafat ilmu adalah studi tentang asumsi, landasan berpikir, dan implementasi dari
ilmu. Di sini filsafat ilmu berkaitan dengan ontologi, epistemologi, dan aksiologi [1][2].

Filsafat ilmu adalah cabang filsafat yang menempatkan objek sasarannya adalah ilmu (pengetahuan) dan tiang
penyangga bagi eksistensi ilmu yaitu ontologi, epistemologi, dan aksiologi ilmu [1]. Filsafat ilmu menyikapi
secara kritis ciri dan cara kerja ilmu [3].

Filsafat ilmu berusaha untuk menjelaskan masalah-masalah seperti: apa itu konsep (ontologi); bagaimana
(epistemologi) suatu konsep terlahir, bagaimana ilmu dapat menjelaskan, memperkirakan, serta memanfaatkan
alam melalui teknologi; apa implikasinya (aksiologi) [1].

Semua pengetahuan apakah itu ilmu, seni, atau pengetahuan pada dasarnya memiliki tiga landasan yaitu;
ontologi, epistemologi, dan aksiologi. Ontologi membahas tentang apa yang ingin diketahui atau dengan kata
lain merupakan suatu pengkajian mengenai teori tentang ada. Dasar ontologis dari ilmu berhubungan dengan
materi yang menjadi obyek penelaahan ilmu. Epistemologi membahas secara mendalam segenap proses yang
terlihat dalam usaha untuk memperoleh pengetahuan. Dengan kata lain, epistemologi adalah suatu teori
pengetahuan. Aksiologi membahas tentang manfaat yang diperoleh manusia dari pengetahuan yang
didapatkannya [3].

B. FILSAFAT EPIDEMIOLOGI
Menurut Suriasumantri (2005), bahwa pengetahuan pada dasarnya memiliki tiga landasan yaitu; ontologi,
epistemologi, dan aksiologi. Kajian Epidemiologi pun akan ditinjau dari tiga landasan tersebut. Ontologi
membahas tentang apa yang ingin diketahui dari epidemiologi. Epistemologi membahas secara mendalam
segenap proses yang terlihat dalam usaha untuk memperoleh pengetahuan, dengan kata lain metode
epidemiologi. Aksiologi membahas tentang manfaat yang diperoleh manusia dari pengetahuan epidemiologi
yang didapatkannya [3].

1. ONTOLOGI
Epidemiologi berasal dari kata Yunani yakni epi (atas), demos (rakyat, populasi manusia) dan logos (ilmu).
Kata “epidemiologi” digunakan pertama kali pada awal abad ke-19 (1802) oleh seorang dokter Spanyol
bernama Villalba dalam tulisannya bertajuk Epidemiología Española [4]. Tetapi gagasan dan praktik
epidemiologi untuk mencegah epidemi penyakit sudah dikemukakan oleh “Bapak Kedokteran” Hippocrates
sekitar 2000 tahun yang lampau di Yunani [5].

Epidemiologi merupakan disiplin ilmu inti dari ilmu kesehatan masyarakat. Menurut Blakley (1990) dalam
Murti (2012) epidemiologi merupakan “the mother science of public health” [5]. Epidemiologi adalah ilmu
yang mempelajari tentang distribusi dan determinan dari kejadian atau keadaan yang berhubungan dengan
kesehatan pada populasi spesifik, dan aplikasinya untuk mengendalikan masalah kesehatan [6]
Dari definisi yang dipaparkan tersebut, dapat kita simpulkan hakikat dari epidemiologi adalah mempelajari
distribusi dan determinan dari masalah kesehatan pada populasi. Subjek dari epidemiologi adalah populasi
manusia. Objek dari epidemiologi adalah penyakit/masalah kesehatan.
2. EPISTEMOLOGI
Dua asumsi digunakan dalam epidemiologi deskriptif dan epidemiologi analitik. Pertama, penyakit tidak
terjadi secara random melainkan secara selektif terkait dengan faktor penyebab penyakit. Artinya, penyakit
pada populasi tidak terjadi secara kebetulan, melainkan berhubungan dengan faktor yang mempengaruhi
terjadinya penyakit, disebut determinan penyakit. Kedua, faktor yang mempengaruhi terjadinya penyakit dapat
diubah sehingga dapat dilakukan upaya pengendalian dan pencegahan penyakit pada populasi [5].
Epidemiologi menggunakan metode ilmiah untuk mendeskripsikan, menjelaskan, meramalkan, dan
mengendalikan terjadinya penyakit. Epidemiologi deskriptif mendeskripsikan distribusi penyakit dan
kecenderungan (trend) penyakit pada populasi. Epidemiologi deskriptif berguna untuk memahami distribusi
dan mengetahui besarnya masalah kesehatan pada populasi. Epidemiologi analitik mempelajari
determinan/faktor risiko/kausa penyakit. Epidemiologi analitik berguna untuk memahami kausa penyakit,
menjelaskan, dan meramalkan kecenderungan penyakit, serta menemukan strategi yang efektif untuk
mencegah dan mengendalikan penyakit [5].
Kedua jenis riset epidemiologi memerlukan metode ilmiah agar deskripsi, penjelasan, prediksi, cara
pengendalian dan pencegahan penyakit benar (valid) dan dapat diandalkan (reliable). Prinsip dan metode
ilmiah epidemiologi sebagai berikut: penalaran epidemiologi; pengukuran; perbandingan; estimasi; uji
hipotesis; validitas, presisi, dan konsistensi penelitian [5].
Penalaran epidemiologi merupakan pola sistematis dan logis untuk menarik kesimpulan kausal tentang faktor-
faktor yang mempengaruhi atau menyebabkan penyakit pada populasi. Dimulai dari menganalisis distribusi
penyakit pada populasi yang menimbulkan suatu kecurigaan bahwa paparan suatu faktor mempengaruhi
terjadinya penyakit (epidemiologi deskriptif). Kecurigaan tersebut dirumuskan dalam pernyataan prediktif
(hipotesis). Hipotesis diuji dengan data yang dikumpulkan secara sistematis melalui pengamatan atau
eksperimen (epidemiologi analitik). Data yang dikumpulkan dan dianalisis untuk menentukan apakah terdapat
hubungan (asosiasi) statistik antara paparan faktor tersebut dengan penyakit yang diteliti [5].
Selanjutnya adalah mengevaluasi kebenaran (validitas) kesimpulan tentang hubungan yang diamati, apakah
hubungan tersebut benar atau palsu. Hubungan palsu dapat disebabkan oleh karena kesalahan sistematis dalam
memilih subjek penelitian (bias seleksi), kesalahan pengukuran variabel dan interpretasi data (bias informasi),
dan faktor perancu/confounding. Jika hubungan palsu dapat disingkirkan, selanjutnya adalah menilai seberapa
besar peran peluang/chance mempengaruhi hubungan valid antara paparan dan penyakit. Penilaian peran
peluang/chance dilakukan dengan menguji signifikansi statistik hubungan tersebut [5].
Langkah terakhir adalah menilai apakah hubungan tersebut kausal (sebab akibat). Penilaian hubungan kausal
dilakukan berdasarkan riset epidemiologi, riset non epidemiologi, dan kriteria Bradford Hill (kekuatan asosiasi,
hubungan temporal, masuk akal secara biologis (biologic plausibility), konsistensi temuan, hubungan dosis-
respon, analogi, hasil eksperimen, dan koheren dengan teori atau hasil penelitian non epidemiologi) [5] [6].

3. AXIOLOGI
Epidemiologi merupakan ilmu. Ilmu berkembang untuk 3 tujuan utama, yakni menjelaskan (explanation),
memprediksi (prediction), dan mengendalikan (control) [7]. Tentunya 3 tujuan tersebut yang bermanfaat bagi
manusia. Demikian pula dengan epidemiologi. Epidemiologi menggunakan metode ilmiah untuk menjelaskan
distribusi dan determinan penyakit, meramalkan terjadinya penyakit, dan menemukan strategi yang tepat untuk
mengontrol terjadinya penyakit pada populasi sehingga tidak menjadi masalah kesehatan masyarakat yang
penting.
Tujuan dan kegunaan epidemiologi:

1. Mendeskripsikan distribusi penyakit pada populasi Epidemiologi mempelajari kelompok


mana (person), di mana (place), dan kapan (time) dari populasi yang terkena penyakit [5].
2. Mengetahui riwayat alamiah penyakit (natural history of disease) Epidemiologi
mendeskripsikan tentang perkembangan alami (natural) penyakit yang terjadi sepanjang
waktu pada individu [5].
3. Menentukan determinan penyakit Epidemiologi analitik bertujuan untuk mengidentifikasi
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit [5].
4. Menentukan prgonosis dan faktor prognostik penyakit Epidemiologi analitik juga
mempelajari prognosis dan faktor-faktor yang mempengaruhi probabilitas terjadinya
akibat-akibat penyakit [5].
5. Mengevaluasi efektivitas intervensi preventif maupun terapetik Epidemiologi analitik
berguna untuk mengevaluasi efektivitas manfaat, kerugian, dan biaya dari intervensi
preventif maupun terapetik [5].
6. Memprediksi kejadian penyakit pada populasi Pengetahuan tentang risiko penyakit atau
prognosis akibat penyakit pda populasi dalam suatu periode waktu dapat digunakan untuk
memprediksi jumlah dan distribusi penyakit atau kematian pada populasi maupun
individu dalam suatu periode waktu di masa mendatang [5].
7. Memberikan dasar ilmiah pembuatan kebijakan publik dan regulasi tentang masalah
kesehatan masyarakat
DAFTAR PUSTAKA
1. Supriyanto, S. 2013. Filsafat ilmu. Jakarta: Prestasi Pustaka.
2. Meliono, I. 2009. Filsafat ilmu pengetahuan: refleksi kritis terhadap realita dan
objektivitas ilmu pengetahuan. Jakarta: Yayasan Kota Kita.
3. Suriasumantri, J.S. 2005. Filsafat ilmu: sebuah pengantar populer. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
4. Buck C., Llopis, A., Nájera, E., Terris, M. 1998. The challenge of epidemiology: issues
and selected readings. Scientific Publication No. 505. Washington: Pan American Health
Organization.
5. Murti, B. 2012. Pengantar epidemiologi. Surakarta: FK Universitas Sebelas Maret.
6. Last, J.M. 2001. A dictionary of epidemiology. Edisi ke-4. New York: Oxford University
Press.
7. Strevens, M. Scientific explanation [internet]. New York: Phylosophy Departement New
York University; 2007 [disitasi tanggal 27 Nov 2016]. Tersedia dari:
http://www.strevens.org/research/simplexuality/Expln.pdf

Anda mungkin juga menyukai