Anda di halaman 1dari 4

Buletin Dakwah

Front Nahdliyin untuk Keadilan Mengapa kamu tidak berperang


Sumber Daya Alam di jalan Allah dan membela orang yang tertindas...
(QS 4:75)
Edisi 002
23 Rabiul Akhir 1441
20 Desember 2019

Corong Keadilan Umat

Bismillahirrahmanirrahim

Islam dan Masalah Tanah


Muhammad Al-Fayyadl

B
lahan:
etapa pentingnya persoalan
agraria dalam Islam tercermin
dari kerasnya nada Rasulullah
SAW saat menyoroti kasus perampasan
binti Uways, Sa’id bin Zaid sampai
mengucapkan kutukan bahwa jika
benar haknya direnggut, “Semoga Allah
membutakan matanya dan
mematikannya di tanahnya”, yang
kemudian terkabul: Arwa hidup buta di
sisa hidupnya sampai meninggal.
Hadits
“Barangsiapa t e r s e b u t
mengambil satu menunjukkan
jengkal tanah bahwa sedari
yang bukan awal, misi
haknya, ia akan dakwah Islam
dikalungi tanah telah menyentuh
seberat tujuh lapis dimensi materiil
bumi di hari dari kehidupan
kiamat” (HR sosial itu sendiri,
Muslim). prasyarat-
Hadits prasyarat bagi
t e r s e b u t kehidupan
diriwayatkan oleh Dok. FNKSDA berupa tanah di
sahabat Sa’id bin Zaid setelah mana manusia hidup, dengan segenap
mengalami sengketa tanah dengan tetek-bengek persoalannya. Dengan
seorang perempuan bernama Arwa binti kata lain, Islam telah berhadapan secara
Uways, yang mengadukan sengketa ini konkret dengan fakta bahwa prasyarat
kepada Marwan bin Hakam yang saat kehidupan itu dapat berlangsung
itu menjabat khalifah Dinasti Umayyah. dengan tidak adil dan sarat konflik, dan
Merasa direnggut haknya oleh Arwa Islam mau tak mau dituntut menjawab

Berjuang bersama mustadh'afin untuk keadilan dan kedaulatan alam


Halaman 2 Buletin Dakwah Front Nahdliyin untuk Keadilan Sumber Daya Alam
Corong Keadilan Umat

persoalan itu demi menegakkan suatu Nasrani). Konfigurasi ini berlanjut


tatanan sosial yang lebih adil. lebih dinamis dan penuh gejolak seiring
Pertemuan antara ajaran langit dan meluasnya wilayah umat Islam, yang
kontradiksi di bumi ini merupakan titik memunculkan persoalan tentang
konfrontatif di mana Islam, dan umat distribusi dan pemanfaatan lahan, peran
Islam secara konsekuen, tidak dapat pemerintah dalam penanganan agraria,
lagi diam dan mesti menyikapi serta—yang selalu muncul dan
sungguh-sungguh persoalan itu. berulang—ketimpangan lahan yang
Peringatan Rasulullah SAW di atas diakibatkan oleh konsentrasi
mengisyaratkan bahwa problem agraria kepemilikan oleh elite-elite baru.
telah hadir semenjak era Rasul, dan Tanah, dengan demikian,
tampaknya berlarut-larut terus terjadi di merupakan faktor yang penting bagi
kalangan umat Islam di periode-periode kestabilan sekaligus krisis suatu tatanan
kemudian. Selama berabad-abad sosial umat Islam. Namun, kita layak
setelah Rasulullah SAW wafat, bertanya dengan penuh keheranan:
persoalan agraria semakin hadir mengapa dengan sedemikian
sebagai persoalan urgen dalam pentingnya persoalan agraria ini,
kehidupan umat Islam, sehingga hingga kini umat Islam, baik di
membutuhkan respons yang lebih Indonesia maupun di dunia, tidak
komprehensif. kunjung menemukan format pemikiran
Perkembangan ini dapat yang komprehensif, integral, dan
ditelusuri dari konfigurasi sosial yang solutif, serta berwawasan jangka
dinamis sepanjang sejarah pewahyuan panjang tentang suatu “konsepsi agraria
Islam. Dimulai dari fakta sosial di yang Islami”? Tiadanya format
Mekkah, berupa ketimpangan pemikiran ini mengakibatkan
pemilikan tanah dan ketimpangan kelas kosongnya keberpihakan ideologis
sosial antara para elite Arab yang kaya- umat Islam dalam persoalan agraria.
raya dan kaum budak yang tak Persoalan agraria tetap dianggap
berkepemilikan, pemboikotan atas persoalan sekunder yang sewaktu-
Rasulullah dan pengikutnya dan waktu saja perlu dibahas, namun
pengusirannya dari Mekkah, migrasi ke kembali terlupakan dalam wacana
Abyssenia (Ethiopia), hingga peristiwa keislaman sehari-hari.
besar Hijrah ke Madinah dan Oleh karena itu, menemukan
terbentuknya komunitas Islam generasi lagi makna persoalan agraria dalam
awal (al-sabiqun al-awwalun) di antara wacana Islam kita merupakan suatu
Muhajirin dan Anshor, yang tak agenda yang mendesak dan penting.
bertanah dan yang bertanah, serta Bagaimana pola perjuangan Islam
terjadinya alih kepemilikan antara umat dalam menata persoalan agraria?
Muslim dan penduduk asli Madinah Pertanyaan tersebut memaksa kita
dari kaum ahlulkitab (Yahudi dan kembali menelusuri upaya-upaya umat

Berjuang bersama mustadh'afin untuk keadilan dan kedaulatan alam


Buletin Dakwah Front Nahdliyin untuk Keadilan Sumber Daya Alam Halaman 3
Corong Keadilan Umat

Islam di masa lampau dalam menyikapi oleh umat Islam sendiri atas perjuangan
persoalan agraria, ijtihad-ijtihad yang agrarianya. Lebih-lebih di Indonesia, di
telah mereka lakukan untuk mana kontribusi kalangan Islam
mewujudkan keadilan agraria, dan yang terhadap ide-ide pokok reforma agraria
terpenting, menghadirkan Islam harus diakui nyata, tetapi lebih sering
sebagai agama pembebasan yang dilupakan bahkan terabaikan. Gagasan-
berpihak kepada kepentingan kalangan gagasan agraria dalam wacana Islam
tertindas. Indonesia mengalami pemiskinan,
Untuk dua pertanyaan yang karena ketiadaan perhatian yang
terakhir, kita patut bertanya lebih jauh: memadai terhadap jasa para ulama dan
“keadilan agraria” seperti apakah yang tokoh-tokoh Islam dalam pemikiran
dicari dan diperjuangkan oleh Islam? dan perjuangan agraria.
Apa parameter material dari “keadilan Tiadanya wawasan sejarah
agraria” itu? Pembebasan seperti dalam melihat persoalan agraria itu
apakah yang telah dan hendak mengakibatkan umat Islam, di satu sisi,
diwujudkan Islam? Kemudian, terus menjadi korban bagi
siapakah kalangan tertindas yang ketidakadilan agraria tanpa jalan keluar
hendak dibela oleh Islam? Apa bentuk untuk memutus lingkaran setan yang
konkret dari kepentingan kalangan diciptakannya, dan di sisi lain, turut
tertindas ini yang menjadi sasaran menjadi faktor pemicu dari
perjuangan Islam? permasalahan agraria itu sendiri.
Sejumlah pertanyaan itu Penyalahgunaan tanah-tanah wakaf
mensyaratkan perlunya penelusuran untuk memperkuat konsentrasi lahan
atas upaya-upaya umat Islam di masa yang terus terjadi, misalnya. Alih-alih
lalu dalam persoalan agraria dan menyejahterakan umat, konsepsi dan
membumikan pembacaan historis praktik wakaf yang sarat dengan nuansa
tersebut pada persoalan-persoalan yang kapitalistik hari ini turut berkontribusi
lebih riil. Seperti dikutip oleh Siraj Sait bagi kesenjangan ekonomi umat, di
dan Hilary Lim dalam Land, Law, and mana yayasan-yayasan Islam memiliki
Is lam (2006), terdapat pepatah lahan yang sangat luas, sementara di
tradisional dalam keagrariaan Islam: al- sekelilingnya ratusan keluarga Muslim
ardl taftariqu bi al-syibr, “Tanah itu hidup kekurangan.
berbeda (statusnya, sejarahnya) dari Cara pandang di atas tentunya
satu jengkal ke jengkal lain”. Artinya, akan lebih kuat lagi jika diiringi dengan
terdapat keberagaman sejarah tanah dan kajian “fiqh agraria”, seputar tata aturan
sejarah agraria itu sendiri. hukum Islam di bidang keagrariaan.
Ketiadaan jawaban ideologis P en d ek atan f iq h ak an memb er i
umat Islam atas persoalan agraria itu, pengertian mengapa para ulama dan
salah satunya, adalah karena miskinnya tokoh Islam di masa lampau mengambil
penelusuran sejarah yang dilakukan langkah-langkah yang dijabarkan

Berjuang bersama mustadh'afin untuk keadilan dan kedaulatan alam


Halaman 4 Buletin Dakwah Front Nahdliyin untuk Keadilan Sumber Daya Alam
Corong Keadilan Umat

dalam tulisan ini, sebagai bentuk ijtihad agraria, ketuna-kismaan, dan lain-lain.
mereka menyelesaikan persoalan Suatu bahan inspiratif bagi kebutuhan
agraria pada masanya. Sebagai hasil suatu perjuangan agraria yang
ijtihad, langkah-langkah umat Islam berorientasikan pembebasan yang
menghadapi persoalan agraria itu dapat sesungguhnya bagi kondisi-kondisi
menjadi inspirasi kita di Indonesia hari aktual umat Islam dan rakyat Indonesia
ini, yang mengalami berbagai persoalan pada umumnya, yang belum
yang relatif serupa—monopoli tanah sepenuhnya berdaulat atas tanah-airnya
dan sumber daya alam, kekerasan sendiri. []

Versi awal tulisan ini sebelumnya pernah dimuat sebagai pengantar untuk buku
yang ditulis Gita Anggrain, Islam dan Agraria (STPN Press, 2016). Dimuat kembali
dalam buletin ini untuk tujuan pendidikan.

Komite Daerah Jakarta Raya


Front ini adalah wadah koordinasi antara Jamaah NU yang
memiliki kehirauan mengenai permasalahan konflik pengelolaan
sumberdaya alam (SDA), seperti udara, air, tanah, dan segala yang terkandung di
dalamnya, terutama yang terjadi di basis NU.
Kelahiran Front ini diawali oleh diskusi tematik bertajuk “NU dan Konflik Tata
Kelola SDA” yang diadakan di Pendopo LKiS, Yogyakarta pada tanggal 4 Juli 2013
dengan pembahasan kasus di berbagai daerah di Indonesia. Diskusan sepakat untuk
membentuk aliansi dengan tujuan menyiapkan media jaringan untuk kelancaran
sirkulasi informasi dan kemudahan pengorganisasian serta mengarusutamakan tata
kelola SDA di kalangan NU.

Buletin Dakwah Front Nahdliyin untuk Kedaulatan Sumber Daya Alam (FNKSDA)
terbit setiap Jumat. Penerbit FNKSDA Komda Jakarta Raya. Alamat Pondok
Pesantren Misykat Al Anwar, Perumahan Pondok Suryakancana, Bubulak, Bogor
Barat-Kota Bogor. Email jaraya.fnksda@gmail.com WA 0819-9847-6186

Berjuang bersama mustadh'afin untuk keadilan dan kedaulatan alam

Anda mungkin juga menyukai