Anda di halaman 1dari 5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Infeksi soil transmitted helminth (STH) oleh Ascaris lumbricoides, hookworm Commented [CE1]: Bahasa latin di tulis dengan hurup italic

(Ancylostoma duodenale, Necator americanus) dan Trichuris trichiura merupakan penyebab


kecacingan tersering pada anak melalui kontaminasi dengan telur mengandung larva yang
mengendap di tanah. Penularannya sering didapati pada daerah subur di negara tropis atau
sub-tropis termasuk di Indonesia. (Bethony J dkk, 2006 ; Soedarmo SSP dkk, 2010)

Dari kelompok ini, Trichuris trichiura (whipworm) merupakan salah satu dari
nematoda STH yang banyak menginfeksi manusia terutama pada anak, usia terbanyak
antara 5 sampai 15 tahun (Dewayani BS,dkk 2004 ; Henderson RH, 1996)

Berdasarkan data dari badan kesehatan dunia WHO (World Health Organization)
mengatakan bahwa kejadian penyakit kecacingan di dunia masih tinggi yaitu lebih dari 1
milyar penduduk dunia terinfeksi dengan cacing Ascaris lumbricoides, 795 juta orang
terinfeksi cacing Trichuris trichiura dan 740 juta orang terinfeksi cacing tambang
(Ancylostoma spp, Necator americanus) (WHO, 1996).

Penyakit cacingan tersebar luas, baik di pedesaan maupun di perkotaan. Angka


infeksi tinggi, tetapi intensitas infeksi (jumlah cacing dalam perut) berbeda. Hasil survei
cacingan di sekolah dasar di beberapa provinsi pada tahun 1986-1991 menunjukkan Commented [CE2]: Perhatikan pengetikannya

prevalensi sekitar 60-80% , sedangkan untuk semua umur berkisar antara 40-60%, Sumatera
Utara angka prevalensi Trichuris trichiura didapati sampai 78,6% (Dewayani BS,dkk 2004).

Angka infeksi tertinggi terdapat pada anak-anak, karena pada umur tersebut tanah
adalah tempat bermain, yang memudahkan mereka terinfeksi dari tanah yang
terkontaminasi tinja (Pasaribu, 2003).
Salah satu usaha pemberantasan penyakit kecacingan adalah dengan pengobatan
massal, disamping perbaikan sanitasi lingkungan dan pendidikan. Antihelmintik yang ideal
untuk pengobatan masal haruslah efektif, spektrum luas, mempunyai efek ovisidal dan
larvasidal sehingga telur yang mencemari tanah sudah tidak dapat meneruskan hidupnya,
sedikit atau tanpa efek samping, mudah untuk didistribusikan, dosis tunggal serta tidak
mahal (Depary, 1985; Abidin dkk, 1986)

Antihelmintik yang direkomendasikan oleh WHO dalam penanganan dan kontrol


STH, yaitu albendazole, mebendazole, levamisole, dan pyrantel pamoate. Jika diberikan
secara reguler pada komunitas yang terinfeksi, obat-obat ini efektif dalam mengontrol
morbiditas yang berhubungan dengan infeksi cacing yang endemik (Ismid, 1996; Keiser dkk,
2008; Lubis, 2009). Commented [CE3]: Setelah ini diisi dengan paragraph baru
yang isinya tentang hasil penelitian terdahulu ttg pemberian obat
yang akan kamu teliti…!!!

Obat-obat ini dapat menyebabkan ekspulsi cacing dewasa dari penderita. Namun Commented [CE4]: Masukkan dalam bab II

demikian, karena efektivitas obat ini tidak 100% maka masih ada cacing-cacing yang
mengeluarkan telur sehingga tetap menjadi sumber infeksi dan mencemari tanah bila
penderita tidak buang air besar di jamban. Obat cacing derivat imidazol selain menimbulkan
ekspulsi cacing dewasa dikatakan dapat merusak telur yang kontak dengan obat ini sehingga
tidak dapat menginfeksi lagi (Maisonneuve dkk, 1985; Wagner dan Pena-Chavaria, 1974).
Hal ini dapat menyebabkan makin berkurangnya kemungkinan transmisi telur yang
dikeluarkan bersama tinja setelah pengobatan (infeksi / reinfeksi).

Oleh karena itu maka dilakukan pemantauan perkembangan telur serta jumlah
telur pasca pengobatan dengan antihelmintik golongan benzimidazole seperti albendazole
dan mebendazole yang mana diketahui mempunyai efek ovisidal dan larvasidal sehingga
menurunkan transmisi reinfeksi telur dalam tanah menjadi latar belakang penelitian ini.

1.1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka didapat rumusan masalah yaitu :
bagaimana efektivitas pemberian Mebendazole 500 mg dosis tunggal dibandingkan dengan
albendazol 400 mg dosis tunggal sekali sehari terhadap infeksi STH pada anak di…. Commented [CE5]: Sebutkan dimana lokasi penelitianmu..!
1.3 Hipotesis

Terdapat perbedaan pengaruh albendazol 400 mg dosis tunggal sekali sehari dan
mebendazol 500 mg dosis tunggal sekali sehari terhadap terhadap infeksi STH pada anak
di…. Commented [CE6]: Sebutkan dimana lokasi penelitianmu..!

1.4. Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui efektivitas pemberian Mebendazole dibandingkan dengan


albendazol 400 mg dosis tunggal sekali sehari dalam menanggulangi infeksi cacing usus Commented [CE7]: Infeksi cacing usus atau STH…???????

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran penurunan intensitas infeksi cacing oleh Mebendazole

2. Untuk mengetahui efektifitas pengobatan infeksi cacing setelah pemberian


Mebendazole

3. Untuk mengetahui jenis cacing yang banyak menginfeksi pada… Commented [CE8]: Menginfeksi pada siapa orgnya…?????

1.5. Manfaat Penelitian

1. Untuk menentukan regimen Albendazole atau Mebendazole yang lebih efektif untuk
mengatasi infeksi cacing usus

2. Sebagai tambahan informasi untuk dunia kedokteran dalam menentukan obat


anteihelmintik yang efektif untuk digunakan pada pengobatan dan pemberantasan
kecacingan pada anak usia sekolah dasar.
3. Memberikan pengobatan gratis pada anak usia sekolah dasar dalam pemberantasan
kecacingan

DAFTAR PUSTAKA

Abidin S. Alisah N, Armen-Mochtar, Margono Sri S, Bintari-Rukmono. 1986. Albendazole in


treatment of intestinal helminthiasis. MKI; 36: 377-80.

Bethony J, Brooker S, Albonico M, Geiger SM, Loukas A, Diemert. 2006. Soil- transmitted
helminth infections: ascariasis, trichuriasis, and hookworm. Lancet.; 367:1521-32

Depary AA. 1985. “Soil Transmitted Helminthiases” Penularan, Patogenesis dan


Penanganannya, Medika.:10:1000-4

Dewayani BS, Situmeang R, Sembiring T, Hamid ED, Pasaribu S, Lubis CP. 2004. Albendazole
pada soil-transmitted helminthiasis. USU.

Henderson RH. 1996. Report of the WHO informal consultation on the use of chemotherapy
for the control of morbidity due to soil-transmitted nematodes in humans. Switzerland : Bull
World Health Organ;. h.12-22

Ismid IS, Margono SS. Abidin SAN. 1996. Pengaruh pemberian antelmintik terhadap
perkembangan telur trichuris trichiura. Maj Parasitol Ind.; 9: 61- 6

Keiser J, Utzinger J. 2008. Efficacy of currrent drugs against soil-transmitted helminth


infections, systematic review and meta-analysis. JAMA.; 299:1937-48

Lubis IND. 2009. Pengaruh albendazole dan mebendazole pada sterilitas telur Ascaris
lumbricoides. [tesis]. Medan: Universitas Sumatera Utara

Maisonneuve H, Rossignol JF, Addo A, Mojon M. 1985. Ovicidal effects of albendazole in


human ascariasis, ancylostomiasis and trichuriasis. Ann Trop Med Parasitol; 79(1): 79-82
Pasaribu, S. 2003. Penentuan frekuensi optimal pengobatan massal Askariasis dengan
albendazole pada anak usia sekolah dasar dengan pendekatan model dinamika populasi
cacing. Tesis Doctor. Program Pasca Sarjana USU. Medan.

Soedarmo SSP, Garna H, Hadinegoro SRS, Satari HI. 2010. Trichuriasis. Dalam : Soedarmo
SSP, Garna H, Hadinegoro SRS, Satari HI, penyunting. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis.
Edisi ke-2. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia. h.376-9

Wagner E.D.&A. Penachavaria. 1974. In vivo effect of a new anthelminthic, mebendazole(R-


17,635) on the eggs of Trichuris trichiura and hookworm. Am. J. Trop. Med. Hyg. 23: 151-
153.

WHO. 1996. Global Health Statistic. Available from:


http://www.hsphHarvard.edu/Schisto.html.

Anda mungkin juga menyukai