sepanjang pertemuan bidang patahan dan Lokasi persisnya dari patahan aktif paling mudah dipetakan
permukaan bumi. ketika setelah terjadi gempabumi pada lokasi tersebut. Oleh
Perpindahan alur sungai (i.e. stream offset) karena itu sangat penting untuk melakukan survey
karena pergerakan pemetaan detil rekahan-rekahan patahan ini setelah terjadi
patahan yang memotong alur sungai-sungai gempabumi. Hasil pemetaan rekahan patahan pasca
tersebut gempabumi ini akan sangat berguna untuk: (1) evaluasi
Adanya bukit-bukit memanjang di sebelah jalur kerusakan yang diakibat oleh gempa tersebut, (2) merevisi
patahan peta ancaman dan risiko bencana gempabumi untuk usaha
Terbentuknya danau-danau karena proses mitigasi bencana ke depan, dan (3)merencanakan
pergerakan diantara dua rehabilitasi dan rekonstruksi dari wilayah yang terkena
segmen jalur patahan. bencana.
Zona rekahan tektonik yang terbentuk ketika
Umumnya sewaktu gempabumi terjadi ada dua macam
terjadi gempabumi
rekahan tanah yang terbentuk, yaitu: rekahan patahan
Untuk memetakan patahan gempa/aktif di daratan seperti yang dimaksud di atas, dan rekahan tanah akibat
diperlukan peta dasar rupabumi berupa topografi, foto gerakan tanah (terganggunya kestabilan lereng). Pemetaan
udara, atau/dan citra landsat dengan skala/ketelitian yang rekahan gempa ini hanya dapat dilakukan oleh seorang ahli
memadai. Artinya skala/ketelitian peta dasar ini harus geologi yang sudah mendapat training khusus dalam
cukup untuk dapat memperlihatkan satuan morfotektonik keahlian ini agar dapat membedakan dua macam jenis
sehingga dapat dipakai untuk melacak garis patahan-nya. rekahan tersebut dan juga memenuhi aspek-aspek teknis
Umumnya skala peta rupabumi yang dipakai adalah yang diperlukan dalam pemetaan ini. Survey pemetaan ini
1:50.000 atau lebih besar atau memakai foto udara skala dapat dan bahkan sebaiknya dilakukan berbarengan dengan
1:100.000 atau lebih teliti, atau peta DEM dengan grid survey untuk pemeatan/dokumentasi kerusakan-kerusakan
sekurang-kurangnya 90 meter, atau citra satelit dengan yang terjadi.
ketelitian 30 meter/pixel. Prinsipnya, semakin teliti peta
Evaluasi Patahan Gempa (Analisis Sejarah
dasarnya maka akan semakin banyak atau jelas
Kegempaan)
kenampakan morfotektonik dari patahan yang akan
dipetakan, dan hasilnya tentu akan lebih baik dan akurat. Fakta yang paling jelas adalah dari catatan sejarah
Pemetaan patahan aktif harus dilakukan dengan seteliti dan gempabumi dari suatu wilayah tertentu [Natawidjaja, et al.,
seakurat mungkin baik dalam hal pengerjaannya maupun 1995]. Prinsipnya, apabila pernah terjadi kejadian gempa
untuk penyajiannya. Garis patahan hanya dapat diplot besar yang merusak disuatu lokasi atau wilayah baik satu
dalam peta kalau memang nampak bukti fenomena kali atau sudah beberapa kali, maka dapat dipastikan bahwa
(bentang) alamnya. Tingkat keyakinan lokasi garis patahan wilayah tersebut rawan terhadap gempabumi yang paling
harus tercermin dalam penyajiannya, misalnya: garis penuh tidak berkekuatan sama dengan yang pernah terjadi.
apabila buktinya jelas, garis putus-putus apabila buktinya Artinya, wilayah tersebut harus siap menghadapi kejadian
kurang kuat, atau garis titik-titik apabila pemeta gempabumi serupa atau lebih besar di masa datang karena
berpendapat bahwa garis patahannya melewa ti suatu setiap kejadian gempabumi pasti berhubungan dengan
wilayah tapi tidak Nampak fenomena morfotektoniknya adanya patahan aktif pada atau disekitar wilayah tersebut,
karena tertutup oleh endapan/sedimen muda atau juga dan proses gempabumi dengan skala magnitudo tertentu
mungkin karena peta rupabumi yang dipakai kurang teliti. mempunyai siklus, atau akan selalu berulang dengan
Ketelitian ini perlu karena setiap garis yang ditarik akan kisaran perioda ulang tertentu.
dipakai untuk menentukan wilayah yang terancam bencana
gempabumi. Garis-garis patahan ini juga dipakai untuk Kekuatan (magnitudo) dan lokasi geografis dari
analisis segmentasi patahan, termasuk menentukan berapa sumbergempa yang pernah terjadi dapat diselidiki dari
kekuatan gempabumi yang dapat terjadi di wilayah yang catatan sejarah mengenai penyebaran geografis dari
bersangkutan. Seringkali juga untuk menentukan lokasi intensitas kerusakan yang terjadi. Hasil analisis perkiraan
persisnya dari patahan aktif dipermukaan ini tidak bisa skala kekuatan gempa berdasarkan metoda ini tentu saja
dilhat atau tidak cukup hanya dari bentang alam dan sangat bergantung pada seberapa banyak data dan juga
geologi tapi harus dibantu oleh survey geofisika bawah kualitas dari data intensitas kerusakan yang tercatat dalam
permukaan, seperti dengan metoda : seismik refleksi sejarah atau laporan-laporan kuno tersebut.
resolusi tingi, seismk refraksi, georadar, dan metoda
lainnya. Data spatial tentang kejadian gempa dan
intensitas/kerusakan yang terjadi di masa lampau dapat
PROCEEDINGS PIT IAGI KE-43, JAKARTA 2014
The 43st IAGI Annual Convention and Exhibition
Register number PITIAGI2014-233 ISBN 978-979-8126-27-7
tetapi tidak termasuk patahan ditambah gempa tersebut termasuk gempa dangkal.
gempa dangkal Kemudian Patahan dikatakan tidak aktif ketika tidak ada
Tabel 3 Patahan di bawah permukaan data gempa yang berjarak kurang atau sama dengan 3 km di
No Jumlah Patahan Keterangan sekitar zona patahan atau patahan yang memiliki data
1 4 Aktif gempa tetapi tidak termasuk dalam gempa dangkal. Patahan
2 26 Tidak aktif yang telah dikategorikan aktif dan tidak aktif di plot pada
3 14 Terdapat data gempa google earth seperti pada gambar 2.
tetapi tidak termasuk
gempa dangkal
Dalam hal ini patahan dikatakan aktif ketika episenter
gempa berjarak kurang atau sama dengan 3 km sekitar zona
Gambar 2 Peta persebaran patahan yang ada di Jawa Timur (warna putih adalah patahan aktif dan warna kuning adalah patahan
tidak aktif
Setelah di tinjau kembali berdasarkan bentang alam yang kedalaman gempa, dan bentang alam. Patahan tersebut
ada di sekitar patahan aktif, hanya ada 3 patahan aktif yang ditampilkan pada gambar 3, gambar 4, dan gambar 5.
memenuhi kriteria patahan aktif berdasarkan, lokasi,
Gambar 3 Patahan di dekat Taman Nasional Meru Betiri Gambar 4 Patahan di daerah Leprak (Situbondo-
(Jember-Banyuwangi) dengan gempa berkekuatan 4 SR (6 Bondowoso) dengan gempa berkekuatan 3 SR (22
Agustus 1985) jarak episenter ke patahan ± 500 m dan September 1992) jarak episenter ke patahan ± 85 m dan
jenis patahan transform fault serta kedalaman 33 km jenis patahan transform fault serta kedalaman 51 km
PROCEEDINGS PIT IAGI KE-43, JAKARTA 2014
The 43st IAGI Annual Convention and Exhibition
Register number PITIAGI2014-233 ISBN 978-979-8126-27-7
Referensi