Puji serta syukur kami panjatkan kehadiran Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat, karunia serta hidayahnya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Adapun judul Makalah ini yang penulis
ambil adalah MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN WAHAM. Ucapan
terima kasih tidak lupa kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ilmiah ini, di
antaranya :
a. Dr. Muhammad Sajidin, S.Kep. M.Kes, selaku Ketua STIKES BINA
SEHAT PPNI MOJOKERTO
b. Ibu Ifa Roifah S.Kep, Ns., M.Kes, selakuKetua Prodi S1 Ilmu
Keperawatan
c. Ibu Lilik Ma’rifatul, S.Kep, Ns., M.kes selaku dosen pembimbing
d. Teman-teman yang telah membantu dan bekerja sama sehingga tersusun
makalah ini.
Kami menyadari atas kekurangan kemampuan kami dalam pembuatan
makalah ini, sehingga akan menjadi suatu kehormatan besar bagi kami apabila
mendapatkan kritikan dan saran yang membangun agar makalah ini selanjutnya
akan lebih baik dan sempurna.
Demikian akhir kata dari saya, semoga makalah ini bermanfaat bagi semua
pihak dan terima kasih atas perhatiannya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
Bab 1 Pendahuluan
ii
3.7 Diagnosa Keperawatan ......................................................................... 34
3.8 Perencanaan .......................................................................................... 35
3.9 Implementasi ........................................................................................ 42
Bab 4 Penutup
4.1 Kesimpulan........................................................................................... 57
4.2 Saran ..................................................................................................... 57
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Menurut data yang diperoleh dari Medical Record Rumah Sakit Jiwa
Daerah Provinsi Sumatera Utara tahun 2010, pasien gangguan berjumlah
15.720 orang, dari jumlah tersebut penderita skizofrenia adalah sebanyak
12.021 orang (76,46%). Pasien gangguan jiwa yang di rawat inap berjumlah
1.949 orang, sedangkan untuk pasien rawat inap yang mengalami skizofrenia
paranoid sebanyak 1.758 orang (90,20%). Pasien rawat inap yang mengalami
gangguan jiwa skizofrenia paranoid dan gangguan psikotik dengan gejala
curiga berlebihan, sikap eksentrik, ketakutan, murung, bicara sendiri, galak
dan bersikap bermusuhan. Gejala ini merupakan tanda dari skizoprenia dengan
prilaku waham sesuai dengan jenis waham yang diyakininya.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian waham.
2. Untuk mengetahui klasifikasi waham.
3. Untuk mengetahui etiologi waham.
4. Untuk mengetahui rentang respons neurobiologi.
5. Untuk mengetahui fase-fase waham.
6. Untuk mengetahui patofisiologi.
7. Untuk mengetahui tenda dan gejala waham.
8. Untuk mengetahui proses keperawatan waham.
2
9. Untuk mengetahui proses terjadinya waham.
1.4 Manfaat
1. Dapat mengetahui pengertian waham.
2. Dapat mengetahui klasifikasi waham.
3. Dapat mengetahui etiologi waham.
4. Dapat mengetahui rentang respons neurobiologi.
5. Dapat mengetahui fase-fase waham.
6. Dapat mengetahui patofisiologi.
7. Dapat mengetahui tenda dan gejala waham.
8. Dapat mengetahui proses keperawatan waham.
9. Dapat mengetahui proses terjadinya waham.
3
BAB 2
LAPORAN PENDAHULUAN
4
“Tuhan telah menunjuk saya menjadi wali, saya harus terus menerus
memakai pakaian putih setiap hari agar masuk surga.”
d. Waham Somatic/hipokondrik: Keyakinan terhadap tubuhnnya/penampilan
fungsi tubuhnnya sudah berubah(ada yang tidak beres). Contoh: “Sumsum
tulang saya kosong, saya pasti terserang kanker, dalam tubuh saya banyak
kotoran, tubuh saya telah membusuk, tubuh saya menghilang.”
e. Waham nihilistic: Meyakini bawha dirinya/orang lain sudah tidak ada di
dunia/meninggal dunia, di ucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai
kenyataan. Contoh: “Saya sudah menghilang dari dunia ini, semua yang
ada disini adalah roh-roh, sebenarnya saya sudah tidak ada di dunia.”
f. Waham dosa: Keyakinan klien terhadap dirinya telah atau selalu salahatau
berbuat dosa/perbuatannya tidak dapat diampuni lagi.
g. Waham bizar terdiri dari
1. Sisip pikir yaitu keyakinan klien terhadap suatu pikiran orang lain
disisipkan kedalam pikiran dirinnya.
2. Siar pikir/broadcasting yaitu keyakinan klien bahwa ide dirinnya
dipakai oleh/atau disampaikan kepada orang lain mengetahui apa yang
ia pikirkan meskipun ia tidak pernah secara nyata mengatakan pada
orang tersebut.
3. Kontrol pikir/waham pengaruh yaitu keyakinan bahwa pemikiran,
emosi dan perbuatannya selalu di control/ dipengaruhi oleh kekuatan
di luar dirinnya yang aneh.
5
lama kelamaan klien menganggap sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai
suatu kebenaran karena seringnya diulang-ulang. Isi waham dapat
menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk mengguncang
keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya keyakinan
religiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta ada
konsekuensi social.keyakinan religiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan
menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi social.
a. Faktor Predisposisi
1. Faktor Perkembangan: Hambatan pekembangan akan mengganggu
hubungan interprsonal seseorang. Hal ini dapat meningkatkan stress
dan ansietas yang berakhir dengan gangguan persepsi, klien menekan
perasaannya sehingga pematangan fungsi intelektual dan emosi tidak
efektif.
2. Faktor Sosial Budaya: Seseorang yang merasa di asingkan dan
kesepian dapat menyebabkan timbulnya waham.
3. Faktor Psikologis: Hubungan yang tidak harmonis, peran
ganda/bertentangan, dapat menimbulkan ansietas dan berakhir dengan
peningkatan terhadap kenyataan.
4. Faktor Biologis: Waham diyakini terjadi karena adanya atrofi otak,
pembesaran ventrikel di otak, atau perubahan sell kortikal dan limbic.
5. Faktor Genetik
b. Faktor Presipitasi
1. Faktor Sosial Budaya: Waham dapat dipicu karena ada perpisahan
dengan orang berarti atau diasingkan dari kelompok.
2. Faktor Biokimia: Dopamin, nerepineprin, dan zat halusinogen lainnya
diduga dapat menjadi penyebab waham ada seseorang.
3. Faktor Psikologis: Kecemasan yang memanjang dan terbatasnya
kemampuan untuk mengatasi masalah sehingga klien.
6
2.4 Rentang Respon Neurobiologis
7
d. Fase environment support:
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungan
menyebabkan klien merasa didukung,lama kelamaan klien menganggap
sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya
diulang-ulang.Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan control diri dan
tidak berfungsi normal(super ego) yang ditandai dengan tidak ada lagi
perasaan dosa saat berbohong.
e. Fase comforting:
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohonganya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien
menyendiri dari lingkunganya. Selanjutnya klien lebih sering menyendiri
dan menghindari interaksi social (isolasi sosial).
f. Fase improving:
Apabila tidak ada konvrontasi dan upaya-upaya koreksi,setiap waktu
keyakinan yang salah kepada klien akan meningkat.Tema waham yang
muncul sering berkaitan dengan traumatic masalalu atau kebutuhan-
kebutuhan yang tidak terpenuhi (rantai yang hilang).Waham bersifat
menetap dan sulit untuk dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan
ancaman diri dan orang lain. Penting sekali untuk mengguncang keyakinan
klien dengan cara konfrontatif serta memperkaya keyakinan religiusnya
bahwa apa-apa yang dilakukan menimbulkan dosa besar serta ada
konsekuensi social.
8
2.7 Tanda dan Gejala Waham
a. Kognitif
1. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
2. Individu sangat percaya pada keyakinannya
3. Sulit berpikir realita
4. Tidak mampu mengambil keputusan
b. Afektif
1. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
2. Afek tumpul
c. Perilaku dan hubungan social
1. Hipersesnsitif
2. Hubungan interpersonal dengan orang lain tumpul
3. Mengancam secara verbal
4. Aktivitas tidak cepat
9
5. Curiga
d. Tanda dan gejala yang lain yang bisa terjadi pada waham yaitu sebagai
berikut:
a. Menolak makan
b. Tidak ada perhatian pada perawatan diri
c. Mudah tersinggung
d. Isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan
e. Menghindar dari orang lain
f. Mendominasi pembicaraan
10
sehari-hari, dependen, perasaan kesepian, merasa tidak aman
berada dengan orang lain, merasa bosan dan lambat menghabiskan
waktu, tidak mampu berkonsentrasi, merasa tidak berguna dan
merasa tidak yakin dapat melangsungkan hidup. Apakah sudah
tahu penyakit sebelumnya, apa yang sudah dilakukan keluarga
untuk mengatasi masalah ini. Umumnya klien yang mengalami
waham di bawah kerumah sakit karena keluarga merasa tidak
mampu merawat, terganggu karena perilaku klien dan hal lain,
gejala yang dinampakkan dirumah sehingga klien dibawah
kerumah sakit untuk mendapatkan perawatan.
c. Faktor Predisposisi
Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan jiwa,
bagaimana hasil pengobatan sebelumnya, apakah pernah
melakukan atau mengalami kehilangan, perpisahan, penolakan
orang tua, harapan orang tua yang tidak realistis, kegagalan atau
frustasi berulang, tekanan dari Kelompok sebaya, perubahan
struktur social, terjadi trauma yang tiba-tiba misalnya harus di
operasi, kecelakaan, perceraian, putus sekolah, PHK, perasaan
malu karena sesuatu yag terjadi (korban perkosaan, dituduh KKN,
dipenjara tiba-tiba), mengalami kegagalan dalam pendidikan
maupun karir, perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien
atau prasaan negative terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
d. Faktor Precipitasi
Stresor presipitasi umumnya mencakup kejadian kehidupan yang
penuh stress seperti kehilangan, didikan yang keras dari keluarga
yang mempengaruhi kemampuan individu untuk memiliki perasaan
egois serta menyebabkan ansietas. Pada pasien waham tingkat
emosional yang tinggi akan kepercayaan bahwa dirinya adalah
sesuatu yang pantas untuk dititukan dan diyakini aka menimbulkan
berbagai masalah dalam kehidupannya.
e. Pemeriksaan Fisik
11
f. Memeriksa tanda-tanda vital, tinggi badan, berat badan, dan
tanyakan apakah ada keluhan fisik yang dirasakan klien.
g. Psikososial
1. Genogram
Genogram menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat dari
pola komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
2. Konsep diri
a. Gambaran diri
Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh
yang disukai, reaksi klien terhadap bagian tubuh yang tidak
disukai dan bagian yang disukai.
b. Identitas diri
Klien dengan waham mengalami ketidakpastian
memandang diri, sukar menetapkan keinginan dan tidak
mampu mengambil keputusan.
c. Fungsi peran
Pada klien dengan waham bisa berubah atau berhenti fungsi
peran yang disebabkan penyakit, proses menua, putus
sekolah, PHK, perubahan yang terjadi saat klien sakit dan
dirawat.
d. Ideal diri
Mengungkapkan keputusasaan karena penyakitnya;
mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi.
e. Harga diri
Adanya gangguan harga diri rendah karena perasaan
negative terhadap diri sendiri, hilangnya rasa percaya diri
dan merasa gagal mencapai tujuan.
3. Hubungan social
Pasien dengan waham memiliki hubungan social sesuai dengan
jenis waham yang dialami. Misalnya waham curiga, klien
menghindari orang lain.
12
4. Spiritual
Nilai dan keyakinan, kegiatan ibadah/menjalankan keyakinan,
kepuasan dalam menjalankan keyakinan.
h. Status Mental
1. Penampilan
Pada klien waham penampilannya sesuai dengan waham yang
dialami. Misalnya pada waham agama berpakaiannseperti
seorang ustadz.
2. Pembicaraan
Pada pasien waham cenderung pembicaraannya selalu
mengarah ke wahamnya, bicara cepat, jelas tapi berpindah-
pindah, isi pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan.
3. Aktivitas motorik
Klien waham cenderung bersikap aneh.
4. Efek dan emosi
Euforia: rasa senang, riang gembira, bahagia yang berlebihan
tidak sesuai dengan keadaan
5. Kesepian: merasa dirinya ditinggalkan/dipisahkan dari atau
yang lainnya.
6. Interaksi selama wawancara
Defensif: selalu berusaha mempertahankan pendapat dan
kebenaran dirinya.
7. Persepsi-sensori
a. Tidak ada halusinasi
b. Tidak ada ilusi
c. Tidak ada depersonalisasi
d. Tidak ada realisasi
e. Tidak ada gangguan somatusensorik
i. Proses pikir
1. Arus pikir dan bentuk pikir
13
Derreistik: bentuk pemikiran tidak sesuai kenyataan yang ada
atau tidak mengikuti logika secara umum)
2. Isi pikir
Pada pasien waham ini pikirnya sesuai wahamnya.
a. Waham agama yaitu keyakinan bertemu tentang
agama/kepercayaan yang berlebihan.
b. Waham somatic/hipokondrik yaitu keyakinan klien
terhadap tubuhnya ada sesuatu yang tidak beres, seperti
ususnya busuk, otaknya mencair, perutnya ada kuda.
c. Waham kebesaran yaitu keyakinan klien terhadap suatu
kemampuan, kekuatan, pendidikan, kekayaan atau
kekuasaan secara luar biasa, seperti “saya ini ratu adil,
nabi, superman dan lain-lain”.
d. Waham curiga/kejaran yaitu kekayaan klien terhadap
seseorang/kelompok secara berlebihan yang berusaha
merugikan, mencederai, mengganggu, mengancam,
memata-matai dan membicarakan kejelekan dirinya.
e. Waham nihilistic yaitu keyakinan klien terhadap
dirinya/orang lain sudah meninggal/dunia sudah hancur dan
sesuatunya tidak ada apa-apanya lagi.
f. Waham dosa yaitu keyakinan klien terhadap dirinya
telah/selalu salah/berbuat dosa/perbuatannya tidak dapat
diampuni lagi.
g. Waham bizar terdiri dari:
1) Sisip pikir yaitu keyakinan klien terhadap suatu pikiran
orang lain disisipkan ke dalam pikiran dirinya.
2) Siap pikir/broadcasting yaitu keyakinan klien bahwa ide
dirinya dipakai oleh/disampaikan kepada orang lain
mengetahui apa yang ia pikirkan meskipun ia tidak
pernah secara nyata mengatakan pada orang tersebut.
14
3) Kontrol pikir/waham pengaruh yaitu keyakinan klien
bahwa pikiran, emosi dan perbuatannya selalu
dikontrol/dipengaruhi oleh kekuatan diluar dirinya yang
aneh.
3. Tingkat Kesadaran
Pohon Masalah
2.8.3 Intervensi
15
TUK 1: 1. Ekspresi wajah 1.1 Bina Hubungan
Klien bersahabat hubungan saling
dapat 2. Ada kontak saling percaya percaya
membina mata dengan menjadi dasar
hubunga 3. Mau berjabat menggunakan interaksi
n saling tangan prinsip selanjutnya
percaya 4. Mau menjawab komunikasi sehingga
salam terapeutik. dapat terbina
5. Klien mau a. Sapa klien hubungan
duduk dengan saling
berdampingan ramah percaya dan
6. Klien mau baik klien lebih
mengutarakan verbal terbuka
rasanya maupun merasa aman
non verbal dan mau
b. Perkenalk berinteraksi
an diri
dengan
sopan
c. Tanyakan
nama
lengkap
dan nama
panggilan
yang
disukai
d. Jelaskan
tujuan
pertemuan
e. Jujur dan
menepati
16
janji
f. Tunjukkan
sikap
empati
dan
menerima
klien apa
adanya
1.2 Jangan
membantah
dan
mendukung
waham klien.
a. Katakan
perawat
menerima
keadaan
keyakinan
klien.
“saya
menerima
keyakinan
anda”.
1.3 Yakinkah
klien dalam
keadaan aman
dan
terlindung.
a. “Anda
berada di
tempat
17
yang aman
dan
terlindung
i”
b. Gunakan
keterbuka
an dan
kejujuran,
jangan
tinggalkan
klien
sendirian.
TUK 2: 1. Klien mampu 2.1 Beri pujian Meningkatka
Klien mempertahanka pada n orientasi
dapat n aktivitas penampilan klien pada
mengide sehari-hari dan realita dan
ntifikasik 2. Klien dapat kemampuan meningkatka
an mengontrol klien yang n rasa
kemamp wahamnya realistis. percaya klien
uan yang 2.2 Diskusikan pada perawat.
dimiliki dengan klien
kemampuan
yang dimiliki
pada waktu
lalu dan saat
ini yang
realistis. (hari-
hari terlibat
diskusi
dengan
waham).
18
2.3 Tanyakan apa
yang bisa
dilakukan
(kaitkan
dengan
aktivitas
sehari-hari
dan perawatan
diri)
kemudian
anjurkan
untuk
melakukan
saat ini.
2.4 Jika klien
selalu bicara
tentang
wahamnya
dengarkan
sampai
kebutuhan
waham tidak
ada. (perawat
perlu
memperhatika
n bahwa klien
penting).
TUK 3: 1. Kebutuhan 3.1 Observasi Reinforceme
Klien klien terpenuhi kebutuhan nt adalah
dapat 2. Klien dapat klien sehari- penting untuk
mengide melakukan hari meningkatka
19
ntifikasi aktivitas secara 3.2 Diskusikan n kesabaran
kebutuha terarah kebutuhan diri klien.
n yang 3. Klien tidak klien yang Mengetahui
tidak menggunakan/ tidak penyebab
terpenuhi membicarakan terpenuhi curiga dan
wahamnya selama di intervensi
rumah selanjutnya.
maupun di
rumah sakit
3.3 Hubungan
kebutuhan
yang tidak
terpenuhi
3.4 Tingkatkan
aktivitas yang
dapat
memenuhi
kebutuhan
klien dan
memerlukan
waktu dan
tenaga
3.5 Atur situasi
agar klien
tidak
mempunyai
waktu untuk
menggunakan
wahamnya
TUK 4: 1. Klien mampu 4.1 Berbicara Dengan
Klien berbicara dengan klien meningkatka
20
dapat secara realitas dengan n aktivitas
berhubun 2. Klien konteks tidak akan
gan mengikuti realitas mempunyai
dengan terapi aktivitas (realitas diri, waktu untuk
realitas. kelompok realitas orang mengikuti
lain, waktu wahamnya.
dan tempat)
4.2 Sertakan klien
dalam terapi
aktivitas
kelompok:
orientasi
realitas
4.3 Berikan
pujian pada
tiap kegiatan
positif yang
dilakukan
klien
TUK 5: 1. Keluarga dapat 5.1 Diskusikan Reinforceme
Klien membina dengan nt adalah
dapat hubungan keluarga penting untuk
dukunga saling percaya tantang gejala meningkatka
n dengan perawat waham, cara n kesadaran
keluarga 2. Keluarga dapat merawatnya, klien akan
menyebutkan lingkungan realitas
pengertian, keluarga,
tanda dan follow up dan
tindakan untuk obat
merawat klien 5.2 Anjurkan
dengan waham keluarga
21
melaksanakan
dengan
bantuan
perawat
TUK 6: 1. Klien 6.1 Diskusikan Perhatian
Klien menyebutkan dengan klien keluarga dan
dapat manfaat, dosis dan keluarga pengertian
menggun dan efek tentang obat, keluarga akan
akan samping obat dosis, dapat
obat 2. Klien dapat frekuensi, membantu
dengan mendemonstras efek dan klien dalam
benar ikan akibat mengendalik
penggunaan penghentian an wahamnya
obat secara 6.2 Diskusikan
benar perasaan klien Obat dapat
3. Klien setelah makan mengontrol
memahami obat waham yang
akibat 6.3 Berikan obat dialami klien
berhentinya dengan
obat tanpa prinsip 5
konsultasi benar dan
4. Klien dapat observasi
menyebutkan setelah makan
prinsip dalam obat.
penggunaan
obat
22
Strategi Pertemuan (SP) Berdasarkan Pertemuan
a. SP 1 Pasien:
1. Mengidentifikasi kebutuhan.
2. Klien bicara konteks realita.
3. Latih pasien untuk memenuhi kebutuhannya.
4. Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien.
b. SP 2 Pasien:
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 1)
2. Identifikasi potensi/kemampuan yang dimiliki.
3. Pilih dan latih potensi kemampuan yang dimiliki.
4. Masukkan dalam jadwal kegiatan pasien.
c. SP 3 Pasien:
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP 2).
2. Memilih kemampuan yang lain yang dapat dilakukan.
3. Pilih dan latih potensi kemampuan lain yang dimiliki.
4. Masukkan dalam jadwal.
d. SP 1 Keluarga
1. Mengidentifikasi masalah keluarga dalam merawat klien.
2. Menjelaskan proses terjadinya waham.
3. Menjelaskan tentang cara merawat pasien waham.
4. Latih (stimulus) cara merawat.
5. RTL keluarga/jadwal untuk merawat pasien.
e. SP 2 Keluarga
1. Evaluasi kemampuan keluarga (SP 1).
2. Melatih keluarga merawat langsung klien dengan harga diri
rendah.
3. Menyusun RTL keluarga/jadwal keluarga untuk merawat klien.
f. SP 3 Keluarga
1. Evaluasi kemampuan keluarga (SP 2).
2. Evaluasi kemampuan klien.
23
3. Rencana tindak lanjut keluarga dengan follow up dan rujukan.
2.8.4 Evaluasi
Kemampuan pasien dan keluarga
PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KELUARGA
DENGAN MASALAH WAHAM
Nama pasien : ………..
Nama ruangan : ………..
Nama perawat : ………..
Petunjuk pengisian:
1. Berilah tanda (√) jika pasien dan keluarga mampu melakukan kemampuan
di bawah ini
2. Tuliskan tanggal setiap dilakukan penilaian
A. Pasien
1. Berkomunikasi sesuai dengan kenyataan
2. Menyebutkan cara memenuhi kebutuhan
yang tidak terpenuhi
3. Mempraktekkan cara memenuhi kebutuhan
yang tidak terpenuhi
4. Menyebutkan kemampuan positif yang
dimiliki
5. Mempraktekkan kemampuan positif yang
dimiliki
6. Menyebutkan jenis, jadual, dan waktu
minum obat
7. Melakukan jadwal aktivitas dan minum
24
obat sehari hari Keluarga
B. Keluarga
1. Menyebutkan pengertian waham dan
proses terjadinya waham
2. Menyebutkan cara merawat pasien dengan
waham
3. Mempraktekkan cara merawat pasien
dengan waham
4. Membuat jadual aktivitas dan minum obat
klien di rumah (discharge planning)
Kemampuan perawat
PENILAIAN KEMAMPUAN PERAWAT DALAM
MERAWAT PASIEN WAHAM
Petunjuk Pengisian:
Penilaian tindakan keperawatan untuk setiap SP dengan menggunakan
instrument penilaian.
Nilai tiap penilaian kinerja masukkan ke table pada baris nilai SP.
A. Pasien
SP I p
1. Membantu orientasi
realita
2. Mendiskusikan
kebutuhan yang tidak
terpenuhi
3. Membantu pasien
25
memenuhi kebutuhannya
4. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
Nilai SP I p
SP II p
1. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien
2. Berdiskusi tentang
kemampuan yang dimiliki
3. Melatih kemampuan yang
dimiliki
Nilai SP II p
SP III p
1. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien
2. Memberikan pendidikan
kesehatan tentang
penggunaan obat secara
teratur
3. Menganjurka pasien
memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
Nilai SP III p
B. Keluarga
SP I k
1.
2.
3.
Nilai SP I k
26
SP II k
Nilai SP II k
SP III k
Nilai SP III k
Total nilai: SP p + SP k
Rata-rata
27
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Kasus
Tn. R adalah orang yang terpandang di desanya dan beliau berambisi
untuk menjadi anggota DPR. Keluarga Tn.R tidak mendukungnya untuk
menjadi anggota DPR dengan alasan biaya yang dikeluarkan terlalu besar dan
belum tentu berhasil, tetapi Tn.R tetap bersih keras untuk mencalonkan diri
dan yakin akan menang. Tn.R sangat bekerja keras untuk meyakinkan warga
agar semua memilihnya.
Tiba saatnya pemilihan, ternyata hasil perolehan suara Tn.R lebih sedikit
dibandingkan dengan saingannya, yaitu Ny.W. Tn.R merasa sangat kecewa
dan keluarga Tn.R menyalahkannya, karena tidak mau mendengarkan
pendapat dari keluarganya.
Setelah kejadian tersebut Tn.R menjadi murung dan selalu mengunci diri
di kamar, tidak mau makan dan mandi. Lama kelamaan Tn.R selalu
mengatakan bahwa dirinya adalah seorang pejabat penting. Setiap pagi selalu
berpakaian rapi, bersepatu kinclong seperti anggota DPR. Karena keluarga
merasa khawatir dengan perilaku Tn. R dan malu dengan tetangga, maka
keluarga membawa Tn.R ke rumah sakit jiwa.
28
b. Keluarga Tn. R menyalahkannya karena tidak mau mendengarkan
pendapat keluarga.
3.2.3 Penilaian Primer
Tn. R kalah dalam pencalonan anggota DPR dan Tn. R merasa kecewa.
3.2.4 Penilaian Sekunder
Tn. R tidak mendapat dukungan dari keluarga untuk mencalonkan diri
sebagai DPR.
3.2.5 Mekanisme Koping
Tn. R berfantasi bahwa dia adalah seorang pejabat penting(DPR).
3.2.6 Sehat atau Sakit
Tn.R termasuk sakit karena murung dan selalu mengunci diri di
kamar, tidak mau makan dan mandi. Lama kelamaan Tn.R selalu
mengatakan bahwa dirinya adalah seorang pejabat penting. Setiap pagi
selalu berpakaian rapi, bersepatu kinclong seperti anggota DPR.
Nama : Tn R
Nama panggilan : Tn R
Alamat : Pasuruan
No. RM : 066839xxxx
29
3.3.2 Alasan Masuk
a. Berdasarkan pengkajian (menurut klien):
Klien mengatakan bahwa ia mengaku seorang DPR
b. Menurut status:
klien Murung, diam, terkadang marah-marah
3.3.3 Faktor Predisposisi
a. Tn. R adalah orang yang terpandang di desanya.
b. Tn. R berambisi menjadi anggota DPR.
3.3.4 Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum: Cukup
b. Tanda-tanda Vital:
TD : 120/70mmHg
N : 90x/menit
S : 36,5c
RR : 20x/menit
c. Antropometri : TB: 171 cm, BB: 65 kg
3.3.5 Psikososial
a. Genogram
Tidak ada.
b. Konsep Diri
1. Citra Tubuh
Klien mengatakan sangat menyukai semua bagian dari tubuhnya
karena ini adalah pemberian Allah kepadanya.
2. Identitas Diri
Klien mengatakan sebelum dirawat dia adalah seorang bapak
yang baik, selain itu dia juga seorang pegawai di kelurahan
3. Peran
Di rumah klien mengatakan dia adalah seorang bapak yang baik,
ia juga sebagai pegawai di kelurahan.
4. Ideal Diri
30
Klien mengatakan bahwa harapannya ia bisa menjadi pemimpin
buat rakyat.
5. Harga Diri
6. Klien mengatakan dirinya sangat dihormati oleh masyarakat
karena dia adalah seorang pejabat penting di gedung DPR, tetapi
sekarang ia harus tinggal di RSJ, kumpul dengan orang sakit
jiwa, klien mengatakan malu.
c. Hubungan Sosial
1. Orang yang berarti atau terdekat
Klien mengatakan orang yang terdekat dengannya adalah
istrinya jika ada masalah ceritanya langsung ke istrinya
2. Peran serta kegiatan kelompok
Klien mengatakan sebelum disini dia mengikuti rapat di gedung
DPR
3. Hambatan dan hubungan dengan orang lain
Klien mengatakan saat ini waktunya kurang, malah tidak ada
waktu untuk berkomunikasi dengan teman karena waktunya
lebih banyak untuk rapat dengan anggota DPR lainnya
d. Spiritual
1. Nilai dan Keyakinan
Klien mengatakan beragama islam dan harus mendekatkan diri
pada Tuhan karena Allah yang memberikan segalanya, dan klien
mengatakan takut pada Tuhan
2. Kegiatan Ibadah
Klien mengatakan saat dirumah waktunya beribadah pada Allah
lebih banyak dan rajin beribadah, tetapi saat disini jarang
karena belum beradaptasi dengan lingkungan, saat ini klien
sering menyendiri dan diam
3.3.6 Status Mental
a. Penampilan: Pasien tampak rapi, bersih,memakai pakaian dengan
sopan.
31
b. Pembicaraan
Pasien bicara cepat, nada bicara cepat, pasien sering mengulang
pembicaraan, mengatakan tentang kehebatan dirinya, pembicaraan
awal terarah sesuai pertanyaan, lama kelamaan ngelantur klien
menyombongkan jabatannya.
c. Aktivitas Motorik/Psikomotor
Klien tampak lebih sering tidur dan jarang beraktivitas dengan
teman atau orang lain,karena tidak punya waktu untuk berkenalan.
d. Afek dan Emosi
Emosi klien sering berubah-ubah kadang wajar kadang menyendiri
(diam), kadang marah-marah.
e. Interaksi selama Wawancara
Klien kooperatif, mau bercakap-cakap, mau tersenyum,
pembicaraan klien selalu mempertahankan pendapatnya,kalau
dirinya orang hebat
f. Persepsi – sensori
1. Tidak ada halusinasi
2. Tidak ada ilusi
3. Tidak ada depersonalisai
4. Tidak ada realisasi
5. Tidak ada gangguan somatosensorik
g. Proses Pikir
1. Arus Pikir
Pembicaraan klien berulang-ulang (perseverasi), klien
mengatakan secara berulang-ulang bahwa dirinya adalah
seorang pejabat penting. Bentuk pikir klien non realistis,
pembicaraan klien tidak sesuai dengan kenyataan
2. Isi Pikir
Tn. R obsesi atau berambisi menjadi anggota DPR. Dan Tn. R
termasuk ke dalam waham kebesaran karena Tn. R beranggapan
kalau dirinya adalah pejabat penting (DPR).
32
3.3.7 Tingkat Kesadaran
Kesadaran klien berubah secara:
a. Limitasi: Pasien tidak bisa membedakan kenyataan dibuktikan
dengan pasien menyatakan dirinya merupakan salah satu pejabat
penting dalam pemerintahan
b. Relasi: Pasien mengatakan tidak pernah berkumpul dengan teman
yang lain karena waktunya dihabiskan dengan mengurung diri di
kamar.
3.3.8 Memori
a. Jangka Panjang: Klien mampu mengingat keluarganya
b. Jangka Menengah: Klien mampu mengingat 1 bulan yang lalu
masih dirumah dan bekerja di kelurahan
c. Jangka Pendek: Klien mampu mengingat hari ini bangun pagi,
mandi dan sarapan.
3.3.9 Tingkat Konsentrasi dan Berhitung
Saat ditanya “jika bapak belanja habis 5000,untuk beli tempe dan
uang ibu 10.000 maka kembalinya berapa? “klien menjawab
Rp.5000
3.3.10 Kemampuan Penilaian
Klien mampu menilai dengan baik
3.3.11 Daya Tilik
Mengingkari penyakit yang diderita: Klien mengatakan dia tidak
sakit jiwa tetapi orang-orang menganggap dia gila
33
Dan dalam kasus tersebut Tn. R tidak dapat menerima kalau Tn. R tidak
terpilih menjadi anggota DPR, sehingga lama-lama , Tn.R selalu mengatakan
bahwa dirinya adalah seorang pejabat penting. Setiap pagi selalu berpakaian
rapi, bersepatu kinclong seperti anggota DPR.
34
d. Terapi Kognitif
Mengembangkan pola pikir yang rasional. Mengubah pola pikir yang
tidak rasional yang sering mengakibatkan gangguan perilaku yang tidak
berdasarkan fakta dan informasi yang aktual.
e. Terapi Perilaku
Pengendalian perilaku klien yang maladaptif.
f. Terapi Lingkungan
Mengembangkan rasa harga diri klien terhadap keluarga dan masyarakat.
g. Terapi Biologis
Pemberian obat farmakologi dapat mengontrol waham yang dialami klien.
h. Terapi Bermain
Mempercayai klien untuk menyelesaikan masalah klien.
i. Terapi Spiritual
Mengarahkan keyakinan yang salah menuju ke keyakinan yang sesuai
kenyataan.
3.7 Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Terapi aktivitas kelompok yang cocok untuk kasus diatas adalah “TAK
stimulasi persepsi orientasi realita ”karena pada kasus ini klien mengalami
gangguan orientasi pada dirinya sendiri, klien mengingkari keadaan yang
nyata, klien mengaku sebagai pejabat penting atau anggota DPR. TAK
stimulasi persepsi sensori mengontrol waham, diharapkan klien dapat
mengontrol wahamnya agar tidak memberi resiko yang membahayakan bagi
diri klien sendiridan orang di sekitarnya.
35
3.9 Diagnosa Keperawatan Kasus
a. Resti gangguan komunikasi verbal.
b. Gangguan proses pikir : waham kebesaran.
c. Harga diri rendah.
3.10Perencanaan Kasus
36
sopan
c. Tanyakan
nama
lengkap dan
nama
panggilan
yang
disukai
d. Jelaskan
tujuan
pertemuan
e. Jujur dan
menepati
janji
f. Tunjukkan
sikap
empati dan
menerima
klien apa
adanya
1.2 Jangan
membantah
dan
mendukung
waham klien.
a. Katakan
perawat
menerima
keadaan
keyakinan
klien.
37
“saya
menerima
keyakinan
anda”.
1.3 Yakinkah
klien dalam
keadaan aman
dan
terlindung.
a. “Anda
berada di
tempat
yang aman
dan
terlindung
i”
b. Gunakan
keterbuka
an dan
kejujuran,
jangan
tinggalkan
klien
sendirian.
TUK 2: 1. Klien mampu 1.1 Beri pujian Meningkatka
Klien dapat mempertahanka pada n orientasi
mengidentifikasi n aktivitas penampilan klien pada
kan kemampuan sehari-hari dan realita dan
yang dimiliki 2. Klien dapat kemampuan meningkatka
mengontrol klien yang n rasa
wahamnya realistis. percaya klien
38
1.2 Diskusikan pada perawat.
dengan klien
kemampuan
yang dimiliki
pada waktu
lalu dan saat
ini yang
realistis. (hari-
hari terlibat
diskusi
dengan
waham).
1.3 Tanyakan apa
yang bisa
dilakukan
(kaitkan
dengan
aktivitas
sehari-hari
dan perawatan
diri)
kemudian
anjurkan
untuk
melakukan
saat ini.
1.4 Jika klien
selalu bicara
tentang
wahamnya
dengarkan
39
sampai
kebutuhan
waham tidak
ada. (perawat
perlu
memperhatika
n bahwa klien
penting).
TUK 3: 1. Kebutuhan klien 1.1 Observasi Reinforceme
Klien dapat terpenuhi kebutuhan nt adalah
mengidentifikasi 2. Klien dapat klien sehari- penting untuk
kebutuhan yang melakukan hari meningkatka
tidak terpenuhi aktivitas secara 1.2 Diskusikan n kesabaran
terarah kebutuhan diri klien.
3. Klien tidak klien yang Mengetahui
menggunakan/ tidak penyebab
membicarakan terpenuhi curiga dan
wahamnya selama di intervensi
rumah selanjutnya.
maupun di
rumah sakit
1.3 Hubungan
kebutuhan
yang tidak
terpenuhi
1.4 Tingkatkan
aktivitas yang
dapat
memenuhi
kebutuhan
klien dan
40
memerlukan
waktu dan
tenaga
1.5 Atur situasi
agar klien
tidak
mempunyai
waktu untuk
menggunakan
wahamnya
TUK 4: 1. Klien mampu 1.1 Berbicara Dengan
Klien dapat berbicara secara dengan klien meningkatka
berhubungan realista dengan n aktivitas
dengan realitas. 2. Klien mengikuti konteks tidak akan
terapi aktivitas realitas mempunyai
kelompok (realitas diri, waktu untuk
realitas orang mengikuti
lain, waktu wahamnya.
dan tempat)
1.2 Sertakan klien
dalam terapi
aktivitas
kelompok:
orientasi
realitas
1.3 Berikan
pujian pada
tiap kegiatan
positif yang
dilakukan
klien
41
TUK 5: 1. Keluarga dapat 1.1 Diskusikan Reinforceme
Klien dapat membina dengan nt adalah
dukungan hubungan saling keluarga penting untuk
keluarga percaya dengan tantang gejala meningkatka
perawat waham, cara n kesadaran
2. Keluarga dapat merawatnya, klien akan
menyebutkan lingkungan realitas
pengertian, keluarga,
tanda dan follow up dan
tindakan untuk obat
merawat klien 1.2 Anjurkan
dengan waham keluarga
melaksanakan
dengan
bantuan
perawat
TUK 6: 1. Klien 1.1 Diskusikan Perhatian
Klien dapat menyebutkan dengan klien keluarga dan
menggunakan manfaat, dosis dan keluarga pengertian
obat dengan dan efek tentang obat, keluarga akan
benar samping obat dosis, dapat
2. Klien dapat frekuensi, membantu
mendemonstrasi efek dan klien dalam
kan penggunaan akibat mengendalik
obat secara penghentian an wahamnya
benar 1.2 Diskusikan
3. Klien perasaan klien Obat dapat
memahami setelah makan mengontrol
akibat obat waham yang
berhentinya 1.3 Berikan obat dialami klien
obat tanpa dengan
42
konsultasi prinsip 5
4. Klien dapat benar dan
menyebutkan observasi
prinsip dalam setelah makan
penggunaan obat.
obat
3.11Implementasi Kasus
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(SPTK)
43
B. ORIENTASI
1. Salam Terapeutik:
“Selamat pagi, perkenalkan nama saya Silvia rarasanti, bapak bisa
memanggil saya perawat silvia. Saya perawat yang dinas pada pagi ini
di ruang arjuna. Saya dinas dari pukul 07.00-14.00 nanti, saya akan
merawat bapak hari ini.”
“Nama bapak siapa, bapak suka dipanggil apa”
2. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan bapak pagi ini?” “Apakah saya boleh duduk di
samping bapak?”
3. Kontrak:
Topik: “Bisakah kita berbincang-bincang tentang perasaan yang
dialami bapak selama ini?”
Waktu: “Bapak mau berapa lama berbincang-bincang dengan saya?”
“Bagaimana kalau sekitar 20 menit, pak?”
Tempat: “Dimana enaknya kita berbincang-bincang, pak?”
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang ditempat yang bapak sukai
di rumah sakit ini?”
C. KERJA (LANGKAH-LANGKAH TINDAKAN KEPERAWATAN)
“Permisi Tn. R, bagaimana perasaan Tn. R pagi ini?”
“Apa yang membuat Tn. R ingin sekali menjadi seorang pejabat penting
(DPR).”
“Tampaknya Tn. R gelisah sekali, bisa Tn. R ceritakan apa yang Tn. R
rasakan sekarang kepada saya, saya akan mendengarkan curahatan Tn. R?”
“O... jadi Tn. R merasa takut nanti orang lain Tn. R menyalahkan Tn. R
karena kalah dalam pemilihan DPR?”
“Siapa menurut Tn. R yang sering menyalahkan Tn. R?”
“Jadi istri Tn. R yang sering menyalahkan ya Tn. R, juga saudar dan anak
Tn R. Yang lain?”
“Kalau Tn. R inginnya seperti apa?”
“O... bagus Tn. R sudah punya rencana dan jadwal untuk diri sendiri”
44
“Coba kita tuliskan rencana dan jadwal tersebut ya Tn. R”
“Wah.. bagus sekali, jadi setiap harinya Tn. R ingin ada kegiatan di luar
rumah karena bosan di rumah terus ya.”
D. TERMINASI
1. Evaluasi respons klien terhadap tindakan keperawatan
a. Evaluasi klien (subyektif):
“Baiklah Tn. R, karena waktu kita sudah habis, sekarang
bagaimana perasaan bapak setelah kita berbincang-bincang dengan
saya?”
b. Evaluasi perawat (obyektif)
“Tn. R, tadi apa saja yang telah kita bicarakan? Bagus.”
“Bagaimana kalau jadwal ini Tn. R coba lakukan, setuju Tn. R?”
2. Tindak lanjut klien
“Bagaimana, apakah Tn. R ingin melanjutkan cerita Tn. R?”
3. Kontrak:
a. Topik
“Nanti kita akan bertemu lagi untuk berbincang – bincang lagi dan
melakukan hal yang ingin Tn. R lakukan, bagaimana Tn. R? Apa
Tn. R setuju?”
“Kalau begitu kita tulis jadwalnya di sini ya Tn. R”.
b. Waktu
“Enaknya kita nanti berbincang – bincang lagi jam berapa pak?
Baiklah, jadi kita akan berjumpa lagi nanti ya pak, jam 14.00
WIB.”
c. Tempat
“Dimana nanti kita berbincang-bincang lagi Tn. R? Bagaimana
kalau di tempat yang Tn. R suka?”
45
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(SPTK)
46
2. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana kondisi dan perasaan bapak pagi ini?”
“Apakah bapak masih ingat bahwa kita sudah membuat janji pada hari
ini untuk bertemu?”
3. Kontrak:
Topik: “Bisakah kita berbincang-bincang tentang kegiatan yang
menurut Tn. R kuasai?”
Waktu: “Bagaimana menurut Tn. R kalau kita berbincang sekitar 20
menit??”
Tempat: “Dimana Tn. R merasa nyaman untuk berbincang?”
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang ditempat yang bapak sukai
seperti kemarin?”
C. KERJA (LANGKAH-LANGKAH TINDAKAN KEPERAWATAN)
“Jadi kegiatan apa yang menurut Tn. R kuasai?”
“Wah ternyata Tn. R bisa berpidato di depan umum dengan lancar, hebat
sekali Tn. R Tidak semua orang mempunyai kemampuan seperti Tn. R.”
“Apa Tn. R bisa menceritakan awal mula Tn R bisa berpidato?”
“Wah hebat sekali Tn. R sejak umur 8 tahun bisa memenangkan lomba
juara satu pildacil di TPQ Tn. R.”
“Siapa menurut Tn. R yang paling berpangaruh dalam mengasah rasa
percaya diri Tn. R sehingga Tn. R pandai berbicara di depan umum?”
“Jadi secara tidak langsung kemampuan Tn. R diturunkan dari ibu Tn. R
ya?”
“Apakah Tn. R bisa membocorkan cara Tn. R meningkatkan rasa percaya
diri Tn. R kepada saya?”
“Bagus Tn. R, Bagaimana kalau Tn. R menjadi salah satu konstruktur di
kegiatan rumah sakit ini? Tn. R bisa menjadi instruktur senam, atau Tn. R
bisa menjadi pemimpin doa bagi teman-teman Tn. R lainnya?”
“Bagus Tn R, jadi Tn. R bersedia ya pak. Saya dan teman-teman sangat
berterimakasih atas konstribusi Tn yang mau membantu kami.”
D. TERMINASI
47
1. Evaluasi respons klien terhadap tindakan keperawatan
a. Evaluasi klien (subyektif):
“Baiklah Tn. R, tidak terasa 20 menit hampir berlalu. Karena
waktu kita sudah habis, bagaimana perasaan bapak setelah kita
berbincang-bincang dengan saya?”
b. Evaluasi perawat (obyektif)
“Kita tadi sudah banyak membincangkan tentang banyak hal.
Apakah Tn. R bisa mengulangi?”
“Bagaimana kalau jadwal ini Tn. R coba lakukan, setuju Tn. R?”
2. Tindak lanjut klien
“Apakah Tn. R tetap ingin melanjutkan cerita Tn. R dan bersedia
menjadi salah satu konstributor untuk membantu kami dalam kegiatan
di rumah sakit ini?”
3. Kontrak:
a. Topik
“Besok kita akan bertemu lagi untuk berbincang – bincang lagi dan
Tn. R bisa menjadi instruktur senam mulai besok, bagaimana Tn.
R? Apa Tn. R setuju?”
“Kalau begitu kita tulis jadwalnya di sini ya Tn. R”.
b. Waktu
“Enaknya kita nanti berbincang – bincang lagi jam berapa pak?
Baiklah, jadi kita akan berjumpa lagi besok jam 14.00 WIB seperti
hari ini ya pak.”
c. Tempat
“Seperti kemarin dan hari ini ya Tn. R, kita akan berbincang di
tempat Tn. R suka. Apakah Tn. R setuju?”
48
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(SPTK)
49
Topik: “sesuai dengan janji kita kemarin, bagaimana kalau kita
sekarang membicarakan tentang obat yang Tn R minum?”
Waktu: “mau berapa lama Tn R mau kita berbicara? 20 menit atau 30
menit?”
Tempat: “dimana Tn R mau berbicara?”
“dikantin atau di taman mungkin pak?”
C. KERJA (LANGKAH-LANGKAH TINDAKAN KEPERAWATAN)
“berapa macam obat yang Tn R minum?/ jam berapa saja obat diminum?”
“Tn R perlu minum obat ini ya agar pikiran Tn R jadi tenang, tidurnya pun
juga tenang”
“obatnya ada 3 macam pak, warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar
tenang. Yang putih ini namanya THP gunanya agar rilex dan yang merah
jambu ini namanya HLP gunanya agar pikiran bapak agar teratur.
Semuanya ini diminum 3 kali sehari jam 7 pagi 1 siang 7 malam yaa..”
“bila nanti setelah Tn R sudah meminum obatnya mulut Tn R terasa pait,
coba Tn R mengisap es batu”.
“sebelum obat ini tn R dan ibu mengecek dulu label di kotak obat apakah
benar Tn R tertulis disitu, berapa dosis atau butir yang harus diminum, jam
berapa saja yang harus diminum.”
“obat ini harus Tn R minum secara teratur yaa, dan kemungkinan besar
harus diminum dalam waktu yang lama agar tidak kambuh lagi.”
D. TERMINASI
1. Evaluasi respons klien terhadap tindakan keperawatan
a. Evaluasi klien (subyektif):
“Baiklah Tn. R, tidak terasa 30 menit hampir berlalu. Karena
waktu kita sudah habis, bagaimana perasaan Tn R setelah kita
berbincang-bincang tentang obat yang diminum tadi?”
b. Evaluasi perawat (obyektif)
“Kita tadi sudah banyak membincangkan tentang banyak hal
termasuk obat yang diminum.”
“Tn R minum yang teratur ya,,?
50
2. Tindak lanjut klien
“besok kita ketemu lagi ya pak untuk melihat jadwal kegiatan yang
telah dilaksanakan. Bagaimana kalau seperti biasanya jam 2 siang dan
ditempat yang sama ?””sampai bertemu besok!”
51
PROPOSAL TAK STIMULUS PERSEPSI: MENGONTROL WAHAM
1. TOPIK : Waham
2. TUJUAN :
a. Tujuan Umum
Klien dapat mengontrol wahamnya
b. Tujuan Khusus
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2. Klien dapat mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
3. Klien dapat berhubungan dengan realitas
3. LANDASAN TEORI
Klien yang dirawat di rumah sakit jiwa pada umumnya
dengan keluhan tidak dapat diatur dirumah, misalnya amuk, diam
saja, mendominasi pembicaraan yang tidak sesuai realita.Terapi
aktivitas kelompok merupakan salah satu tindakan keperawatan
untuk klien ganggu jiwa.Terapi ini adalah terapi yang
pelaksanaannya merupakan tanggung jawab penuh dari seorang
perawat.Oleh karena itu seorang perawat khususnya perawat jiwa
harus mampu melakukan TAK secara tepat dan benar. TAK adalah
suatu upaya untuk memfasilitasi psikoterapis terhadap sejumlah
klien pada waktu yang sama untuk memantau dan meningkatkan
hubungan interpersonal antara anggota.
4. KLIEN
a. Karateristik Klien
Berdasarkan kajian yang dilakukan, karakteristik klien yang
dapat dilakukan dalam TAK ini adalah klien dengan perubahan
isi pikir : waham.
b. Proses seleksi
1) Hasil Observasi sehari-hari di ruangan
2) Informasi dari perawat ruangan
3) Hasil diskusi kelompok
52
4) Kontrak dengan klien yaitu kesadaran klien untuk
mengikuti kegiatan berdasarkan kesepakatan mengenai
kegiatan tempat dan waktu
5. PENGORGANISASIAN
Struktur Kegiatan :
a. Tempat Pertemuan: RSJ Lawang
b. Waktu Pelaksanaan
Hari/Tanggal : Senin, 1 November 2018
Waktu : 09.00 WIB
Alokasi Waktu : - Perkenalan dan Pengarahan (10 menit)
- Permainan (30 menit)
- Ekspresi feeling (10 menit)
c. Jumlah Klien : 4-6 orang
d. Tim Terapis :
Setting : peserta dan terapis duduk bersamaan
Taman ruangan terbuka.
Keterangan :
: Leader :k : klien
53
Pembagian Tugas
TAK Sesi 3
Leader : Silvia Rarasanti
Co-Leader : Fitri Nur Kholifah
Fasilitator : 1. Bangga Yusril
2. Lulus Yulianti
3. Dia Fitrianah
Observer : 1. Benhur Papilaya
Uraian Tugas
1. Leader
1) Membacakan tujuan dan peraturan kegiatan terapi aktifitas kelompok
sebelum kegiatan dimulai
2) Mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam kelompok dan
memperkenalkan dirinya
3) Mampu memimpin terapi aktifitas kelompok dengan baik dan tertib
4) Menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok
5) Menjelaskan permainan
2. Co-Leader
1) Menyampaikan informasi dari fasilitator ke leader tentang aktifitas klien
2) Mengingatkan leader jika kegiatan menyimpang
3) Mengatur alur permainan (menghidupkan dan mematikan tape recorder)
54
3. Fasilitator
1) Memfasilitasi klien yang kurang aktif
2) Berperan sebagai role play bagi klien selama kegiatan
4. Observer
1) Mengobservasi jalannya proses kegiatan
2) Mencatat prilaku verbal dan non verbal klien selama kegiatan berlangsung
6. PROSES PELAKSANAAN
1. Perkenalan
- Kelompok perawat memperkenalkan diri, urutan ditunjuk oleh
pembimbing untuk memulai menyebut nama, kemudian leader
menjelaskan tujuan dan peraturan kegiatan dalam kelompok
- Bila akan mengemukakan perasaannya klien diminta untuk lebih dulu
menunjukkan tangannnya
- Bila klien ingin keluar untuk minum, BAB/BAK harus minta ijin pada
perawat
- Pada akhir perkenalan pemimpin mengevaluasi kemampuan identifikasi
terhadap perawat dengan menanyakan nama perawat yang ditunjuk oleh
leader
2. Permainan
1) Klien yang telah diseleksi dikumpulkan di tempat yang cukup luas atau
tempat yang telah ditentukan dan duduk membentuk lingkaran
2) Leader membuka kegiatan dengan mengucapkan salam dan
memperkenalkan diri dan anggota terapis lain beserta perannya. Kemudian
leader meminta tiap klien untuk menyebutkan nama dan bertanya peraan
klien saat itu .
3) Selanjutnya leader membacakan tujuan dari kegiatan dan aturan main
yang harus dipatuhi oleh klien. Setelah itu leader membuat kontrak waktu
dengan klien.
4) Kemudian co-leader memutar kaset lagu. Ketika lagu dimulai, bola segera
55
dioperkan dari leaderan berjalan ke arah berlawanan jarum jam. Setelah
satu ptaran, bola berhenti tepat pada leader dan leader memberikan contoh
kepada klien dengan memperkenalkan diri, menceritakan hal-hal apa saja
yan selama ini didengar atau dilihat, dimana dan kapan suara atau
bayangan itu muncul, serta berapa sering bayangan itu muncul.
5) Setelah selesai, musik kembali dinyalakan dan bola kembali berputar yang
berlawanan dengan arah jarum jam untuk memperagakan apa yang telah
dicontohkan oleh leader. Begitu seterusnya hingga semua klien
mendapatkan giliran untuk megungkapkan perilaku halusinasi.
6) Selama kegiatan berlangsung observer mengamati jalannya acara dan
membacakan hasil kegiatan di akhir acara.
3. Peer Review (Evaluasi Kelompok)
1) Klien dapat mengemukakan perasaannya setelah memperkenalkan dirinya
2) Klien mengemukakan perasaannya setelah mengemukakan tentang
perilaku halusinasi
3) Klien mengemukakan pendapat tentang kegiatan ini
4. Terminasi
1) Klien dapat menyebutkan kembali tujuan kegiatan
2) Leader menjelaskan kembali tentang tujuan dan manfaat dari kegiatan
kelompok ini
Kriteria Evaluasi
1. Evaluasi Input
1) Tim berjumlah 5 orang yang terdiri atas 1 leader, 1 co-leader, 2fasilitator
dan 1 observer
2) Lingkungan memiliki syarat luas dan sirkulasi baik
3) Peralatan tape recorder dan kaset berfungsi dengan baik
4) Tersedia papan tulis dan spidol
5) Klien memakai papan nama
6) Tidak ada kesulitan memilih klien yang sesuai dengan kriteria dan
56
karakteristik klien untuk melakukan terapi aktifitas kelompok stimulasi
persepsi
2. Evaluasi Proses
1) Leader menjelaskan aturan main dengan jelas
2) Fasilitator menempatkan diri di tengah-tengah klien atau berbaur dengan
klien
3) Observer menempatkan diri di tempat yang memungkinkan untuk dapat
mengawasi jalannnya permainan
4) 90% klien yang mengikuti permainan dapat mengikuti kegiatan dengan
aktif dari awal sampai selesai.
3. Evaluasi Output
Presentasi jumlah klien yang mengikuti kegiatan sesuai dengan yang
direncanakan :
57
TAK STIMULASI PERSEPSI MENGONTROL WAHAM
2. Orientasi
a. Salam terapeutik: terapismengucapkan salam
b. Evaluasi/ validasi: terapis menayakan perasaan klien saat ini
c. Kontrak
1) Terapis Menjelaskan tujuan kegiatan
2) Terapis Menjelaskan aturan main :
58
a) Masing-masing klien memperkenalkan diri : nama, nama
panggialan
b) Jika ada klien yang akan meninggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada terapis
c) Lama kegiatan 45 menit
d) Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
3. Tahap kerja
a. Terapis memperkenalkan diri (nama dan nama panggilan).
Terapis meminta klien memperkenalkan nama dan nama
panggilan secara berurutan, dimulai dari klien yang berada di
sebelah kiri terapis, searah jarum jam.
b. Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilaksanakan, yaitu
masing-masing klien membagi pengalaman tentang waham yang
mereka alami dengan menceritakan :
1) Isi waham
2) Waktu terjadinya
3) Perasaan yang timbuk saat mengalami waham
c. Meminta klien menceritakan waham yang dialami secara
berurutan dimulai dari klien yang ada di sebelah kiri terapis,
seterusnya bergiliran searah jarum jam
d. Saat seorang klien menceritakan pengalaman waham, setelah
cerita selesai terapis mempersilahkan klien lain untuk bertanya
sebanyak-banyaknya 3 pertanyaan
e. Lakukan kegiatan (b) sampai semua kllien selesai mendapat
giliran.
f. Setiap kali klien bisa menceritakan wahamnya, terapis
memberikan pujian.
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis Menanyakan perasaan klien setelah mengkuti TAK
59
2) Terapis Memberikan pujian atas keberhasilan anggota
kelompok
b. Rencana tindak lanjut
Terapis menganjurkan kepada peserta jika mengalami waham
segera menghubungi perawat atau teman lain.
c. Kontrak yang akan datang
1) Terapis membuat kesepakatan dengan klien kegiatan TAK
berikutnya, yaitu mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
2) Terapis membuat kesepakatan dengan klien waktu dan tempat
berikutnya
- Tempat : Ruang Jiwa RSJ lawang
- Waktu : 30 menit
- Topik : mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki
1 Menyebutkan isi
waham
2 Menyebutkan waktu
terjadinya waham
3 Menyebutkan
perasaan bila waham
muncul
60
Kemampuan mengenal waham
Petunjuk:
a. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama
klien.
b. Untuk tiap klien, beri penilaian tentang kemampuan klien. Beri
tanda (√) jika klien mampu dan tanda (×) jika klien tidak mampu.
61
SESI 2: menggali kemampuan yang dimiliki
A. Tujuan
1. Klien dapat mengidentifikasi hal – hal positif pada dirinya sendiri
2. Klien dapat mengenali kemampuan yang ia miliki
3. Klien dapat memberikan umpan postif pada orang lain dengan
hal-hal positif yang ia miliki
B. Setting
1. Klien dan terapis duduk bersama dalam lingkaran
2. Tempat tenang dan nyama
C. Alat
1. Spidol sejumlah klien yang menjadi peserta Tak
2. Kertas sejumlah klien yang menjadi peserta Tak
D. Metode
1. Diskusi
2. Permainan
E. Langkah – langkah kegiatan
1. Persiapan
a. Terapis mempersiapkan alat dan tempat.
b. Terapi mengingatkan kontrak pada klien
2. Orientasi
Pada tahap ini terapis melakukan:
a. Memberi salam terapeutik
1) Salam dari terapis
b. Evaluasi/ validasi
1) Terapis Menayakan perasaan klien saat ini
2) Terapis menanyakan apakah klien pernah mengetahui dan
menggali kemampuan yang dimiliki
c. Kontrak
1) Terapis Menjelaskan tujuan kegiatan TAK
2) Terapis Menjelaskan aturan main berikut
62
a) Masing-masing klien mengikuti kegiatan TAK dari awal
sampai akhir
b) Jika ada klien yang akan keluar dari kelompok harus
meminta izin kepada terapis
c) Kegiatan akan berlangsung selama 60 menit
3. Tahap kerja
a. Terapis membagi kertas dan spidol, masing-masing sebuah
untuk setiap klien
b. Terapis meminta klien untuk membagi kertas menjadi
sejumlah klien yang mengikuti TAK
c. Terapis meminta klien menuliskan kemampuan/keahlian yang
dimiliki klien, sebanyak-banyaknya yang bisa di tulis dan
diketahui klien.
d. Terapis meminta masing-masing klien menyerahkan hasil
tulisannya kepada terapis, dan terapis akan memberikan kertas
tersebut secara acak ke pada peserta TAK
e. Terais meminta masing-masing klien secara berurutan searah
jarum jam , di mulai dari klein yang ada di kiri terapis
membacakan kertas milik temannya yang sudah dibagikan oleh
terapis
f. Terapis memberikan pujian, dan meminta klien bertepuk
tangan, setiap satu klien selesai membacakan kertas milik
temannya.
g. Terapis meminta masing-masing klien untuk mengembalikan
kertas yang telah dibacanya kepada klien sesuai dengan
namanya
4. Tahap terminasi
a. Evaluasi
1) Terapis Menanyakan perasaan klien setelah mengkuti TAK
2) Memberi pujian atas keberhasilan kelompok
b. Rencana tindak lanjut
63
Meminta klien untuk menyimpan kertas tersebut dan membaca
berulang-ulang tentang keahliannya dan mengajaknya untuk
menerapkannya.
c. Kontrak yang akan datang
1) Terapis Menyepakati kegiatan TAK berikutnya
2) Menyepakati waktu dan tempat TAK.
Petunjuk:
Dilakukan = 1 Tidak dilakukan = 0
64
SESI 3: Berbicara Konteks Realita
A. Jenis kegiatan
Mendiskusikan tentang bunga
B. Tujuan
Klien dapat mengenal objek dengan tepat
C. Kriteria klien
Klien waham yang telah dapat berorientasi kepada realita
D. Alat
Beberapa tangkai bunga dengan macam-macam warna cerah lengkap
dengan daunnya
FASE ORIENTASI
a. Salam terapeutik
b. Kontrak
- Waktu : 45 menit
- Tempat : ruang jiwa
- Topik : mendiskusikan bunga yang dilihat secara tepat
c. Tujuan aktifitas : klien dapat menyebutkan bunga yang dilihat
secara tepat
d. Aturan main :
1. Setiap klien harus mengikuti permainan dari awal sampai akhir
2. Bila ingin ke kamar kecil, harus izin pemimpin TAK
FASE KERJA
1. Perlihatkan setangkai bunga kepadavklien
2. Motivasi klien untuk menyebutkan warna bunga, warna daun,
jumlah kelopak bunga, jumlah daun yang dilihat
3. Berikan pujian bila klien dapat menyebut secara cepat
4. Ulangi no 1-3 sampai semua bunga habis didiskusikan
65
FASE TERMINASI
a. Evaluasi
1. Pemimpin TAK mengeksplorasikan perasaan klien setelah
kegiatan TAK
2. Pemimpin TAK memberi umpan balik positif kepada klien
3. Pemimpin TAK meminta klien untuk mencoba mendiskusikan
benda-benda lain dalam kehidupan sehari-hari.
b. Kontrak yang akan datang
– Waktu
– Tempat
– Topik
c. Hasil yang diharapkan
75% klien mampu menyebutkan warna bunga, warna daun,
jumlahkelopak bunga dan daun secara tepat
66
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERWATAN
(SPTK)
67
dirawat dirumah sakit ini. Nama ibu siapa, dan ibu senangnya
dipanggil apa?”
“Ibu dan keluarga akan sering ketemu dengan saya nanti.”
2. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan ibu dan keluarga hari ini?”
“Bagaimana ceritanya Tn. R sampai dibawa kesini, coba ibu atau
keluarga ceritakan kepada saya.”
3. Kontrak
Topik: “Ibu dan keluarga, bagaimana kalau sekarang kita
membicarakan tentang masalah Tn. R dan cara merawat Tn.
R?”
Waktu: “Apakah ibu dan keluarga hari ini bisa berbincang-bincang
sebentar ? Sebentar saja 20 menit.”
Tempat: “Supaya lebih enak kita berbincang-bincang, bagaimana kalau
kita keruang perawat saja bu?”
C. KERJA (LANGKAH-LANGKAH TINDAKAN KEPERAWATAN)
“Bu, apakah ada masalah dengan merawat Tn. R dirumah? Apa yang
sudah dilakukan dirumah dalam menghadapi Tn. R yang telah mengaku
bahwa dirinya seorang pejabat penting tetapi nyatanya bukan seorang
pejabat penting melainkan salah satu gangguan proses berpikir. Untuk itu
akan saya jelaskan sikap dan menghadapi Tn. R. Setiap kali Tn. R berkata
bahwa ia seorang pejabat penting ibu mengatakan saja:
“Pertama: Ibu atau keluarga jika bercakap-cakap dengan Tn. R sebaiknya
lebih memperhatikan dan sebaiknya menghindari nada tinggi dan tidak
keras-keras.”
“Kedua: Hal ini sebaiknya dilakuka oleh seluruh keluarga yang
berinteraksi dengan Tn. R.”
“Bagaimana bu kalau dicoba lagi sekarang?”, “Bu Tn. R perlu minum obat
ini agar pikirannya jadi tenang, tidurnya juga tenang”
“Obatnya ada tiga macam, yang berwarnanya oranye namanya CPZ
gunanya agar tenang, yang putih ini namanya THP gunanya supaya rileks,
68
dan yang merah jambu ini namanya HLP gunanya agar pikiran tenang,
semuanya ini harus diminum secara teratur 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1
siang dan jam 7 malam, jangan dihentikan sebelum berkonsultasi dengan
dokter karena dapat menyebabkan Tn. R kambuh lagi”.
“Tn. R sudah mempunyai jadwal minum obat. Jika dia minta obat sesuai
jadwal berikan kata pujian.”
D. TERMINASI
1. Evaluasi respons klien terhadap tindakan keperawatan
a. Evaluasi klien (subyektif)
“Baiklah, bagaimana perasaan ibu dan keluarga setelah kita
bercakap-cakap tentang merawat Tn. R dirumah?”
b. Evaluasi perawat (obyektif)
“Setelah ini coba ibu dan keluarga lakukan semua yang sudah saya
jelaskan tadi.”
2. Tindak lanjut klien
“Bagaimana, apakah ibu dan keluarga ingin melanjutkan cerita
ibu/keluarga?”
3. Kontrak
a. Topik: “Baiklah bagaimana kalau lain kali saya datang lagi kesini
dan kita akan mencoba melakukan langsung cara merawat Tn. R
sesuai dengan pembicaraan kita tadi?”
b. Tempat: “Dimana besok kita berbincang-bincang lagi bu?
Bagaimana kalau di tempat yang sama?”
c. Waktu: “Enaknya kita besok berbincang-bincang lagi jam berapa
bu? Kalau sama seperti hari ini saja bagaimana bu?”
“Baiklah, jadi kita akan berjumpa besok ya bu jam 08.00?”
69
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(SPTK)
70
3. Kontrak:
Topik: Perawat : “ ibu bagaimana kalau sekarang kita
membicarakan tentang masalah Tn.R dan cara untuk merawat
Tn.R”
Tempat : Perawat : “supaya kita lebih enak
mengobrolnya gimana kalau kita berbincang-bincang di ruang
perawat ini
71
Perawat :”baiklah bagaimana perasaan ibu setelah bercakap-
cakap tentang merawat Tn.R di rumah ?”
d. Evaluasi perawat (obyektif)
Perawat :”setelah ini coba ibu lakukan semua yang sudaah
saya jelaskan tadi.”
4. RTL
Perawat :“jika ibu ada kesulitan tentang yang saya ajarkan tadi ibu
bisa menanyakan lagi kepada saya.”
5. Kontrak:
d. Topik
Perawat : “ baiklah bagaimana kalau lain kali saya datang
lagi kessini dan kita akan mencoba akan melakukan langsung cara
merawat Tn.R
e. Waktu
Perawat :” bagaimana kalau besok kita bertemu lagi, Tn.R
inginnya jam berapa? Bagaimana kalau jam 08.00 WIB”
f. Tempat
Perawat :” gimana besok berbincang -bincang lagi bu?
Bagaimana kalau di tempat yang sama
“oke Bu … sampai jumpa besok pagi… !”
72
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
(SPTK)
73
Waktu
Perawat :” bagaimana kalau besok kita bertemu lagi, Tn.R inginnya
jam berapa? Bagaimana kalau jam 08.00 WIB”
Tempat
Perawat :” gimana besok berbincang -bincang lagi bu? Bagaimana
kalau di tempat yang sama
“oke Bu … sampai jumpa besok pagi… !”
C. KERJA (LANGKAH-LANGKAH TINDAKAN KEPERAWATAN)
“Permisi bu, saya akan menjelaskan cara merawat Tn. R di rumah?”
“Bu,ini jadwal Tn.R selama di rumah sakit.Coba ibu pilih, apakah kira-kira
dapat dilaksanakan semua di rumah?Jangan lupa selalu memperhatikan
Tn.R,agar ia tetap menjalankan di rumah,dan jangan lupa member tanda
M(mandiri),B(bantuan),atau (tidak mau melaksanakan).”
D. TERMINASI
1. Evaluasi respons klien terhadap tindakan keperawatan
a. Evaluasi klien (subyektif):”Apa yang ingin Bapak/Ibu
tanyakan?Bagaimana perasaan Bpk/Ibu?Sudah siap melanjutkan di
rumah?”
b. Evaluasi perawat (obyektif):”ini jadwal kegiatan hariannya.ini
rujukan untuk Tn.R.Kalau ada apa-apa Bpk/Ibu boleh
74
menghubungi kami.Silahkan menyelesaikan administrasi ke kantor
depan.”
2. Tindak lanjut klien
“Setelah ini coba Bapak/Ibu mengingat jadwal yang sudah di buat
untuk keluarga yang ada di rumah ya pak/bu?Dan lakukan yang sudah
saya jelaskan tadi dan untuk membatu Tn.R.
“Jika Tn.R keadaannya masih belum membaik sebaiknya di rujuk
kembali di RS terdekat.”
75
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Waham adalah perubahan proses khususnya isi pikir yang ditandai dengan
keyakinan terhadap ide-ide, pikiran yang tidak sesuai dengan kenyataan dan
sulit diubah dengan logika atau bukti-bukti yang ada. Waham dapat dibagi
atas beberapa jenis, diantaranya: waham curiga, kebesaran, kejar, somatik,
dan lain-lain.
Tujuh situasi yang memungkinkan perkembangan waham, yaitu :
peningkatan harapan, untuk mendapat terapi sadistik, situasi yang
meningkatkan ketidakpercayaan dan kecurigaan, isolasi sosial, situasi yang
meningkatkan kecemburuan, situasi yang memungkinkan menurunnya
harga diri (harga diri rendah), situasi yang menyebabkan seseorang melihat
kecacatan dirinya pada orang lain, situasi yang meningkatkan kemungkinan
untuk perenungan tentang arti dan motivasi terhadap sesuatu. Terapi yang
dianjurkan pada pasien waham, yaitu: farmakoterapi (antipsikotik,
antiansietas, antiparkinson, antidepressan), psikoterapi, dan terapi keluarga
4.2 Saran
Semoga makalah ini dapat menjadi bahan referensi bagi pembaca dan
apabila ada kesalahan kami mohon maaf sebesar-besarnya. Dan apabila ada
saran dari pembaca, mohon disampaikan ke penyusun agar makalah ini
menjadi lebih baik lagi.
76
DAFTAR PUSTAKA
Aziz R, dkk. 2003. Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa. Semarang: RSJD Dr.
Amino Gondoutomo.
Lilik A, dkk. 2016. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa: Teori dan Aplikasi
Praktik Klinik. Yogyakarta: Indomedia Pustaka
David A. Tomb ; alih bahasa, Martina Wiwie S. Nasrun [et al.] ; editor edisi
Jakarta:EGC
Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.
Jakarta: EGC
Stuart G.W. and Sundeen (1995). Principles and Practice of Psykiatric Nursing (5
77