Anda di halaman 1dari 4

I.

Pengertian penyandang cacat


Penyandang Cacat Menurut Undang-undang No.4 tahun 1997 adalah setiap orang yang
mempunyai kelainan fisik dan atau mental, yang dapat mengganggu atau merupakan
rintangan dan hambatan baginya untuk melakukan kegiatan secara selayaknya.
Dari sisi pengelompokkannya, maka penyandang cacat dapat dikelompokkan menjadi 3
(tiga) hal :
a. Penyandang cacat fisik
b. Penyandang cacat mental
c. Penyandang cacat fisik dan mental

II. Perlindungan Terhadap Penyandang Cacat


Salah satu masalah sosial yang dihadapi bangsa Indonesia pada saat ini antara lain adalah
masalah penyandang cacat. Penyandang cacat juga mempunyai hak dan kewajiban yang
sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan, diantaranya adalah berhak
memperoleh pekerjaan sesuai dengan jenis dan derajat kecacatan yang ada pada mereka.
Perhatian masyarakat akan keterbatasan yang dimiliki Penyandang cacat masih sangat
kurang, bahkan seringkali diabaikan dan dianggap sebagai beban. Tidak jarang ketersediaan
lapangan pekerjaan yang layak sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki menjadi
masalah tersendiri yang perlu mendapat perhatian.
Penyandang cacat diharapkan mampu mengembangkan dan meningkatkan kemampuan
fisik, mental dan sosialnya sehingga diharapkan yang bersangkutan mampu bekerja sesuai
dengan tingkat kemampuan, pendidikan dan keterampilan yang dimiliki serta sesuai dengan
minat dan pengalamannya, sehingga mencapai kemandirian di tengah kehidupan
masyarakat. Kendati perlu dipertimbangkan jenis pekerjaan yang sesuai jenis dan tingkat
kecacatan mereka, sebagai tenaga kerja bukan cacat (normal), dan pekerjaan tersebut benar-
benar dapat dijadikan sumber mata pencaharian yang layak dalam masyarakat.
Pasal 14 UU No.4 tahun 1997 dan Pasal 28 - Pasal 31 PP No.43 tahun 1998 tentang
"Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat" mewajibkan bahwa setiap
pengusaha yang memiliki jumlah karyawan 100 orang atau lebih pada perusahaannya wajib
mempekerjakan minimal satu orang penyandang cacat untuk memenuhi persyaratan jabatan
dan kualifikasi pekerjaan, atau kurang dari 100 orang jika perusahaan tersebut menggunakan
teknologi tinggi. Hasil penelitian Badan Penelitian dan Pengembangan HAM di Medan dan
Surabaya tahun 2002 menunjukkan, bahwa kuota tenaga kerja bagi penyandang cacat yang
diwajibkan oleh UU tersebut di atas belum dipatuhi oleh perusahaan. Padahal UU No.4
Tahun 1997 memiliki daya paksa untuk dijatuhkannya sanksi pidana bagi pengusaha atau
perusahaan yang tidak mematuhinya.
Oleh karena itu pihak Kepolisian dan Kejaksaan berwenang melakukan penyidikan atas
pelanggaran UU tersebut karena termasuk tindak pidana. Dengan demikian maka upaya
pemberdayaan penyandang cacat melalui kebutuhan kuota tenaga kerja tersebut bisa efektif
untuk meningkatkan kesejahteraan penyandang cacat di Indonesia.
Sedangkan kendala yang dihadapi para penyandang cacat adalah upaya Pemerintah Pusat
maupun daerah belum mengalokasikan anggaran yang cukup untuk rehabilitasi pendidikan
dan kesejahteraan sosial penyandang cacat. Aksebilitas fisik bangunan umum dan
lingkungan bagi penyandang cacat belum dilaksanakan kendati telah ada peraturannya. Pada
kenyataannya masih adanya keterbatasan jumlah gedung dan fasilitas umum (seperti mal,
pasar, sarana penyeberangan jalan, kantor pemerintah, sekolah dan bank) yang menyediakan
akses bagi penyandang cacat, meskipun telah diatur dalam PP No.43 Tahun 1998 tentang
Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat.
Rendahnya implementasi disebabkan antara lain ketidaktahuan, enggan melaksanakan,
tidak ada pengawasan baik dari pemerintah maupun masyarakat, serta tidak ada penegakan
hukum. Dengan demikian penyandang cacat perlu memahami hak-haknya bukan berarti
diistimewakan, tetapi juga jangan dimarginalkan. (Hosein, 2013).

PENERAPAN HAK ASASI MANUSIA DI INDONESIA

I. Pengakuan Hak Asasi Manusia di Indonesia


Pengakuan hak Hak Asasi Manusia di Indonesia tampak pada :
a. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945
Pada alinea pertama menunjukkan pengakuan hak asasi manusia berupa hak kebebasan
atau kemerdekaan dari segala bentuk penjajahan atau penindasan. Pada alinea kedua
menunjukkan adanya pengakuan atas hak asasi di bidang politik berupa kedaulatan dan
ekonomi. Pada alinea ketiga menunjukkan adanya pengakuan bahwa kemerdekaan itu
berkat anugerah Tuhan Yang Maha kuasa. Pada alinea keempat menunjukkan
pengakuan akan hak-hak asasi manusia.
b. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 27-28J
c. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia
Ketetapan MPR 1998 menugaskan pada pemerintah agar disusunnya undang-undang
tentang hak asasi manusia. Berdasarkan ketetapan MPR tersebut maka dibentuklah
undang-undang nomor 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia dan Undang-Undang
nomor 26 tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia. Hak asasi manusia yang
terkandung dalam keketatapan MPR tersebut antara lain: hak untuk hidup, hak
berkeluarga dan melanjutkan keturunan, hak keadilan, hak kemerdekaan, hak atas
kebebasan informasi, hak keamanan, hak kesejahteraan, hak perlindungan dan
pemajuan.
d. Peraturan Perundang-Undangan
Undang-undang yang mengatur tentang Hak Asasi Manusia di Indonesia adalah
UndangUndang Nomor 39 tahun 1999. Dalam pasal 12 UU nomor 39 tahun 1999
disebutkan bahwa: Setiap orang berhak atas perlindungan bagi pengembangan
pribadinya, untuk memperoleh pendidikan, mencerdaskan dirinya, dan meningkatkan
kualitas hidupnya agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa, bertanggungjawab,
berakhlak mulia, bahagia, dan sejahtera sesuai dengan hak asasi manusia. Secara umum
tentang Hak Asasi Manusia yang ditetapkan pada Undang-undang ini adalah: hak untuk
hidup; hak untuk berkeluarga; hak untuk mengembangkan diri; hak untuk memperoleh
keadilan; hak atas kebebasan pribadi; hak atas rasa aman; hak atas kesejahteraan; hak
turut serta dalam pemerintahan; hak wanita; hak anak, orang tua dan usia lanjut.
II. Penegakkan Hak Asasi Manusia di Indonesia
Dalam rangka memberikan jaminan perlindungan terhadap Hak Asasi Manusia dan
menangani masalah-masalah yang berkaitan dengan penegakkan Hak Asasi Manusia,
pemerintah telah melakukan langkah-langkah antara lain:
a. Pembentukan Komisi Hak Asasi Manusia (Komnas HAM)
b. Penetapan Undang-Undang nomor 26 tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi
Manusia
c. Pembentukan Pengadilan Hak Asasi Manusia Ad Hoc
d. Pembentukan Komisi Kebenaran dan Rekonsiliaasi sebagai alternative penyelesaian
pelanggaran Ham diluar Pengadilan HAM
e. Meratifikasi berbagai konvensi internasional tentang Hak Asasi Manusia.

III. Hak Asasi Manusia harus berdampingan dengan Kewajiban Asasi Manusia
Hak Asasi Manusia harus senantiasa berdampingan dengan Kewajiban Asasi Manusia,
keduanya seperti dua sisi dari mata uang yang sama. Kewajiban Asasi manusia adalah
kewajiban kewajiban dasar yang harus dijalankan oleh manusia dalam kehidupan
bermasyarakat, seperti kewajiban untuk tunduk pada peraturan perundang-undangan yang
berlaku, kewajiban untuk membangun dan mengembangkan kehidupan, kewajiban untuk
saling membantu, kewajiban untuk hidup rukun, kewajiban untuk bekerja sehubungan
dengan kelangsungan hidupnya (Kartasapoetra, 1978).
Dalam pasal 28 J disebutkan: Setiap orang wajib menghormati hak asasi manusia dalam
tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (ayat 1). Dalam menjalankan hak
dan kebebasannya, setiap orang wajib tunduk kepada pembatasan yang ditetapkan dengan
undang-undang semata-mata untuk menjamin pengakuan serta penghormatan atas hak dan
kebebasan orang lain, dan untuk memenuhi tuntutan yang adil sesuai dengan pertimbangan
moral, nilai-nilai agama, keamanan, dan ketertiban umum dalam suatu masyarakat
demokratis (ayat 2).
Dari pasal 28 J tersebut jelas bahwa disamping hak asasi manusia, juga setiap orang
wajib menghormati hak asasi orang lain, yang mengandung arti bahwa setiap orang wajib
memenuhi kewajiban asasinya. Karena setiap hak asasi melekat kewajiban asasi (Besar,
2011).

sumber
Besar, 2011. Pelaksanaan dan Penegakkan Hak Asasi Manusia dan Demokrasi Di Indonesia.
Humaniora, vol 2(1). 201-213.
Hosein, I., 2013. Perlindungan Terhaadap Kelompok Rentan Dalam Perspektif Hak Asasi
Manusia.

Anda mungkin juga menyukai