Anda di halaman 1dari 26

PENGARUH LINGKUNGAN KERJA, PELATIHAN KERJA, DAN MOTIVASI

KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA DIREKTORAT


PENGOPERASIAN KAPAL PENGAWAS, DITJEN PSDKP, KEMENTERIAN
KELAUTAN DAN PERIKANAN

Disusun Oleh:

Eka Deny Saputra


2016024733
Kelas: S1 Manajemen 455
Dibuat Untuk Memenuhi Mata Kuliah Metodologi Penelitian

Intitut Teknologi Dan Bisnis Ahmad Dahlan


Socio Technopreneur University
Jakarta
2019
Institut Teknologi Bisnis Ahmad Dahlan
SocioTechnopreneur University
Program Management
Mini Skripsi
Semester Genap Tahun 2017/2018

PENGARUH LINGKUNGAN KERJA, PELATIHAN KERJA, DAN MOTIVASI


KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA DIREKTORAT
PENGOPERASIAN KAPAL PENGAWAS, DITJEN PSDKP, KEMENTERIAN
KELAUTAN DAN PERIKANAN

Eka Deny Saputra


2016024733
S1 Manajemen 455

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh lingkungan kerja, pelatihan kerja, dan
motivasi kerja terhadap kinerja pegawai pada DIREKTORAT PENGOPERASIAN KAPAL
PENGAWAS, DITJEN PSDKP, KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN,
merupakan salah satu unit kerja yang tugas utamanya adalah untuk mewujudkan terciptanya
laut Indonesia yang aman dan sejahtera dari segala hal yang akan merusaknya seperti
penangkapan ikan secara ilegal, penangkapan ikan menggunakan bahan peledak dan lain-
lain, agar kekayaan sumber daya laut Indonesia menjadi sumber ekonomi bangsa. Jenis
penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah Kuantitatif. Sedangkan metode analisis
yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi sederhana dan regresi berganda. Data
untuk penelitian ini dikumpulkan melalui studi pustaka, wawancara, dan membagikan
kuesioner kepada pegawai DIREKTORAT PENGOPERASIAN KAPAL PENGAWAS,
DITJEN PSDKP, KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN yang merupakan
responden dalam penelitian ini.

Kata kunci : Lingkungan kerja, Pelatihan kerja, Motivasi kerja, Kinerja pegawai
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan skripsi kami yang berjudul “PENGARUH
LINGKUNGAN KERJA, PELATIHAN KERJA, DAN MOTIVASI KERJA
TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA DIREKTORAT PENGOPERASIAN
KAPAL PENGAWAS, DITJEN PSDKP, KEMENTERIAN KELAUTAN DAN
PERIKANAN”.
Skripsi ini kami susun dan kami ajukan sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi
dalam kelengkapan studi untuk jenjang pendidikan Strata-1 jurusan Manajemen pada Institut
Teknologi Bisnis Ahmad Dahlan.
Dalam penyusunan skripsi ini, kami sebagai peneliti memperoleh banyak bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. Mukhaer Pakkanna, SE., MM. selaku Rektor Institut Teknologi dan Bisnis
Ahmad Dahlan
2. Bapak
3. Bapak
4. Ibu Peni Ikhtiarti Nugraheni, S.E. M.M selaku dosen pembimbing yang telah
membimbing kepada penulis sehingga penelitian tugas ini dapat menjadi lebih terarah
dan selesai pada waktunya.
5. Bapak Goenaryo, A.Pi, M.Si selaku Direktur Pengoperasian Kapal Pengawas, Ditjen
PSDKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan yang telah memberikan izin kepada
penulis untuk melakukan penelitian ini.
6. Bapak Ir. Suharta, M.Si selaku Kepala Bagian Program, Direktorat Pengoperasian
Kapal Pengawas, Ditjen PSDKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan.
7. Bapak Rusmin, S.St.Pi selaku Kepala Seksi Pengawakan, Direktorat Pengoperasian
Kapal Pengawas, Ditjen PSDKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan.
8. Ibu Ernawati, A.Pi, M.Si selaku Kepala Sub.Bagian Tata Usaha, Direktorat
Pengoperasian Kapal Pengawas, Ditjen PSDKP, Kementerian Kelautan dan
Perikanan.
9. Kepada seluruh jajaran Direktorat Pengoperasian Kapal Pengawas, Ditjen PSDKP,
Kementerian Kelautan dan Perikanan selaku objek penelitian ini.
10. Seluruh staf pengajar Jurusan Manajemen Institut Teknologi dan Bisnis Ahmad
Dahlan yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan selama penulis
menjadi mahasiswa
11. Orang tua dan keluarga besar yang telah memberikan dukungan moral maupun
materil yang tidak ternilai harganya.
12. Teman-teman dan seluruh pihak yang sudah ikut membantu baik secara langsung
maupun tidak langsung yang namanya tidak dapat penulis tuliskan satu persatu.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang ditujukan untuk
menyempurnakan skripsi ini sangat diharapkan.
Akhir kata, penulis ingin memohon maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan di
hati pembaca. Semoga penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi seluruh pihak yang
membacanya.

Jakarta, Juli 2019


Penyusun,

Eka Deny Saputa


PENDAHULUAN

1.1 Latarbelakang
Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas dan sumber daya laut di
Indonesia sangat berpotensi untuk dijadikan sumber pendapatan terutama dalam segi
ekonomi bangsa, sehingga potensi sumber daya kelautan dan perikanan yang dimiliki bangsa
Indonesia dapat dioptimalkan pengelolaannya, demi mewujudkan kesejahteraan rakyat,
kelestarian sumber daya laut dan lingkungannya, serta peningkatan peran sektor kelautan dan
perikanan dalam pembangunan ekonomi nasional.
Dalam pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan terdapat beberapa
permasalahan, diantaranya adalah terjadinya penangkapan ikan secara ilegal (illegal fishing).
Kegiatan illegal fishing yang sering terjadi di Wilayah Pengelolaan Perikanan Negara
Republik Indonesia (WPP-NRI) adalah pencurian ikan oleh kapal-kapal perikanan asing
(KIA) yang berasal dari beberapa negara tetangga (neighboring countries). Berdasarkan hasil
pengawasan yang dilakukan selama ini, dapat disimpulkan bahwa illegal fishing oleh KIA
sebagian besar terjadi di Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia (ZEEI), dan juga cukup banyak
terjadi di perairan kepulauan (teresterial waters). Pada umumnya, jenis alat tangkap yang
digunakan oleh KIA atau kapal eks asing ilegal di perairan Indonesia adalah alat-alat tangkap
produktif seperti purse seine dan trawl. Kegiatan illegal fishing juga dilakukan oleh kapal
perikanan Indonesia (KII).
(sumber:http://www.djpsdkp.kkp.go.id/arsip/c/53/DIREKTORAT-JENDERAL-
PENGAWASAN-SUMBER-DAYA-KELAUTAN-DAN-
PERIKANAN/?category_id=31diakses tanggal 1 Desember 2016).
Dari kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa Indonesia merupakan negara yang
memiliki masalah dalam pengelolaan sumber daya alam. Kegiatan illegal fishing merupakan
salah satu kegiatan yang merugikan negara karena proses penangkapan ikan tidak memiliki
izin negara atau dapat dikatakan tidak resmi. Bahwa siapapun yang melakukan illegal fishing
harus dapat ditindak tegas agar tidak merugikan negara.
Bedasarkan Surat Badan Informasi Geospasial No.: B-3.4/SESMA/IGD/07/2014
wilayah lautan Indonesia mencapai dua per tiga dari seluruh wilayah Indonesia, yaitu 6,32
(enam koma tiga dua) juta kilometer persegi (km2), 17.504 (tujuh belas ribu lima ratus empat)
pulau dan garis terpanjang kedua di dunia setelah Kanada yaitu 99.093 (Sembilan puluh
Sembilan ribu Sembilan puluh tiga) km2 (Direktorat Jendral PUM Kementerian Dalam
Negeri Republik Indonesia, 2012). Maka sudah selayaknya Indonesia mengaktualisasikan diri
sebagai poros maritim dunia, terutama dengan mengoptimalkan kekayaan sumber daya
kelautan dan perikanan. Sejak dilantik sebagai Presiden Republik Indonesia, Bapak H. Joko
Widodo telah menegaskan bahwa masa depan bangsa Indonesia ada dilautan dan hal ini
dinyatakan dalam komitmennya pada pidato kenegaraan pada Pelantikan Presiden dan Wakil
Presiden Republik Indonesia, di Gedung MPR, Senayan, Jakarta 20 Oktober 2014 “Kita telah
terlalu lama memunggungi laut, memungguni samudera dan memunggungi selat dan teluk.
Kini saatnya kita mengembalikan semuanya, sehingga ‘Jalesveva Jayamahe’, di laut justru
kita kaya, sebagai semboyan nenek moyang di masa lalu bisa kembali lagi membahana.”
(sumber:http://setkab.go.id/pidato-presiden-joko-widodo-pada-pelantikan-presiden-dan-
wakil-presiden-republik-indonesia-di-gedung-mpr-senayan-jakarta-20-oktober-2014/. diakses
tanggal 1 Desember 2016).
Komitmen Bapak Presiden menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia tentu
saja harus dimulai dengan menjadikan Indonesia sebagai negara yang dapat memanfaatkan
laut secara mandiri dan bertanggung jawab, salah satu diantaranya adalah membuat sektor
kelautan dan perikanan menjadi salah satu prioritas pembangunan Indonesia, demi
tercapainya salah satu pilar sebagai poros maritim dunia yaitu tercapainya kedaulatan pangan
laut. Perlu disadari untuk dapat berdaulat dalam pangan laut berarti Indonesia juga harus
membuktikan ketahanan pangan laut yang hanya bisa dicapai jika pemanfaatan sumber daya
kelautan dan perikanan dilaksanakan secara bertanggung jawab dan berkelanjutan. Namun
demikian, eksploitasi dan penangkapan ikan secara berlebihan (overfishing) menjadi
tantangan untuk mewujudkan visi besar pemerintah Indonesia sebagai poros maritim dunia.
Tingginya aktivitas IUU fishing di WPP-NRI terkonfirmasi dari hasil penelitian yang
dilakukan oleh University of British Columbia, Kanada (UBC)
Kanada) pada tahun 2014. Penelitian tersebut mencatat bahwa pada tahun 2011
terdapat sekitar 20-35% (dua puluh s.d. tiga puluh lima persen) ikan tuna, dengan volume
sekitar 3.889 (tiga ribu delapan ratus delapan puluh Sembilan) ton – 6.805 (enam ribu
delapan ratus lima) ton, diekspor ke Amerika Serikat secara illegal dan tidak dilaporkan
dalam G. Pramod (2014:102-113).
Kegiatan illegal fishing dan destructive fishing di WPP-NRI telah mengakibatkan
kerugian yang besar bagi Indonesia. Overfishing, overcapacity, ancaman terhadap kelestarian
sumber daya ikan, iklim usaha perikanan yang tidak kondusif, melemahnya daya saing
perusahaan lokal dan termarjinalkannya nelayan, merupakan dampak nyata dari kegiatan
illegal fishing dan destructive fishing. Sebagaimana dikutip dalam World Bank, The Case for
Inclusive Green Growth (World Bank, 9 Juni 2015), Bank Dunia (World Bank) mencatat
bahwa eksploitasi sumber daya kelautan dan perikanan secara berlebih (overexploitation)
telah mengancam sekitar 65%(enam puluh lima persen) terumbu karang Indonesia yang
merupakan habitat dan tempat reproduksi ikan.
(sumber:http://www.worldbank.org/en/news/speech/2015/06/09/the-case-for-inclusive-green-
growth diakses tanggal 1 Desember 2016)
Kerugian lain masih banyak yang tidak dapat dinilai secara materiil namun sangat
terkait dengan harga diri bangsa, adalah citra negatif bangsa Indonesia dikalangan dunia
internasional karena dianggap tidak mampu mengelola sumber daya kelautan dan perikanan
dengan baik, secara ekonomi penangkapan ilegal, tidak dilaporkan dan tidak diatur (illegal,
unreported, and unregulated fishing) di Indonesia telah mengakibatkan kerugian negara
sebesar 20 (dua puluh) miliar dolar AS per tahun (World Bank, Op.cit,2015). Oleh sebab itu
Indonesia perlu menjaga kekayaan lautnya dan mengelolanya dengan baik agar sumber daya
kelautan dan perikanan yang selama ini hilang di curi, berbalik menjadi sumber ekonomi
bangsa Indonesia dan menjadi salah satu sumber pendapatan negara Indonesia sehingga bisa
mensejahterakan bangsa Indonesia.
Kementerian Kelautan dan Perikanan merupakan salah satu kementerian yang tugas
dan fungsinya mengelola kekayaan sumber daya kelautan dan perikanan untuk kesejahteraan
masyarakat, dengan Visi mewujudkan sektor kelautan dan perikanan yang mandiri, maju,
kuat dan berbasis kepentingan nasional, serta 3 Pilar Misi Pembangunan yaitu Kedaulatan
(Sovereignty), Keberlanjutan (Sustainability), Kesejahteraan (Prosperity). Direktorat
Pengoperasian Kapal Pengawas, Ditjen PSDKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan,
merupakan salah satu unit kerja yang sangat penting untuk terciptanya laut Indonesia yang
aman dan sejahtera dari segala hal yang akan merusaknya seperti illegal fishing, destructive
fishing dan lain-lain.
Tercatat bahwa sejak diberlakukannya pemberantasan illegal fishing oleh Direktorat
Pengoperasian Kapal Pengawas, Ditjen PSDKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan telah
menenggelamkan total 176 kapal, sejak Oktober 2014 – April 2016 yang telah melakukan
illegal fishing, destructive fishing dan lain-lain.
Untuk mencapai keberhasilan pemberantas illegal fishing oleh Direktorat
Pengoperasian Kapal Pengawas, Ditjen PSDKP, Kemeterian Kelautan dan Perikanan perlu
meningkatkan kualitas SDM didalamnya, karena SDM merupakan salah satu unsur utama
yang menetukan baik dan buruknya organisasi dalam menjalankan tugas atau tujuan, maka
salah satu cara yang ditempuh untuk meningkatkan kualitas SDM pada Direktorat
Pengoperasian Kapal Pengawas adalah dibentuknya SDM yang profesional, berintegritas dan
berkompetensi di bidangnya. SDM yang berkualitas berasal dari hasil kinerja pegawainya.
Kinerja pegawai dalam penelitian ini di ukur dari jumlah kapal ilegal di wilayah perairan laut
Indonesia yang berhasil ditangkap dan diperiksa, karena hal itu merupakan salah satu tugas
utama Direktorat Pengoperasian Kapal Pengawas yaitu pengawasan kelautan dan perikanan
di wilayah Indonesia. Kapal-kapal yang berhasil diperiksa merupakan kapal-kapal yang
berindikasi bermasalah di wilayah laut Indonesia, seperti melanggar undang-undang kelautan
dan perikanan Indoneisa, illegal fishing, destructive fishing, overfishing, dan eksploitasi
semakin banyak kapal yang berhasil ditangkap dan diperiksa maka semakin baik terjaganya
wilayah laut Indonesia. Untuk mendukung pemberatasan illegal fishing, destructive fishing,
overfishing, dan eksploitasi Direktorat Pengoperasian Kapal Pengawas, Ditjen PSDKP,
Kementerian Kelautan dan Perikanan menggunakan teknologi untuk pengoperasian kapal
pengawasnya seperti penggunaan radar, satellite obvservation, Airbourne survilaince, Vessel
Monitoring system (VMS), dan Automatic identification system (AIS), yang dikontrol dari
kantor pusat pengendalian untuk diintregrasikan ke kapal pengawas.
Tugas dan fungsi pegawai dalam Direktorat Pengoperasian Kapal Pengawas
Ada 3 yaitu sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil), Awak kapal (Pelaut) dan Penegak
hukum. Oleh karena itu para pagawai harus dibekali pelatihan yang bertujuan untuk
menunjang tugas dan fungsi kerja mereka sehingga para pegawai memiliki kemampuan yang
kompleks selain sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil) bisa menjadi Awak kapal (Pelaut) dan
Penegak hukum. Pelatihan kerja dalam Direktorat Pengoperasian Kapal Pengawas ada 2 yaitu
struktural dan fungsional, struktural artinya terkait dengan kepemimpinan, contohnya:
 DIKLATPIM 4 untuk pejabat eselon 4.
 DIKLATPIM 3 untuk pejabat eselon 3.
 DIKLATPIM 2 untuk pejabat eselon 2.
 DIKLATPIM 1 untuk pejabat eselon 1.
Kemudian, fungsional artinya pelatihan yang dilakukan untuk mendukung tugas dan
jobdesk masing-masing pegawai, contohnya:
 DIKLAT Pengawasan Dasar.
 Pelatihan Awak Kapal.
 DIKLAT Lanjutan.
 DIKLAT Pengukuran.
 DIKLAT Penyidik.
Untuk membentuk pegawai yang mumpuni dan memenuhi kualifikasi, Direktorat
Pengoperasian Kapal Pengawas, Ditjen PSDKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan
memiliki pelatihan kerja yang berguna untuk memenuhi tugas dan fungsi kerja pegawainya
agar para pegawai memiliki kompetensi yang baik. Berikut ini merupakan pelatihan kerja
Direktorat Pengoperasian Kapal Pengawas, DITJEN PSDKP, Kementerian Kelautan dan
perikanan.
Dalam sebuah organisasi, motivasi kerja menjadi hal yang sangat penting karena
motivasi dapat memacu pegawai untuk bekerja keras agar dapat melaksanakan tugasnya
secara baik, dengan motivasi kerja yang tinggi pegawai akan bekerja lebih giat didalam
melaksanakan pekerjaannya. Sebaliknya dengan motivasi kerja yang rendah pegawai tidak
mempunyai semangat bekerja, mudah menyerah dan kesulitan dalam menyelesaikan
pekerjaannya. Motivasi kerja yang diberikan untuk pegawai pada Direktorat Pengoperasian
Kapal Pengawasan antara lain:
Pemenuhan Hak Pegawai:
1. Cuti, bisa digunakan 12 kali dalam 1 tahun
2. Gaji (Tunjangan Kinerja), dalam pemberian tunjangan kinerja ada 3 tunjangan
yang bisa diberikan, yaitu: Pertama, pertimbangan kehadiran jam kerja dan
sasaran SKP (Sasaran Kerja Pegawai) tercapai atau tidak yang kemudian akan
dinilai oleh atasan. Kedua, apresiasi (insentif) diberikan kepada kapal pengawas
yang berhasil menangkap kapal ilegal dan tergantung besarnya kapal, semakin
besar kapal yang berhasil ditangkap maka semakin besar apresiasi (insentif) yang
akan di dapat. Ketiga, pengawas teladan akan mendapat insentif sesuai kriteria
pengawasan yang berlaku, dan diberikan biaya pulang dinas dua kali dalam
setahun, jika rumah atau kampung halamannya jauh dari tempat pegawai
melakukan dinas kerja.
Adapun bentuk motivasi kerja diluar insentif dan tidak berbentuk materi yang berguna
sebagai bentuk penghargaan kerja, antara lain: Penunjukan sebagai ketua tim pengawasan,
menjadi wakil dari Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk dinas ke luar negeri, wakil
dari Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk menjalin kerjasama dengan negara lain
maupun institusi yang terkait, employee of the month dan mendapat undangan kenegaraan
seperti undangan makan malam serta diskusi santai bersama Presiden Republik Indonesia
atau Menteri-Menteri Republik Indonesia. Meskipun hanya berbentuk penghargaan,
kehormatan, dan sertifikat hal tersebut sangat berharga dan membanggakan karena bisa
dijadikan pengalaman yang langka serta tidak bisa dibeli dengan uang. Berbagai bentuk
motivasi tersebut tujuan utamanya adalah untuk mendorong semangat bekerja para pegawai,
pegawai akan mendapat rasa hormat atas penghargaan dan kepercayaan yang diberikan
Kementerian Kelautan dan Perikanan, serta pegawai akan mendapat banyak pengalaman
kerja yang bisa membuat mereka bekerja lebih baik dari sebelumnya.
Berdasarkan uraian diatas dan disertai beberapa jurnal pendukung yang digunakan
untuk mendukung penelitian pada objek penelitian yaitu Direktorat Pengoperasian Kapal
Pengawas, Ditjen PSDKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan, maka peneliti tertarik untuk
meneliti dan membahas mengenai peran dari Direktorat Pengoperasian Kapal Pengawas,
Ditjen PSDKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan yang memegang peran sangat penting
untuk menjaga laut Indonesia agar kedaulatan sumber daya kelautan dan perikanan terjaga
untuk kesejahteraan masyarakat dan bisa dijadikan sumber ekonomi bangsa. Sehingga
berbagai bentuk pencurian ikan seperti illegal fishing dan destructive fishing bisa diberantas.
Dalam skripsi ini Penulis mengangkat judul: "Pengaruh Lingkungan Kerja, Pelatihan
Kerja, dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Pada Direktorat Pengoperasian
Kapal Pengawas, Ditjen PSDKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan".

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang pada butir 1.1. di atas, maka rumusan masalahnya adalah
sebagai berikut:
1. Ada tidaknya pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai.
2. Ada tidaknya pengaruh pelatihan kerja terhadap kinerja pegawai.
3. Ada tidaknya pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja pegawai.
4. Ada tidaknya pengaruh lingkungan kerja, pelatihan kerja, dan motivasi kerja terhadap
kinerja pegawai.

1.3 RuangLingkup
Ruang lingkup penelitian dalam skripsi ini adalah mengenai pengaruh lingkungan
kerja, pelatihan kerja, dan motivasi kerja terhadap kinerja pegawai pada Direktorat
Pengoperasian Kapal Pengawas, Ditjen PSDKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan.

1.4 Tujuan Penelitian


Sesuai dengan pembahasan yang telah dikemukakan sebelumnya, maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai.
2. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh pelatihan kerja terhadap kinerja pegawai.
3. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja pegawai.
4. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh lingkungan kerja, pelatihan kerja dan
motivasi kerja terhadap kinerja pegawai.
BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1 Manajemen dan Manajemen Sumber Daya Manusia

2.1.1 Pengertian Manajemen


5. Manajemen adalah sebuah proses dalam rangka untuk mencapai suatu tujuan organisasi
dengan cara bekerja secara bersama-sama dengan orang –orang dan sumber daya yang
dimiliki oleh organisasi. Menurut Mathis & Jackson dalam Widodo (2015) manajemen
ialah sesuatu yang melibatkan aktivitas-aktivitas koordinasi dan pengawasan terhadap
pekerjaan orang lain, sehingga pekerjaan yang dilakukan tersebut dapat diselesaikan
secara efisien dan efektif. Manajemen itu sendiri juga melibatkan tanggung jawab yang
memastikan pekerjaan-pekerjaan dapat diselesaikan oleh pekerja yang bertanggung jawab
untuk melakukannya dari segala perilaku seperti proses mengkoordinasi, dan
mengintregasikan kegiatan-kegiatan kerja agar dapat terselesaikan. Menurut Hasibuan
dalam Widodo (2012) Manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan
sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk
mencapai suatu tujuan tertentu. Dari beberapa definisi diatas dapat diartikan bahwa
manajemen adalah alat untuk mengontrol dan mengendalikan kegiatan perusahaan
dengan memanfaatkan orang lain dalam pencapaian tujuan tersebut, maka orang-orang
dalam organisasi harus memiliki wewenang, tugas dan tanggung jawab yang jelas dalam
pekerjaannya, dan manajemen adalah suatu proses atau rangkaian aktivitas dalam
melakukan pencapaian sasaran-sasaran organisasi dengan cara yang efektif dan efisien.
Dalam manajemen fungsi efektif dan efisien sangatalah penting. Efektif berarti mampu
mencapai tujuan yang maksimal dari yang diharapkan, sedangkan efisien berarti mampu
menggunakan berbagai sumber daya secara bijaksana dan dengan cara yang hemat biaya,
sehingga produk atau jasa yang dihasilkan berkualitas tinggi namun dengan biaya yang
relatif rendah.
2.1.2 Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia
Manusia merupakan sumber daya yang sangatlah penting dalam suatu
organisasi. Keberhasilan pengelolaan organisasi sangat ditentukan oleh kegiatan
pendayagunaan sumber daya manusianya. Menurut Mathis dan Jackson dalam
Widodo (2015:3) manajemen sumber daya manusia dapat diartikan sebagai ilmu dan
seni yang mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien dalam
penggunaan kemampuan manusia agar dapat mencapai tujuan di setiap perusahaan.
Manajemen itu sendiri juga melibatkan tanggung jawab yang memastikan pekerjaan-
pekerjaan dapat diselesaikan oleh pekerja yang bertanggung jawab untuk
melakukannya dari segala perilaku seperti proses mengkoordinasi, dan
mengintregasikan kegiatan-kegiatan kerja agar dapat terselesaikan. Menurut
Bohlander dan Snell dalam Widodo (2015:3) manajemen sumber daya manusia
(MSDM) yakni suatu ilmu yang mempelajari bagaimana memberdayakan karyawan
dalam perusahaan, membuat pekerjaan, kelompok kerja, mengembangkan para
karyawan yang mempunyai kemampuan, mengidentifikasikan suatu pendekatan untuk
dapat mengembangkan kinerja karyawan dan memberikan imbalan kepada mereka
atas usahanya dalam bekerja. Gerry Dessler dalam Widodo (2015:2) berpendapat
bahwa "Human resource management is the process acquiring, training, appraising,
and compensating employees, and attending to thier labor relation, health and safety
and fairness concern". Manajemen sumber daya manusia adalah proses memperoleh,
melatih, menilai, dan memberikan kompensasi kepada karyawan, memperhatikan
hubungan kerja mereka, kesehatan, keamanan dan masalah keadilan.
Dapat dikatakan bahwa pengertian manajemen sumber daya manusia secara garis
besar sama yaitu bahwa manajemen sumber daya manusia mendayagunakan tenaga kerja
manusia untuk bekerja secara baik dan dapat mengembangkan kemampuan yang mereka
miliki dalam mewujudkan tujuan dari perusahaan dan pegawai itu sendiri. Dengan adanya
tujuan tersebut maka akan terciptanya situasi dimana motivasi dari tenaga kerja akan
meningkat dan membuat mereka bekerja sebaik mungkin.
Dari pengertian beberapa ahli di atas dapat disimpulkan manajemen sumber daya manusia
adalah suatu bidang manajemen yang khusus mempelajari hubungan
dan peranan manusia dalam organisasi perusahaan. Unsur manajemen sumber daya
manusia adalah manusia yang merupakan tenaga kerja pada perusahaan. Dengan demikian,
fokus yang dipelajari manajemen sumber daya manusia ini hanyalah masalah yang
berhubungan dengan tenaga kerja.

2.1.3 Fungsi Manajemen Sumber Daya Manusia


Fungsi manajemen sumber daya manusia sangatlah luas, hal ini disebabkan
karena tugas dan tanggung jawab manajemen sumber daya manusia yaitu mengelola
unsur-unsur manusia dengan sebaik mungkin agar memiliki tenaga kerja yang
memuaskan.
Jika ditinjau dari fungsi-fungsi manajemen sumber daya manusia di dalam
manajemennya menurut Widodo (2015:8) mengungkapkan bahwa:
1. Perencanaan (Planning)
Merupakan fungsi penetapan program-program pengelolaan sumber daya manusia
yang akan membantu pencapaian tujuan perusahaan, kegiatannya meliputi:
pemahaman tujuan dan sasaran organisasi, analisis pekerjaan atau jabatan,
penentuan kebutuhan SDM bagi organisasi yang bersangkutan, dan perencanaan
untuk pemenuhannya serta pengendaliannya.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Merupakan fungsi penyusunan dan pembentukan suatu organisasi dengan
mendesain struktur dan hubungan antar para pekerja dan tugas-tugas yang harus
dikerjakan, termasuk menetapkan pembagian tugas, wewenang, dan tanggung
jawab.
3. Pengarahan (Directing)
Merupakan fungsi pemberian dorongan pada para pekerja agar dapat mampu
bekerja secara efektif dan efisien sesuai tujuan yang telah direncanakan.
4. Pengendalian (Controlling)
Merupakan fungsi pengukuran, pengawasan, dan pengendalian terhadap kegiatan-kegiatan
yang dilakukan untuk mengetahui sejauh mana rencana yang telah ditetapkan, khusunya di
bidang tenaga kerja telah dicapai.
2.1.4 Akitivitas Manajemen Sumber Daya Manusia
Fokus utama manajemen Sumber Daya Manusia (SDM) adalah memberikan
kontribusi pada suksesnya organisasi. Kunci untuk meningkatkan kinerja organisasi
adalah dengan memastikan aktivitas SDM mendukung usaha organisasi yang terfokus
padaproduktivitas,pelayanan,dankualitas.
Produktivitas diukur dari jumlah output per tenaga kerja, peningkatan tanpa henti
pada produktivitas telah menjadi kompetisi global. Produktivitas tenaga kerja di
sebuah organisasi sangat dipengaruhi oleh usaha, program dan sistem manajemen.
Kualitas suatu barang/jasa akan sangat mempengaruhi kesuksesan jangka panjang
suatu organisasi.
Bila suatu organisasi memiliki reputasi sebagai penyedia barang/jasa yang
kualitasnya buruk, perkembangan dan kinerja organisasi tersebut akan berkurang.
Berdasarkan Widodo (2015) ada delapan aktivitas manajemen sumber daya manusia
diantaranya :
1. Perencanaan
2. Pengadaan
3. Pengembangan
4. Kompensasi
5. Pengintegrasian
6. Pemeliharan
7. Kedisplinan
8. Pemberhentian
Berdasarkan hal-hal diatas dapat disimpulkan bahwa manajemen sumber daya
manusia merupakan kunci penting dari terciptanya organisasi yang kuat dan sesuai
dengan nilai-nilai yang ditawarkan oleh organisasi kepada para tenaga kerja dan
dengan itu dapat meningkatkan kinerja dari para pekerja yang ada di dalam organisasi.

2.2 Pengertian Lingkungan Kerja


Schulz dan Schulz (2010:266) mengungkapkan bahwa lingkungan kerja
adalah suatu kondisi yang berkaitan dengan ciri-ciri tempat bekerja terhadap perilaku
dan sikap pegawai, dimana hal tersebut berhubungan dengan terjadinya perubahan-
perubahan psikologis karena hal-hal yang dialami dalam pekerjaannya atau
dalam keadaan tertentu yang harus terus diperhatikan oleh organisasi yang mencakup
kebosanan kerja, perkerjaan yang monoton dan kelelahan kerja.
Menurut (Sofyan:20) lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang berada disekitar
karyawan yang mempengaruhi dirinya dalam menjalankan dan menyelesaikan tugas-
tugas yang diberikan kepadanya dalam suatu wilayah.
Dari teori ahli diatas dapat disimpulkan bahwa lingkungan kerja adalah segala hal
yang ada di dalam suatu lingkungan kerja yang dapat mempengaruhi perilaku maupun
sikap para pekerja yang bekerja di lingkungan tersebut dan hal tersebut sangatlah
berhubungan dengan bagaimana kinerja karyawan tersebut dengan kondisi lingkungan
yang ada.

2.2.1 Dimensi Lingkungan Kerja


Schulz dan Schulz (2010:266) menyatakan bahwa dimensi lingkungan kerja
adalah bahwa lingkungan kerja fisik terdiri dari beberapa hal seperti ukuran lahan
parkir dan lokasi perusaaan hingga jumlah cahaya dan tingkat kebisingan di area
perusahaan.

2.3 Pelatihan Kerja

2.3.1 Definisi Pelatihan


Sikula dalam Widodo (2015: 80) berpendapat bahwa pelatihan adalah suatu
proses pendidikan jangka pendek yang menggunakan prosedur sistematis dan
terorganisir dimana para karyawan non-manajerial mempelajari pengetahuan dan
keterampilan teknis dalam tujuan terbatas. Selain itu menurut Wexley dan Yulk dalam
Mangkunegara (2013: 43) pelatihan dan pengembangan adalah sesuatu yang mengacu
pada hal-hal yang berhubungan dengan usaha-usaha berencana yang dilaksanakan
untuk mencapai penguasaan keterampilan, pengetahuan, dan sikap pegawai atau
anggota organisasi.
Dari beberapa pendapat dari para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa
pelatihan merupakan salah satu instrumen penting bagi perusahaan untuk
menciptakan pekerja yang mampu dan baik dalam melakukan pekerjaannya sesuai
dengan tujuan dari perusahaan. Menurut Hafeez (2015:53) pelatihan adalah salah satu
alat penting yang tujuannya adalah untuk meningkatkan kinerja tenaga kerja dan akan
sangat meningkatkan nilai dari sebuah perusahaan.
2.3.2 Tujuan Pelatihan
Badriyah (2015: 128) berpendapat bahwa terdapat dua tujuan utama dari
pelatihan, yaitu:
1. Menutup gap antara kecakapan dan kemampuan pegawai dengan permintaan
jabatan.
2. Meningkatkan efisien dan efektivitas kerja pegawai dalam mencapai sasaran kerja
yang telah ditetapkan.
Mangkunegara (2013: 45) mengatakan tujuan pelatihan adalah sebagai
berikut:
1. Meningkatkan penghayatan jiwa dan ideologi.
2. Meningkatkan produktivitas kerja.
3. Meningkatkan kualitas kerja.
4. Meningkatkan ketetapan perencanaan sumber daya manusia.
5. Meningkatkan sikap moral dan semangat kerja.
6. Meningkatkan rangsangan agar pegawai mampu berprestasi secara maksimal.
7. Meningkatkan kesehatan dan keselamatan kerja.
8. Menghindari keusangan.
9. Meningkatkan perkembangan pegawai.

2.3.3 Metode Pelatihan


Sikula (1981: 243) dalam Mangkunegara (2013: 52-54) mengemukakan
metode pelatihan ada sebagai berikut:
1. On the job training, prosedur metode ini adalah informal, observasi sederhana dan
mudah serta praktis, pegawai mempelajari pekerjaan nya dengan mengamati
perilaku pegawai lain yang sedang bekerja.
2. Vestibute, suatu ruangan isolasi atau terpisah yang digunakan untuk tempat
pelatihan bagi pegawai baru yang akan menduduki suatu pekerjaan.
3. Demonstration and examples, metode ini melibatkan penguraian dan
memperagakan sesuatu melalui contoh-contoh.
4. Simulation, adalah peristiwa dimana menciptakan bentuk realitas atau imitasi dari
realitas, mendekati duplikat pada praktek nyata.
5. Apprenticeship, suatu cara mengembangkan keterampilan perajin atau
pertukangan. Metode ini didasarkan pada on the job training dengan memberikan
petunjuk-petunjuk cara mengerjakannya.
Classroom methods, merupakan pelatihan yang dikerjakan di dalam sebuah kelas, walaupun
dapat pula dilakukan di area pekerjaan. Akan mudah dipelajari didalam kelas daripada on the
job training apabila itu mengenai falsafah, konsep-konsep, sikap, teori-teori dan kemampuan
memecahkan masalah, berkenaan yang harus dipelajari.

2.3.4 Dimensi Dan Indikator Pelatihan


Mangkunegara (2013: 44) menjelaskan ada 5 dimensi terkait pelatihan, yaitu:
1. Tujuan dan sasaran
Tujuan pelatihan harus dapat memenuhi kebutuhan yang diinginkan oleh
perusahaan serta dapat membentuk tingkah laku yang diharapkan serta kondisi-
kondisi bagaimana hal tersebut dapat dicapai.
 Kesesuaian tujuan dari diadakannya pelatihan.
2. Pelatih
Mengingat pelatih umumnya berorientasi pada peningkatan skill, maka para
pelatih yang dipilih untuk memberikan materi pelatihan harus benar-benar memiliki
kualifikasi yang memadai sesuai bidangnya, personal dan kompeten, selain itu
pendidikan instruktur pun harus benar-benar baik untuk melakukan pelatihan.
 Keahlian dari instruktur atau pelatih itu sendiri.
3. Materi pelatihan
Materi disusun dari estimasi kebutuhan dan tujuan pelatihan. Kebutuhan di
sini mungkin dalam bentuk pengajaran keahlian khusus, menyajikan pengetahuan
yang diperlukan, atau berusaha untuk mempengaruhi sikap. Apapun materinya,
program harus dapat memenuhi kebutuhan organisasi dan peserta pelatihan.
 Kelengkapan materi.
 Manfaat materi.
4. Metode pelatihan
Sesuai dengan materi pelatihan yang diberikan, maka ditentukanlah metode
atau cara penyajian yang paling tepat untuk menyampaikan materi.
 Metode pelatihan yang digunakan.
 Alat bantu pelatihan.
5. Peserta pelatihan.
Agar program pelatihan dapat mencapai sasaran hendaknya para peserta
pelatihan diseleksi berdasarkan persyaratan tertentu dan kualifikasi yang sesuai, selain
itu peserta pelatihan juga harus memiliki semangat yang tinggi agar proses pelatihan
dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
 Kemampuan peserta.
 Anntusiasme peserta.
BAB 3
METODE YANG DIGUNAKAN

3.1 Metode yang Digunakan


Metode merupakan cara yang digunakan untuk mencapai tujuan, pada dasarnya tujuan
penelitian adalah untuk memecahkan masalah sehingga langkah yang ditempuh dalam
penelitian harus sesuai dengan masalah yang dirumuskan, metode penelitian dipakai sebagai
acuan tentang rencana dan prosedur sebagaimana penelitian ini dilaksanakan.
Metode penelitian yang digunakan di dalam penelitian ini adalah metode penelitian
asosiatif. Menurut Sugiyono (2012:11) penelitian asosiatif merupakan penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui pengaruh ataupun hubungan antara dua variabel atau lebih.
Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Data kuantitatif
yaitu penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang
diangkakan (Sugiyono,2012:14).
Unit analisis yang diteliti adalah pegawai pada Direktorat Pengoperasian Kapal Pengawas,
Ditjen PSDKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan dengan informasi yang dikumpulkan
satu kali pada waktu tertentu yang disebut dengan cross sectional. Cross sectional adalah
time horizon yang digunakan oleh peneliti. Menurut Sekaran (2009:177), cross sectional
ialah sebuah studi yang dapat dilakukan dengan sekali pengumpulan data, seperti selama
periode harian, mingguan, atau bulanan, dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian.

3.2 Operasionalisasi Variabel


Operasional variabel merupakan penjelasan yang diberikan terhadap suatu variabel sehingga
dapat diamati dan diukur.

3.3 Jenis dan Sumber Data


Untuk mendukung keberhasilan penelitian, peneliti mengumpulkan data yang terdiri
dari dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder.
1. Data primer (Sekaran, 2009:77) adalah data yang dikumpulkan untuk penelitian dari
tempat aktual terjadinya peristiwa. Sumber data primer yang diambil dalam penelitian
ini adalah hasil penyebaran kuesioner dan wawancara secara langsung kepada
pegawai Direktorat Pengoperasian Kapal Pengawas, Ditjen PSDKP, Kementerian
Kelautan dan Perikanan.
Data sekunder (Sekaran, 2009:77) adalah data yang diperoleh melalui sumber data yang ada
dan tidak perlu dikumpulkan sendiri oleh peneliti. Sumber data sekunder yang diambil dalam
penelitian ini berasal dari jurnal-jurnal, studi pustaka, dan data-data tambahan yang berasal
dari Direktorat Pengoperasian Kapal Pengawas, Ditjen PSDKP, Kementerian Kelautan dan
Perikanan.

3.4 Populasi dan Sampel


Pengambilan sampel dilakukan Direktorat Pengoperasian Kapal Pengawas, Ditjen
PSDKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan. Responden yang akan dijadikan sampel
adalah pegawai perusahaan. Jumlah responden yang dipilih sebanyak 84 orang responden,
dimana untuk dasar perhitungannya adalah sebagai berikut :
1. Populasi
Populasi merupakan seluruh karakteristik yang menadi objek penelitian, dimana
karakteristik tersebut berkaitan dengan seluruh kelompok orang, perisitiwa, atau
benda yang menjadi pusat perhatian bagi peneliti. Menurut Sekaran (2006:121-123)
dalam Sarjono dan Julianita (2011:21), populasi mengacu pada keseluruhan kelompok
orang, kejadian, atau hal minat yang ingin diketahui oleh peneliti. Populasi pada
penelitian ini adalah pegawai pada Direktorat Pengoperasian Kapal Pengawas, Ditjen
PSDKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan sebanyak 531 orang.
2. Sampel
Menurut Sekaran (2006:125) dalam Sarjono dan Julianita (2011:22), pengambilan sampel
adalah proses memilih sejumlah elemen secukupnya dari populasi sehingga penelitian
terhadap sampel dan pemahaman tentang sifat atau karakteristiknya akan membuat kita dapat
mengeneralisasikan sifat atau kareteristik tersebut pada elemen populasi. Pada pengambilan
sampel Direktorat Pengoperasian Kapal Pengawas, Ditjen PSDKP, Kementerian Kelautan
dan Perikanan dengan menggunakan rumus slovin yaitu:
N
n=
N. e2 + 1
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
e2 = Batas Ketelitian yang diinginkan
Maka, jika Rumus slovin diterpakan akan menjadi:
531
n=
531(0,1)2 + 1
n = 84.152
Pada hasil yang telah dihitung maka dapat disimpulkan bahwa penelitian dilakukan pada
sebagian populasi yang diambil sampel atau n adalah 84.152 yang mewakili populasi dan n
dibulatkan menjadi 84 untuk mewakili populasi.

3.5 Teknik Pengumpulan Data


Untuk mendapatkan data yang empiris dari penelitian lapangan dipergunakan teknik
pengumpulan data. Maksud dari pengumpulan data adalah segala usaha yang dilakukan oleh
peneliti dalam rangka melengkapi data yang di perlukan.
1. Studi pustaka
Studi pustaka digunakan untuk memperoleh informasi-informasi yang
berkaitan dengan penelitian ini sebagai landasan teori yang diperoleh dari buku, jurnal,
dan artikel di internet.
2. Kuesioner
Pengumpulan data digunakan dengan memberikan beberapa pernyataan
kepada responden. Penyebaran kuesioner dilakukan secara langsung. Kuesioner dalam
penelitian ini dibuat dengan Skala Likert. Menurut Sarjono dan Julianita (2011:6)
Skala Likert adalah skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan
persepsi seseorang atau sekelompok orang terhadap suatu kejadian atau keadaan
sosial, di mana variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel
kemudian indikator tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item
pernyataan. Tolak ukur untuk mendapatkan hasil pembahasan dengan pemberian
bobot sebagai berikut:
 Sangat Setuju (SS) =4
 Setuju (S) =3
 Tidak Setuju (TS) =2
 Sangat Tidak Setuju (STS) =1

3. Teknik wawancara (Interview)


Dalam penelitian ini, wawancara adalah pendekatan yang dapat juga dipahami
sebagai pendekatan untuk mendapatkan sebuah informasi dari seseorang yang diajak
berkomunikasi. Interview berarti menggali informasi atau data sebanyak-banyaknya
dari responden atau informan. Sedangkan pedoman yang digunakan dalam penelitian.
ini adalah wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman wawancara yang
memuat garis besar yang akan ditanyakan. Jenis wawancara ini cocok sebagai
penelitian studi kasus, wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini ditujukan pada
Direktorat Pengoperasian Kapal Pengawas, Ditjen PSDKP, Kementerian Kelautan
dan Perikanan.

3.7 Metode Analisis


Analisis data merupakan bagian yang sangat penting dalam metode ilmiah, karena
dengan analisalah data dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan
masalah penelitian. Menganalisa data merupakan tindakan peneliti untuk mempertemukan
kesenjangan antara teori dan praktek. Membangun suatu analisis juga berkaitan dengan
pengujian terhadap teori yang berlaku selama ini. Sugiyono (2013:224), teknik pengumpulan
data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari
penelitian adalah mendapatkan data. Dengan demikian laporan penelitian akan berisi kutipan
data untuk memberikan gambaran dalam penyajian laporan tersebut, data ini diperoleh dari
hasil wawancara resmi dari Direktorat Pengoperasian Kapal Pengawas, Ditjen PSDKP,
Kementerian Kelautan dan Perikanan.

3.7.1 Transformasi Data Ordinal Menjadi Interval


Menurut Riduwan dan Kuncoro (2008:30) dalam Sarjono dan Julianita
(2011:12), mentransformasikan data interval bertujuan untuk memenuhi sebagian
syarat dari analisis parametrik, dimana data setidaknya berskala interval. Teknik
transformasi yang paling sederhana adalah menggunakan MSI (Method of Successive
Interval).

3.7.2 Uji Validitas dan Reliabilitas


Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data
dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Kegiatan penelitian didasarkan pada ciri-ciri keilmuan
yaitu rasional, empiris dan sistematis. Didalam suatu penelitian dibutuhkan suatu proses
analisis data yang berguna untuk menganalisis data-data yang telah terkumpul. Dengan
menggunakan instrumen yang valid dan reliabel dalam pengumpulan data, maka diharapkan
hasil penelitian akan menjadi valid dan reliable.
1. Uji Validitas
Menurut Sekaran (2006:248) dalam Sarjono dan Julianita (2011:35), validitas
adalah bukti bahwa instrumen, teknik atau proses yang di gunakan untuk
mengukur sebuah konsep benar-benar mengukur konsep yang dimaksudkan. Uji
validitas bertujuan untuk mengurukur valid tidaknya suatu item pernyataan.
2. Uji Reliabilitas
Menurut Sekaran (2006:40) dalam Sarjono dan Julianita (2011:35), bahwa
keandalan reliabilitas suatu pengukuran menunjukkan sejauh mana pengukuran
tersebut dilakukan tanpa bias (bebas kesalahan-error free). Oleh karena itu,
menjamin pengukuran yang konsisten lintas waktu dan lintas beragam item dalam
instrumen perlu dilakukan. Uji reliabilitas bertujuan untuk mengukur konsisten
tidaknya jawaban seseorang terhadap butir-butir pernyataan didalam sebuah
kuesioner.

3.8 Rancangan Pemecahan Masalah


Analisis yang akan digunakan untuk mengestimasi persamaan dalam model
penelitian ini adalah analisis regresi berganda. Analisis regresi berganda digunakan untuk
membentuk persamaan regresi yang melibatkan hubungan dari dua atau lebih variabel bebas.
Perhitungan analisis regresi ini dilakukan dengan menggunakan software SPSS versi 20.00.
Rancangan hasil penelitian ini yaitu setelah data terkumpul dari kuesioner yang
dibagikan kepada 84 pegawai Direktorat Pengoperasian Kapal Pengawas, Ditjen
PSDKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan, maka data tersebut akan
digunakan untuk menganalisis pengaruh lingkungan kerja, pelatihan kerja, dan
motivasi kerja terhadap kinerja pegawai. Dari hasil analisis tersebut akan
terungkap tujuan-tujuan penelitian yang telah ditetapkan.
BAB 5
SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan
Dari hasil analisis penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya yang telah
dilakukan mengenai pengaruh lingkungan kerja, pelatihan kerja, dan motivasi kerja terhadap
kinerja pegawai pada Direktorat Pengoperasian Kapal Pengawas, Ditjen PSDKP,
Kementerian Kelautan dan Perikanan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Lingkungan kerja secara parsial memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
kinerja pegawai, dimana hal ini menunjukkan lingkungan kerja memiliki hubungan
yang rendah dan searah terhadap kinerja pegawai Direktorat Pengoperasian Kapal
Pengawas, Ditjen PSDKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan.
2. Pelatihan kerja secara parsial memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja
pegawai dimana hal ini menunjukkan pelatihan kerja memiliki hubungan yang kuat
dan searah terhadap kinerja pegawai Direktorat Pengoperasian Kapal Pengawas,
Ditjen PSDKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan.
3. Motivasi kerja secara parsial memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kinerja
pegawai, dimana hal ini menunjukkan motivasi kerja memiliki hubungan yang rendah
dan searah terhadap kinerja pegawai Direktorat Pengoperasian Kapal Pengawas,
Ditjen PSDKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan.
4. Lin,./gkungan kerja, pelatihan kerja, dan motivasi kerja secara simultan memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap kinerja pegawai, dimana hal ini menunjukkan
bahwa lingkungan kerja, pelatihan kerja, dan motivasi kerja memiliki hubungan yang
kuat dan searah terhadap kinerja pegawai Direktorat Pengoperasian Kapal Pengawas,
Ditjen PSDKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan.

5.2 Saran
Setelah dilakukan penelitian pada Direktorat Pengoprasian Kapal Pengawas, Ditjen
PSDKP, Kementrian Kelautan dan Perikanan, maka saran yang bisa menjadi suatu masukan
untuk Direktorat Pengoperasian Kapal Pengawas, Ditjen PSDKP, Kementerian Kelautan dan
Perikanan adalah sebagai berikut:
1. Pada variabel lingkungan kerja, pegawai belum menerima dan merasakan penerangan
yang baik dalam lingkungan kerja, oleh karena itu Direktorat Pengoperasian Kapal
Pengawas, Ditjen PSDKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan sebaiknya,
menambahkan penerangan secara marata terutama pada titik-titik penting yang
membutuhkan penerangan lebih.
2. Pada variabel pelatihan kerja, pegawai merasa belum mendapatkan narasumber yang
benar-benar kompeten dalam bidangnya, oleh karena itu Direktorat Pengoperasian
Kapal Pengawas, Ditjen PSDKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan sebaiknya,
lebih memperhatikan pemilihan kompetensi narasumber dan didukung dengan
penyediaan sarana serta media yang memadai sehingga pelatihan lebih mudah untuk
dimengerti, hal ini berguna agar pelatihan tersebut bisa diterapkan dalam pekerjaan.
3. Pada variabel motivasi kerja, dalam kebutuhan pegawai pada saat menjalankan tugas,
pegawai merasa belum terpenuhi. Oleh karena itu Direktorat Pengoperasian Kapal
Pengawas, Ditjen PSDKP, Kementerian Kelautan dan Perikanan sebaiknya,
menyiapkan anggaran untuk setiap tugas dan kegiatan kerja yang membutuhkan biaya
operasional serta menyediakan kebutuhan-kebutuhan yang lengkap dan memadai
untuk membantu pegawai dalam kelancarannya menjalankan tugas.
4. Pada variabel kinerja pegawai, dalam penggunaan teknologi pada saat bekerja,
pegawai belum memahami penggunaan teknologi yang terus berkembang, oleh karena
itu Direktorat Pengoperasian Kapal Pengawas, Ditjen PSDKP, Kementerian Kelautan
dan Perikanan sebaiknya, memberikan sosialisasi terlebih dahulu terutama Tutorial
tata cara penggunaan teknologi yang akan dipergunakan dengan menyesuaikan
keadaan internal agar pegawai bisa menggunakan teknologi tersebut.

Anda mungkin juga menyukai