Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Kemajuan teknologi yang kini merambah keseluruh lapisan masyarakat memang sangat
membantu dalam segala bidang. Banyaknya mesin-mesin impor yang digunakan untuk
mempermudah pekerjaan manusia dapat menghasilkan barang yang berkualitas yang tak
kalah dengan pembuatan manual oleh manusia.

Tetapi hal ini tidak saja membuat pemerintah dan masyarakat lega, namun juga
menimbulkan masalah baru yang hingga kini belum dapat terselesaikan. Masalah yang tiap
tahun bertambah rumit, dan makin banyak saja masyarakat yang menjalani profesi ini, yaitu
pengangguran.
Pengangguran yang tinggi berdampak langsung maupun tidak langsung terhadap
kemiskinan, kriminalitas dan masalah-masalah sosial politik yang juga semakin meningkat.
Dengan jumlah angkatan kerja yang cukup besar, arus migrasi yang terus mengalir, serta
dampak krisis ekonomi yang berkepanjangan sampai saat ini, membuat permasalahan tenaga
kerja menjadi sangat besar dan kompleks.
Jika masalah pengangguran yang demikian pelik dibiarkan berlarut-larut maka sangat
besar kemungkinannya untuk mendorong suatu krisis sosial. yang terjadi tidak saja menimpa
para pencari kerja yang baru lulus sekolah, melainkan juga menimpa orangtua yang
kehilangan pekerjaan karena kantor dan pabriknya tutup. Indikator masalah sosial bisa dilihat
dari begitu banyaknya anak-anak yang mulai turun ke jalan. Mereka menjadi pengamen,
pedagang asongan maupun pelaku tindak kriminalitas. Mereka adalah generasi yang
kehilangan kesempatan memperoleh pendidikan maupun pembinaan yang baik.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Seperti yang telah diuraikan pada latar belakang, maka penulis mengambil rumusan
masalah sebagai berikut:
1.2.1 Apa yang dimaksud dengan pengangguran
1.2.2 Apa saja jenis-jenis pengangguran
1.2.3 Apa saja penyebab terjadinya pengangguran
1.2.4 Bagaimana keadaan pengangguran di Indonesia
1.2.5 Apa saja dampak pengangguran di Indonesia
1.2.6 Bagaimana cara mengatasi pemgangguran

1.3 TUJUAN PENULISAN


Adapun tujuan penyusunan makalah ini yaitu, sebagai berikut :
1.3.1 Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan pengangguran
1.3.2 Untuk mengetahui apa saja jenis-jenis pengangguran
1.3.3 Untuk mengetahui apa saja penyebab terjadinya pengangguran
1.3.4 Untuk mengetahui bagaimana keadaan pengangguran di Indonesia
1.3.5 Untuk mengetahui apa saja dampak pengangguran di Indonesia
1.3.6 Untuk mengetahui bagaimana cara mengatasi pemgangguran

1.4 MANFAAT PENULISAN


Manfaat yang diperoleh dari adanya pembahasan lebih lanjut mengenai topik yang terkait
(pengangguran) yaitu :
1.4.1 Bagi Penulis
Mampu meningkatkan kemampuan menulis serta bisa berkontribusi terhadap pemecahan
masalah pengangguran yang ada di negeri ini.
1.4.2 Bagi Pemerintah
Mendapat beberapa pencerahan dalam menyelesaikan permasalahan pengangguran yang
ada di negeri ini.
1.4.3 Bagi Masyarakat
Mendapat pemahaman tentang pengangguran serta dampak dan cara mencegahnya,
sehingga jumlah pengangguran dapat berkurang.

1.5 METODE PENGUMPULAN DATA


Dalam penyusunan paper ini, perlu sekali pengumpulan data serta sejumlah informasi
aktual yang sesuai dengan permasalahan yang akan dibahas. Sehubungan dengan masalah
tersebut dalam penyusunan makalah ini, penulis menggunakan beberapa metode
pengumpulan data, yang pertama browsing di Internet, kedua dengan membaca media cetak
dan dengan pengetahuan yang penulis miliki.

1.6 SISTEMATIKA PENULISAN


Paper ”Masalah Pengangguran di Indonesia” ini disusun dengan urutan sebagai berikut :
1.6.1 Bab I Pendahuluan
Pada bagian ini dijelaskan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan,
manfaat penulisan, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan.
1.6.2 Bab II Pembahasan
Pada bab ini ditemukan pembahasan yang terdiri dari definisi pengangguran, jenis
pengangguran, penyebab pengangguran, keadaan pengangguran di indonesia, apa dampak
adanya pengangguran, dan cara mengatasinya.
1.6.3 Bab III Penutup
Bab terakhir ini memuat kesimpulan dan saran mengenai masalah pengangguran di
Indonesia.
1.6.4 Daftar Pustaka
Pada bagian ini berisi referensi-referensi dari berbagai media yang penulis gunakan untuk
pembuatan makalah ini.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PENGANGGURAN


Sebelum membahas tentang pengangguran, ada baiknya mengetahui terlebih dahulu apa
yang disebut dengan tenaga kerja, angkatan kerja dan usia pekerja yang ditetapkan di
Indonesia.
Tenaga kerja yaitu penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan pekerjaan, antara lain
mereka yang sudah bekerja, mereka yang sedang mencari pekerjaan, mereka yang
bersekolah, dan mereka yang mengurus rumah tangga.
Angkatan kerja adalah mereka yang mempunyai pekerjaan, baik sedang bekerja maupun
yang sementara tidak sedang bekerja karena suatu sebab (petani yang menunggu
panen,karyawan yang sedang sakit,dsb).
Sedangkan yang dimaksud dengan usia pekerja adalah tingkat umur seseorang yang
diharapkan dapat bekerja dan memperoleh pendapatan. Di Indonesia kisaran usia kerja adalah
antara 15-64 tahun.
Kemudian yang disebut sebagai pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang
yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama
seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan. Orang yang tidak
sedang mencari kerja contohnya seperti ibu rumah tangga, siswa sekolah SMP, SMA,
mahasiswa perguruan tinggi, dan lain sebagainya yang karena sesuatu hal tidak/belum
membutuhkan pekerjaan.
Selain definisi di atas masih ada beberapa definisi pengangguran lainnya dari para ahli
misalnya menurut Sadono Sukirno Pengangguran adalah suatu keadaan dimana seseorang
yang tergolong dalam angkatan kerja ingin mendapatkan pekerjaan tetapi belum dapat
memperolehnya. Menurut Payman J. Simanjuntak Pengangguran adalah orang yang tidak
bekerja berusia angkatan kerja yang tidak bekerja sama sekali atau bekerja kurang dari dua
hari selama seminggu sebelum pencacahan dan berusaha memperoleh pekerjaan.

2.2 JENIS PENGANGGURAN


Secara garis besar, pengangguran dapat dibedakan menjadi dua golongan, menurut lama
waktu kerja dan menurut penyebabnya.
2.2.1 Jenis pengangguran menurut waktu kerja
Pengangguran sering diartikan sebagai angkatan kerja yang belum bekerja atau tidak
bekerja secara optimal. Berdasarkan pengertian diatas, maka pengangguran dapat dibedakan
menjadi tiga macam yaitu :
1) Pengangguran Terselubung (Disguissed Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak
bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu. Contoh : suatu kantor mempekerjakan 10
orang karyawan padahal pekerjaan dalam kantor itu dapat dikerjakan dengan baik walau
hanya dengan 8 orang karyawan saja,sehingga terdapat kelebihan 2 orang tenaga kerja.
Orang-orang semacam ini yang disebut dengan pengangguran terselubung.
2) Setengah Menganggur (Under Unemployment) adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara
optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya tenaga kerja setengah menganggur ini
merupakan tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam selama seminggu. Contoh : seorang
buruh bangunan yang telah menyelesaikan pekerjaan di suatu proyek untuk sementara
menganggur sambil menunggu proyek berikutnya.
3) Pengangguran Terbuka (Open Unemployment) adalah tenaga kerja yang sungguh-sungguh
tidak mempunyai pekerjaan. Pengganguran jenis ini cukup banyak karena memang belum
mendapat pekerjaan padahal telah berusaha secara maksimal.
2.2.2 Jenis Pengangguran berdasarkan penyebab terjadinya :
Macam-macam pengangguran berdasarkan penyebab terjadinya dikelompokkan
menjadi beberapa jenis, yaitu :
1) Pengangguran konjungtural (Cycle Unemployment) adalah pengangguran yang diakibatkan
oleh perubahan gelombang (naik-turunnya) kehidupan perekonomian/siklus ekonomi.
2) Pengangguran struktural (Struktural Unemployment) adalah pengangguran yang diakibatkan
oleh ketidakcocokan antara keterampilan (kualifikasi) tenaga kerja yang dibutuhkan dan
keterampilan tenaga kerja yang tersedia.Perubahan struktur ekonomi dan corak ekonomi
dalam jangka panjang merupakan latar belakang ketidakcocokan itu.
3) Pengangguran friksional (Frictional Unemployment) adalah pengangguran yang muncul
akibat adanya ketidaksesuaian antara pemberi kerja dan pencari kerja (pergantian pekerjaan
atau pergeseran tenaga kerja). Pengangguran ini muncul dari kemauan tenaga kerja yang
bersangkutan. Ia menganggur untuk sementara waktu dalam rangka mencari pekerjaan yang
lebih baik, menantang dan menunjang karirnya. Pengangguran ini sering disebut
pengangguran sukarela.
4) Pengangguran musiman adalah pengangguran yang muncul akibat pergantian musim
misalnya pergantian musim tanam ke musim panen.
5) Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang terjadi akibat perubahan atau
penggantian tenaga manusia menjadi tenaga mesin-mesin
6) Pengangguran siklus adalah pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya kegiatan
perekonomian (karena terjadi resesi). Pengangguran siklus disebabkan oleh kurangnya
permintaan masyarakat (aggrerat demand). Contoh : suatu saat perekonomian suatu negara
mengalami masa pertumbuhan (menaik).Di saat lain, mengalami resesi (menurun) atau
bahkan depresi.Pada saat krisis ekonomi, daya beli masyarakat menurun sehingga tingkat
permintaan terhadap barang dan jasa juga menurun.Turunnya permintaan masyarakat
terhadap barang dan jasa memaksa produsen untuk menurunkan kegiatan produksi.Produsen
melakukan ini antara lain dengan cara mengurangi pemakaian faktor produksi, termasuk
tenaga kerja.

2.3 PENYEBAB TERJADINYA PENGANGGURAN


Pengangguran dapat terjadi karena beberapa sebab diantara nya:
2.3.1 Pengaruh Musim
Perubahan musim terjadi bukan hanya disektor pertanian saja. Tetapi sektor terjadi juga
pada sektor lain. Pada liburan dan tahun baru, misalnya suasana sektor jasa tansportasi dan
pariwisata menjadi sangat sibuk dibanding dengan hari-hari biasa. Begitu pula hari
menjelang, sedang dan bulan suci Ramadhan, nampak permintaan antara barang dan jasa
meningkat dan selanjutnya akan membawa dampak otomatis terhadap permintaan tenaga
kerja disektor yang bersangkutan.
2.3.2 Adanya hambatan (ketidak lancaran) bertemunya pencari kerja dan lowongan kerja
Jenis pengangguran ini biasanya terjadi karena hambatan teknis (misalnya waktu dan
tempat). Sering terjadi pencari kerja tidak mendapat informasi yang lengkap tentang
lowongan kerja. Sehingga mereka kehilangan kesempatan untuk mendapat lowongan
pekerjaan tersebut. Pilihannya adalah tidak bekerja. Karena kondisi sudah tidak kondusif lagi.
2.3.3 Rendahnya Aliran Investasi
Investasi merupakan komponen aggregate demand yang mempunyai daya ungkit
terhadap perluasan tenaga kerja. Perubahan investasi membawa dampak output (pendapatan).
Secara otomatis meningkatnya output akan membutuhkan sumberdaya untuk proses produksi
(modal, tenaga kerja, dan input lainnya). Dengan demikian permintaan tenaga kerja akan
meningkat dengan adanya peningkatan dan pengeluaran otonom tadi.
2.3.4 Rendahnya Tingkat Keahlian
Keahlian dan produktifitas sangan erat. Orang yang memiliki keahlian akan memiliki
produktifitas tinggi karena ia mampu memanfaatkan dirinya pada aktivitas ekonomi
produktif. Untuk meningkatkan keahlian dapat dilakukan dengan cara diantaranya adalah
melalui pendidikan, atihan, magang, pendidikan formal, membangkitkan kecerdasan tenaga
kerja lewat pembinaan motifasi kerja.
2.3.5 Diskriminasi
Diskriminasi bukan hanya pada warna kulis saja, tetapi pada tingkat pendidikan,
ekonomi, hukum, agama dan lainnya. Misalnya bila pendidikan dan pengembangan SDM
tidak diberikan seluas-luasnya kepada publik, dampak selanjutnya adalah terpuruknya sumber
SDM. Dan dalam jangka panjang kesempatan akan sulit diraih oleh tenaga kerja.
2.3.6 Besarnya Angkatan Kerja Tidak Seimbang dengan Kesempatan Kerja
Ketidakseimbangan terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih besar daripada kesempatan
kerja yang tersedia. Kondisi sebaliknya sangat jarang terjadi
2.3.7 Budaya pilih-pilih pekerjaan
Pada dasarnya setiap orang ingin bekerja sesuai dengan latar belakang pendidikan. Dan lagi
ditambah dengan sifat gengsi maka tak heran kebanyakan yang ditemukan di Indonesia bukan
pengangguran terselubung, melainkan pengangguran terbuka yang didominasi oleh kaum
intelektual (berpendidikan tinggi).
2.3.8 Pemalas
Selain budaya memilih-milih pekerjaan,budaya (negatif) lain yang menjamur di Indonesia
adalah budaya malas. Malas mencari pekerjaan sehingga jalan keluar lain yang ditempuh
adalah dengan menyogok untuk mendapatkan pekerjaan.
2.3.9 Tidak mau ambil resiko
“Saya bersedia tidak digaji selama 3 bulan pertama jika diterima bekerja di kantor bapak.
Dengan demikian bapak tidak akan rugi. Jika bapak tidak puas dengan hasil kerja saya
selama 3 bulan tersebut, bapak bisa pecat saya.” Adakah yang berani mengambil resiko
seperti itu? Kami yakin sedikit sekali. Padahal kalau dipikir-pikir itu justru menguntungkan si
pencari kerja selama 3 bulan tersebut ia bisa menimba pengalaman sebanyak-banyaknya.
Meskipun akhirnya dipecat juga, toh dia sudah mendapat pengalaman kerja 3 bulan.

2.4 PERKEMBANGAN MASALAH PENGANGGURAN DI INDONESIA


Melemahnya daya serap tenaga kerja di beberapa sektor industri, membuat angka
pengangguran bertambah. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan jumlah pengangguran di
Indonesia pada Agustus 2015 sebanyak 7,56 juta orang, bertambah 320 ribu orang
dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu 7,24 juta jiwa.
Pada Agustus 2015, tingkat pengangguran terbuka menurut pendidikan didominasi oleh
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) 12,65 persen, disusul Sekolah Menengah Atas sebesar
10,32 persen, Diploma 7,54 persen, Sarjana 6,40 persen, Sekolah Menengah Pertama 6,22
persen, dan Sekolah Dasar ke bawah 2,74 persen.
Dikutip CNNIndonesia, Direktur Statistik Kependudukan dan Ketenagakerjaan BPS
Razali Ritonga mengatakan jumlah angkatan tenaga kerja meningkat sedangkan daya serap
tenaga kerja dari beberapa industri melemah.
Jumlah angkatan kerja pada Agustus 2015 bertambah 510 ribu orang menjadi 122,38 juta,
dibandingkan Agustus 2014 yang sebanyak 121,87 juta jiwa. "Ada PHK dan daya serap yang
agak menurun, sehingga pengangguarn meningkat," kata Rizali di kantor pusat BPS, Jakarta,
Kamis (5/11).
Razali mengatakan sebagian industri yang melakukan PHK adalah industri yang memiliki
ketergantungan terhadap bahan baku impor. Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar
AS turut menambah beban biaya produksi sektor industri tersebut.

Perlambatan pertumbuhan ekonomi nasional ditambah terseoknya nilai rupiah terhadap


dolar memicu terjadinya gelombang Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di seluruh Indonesia.
Berdasarkan data Kementerian Tenaga Kerja, jumlah karyawan yang dirumahkan 26.506
orang sepanjang September 2015.
Pemerintah sudah mengeluarkan paket kebijakan ekonomi yang diharapkan bisa menarik
investasi dan membuka lapangan pekerjaan. Pemerintah memberi banyak insentif bagi
penanaman modal, salah satunya kemudahan berinvestasi di kawasan industri.
Dari data BPS, selama setahun terakhir (Agustus 2014-Agustus 2015) kenaikan
penyerapan tenaga kerja terjadi terutama di Sektor Konstruksi sebanyak 930 ribu orang
(12,77 persen), Sektor Perdagangan sebanyak 850 ribu orang (3,42 persen), dan Sektor
Keuangan sebanyak 240 ribu orang (7,92 persen).
Penyerapan tenaga kerja hingga Agustus 2015 masih didominasi oleh penduduk bekerja
berpendidikan rendah, yaitu SD ke bawah 50,8 juta orang (44,27 persen) dan SMP 20,7 juta
(18,03 persen). Penduduk bekerja berpendidikan tinggi hanya sebanyak 12,6 juta orang,
mencakup 3,1 juta diploma dan 9,5 juta sarjana.

2.5 DAMPAK PENGANGGURAN TERHADAP PEREKONOMIAN DI INDONESIA


Dampak yang ditimbulkan dari adanya pengangguran di Indonesia adalah sebagai berikut:
2.5.1 Timbulnya kemiskinan. Dengan menganggur, tentunya seseorang tidak akan bisa
memperoleh penghasilan. Bagaimana mungkin ia bisa memenuhi kebutuhan sehari-harinya.
Seseorang dikatakan miskin apabila pendapatan perharinya dibawah Rp 7.500 perharinya
(berdasarkan standar Indonesia) sementar berdasarkan standar kemiskinan PBB yaitu
pendapatan perharinya di bawah $2 (sekitar Rp 17.400 apabila $1=Rp 8.700).
2.5.2 Pengangguran Dapat Menghilangkan Keterampilan, Karena Tidak Digunakan Apabila Tidak
Bekerja / Produktivitas. Tenaga kerja akan menurun produktivitasnya jika tidak
dimanfaatkan. Peningkatan rasa frustasi, patah semangat, dan perasaan tidak berdaya, yang
terjadi pada pengangguran, dalam jangka panjang akan menimbulkan sikap masa bodoh. Para
penganggur tidak mampu mengelola dirinya dan tidak mampu menangkap peluang
secepatnya . mereka “tidak siap bekerja”, jadi pengalaman dan pelatihan yang telah diperoleh
sebelumnya , apalagi dengan biaya yang besaar pula menjadi sia-sia. Jadi keterampilan yang
diperoleh hilang, karena tidak digunakan apabila tidak bekerja.
2.5.3 Makin beragamnya tindak pidana kriminal. Seseorang pasti dituntut untuk memenuhi
kebutuhan pokok dalam hidupnya terutama makan untuk tetap bisa bertahan hidup. Namun
seorang pengangguran dalam keadaan terdesak bisa saja melakukan tindakan criminal seperti
mencuri, mencopet, jambret atau bahkan sampai membunuh demi mendapat sesuap nasi.
2.5.4 Bertambahnya jumlah anak jalanan, pengemis, pengamen, perdagangan anak dan sebagainya.
Selain maraknya tindak pidana krimanal, akan bertambah pula para pengamen atau pengemis
yang kadang kelakuannya mulai meresahkan warga. Karena mereka tak segan-segan
mengancam para korban atau bisa melukai apabila tidak diberi uang.
2.5.5 Pengangguran akan Menimbulkan Ketidakstabilan Sosial dan Politik. Hal ini terjadi karena
adanya ketidaksinambungan antara pemerintah itu sendiri dengan masyarakatnya, sehingga
kontak social dan politik yang ada, tidak berlangsung dengan baik. Dalam arti pemerintah
mengabaikan aspirasi masyarakat atau tidak menanggulangi pengangguran yang ada dalam
masyarakat, sehingga masyarakat menginginkan turun tangan dari pemerintah. Tetapi
pemerintah itu sendiri tidak memikirkan beban yang ditanggung masyarakat. Sehingga terjadi
perbedaan antara pemeritah dengan masyarakat. Masalah seperti bisa memunculkan
kekacauan sosial dan politik seperti terjadinya demonstrasi dan perebutan kekuasaan.
2.5.6 Terganggunya kondisi psikis seseorang. Misalnya, terjadi pembunuhan akibat masalah
ekonomi, terjadi pencurian dan perampokan akibat masalah ekonomi, rendahnya tingkat
kesehatan dan gizi masyarakat, kasus anak-anak terkena busung lapar.
2.5.7 Penurunan Pendapatan Perkapita / Penerimaan Negara. Semakin besar jumlah pengangguran
maka, semakin menurun pendapatan perkapita Negara dari pajak penghasilan. Begitu
pendapatan menurun , semakin menurun pula kemampuan pemerintah melayani kebutuhan
warganya. Pengangguran yang semakin tinggi membuat pendapatan dan pengeluaran mereka
tidak seimbang, pastilah pengeluaran akan semakin tinggi sedangkan pendapatan rendah
bahkan mungkin tidak ada pendapatan.sehingga,Penurunan Pendapatan Pemerintah yang
berasal dari sektor pajak.
2.5.8 Meningkatnya Biaya Sosial Yang Harus Dikeluarkan Oleh Pemerintah. Pengangguran
mengakibatkan masyarakat harus menanggung sejumlah biaya social , antara lain ada kaitan
erat antara peningkatan pengangguran dan kejahatan. Selain itu, masyarakat harus
menanggung biaya social biaya pengangguran melalui peningkatan tugas-tugas medis yang
berkaitan dengan perawatan psikologis, peningkatan kualitas pengamanan wilayah, dan
peningkatan volume peradilan karena meningkatnya tindak kejahatan.

2.6 SOLUSI MENGATASI PENGANGGURAN


Pengangguran dapat dihambat pertumbuhannya dengan melakukan tindakan-tindakan
sebagai berikut:
2.6.1 Memperluas dan membuka lapangan pekerjaan. Salah satunya bisa diwujudkan dengan
memberdayakan sektor informal padat karya, home industry.
2.6.2 Menciptakan pengusaha-pengusaha baru. Diharapkan dengan demikian para lulusan sekolah
ataupun perguruan tinggi tidak hanya memiliki tujuan sebagai pegawai saja, namun lebih
baik apabila mereka membuat usaha-usaha yang dapat menyerap tenaga kerja sehingga
dengan demikian membantu pemerintah dalam mengatasi jumlah pengangguran yang kian
banyak. Dan bisa kita lihat akhir-akhir ini, sudah banyak sekali lulusan muda berbakat yang
sukses melakukan kegiatan usaha.
2.6.3 Mengadakan bimbingan, penyuluhan dan keterampilan tenaga kerja, menambah
keterampilan, dan meningkatkan pendidikan.
2.6.4 Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sector yang kelebihan ke
tempat atau sector ekonomi yang kekurangan
2.6.5 Pemerintah memberikan bantuan wawasan, pengetahuan dan kemampuan jiwa
kewirausahaan kepada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) berupa bimbingan teknis dan
manajemen memberikan bantuan modal lunak jangka panjang, perluasan pasar. Serta
pemberian fasilitas khusus agar dapat tumbuh secara mandiri dan andal bersaing di
bidangnya.Mendorong terbentuknya kelompok usaha bersama dan lingkungan usaha yang
menunjang dan mendorong terwujudnya pengusaha kecil dan menengah yang mampu
mengembangkan usaha, menguasai teknologi dan informasi pasar dan peningkatan pola
kemitraan UKM dengan BUMN, BUMD, BUMS dan pihak lainnya.
2.6.6 Segera melakukan pembenahan, pembangunan dan pengembangan kawasan-kawasan,
khususnya daerah yang tertinggal dan terpencil sebagai prioritas dengan membangun fasilitas
transportasi dan komunikasi. Ini akan membuka lapangan kerja bagi para penganggur di
berbagai jenis maupun tingkatan. Harapan akan berkembangnya potensi wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) baik potensi sumber daya alam, sumber daya manusia.
2.6.7 Segera membangun lembaga sosial yang dapat menjamin kehidupan penganggur. Seperti PT
Jaminan Sosial Tenaga Kerja (PT Jamsostek) Dengan membangun lembaga itu, setiap
penganggur di Indonesia akan terdata dengan baik dan mendapat perhatian khusus. Secara
teknis dan rinci.
2.6.8 Segera menyederhanakan perizinan dan peningkatan keamanan karena terlalu banyak jenis
perizinan yang menghambat investasi baik Penanamaan Modal Asing maupun Penanaman
Modal Dalam Negeri. Hal itu perlu segera dibahas dan disederhanakan sehingga merangsang
pertumbuhan iklim investasi yang kondusif untuk menciptakan lapangan kerja.
2.6.9 Mengembangkan sektor pariwisata dan kebudayaan Indonesia (khususnya daerah-daerah
yang belum tergali potensinya) dengan melakukan promosi-promosi keberbagai negara untuk
menarik para wisatawan asing, mengundang para investor untuk ikut berpartisipasi dalam
pembangunan dan pengembangan kepariwisataan dan kebudayaan yang nantinya akan
banyak menyerap tenaga kerja daerah setempat.
2.6.10 Melakukan program sinergi antar BUMN atau BUMS yang memiliki keterkaitan usaha atau
hasil produksi akan saling mengisi kebutuhan. Dengan sinergi tersebut maka kegiatan proses
produksi akan menjadi lebih efisien dan murah karena pengadaan bahan baku bisa dilakukan
secara bersama-sama. Contoh, PT Krakatau Steel dapat bersinergi dengan PT. PAL Indonsia
untuk memasok kebutuhan bahan baku berupa pelat baja.
2.6.11 Dengan memperlambat laju pertumbuhan penduduk (meminimalisirkan menikah pada usia
dini) yang diharapkan dapat menekan laju pertumbuhan sisi angkatan kerja baru atau
melancarkan sistem transmigrasi dengan mengalokasikan penduduk padat ke daerah yang
jarang penduduk dengan difasilitasi sektor pertanian, perkebunan atau peternakan oleh
pemerintah.
2.6.12 Menyeleksi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang akan dikirim ke luar negeri. Perlu seleksi
secara ketat terhadap pengiriman TKI ke luar negeri. Sebaiknya diupayakan tenaga-tenaga
terampil. Hal itu dapat dilakukan dan diprakarsai oleh Pemerintah Pusat dan Daerah.
2.6.13 Segera harus disempurnakan kurikulum dan sistem pendidikan nasional (Sisdiknas). Sistem
pendidikan dan kurikulum sangat menentukan kualitas pendidikan yang berorientasi
kompetensi. Karena sebagian besar para penganggur adalah para lulusan perguruan tinggi
yang tidak siap menghadapi dunia kerja.
2.6.14 Segera mengembangkan potensi kelautan dan pertanian. Karena Indonesia mempunyai letak
geografis yang strategis yang sebagian besar berupa lautan dan pulau-pulau yang sangat
potensial sebagai negara maritim dan agraris. Potensi kelautan dan pertanian Indonesia perlu
dikelola secara baik dan profesional supaya dapat menciptakan lapangan kerja yang
produktif.

BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Dari pembahasan diatas maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
3.1.1 Pengangguran adalah seorang yang tergolong angkatan kerja dan ingin mendapat pekerjaan
tetapi belum dapat memperolehnya.
3.1.2 Secara umum pengangguran dapat dibedakan menjadi 2 golongan, menurut lama waktu kerja
(pengangguran terselubung, setengah menganggur, terbuka) dan menurut penyebabnya
(pengangguran konjungtural, structural, friksional, musiman, teknologi, dan siklus)
3.1.3 Pengangguran disebabkan oleh beberapa hal seperti laju pertumbuhan penduduk yang besar,
minimnyaa lapangan pekerjaan, malasmencari pekerjaan, dll.
3.1.4 Melemahnya daya serap tenaga kerja di beberapa sektor industri, membuat angka
pengangguran bertambah. BPS melaporkan jumlah pengangguran di Indonesia pada Agustus
2015 sebanyak 7,56 juta orang, bertambah 320 ribu orang dibandingkan dengan periode yang
sama tahun lalu 7,24 juta jiwa
3.1.5 Pengangguran menyebabkan munculnya kemiskinan, gangguan psikologi, tindak kejahatan
dan kriminal, dan menyebabkan tingkat pendapatan nasional menurun.
3.1.6 Pengangguran dapat dikurangi dengan beberapa cara seperti memperluas lapangan pekerjaan,
mengadakan bimbingan, penyuluhan dan keterampilan tenaga kerja, menambah
keterampilan, meningkatkan pendidikan , dll.

3.2 SARAN
Saran yang dapat diberikan penulis adalah sebaiknya pemerintah mengeluarkan kebijakan
tertentu yang dapat mengurangi jumlah pengangguran dan memberikan penyuluhan,
pembinaan serta pelatihan kerja kepada masyarakat untuk bisa menciptakan lapangan
pekerjaan sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya masing-masing untuk
mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan, produktifitas dan
kesejahteraan. Selain dari pemerintah, masyarakat juga harus ikut berpartisipasi dalam upaya
pengurangan jumlah pengangguran yang terjadi di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

http://derryjie.blogspot.co.id/2013/11/makalah-dampak-pengangguran-di-indonesia.html
(diakses pada tanggal 30 Mei 2016)
http://yogotakgentar.blogspot.co.id/2014/02/makalah-penganggurandi-indonesia-di.html
(diakses pada tanggal 30 Mei 2016)
http://lathifahanun.blogspot.co.id/2012/09/makalah-pengangguran.html (diakses pada tanggal
30 Mei 2016)
https://beritagar.id/artikel/berita/data-bps-pengangguran-di-indonesia-756-juta-orang (diakses
pada tanggal 30 Mei 2016)

Anda mungkin juga menyukai