Isi : benzodia zepiner Fungsi obat : Diazepam adalah obat untuk mengobati kecemasan, gejala putus alkohol, dan kejang. Cara kerja : Obat ini juga digunakan untuk melemaskan kejang otot dan sebagai obat penenang menjelang prosedur medis. Diazepam adalah obat golongan benzodiazepine yang bekerja di otak dan saraf (sistem saraf pusat) untuk menghasilkan efek tenang. Obat ini bekerja dengan meningkatkan efek bahan kimia otak tertentu. Obat ini juga dapat digunakan untuk mencegah mimpi buruk. Indikasi : Mengatasi kejang-kejang Dapat digunakan juga untuk mengobati status epileptikus (epilepsi) Mengobati ketergantungan benzodiazepine atau obat penenang lainnya Mengurangi gejala putus alkohol akut, seperti agitasi akut, tremor, dan halusinasi Mengobati kecemasan dan kepanikan Membantu mengobati insomnia (sulit tidur) Sebagai penghilang kejang otot rangka yang disebabkan spasme refleks patologi lokal (trauma) Obat pramedikasi untuk memberikan efek sedasi, anxiolysis, atau amnesia sebelum operasi atau prosedur medis tertentu, seperti endoskopi Membantu mengobati kejang akibat overdosis obat atau keracunan zat kimia berbahaya. Kontraindikasi : depresi pernapasan, gangguan hati berat, miastenia gravis, insufisiensi pulmoner akut, kondisi fobia dan obsesi, psikosis kronik, glaukoma sudut sempit akut, serangan asma akut, trimester pertama kehamilan, bayi prematur; tidak boleh digunakan sendirian pada depresi atau ansietas dengan depresi. Dosis : oral: ansietas 2 mg 3 kali/hari, dinaikkan bila perlu sampai 15-30 mg/hari dalam dosis terbagi. Untuk LANSIA atau debil dosis setengahnya. Insomnia yang disertai ansietas 5-15 mg sebelum tidur. Injeksi intramuskular atau injeksi intravena lambat (kedalam vena yang besar dengan kecepatan tidak lebih dari 5 mg/menit) untuk ansietas akut berat, pengendalian serangan panik akut, dan putus alkohol akut: 10 mg diulangi bila perlu setelah tidak kurang dari 4 jam. Infus intravena lihat 4.8.1. Dengan melalui Rektal sebagai larutan untuk ansietas akut dan agitasi: 10 mg (lansia 5 mg) diulang setelah lima menit bila perlu. Untuk ansietas apabila pemberian oral tidak dapat dilakukan obat diberikan melalui rektum sebagai supositoria: 10-30 mg (dosis lebih tinggi terbagi) komplikasi : mengantuk, kelemahan otot, ataksia, reaksi paradoksikal dalam agresi, gangguan mental, amnesia, ketergantungan, depresi pernapasan, kepala terasa ringan hari berikutnya, bingung. Kadang-kadang terjadi: nyeri kepala, vertigo, hipotensi, perubahan salivasi, gangguan saluran cerna, ruam, gangguan penglihatan, perubahan libido, retensi urin, dilaporkan juga kelainan darah dan sakit kuning, pada injeksi intravena terjadi: nyeri, tromboflebitis dan jarang apneu atau hipotensi. Farmakodinamik Benzodiazepin bekerja pada reseptor gamma amino butyric acid (reseptor GABA-A), reseptor ini merupakan saluran ion selektif klorida. GABA merupakan neurotransmiter yang bekerja sebagai inhibitor yang akan menurunkan eksitabilitas sel-sel neuron. GABA menghasilkan efek menenangkan pada otak, dan ditemukan dalam konsentrasi yang tinggi pada korteks dan sistem limbik. Reseptor GABA ada 3 yaitu A,B, dan C. Benzodiazepin berinteraksi dengan reseptor GABA-A. Kompleks reseptor GABA-A terdiri dari 5 subunit glikoprotein: 2 subunit a, 2 subunit b, dan 1 subunit g. Benzodiazepin berikatan pada lekukan antara subunit a dan subunit g dan menginduksi terjadinya perubahan konformasional pada reseptor GABA- A sehingga GABA dapat berikatan dengan reseptor GABA-A. Ikatan GABA akan menyebabkan hiperpolarisasi ion klorida sel sehingga efek inhibisi dari GABA bekerja pada seluruh sistem saraf pusat. Reseptor Benzodiazepin diklasifikasikan menjadi beberapa tipe berdasarkan efek klinisnya. Reseptor BZ1 terdapat pada isoform a1 yang banyak terdapat pada korteks, thalamus, serebelum. Reseptor ini bertanggung jawab akan efek sedatif dan amnesia anterograde, dan beberapa reseptor antikonvulsif dari Benzodiazepam. 60% dari reseptor GABA-A berisi subunit a1. Maka dari itu efek samping dari Benzodiazepin sangat erat dengan kejadian amnesia. Reseptor BZ2 terdapat pada isoform a2 dimana banyak terdapat pada sistem limbik, neuron motorik, dan dorsal horn medula spinalis. Antiansietas dari Benzodiazepin merupakan efek berikatannya benzodiazepin dengan reseptor di sistem limbik, dan efek relaksan otot/antikonvulsan dimediasi oleh reseptor yang berada pada neuron motorik dan medula spinalis. Diazepam merupakan benzodiazepin kerja lama potensi medium. Diazepam berikatan pada seluruh reseptor benzodiazepin dengan afinitas yang seimbang. Pada dosis rendah efek diazepam bekerja pada antiansietas yang dimediasi oleh reseptor BZ2. Pada dosis yang lebih tinggi, efek diazepam menyebabkan terjadinya relaksasi oto yang dimediasi oleh reseptor subunit a2 di medula spinalis dan neuron motorik. Pada dosis yang lebih tinggi lagi, efek diazepam dimediasi oleh reseptor subunit a1 yang menyebabkan sedatif dan anterograde amnesia. Farmakokinetik Absorbsi Benzodiazepin dapat diadministrasi lewat injeksi intravena, intramuskular, oral, dan rektal. Penyerapan diazepam lewat rute oral >90% dan mencapai peak plasma concentration dalam waktu 30-90 menit. Absorbsi menurun dan diperlambat dengan konsumsi makanan berlemak, penyerapan umumnya terjadi pada 15 menit pada keadaan puasa sedangkan pada keadaan dikombinasi dengan makanan berlemak penyerapan tertunda 45 menit. Sehingga peak plasma yang harusnya dicapai 1.25 jam pada keadaan puasa, pada keadaan dikombinasi dengan makanan berlemak menjadi 2.5 jam. Bioavailabilitas dari Diazepam gel rektal mencapai hingga 90%. Peak plasma level dicapai dalam waktu 10-45 menit. Absorbsi melalui intramuskular hanya mencapai 60% jika dibandingkan dengan dosis yang sama jika diberikan lewat rute oral. Peak plasma level dicapai dalam waktu 30-60 menit setelah injeksi. Maka administrasi dari rute intramuskular hanya terbatas jika obat tidak dapat diberikan lewat rute lain. Absorbsi melalui intravena setelah pemberian bolus 15 menit dosis 10 dan 20 mg konsentrasi dalam darah berturut-turut adalah 400 ng/ml dan 1200 ng/ml. Pemberian dalam jangka waktu yang lama akan menurunkan konsentrasi diazepam, pemberian 20 mg menjadi 1,010 ng/ml. Distribusi Volume distribusi diazepam pada laki-laki sehat berkisar antara 0.8-1.0 L/kg. Diazepam berikatan dengan plasma protein hingga 98%. Konsentrasi diazepam dalam plasma memiliki waktu paruh 1 jam hingga 3 jam. Penurunan konsentrasi dalam plasma membentuk kurva bifasik, di mana penurunan secara cepat pertama kali menggambarkan distribusi ke jaringan, dan penurunan kurva kedua kali menggambarkan eliminasi waktu paruh terminal Diazepam memiliki solubilitas lipid yang tinggi sehingga diazepam dapat dengan cepat masuk ke otak, dan organ lain yang kemudian diredistribusikan ke otot dan jaringan adiposa. Sirkulasi enterohepatik minimal. Diazepam bersifat transplasental pada fetus dan disekresikan dalam ASI (sebesar sepersepuluh yang ada di maternal plasma pada hari ke-3 – 9 post partum). Metabolisme Diazepam dimetabolisme oleh enzim hepatik (hepatic cytochrome enzyme isozyme/CYP450) menjadi bentuk metabolit aktif yaitu oxazepam, temazepam, dan desmethyldiazepam. Temazepam dan oxazepam dieliminasi dengan cepat oleh proses glukuronidasi. Eliminasi waktu paruh pada dewasa 20-50 jam, meningkat pada pasien geriatri (di atas 40 tahun bertambah 1 jam untuk setiap usianya; misal eliminasi waktu paruh pada pasien usia 75 tahun adalah 75 jam), neonatal, dan penyakit hepar (sirosis, hepatitis) dan gangguan renal. Waktu paruh menurun (lebih cepat dimetabolisme) pada pasien dengan konsumsi medikasi yang mengandung enzim hepatik. Ekskresi Waktu paruh diazepam inisial (1-3 jam) diikuti oleh waktu paruh terminal (20-50 jam atau ~48 jam). Untuk eliminasi waktu paruh terminal metabolit aktif dari desmethyldiazepam membutuhkan waktu hingga 100 jam. Diazepam dan metabolit aktifnya diekskresikan lewat urin dalam bentuk sulfat dan konjugat glukuronida. Rata-rata kecepatan waktu pembersihan diazepam dalam tubuh manusia dewasa adalah 20-30 mL/menit. Dengan dosis multipel diazepam akan menumpuk sehingga mengakibatkan semakin panjangnya waktu eliminasi.