Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
istilah trauma abdomen atau gawat abdomen menggambarkan keadaan klinik
akibat kegawatan dirongga abdomen yang biasanya timbul mendadak. dalam era
moderisasi kemajuan bidang teknologi transportasi dan semakin berkembang
mobilitas manusia berkendaraan dijalan raya menyebabkan kecelakaan yang terjadi
semakin meningkat serta angka kematian semakin tinggi. Salah satu kematian
akibat kecelakaan adalah diakibatkan trauma abdomen. Kecelakan lalu lintas
merupakan penyebab kematian 75% trauma tumpul abdomen,sedangkan penyebab
lainnya adalah penganiayaan,dan terjatuh dari tempat ketinggian, akibat dari
penganiayaan ini disebabkan oleh karena sejata dan peluru. Oleh karena hal
tersebut akan mengakibatkan kerusakan dan menimbulkan robekan dari organ-
organ dalam rongga abdomen atau mengakibatkan penumpukan darah dalam
rongga abdomen yang berakibat kematian.
Pada pasien trauma,bagaimana menilai abdomen merupakan salah satu hal
penting dan menarik. Penilaian sirkulasi sewaktu primary survey harus mencakup
deteksi dini dari kemungkinan adanya pendarahan yang tersembunyi akibat pada
abdomen dan pelvis pasien trauma tumpul.trauma tajam pada dada di antara nipple
dan perineum harus dianggap berpotensi mengakibatkan cedera intra abdominal.
Pada penilaian abdomen, prioritas maupun metode apa yang terbaik sangat
ditentukan oleh mekanisme trauma penderita untuk dilakukan tindakan pada
kejadian trauma pada pasien.
Data kejadian trauma abdomen masih cukup tinggi, sehingga membutuhkan
pertolongan gawat darurat agar mendapat tindakan yang cepat,tepat dan akurat agar
tidak terjadi kecacatan maupun kematian dalam penanganannya tenaga medis
maupun non medis termasuk masyarakat awam. Pada pertolongan pertama yang
cepat,tepat dan akurat akan menyebabkan pasien/korban dapat tetap bertahan hidup
untuk mendapatkan pertolongan yang lebih lanjut.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah konsep trauma abdomen?
2. Bagaimanakah konsep askep trauma abdomen
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui konsep trauma abdomen
2. Untuk mengetahui konsep askep trauma abdomen
BAB II
KONSEP TRAUMA ABDOMEN

A. KONSEP TRAUMA ABDOMEN


1. DEFINISI
Trauma abdomen adalah cedera pada abdomen, dapat berupa trauma
tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau tidak disengaja
(Smeltzer, 2001). Trauma abdomen adalah terjadinya atau kerusakan pada
organ abdomen yang dapat menyebabkan perubahan fisiologi sehingga
terjadi gangguan metabolisme, kelainan imonologi dan gangguan fatal
berbagai organ. Trauma abdomen didefinisikan sebagai kerusakan terhadap
struktur yang terletak diantara diafragma dan pelvis yang diakibatkan oleh
luka tumpul atau yang menusuk (Ignativicus & Workman, 2006).

2. ETIOLOGI
Trauma pada abdomen disebabkan oleh 2 kekuatan yang merusak, yaitu :
a. Trauma Tumpul Abdomen
Merupakan trauma abdomen tanpa penetrasi ke dalam rongga
peritoneum. Luka tumpul pada abdomen bisa disebabkan oleh jatuh,
kekerasan fisik atau pukulan, kecelakaan kendaraan bermotor, cedera
akibat berolahraga, benturan, ledakan, deselarasi, kompresi atau sabuk
pengaman. Lebih dari 50% disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas.
b. Trauma Tajam Abdomen
Merupakan trauma abdomen dengan penetrasi ke dalam rongga
peritoneum. Disebabkan oleh: luka tembak yang menyebabkan
kerusakan yang besar di dalam abdomen. Selain luka tembak, trauma
abdomen dapat juga diakibatkan oleh luka tusuk, akan tetapi luka tusuk
sedikit menyebabkan trauma pada organ internal diabdomen.
3. MANIFESTASI KLINIS
a. Trauma tembus abdomen (trauma perut dengan penetrasi kedalam
rongga peritonium):
1) Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2) Respon stres simpatis
3) pembekuan darah : adanya benturan pada abdomen sehingga aliran
darah dalam tubuh tidak lancar
4) Kontaminasi bakteri
5) Kematian sel : dimana peristiwa sel biologis tidak mampu
menjalankan fungsinya secara normal akbiat trauma tembus
Jika abdomen mengalami luka tusuk, usus yang menempati sebagian
besar rongga abdomen akan sangat rentan untuk mengalami trauma
penetrasi. Secara umum organ-organ padat berespon terhadap trauma
dengan perdarahan. Sedangkan organ berongga bila pecah mengeluarkan
isinya dalam hal ini bila usus pecah akan mengeluarkan isinya ke dalam
rongga peritoneal sehingga akan mengakibatkan peradangan atau infeksi.
b. Trauma tumpul abdomen (trauma perut tanpa penetrasi kedalam rongga
peritonium) ditandai dengan:
1) Kehilangan darah.
2) Memar pada dinding perut
3) Kerusakan organ-organ : limpa dan hati merupakan organ yang
paling sering mengalami cedera akibat trauma tumpul
4) Nyeri : darah yang keluar dari pembuluh darah dapat mengiritasi
jaringan sekitar menyebabkan peradangan yang mengakibatkan
nyeri
5) Iritasi cairan usus.

Trauma pada abdomen dibagi lagi menjadi 2 yaitu trauma pada dinding
abdomen dan trauma pada isi abdomen.
a. Trauma Pada Dinding Abdomen
Trauma dinding abdomen dibagi menjadi kontusio dan laserasi.
1) Kontusio dinding abdomen disebabkan trauma non-penetrasi.
Kontusio dinding abdomen tidak terdapat cedera intra abdomen,
kemungkinan terjadi eksimosis atau penimbunan darah dalam
jaringan lunak dan masa darah dapat menyerupai tumor.
2) Laserasi, jika terdapat luka pada dinding abdomen yang menembus
rongga abdomen harus di eksplorasi. Atau terjadi karena trauma
penetrasi.
b. Trauma Pada Isi Abdomen
Sedangkan trauma abdomen pada isi abdomen, menurut Suddarth &
Brunner (2002) terdiri dari:
1) Perforasi organ viseral intraperitoneum
Cedera pada isi abdomen mungkin di sertai oleh bukti adanya
cedera pada dinding abdomen.
2) Luka tusuk (trauma penetrasi) pada abdomen
Luka tusuk pada abdomen dapat menguji kemampuan diagnostik
ahli bedah.
3) Cedera thorak abdomen
Setiap luka pada thoraks yang mungkin menembus sayap kiri
diafragma, atau sayap kanan dan hati harus dieksplorasi.

4. PATOFISIOLOGI
Bila suatu kekuatan eksternal dibenturkan pada tubuh manusia (akibat
kecelakaan lalu lintas, penganiayaan, kecelakaan olahraga dan terjatuh dari
ketinggian), maka beratnya trauma merupakan hasil dari interaksi antara
faktor-faktor fisik dari kekuatan tersebut dengan jaringan tubuh. Berat
trauma yang terjadi berhubungan dengan kemampuan obyek statis (yang
ditubruk) untuk menahan tubuh. Pada tempat benturan karena terjadinya
perbedaan pergerakan dari jaringan tubuh yang akan menimbulkan disrupsi
jaringan. Hal ini juga karakteristik dari permukaan yang menghentikan
tubuh juga penting. Trauma juga tergantung pada elastitisitas dan viskositas
dari jaringan tubuh. Elastisitas adalah kemampuan jaringan untuk kembali
pada keadaan yang sebelumnya. Viskositas adalah kemampuan jaringan
untuk menjaga bentuk aslinya walaupun ada benturan. Toleransi tubuh
menahan benturan tergantung pada kedua keadaan tersebut. Beratnya trauma
yang terjadi tergantung kepada seberapa jauh gaya yang ada akan dapat
melewati ketahanan jaringan. Komponen lain yang harus dipertimbangkan
dalam beratnya trauma adalah posisi tubuh relatif terhadap permukaan
benturan. Hal tersebut dapat terjadi cidera organ intra abdominal yang
disebabkan beberapa mekanisme :
a. Meningkatnya tekanan intra abdominal yang mendadak dan hebat oleh
gaya tekan dari luar seperti benturan setir atau sabuk pengaman yang
letaknya tidak benar dapat mengakibatkan terjadinya ruptur dari organ
padat maupun organ berongga.
b. Terjepitnya organ intra abdominal antara dinding abdomen anterior dan
vertebrae atau struktur tulang dinding thoraks.
c. Terjadi gaya akselerasi-deselerasi secara mendadak dapat menyebabkan
gaya robek pada organ dan pedikel vaskuler
5. KOMPLIKASI
a. Emboli Pulmonar
Emboli pulmonar adalah penggumpalan darah di pembuluh darah yang
diakibatkan karena tumbukkan dari daerah abdomen yang menyebabkan
cedera otot yang parah.
b. Atelektasis

6. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
a. Trauma Tumpul
1) Diagnostik Peritoneal Lavage
DPL adalah prosedur invasive yang bisa cepat dikerjakan yang
bermakna merubah rencana untuk pasien berikutnya, dan dianggap
98 % sensitive untuk perdarahan intraretroperitoneal. Harus
dilaksanakan oleh tim bedah untuk pasien dengan trauma tumpul
multiple dengan hemodinamik yang abnormal.
2) FAST (Focused Assesment Sonography in Trauma)
Ultrasound memliki sensifitas, spesifitas dan ketajaman untuk
meneteksi adanya cairan intraabdominal yang sebanding dengan
DPL dan CT abdomen Ultrasound memberikan cara yang tepat, non
invansive, akurat dan murah untuk mendeteksi hemoperitorium, dan
dapat diulang kapanpun. Ultrasound dapat digunakan sebagai alat
diagnostik bedside dikamar resusitasi, yang secara bersamaan
dengan pelaksanaan beberapa prosedur diagnostik maupun
terapeutik lainnya. Indikasi pemakaiannya sama dengan indikasi
DPL.
3) Pemeriksaan X-Ray untuk screening trauma tumpul
Rontgen untuk screening adalah Ro-foto cervical lateral, Thorax
AP dan pelvis AP dilakukan pada pasien trauma tumpul dengan
multitrauma. Rontgen foto abdomen tiga posisi (telentang, setengah
tegak dan lateral decubitus) berguna untuk melihat adanya udara
bebas dibawah diafragma ataupun udara di luar lumen
diretroperitoneum, yang kalau ada pada keduanya menjadi petunjuk
untuk dilakukan laparatomi. Hilangnya bayangan psoas
menunjukkan kemungkinan cedera retroperitoneal
b. Trauma Tajam
1) Cedera thorax bagian bawah. Untuk pasien yang asimptomatik
dengan kecurigaan pada diafragma dan struktur abdomen bagian atas
diperlukan pemeriksaan fisik maupun thorax foto berulang,
thoracoskopi, laparoskopi maupun pemeriksaan CT scan.
2) Eksplorasi local luka dan pemeriksaan serial dibandingkan dengan
DPL pada luka tusuk abdomen depan. Untuk pasien yang relatif
asimtomatik (kecuali rasa nyeri akibat tusukan), opsi pemeriksaan
diagnostik yang tidak invasive adalah pemeriksaan diagnostik serial
dalam 24 jam, DPL maupun laroskopi diagnostik.
3) Pemeriksaan fisik diagnostik serial dibandingkan dengan double atau
triple contrast pada cedera flank maupun punggung. Untuk pasien
yang asimptomatik ada opsi diagnostik antara lain pemeriksaan fisik
serial, CT dengan double atau triple contrast, maupun DPL. Dengan
pemeriksaan diagnostic serial untuk pasien yang mula-mula
asimptomatik kemudian menjadi simtomatik, kita peroleh ketajaman
terutama dalam mendeteksi cedera retroperinel maupun intraperineal
untuk luka dibelakang linea axillaries anterior. (American College of
Surgeon Committee of Trauma, 2004 : 151)
4) Pemerikasaan X-Ray untuk screening trauma tajam. Pasien luka
tusuk dengan hemodinamik yang abnormal tidak memerlukan
pemeriksaan X-Ray pada pasien luka tusuk diatas umbilicus atau
dicurigai dengan cedera thoracoabdominal dengan hemodinamik
yang abnormal, rontgen foto thorax tegak bermanfaat untuk
menyingkirkan kemungkinan hemo atau pneumothorax, ataupun
untuk dokumentasi adanya udara bebas intraperitoneal. Pada pasien
yang hemodinamiknya normal, pemasangan klip pada luka masuk
maupun keluar dari suatu luka tembak dapat memperlihatkan
jalannya peluru maupun adanya udara retroperitoneal pada rontgen
foto abdomen tidur.
a. Pemeriksaan Dengan Kontras Yang Khusus
1. Urethrografi
2. Sistografi
3. CT Scan/IVP
4. Gastrointestinal
b. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap untuk mencari kelainan pada darah itu
sendiri
2) Penurunan hematokrit/hemoglobin
3) Peningkatan Enzim hati: Alkaline fosfat,SGPT,SGOT,
4) Koagulasi : PT,PTT
5) MRI
6) Angiografi untuk kemungkinan kerusakan vena hepatik
7) CT Scan
8) Radiograf dada mengindikasikan peningkatan diafragma,
kemungkinan pneumothorax atau fraktur tulang rusuk VIII-X.
9) Scan limfa
10) Ultrasonogram
11) Peningkatan serum atau amylase urine
12) Peningkatan glucose serum
13) Peningkatan lipase serum
14) DPL (+) untuk amylase
15) Penigkatan WBC
16) Peningkatan amylase serum
17) Elektrolit serum
c. PENATALAKSANAAN GAWAT DARURAT
a. Pre Hospital
Pengkajian yang dilakukan untuk menentukan masalah yang mengancam
nyawa, harus mengkaji dengan cepat apa yang terjadi di lokasi kejadian.
Paramedik mungkin harus melihat apabila sudah ditemukan luka
tikaman, luka trauma benda lainnya, maka harus segera ditangani,
penilaian awal dilakukan prosedur ABC jika ada indikasi. Jika korban
tidak berespon, maka segera buka dan bersihkan jalan napas.
1. Airway
Dengan kontrol tulang belakang. Membuka jalan napas
menggunakan
teknik ‘head tilt chin lift’ atau menengadahkan kepala dan
mengangkat dagu, periksa adakah benda asing yang dapat
mengakibatkan tertutupnya jalan napas. Muntahan, makanan, darah
atau benda asing lainnya.
2. Breathing
Dengan ventilasi yang adekuat. Memeriksa pernapasan dengan
menggunakan cara ‘lihat-dengar-rasakan’ tidak lebih dari 10 detik
untuk memastikan apakah ada napas atau tidak. Selanjutnya lakukan
pemeriksaan status respirasi korban (kecepatan, ritme dan adekuat
tidaknya pernapasan).
3. Circulation
Dengan kontrol perdarahan hebat. Jika pernapasan korban tersengal-
sengal dan tidak adekuat, maka bantuan napas dapat dilakukan. Jika
tidak ada tanda-tanda sirkulasi, lakukan resusitasi jantung paru
segera. Rasio kompresi dada dan bantuan napas dalam RJP adalah 30
: 2 (30 kali kompresi dada dan 2 kali bantuan napas).
Penanganan awal trauma non- penetrasi (trauma tumpul)
1. Stop makanan dan minuman
2. Imobilisasi
3. Kirim kerumah sakit.
Penetrasi (trauma tajam)
1. Bila terjadi luka tusuk, maka tusukan (pisau atau benda tajam
lainnya) tidak boleh dicabut kecuali dengan adanya tim medis.
2. Penanganannya bila terjadi luka tusuk cukup dengan melilitkan
dengan kain kassa pada daerah antara pisau untuk memfiksasi
pisau sehingga tidak memperparah luka.
3. Bila ada usus atau organ lain yang keluar, maka organ tersebut
tidak dianjurkan dimasukkan kembali kedalam tubuh, kemudian
organ yang keluar dari dalam tersebut dibalut kain bersih atau
bila ada verban steril.
4. Imobilisasi pasien.
5. Tidak dianjurkan memberi makan dan minum.
6. Apabila ada luka terbuka lainnya maka balut luka dengan
menekang.
7. Kirim ke rumah sakit.
b. Hospital
1. Trauma penetrasi
Bila ada dugaan bahwa ada luka tembus dinding abdomen, seorang
ahli bedah yang berpengalaman akan memeriksa lukanya secara
lokal untuk menentukan dalamnya luka. Pemeriksaan ini sangat
berguna bila ada luka masuk dan luka keluar yang berdekatan.
a) Skrinning pemeriksaan rontgen
b) Foto rontgen torak tegak berguna untuk menyingkirkan
kemungkinan hemo atau pneumotoraks atau untuk menemukan
adanya udara intraperitonium. Serta rontgen abdomen sambil
tidur (supine) untuk menentukan jalan peluru atau adanya udara
retroperitoneum.
c) IVP atau Urogram Excretory dan CT Scanning
Ini di lakukan untuk mengetauhi jenis cedera ginjal yang ada.
d) Uretrografi
Di lakukan untuk mengetauhi adanya rupture uretra.
e) Sistografi
Ini digunakan untuk mengetauhi ada tidaknya cedera pada
kandung kencing, contohnya pada :
- fraktur pelvis
- trauma non-penetrasi
2. Penanganan pada trauma benda tumpul:
a) Pengambilan contoh darah dan urine
Darah di ambil dari salah satu vena permukaan untuk
pemeriksaan laboratorium rutin, dan juga untuk pemeriksaan
laboratorium khusus seperti pemeriksaan darah lengkap,
potasium, glukosa, amilase.
b) Pemeriksaan rontgen
Pemeriksaan rongten servikal lateral, toraks anteroposterior dan
pelvis adalah pemeriksaan yang harus di lakukan pada penderita
dengan multi trauma, mungkin berguna untuk mengetahui udara
ekstraluminal di retroperitoneum atau udara bebas di bawah
diafragma, yang keduanya memerlukan laparotomi segera.
c) Study kontras urologi dan gastrointestinal
Dilakukan pada cedera yang meliputi daerah duodenum, kolon
ascendens atau decendens dan dubur (Hudak & Gallo, 2001)
BAB III
KONSEP ASKEP TRAUMA ABDOMEN

A. KONSEP KEPERAWATAN PADA TRAUMA ABDOMEN


1. Pengkajian primer
Pengkajian pada kasus gawat darurat dibedakan menjadi dua,yaitu :
pengkajian primer dan pengkajian sekunder. Pertolongan kepada pasien
gawat darurat dilakukan dengan terlebih dahulu melakukan survei primer
untuk mengidentifikasi masalah-masalah yang mengancam hidup
pasien,barulah selanjutnya dilakukan survei sekunder. Tahapan pengkajian
primer meliputi : A : airway,mengecek jalan nafas dengan tujuan menjaga
jalan nafas disertai kontrol servikal : B : breathing,mengecek jalan nafas
dengan tujuan mengelolah pernafasan agar oksigenasi edukat : C :
circulation,mengecek sistem sirkulasi disertai kontrol pendarahan : D :
disability,mengecek status neurologis : E : exposure,enviromental
control,buka baju penderita tapi cegah hipotermia.
Pengkajian primer bertujuan mengetahui dengan segera kondisi yang
mengancam nyawa pasien. Pengkajian primer dilakukan secara sekuensial
sesuai dengan prioritas.
Tetapi dalam prakteknya dilakukan secara bersamaan dalam tempo waktu
yang singkat (kurang dari 10 detik) difokuskan pada Airway Breathing
Circulation (ABC). Karena kondisi kekurangan oksigen merupakan
penyebab kematian yang cepat. Kondisi ini dapat diakibatkan karena
masalah sistem pernapasan ataupun bersifat sekunder akibat gangguan
sistem tubuh yang lain. Pasien dengan kekurangan oksigen dapat jatuh
dengan cepat kedalam kondisi gawat darurat sehingga memerlukan
pertolongan segera. Apabila terjadi kekurangan oksigen 6-8 menit akan
manyebabkan kerusakan otak permanen,lebih dari 10 menit akan
meneyebabkan kematian. Oleh karena itu pengkajian primer pada penderita
gawat darurat penting dilakukan secara efektif dan efisien
2. Pengkajian sekunder
Pengkajian sekunder meliputi anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Anamnesis dapat menggunakan format AMPLE (Alergi, Medikasi, Post
illnes, Last meal, dan Event/Environment yang berhubungan dengan
kejadian). Pemeriksaan fisik dimulai dari kepala hingga kaki dan dapat pula
ditambahkan pemeriksaan diagnostik.
Pengkajian sekunder dilakukan dengan menggunakan metode
SAMPLE,yaitu sebagai berikut :
S : Sign and symptom.
Tanda gejala terjadinya tension pneumothoraks,yaitu Ada jajas pada
thorak, Nyeri pada tempat trauma,bertambah pada saat inspirasi,
Pembengkakan lokal dan krepitasi pada saat palpasi, Pasien menahan
dadanya dan bernafas pendek, Dispnea, hemoptisis, batuk dan
emfisema subkutan, Penurunan tekanan darah.
A : Allergies
Riwayat alergi yang diderita klien atau keluarga klien. Baik alergi obat-
obatan ataupun kebutuhan akan makan/minum.
M : Medications
(Anticoagulants, insulin and cardiovascular medications especially).
Pengobatan yang diberikan pada klien sebaiknya yang sesuai dengan
keadaan klien dan tidak menimbulkan reaksi alergi. Pemberian obat
dilakukan sesuai dengan riwayat pengobatan klien.
P : Previous medical/surgical history.
Riwayat pembedahan atau masuk rumah sakit sebelumnya.
L : Last meal (time)
waktu klien teakhir makan dan minum obat
E : Events/enviroment
a) Aktifitas/istirahat
Data Subyektif : Pusing, sakit kepala, nyeri, mulas,
Data Obyektif : Perubahan kesadaran, masalah dalam keseimbangan, cedera
(trauma)
b) Sirkulasi
Data Obyektif : kecepatan (bradipneu, takhipneu), polanapas (hipoventilasi,
hiperventilasi, dll).
c) Integritas ego
Data Subyektif : Perubahan tingkah laku/ kepribadian (tenang atau
dramatis)
Data Obyektif : Cemas, Bingung, Depresi.
d) Eliminasi
Data Subyektif : Inkontinensia kandung kemih/usus atau mengalami
gangguan fungsi.
e) Makanan dan cairan
Data Subyektif : Mual, muntah, dan mengalami perubahan Selera makan.
Data Obyektif : Mengalami distensi abdomen.
f) Neurosensori
Data Subyektif : Kehilangan kesadaran sementara, vertigo
Data Obyektif : Perubahan kesadaran bisa sampai koma, perubahan status
mental,Kesulitan dalam menentukan posisi tubuh.
g) Nyeri dan kenyamanan
Data Subyektif : Sakit pada abdomen dengan intensitas dan lokasi yang
berbeda, biasanya lama.
Data Obyektif : Wajah meringis, gelisah, merintih.
h) Pernafasan
Data Subyektif : Perubahan pola nafas.
i) Keamanan
Data Subyektif : Trauma baru/ trauma karena kecelakaan.
Data Obyektif : Dislokasi gangguan kognitif. Gangguan rentang gerak.

3. Diagnosa Keperawatan
a) Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan.
b) Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka penetrasi
abdomen.
c) Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan, tidak adekuatnya
pertahanan tubuh.
d) Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status kesehatan.
e) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik

4. Intervensi Keperawatan
a) Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan perdarahan
Tujuan : Terjadi keseimbangan volume cairan.
K.H : Kebutuhan cairan terpenuhi
Intervensi :
1) Kaji tanda-tanda vital
2) Pantau cairan parenteral dengan elektrolit, antibiotik dan vitamin.
3) Kaji tetesan infus.
4) Kolaborasi : Berikan cairan parenteral sesuai indikasi.
5) Tranfusi darah.
b) Nyeri berhubungan dengan adanya trauma abdomen atau luka penetrasi
abdomen.
Tujuan : Nyeri teratasi
K.H : Nyeri berkurang atau hilang.
Intervensi :
1) Kaji karakteristik nyeri.
2) Beri posisi semi fowler.
3) Anjurkan tehnik manajemen nyeri seperti distraksi.
4) Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi.
5) Managemant lingkungan yang nyaman.
c) Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan pembedahan, tidak adekuatnya
pertahanan tubuh.
Tujuan : Tidak terjadi infeksi
K.H : tidak ada tanda-tanda infeksi
Intervensi :
1) Kaji tanda-tanda infeksi.
2) Kaji keadaan luka.
3) Kaji tanda-tanda vital.
4) Perawatan luka dengan prinsip sterilisasi.
5) Kolaborasi pemberian antibiotik.
d) Ansietas berhubungan dengan krisis situasi dan perubahan status kesehatan
Tujuan : Ansietas teratasi
K.H : Klien tampak rileks
Intervensi :
1) Kaji perilaku koping baru dan anjurkan penggunaan ketrampilan yang
berhasil pada waktu lalu.
2) Dorong dan sediakan waktu untuk mengungkapkan ansietas dan rasa
takut dan berikan penanganan.
3) Jelaskan prosedur dan tindakan dan beri penguatan penjelasan
mengenai penyakit.
4) Pertahankan lingkungan yang tenang dan tanpa stres.
5) Bantu memberikan dukungan dari orang terdekat.
e) Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan fisik.
Tujuan : Dapat bergerak bebas
K.H : Mempertahankan mobilitas optimal
Intervensi :
1) Kaji kemampuan pasien untuk bergerak.
2) Dekatkan peralatan yang dibutuhkan pasien.
3) Berikan latihan gerak aktif pasif.
4) Bantu kebutuhan pasien.
5) Kolaborasi dengan ahli fisioterapi.
B. TINJAUAN FORMAT PENGKAJIAN
1. PENGKAJIAN

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT

Kelompok :

Nama mahasiswa :

Semester/Kelas :

DATA KLIEN

A. DATA UMUM
1. Nama inisial klien : Tn.S
2. Umur : 25 tahun
3. Alamat : Jl. Poros Baruga
4. Agama : Islam
5. Tanggal masuk RS/RB : 23 November 2019
6. Nomor Rekam Medis : 226677
7. Bangsal : Ruang melati
B. PENGKAJIAN UMUM
1. Airway (jalan napas)
Tidak Terdapat penumpukan sekret di jalan nafas, bunyi nafas ronchi
2. Brething
a. Inspeksi ( bentuk dada/ simetris, pola napas, bantuan napas, dll)
Bentuk dada nampak simetris, tidak menggunakan otot bantu napas,
tidak nampak ada pemasangan alat bantuan napas.
b. Palpasi (total fremitus, dll)
Teraba getaran saat menyebutkan angka
c. Perkusi (pemebesaran paru, dll)
d. Auskultasi (suara napas)
Tidak ada mengi
3. Circulation
a. Vital sign :
1) Tekanan darah : 110/80 mmHg
2) Nadi : 89x/menit
3) Suhu : 37° C
4) Respirasi : 23x/menit
b. Capillary refill : CRT <3 detik
c. Akral : Teraba dingin
4. Disability
a. GCS
E :4 M : 5 V: 5 : Compos mentis
b. Pupil : reaksi pupil refleks terhadap cahaya
c. Gangguan motorik : Tidak ada
d. Gangguan sensorik : Tidak ada
C. PENGKAJIAN 13 DOMAIN NANDA
1. HEALTH PROMOTION
a. Kesehatan umum :
- Alasan masuk rumah sakit/keluhan utama :
Klien mengeluh nyeri pada abdomen post operasi laparatomi
b. Riwayat masa lalu (penyakit, kecelakaan , dll)
Klien tidak mempunyai riwayat penyakit masa lalu
c. Riwayat pengobatan
No. Nama obat/jamu Dosis Keterangan

1. - - -

2. - - -
3. - - -

d. Kemampuan mengontrol kesehatan :


- Yang dilakukan bila sakit : klien tidak mampu memanejemen rasa
nyeri maupun stress
- Pola hidup (konsumsi/alkohol/olah raga, dll)
Klien jarang melakukan olah raga,tidak mengkonsumsi alkohol
e. Faktor sosial ekonomi (penghasilan/ asuransi kesehatan, dll)
Klien selama melakukan perawatan/pengobatan kesehatan
menggunakan asuransi kesehatan
f. Pengobatan sekarang :
No. Nama obat Dosis Kandungan Manfaat

1. - - - -

2. - - - -

3. - - - -

4. - - - -

2. NUTRITION
a. A (antropometri) meliputi BB, TB, LK, LD, LILA, IMT.
1) BB biasanya : 60 kg dan BB sekarang : 55 kg
2) Lingkar perut :
3) Lingkar kepala :33 cm
4) Lingkar dada : 96 cm
5) Lingkar lengan atas:
6) IMT :
b. B (biochemical) meliputi data laboratorium yang abnormal :
...................................................................
c. C ( clinical ) meliputi tanda-tanda klinis rambut, turgor kulit, mukosa
bibir, conjungtiva anemis/tidak.
- Kepala : Rambut nampak berwarna hitam, kulit kepala sedikit
kotor, tidak terdapat benjolan dan nyeri tekan.
- Kulit : turgor kulit elastis kembali kurang dari 3 detik,tidak
terdapat bekas luka.
- Mata : mata nampak simetris kanan kiri, konjungtiva nampak
anemis.
- Bibir : mukosa bibir nampak pecah-pecah.
d. D ( diet ) meliputi nafsu, jenis, frekuensi makanan yang diberikan
selama di rumah sakit:
..................................................................
e. E (energy ) meliputi kemampuan klien dalam beraktifitas selama di
rumah sakit :
Klien tidak mampu melakukan aktivitas sendiri
f. F ( factor ) meliputi penyebab masalah nutrisi : (kemampuan menelan,
mengunyah, dll) : klien tidak mengalami masalah
g. Penilaian status gizi :
..........................................................................
h. Pola asupan cairan :
.........................................................................
i. Cairan masuk :
............................................................................
j. Cairan keluar :
.............................................................................
k. Penilaian status cairan (balance cairan )
............................................................................
l. Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : perut nampak datar, terdapat luka post oprasi laparatomi.
Auskultasi: terdengar bunyi peristaltik usus
Palpasi : mengalami nyeri tekan pada luka bekas operasi.
Perkusi : tympani

3. ELIMINATION
a. Sistem urinary
1) Pola pembuangan urine (frekuensi, jumlah, ketidaknyamanan)
Pasien BAK 600cc sejak pukul 07:00-14:00
2) Riwayat kelainan kandung kemih
Tidak terdapat kelainan pada kandung kemih
3) Pola urine (jumlah, warna, kekentalan, bau )
Warna urine nampak kekuningan,dan berbau
4) Distensi kandung kemih/retensi urine
......................................
b. Sistem gastrointestinal
1) Pola eliminasi
........................................
2) Konsttipasi dan faktor penyebab konstipasi
..............................................
c. Sistem integument
1) Kulit (integritas kulit/hidrasi/turgor/ warna/ suhu
Turgor kulit elastis kembali <2 detik,tidak ada bekas luka

4. ACTIVITY/REST
a. Istirahat/tidur
1) Jam tidur : <8 jam
2) Insomia : Klien susah tidur karena ada nyeri
3) Pertolongan untuk merangsang tidur : Klien menonton tv untuk
merangsang tidur
b. Aktivitas
1) Pekerjaan : Wiraswasta
2) Kebiasaan olah raga : Klien jarang berolahraga
3) ADL
a) Makan : 3x/hari
b) Toileting : Bisa melakukan toileting secara mandiri
c) Kebersihan : Klien nampak bersih
d) Berpakaian : Menggunakan pakaian longgar
4) Bantuan ADL : klien dalam pemenuhan ADL dibantu oleh
keluarga dan perawat
5) Kekuatan otot :
6) ROM : dengan bantuan keluarga atau perawat
7) Resiko untuk cidera :

c. Cardio respons
1) Penyakit jantung :
2) Edema esktremitas :
3) Tekanan vena jugolaris :
4) Pemeriksaan jantung :
a) Inspeksi :
b) Palpasi :
c) Perkusi :
d) Auskultasi :
d. Pulmonary respons
1) Penggunaan O2 : Klien tidak menggunakan alat bantu
pernapasan
2) Penyakit sistem nafas : Klien tidak memiliki penyakit sistem
pernapasan
3) Kemampuan bernafas : Baik
4) Gangguan pernafasaan ( batuk, suara nafas, sputum,dll )
Klien tidak memiliki gangguan pernapasan
5) Pemeriksaan paru-paru
a) Inspeksi :
b) Palpasi :
c) Perkusi :
d) Auskultasi :

5. PERCEPTION/ COGNITION
a. Orientasi/koknisi
1) Tingkat pendidikan : SMA
2) Kurang pengetahuan : pasien kurang pengetahuan
3) Pengetahuan tentang penyakit : pengetahuan tentang penyakit
minim
4) Orientasi (waktu, tempat, orang )
b. Sensasi/presepsi
1) Riwayat Penyakit jantung :
2) Sakit kepala :
3) Penggunaan alat bantu :
4) Pengindraan :
c. Communication
1) Bahasa yang digunakan :Bahasa Indonesia
2) Kesulitan berkomunikasi :Tidak mengalami kesulitan saat
berkomunikasi

6. SELF PERCEPTION
a. Self-concept/self-esteem
1) Perasaan cemas/takut : Pasien sering cemas ketika nyeri
2) Perasaaan putus asa/ kehilangan: Klien tidak merasa putus asa
dalam mengatasi masalahnya
3) Keingian untuk menciderai : Tidak ada
4) Adanya luka/cacat : Adanya hematoma pada
abdomen

7. ROLE RELATIONSHIP
a. Peranan hubungan
1) Status hubungan :
2) Orang terdekat :
3) Perubahan konflik/peran :
4) Perubahan gaya hidup :
5) Interaksi dengan orang lain :

8. SEXUALITY

Identitas seksual

Masalah/disfungsi seksual :

9. COPING / STRESS TOLERANCE

Coping respon

1) Rasa sedih/takut/cemas :
2) Kemampuan untuk mengatasi : Baik
3) Perilaku yang menampakkan cemas :

10. LIFE PRINCIPLES


a. Nilai kepercayaan
1) Kegiatan keagamaan yang diikuti :
2) Kemampuan untuk berpartisipasi :
3) Kegiatan kebudayaan :
4) Kemampuan memecahkan masalah :

11. SAFETY/PROTECTION
a. Alergi :
b. Penyakit autoimun :
c. Tanda infeksi :
d. Gangguan thermogulasi :
e. Gangguan/resiko (komplikasi immobilisasi, jatuh, aspirasi,
disfungsi neurovaskuler peripheral, kondisi hipertensi,
pendarahan, hipoglikemia, sindrom disuse, gaya hidup yang tetap)
:

12. COMFORT
a. Kenyamanan/nyeri
1) Provokes (yang menimbulkan nyeri ) : Saat melakukan
pergerakan
2) Quality (bagaimana kualitasnya ) : Tertusuk-tusuk
3) Regio ( dimana letaknya ) : Abdomen
4) Scala (berapa skalanya ) :5
5) Time (waktu ) : Kadang-kadang
b. Rasa tidak nyaman lainnya :
c. Gejala yang menyertai :

13. GROWTH / DEVELOPMENT


a. Pertumbuhan dan perkembangan :

D. DATA LABORATORIUM
Tanggal & Jenis Hasil Harga Satuan Interpretasi
jam pemeriksaan pemeriksaan normal

Anda mungkin juga menyukai