Disusun oleh :
Dzaki Murtadho 20147300
Amiru Zachra 2014730007
Khaerunnisa Muflihatul Mahmudah 2014730046
Mentari Nur Farida S 2014730052
Noer M. Riansyah 20147300
Vanya Ihda Ayesha 20147300
Pembimbing :
dr. M Adriansyah
I. Identitas pasien
Tanggal masuk PKM : 22 Desember 2019
Waktu : 02.30 WIB
Nama : Ny.NK
Umur : 33 tahun
Jenis kelamin : Wanita
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jln. Rusa, ciputat
Agama : Islam
Status perkawinan : Menikah
II. Anamnesis
Keluhan Utama :
Pasien mengeluhkan nyeri pinggang menjalar ke perut.
Riwayat Haid
Menarche : usia 14 tahun
Silkus haid : 28 Ha ri
Lama Haid : 7 hari
Hari Pertama Haid Terakhir : 20 Maret 2019
Taksiran Persalinan : 27 desember 2019
Riwayat Perkawinan
Pasien menikah sebanyak 1 kali selama 9 tahun
Riwayat Obstetri
- Anak pertama : laki-laki lahir pada taggal 12 Juni 2011 dengan berat 3500 gr,
panjang 49 cm di tolong oleh dokter dengan bantuan induksi, selama hamil rutin
control sebanyak 5x dan tidak ada penyulit selama kehamilan
- Anak kedua : perempuan lahir pada tanggal 12 mei 2014 dengan berat 3300 gr,
panjang 47 cm, di tolong oleh bidan, selama hamil control sebanyak 3x dan tidak
ada penyulit pada saat hamil maupun melahirkan.
Riwayat ANC
Selama hamil pasien mengaku rutin control sebanyak 10xbaik di puskesmas maupun di
rumah sakit. Pasien mengaku sempat mengeluhkan keputihan disertai gatal pada bulan
ke 4, lalu setelah berobat ke dr. Sp.OG diberikan betadine bilas vagina keluhan
menghilang
IX. Penatalaksanaan
- Observasi ruang VK
jam 02.10 : pembukaan lengkap, Os dipimpin mengedan, dilakukan
amniotomi.
jam 02.15 : BBL jenis kelamin : perempuan dengan BB : 3400 gr, PB :
49 cm, APGAR SCORE : 9/10, plasenta lahir spontan, kesan lengkap.
Jam 02.30 : observasi kala IV.
- Bayi diberikan Vit. K dan salep mata.
- Medikamentosa ibu :
Paracematmol 3x1tab
Amoxicillin 3x1 tab
Vit. B compleks 2x1
Tablet FE 1x1
Domperidone 3x1
TINJAUAN PUSTAKA
Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin+uteri), yang dapat
hidup kedunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau dengan jalan lain.
Pembagian Partus Berdasarkan Cara Persalinan :
Partus biasa (Normal) disebut juga partus spontan, adalah proses lahirnya bayi pada
LBK dengan tenaga ibu sendiri tanpa bantuan alat-alat serta tidak melukai ibu dan
bayi yang umumnya berlangsung kurang dari 24 jam.
Partus Luar Biasa (Abnormal) adalah persalinan pervaginam dengan bantuan alat-alat
atau melalui dinding perut dengan operasi caesarea.
Kala 1 Persalinan
Tanda dan gejala impartu
Penipisan dan pembukaan serviks
Kontraksi uterus yang mengakibatkan perubahan serviks (frekuensi minimal 2 kali
dalam 10 menit)
Cairan lendir bercampur darah (“slow”) melalui vagina
Kala II Persalinan
Gejala dan tanda pada kala II persalinan adalah :
1. Ibu merasakan ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
2. Ibu merasakan adanya peningkatan tekanan pada rectum dan/atau vagina
3. Perineum menonjol
4. Vulva vagina dan sfingter ani membuka
5. Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah
Tanda pasti kala dua ditentukan melalui periksa dalam yang hasilnya :
Pembukaan serviks telah lengkap, atau
Terlihatnya bagian kepala bayi melalui introitus vagina
Terdapat lima aspek dasar yang penting dan saling terkait dalam asuhan persalinan
yang bersih dan aman. Aspek-aspek tersebut melekat pada setiap persalinan, baik normal
maupun patologis. Aspek tersebut adalah sebagai berikut :
Membuat Keputusan Klinik
Membuat keputusan klinik adalah proses pemecahan masalah yang akan digunakan
untuk merencanakan asuhan bagi ibu dan bayi baru lahir. Hal ini merupakan suatu
proses sistematik dalam mengumpulkan dan menganalisis informasi, membuat
diagnosis kerja, membuat rencana tindakan yang sesuai dengan diagnosis,
melaksanakan rencana tindakan dan akhirnya mengevaluasi hasil asuhan atau
tindakan yang telah diberikan kepada ibu dan/atau bayi baru lahir
Asuhan Sayang Ibu dan Sayang Bayi
Asuhan sayang ibu adalah asuhan dengan prinsip saling menghargai budaya,
kepercayaan dan keinginan san ibu. Salah satu prinsip dasar asuhan sayang ibu
adalah dengan mengikutsertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan
kelahiran bayi. Banyak hasil penelitian menunjukan bahwa jika para ibu
diperhatikan dan diberi dukungan selama persalinan dan asuhan yang akan mereka
terima, mereka akan mendapatkan rasa aman dan keluaran lebih baik. Atara lain,
juga disebutkan bahwa asuhan tersebut dapat mengurangi jumlah persalinan dengan
tindakan, seperti ektravasasi vakum, forceps, dan seksio sesarea.
Pencegahan Infeksi
Pencegahan infeksi adalah bagian esensial dari asuhan lengkap yang diberikan pada
ibu dan bayi baru lahir dan harus dilaksanakan secara rutin pada saat menolong
persalinan dan kelahiran, saat memberikan asuhan dasar selama kunjungan antenatal
atau pasca persalinan/bayi baru lahir atau saat menatalaksana penyulit.
Pencataan (Dokumentasi)
Catat semua asuhan yang telah diberikan kepada ibu dan/atau bayinya. Jika asuhan
tidak dicatat dapat dianggap bahwa tidak pernah dilakukan asuhan yang dimaksud.
Pencatatan adalah bagian penting dari proses dan kelahiran bayi. Mengkaji ulang
catatan memungkinkan untuk menganalisis data yang telah dikumpulkan dan dapat
lebih efektif dalam merumuskan suatu diagnosis serta membuat rencana asuhan atau
perawatan bagi ibu atau bayinya.
Rujukan
Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas kesehatan rujukan atau
yang memiliki saran lebih lengkap diharapkan mampu menyelamatkan jiwa para ibu
dan bayi baru lahir. Meskipun sebagian besar ibu menjalani persalinan normal,
sekitar 10-15% di antaranya akan mengalami masalah selama proses persalinan dan
kelahiran sehingga perlu dirujuk ke fasilitas kesehatan rujukan. Setiap tenaga
penolong harus mengetahui lokasi fasilitas rujukan terdekat yang mampu untuk
melayani kegawatdaruratan obsetrik dan bayi baru lahir, seperti :
- Pembedahaan
- Transfusi darah
- Persalinan menggunakan ekstraksi vakum atau forceps
- Antibiotic
- Resusitasi bayi baru lahir dan asuhan lanjutan bayi baru lahir
Dokumentasi
60. Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang)
RESUSITASI NEONATUS
Gambar 1. Transisi sistem pernapasan: cairan dalam alveolus digantikan oleh udara.1
Pemutusan tali pusar akan merangsang bayi melakukan tarikan napas pertamanya, dan
berhubungan dengan penurunan penurunan pO2, pH, dan peningkatan pCO2 akibat
pemutusan hubungan dengan sirkulasi umbilikal, perubahan suhu, serta adanya
rangsang taktil, audiovisual, dan proprioseptif. Tarikan napas pertama menghasilakna
tekanan neagits inspiratori yang tinggi, mencapai 70-110 cmH2O, untuk
mengambangkan paru serta mendorang sebagian besar cairan paru kedalam ruang
perivascular.
Pemutusan tali pusar akan memutuskan hubungan sirkulasi bayi dari sirkulasi
plasenta, yang mengakibatkan peningkatan tahanan pembuluh darah sistemik bayi
serta penurunan aliran darah yang melewati ductus venosus dan ductus arteiosus.
Duktus venosus akan menutup secara pasif dalam waktu 3-7 hari diikuti penurunan
aliran darah ke vena kava inferior. Serta peningkatan pO2 dalam darah disertai
Gambar 1.2. Perbedaan sirkulasi sebelum lahir (fetal) dan setelah lahir (neonatal).1
Gambar 2. Alur Resusitasi.1
B. PERSIAPAN RESUSITASI
Informasi yang perlu diketahui oleh tim resusitasi karena dapat memengaruhi manajemen
1
resusitasi adalah sebagai berikut:
1. Informasi mengenai ibu:
Riwayat kehamilan (kondisi kesehatan maupun pemakaian obat-obatan).
Riwayat kesehatan dan medikasi ibu.
Hasil pemeriksaan ultrasonografi antenatal.
Riwayat pemeriksaan kesehatan janin dalam kandungan.
Risiko infeksi ibu (misal: Streptococcus grup B).
2. Informasi mengenai janin yang akan dilahirkan.
Usia gestasi.
Perkiraan jumlah janin (tunggal, kembar).
Janin risiko tinggi dan kemungkinan memerlukan resusitasi.
Mekoneum pada cairan ketuban.
Variasi denyut jantung janin.
Kelainan kongenital janin.
resusitasi cairan
c Penolong Ketiga = asisten peralatan dan obat
o - Posisi: sisi kanan bayi (posisi ini tidak terlalu mengikat, dibolehkan bertukar
posisi antara penolong kedua dan ketiga, dengan catatan fungsi tidak tumpang
tindih)
o - Tanggung jawab: menyalakan tombol pencatat waktu, memasang monitor
saturasi, monitor suhu, menyiapkan peralatan suction, persiapan obat-obatan
dan alat-alat lainnya.
Gambar 3. Tim Resusitasi (1)Pimpinan, (2)Asisten Sirkulasi, (3)Asisten obat dan peralatan.
*=boleh bertukar posisi perlu. .1
C. PERSIAPAN RESUSITASI
1
Komponen utama yang wajib dinilai saat awal:
Pernapasan
Tonus otot
Laju denyut jantung.
Sedangkan komponen yang dinilai pada evaluasi lanjutan sepanjang resusitasi
berlangsung adalah laju denyut jantung bayi, pernapasan, tonus otot dan oksigenasi.
Evaluasi dan intervensi dalam resusitasi merupakan suatu proses yang dilakukan secara
serentak, hal ini lebih mudah diterapkan bila terdapat lebih dari satu penolong.1
a Pernapasan.
Pada bayi yang bernapas spontan, perlu dinilai ada atau tidaknya tanda distres
pernapasan. Retraksi atau tarikan ke dalam pada tulang iga dan sternum, merintih saat
ekspirasi merupakan tanda-tanda yang harus diwaspadai pada semua bayi. Hal di atas
menunjukkan kemungkinan bayi mengalami kesulitan mengembangkan paru- paru.
Bila terdapat gangguan pernapasan, bayi perlu diberikan tekanan positif berkelanjutan
pada jalan napas (continuous positive airway pressure/CPAP) atau ventilasi tekanan
positif. 1
Bayi dengan kondisi apnu atau dengan napas megap-megap perlu diberikan
ventilasi tekanan positif. Demikian juga pada bayi dengan napas spontan, sianosis
sentral, dan laju denyut jantung di atas 100 kali per menit yang telah mendapat terapi
oksigen aliran bebas namun tidak membaik. 1
Bayi prematur seringkali memiliki napas yang tidak teratur atau mengalami
periode apnu singkat berulang. Pada kondisi ini bila denyut jantung bayi di atas 100
kali per menit, bayi umumnya. membutuhkan stimulasi singkat untuk merangsang
pernapasannya. Bila setelah mendapat stimulasi bayi mengalami penurunan laju
denyut jantung (di bawah 100 kali per menit), tonus yang buruk, dan pola napasnya
menjadi semakin iregular/tidak adekuat, maka pada keadaan tersebut diperlukan
VTP.1
Bayi yang mengalami distres pernapasan dapat segera diberikan CPAP dini.
Apabila saat pemantauan bayi tersebut mengalami sesak yang memberat atau
pernapasan yang dangkal disertai penurunan laju denyut jantung, maka bayi
membutuhkan ventilasi tekanan positif. 1
b Tonus dan Responsterhadap stimulasi.
Tonus otot merupakan penilaian yang subyektif dan bergantung pada usia
gestasi bayi, namun cukup akurat dalam memerediksi kebutuhan resusitasi pada bayi.
Seorang bayi dengan tonus otot yang baik (menggerak-gerakkan tungkai dengan
postur sesuai usia gestasinya) umumnya tidak memerlukan resusitasi. Sebaliknya,
bayi dengan tonus otot lemah (tidak bergerak-gerak dan postur tubuh ekstensi)
seringkali membutuhkan resusitasi aktif. Sebagian besar bayi baru lahir akan langsung
menggerakkan keempat tungkainya, memulai upaya untuk bernapas dan denyut. 1
Jantungnya akan meningkat di atas 100 kali per menit segera setelah lahir.
Bayi dengan kondisi ini tidak membutuhkan bantuan resusitasi dan sebaiknya tidak
dipisahkan dari ibunya. Bila respons bayi tidak ada atau lemah, maka penolong dapat
melakukan stimulasi dengan cara mengeringkan bayi dengan handuk secara cepat
namun lembut. Menepuk pipi, memukul pantat,menggoyang, atau menggantung bayi
secara terbalik berpotensi bahaya dan tidak boleh dilakukan. Sepanjang resusitasi,
posisi bayi harus dijaga agar kepala dan leher tetap dalam posisi netral, terutama bila
tonus otot bayi lemah. 1
jantung yang paling baik.8-10 Sensor pulse oximetry sebaiknya dipasang terlebih
dahulu pada tangan atau pergelangan tangan kanan (preduktal) sebelum
disambungkan pada oximeter untuk memperoleh hasil yang lebih akurat. 1
Bila laju denyut jantung bayi terus menerus kurang dari 100 kali per menit,
maka ventilasi bantuan harus dilakukan. Apabila laju denyut jantung bayi tetap
kurang dari 60 kali per menit bahkan setelah diberikan ventilasi tekanan positif yang
adekuat, kompresi dada perlu diberikan. 1
d Oksigenasi
o Pulse Oximetry
Pulse oximetry dapat menampilkan laju denyut jantung janin secara
audiovisual sepanjang resusitasi sehingga para anggota tim dapat melakukan
tugasnya masing-masing dan memonitor kondisi bayi pada saat yang
bersamaan dan tidak perlu menghentikan tindakan resusitas.1
o Nilai Apgar
Metode objektif untuk menilai kondisi bayi baru lahir dan mudah diterapkan
pada berbagai kondisi fasilitas kesehatan, namun sebaiknya nilai Apgar
tidak digunakan untuk menentukan kebutuhan dan intervensi resusitasi
pada bayi baru lahir.1
e Memberikan Kehangatan
Kondisi hipotermia dapat meningkatkan konsumsi oksigen yang pada akhirnya
dapat mengganggu resusitasi yang efektif. Pastikan area resusitasi terjaga hangat
dengan suhu ruangan sekitar 25 hingga 26oC, meletakkan bayi di bawah radiant
warmer dalam beberapa menit pertama setelah lahir, dan menggunakan alas/ matras
penghangat tambahan bila perlu, terutama pada bayi-bayi kecil.15 Pasang probe suhu
pada bayi dan setel infant warmer pada mode operasional otomatis atau sistem Servo,
sehingga infant warmer akan menyesuaikan suhunya berdasarkan temperatur bayi
yang dinilai dari probe. sementara bagian tubuh sisanya terbungkus plastik dan tidak
dikeringkan sebelumnya. Pada bayi dengan berat di bawah 1000 gram disarankan
untuk membungkus bayi dengan matras penghanghat.1
Penelitian oleh Carroll dkk. pada tahun 2010 menunjukkan bahwa penggunaan
plastik polietilen pada resusitasi neonatus dengan berat lahir sangat rendah (BBLSR)
berhasil meningkatkan suhu tubuh pada satu jam pertama kehidupan, dan menurunkan
kemungkinan periventrikular leukomalasia dibandingkan bayi yang diresusitasi
dengan metode penghangatan tradisional.1
Gambar 4. Beberapa contoh posisi bayi. Posisi ini menunjukan posisi yang baik untuk
membuka jalan secara optimal, yaitu setengah ekstensi.
Gambar 5. Proses
Bagan 1. Langkah – Langkag Resusitasi.1
Resusitasi pada kondisi khusus
A. bayi prematur
1. Proteksi Kulit dan Cara Memegang
Bayi baru lahir yang sangat prematur khususnya < 28 minggu mempunyai risiko
cedera kulit dan organ dalam yang cukup besar, sehingga perlu ditangani dengan lemah
lembut dan hatihati. Bila penolong hendak memasang jalur vaskular, gunakan larutan
antiseptik seperlunya. Larutan yang mengandung alkohol dapat merusak kulit bayi yang
sangat prematur. Bila diperlukan pemasangan kateter umbilikal emergensi, oleskan antiseptik
pada tali pusat dan sedikit kulit di sekitarnya. Penggunaan cairan antiseptik yang berlebihan
akan mengalir ke daerah selangkangan dan paha, sehingga setelah prosedur selesai jangan
lupa membilas dengan aquabidest atau larutan NaCl 0,9% untuk mencegah terjadinya luka
bakar di kulit.
2. bantuan pernafasan
Bayi sangat prematur rentan mengalami displasia bronkopulmonar atau penyakit paru
kronis sebagai dampak/komplikasi dari tindakan intubasi dan penggunaan ventilasi mekanik
> 72 jam. Berbagai tindakan non invasif dalam upaya mencegah displasia bronkopulmonar
yaitu: ventilasi tekanan positif menggunakan balon mengembang sendiri yang dilengkapi
dengan katup PEEP; sustained inflation (ventilasi tekanan positif menggunakan T-piece
resuscitator, waktu inspirasi diperpanjang antara 10-30 detik); dan penggunaan CPAP dini di
ruang bersalin. Ketiga cara tersebut di atas telah terbukti lebih baik dalam mencegah displasia
bronkopulmonar dibandingkan dengan ventilasi tekanan positif dengan balon mengembang
sendiri tanpa PEEP melalui sungkup wajah.
Apabila bayi prematur gagal mempertahankan saturasi oksigen 88-92% walaupun
sudah mendapat terapi CPAP dini hingga mencapai PEEP 8 cm H2 O dan fraksi oksigen
40%, maka surfaktan dianjurkan untuk diberikan di kamar bersalin (surfaktan rescue).
Intubasi endotrakeal masih merupakan standar baku dalam pemberian surfaktan. Terapi
surfaktan profilaksis diberikan pada bayi prematur dengan usia gestasi di bawah 28 minggu
tanpa gejala distres napas dengan mempertimbangkan tersedianya penolong resusitasi yang
kompeten, alat monitor, dan surfaktan.
3. Oksigen
Bayi prematur memiliki risiko lebih besar untuk mengalami cedera hiperoksia
dibandingkan bayi cukup bulan. Pada saat melakukan resusitasi bayi sangat prematur,
dianjurkan untuk tidak menggunakan oksigen 100%, melainkan campuran udara dan oksigen
lalu melakukan titrasi fraksi oksigen. Bayi prematur membutuhkan waktu lebih lama untuk
mencapai saturasi oksigen 90% dibanding bayi cukup bulan, sehingga pemberian fraksi
oksigen saat resusitasi perlu dimonitor dengan pulse oxymetry.
4. Tatalaksana Suhu
Bayi prematur berisiko mengalami hipotermia, oleh karena itu semua bayi dengan
usia gestasi di bawah 28 minggu atau berat badan di bawah 1500 gram harus dibungkus
dengan plastik polietilen segera setelah lahir. Bayi tidak boleh dikeringkan sebelum
dibungkus dengan plastik.
D. Pneumothoraks Tension
Pneumotoraks adalah akumulasi udara di rongga pleura hingga menyebabkan kolaps
paru sebagian atau total pada sisi yang terkena. Retraksi dada, takipnu, penurunan suara
napas unilateral, penurunan gerakan salah satu sisi dinding dada,dan penonjolan dinding dada
pada satu sisi, yang terjadi setelah resusitasi merupakan petunjuk adanya pneumotoraks.
Standar baku dalam mendiagnosis pneumotoraks adalah radiografi dada, namun
pneumotoraks tension memerlukan tatalaksana darurat sehingga tidak cukup waktu untuk
melakukan pemeriksaan ini. Pemeriksaan lain yang dapat dilakukan adalah transiluminasi
yang cukup sensitif pada bayi kecil, namun pada bayi cukup bulan dapat menjadi negatif
palsu.
Drainase pneumotoraks atau aspirasi jarum pneumotoraks adalah tindakan
memasukkan jarum ke dalam rongga pleura yang dihubungkan dengan three-way, kateter
intravena/wing needle dan spuit untuk mengeluarkan udara yang terjebak di dalam rongga
pleura.
Alat-alat yang harus dipersiapkan adalah:
- Kateter intravena ukuran 18-21 atau wing needle ukuran 21, disesuaikan dengan besar
kecilnya bayi
- Spuit 10 dan 50 cc
- Three-way
- Cairan antiseptik
- Sarung tangan steril
F. perdarahan pervaginam
Bayi baru lahir dengan perdarahan umumnya tampak sangat pucat walaupun laju
denyut jantung sudah kembali normal. Kondisi ini dapat menyebabkan kesulitan dalam
resusitasi. Seperti yang telah dijelaskan pada bagian Drugs, cairan kristaloid isotonik (NaCl
0,9%) dapat digunakan sebagai pilihan pertama resusitasi cairan. Pada kondisi hipovolemia
yang diakibatkan perdarahan, transfusi darah merupakan pilihan berikutnya dalam resusitasi
cairan.
Setelah pemasangan sungkup laring, cek ketepatan posisi dengan melihat tanda-tanda berikut
ini:
- Pergerakan dinding dada seiring inflasi
- Laju denyut jantung meningkat di atas 100 kali per menit
- Meningkatnya oksigenasi (oksimetri lebih akurat dibandingkan penilaian visual)
Beberapa tanda lainnya untuk mengkonfirmasi letak sungkup laring yang tepat adalah:
- Perubahan warna yang tampak dengan detektor end-tidal CO2 (metode paling reliabel
pada bayi baru lahir yang memiliki sirkulasi spontan) Negatif palsu dapat terjadi pada
bayi dengan aliran darah pulmoner yang sangat rendah atau tidak ada
- Mendengar suara napas yang simetris di dada bagian atas dengan menggunakankan
stetoskop. Pada beberapa kondisi (contoh: pneumotoraks, hernia diafragmatika) dapat
terdengar asimetris meskipun posisi pipa sudah optimal.
PENOLAKAN RESUSITASI
Beberapa literatur menyebutkan bahwa pada kondisi tertentu tenaga medis dan/atau keluarga
dapat menolak tindakan resusitasi. Kondisi tersebut antara lain:
- Anensefali
- Bayi prematur ekstrim dengan kemungkinan hidup kecil
- Pada bayi dengan kelainan kongenital mayor
- Pada bayi sakit berat dengan prognosis jangka panjang sangat buruk
Perlu diperhatikan bahwa perintah penolakan tindakan seperti Do Not Resuscitate (DNR)
harus didokumentasikan secara tertulis dalam rekam medis dan ditandatangani oleh keluarga
pasien di dalam rekam medis
Lapisan otot polos uterus di sebeiah dalam berbentuk sirkular dan di sebelah luar
berbentuk longitudinal. Di antara kedua lapisan itu terdapar lapisan otot oblik, berbentuk
anyam n. Lapisan ini paling penting dalam persalinan oleh karena sesudah plasenta lahir,
otot lapisan ini berkontraksi kuat dan menjepit pembuluh-pembuluh darah yang terbuka
di tempat itu, sehingga perdarahan berhenti. Uterus sebenarnya terapung-apung dalam
rongga pelvis, tetapi terfiksasi dengan baik oleh jaringan ikat dan ligamenta yang
menyokongnya. Ligamenta yang memfiksasi uterus adalah sebagai berikut.
1. Ligamentum kardinal (Mackenrodt) kiri dan kanan, yakni ligamentum yang
terpenting yang mencegah uterus tidak turun. Terdiri atas jaringan ikat tebal yang
berjalan dari serviks dan puncak vagina ke arah lateral dinding pelvis. Di
dalamnya ditemukan banyak pembuluh darah, anrara lain vena dan arteria uterina.
2. Ligamentum sakro-uterina kiri dan kanan, yakni ligamenrum yang menahan
uterus supaya tidak banyak bergerak. Berjalan dari serviks bagian belakang kiri
dan kanan, ke arah os sakrum kiri dan kanan.
3. Ligamentum rotundum kiri dan kanan, yakni ligamentum yang menahan uterus
dalam antefleksi. Berjalan dari sudut fundus uteri kiri dan kanan, ke daerah
inguinal kiri dan kanan. Pada kehamilan kadang-kadang terasa sakit di daerah
inguinal waktu berdiri cepat, karena uterus berkontraksi kuat dan ligamentum
rotundum menjadi kencang serta mengadakan tarikan pada daerah inguinal. Pada
persalinan pun teraba kencang dan terasa sakit bila dipegang.
4. Ligamentum latum kiri dan kanan, yakni ligamenrum yang meliputi tuba. Berjalan
dari uterus ke arah lateral. Tidak banyak mengandung jaringan ikat. Sebenarnya
ligamentum ini adalah bagian peritoneum viserale yang meliputi uterus dan kedua.
5. Ligamentum infundibulo-pelvikum kiri dan kanan, yakni ligamentum yang
menahan tuba Falloppii. Berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis. Di
dalamnya ditemukan urat-urat saraf, saluran-saluran limfe, arteria dan vena
ovarika.
Di samping ligamenta tersebut di atas ditemukan pada sudut kiri dan kanan belakang
fundus uteri ligamentum ovarii proprium kiri dan kanan yang menahan ovarium. Ligamentum
ovarii proprium ini embriologis berasal dari gubernakulum. Jadi, sebenarnya berasal sepefti
ligamentum rotundum yang juga embriologis berasal dari gubernakulum.
Ismus adalah bagian uterus antara serviks dan kolpus uteri, diliputi oleh peritoneum
viserale yang mudah sekali digeser dari dasarnya atau digerakkan di daerah plika
vesikouterina. Di tempat yang longgar inilah dinding uterus dibuka jika melakukan seksio
sesarea transperitonealis profunda. Dinding belakang uterus seluruhnya diliputi oleh
peritoneum viserale yang di bagian bawah membentuk suatu kantong yang disebut kavum
Douglasi. Dalam klinik rongga ini mempunyai arti penting. Kavum Douglasi akan menonjol
jika terdapat cairan (darah atau asites) atau tumor di situ. Uterus diberi darah oleh arteria
Uterina kiri dan kanan yang terdiri atas ramus asendens dan ramus desendens. Pembuluh
darah ini berasal dari arteria Iliaka Interna (disebut juga arteria Hipogastrika) yang melalui
dasar ligamentum latum masuk ke dalam uterus di daerah serviks kira-kira 1,5 cm di atas
forniks lateralis vagina.
Kadang-kadang dalam persalinan terjadi perdarahan banyak oleh karena robekan
serviks ke lateral sampai mengenai cabang-cabang arteria Uterina. Robekan ini disebabkan
anrara lain oleh pimpinan persalinan yang salah, persalinan dengan alat misalnya ekstraksi
dengan cunam yang dilakukan kurang cermat dan sebagainya. Dalam hal ini penjahiran
robekan serviks harus dilakukan dengan hati-hati. Kadang-kadang disangka robekan sudah
dijahit dengan baik oleh karena tidak tampak adanya perdarahan lagi, padahal, perdarahan
tetap berlangsung terus ke dalam parametrium. Timbulah hematoma di parametrium yang
sukar didiagnosis dan dapat mengakibatkan ibu yang baru bersalin jatuh dalam syok. Jika
hematoma dalam parametrium tidak dipikirkan, perempuan itu mungkin tidak tertolong lagi.
Kita harus berhati-hati pula jangan sampai ureter yang dekat di daerah tersebut ikut terjahit,
sehingga terjadi anuria disusul oleh uremia dan berakhir dengan kematian penderita.
Pembuluh darah lain yang memberi pula darah ke uterus adalah aneria Ovarika kiri
dan kanan. Arteria ini berjalan dari lateral dinding pelvis, melalui ligamentum infundibulo-
pelvikum mengikuti tuba Falloppii, beranastomosis dengan ramus asendens arteria uterina di
sebelah lateral, kanan dan kiri uterus. Bersama-sama dengan arteriarteri tersebut di atas
terdapat vena-vena yang kembali melalui pleksus vena ke vena Hipogastrikalo.
Getah bening yaog berasal dari serviks akan mengalir ke daerah obturatorial dan
inguinal, selanjutnya ke daerah vasa iliaka. Dari korpus uteri saluran getah bening akan
menuju ke daerah paraaorta atau paravertebra dalam. Kelenjar-kelenjar getah bening penting
artinya dalam operasi karsinoma.
Inervasi utenrs terutama terdiri atas sistem saraf simpatetik dan untuk sebagian terdiri
atas sistem parasimpatetik dan serebrospinal. Sistem parasimpatetik berada di dalam panggul
di sebelah kiri dan kanan os sakrum, berasal dari saraf sakral 2, 3, dan 4, yang selanjutnya
memasuki pleksus Frankenheuser. Sistem simpatetik masuk ke rongga panggul sebagai
pleksus hipogastrikus melalui bifurkasio aorta dan promontorium terus ke bawah menuju ke
pleksus Frankenhduser. Pleksus ini terdiri ams gangiion-ganglion berukuran besar dan kecil
yang terletak terutama pada dasar ligamentum sakrouterina. Serabut-serabut saraf tersebut di
atas memberi inervasi pada miometrium dan endometrium. Kedua sistem simpatetik dan
parasimpatetik mengandung unsur motorik dan sensorik. Kedua sistem bekerja antagonistik.
Saraf simpatetik menimbulkan kontraksi dan vasokonstriksi, sedangkan yang parasimpatetik
sebaliknya, yaitu mencegah kontraksi dan menimbulkan vasodilatasi.
Saraf yang berasal dari torakal 11 dan 12 mengandung saraf sensorik dari uterus dan
meneruskan perasaan sakit dari uterus ke pusat saraf (serebrum). Saraf sensorik dari serviks
dan bagian atas vagina melalui saraf sakral 2,3, dan 4, sedangkan yang dari bagian bawah
vagina melalui nervus pudendus dan nervus ileoinguinalis.
Tuba Falloppii
Tuba Falloppii terdiri atas (1) pars interstisialis, yaitu bagian yang terdapat di dinding utems;
(2) pars ismika, merupakan bagian medial tuba yang sempit seluruhnya; (3) pars ampullaris,
yaitu bagian yang berbentuk sebagai saluran agak lebar, tempar konsepsi terjadi; dan (4)
infundibulum, yaitu bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan mempunyai
fimbria2'3,5. Fimbria penting artinya bagi tuba untuk menangkap telur dan selanjutnya
menyalurkan telur ke dalam tuba. Bentuk infundibulum sepert; dnemon (seienis binatang
laut). Bagian luar tuba diliputi oleh peritoneum viserale yang merupakan bagian dari
Iigamentum latum. Otot dinding tuba terdiri atas (dari luar ke dalam) otot longitudinal dan
otot sirkular. Lebih ke dalam lagi didapatkan selaput yang berlipat-lipat dengan sel-sel yang
bersekresi dan bersilia yang khas, berfungsi untuk menyalurkan telur atau hasil konsepsi ke
arah kavum uteri dengan arus yang ditimbulkan oleh getaran rambut getar tersebut.
Folikel de Graaf yang matang terdiri atas (1) orum, yakni suatu sel besar dengan diameter
0,1 mm yang mempunyai nukleus dengan anyaman kromatin yang jelas sekali dan satu
nukleolus pula; (2) stratum granulosum, yang terdiri atas sel-sel granulosa, yakni sel-sel bulat
kecil dengan inti yang jelas pada pewarnaan dan mengelilingi ovum; pada perkembangan
lebih lanjut di tengahnya terdapat suatu rongga terisi likuor follikuli; (3) teka interna, suatu
lapisan yang melingkari stratum granulosum dengan sel-sel lebih kecil daripada sel
granulosa; dan (4) teka eksterna, di luar teka interna yang terbentuk oleh stroma ovarium
yang terdesak.
Pada owlasi folikel yang matang yang mendekati permukaan ovarium pecah dan
melepaskan or.um ke rongga perut. Sel-sel granuiosa yang melekat pada ovum dan yang
membentuk korona radiata bersama-sama ovum ikut dilepas. Sebelum dilepas, ovum mulai
mengalami pematangan dalam 2 tahap sebagai persiapan untuk dapat dibuahi.
Setelah ovulasi, sel-sel stratum granulosum di ovarium mulai berproliferasi dan masuk ke
ruangan bekas tempat ol'um dan likuor follikuli. Demikian pula jaringan ikat dan pembuluh-
pembuluh darah kecil yang ada di situ. Biasanya timbul perdarahan sedikit, yang
menyebabkan bekas folikel berwarna merah dan diberi nama korpus rubrum. Umur korpus
rubrum ini hanya sebenrar. Di dalam sel-selnya timbul pigmen kuning dan korpus rubrum
menjadi korpus luteum. Sel-selnya membesar dan mengandung lutein dengan banyak kapilar
dan jaringan ikat di antararrya. Di tengah-tengah masih terdapat bekas perdarahan. Jika tidak
ada pembuahan ovum, sel-sel yang besar serta mengandung lutein mengecil dan menjadi
atrofik, sedangkan jaringan ikatnya bertam bah. Korpus luteum lambat laun menjadi korpus
albikans. Jika pembuahan terjadi, korpus luteum tetap ada, malahan menjadi lebih besar,
sehingga mempunyai diameter 2,5 cm pada kehamilan 4 bulan.
Anatomi Panggul
Pada setiap persalinan harus diperhatikan 3 faktor penting, yaitu jalan lahir, janin
dan kekuatan yang ada pada ibu. Jalan lahir dibagi atas bagian tulang dan bagian lunak.
Bagian tulang terdiri dari tulang-tulang panggul dengan sendi-sendinya (artikulasio),
sedangkan bagian lunak terdiri atas otot-otot, jaringan-jaringan dan ligamen-ligamen.
Tulang-tulang panggul terdiri atas 1) os koksa (disebut juga tulang innominata)
yang terdiri atas os ilium, os iskium, dan os pubis, 2) os sacrum, dan 3) os koksigeus.
Tulang-tulang ini satu dengan yang lainnya berhubungan. Di depan terdapat hubungan
antara kedua os pubis kanan dan kiri yang disebut simfisis. Di belakang terdapat
artikulasio sakro iliaka yang menghubungkan os sakrum dengan os ilium. Diluar
kehamilan artikulasio ini hanya memungkinkan bergeser sedikit, tetapi pada kehamilan
dan waktu persalinan dapat bergeser lebih jauh dan lebih longgar, misalnya ujung os
koksigeus dapat bergerak ke belakang sampai sejauh lebih kurang 2,5 cm.
A
O
Secara fungsional panggul terdiri dari 2 bagian yang disebut pelvis mayor dan
pelvis minor. Pelvis mayor adalah bagian pelvis yang terletak di atas linea terminalis,
disebut pula false pelvis. Bagian yang terletak di bawah linea terminalis disebut pelvis
minor atau true pelvis.
Bentuk pelvis minor ini menyerupai suatu saluran yang mempunyai sumbu
melengkung ke depan (sumbu carus). Sumbu ini secara klasik adalah garis yang
menghubungkan titik persekutuan antara diameter transversa dan konjugata vera pada
pintu atas panggul dengan titik-titik sejenis di Hodge II, III dan IV. Sampai dekat hodge
III sumbu itu lurus, sejajar dengan sacrum untuk selanjutnya melengkung ke depan,
sesuai dengan lengkungan sacrum.
Bidang Hodge, yaitu bidang yang digunakan untuk menentukan seberapa jauh
bagian depan janin turun ke dalam rongga pelvis (gambar 2.4.). Bidang Hodge terdiri dari
4 bagian, yaitu:
1. Hodge I, merupakan bidang datar yang melalui bagian atas simfisis dan
promontorium. Bidang ini sama dengan pintu atas pelvis.
2. Hodge II, yaitu bidang yang sejajar dengan Hodge I dan terletak setinggi
bagian bawah simpisis pubis.
3. Hodge III , yaitu bidang yang sejajar dengan Hodge II dan terletak setinggi
spina ischiadicae.
4. Hodge IV, yaitu bidang yang sejajar dengan Hodge III melalui ujung os
coccygeus.
Bidang atas saluran ini normal berbentuk hampir bulat, disebut pintu atas panggul
(pelvic inlet). Bidang bawah saluran ini tidak merupakan suatu bidang seperti pintu atas
panggul, akan tetapi terdiri atas dua bidang, disebut pintu bawah panggul (pelvic outlet).
Diantara kedua pintu ini terdapat ruang panggul (pelvic cavity). Ruang panggul
mempunyai ukuran yang paling luas dibawah pintu atas panggul, akan tetapi menyempit
di panggul tengah, untuk kemudian menjadi luas lagi sedikit. Penyempitan di panggul
tengah ini disebabkan oleh adanya spina iskiadika yang kadang-kadang menonjol ke
dalam ruang panggul.
Dalam obstetri dikenal 4 jenis panggul (pembagian Cadwell dan Molloy 1933)
yang mempunyai ciri-ciri pintu atas panggul sebagai berikut :
1. Jenis ginekoid
Panggul paling baik untuk wanita, bentuk pintu atas panggul hampir mirip
lingkaran.Diameter anteroposterior kira-kira sama dengan diameter transversa.
Jenis ini ditemukan pada 45% wanita. Merupakan jenis panggul tipikal wanita
(female type).
2. Jenis antropoid
Bentuk pintu atas panggul seperti ellips membujur anteroposterior. Diameter
anteroposterior lebih besar dari diameter transversa. Jenis ini ditemukan pada
35% wanita.
3. Jenis android
Bentuk pintu atas panggul hampir segitiga. Diameter transversal terbesar
terletak di posterior dekat sakrum. Dinding samping panggul membentuk sudut
yang makin sempit ke arah bawah. Jenis ini ditemukan pada 15% wanita.
Merupakan jenis panggul tipikal pria (male type).
4. Jenis platipelloid
Sebenarnya jenis ini adalah jenis ginekoid yang menyempit pada arah muka
belakang. Diameter transversa jauh lebih lebar dari diameter anteroposterior.
Jenis ini ditemukan pada 5% wanita. Tidak jarang dijumpai kombinasi keempat
jenis klasik ini. Di sinilah letak kegunaan pelvimetri radiologis, untuk
mengetahui jenis, bentuk dan ukuran-ukuran pelvis secara tepat.
Uterus
Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan melindungi hasil
konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai persalinan. Uterus mempunyai kemampuan yang
luar biasa untuk bertambah besar dengan cepat selama kehamilan dan pulih kembali seperti
keadaan semula dalam beberapa minggu setelah persalinan. Pada perempuan tidak hamil
uterus mempunyai berat 70 g dan kapasitas 10 ml atau kurang. Selama kehamilan, uterus
akan berubah menjadi suatu organ yang mampu menampung janin, plasenta, dan cairan
amnion rata-rata pada akhir kehamilan volume totalnya mencapai 5 l bahkan dapat mencapai
20 l atau lebih dengan berat rara-rata 1100 g.
Pembesaran uterus meliputi peregangan dan penebalan sel-sel otot, sementara
produksi miosit yang baru sangat terbatas. Bersamaan dengan hal itu terjadi akumulasi
jaringan ikat dan elastik, terutama pada lapisan otot luar. Kerja sama tersebut akan
meningkatkan kekuatan dinding uterus. Daerah kolpus pada bulan-bulan pertama akan
menebal, tetapi seiring dengan bertambahnya usia kehamilan akan menipis. Pada akhir
kehamilan ketebalannya hanya berkisar 1,5 cm bahkan kurang.
Pada awal kehamilan penebalan uterus distimulasi terutama oleh hormon estrogen dan
sedikit oleh progesteron. Hal ini dapat dilihat dengan perubahan uterus pada awal kehamilan
mirip dengan kehamilan ektopik. Akan tetapi, setelah kehamilan 12 minggu lebih
penambahan ukuran uterus didominasi oleh desakan dari hasil konsepsi. Pada awal kehamilan
tuba fallopii, ovarium, dan ligamentum rotundum berada sedikit di bawah apeks fundus,
sementara pada akhir kehamilan akan berada sedikit di atas pertengahan uterus. Posisi
plasenta juga mempengaruhi penebalan sel-sel otot uterus, di mana bagian uterus yang
mengelilingi tempat implantasi plasenta akan bertambah besar lebih cepat dibandingkan
bagian lainnya sehingga akan menyebabkan uterus tidak rata. Fenomena ini dikenal dengan
tanda Piscaseck.
Pada minggu-minggu pertama kehamilan uterus masih seperti bentuk aslinya seperti
buah avokad. Seiring dengan perkembangan kehamilannya, daerah fundus dan korpus akan
membulat dan akan menjadi bentuk sferis pada usia kehamilan 12 minggu. Panjang uterus
akan benambah lebih cepat dibandingkan lebarnya sehingga akan berbentuk oval. Ismus uteri
pada minggu pertama mengadakan hipertrofi seperti korpus uteri yang mengakibatkan ismus
menjadi lebih panjang dan lunak yang dikenal dengan tanda Hegar.
Pada akhir kehamilan 12 minggu uterus akan terlalu besar dalam rongga pelvis dan
seiring perkembangannya, uterus akan menyentuh dinding abdominal, mendorong usus ke
samping dan ke atas, terus tumbuh hingga hampir menyentuh hati. Pada saat pertumbuhan
uterus akan berotasi ke arah kanan, dekstrorotasi ini disebabkan oleh adanya rektosigmoid di
daerah kiri pelvis. Pada triwulan akhir ismus akan berkembang menjadi segmen bawah
uterus. Pada akhir kehamilan otot-otot uterus bagian atas akan berkontraksi sehingga segmen
bawah uterus akan melebar dan menipis. Batas antara segmen atas yang tebal dan segmen
bawah yang tipis disebut dengan lingkaran retraksi fisiologis.
Sejak trimester pertama kehamilan uterus akan mengalami kontraksi yang tidak
teratur dan umumnya tidak disertai nyeri. Pada trimester kedua kontraksi ini dapat dideteksi
dengan pemeriksaan bimanual. Fenomena ini pertama kali diperkenalkan oleh Braxton Hicks
pada tahun 1872 sehingga disebut dengan kontraksi Braxton Hicks. Kontraksi ini muncul
tiba-tiba dan sporadik, intensitasnya bervariasi antara 5 – 25 mmHg. Sampai bulan terakhir
kehamilan biasanya kontraksi ini sangat jarang dan meningkat pada satu atau dua minggu
sebelum persalinan. Hal ini erat kaitannya dengan meningkatnya jumlah reseptor oksitosin
dan gap junction di antara sel-sel miometrium. Pada saat ini kontraksi akan terjadi setiap 10 -
20 menit, dan pada akhir kehamilan kontraksi ini akan menyebabkan rasa tidak nyaman dan
dianggap sebagai persalinan palsu.
Serviks
Satu bulan setelah konsepsi serviks akan menjadi lebih lunak dan kebiruan. Perubahan
ini terjadi akibat penambahan vaskularisasi dan terjadinya edema pada seluruh serviks,
bersamaan dengan terjadinya hipertrofi dan hiperplasia pada kelenjar-kelenjar serviks.
Berbeda kontras dengan korpus, serviks hanya memiliki 10 – 15% otot polos. Juga ditemukan
fibronektin dan elastin di antara serabut kolagen. Rasio tertinggi elastin terhadap kolagen
terdapat di ostium interna. Baik elastin maupun otot polos semakin menurun jumlahnya mulai
dari ostium interna ke ostium eksterna.
Serviks manusia merupakan organ yang kompleks dan heterogen yang mengalami
perubahan yang luar biasa selama kehamilan dan persalinan. Bersifat seperti katup yang
bertanggung jawab menjaga janin di dalam uterus sampai akhir kehamilan dan selama
persalinan.
Pada perempuan yang tidak hamil berkas kolagen pada serviks terbungkus rapat dan
tidak beraturan. Selama kehamilan, kolagen secara aktif disintesis dan secara terus menerus
di remodel oleh kolagenase, yang disekresi oleh sel-sel serviks dan neutrofil. Kolagen
didegradasi oleh kolagenase intraselular yang menyingkirkan struktur prokolagen yang tidak
sempurna untuk mencegah pembentukan kolagen yang lemah, dan kolagenase ekstraselular
yang secara lambat akan melemahkan matriks kolagen agar persalinan dapat berlangsung.
Pada akhir trimester pertama kehamilan, berkas kolagen menjadi kurang kuat
terbungkus. Hal ini terjadi akibat penurunan konsentrasi kolagen secara keseluruhan. Dengan
sel-sel otot polos dan jaringan elastis, serabut kolagen bersatu dengan arah paralel terhadap
sesamanya sehingga serviks menjadi lunak dibanding kondisi tidak hamil, tetapi tetap mampu
mempertahankan kehamilan.
Pada saat kehamilan mendekati aterm, terjadi penurunan lebih lanjut dari konsentrasi
kolagen. Konsentrasinya menurun secara nyata dari keadaan yang relatif dilusi dalam
keadaan menyebar (dispersi) dan rcr-remodel meniadi serat. Dispersi meningkat oleh
peningkatan rasio dekorin terhadap kolagen.
Proses remodelling sangat kompleks dan melibatkan proses kaskade biokimia,
interaksi antara komponen selular dan matriks ekstraselular, serta infiltrasi stroma serviks
oleh sel-sel inflamasi seperti netrofil dan makrofag. Proses remodelling ini berfungsi agar
uterus dapat mempenahankan kehamilan sampai aterm dan kemudian proses destruksi serviks
yang membuatnya berdilatasi memfasilitasi persalinan.
Proses perbaikan serviks terjadi setelah persalinan sehingga siklus kehamilan yang
berikutnya akan berulang. Waktu yang tidak tepat bagi perubahan kompleks ini akan
mengakibatkan persalinan preterm, penundaan persalinan menjadi postterm dan bahkan
gangguan persalinan spontan.
Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan pematangan folikel baru juga
ditunda. Hanya satu korpus luteum yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel ini akan
berfungsi maksimal selama 6 - 7 minggu awal kehamilan dan setelah itu akan berperan
sebagai penghasil progesteron dalam jumlah yang relatif minimal.
Relaksin, suatu hormon protein yang mempunyai struktur mirip dengan insulin dan
insulin like growth factor I & II, disekresikan oleh korpus luteum, desidua, plasenta, dan hati.
Aksi biologi utamanya adalah dalam proses remodelling jaringan ikat pada saluran
reproduksi, yang kemudian akan mengakomodasi kehamilan dan keberhasilan proses
persalinan. Perannya belum diketahui secara menyeluruh, tetapi diketahui mempunyai efek
pada perubahan struktur biokimia serviks dan kontraksi miometrium yang akan berimplikasi
pada kehamilan preterm.
Kulit
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna menjadi kemerahan, kusam,
dan kadang-kadang juga akan mengenai daerah payudara dan paha. Perubahan ini dikenal
dengan nama stiae gravidarum. Pada multipara selain striae kemerahan itu seringkali
ditemukan garis berwarna perak berkilau yang merupakan sikatrik dari striae sebelumnya.
Pada banyak perempuan kulit di garis penengahan perutnya (linea alba) akan berubah
menjadi hitam kecokelatan yang disebut dengan linea nigra. Kadang-kadang akan muncul
dalam ukuran yang bervariasi pada wajah dan leher yang disebut dengan chloasma atau
melasma gravidarum. Selain itu, pada areola dan daerah genital juga akan terlihat pigmentasi
yang berlebihan. Pigmentasi yang berlebihan itu biasanya akan hilang atau sangat jauh
berkurang setelah persalinan. Kontrasepsi oral juga bisa menyebabkan terjadinya
hiperpigmentasi yang sama. Perubahan ini dihasilkan dari cadangan melanin pada daerah
epidermal dan dermal yang penyebab pastinya belum diketahui. Adanya peningkatan kadar
serum melanocyte stimulating bormone pada akhir bulan kedua masih sangat diragukan
sebagai penyebabnya. Estrogen dan progesteron diketahui mempunyai peran dalam
melanogenesis dan diduga bisa menjadi faktor pendorongnya.
Payudara
Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya menjadi lebih lunak.
Setelah bulan kedua payudara akan bertambah ukurannya dan vena-vena di bawah kulit akan
lebih terlihat. Puting payudara akan lebih besar, kehitaman, dan tegak. Setelah bulan pertama
suatu cairan berwarna kekuningan yang disebut kolustrum dapat keluar. Kolustrum ini
berasal dari kelenjar-kelenjar asinus yang mulai bersekresi. Meskipun dapat dikeiuarkan, air
susu belum dapat diproduksi karena hormon prolaktin ditekan oleh prokain inbibiting
hormone. Setelah persalinan kadar progesteron dan estrogen akan menurun sehingga
pengaruh inhibisi progesteron terhadap α-laktalbulmin akan hilang. Peningkatan prolaktin
akan merangsang sintesis laktose dan pada akhirnya akan meningkatkan produksi air susu.
Pada bulan yang sama areola akan lebih besar dan kehitaman. Kelenjar Montgomery, yaitu
kelenjar sebasea dari areola, akan membesar dan cenderung untuk menonjol keluar. Jika
payudara makin membesar, striae seperti yang terlihat pada perut akan muncul.
Referensi:
1. Prawiharjo, Sarwono. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka.
2. Rohsiswatmo, R. Rundjan, L. 2014. Resusitasi Neonatus. Jakarta: UKK Neonatologi
Ikatan Dokter Anak Indonesia.