Disusun oleh :
Kelompok A. 2018.9
Aditya Harinto P. 18/436219/KH/09849
Ajeng Tyas Utami 18/436221/KH/09851
Annisa Rachma D. 18/436234/KH/09864
Armin A. 18/436241/KH/09871
Chrysilla Monica 18/436256/KH/09886
Dewi Arum Sekar 18/436265/KH/09895
Eky Pradita 18/436274/KH/09904
I Putu Adi Mas 18/436295/KH/09925
Magistera L. 18/436316/KH/09946
Marissa Dana Islamy 18/436317/KH/09947
Puteri Nur Natasha 18/436346/KH/09976
Putu Dyah Paramtiha 18/436348/KH/09978
Rafida Chairunnisa 18/436353/KH/19983
Rahmadila Rahardiani 18/436354/KH/09984
Yonathan Alvin M. A. S. 18/436393/KH/10023
M. Hazim Bin Mohd Nor A. 18/436515/KH/10030
Dosen Pembimbing :
drh. Setyo Budhi, M.P.
1
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN ........................................................................................................ 4
Latar Belakang ........................................................................................................... 4
Tujuan ........................................................................................................................ 6
Manfaat ...................................................................................................................... 6
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 7
Anatomi dan Fisiologi Gigi Anjing ........................................................................... 7
Jenis Gangguan pada Gigi Anjing ........................................................................... 10
Scaling ..................................................................................................................... 23
Alat Scaling.............................................................................................................. 27
Premedikasi dan Anastesi ........................................................................................ 30
MATERI DAN METODE .......................................................................................... 35
Materi ....................................................................................................................... 35
Metode ..................................................................................................................... 35
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 37
2
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Skematik potongan longitudinal gigi anterior. a. apex; af, foramen apical;
sc, supplementary canal; b, tulang; c, cementum; pm, periodontal ligamen;
pc, pulp canal; pch, pulp chamber; ph, pulp horn; g, gingiva; gc, celah
gingiva; gm, gingiva margin; d, dentin; e, enamel; cr, mahkota; b, gigi
posterior (nelson dan ash, 2010). ................................................................... 8
Gambar 2. Diagram gigi anjing (Evans and Lahunta, 2013). ..................................... 10
Gambar 3. Ilustrasi fase pembentukan plak: A) Adhesi bakteri kokus dan basil Gram
postif; B) Proliferasi seluler dan produksi eksopolisakarida; C) Adhesi bakteri
Gram negatif; D) Maturasi plak dan peningkatan keragaman jenis bakteri
(Pieri dkk., 2012). ........................................................................................ 13
Gambar 4. Gigi anjing dengan tingkat tartar sedang (a), gigi anjing dengan tingkat tartar
parah (b) (Anonim, 2012). ........................................................................... 16
Gambar 5. Periodontitis pada premolar maxilla ketiga dan keempat (Jeanne, 2013). 18
Gambar 6. Magnetostrictive ultra-sonic scaler (Hale, 2004). ..................................... 28
Gambar 7. Piezo Electric Ultrasonic Scaler ART-P3 II (Anonim, 2013). .................. 28
Gambar 8. Sonic Scaler Hand Piece (Hale, 2004). ..................................................... 29
Gambar 9. Roll Oscillating Disposable Prophy Angles (Hales, 2004). ...................... 29
Gambar 10. Air Driven Dental Work Station (Hale, 2004). ...................................... 30
3
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Anjing adalah mamalia yang telah mengalami domestikasi dari serigala sejak
15.000 tahun yang lalu atau sudah sejak 100.000 tahun yang lalu berdasarkan bukti
genetik berupa penemuan fosil dan tes DNA. Penelitian genetika telah berhasil
mengidentifikasi 14 ras anjing kuno, diantaranya, Chow Chow, Sharpei, Akita, Shiba
dan Basenji merupakan ras anjing yang tertua. Teori yang mengatakan anjing berasal
dari Asia mungkin bisa dipercaya karena sebagian besar dari 14 ras anjing kuno berasal
dari Cina dan Jepang (Sembiring dkk., 2016). Memiliki hewan peliharaan bagi
sebagian manusia merupakan kepuasan tersendiri. Ada banyak jenis hewan yang bisa
dijadikan peliharaan, salah satunya adalah anjing. Anjing mendapat julukan sebagai
sahabat terbaik manusia karena memiliki kesetiaan dan pengabdian kepada majikannya
(Halim, 2012).
alat prehensi utama dalam mengambil makan. Gigi adalah bagian keras yang terdapat
karnivora yaitu hewan pemakan daging. Anjing memiliki empat jenis gigi, yaitu gigi
seri (incisivus), gigi taring (caninus), geraham depan (premolar) dan geraham belakang
(molar). Gigi incisivus berfungsi untuk memotong makanan, gigi caninus digunakan
untuk menyobek makanan, gigi premolar untuk menyobek dan membantu menggiling
4
makanan sedangkan gigi molar untuk mengunyah dan menggiling makanan (Sembiring
dkk., 2016).
makanan akan memasuki rongga mulut, kerongkongan, lambung, usus halus, usus
besar, dan anus. Permasalahan gigi pada anjing yang sering ditemukan adalah
keberadaan karang gigi atau tartar. Karang gigi merupakan suatu masa yang mengalami
kalsifikasi yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi dan objek solid
lainnya di dalam mulut. Karang gigi berwarna kuning, cokelat, dan hitam (Sembiring
dkk., 2016). Menurut penelitian Kusumawati (2014), semakin tua umur anjing maka
gigi akan berwarna lebih gelap dan lebih tebal dibandingkan anjing yang berumur lebih
muda. Oleh sebab itu keadaan mulut yang buruk, misalnya gigi yang rusak akibat
terganggunya fungsi dan aktivitas rongga mulut akan mempengaruhi status gizi serta
cara pemeliharaan gigi anjing dan jenis pakan yang diberikan jenis pakan basah. Pakan
basah memiliki konsistensi lembek sehingga mudah lengket pada permukaan gigi
akibatnya memicu terbentuknya plaque dan karang gigi. Karang gigi bersama saliva
gingivitis dan karies. Pembentukan karang gigi pada anjing tanpa membedakan ras
mereka (Lavy, 2012). Keberadaan karang gigi dapat memengaruhi status kesehatan
5
anjing. Apabila karang gigi tidak diatasi maka akan menimbulkan bau tidak sedap dari
mulut (halitosis) sebagai akibat pembusukan bakteri di karang gigi sehingga anjing
menjadi gelisah. Aktivitas bakteri di antara gusi dan gigi tersebut menyebabkan
struktur perlekatan gusi dan gigi menjadi lemah (Zambori dkk., 2012). Penyakit
periodontal terjadi pada semua mamalia dan merupakan umum dan kondisi yang
berpotensi serius. Penyakit periodontal dapat memengaruhi kondisi gigi atau jaringan
Berbagai metode dilakukan untuk mengatasi masalah yang terjadi pada gigi,
salah satunya adalah scaling. Scaling merupakan proses menghilangkan karang gigi
atau plaque dari permukaan gigi. Scaling atau pembersihan karang gigi dilakukan oleh
dokter untuk menghilangkan atau membersihkan kalkulus dan plaque yang menumpuk
pada gigi. Dengan dilakukannya scaling ini akan mengurangi plaque pada gigi,
sehingga nantinya tidak akan menumpuk dan berujung menjadi radang pada gigi.
Tujuan
Tujuan dari scaling adalah untuk menghilangkan plaque dan kalkulus yang
terdapat pada permukaan gigi, memberikan permukaan gigi yang halus, dan
Manfaat
Manfaat dari scaling adalah untuk mendapatkan gigi yang bersih dari plaque
6
TINJAUAN PUSTAKA
Gigi terdiri dari mahkota dan akar. Mahkota adalah bagian dari gigi yang
terlihat. Bentuknya memiliki fungsi tertentu. Bentuk enamel yang menonjol dapat
membelokkan material yang dikunyah dari gusi, mencegah kerusakan. Akar gigi
tersembunyi diantara tulang dan jaringan lunak. Memberikan support mekanik untuk
tiap-tiap gigi. Akar gigi dapat tunggal, double atau triple (Smithson, 2015).
Jaringan dental terdiri dari enamel, dentin dan pulpa (Gambar 1). Enamel
merupakan lapisan mahkota gigi, sangat keras, jaringan yang tebal,seperti kaca, halus,
tipis. Dentin adalah bagian gigi yang keras tetapi berpori, karena tubulus memancarkan
keluar dari pulpa kea rah permukaan luar dentin. Ketebalan dentin semakin meningkat
sesuai dengan usia. Pulpa gigi terletak pada bagian tengah gigi, mencakup saraf,
pembuluh darah, limfatik, jaringan ikat dan lain-lain. Peka terhadap suhu dan rasa sakit
(Smithson, 2015).
cementum. Gingiva atau gusi berfungsi menjaga gigi. Terdapat gingiva bebas, yaitu
gusi yang tidak menempel. Epitelium junction adalah penempelan gingiva pada gigi.
Sulkus merupakan jarak sempit di sekeliling gigi, antara gingiva bebas dan gigi.
fibrosa, sensitif terhadap rasa sakit dan tekanan. Cementum merupakan lapisan tipis
7
Gambar 1. Skematik potongan longitudinal gigi anterior. a. apex; af, foramen
apical; sc, supplementary canal; b, tulang; c, cementum; pm,
periodontal ligamen; pc, pulp canal; pch, pulp chamber; ph, pulp horn;
g, gingiva; gc, celah gingiva; gm, gingiva margin; d, dentin; e, enamel;
cr, mahkota; b, gigi posterior (nelson dan ash, 2010).
Gigi anjing terdiri atas empat jenis yaitu gigi seri (incisivus), gigi taring
(caninus), geraham depan (premolar), dan geraham belakang (molar). Fungsi dari ke-4
gigi tersebut antara lain incisivus digunakan untuk memotong makanan, caninus untuk
makanan, serta gigi molar untuk mengunyah dan menggiling makanan sehingga
makanan yang masuk ke dalam esofagus berukuran kecil dan mudah untuk dicerna di
Anak anjing (puppy) tidak memiliki gigi ketika lahir, namun seiring
bertambahnya umur anjing memiliki gigi deciduous dan permanen. Gigi deciduous
anjing berjumlah 28 buah dengan formula 2× (3/3I, 1/1C, 3/3P). Gigi incisivus mulai
tumbuh pada umur tiga sampai empat minggu, diikuti oleh gigi caninus pada minggu
8
ke-3, dan gigi premolar antara umur 4-12. Pada umumya gigi primer tanggal sekitar 1-
Gigi permanen anjing pada setiap sisi mulut, atas dan bawah meliputi tiga
incisivus, satu caninus, dan 4 premolar. Pada satu sisi, rahang atas memiliki dua molar
dan rahang bawah memiliki 3 molar. Gigi incisivus permanen tumbuh pada usia 3-5
bulan, gigi caninus dan premolar pada usia 4-6 bulan, dan gigi molar pada usia 5-7
bulan. Gigi permanen anjing berjumlah 42 buah dengan formula 2× (3/3I, 1/1C, 4/4P,
menjadi empat kuadran, yaitu maxilla kanan dan kiri, serta mandibula kanan dan kiri.
menunjukkan kuadran, dan dua angka setelahnya merupakan nomor gigi (Holmstrom,
9
Gambar 2. Diagram gigi anjing (Evans and Lahunta, 2013).
1. Plak/ Plaque
Etiologi
Plak adalah substansi berupa lapisan terstruktur yang melekat erat pada
jaringan padat intraoral (Niemiec, 2013). Plak berwarna kekuningan dan dapat
berada di seluruh lingkungan intraoral, fascia gigi pada struktur enamel, dan
sulkus gingiva (Pieri dkk., 2012). Plak merupakan masa biofilm yang tersusun
10
sebagian besar dari bakteri yang membentuk suatu matriks dari glikoprotein
Actinomyces sp., dan Lactobacillus sp.. Bakteri tersebut mengalami adhesi pada
film enamel dan mengalami multiplikasi dan agregasi. Reseptor permukaan sel
pada bakteri Gram positif kokus dan basil menyebabkan potensi adhesi bakteri
Patogenesis
bening dan aseluler) pada permukaan gigi dan area lain di dalam mulut, disebut
attached pellicle, yaitu suatu lapisan film organik dari saliva yang pada awalnya
yang memfasilitasi penempelan bakteri lain (Pieri dkk., 2012). Biofilm adalah
suatu lingkungan mikroba intraoral dimana nutrisi dan oksigen tersedia pada tiap
11
biofilm tersebut. Biofilm juga mempunyai suatu struktur kanal yang mendukung
Lapisan pertama yang terbentuk biasanya tersusun dari sel tunggal dan
menempel pada plak yang telah terbentuk dan menyebabkan jenis bakteri
agregat mikroba pada permukaan gigi yang terekspos dan dapat berkembang
pada sulkus gingiva. Plak subgingiva merupakan plak dengan agregat bakteri
pada sulkus gingiva atau pada poket periodontal (Gorrel dkk., 2013).
12
Gambar 3. Ilustrasi fase pembentukan plak: A) Adhesi bakteri kokus dan
basil Gram postif; B) Proliferasi seluler dan produksi
eksopolisakarida; C) Adhesi bakteri Gram negatif; D) Maturasi
plak dan peningkatan keragaman jenis bakteri (Pieri dkk.,
2012).
Gejala Klinis
Dampak lain pada tingkat sistemik dapat menyebabkan gangguan ginjal dan
2. Gingivitis
13
parakeratinized stratified squamous epithelium akan tetapi pada bagian col dan
epithelium. Sehingga pada bagian ini gingiva sangat mudah iritasi dan
Etiologi
menyebabkan reaksi radang akibat bakteri yang terakumulasi pada plaque yang
masuk ke gingiva. Gingivitis juga dapat terinisiasi akibat luka akibat makanan
yang keras ataupun karena benda lain yang masuk ke mulut dan menggores
Patogenesis
terjadinya proses keradangan yang memicu transmigrasi dari cairan gingiva dan
Gejala klinis
14
3. Kalkulus
Etiologi
termineralisasi. Plak yang halus menjadi keras karena adanya presipitasi dari
garam mineral yang biasanya terjadi pada hari pertama hingga hari ke 14
merupakan salah satu media ideal yang menyebabkan biofilm plak melanjut
Patogenesis
kalsium karbonat dan kalsium fosfat yang terdapat pada air liur memproduksi
jaringan gingiva namun jika permukaan kalkulus kasar maka kalkulus dapat
15
menyebabkan kelukaan pada jaringan-jaringan di sekitar kalkulus. Newman et
langsung karena kalkulus selalu tertutupi oleh plak dan keadaan tersebut dapat
Gambar 4. Gigi anjing dengan tingkat tartar sedang (a), gigi anjing dengan
tingkat tartar parah (b) (Anonim, 2012).
Gejala Klinis
Gorrel (2013) hewan yang di giginya terdapat kalkulus akan muncul halithosis
dan berubahnya warna gigi, jika sampai terjadi periodontitis gejala klinis lain
4. Periodontitis
16
periodontal ligamen dan tulang alveolar. Penyakit ini dimulai dengan adanya
dalam beberapa detik, dalam beberapa jam bakteri berkolonisasi pada pelikel
Plak biofilm akan terbentuk dalam waktu 24 jam. Maturasi plak biofilm
ke tahap dimana ada organisme anaerob muncul terjadi dalam waktu 24 jam.
kehabisan oksigen dan menjadi lebih destruktif. Epitel pelindung akan rusak
dan gingiva terpisah atau menyusut menjauh dari tulang alveolar dan
arah akar, ligamen periodontal dan tulang alveolar akan hancur. Semakin
banyak struktur yang rusak maka mobilitas gigi akan semakin terlihat (Gambar
17
Gambar 5. Periodontitis pada premolar maxilla ketiga dan keempat
(Jeanne, 2013).
periodontitis dapat merusak lebih dari satu gigi. Periodontitis tidak dapat
baru di tempat lain dan untuk mencegah kerusakan jaringan lebih lanjut di
Gejala Klinis
Gejala klinis dari penyakit ini adalah halitosis, plak yang menyerang
sebagian besar gigi. Ulser yang ditemukan pada selaput lendir mulut dan pipi
akan muncul didaerah dimana jaringan ini terpapar plak. Peradangan gingiva,
resesi gingiva, kantong periodontal, furkasi atau akar yang terlihat, adanya
cairan purulen dan kalkulus. Selain itu pasien akan merasa tidak nyaman saat
disentuh mulut atau pun saat mengunyah (Gorrel dkk., 2013; Jeanne, 2013).
18
5. Karies
bakteri. Karies gigi terjadi karena proses demeniralisasi dan interaksi bakteri
pada permukaan gigi. Bakteri bersifat asam sehingga dalam periode waktu
tertentu asam akan merusak gigi dan menyebabkan gigi menjadi berlubang.
Faktor terjadinya karies yaitu mikroorganisme plak, diet, dan waktu (Hiranya,
Lactobacillus mutans yang sering membuat kondisi asam pada mulut (Zambori,
2012).
a. Mikroorganisme plak
yang tidak termineralisasi berupa plak, melekat erat pada permukaan gigi,
lunak. Plak akan terbentuk pada semua permukaan gigi dan tambalan,
daerah tepi gingival, pada permukaan proksimal, dan di dalam fisur. Bakteri
19
b. Diet
sehingga bakteri melekat pada permukaan gigi. Selain itu sukrosa juga
glukosa ini dimetabolismekan menjadi asam laktat, asam format, asam sitrat
c. Waktu
dilanjutkan oleh disintegrasi substansi organik yang berasal dari gigi (hale,
2009).
20
Makanan kariogenik adalah makanan yang mengandung fermentasi
amilasi pada saliva sebagai tahap awal dari penguraian karbohidrat dan
yang sangat kariogenik. Gula yang terolah seperti glukosa dan terutama
memungkinkan bakteri melekat pada permukaan gigi, selain itu juga akan
a. Karbohidrat Kompleks
21
merupakan simpanan karbohidrat utama yang terdapat pada padi-
b. Karbohidrat Sederhana
sukrosa (gula tebu), dan (gula susu). Sukrosa merupakan gula yang
paling kariogenik, namun demikian gula lainnya tetap bahaya. Hal ini
22
dan berpotensi rendah untuk terjadinya pelekatan makanan lebih lama
Scaling
Definisi
plaque yang terbentuk pada permukaan gigi. Frekuensi dental scaling bergantung pada
tingkat akumulasi plaque, derajat penyakit periodontal dan umur. Pada umumnya,
scaling direkomendasikan untuk dilakukan setiap 12-18 bulan pada anjing dengan
gingiva yang sehat. Anjing dengan gingivitis kronis atau penyakit periodontal
disarankan untuk melakukan scaling dengan frekuensi yang lebih sering yaitu setiap 6-
Teknik Scaling
Teknik scaling dibagi menjadi dua yaitu scaling supraginggival dan scaling
menghilangkan kalkulus atau plaque di atas batas ginggiva. Teknik ini dapat
menggunakan alat manual (hand instrument) atau kombinasi antara alat manual dan
powered scaler.
23
Langkah teknik scaling supraginggival sebagai berikut:
Teknik scaling lain adalah scaling subginggival dan root planing. Scaling
permukaan gigi di bawah batas ginggiva. Scaling subginggiva tidak diperlukan apabila
tidak ditemukan kalkulus di bawah batas ginggiva. Root planing merupakan teknik
permukaan akar menjadi halus. Permukaan akar yang halus dapat memperkecil
1. Kuret (bukan bagian yang tajam) dimasukkan ke bagian bawah sulkus gingiva atau
kantung periodontal
2. Ujung tajam kuret digunakan dengan cara melekatkannya pada akar gigi dan epitel
tumpang tindih. Strokes miring atau horizontal dapat digunakan di daerah furkasi
24
4. Langkah tersebut diulang pada semua bagian gigi.
5. Setelah semua tahapan selesai dilakukan pemeriksaan gigi mulai dari akar sampai
permukaan akar untuk memastikan gigi bersih dari plaque dan kalkulus
1. Epitel yang melekat dipotong menggunakan blade (Nomor 11 atau 15) melalui
3. Flap ditarik perlahan sehingga tampak permukaan akar dan tulang alveolar.
4. Permukaan akar yang terlihat discaling menggunakan alat manual atau kombinasi
antara alat manual dengan powered scaler. Apabila scaling sudah selesai lanjutkan
atau chlorhexidine yang sudah diencerkan kemudian flap dijahit ke posisi semula.
Flap buccal dijahit untuk menghubungkan ginggiva palatal atau lingual. Flap
dijahit menggunakan benang swaged on, pola jahitan sederhana tunggal dengan
Prosedur Scaling
pasien secara ekstra dan intra-oral. Secara ekstra-oral akan dilakukan anamnesis dan
25
dilihat apakah ada pembengkakan kelenjar limfe di kepala dan leher sebagai tanda
melihat keadaan dalam mulut pasien. Selain melihat keadaan gigi juga dilihat keadaan
jaringan lunak lainnya, seperti gingival, palatum, dan lidah. Setelah dilakukan
anamnesa dan pemeriksaan gigi maka pasien diberikan anestesi dan dipasangi
endotracheal tube yang digunakan untuk mencegah air dan debris asing masuk ke
scaler). Walaupun banyak alat manual lainnya namun scaler inilah yang menjadi alat
utama dalam menghancurkan karang gigi. Scaler ini cukup ditempelkan pada karang
gigi sehingga pasien tetap nyaman, mengurangi resiko cidera, dan memudahkan kerja
dokter. Dalam melakukan scaling digunakan kombinasi alat manual dan ultrasonic
scaler yang diawali dengan ultrasonic scaler untuk membuang kalkulus yang keras
dan melekat erat pada permukaan gigi. Manual scaler dipakai untuk membuang sisa-
sisa karang gigi pada permukaan gigi yang tidak bisa menggunakan ultrasonic scaler
Setelah proses scaling dilakukan, biasanya pasien akan merasakan ngilu. Hal
ini terjadi karena pembersihan karang gigi menyebabkan terbukanya dentin pada
perbatasan mahkota gigi dengan akar gigi. Rasa ngilu dapat hilang dengan sendirinya
bila penyembuhan gusi telah sempurna dan gusi akan kembali menutup perbatasan
26
Alat Scaling
Alat scalling yang mudah dan cepat untuk menghilangkan tartar yang tebal
adalah Sonic dan Ultrasonic scaler. Ujung tip yang bergetar akan menekan tartar
sehingga dapat terlepas dari gigi. Aliran air pada ujung tip berguna untuk
scalling yang digunakan jika dirawat dengan baik, akan menjaga gigi sehingga tidak
terjadi kerusakan dari gigi maupun jaringan lunak saat digunakan (Hale, 2004).
Magnetostrictive
sama lain pada bidang berarus. Logam – logam tersebut bergetar di antara 18.000 dan
30.000 siklus setiap detik tergantung dari kualitas instrumen. Getaran tersebut akan
ditransmisikan pada ujung tip. Bagian yang digunakan yaitu belakang atau samping
distal 1/16 inci dari instrumen untuk melawan tartar dan menggunakan tekanan yang
ringan. Jika terlalu menekan akan meredam getaran yang akan menyebabkan
pengurangan efisiensi, peningkatan panas, sehingga kerusakan gigi dapat terjadi (Hale,
2004)
27
Gambar 6. Magnetostrictive ultra-sonic scaler (Hale, 2004).
Piezoelectrics
menjadi 40.000 siklus per detik. Frekuensi dialirkan melalui kristal piezoelektrik dan
ujungnya bergetar dalam gerakan linier. Hand piece pada alat ini sangat tahan lama dan
tidak akan menimbulkan bagian internal merembes ke bagian luar termasuk panas.
Instrument ini paling efisien dan baik karena menimbulkan traumatik yang rendah.
Akan tetapi, hand piece dapat rusak jika terjatuh (Hale, 2004).
28
Scaler sonic beroperasi pada frekuensi hingga 18.000 siklus per detik. Alat ini
bekerja dengan tekanan udara yang di-supply dari air driven dental station. Getaran
yang dihasilkan dari udara yang bergerak melalui logam pada hand piece. Alat ini tidak
menyebabkan hantaran panas pada permukaan hand piece. Alat ini dianggap paling
tidak efisien, dan beberapa jauh lebih baik dari yang lain (Hale, 2004).
Oscillating
permukaan gigi. Tindakan polish dilakukan menggunakan pasta yang berguna untuk
2016).
Air driven dental station merupakan salah satu bagian unit yang sangat berguna.
Pada dasarnya, jenis yang tersedia meliputi air driven low – speed hand piece, a high
speed hand piece, dan a three way air / water syringe. Modifikasi unit yang baru juga
29
telah berkembang seperti yang terdapat pada piezoelectric scaler atau outlet yang
digunakan dengan air – driven sonic scaler, dibangun dalam venture suction, fiber-optic
illumination system, extra electrical outlets, yang ada pada electro-surgical unit serta
Premedikasi untuk pasien penting dari sudut pandang logistik karena obat tersebut
dapat menenangkan pasien, mengurangi tingkat restrain fisik yang diperlukan, dan
untuk anestesi induksi atau pemeliharaan. Obat premedikasi juga dapat digunakan
untuk memberikan analgesia preemptive. Selain itu juga dapat digunakan untuk
30
modifikasi tonus otonom, menstabilkan atau meningkatkan denyut jantung, atau
midriasis pada mata, pada saluran nafas akan mengurai sekret hidung, mulut,
faring, dan bronkus, pada jantung akan merangsang nervus vagus sehingga
bradikardi tidak nyata, serta pada saluran cerna akan terjadi penghambatan
peristaltik usus dan lambung. Atropin sulfat dapat diabsorbsi baik melalui oral,
tubuh dan melewati otak, plasenta dan air susu kemudian dimetabolisme di hati dan
diekskresikan melalui urine. Atropin sulfat biasanya diberikan dengan morfin atau
sebelum ketamin, halothan, ether, droperidol, atau fentanyl. Kadang diberikan pada
31
1. Anastesi
diproduksi melalui proses yang dikontrol, reversible, intoksikasi pada sistem saraf
pusat (CNS), dimana pasien tidak merasakan atau mengingat rangsangan (atau
lainnya). Pasien dikatakan telah memasuki stadium anestersi umum apabila telah
memenuhi tiga kriteria dalam trias anestesi yaitu tidak sadar, reflek otonom
tertekan, dan alagesi. Dalam anastesi umum sering digunakan kombinasi antara
ketamin dan xylazin. Kombinasi kedua agen ini terbaik untuk menghasilkan
kombinasi ini. Emesis sering terjadi pasca pemberian ketamin-xylazin, tetapi hal
ini dapat diatasi dengan pemberian atropin 15 menit sebelum pemberian ketamin-
xylazine. Efek anastesi akan timbul setelah 10-30 menit, dan kembalinya kesadaran
nyeri. Selain itu, tujuan anestesi juga untuk membuat hewan tidak terlalu banyak
Ketamin HCL merupakan anestesi yang kuat, bekerja cepat, dengan aksi
kerja yang singkat sehingga cocok digunakan untuk prosedur operasi yang singkat.
Keadaan status anestesinya tidak lazim, yaitu hewan masih melotot, otot tampak
32
kaku, masih mengeluarkan suara karena ketidaksadarannya sebagai akibat interupsi
dan peningkatan kadar kotekolamin plasma (Tennant, 2000; Plumb, 2011). Namun
kekejangan pada saat pemulihan tidak jarang depresi respirasi yang ringan dan
seluruh organ dengan level tertinggi pada otak, hati, paru-paru, dan jaringan lemak.
analgesik atau sedatif dengan efek muskulorelaksan. Bila terjadi kelebihan dosis
atau jika hendak mengakhiri sedasi yang ditimbulkan dapat diberikan yohimbin,
yang merupakan antidota spesifik bagi xylazin. Muntah selalu terlihat pada kucing
bergantung pada perubahan temperatur udara. Xylazin diabsorpsi dengan cepat jika
kombinasi yang baik untuk ketamin bila digunakan pada hewan kecil. Xylazin
relaksasi otot yang sangat baik. Efek xylazin timbul 10-15 menit setelah injeksi
intramuskuler dan hanya 3-5 menit setelah intravena. Keadaan tidur biasanya
33
berlangsung selama 1-2 jam dengan analgesi yang efektif selama 15-30 menit.
Dosis untuk anjing adalah Xylazin 2,2 mg/kg BB dan Ketamin 11 mg/kg BB
(Plumb, 2011).
34
MATERI DAN METODE
Materi
a. Alat
Dental scaler
Penyedot air
b. Bahan
Metode
a. Persiapan Hewan
meja operasi yang dialasi dengan underpad dan diberikan premedikasi dengan
atropin sulfat 0,024% secara subcutan. Setelah atropin sulfat bekerja yang
endotracheal tube.
35
Alat dan bahan untuk scaling dipersiapkan dan diletakkan diatas meja
c. Teknik scaling
pemeriksaan pada gigi. Gigi yang mengalami kalkulus atau tar-tar kemudian
scaler dan disemprot air dengan spuit agar gigi tidak terlalu panas. Jika ada gigi
pendarahan.
36
DAFTAR PUSTAKA
37
Senhorinho, G. N. A. Nakano, V. Liu, C. Song, Y. Finegold, S. M. Avila-Campos, M.
J. 2011. Detection of Porphyromonas gulae from Subgingival Biofilm of Dogs
with and without Periodontitis. Anaerobe in press.
Sembiring, S., Arjentinia, P.G.Y., dan Widiastuti, S.R. 2016. Kejadian Karang Gigi
Pada Anjing Yang Diberi Dog Food. Indonesia Medicus Veterinus. 5(1) ; 61-
67.
Smithson, J. A. 2015. Canine Dentistry Mini Series. Oral and Dental Examination and
Investigation. CPD Solutions.
Tennant, B., 2000, BSAVA Small Animal Formulary 4th Edition, British Small Animall
Veterinary Association, Gloucester.
Zambori C, Tirziuq E, Nichita I, Cumpanasoiu, C, Gros, RV, Seres, M., Mladin, B.,
dan Mot, D. 2012. Biofilm Implication in Oral Diseases of Dogs and Cats.
Anim. Biotechnol. 45(1): 208.
38