Anda di halaman 1dari 3

Rangkuman Materi Biologi Laut

Coral Sea (Karang Laut)

Karang merupakan salah satu dari kelompok hewan invertebrata laut yang

berdasarkan klasifikasinya tergolong dalam Filum Cnidaria dan Kelas Anthozoa.

Karang hidup membentuk satu kesatuan menjadi terumbu karang. Terumbu

karang ini terbentuk dari ribuan karang yang bersimbiosis dengan sejenis

mikroalga yang dikenal dengan Zooxanthellae. Terjadi simbiosis mutualisme

diantara keduanya, dimana alga Zooxanthellae hidup dalam jaringan tubuh karang

dan memanfaatkan karbon dioksida dari respirasi karang sedangkan karang

memperoleh energi yang dihasilkan alga dari fotosintesisnya. Terumbu karang

ibarat bangunan dimana di dasarnya terdapat jaringan karang yang membentuk

akar karang. Karang menghasilkan zat kapur (CaCO3) sebagai bahan baku

pembentukan terumbu, dengan demikian terumbu karang mampu berkembang

dengan kokoh dan kuat. Karang hidup dalam laut dangkal yang masih terkena

cahaya matahari, hal ini merupakan bentuk adaptasi dari simbiosisnya dengan

mikroalga. Seperti hewan yang lain, karang memiliki kemampuan reproduksi

secara aseksual dan seksual. Reproduksi karang secara aseksual, dimana polip

atau koloni karang membentuk polip atau koloni baru melalui pemisahan

potongan-potongan tubuh atau rangka. Dalam proses ini terjadi pertumbuhan dan

pembentukan koloni baru. Reproduksi karang secara seksual adalah reproduksi

yang melibatkan peleburan sperma dan ovum. Karang betina menyemprotkan

telurnya ke atas dan dibuahi oleh karang jantan. Dengan dipengaruhi oleh arus,

telur yang telah dibuahi berkembang menjadi larva selanjutnya larva akan mencari
tempat yang cocok kemudian melekat dan berkembang menjadi polip. Tiap polip

dibungkus oleh rangka yang keras. Selain mendapatkan makanan dari

simbionnya, karang juga memperoleh makanan dengan cara menangkap

zooplankton yang melayang dalam air. Karang memiliki mulut yang dikelilingi

oleh tentakael, fungsi dari tentakel ini adalah untuk menangkap mangsa dan

sebagai alat pertahanan diri. Tentakel tersebut aktif dijulurkan pada malam hari,

yaitu saat karang sedang mencari mangsa. Karang dapat bersifat kanibal atau

saling mangsa sesamanya, hal ini yang biasa menyebabkan terjadinya pemutihan

dan pengikisan karang.

Terumbu karang ibarat surga di bawah laut, tempat bagi hewan-hewan laut

untuk bernaung, mencari makan dan bereproduksi. Terumbu karang menyediakan

tempat bagi hewan-hewan laut untuk berinteraksi dan melangsungkan kompetisi

dalam mempertahankan habitat dan daerah mencari makan. Misalnya kompetisi

antara ikan Lion Fish (Pterois volitans) dengan ikan sejenisnya. Selain itu juga

terjadi kompetisi antara berbagai jenis kelompok hewan Crustacea, misalnya

antara kepiting dan bintang laut dalam mempertahankan habitatnya di terumbu

karang. Predator karang seperti landak berduri (Acanthaster planci) dan ikan pogo

(Aluterus sp.) seringkali menjelajahi daerah karang untuk mencari makan.

Aktivitas predator karang dalam mencari makan seringkali menyebabkan

terjadinya kerusakan karang. Ekosistem terumbu karang juga memperlihatkan

perilaku-perilaku dari hewan-hewan yang hidup di daerah karang. Perilaku yang

dapat dijumpai misanya ikan-ikan betina yang memijah pada malam hari

kemudian ikan jantan mengeluarkan spermanya dan mengenali sel telur tersebut.
Ikan-ikan mengeluarkan suara khas (bernyanyi) untuk menarik pasangannya dan

kuda laut jantan yang mengawini kuda laut betina kemudian menyimpan anak-

anaknya di dalam perut kuda laut jantan sampai siap untuk dikeluarkan. Semua itu

adalah bentuk-bentuk aktivitas organisme karang yang menunjukan

keanekaragaman yang tinggi di daerah karang.

Pertumbuhan dan kehidupan karang sangat ditentukan oleh ketersediaan

cahaya atau sanilitas, temperatur air laut dan sedimen pantai. Abrasi pantai dapat

menyebabkan bertambahnya sedimen yang terbawa ke area karang, hal ini akan

menyebabkan pendangkalan laut dan kematian karang. Tercemarnya wilayah laut

oleh sampah juga akan menghalangi masuknya cahaya pada ekosistem terumbu

karang, sehingga menghambat fotosintesis alga Zooxanthellae sebagai penghasil

energi bagi karang. Terumbu karang yang rusak akibat badai yang besar dapat

tumbuh dan berkembang kembali jika masih ada sebagian karang dengan jaringan

tubuh yang memungkinkan untuk tumbuh. Kemampuan ini disebut resilien.

Kekayaan laut yang begitu menakjubkan ini sudah selayaknya kita jaga dengan

tidak melakukan hal-hal yang berpotensi mengancam kerusakan laut utamnaya

ekosistem terumbu karang.

Anda mungkin juga menyukai